brahim AS dilahirkan di Faddam A'ram di dalam kawasan
kerajaan Babilonia yang kala itu dipimpin oleh raja bernama
Namrud bin Kan'an.
Pada saat itu, Babilonia termasuk kerajaan yang makmur,
sejahtera dan rakyatnya hidup senang. Namun sayangnya, penduduk kerajaan itu tidak mengenal Allah SWT. Melainkan mereka menyembah berhala yang mereka buat sendiri dari lumpur dan tanah.
Sebagai calon utusan Allah SWT yang akan membawa
kebenaran, Ibrahim AS telah diilhami akal sehat, pikiran tajam, dan kesadaran di antara penduduk penyembah patung.
Ketika Nabi Ibrahim mencapai umur cukup dewasa, beliau telah
dapat membedakan yang hak dan batil. Kemudian beliau meyakini bahwa dirinya dan semua makhluk yang ada di dunia pasti ada yang menciptakan.
Pada saat itu, Babilonia termasuk kerajaan yang makmur,
sejahtera dan rakyatnya hidup senang. Namun sayangnya, penduduk kerajaan itu tidak mengenal Allah SWT. Melainkan mereka menyembah berhala yang mereka buat sendiri dari lumpur dan tanah.
Sebagai calon utusan Allah SWT yang akan membawa
kebenaran, Ibrahim AS telah diilhami akal sehat, pikiran tajam, dan kesadaran di antara penduduk penyembah patung.
Ketika Nabi Ibrahim mencapai umur cukup dewasa, beliau telah
dapat membedakan yang hak dan batil. Kemudian beliau meyakini bahwa dirinya dan semua makhluk yang ada di dunia pasti ada yang menciptakan.
Beliau sadar bahwa berhala yang disembah ayah maupun
masyarakat Babilonia tidak dapat makan, minum, hingga berbicara. Sehingga mana mungkin mereka adalah Tuhan yang sesungguhnya.
Oleh sebabnya, Ibrahim AS mulai mencari di mana dan siapa
Tuhan itu sebenarnya. Tuhan yang menciptakan dirinya dan seluruh makhluk di dunia ini.
Perjalanannya mencari Tuhan bermula saat Ibrahim AS melihat
bintang yang bercahaya, dan menyangka bahwa itu adalah Tuhan. Namun, saat bintang itu menghilang di langit dari pandangan mata, Ibrahim AS pun tidak percaya bahwa bintang adalah Tuhan sesungguhnya.
Kemudian Ibrahim AS melihat bulan dan berpikir juga bahwa itu
adalah Tuhan. Lagi-lagi ketika bulan menghilang pada pagi hari, beliau menyadari bahwa bulan bukanlah Tuhan.
Saat pagi hari tiba, beliau kembali melihat matahari. Ibrahim AS
berpikir pula bahwa matahari adalah Tuhan karena lebih besar dari bintang dan bulan. Tapi, ketika matahari terbenam dan waktu malam tiba, beliau tersadar matahari juga bukanlah Tuhan. Karena baginya, Tuhan tidak akan pernah hilang. Demikian beliau adalah pencipta dari semua makhluk. Kisah Nabi Ibrahim AS tersebut diabadikan dalam Surat Al-An'am ayat 76-78: menyimpulkan bahwa sesuatu yang tampak mata bukanlah "Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, 'Inilah Tuhanku.' Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, 'Aku tidak suka kepada yang terbenam.' Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), 'Inilah Tuhanku.' Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, 'Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.' Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), 'Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.' Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, 'Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan.'" (QS Al-An'am: 76-78)
Nabi Ibrahim Menemukan Tuhan yang Sesungguhnya
Setelah memperoleh hidayah, Nabi Ibrahim pun menemukan Tuhan yang selama ini beliau cari. Dialah Allah SWT, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk termasuk bintang, bulan, matahari, maupun dirinya sendiri.
Kemudian Ibrahim AS ingin memerangi syirik dan penyembahan
berhala yang dilakukan ayah maupun masyarakat Babilonia.
Namun sebelumnya, ia ingin mempertebal iman dan
keyakinannya terlebih dahulu supaya hatinya tentram dan semakin yakin. Beliau melakukannya untuk membersihkan keraguan yang kemungkinan sesekali mengganggu pikirannya. Nabi Ibrahim pun memohon kepada Allah SWT agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Allah SWT menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.
Lalu, berserulah Ibrahim AS kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku!
Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."
Allah SWT menjawab seruannya dengan berfirman, "Tidakkah
engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?"
Ibrahim AS menjawab, "Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman
dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu. Namun, aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku mendapat ketentraman dan ketenangan sehingga keyakinan di hatiku makin menjadi tebal dan kukuh kepada-Mu."
Kemudian Allah SWT memperkenankan permohonan Nabi
Ibrahim. Beliau diperintahkan oleh-Nya untuk menangkap empat ekor burung dan memperhatikan serta meneliti bagian tubuh- tubuh burung itu, lalu memotongnya menjadi kepingan.
Tubuh burung yang sudah hancur itu kemudian untuk diletakkan
di atas puncak dari empat bukit yang letaknya berjauhan.
Setelah mengerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah
SWT, lalu Nabi Ibrahim diperintahkan kembali untuk memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak bagian tubuhnya itu.
Dengan izin Allah SWT dan kuasa-Nya, keempat ekor burung itu datang berterbangan dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala setelah mendengar panggilan Nabi Ibrahim. Lalu hinggap dengan wujud hidup di hadapan Ibrahim AS..
Melihat itu dengan mata kepalanya sendiri, ia yakin bahwa Allah
SWT adalah Tuhan yang menciptakan di mana kuasa menghidupkan kembali makhluk-Nya.
Demikian permohonan Ibrahim AS terkabul, hatinya menjadi
tentram dan keraguannya menghilang. Keimanan serta keyakinannya pun semakin tebal dan dalam.
Riwayat ini diabadikan dalam firman-Nya pada Surat Al-Baqarah
ayat 260:
"(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.' Dia (Allah) berfirman, 'Belum percayakah engkau?' Dia (Ibrahim) menjawab, 'Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.' Dia (Allah) berfirman, 'Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.' Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS Al-Baqarah: 260)
Itulah kisah Nabi Ibrahim AS dalam mencari Tuhan yang
sesungguhnya, yang kemudian beliau berhasil menemukannya. Semoga riwayat tersebut bisa diambil hikmahnya ya, detikers. Dalam kisah Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan itu, Nabi Ibrahim memberi penjelasan kepada kaumnya tentang benda-benda langit yang mereka anggap luar biasa seolah seperti Tuhan. Padahal, benda-benda itu adalah ciptaan Tuhan, bukan Tuhan yang patut untuk disembah.
Nyatanya, bintang, bulan, dan matahari sekalipun memiliki
terang yang luar biasa dan berada di langit yang tinggi, maka sewaktu-waktu mereka jadi tak terlihat atau tenggelam. Sementara Allah, tidak pernah kehilangan cahaya dan hilang, meski sekejap saja.
Maka dari itu, Allah adalah Tuhan yang sebenar-benarnya,
Yang Maha Abadi. Oleh karenanya, tidak ada yang patut disembah kecuali Allah.
Namun, penjelasan Nabi Ibrahim sempat dibantah oleh
kaumnya, seperti tertuang dalam surat Al-An'am ayat 80 sebagai berikut.
"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata, 'Apakah
kamu hendak membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku'. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan- sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran?"
"Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang
kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim
untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."
Kendati mendapat tentangan, tetapi Nabi Ibrahim selalu
menjelaskan lagi kepada kaumnya agar mereka mengerti bahwa tidak ada yang layak disembah di muka bumi ini, kecuali Allah SWT.