Walaupun Ibrahim adalah anak yang dibesarkan dari seorang ayah yang bekerja sebagai
pembuat patung berhala, namun semakin dewasa ia tidak lantas percaya begitu saja.
Dengan semangat dan rasa ingin tahunya yang tinggi, Ibrahim belajar dan berpikir tentang
Ketuhanan hingga ia akhirnya menemukan Allah SWT sebagai Tuhan yang
sebenar-benarnya. Ia haus akan kebenaran dan tidak pernah menyerah sat mencari mana
yang ia anggap sebagai kebenaran.
Ibrahim adalah sosok yang rasional dalam mencari kebenaran. Saat ia mencari dan
mengenal Tuhan, ia sempat bertanya-tanya apakah Tuhannya adalah matahari, bulan, atau
alam semesta ini? Ia tidak meyakini berhala-berhala yang dibuat ayahnya adalah sebagai
Tuhan karena baginya hal tersebut tidak masuk akal. Benda mati tidak bisa berbuat apapun
dan tidak bisa menguasai dirinya.
Sedangkan, di saat Ibrahim mulai memahami hakikat dari Tuhan dan Pencipta, Allah SWT
pun memberikan petunjuk bahwa Tuhan adalah Allah SWT. Tiada lain yang menciptakan
alam semesta dan tidak bisa dilihat secara kasat mata oleh manusia, karena Tuhan memiliki
sifat imaterial yang berbeda dengan manusia.
Nabi Ibrahim dan Ismail adalah bukti ketaqwaan. Kecintaan pada keluarga, manusia, tidak
boleh mengalahkan kecintaan kita kepada Allah SWT. Tentunya hal ini sangat berat dan
belum tentu semua manusia bisa menghadapinya. Namun, mereka berdua pantas menjadi
seorang nabi dan namanya diabadikan Al-Quran karena ketaqwaannya yang sangat kuat.
1. Nabi Ismail as. selalu patuh dan taat kepada Allah Swt. Ia melaksanakan semua
perintah Allah
2. Nabi Ismail as. selalu patuh dan taat kepada orang tua. Kebaikan apa pun yang
diperintahkan orang tuanya, akan dilaksanakan dengan senang hati.
3. Nabi Ismail a.s. selalu sabar menjalankan perintah Allah Swt.
4. Nabi Ismail a.s. adalah pekerja keras sejak kecil. Ia ikut serta membangun Kakbah.