Marilah kita wujudkan rasa syukur kehadirat Allah swt dengan mengucap
Alhamdulillahirabbil'alamiin, pada kesempatan yang berbahagia ini, dari sekian milyar
manusia di muka bumi ini, kita dapat hadir dalam rangka menunaikan shalat Idul Adha
1444 Hijriyyah.
Shalawat beriring salam, kita haturkan kepada manusia mulia, manusia pilihan
akhir zaman, baginda Nabi Besar Muhammad saw. Semoga untaian shalawat yang
kita baca di dalam shalat (tahiyyat awal, tahiyyat akhir) dan di luar ibadah shalat,
semakin menambah kerinduan dan kecintaan kepada Rasulullah saw, dan semoga kita
semua mendapatkan syafa'atnya di yaumul qiyaamah. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengannya.”
Dapatkah kita membayangkan bahwa tiga manusia mulia itu mampu menempuh
perjalanan panjang sejauh kurang lebih 1.500 km dengan jalan kaki dibawah terik
panas matahari demi untuk sebuah tujuan yang tidak pernah mereka ketahui, kecuali
mereka yakin bahwa itu adalah perintah Allah swt?
3
Ismail yang masih belia menjawab dengan tenang, "Wahai ayahku, lakukanlah apa
yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang yang sabar."
Hadirin rahimakumullah!
Pada perkembangan berikutnya, ternyata para rasul yang diutus Allah ta'ala
setelah masa Nabi Ibrahim, mereka semua adalah anak-anak
keturunan beliau. Bahkan sebagian diantaranya ada yang diberikan
amanah kenabian dan kekuasaan sebagai seorang raja seperti Nabi Dawud, Nabi
Sulaiman dan Nabi Yusuf 'alaihissalam. Fakta ini membuktikan bahwa pendidikan
bervisi tauhid,aqidah dan akhlaq di lingkungan keluarga, menjadi modal
utama bagi terbentuknya generasi yang berkualitas baik dunia maupun akhirat. Hal
ini dapat
ditemukan dalam surat Al Baqarah ayat 132:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (al
Baqarah ayat 133).
Kurban pada prinsipnya sebagai sebagai salah satu media untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt. Hal ini sesuai dengan makna asal kata kurban, yang berasal dari
bahasa Arab qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya
dekat. Maksudnya adalah dengan berkuban, kita akan semakin dekat dengan Allah swt.
Berikutnya kita harus memahami makna kurban secara hakiki, yakni
menyembelih sifat dan perilaku hewani yang ada pada diri manusia. Karena boleh jadi
wujud kita manusia, tapi sifat dan perilaku hewani ada pada jiwa kita, seperti sifat
rakus, egois, kikir dan sebagainya. Sifat-sifat itulah yang harus ‘disembelih’ untuk
selanjutnya kita jadikan kendaraan ruhani menuju ridha Allah swt. Karena pada
prinsipnya, daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Allah ta'ala.
Tetapi ketaqwaan manusia-lah yang akan sampai kepada Allah swt.
Allah swt berfirman dalam surat al Hajj ayat 37:
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-
Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al Hajj (22) : 37).