Anda di halaman 1dari 10

Kisah Nabi Ibrahim AS

BAB I
KELAHIRAN

Nabi Ibrahim adalah seorang nabi yang dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang
musyrik dan kafir. Beliau adalah anak Azar yang masih keturunan Sam bin Nuh. Nabi Ibrahim
dilahirkan pada tahun 2295 sebelum Masehi, di negeri Mausul.

Nabi Ibrahim lahir pada zaman kerajaan Raja Namrud yang mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Raja Namrud adalah penguasa Kerajaan Babylonia pada suatu ketika, Raja Namrud mendapat
firasat dalam mimpinya bahwa seorang anak laki-laki akan membuatnya susah, Kelak anak
tersebut akan meruntuhkan kerajaannya. Raja Namrud segera menurunkan titah untuk
membunuh setiap anak laki-laki yang ada di kota Babylonia. Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah
anak yang dimaksud tersebut.

Kemudian, Allah Yang Maha Penolong menyelamatkan ibu Nabi Ibrahim Alaihissalam. Saat
mengandung tidak kelihatan tanda-tanda kehamilan. Hingga ibunya melahirkan dan Nabi
Ibrahim Alaihssalam tumbuh besar dan selamat dari kejahatan Raja Namrud.
Masyarakat di Kerajaan Babylonia ketika itu, menyembah patung-patung sebagai itu. Bahkan,
ayah Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah seseorang yang membuat patung-patung tersebut.

Kehidupan penduduk Kerajaan Babylonia sudah sangat sesat dan menyimpang. Mereka
membangun sebuah tempat untuk menaruh patung-patung sesembahan mereka. Termasuk di
dalamnya patung yang paling besar kepunyaan Raja Namrud. Nabi Ibrahim selalu bertanya-tanya
mengapa patung-patung itu mereka percayai dan sembah. Apakah Tuhan dapat dibuat-buat
seperti berbentuk patung, dan patung seperti itu mungkinkah punya kemampuan sebagai Tuhan.
Bagi Nabi Ibrahim, semua itu tidak masuk akal. Nabi Ibrahim Alaihissalam pun menyadari pasti
ada Tuhan yang pantas disembah tapi dia belum mengetahui apakah itu.
BAB II
MASA KECIL

Nabi Ibrahim mengetahui saat beliau masih kecil bahwa ayahnya seseorang yang membuat
patung-patung yang unik. Pada suatu hari, ia bertanya terhadap ciptaan ayahnya kemudian
ayahnya memberitahunya bahwa itu adalah patung-patung dari tuhan-tuhan.
Nabi Ibrahim sangat keheranan melihat hal tersebut, kemudian timbul dalam dirinya melalui akal
sehatnya penolakan terhadapnya. Uniknya, Nabi Ibrahim justru bermain-main dengan patung itu
saat ia masih kecil, bahkan terkadang ia menunggangi punggung patung-patung itu seperti orang-
orang yang biasa menunggang keledai dan binatang tunggangan lainya.

Pada suatu hari, ayahnya melihatnya saat menunggang punggung patung yang bernama
Mardukh. Saat itu juga ayahnya marah dan memerintahkan anaknya agar tidak bermain-main
dengan patung itu lagi. Ibrahim bertanya: “Patung apakah ini wahai ayahku? Kedua telinganya
besar, lebih besar dari telinga kita.” Ayahnya menjawab: “Itu adalah Mardukh, tuhan para tuhan
wahai anakku, dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa.”
Ibrahim tampak tertawa dalam dirinya padahal saat itu beliau baru menginjak usia tujuh tahun.

Pada suatu hari Ibrahim bersama ayahnya masuk di tempat penyembahan tempat dimana
patung-patung itu berada. Saat itu terjadi suatu pesta dan perayaan di hadapan patung-patung,
dan di tengah-tengah perayaan tersebut terdapat seorang tokoh dukun yang memberikan
pengarahan tentang kehebatan tuhan berhala yang paling besar. Dengan suara yang penuh
penghayatan, dukun itu memohon kepada patung agar menyayangi kaumnya dan memberi
mereka rezeki. Tiba-tiba keheningan saat itu dipecah oleh suara Ibrahim yang ditujukan kepada
tokoh dukun itu “Hai tukang dukun, ia tidak akan pernah mendengarmu. Apakah engkau
meyakini bahwa ia mendengar?” Saat itu manusia mulai kaget. Mereka mencari dari mana asal
suara itu. Ternyata mereka mendapati bahwa suara itu suara Ibrahim. Lalu tokoh dukun itu mulai
menampakkan kerisauan dan kemarahannya. Tiba-tiba si ayah berusaha menenangkan keadaan
dan mengatakan bahwa anaknya sakit dan tidak mengetahui apa yang dikatakan. Lalu keduanya
keluar dari tempat penyembahan itu. Si ayah menemani Ibrahim menuju tempat tidurnya dan
berusaha menidurkannya dan meninggalkannya setelah itu.
Namun, Ibrahim tidak begitu saja mau tidur ketika beliau melihat kesesatan yang menimpa
manusia. Beliau pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Beliau bukan seorang yang sakit.
Beliau merasa dihadapkan pada peristiwa yang besar. Beliau menganggap mustahil bahwa
patung-patung yang terbuat dari kayu-kayu dan batu-batuan itu menjadi tuhan bagi kaumnya. 
BAB III
MENCARI TUHAN

Ibrahim keluar dari rumahnya menuju ke gunung. Beliau berjalan sendirian di tengah
kegelapan. Beliau memilih salah satu gua di gunung, lalu beliau rnenyandarkan punggungnya
dalam keadaan duduk termenung. Beliau memperhatikan langit. Beliau mulai bosan memandang
bumi yang dipenuhi dengan suasana jahiliyah yang bersandarkan kepada berhala. Nabi Ibrahim
Alaihissalam akhirnya melakukan pencarian. Tuhan yang harus disembah pasti sesuatu yang
istimewa dan mempunyai kemampuan yang tidak tertandingi. Kemudian Allah memperlihatkan
tanda-tanda keagungan-Nya. Allah memperlihatkan bintang, bulan, dan matahari kepada beliau.
Namun akhirnya Nabi Ibrahim Alaihissalam mulai mengerti, Tuhan yang disembah bukanlah
Tuhan berupa benda yang terbit dan tenggelam. Tuhan yang patut disembah adalah Tuhan yang 
menerbitkan dan yang menenggelamkan. Allah kemudian memberi petunjuk kepada Nabi
Ibrahim bahwa Allah adalah Tuhan yang selama ini beliau cari.

Nabi Ibrahim yang sudah memiliki kemantapan hati hendak memerangi syirik dan
persembahan berhala yang terjadi  dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu
mempertebalkan iman dan keyakinannya, menentramkan hatinya serta membersihkannya dari
keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu pikirannya degan memohon kepada Allah
agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang
sudah mati. Berserulah ia kepada Allah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana
engkau mengidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan
berfirman : Tidaklah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ?“Nabi Ibrahim
menjawab: “Benar, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan  percaya pada Mu dan kepada
kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat
mendapat ketentraman dan ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.

Kemudian Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim, dan Allah perintahkan Nabi
menangkap empat ekor burung. Kemudian Allah perintahkan Nabi Ibrahim memperhatikan dan
meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur
baurkan kemudian tubuh burung yang sudah hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di
atas puncak setiap bukit dari empat  bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain. Setelah
dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim memangil
burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh
burung dari bagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat
ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sediakala begitu mendengar seruan dan
panggilan Nabi Ibrahim as kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu
didepannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat
menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari
sesuatu yang tidak. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim as
untuk menetramkan hatinya dan menghilangkan keraguan di dalam iman dan keyakinannya.
BAB IV
MENGHANCURKAN BERHALA

Pada suatu hari disaat Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negerinya dan saat itu
kampung-kampungnya kosong. Maka nabi Ibrahim melaksanakan niat yang selama ini
dipendamnya yakni adalah menghancurkan berhala-berhala yang dipuja dan disembah oleh Raja
Namrud dan rakyatnya. Beliau menghancurkannya menggunakan kampak dan hanya satu yang
tidak dihancurkan, hal ini Ia lakukan dengan sengaja kampaknya dikalungkan dileher patung
terbesar itu.

Beberapa hari kemudian Raja Namrud dan pengikutnya tiba kembali di negerinya, dan
mengetahui bahwa seluruh patung-patung yang selama ini disembah sudah hancur maka
murkalah ia terhadap kejadian itu. Raja Namrud seketika langsung menuduh Nabi Ibrahim
sebagai pelakunya, karena semua orang sudah mengetahui bahwa Nabi Ibrahim sangat
membenci berhala-berhala itu.

kemudian singkat cerita Nabi Ibrahim dihadapkan pada Raja Namrud untuk diadili. Sang Raja
berkata dengan geram, “Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-
berhala ini?”. “Bukan!” jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin
geram dan berkata: “Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada disini saat kami
pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?”,“Ya, tapi bukan aku yang
menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya,
bukankah kampaknya masih berada dilehernya?” sahut Ibrahim dengan tenang. Raja Namrud
membantahnya: “Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!”. Mendengar hal itu
dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: “Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang
tidak dapat berbuat apa-apa?” Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya kemudian
menjadi kaget dan tersadar bahkan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak
dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Namun berbeda dengan Raja Namrud pekataan Nabi
Ibrahim justru membuatnya semakin murka
BAB V
MENDAPATKAN HUKUMAN

Raja Namrud dan sangat marah atas kejadian tersebut, akhirnya memerintahkan para
tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan seberat-beratnya. Hukuman yang menurut
Raja Namrud tepat untuk diberikan kepada Nabi Ibrahim adalah dihukum mati dengan jalan
dibakar hidup-hidup. Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya,
sementara Nabi diikat dan ditempatkan ditengah-tengah tumpukan kayu. Tetapi Allah lebih
berkuasa dalam segala hal. Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja
namrud. Lalu Allah berfirman:

‫قُ ْلنَا ٰيَنَا ُر ُكونِى> بَرْ ًدا َو َس ٰلَ ًما َعلَ ٰ ٓى ِإ ْب ٰ َر ِهي َم‬
Artinya: “Kami berfirman: “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya: 69).

Saat menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan
penuh kepuasan. Mereka mengira, Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu.
Namun, begitu terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam.  Nabi tiba-tiba
berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikitpun.

Melihat kejadian tersebut seluruh masyarakat yang awalnya tertawa terbahak-bahak kemudian
menghentikan tertawa tersebut dan berubah menjadi kebingungan. Setelah kejadian tersebut
Nabi Ibrahim pergi berhijrah ke negeri Kan’an dan baitul Maqdis. Disanalah kemudian beliau
hidup dan memiliki keturunan.
BAB VI
UJIAN

Bersama Siti Hajar (istrinya) dan Ismail, Nabi berhijrah ke Mekah. Disanalah beliau
membangun Ka’bah sebagai pusat penyembahan manusia kepada Tuhan. Nabi Ibrahim terkenal
sebagai Nabi yang banyak berdoa kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim memiliki dua istri yaitu
Sarah dan Siti Hajar serta memiliki dua putra Ismail dan Ishaq yang keduanya pun
menjadi Nabi dan Rasul Allah. Ismail dilahirkan oleh Siti Hajar dan Ishaq dilahirkan oleh Sarah.
Beliau menikah dengan Hajar karena bersama Sarah tidak dikaruniai anak, kemudian Sarah
meminta Ibrahim untuk menikahi budaknya Hajar dan lahirlah Ismail. Namun, kemudian tidak
lama Sarah akhirnya memiliki putra yang diberi nama Ishaq.

Ketika seorang putra Ibrahim tumbuh telah mencapai usia dewasa, Allah hendak menguji
kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintah-Nya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan
anak. keimanan beliau, yang telah berhasil menghadapi ujian-ujian sebelumnya, sama sekali
tidak berubah sewaktu menerima perintah ini. Ibrahim mengajak putranya berangkat untuk
melaksanakan perintah Allah. Ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun memohon keringanan dari
Allah tentang perintah ini melainkan ia melaksanakan sebagaimana yang Allah perintahkan.
Ketika Ibrahim membaringkan putranya untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia
meminta tanggapan dan persetujuan dari sang putra yakni Ismail. Ibrahim berkata:“Wahai
putraku, sesungguhnya aku melihat dalam sebuah mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka
sampaikanlah apa pendapatmu!” putranya menjawab: “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; dengan perkenan Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar.”

Tatkala putranya telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk
menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan tangannya, sebab
tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan apapun untuk Allah, juga
membuktikan wujud seorang hamba yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi
Allah.
Kemudian Ibrahim mendapati seekor sembelihan besar sebagai kurban pengganti putranya.  Nabi
Ibrahim as mendapatkan tempat khusus di sisi Allah SWT. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul
azmi di antara lima nabi di mana Allah SWT mengambil dari mereka satu perjanjian yang berat.
Kelima nabi itu adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad
SAW, sesuai dengan urutan diutusnya mereka. Ibrahim adalah seorang nabi yang diuji oleh
Allah SWT dengan ujian yang jelas.

Yaitu ujian di atas kemampuan manusia biasa. Meskipun menghadapi ujian dan tantangan yang
berat, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sebagai seorang hamba yang menepati janjinya dan
selalu menunjukan sikap terpuji.

Nabi Ibrahim adalah seorang harnba Allah SWT yang berhak diangkat-Nya menjadi al-Khalil
atau kekasih Allah SWT. Hal tersebut merupakan derajat dari derajat-derajat kenabian yang kita
tidak mengetahui nilainya.

Kita juga tidak mengetahui bagaimana kita harus menyikapi ketika ada pilihan sedemikian berat.
Sangat mengagumkan bahwa setiap kali Nabi Ibrahim mendapatkan ujian dan kepedihan, beliau
justru menciptakan permata.
BAB VII
WAFAT

ketika memasuki umur seratus lima puluh, Allah menampakkan uban pada rambut Nabi
Ibrahim. Ulama berkata, “Alasan Allah memunculkan uban kepada Nabi Ibrahim adalah karena
Ishaq, putra beliau sangat mirip dengan beliau. Masyarakat disekitar tempat tinggal beliau tidak
bisa membedakan antara keduanya.
Orang datang kepada Ishaq dan menyangka bahwa dia adalah Ibrahim. Orang tersebut menyapa,
“Assalamualaikum, wahai kholilullah.” Akhirnya Ishaq menjawab, “Aku adalah anak dari
kholilullah. Ia lebih baik dari pada aku. Dia bak tuanku dan aku ibarat budaknya.” Saat orang-
orang mulai tidak bisa membedakan antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq maka Allah
memberinya tanda berupa uban.

Namun, Nabi Ibrahim merasa sedih melihat rambut ubannya yang memutih. Tetapi,  beliau
tidak bisa menolak apa yang dialaminya. Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali beruban
dari keturunan Nabi Adam.

Kemudian juga diriwayatkan, ketika malaikat maut hendak mencabut nyawa Nabi Ibrahim as,
maka beliau berkata, “Hai malaikat maut, apakah kamu pernah tahu seorang kekasih mencabut
nyawa orang yang dicintainya.” Maka malaikat maut naik ke langit untuk melaporkannya kepada
Allah Swt.

Lalu Allah berkata, “Katakanlah kepada kekasihku, “Apakah seorang kekasih tidak suka bertemu
dengan orang yang dicintainya?” Lalu malaikat maut kembali kepada Nabi Ibrahim. Dia
menyampaikan apa yang dikatakan Allah SWT.

Mendengarnya, Nabi Ibrahim berkata kepada dirinya, “Tenanglah dirimu untuk saat ini.”
Kemudian malaikat maut mencabut nyawa beliau. Nabi Ibrahim dikuburkan di perkebunan
Hairun, adalah sebuah kebun miliknya yang sebeumnya beliau berwasiat agar dikuburkan di
sana.

Anda mungkin juga menyukai