Anda di halaman 1dari 6

Sebagai seorang yang mulia, tugas Nabi Ibrahim as sangatlah berat.

Karena dia
harus dilahirkan di tengah-tengah masyakrakat jahiliyah yang musyrik dan kafir. Nabi
Ibrahim dilahirkan pada tahun 2295 SM di negeri Mausul.

Sayangnya, ayah dari Nabi Ibrahim as adalah pembuat patung berhala yang juag
mempercayai bahwa patung-patung itu adalah perantara manusia kepada Sang
Khalik. Di tambah lagi, kaum jahiliyah di zaman Nabi Ibrahim memiliki seorang
penguasa bernama Raja Namrud yang dengan sombongnya mengaku bahwa
dirinya adalah Tuhan Semesta Alam. Anehnya, banyak sekali yang percaya pada
pengakuannya tersebut.

1 dari 4 halaman

Masa kecil Nabi Ibrahim

Kisah
Nabi Ibrahim as. ©2017 Merdeka.com

Semasa kecil, Nabi Ibrahim diasingkan ke hutan, di dalam sebuah goa yang
mustahil akan ditemukan orang. Hal ini dilakukan dalam bentuk penyelamatan
karena di zaman itu Raja Namrud mengeluarkan peraturan untuk membunuh setiap
ada bayi laki-laki yang lahir.

Namrud melakukan hal itu karena dirinya tidak ingin digantikan oleh siapapun di
muka bumi ini sebagai penguasa. Oleh karena itu, orang tua Nabi Ibrahim
mengasingkannya ke sebuah hutan. Allah telah menunjukkan kuasanya dengan
membuat Nabi Ibrahim tumbuh sebagai sosok lelaki yang tangguh hingga selamat
dari segala macam marabahaya di dalam hutan.

Sampai akhirnya dirinya kembali ke tengah masyarakat dan melihat smeua orang
seperti gila pada patung. Hampir setiap rumah dan tempat-tempat umum dipenuhi
patung berhala agar dapat menyembah setiap waktu. Termasuk di rumah ayahnya
yang memang bekerja sebagai pembuat patung berhala.

Lama kelamaan Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya pada dirinya. Di manakah Tuhan
itu? Manakah yang dinamakan Tuhan? Kemudian Allah pun memberikan mukjizat
pada Nabi Ibrahim yakni sebuah pemikiran cerdas, kritis, sekaligus mengutusnya
sebagai penyampai keberadaan Allah SWT selama ini. Serta mengajak semua
orang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala-
berhala yang tidak penting.

2 dari 4 halaman

Nabi Ibrahim as mencari Tuhan

Kisah
Nabi Ibrahim as. ©2017 Merdeka.com
Berkali-kali dengan pemikiran cerdasnya, Nabi Ibrahim as bertanya siapa
sebenarnya Tuahan? Benarkah berhal aitu adalah Tuhan? Atau justru Raja namrud
yang berkuasa itu adalah Tuhan?

Kemudian dia melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia
berkata "Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?"

Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari terbenam, lalu ia
berkata, "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu."

Allah SWT pun berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 76-79:

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada
yang
tenggelam". Â

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi
setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat".
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. Â

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit


dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Sejak saat itu pun dia meyakini bahwa bukan berhala-berhala itu Tuhan semesta
alam. Allah kemudian membisikkan sebuah perintah kepada Nabi Ibrahim untuk
mengajak orang menyembah pada Allah SWT, bukan lagi berhala. Jagat raya dan
seluruh isinya serta hukum yang berlaku di dalamnya, cukup kuat untuk menjadi
bukti keesaan Allah dan kebatilan perbuatan orang-orang musyrikin.

Nabi Ibrahim as cenderung kepada agama tauhid dan menyatakan bahwa agama-
agama lainnya adalah batal, dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang yang
musyrik. Dia seorang yang berserah diri kepada Allah SWT semata.

3 dari 4 halaman

Nabi Ibrahim mempermalukan Raja Namrud


dihadapan pengikutnya
Kisah
Nabi Ibrahim as. ©2017 Merdeka.com

Paham bahwa berhala bukanlah Tuhan, Nabi Ibrahim dengan kecerdikannya


langsung merencanakan sesuatu pada Raja Namrud dan para pengikutnya.

Pada suatu hari Raja Namrud melakukan perjalanan keluar kota bersama sebagian
besar pengikutnya selam beberapa hari. Wilayah kekuasaan Namrud pun nyaris
kosong. Kemudian Nabi Ibrahim masuk dan menghancurkan semua berhala yang
ada di wilayah Namrud. Semua patung-patung dihancurkan, meski dia tahu itu
adalah buatan ayahnya sendiri.

Nabi Ibrahim as hanya menyisakan satu berhala yang tidak dirusaknya. Itu adalah
berhala yang paling besar. Kemudian dia meletakkan kapak yang dipakai untuk
menghancurkan patung-patung lainnya di pangkuan berhala satu-satunya yang tak
dirusaknya.

Setelah beberapa hari Raja Namrud mengetahui semua berhalanya rusak dan
murka. "Siapa yang melakukan semua ini di belakangku?!" teriaknya pada
pengikutnya. Salah satu pengikutnya yang kebetulan tidak turut pergi bersama
Namrud mengatakan bahwa ada seorang pemuda bernama Ibrahim yang
melakukan itu semua. Dipanggillah Nabi Ibrahim untuk menghadap Raja Namrud.

Sang Raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah
menghancurkan berhala-berhala ini?"

"Bukan!" jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin
geram dan berkata: "Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada di
sini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?"

"Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala
besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di
lehernya?" sahut Ibrahim dengan tenang.

Raja Namrud membantahnya: "Mana mungkin patung berhala dapat berbuat


semacam itu!". Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: "Kalau begitu,
kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?"

Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka
Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak.
Namun, Raja Namrud semakin murka.

Anda mungkin juga menyukai