Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ima Mulianingrum

NIM : 16.0605
TUGAS I

Bagaimana mengenal Tuhan?

Argumen saya:

Dalam kisah Nabi yang pernah saya baca ketika SD dahulu, ada salah satu kisah dari Nabi
Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s adalah putra dari Aaazar si tukang pembuat patung berhala.
Pada jaman itu, masyarakat hanya menyembah patung, bintang dan raja tanpa mengenal
Tuhan Pencipta. Ayah Ibrahim yang memiliki profesi pemahat patung itulah yang membuat
keluargannya mendapat kedudukan istimewa di tengah kaum-kaumnya. Suatu hari Ibrahim
kecil bertanya terhadap ciptaan ayahnya, kemudian ayahnya memberitahunya, bahwa patung-
patung tersebut dari tuhan-tuhan. Ibrahim kecil sangat keheranan melihat hal tersebut,
kemudian timbul dalam dirinya (melalui akal sehatnya) penolakan terhadap perkataan
ayahnya tersebut. Cerita ini diceritakan juga di dalam Al Quran sebagai berikut,

"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: 'Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan
kaummu dalam kesesatan yang nyata.' Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan Kami
(memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam
menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: 'Inilah Tuhanku,' tetapi tatkala
bintang itu tenggelam, dia berkata: 'Saya tidak suka kepada yang tenggelam.'" (QS. al-An'am:
74-76)

"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: 'Inilah
Tuhanku.'" (QS. al-An'am: 76)

"Kemudian tatkala dia melihat sebuah bulan terbit dia berkata: 'Inilah Tuhanku.' Tetapi
setelah bulan itu terbenam dia berkata: 'Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.'" (QS. al-An'am: 77)

"Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: 'Inilah Tuhanku. Inilah yang lebih
besar.' Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: 'Hai kaumkku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang
benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.'" (QS. al-
An'am: 78-79)

"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang
Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut
kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah,
kecuali jika Tuhanku mengendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku
meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ?
Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah)
padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah
sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di
antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu
mengetahui)?'" (QS. al-An'am: 80-81)

Ayat diatas menceritakan kepada kita, bahwa kita dapat mengenal Tuhan dengan melihat
lingkungan sekitar kita. Sama seperti bagaimana cara Nabi Ibrahim mencari Tuhan dengan
melihat alam sekitar.

Manusia diciptakan memiliki akal dan naluri, akal yang dapat berfikir untuk mencari jawaban
dari pertanyaan yang menggoyangkan hati, salah satunya bagaimana kita mengenal Tuhan?
Jawabannya dengan melihat dan mencintai alam sekitar, bagaimana matahari bisa terbit,
kemudian terbenam digantikan bulan dan bintang yang bersinar, bagaimana burung terbang
bebas dan bagaimana makhluk lain dapat hidup di sekitar kita.

Bukankah kita menjadi bertanya siapa pencipta mereka semua? Ya, hanya satu jawaban yaitu
Tuhan. Bagaimana bisa yakin bahwa pencipta itu adalah Tuhan? Karena percaya bahwa
Tuhan si Pencipta dan Tuhan itu memang ada. Bagaimana bisa Tuhan itu ada, dimana Tuhan
itu? Di dalam pikiran dan hati kita, kita yakin dalam pikiran kita Tuhan memang ada, dan
menanamkan kepercayaan itu didalam hati kita bahwa memang Tuhan itu ada. Dan naluri kita
berkerja untuk memperkuat kepercayaaan kita bahwa memang Tuhan itu benar-benar ada.

Anda mungkin juga menyukai