0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan25 halaman
Kisah Nabi Ibrahim mencari kebenaran tentang Tuhan diceritakan. Ia melihat bintang, bulan dan matahari namun menyadari mereka bukan Tuhan. Ia bertanya pada ayahnya mengenai berhala-berhala yang disembah, tetapi menyimpulkan bahwa berhala bukan pencipta manusia. Ia menolak kepercayaan ayahnya dan memilih menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Kisah Nabi Ibrahim mencari kebenaran tentang Tuhan diceritakan. Ia melihat bintang, bulan dan matahari namun menyadari mereka bukan Tuhan. Ia bertanya pada ayahnya mengenai berhala-berhala yang disembah, tetapi menyimpulkan bahwa berhala bukan pencipta manusia. Ia menolak kepercayaan ayahnya dan memilih menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Kisah Nabi Ibrahim mencari kebenaran tentang Tuhan diceritakan. Ia melihat bintang, bulan dan matahari namun menyadari mereka bukan Tuhan. Ia bertanya pada ayahnya mengenai berhala-berhala yang disembah, tetapi menyimpulkan bahwa berhala bukan pencipta manusia. Ia menolak kepercayaan ayahnya dan memilih menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati
Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka. (A-li'Imraan 3:191 Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat- ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah. (Al-Anfaal 8:2) TURKEY TURKEY – AR RUMI MAKAM IBRAHIM Dan (ingatlah) ketika Kami jadikan Rumah Suci (Baitullah) itu tempat tumpuan bagi umat manusia (untuk Ibadat Haji) dan tempat yang aman; dan jadikanlah oleh Kamu Makam Ibrahim itu tempat sembahyang. Dan Kami perintahkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (dengan berfirman): "Bersihkanlah Rumahku (Kaabah dan Masjid Al-Haraam dari segala perkara yang dilarang) untuk orang-orang yang bertawaf, dan orang-orang yang beriktikaf (yang tetap tinggal padanya), dan orang-orang yang rukuk dan sujud". (Al-Baqarah 2:125) Terdapat juga hadis sahih, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Jabir mengenai sifat Haji Nabi bahawa: "Ketika sampai di Kaabah bersama Rasulullah , baginda langsung mencium rukun Hajar Aswad, kemudian berlari-lari kecil tiga putaran, dan (selebihnya) yang empat putaran dengan jalan biasa (Tawaf). Lalu baginda ke Maqam Ibrahim dan membaca: "Dan jadikanlah sebahagian Maqam Ibrahim tempat solat", dan menjadikannya berada diantara dirinya dan Kaabah".[3] Kemudian, dijelaskan juga, batu yang menjadi hamparan bagi dipijak oleh Nabi Ibrahim itu asalnya dari Syurga. Nabi Muhammad bersabda Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim ialah batu-batuan dari syurga, seandainya Allah tidak melenyapkan cahaya (dari) kedunya, nescaya ia akan menerangi Timur dan Barat seluruhnya. Sementara dalam riwayat dari Imam al-Baihaqi, disebutkan seandainya bukan kerana dosa dan kesalahan anak cucu Adam, maka keduanya (batuan itu) mampu menerangi Timur dan Barat.[4] NABI IBRAHIM a.s. وصفه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم بالكريم فعن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنهماعن النبي صلى هللا عليه وسلم قال الكريم ابن الكريم ابن الكريم ابن إبراهيم( صحيح الكريم يوسف بن يعقوب بن إسحاق بن البخاري)
Kisah Nabi Ibrahim diceritakan dalam surah Al-An’aam: 76-78,
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh a.s. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan.“ Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung ?Siapa bapa Nabi Ibrahim وعلى كل حال فأبو إبراهيم مات كافراً سوا ًء كان اسمه آزر أو غيره ،كما هو مبين في آيات أخرى ،كقوله تعالى ( :وما كان استغفار إبراهيم ألبيه إال عن موعدة وعدها إياه فلما تبين له أنه عدو هلل تبرأ منه ) وروى البخاري في صحيحه عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال :قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: " يلقى إبراهيم أباه -يوم القيامة -فيقول :يا رب إنك وعدتني أال تخزيني يوم يبعثون ،فيقول :إني حرمت الجنة على ا|لكافرين " فدل الحديث عل|ى أن أبا إبراهيم مات كافراً ،وليس في ذلك نقص وال خفض لمكانة إبراهيم
"dari sulbi-sulbi yang suci kepada rahim-rahim yang suci Sifat Nabi Ibrahim a.s.
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang
dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang- orang yang mempersekutukan (Tuhan). (Al-Nahl 16:120) "Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun suka berdoa/pengasih dan suka bertaubat.“ Hud: 75 Dan tidak ada yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah (dengan ikhlas), sedang ia berusaha mengerjakan kebaikan, dan ia pula mengikut agama Nabi Ibrahim yang lurus (yang tetap di atas dasar tauhid); dan (kerana itulah) Allah menjadikan Nabi Ibrahim kekasihNya. (An-Nisaa' 4:125 Pencarian mengenal Tuhan
Maka ketika ia berada pada waktu malam yang gelap, ia
melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang“ Al-An’aam: 76-78 Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". (Al-An'aam 6:77) Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: ` Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya). (Al-An'aam 6:78) KISAH DARI INJIL Injil Barnabas melalui lisan Nabi Isa menceritakan kepada kita, bahawa Nabi Ibrahim mengejek ayahnya saat beliau masih kecil. Suatu hari, Ibrahim bertanya kepada ayahnya: "Siapa yang menciptakan manusia wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Manusia, kerana akulah yang membuatmu dan ayahku yang membuat aku." Ibrahim justru menjawab: "Tidak demikian wahai ayahku, kerana aku pernah mendengar seseorang yang sudah tua yang berkata: "Wahai Tuhanku mengapa Engkau tidak memberi aku anak." Si ayah berkata: "Benar wahai anakku, Allah yang membantu manusia untuk membuat manusia namun Dia tidak meletakkan tangan-Nya di dalamnya. Oleh kerana itu, manusia harus menunjukkan kerendahan di hadapan Tuhannya dan memberikan korban untuk-Nya." Kemudian Ibrahim bertanya lagi: "Berapa banyak tuhan-tuhan itu wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Tidak ada jumlahnya wahai anakku." Ibrahim berkata: "Apa yang aku lakukan wahai ayahku jika aku mengabdi pada satu tuhan lalu tuhan yang lain membenciku kerana aku tidak mengabdi pada-Nya? Bagaimana terjadi persaingan dan pertentangan di antara tuhan? Bagaimana seandainya tuhan yang membenciku itu membunuh tuhanku? Boleh jadi ia membunuhku juga." Si ayah menjawab dengan tertawa: "Kamu tidak perlu takut wahai anakku, kerana tidak ada permusuhan di antara sesama tuhan. Di dalam tempat penyembahan yang besar terdapat ribuan tuhan dan sampai sekarang telah berlangsung tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, belum pernah kita mendengar satu tuhan memukul tuhan yang lain." Ibrahim berkata: "Kalau begitu terdapat suasana harmonis dan kedamaian di antara mereka."Si ayah menjawab: "Benar." Ibrahim bertanya lagi: "Dari apa tuhan-tuhan itu diciptakan? Orang tua itu menjawab: "Ini dari kayu-kayu pelepah kurma, itu dari zaitun, dan berhala kecil itu dari gading. Lihatlah alangkah indahnya. Hanya saja, ia tidak memiliki nafas." Ibrahim berkata: "Jika para tuhan tidak memiliki nafas, maka bagaimana mereka dapat memberikan nafas? Bila mereka tidak memiliki kehidupan bagaimana mereka memberikan kehidupan? Wahai ayahku, pasti mereka bukan Allah." Mendengar ucapan Ibrahim itu, sang ayah menjadi berang dan marah sambil berkata: "Seandainya engkau sudah dewasa nescaya aku pukul dengan kapak ini." Ibrahim berkata: "Wahai ayahku, jika para tuhan membantu dalam penciptaan manusia, maka bagaimana mungkin manusia menciptakan tuhan? Jika para tuhan diciptakan dari kayu, maka membakar kayu merupakan kesalahan besar, tetapi katakanlah wahai ayahku, bagaimana engkau menciptakan tuhan-tuhan dan membuat baginya tuhan yang cukup baik, namun bagaimana tuhan-tuhan membantumu untuk membuat anak-anak yang cukup banyak sehingga engkau menjadi orang yang paling kuat di dunia?" Ibrahim berkata: "Wahai ayahku, jika para tuhan membantu dalam penciptaan manusia, maka bagaimana mungkin manusia menciptakan tuhan? Jika para tuhan diciptakan dari kayu, maka membakar kayu merupakan kesalahan besar, tetapi katakanlah wahai ayahku, bagaimana engkau menciptakan tuhan-tuhan dan membuat baginya tuhan yang cukup baik, namun bagaimana tuhan-tuhan membantumu untuk membuat anak-anak yang cukup banyak sehingga engkau menjadi orang yang paling kuat di dunia?"
Selesailah dialog antara Ibrahim dan ayahnya dengan
terjadinya pemukulan oleh si ayah terhadap Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapanya:" Wahai ayahku, mengapa ayah menyembah benda yang tidak mendengar dan tidak melihat serta tidak dapat menolongmu sedikitpun? (Maryam 19:42) (Bapanya) menjawab: "Patutkah engkau bencikan tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Demi sesungguhnya jika engkau tidak berhenti daripada menyeru dan menasihati daku sudah tentu aku akan meluntarmu dengan batu; dan (ingatlah lebih baik) engkau tinggalkan daku sepanjang masa". (Maryam 19:46 Nabi Ibrahim berkata: " Selamat tinggalah ayah; aku akan memohon kepada Tuhanku mengampuni dosamu; sesungguhnya Ia sentiasa melimpahkan kemurahan ihsanNya kepadaku. (Maryam 19:47) Dan bukanlah istighfar Nabi Ibrahim bagi bapanya (dibuat) melainkan kerana adanya janji yang dijanjikan kepadanya (untuk peluk Islam); dan apabila ternyata kepada Nabi Ibrahim bahawa bapanya musuh bagi Allah, ia pun berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Nabi Ibrahim itu lembut hati lagi penyabar. (At-Taubah 9:114) Sekian. Wallahu a’lam