Anda di halaman 1dari 6

1

Marilah kita wujudkan rasa syukur kehadirat Allah swt dengan mengucap
Alhamdulillahirabbil'alamiin, pada kesempatan yang berbahagia ini, dari sekian milyar
manusia di muka bumi ini, kita dapat hadir dalam rangka menunaikan shalat Idul Adha
1444 Hijriyyah.
Shalawat beriring salam, kita haturkan kepada manusia mulia, manusia pilihan
akhir zaman, baginda Nabi Besar Muhammad saw. Semoga untaian shalawat yang
kita baca di dalam shalat (tahiyyat awal, tahiyyat akhir) dan di luar ibadah shalat,
semakin menambah kerinduan dan kecintaan kepada Rasulullah saw, dan semoga kita
semua mendapatkan syafa'atnya di yaumul qiyaamah. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin.

Kaum muslimin rahimakumullah!


Setiap tahun, tepatnya tanggal 10 Dzulhijjah, secara rutin kaum muslimin di
penjuru dunia menunaikan ibadah shalat Idhul Adha, dilanjutkan penyembelihan
hewan kurban. Satu poin penting yang harus diperhatikan, bahwa rangkaian ibadah
ini bukan sekedar rutinitas tiap tahun saja. Bukan pula sekedar menggugurkan
kewajiban saja. Tetapi kaum muslimin harus mampu memetik dan meneladani hikmah
di dalamnya. Dengan harapan, kita semua akan tergugah, termotivasi dan bangkit
kembali untuk meneladani semangat pengorbanan dan perjuangan Nabiyullah Ibrahim
alaihissalam.
Kisah meneladani perjuangan nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam diperintahkan
dalam surat al Mumtahanah ayat 4.

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengannya.”

Sejarah mencatat, nabiyullah Ibrahim „alaihissalam adalah sosok Nabi yang


sukses menjalani rangkaian ujian kehidupan Allah swt. Untuk itulah Allah ta‟ala
memberikan apresiasi dengan memberikan beberapa gelar kehormatan seperti abul
anbiya' (bapak para nabi), ulul 'azmi (orang yang sabar dan teguh pendirian), dan
khalilurrahman (kekasih Allah yang Maha Pengasih).
Beliau dijuluki abul anbiya' karena memiliki dua anak yang kemudian menjadi
Nabi, yaitu nabi Ismail dan Nabi Ishaq 'alaihissalam. Dari jalur nabi Ismail terlahir nabi
kita Muhammad saw. Dari jalur nabi Ishaq terlahir nabi Ya'qub dan dari nabi Ya'qub
2

inilah terlahir semua nabi yang berasal dari Bani Israil.


Nabi Ibrahim 'alaihissalam juga mendapat gelar rasul 'ulul azmi di samping Nabi
Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad Saw. Gelar ‘ulul azmi diberikan spesial
karena mereka diuji dengan ujian yang sangat berat, namun mereka tetap kuat, sabar,
tabah dan istiqamah menjalankan perintah Allah swt.
Setelah menyimak perjalanan kehidupan dan kesuksesan
Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam, pertanyaannya
sekarang adalah bagaimana cara kita meneladani perjuangan Nabiyullah Ibrahim
„alaihissalam? Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan
menyampaikan dua cara meneladani perjuangan kesuksesan Nabi Ibrahim
„alahissalam yang dapat dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari.

Pertama, pentingnya menerapkan konsep sabar dan tawakkal.


Jika kita lihat rekaman sejarah, ternyata betul nabi Ibrahim „alaihissalam
menerapkan konsep sabar dan tawakkal dalam menjalani perintah Allah swt.
Meskipun terkadang perintah itu diluar nalar akal manusia. Kita lihat dalam al-Qur’an,
Ibrahim ‘alaihissalam harus bersabar ketika berdakwah kepada ayahandanya sendiri
yang memilih agama lain selain Islam. Kita lihat juga, Ibrahim juga harus berjihad
dengan taruhan jiwa, raga dan nyawa untuk memenggal berhala-berhala kerajaan
sehingga raganya dibakar hidup-hidup. Nabi Ibrahim juga harus bersabar dengan
penantian kehadiran seorang anak, hingga pada usia 86 tahun baru dikaruniai anak.
Ketika anak yang dinanti hadir, lagi-lagi Nabi Ibrahim kembali diuji kesabaran
dan ketaatannya oleh Allah swt. Ibrahim bersama istri dan anaknya Ismail yang
masih bayi dan masih dalam pelukan ibundanya Hajar, atas perintah Allah swt, mereka
harus melangkahkan kakinya menempuh perjalanan sangat panjang dari negeri Syam
(yang sekarang bernama Suria, Palestina, Lebanon dan Yordania) menuju sebuah
lembah jazirah tandus, tidak ada air dan tanaman sekalipun.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Dapatkah kita membayangkan bahwa tiga manusia mulia itu mampu menempuh
perjalanan panjang sejauh kurang lebih 1.500 km dengan jalan kaki dibawah terik
panas matahari demi untuk sebuah tujuan yang tidak pernah mereka ketahui, kecuali
mereka yakin bahwa itu adalah perintah Allah swt?
3

Kemudian kita mengenang kembali ketika detik- detik mengharukan dan


menyesakkan dada, ketika Ibrahim harus meninggalkan istrinya, hanya berdua saja
dengan puteranya Ismail yang masih bayi di padang pasir yang tandus, sepi tanpa
penduduk pada saat itu.
Suami manakah yang tega meninggalkan istrinya di tempatyang gersang, tidak
ada air dan tidak berpenduduk sama sekali? Ayah mana pula yang sampai hati pergi
meninggalkan anaknya yang bahkan kehadirannya telah ditunggu lebih dari 80 tahun?
Sekali lagi itu adalah perintah Allah. Tidak ada pilihan terbaik kecuali harus
sabar, sabar, sabar dan tawakkal kepada Allah Sang Pemilik Segala Kehidupan!
Berkat ketulusan dan ketegaran hati Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam ketika
menerima perintah Allah swt, saat ini kaum Muslimin bisa merasakan hasilnya. Ka’bah
yang pada mulanya dibangun dan dithawafi hanya 3 manusia mulia (yakni Ibrahim –
Hajar dan Ismail), kini setiap tahunnya dithawafi jutaan manusia dari seluruh
penduduk dunia. Dan diprediksi terus- menerus meningkat setiap tahunnya.
Berkat perjuangan Nabiyullah Ibrahim menerapkan konsep sabar dan tawakkal
secara totalitas, kini kaum muslimin bisa merasakan perjuangan beliau. Jazirah yang
dahulunya tandus dan gersang yang hanya dihuni tiga manusia mulia (Ibrahim, Hajar
dan Ismail), kini telah berubah menjadi kawasan yang paling aman, kaya dan makmur
di muka bumi. Begitu juga dengan tanah yang dulunya tandus, kering kerontang,
sekarang ini air berlimpah ruah meskipun air zam-zam itu dikuras berjuta liter tiap
harinya.
Hadirin rahimakumullah!

Kedua, Kesukesan Besar Diawali Dari Pendidikan Dalam Keluarga


Kesuksesan Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam dalam membangun peradaban
dimulai dari mutu dan kualitas pendidikan keluarganya. Sebagaimana yang dijelaskan
surat Ash-Saffat Ayat 99 - 113, kisah pengorbanan bermula ketika Ibrahim bermimpi
menyembelih putera tercintanya Ismail.
Setelah Ismail beranjak dewasa, Nabi Ibrahim mendapat wahyu untuk
menyembelih putranya tersebut. Namun demikian, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak
serta- merta langsung menyembelihnya. Beliau mengajak berdialog dan meminta
pendapat putranya tersebut, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu."
4

Ismail yang masih belia menjawab dengan tenang, "Wahai ayahku, lakukanlah apa
yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang yang sabar."

Hadirin rahimakumullah!

Setelah menyimak dialog antara ayahanda Nabi Ibrahim 'alaihissalam dengan


putera tercintanya Ismail, dapat kita temukan nilai edukasi yang sangat berharga.
Ismail yang masih usia anak-anak, menjawab pertanyaan ayahandanya dengan hati
yang tenang, sabar dan meyakini itu adalah perintah dari Allah swt.
Tentu jawaban Ismail seperti ini berkat pendidikan yang baik dari kedua orang
tuanya, Nabi Ibrahim
„alaihissalam dan istrinya Siti Hajar. Dari sinilah pengenalan dan penanaman pendidik
aqidah harus diterapkan di lingkungan keluarga.
Hadirin hadirat rahimakumullah!

Pada perkembangan berikutnya, ternyata para rasul yang diutus Allah ta'ala
setelah masa Nabi Ibrahim, mereka semua adalah anak-anak
keturunan beliau. Bahkan sebagian diantaranya ada yang diberikan
amanah kenabian dan kekuasaan sebagai seorang raja seperti Nabi Dawud, Nabi
Sulaiman dan Nabi Yusuf 'alaihissalam. Fakta ini membuktikan bahwa pendidikan
bervisi tauhid,aqidah dan akhlaq di lingkungan keluarga, menjadi modal
utama bagi terbentuknya generasi yang berkualitas baik dunia maupun akhirat. Hal
ini dapat
ditemukan dalam surat Al Baqarah ayat 132:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Pesan dan wasiat ayahanda nabi Ibrahim 'alaihissalam ini benar-benar


diterapkan anak-anaknya. Detik-detik ketika nabi Ibrahim akan meninggal dunia,
Ibrahim bertanya kepada anak-anaknya, “Maa ta‟buduuna mim‟ba‟di (apa yang kamu
sembah sepeninggalku)”? Anak-anaknya menjawab:
5

"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya. (al
Baqarah ayat 133).

Ayat di atas membuktikan betapa besarnya perhatian Nabi Ibrahim ‘alaihissalam


pada pendidikan anak-anaknya. Beliau dia tidak rela kalau anaknya bodoh atau berada
pada jalur pendidikan yang salah, seperti tradisi menyembah berhala yang pada
umumya dilakukan penduduk saat itu.
Ketahuilah bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan
tauhid, akhlaq dan aqidah sebagai pondasi yang kokoh. Terpuruknya bangsa ini bukan
karena sumber daya manusianya yang kurang cerdas. Salah satu penyebabnya adalah
adanya krisis moral dan akhlaq. Mereka yang tidak dilandasi akhlaq, dengan ilmunya
akan melakukan korupsi, penyalahgunaan jabatan, dan menghalalkan segala cara
demi meraih kekuasaan dan kepuasan nafsunya.
Begitu juga banyaknya kasus kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, narkoba
atau pun tawuran, terjadi akibat dari kurangnya perhatian bimbingan, kasih sayang
dan pengawasan orang tua terhadap akhlaq mereka.
Untuk itu, pada bulan mulia Dzulhijjah ini, marilah kita merenung, sudahkah kita
menjadi orang tua yang shaleh? Jangan sampai terjadi kita mendambakan generasi
yang shaleh tetapi orang tua sendiri tidak berusaha menjadi orang tunya yang shaleh.
Marilah kita ber-ikhtiar menjadi orang tua yang baik, orang tua yang shaleh
yang rela berkorban harta demi
pendidikan anak-anak kita. Marilah kita berkorban waktu demi mengawasi pergaulan
anak-anak kita, dan membimbing mereka agar selalu dibawah lindungan Allah swt.
Yakinlah bahwa pengorbanan kita, tidak akan pernah sia-sia apapun hasilnya.
Allah berjanji akan mempertemukan kita kembali dengan anak-anak kita di akherat
apabila mereka tetap beriman pada Allah dan menjalankan syariat Islam secara baik.
Hadirin hadirat rahimakumullah!
Demikianlah dua pelajaran berharga yang dapat dipetik dari perjuangan
nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam. Marilah di hari yang mulia ini, kita kembali
agungkan asma Allah dengan mengumandangkan kalimat takbir, tahlil, tahmid dan
membuktikan diri dengan berkurban. Perlu dicatat baik-baik, ibadah kurban bukan
hanya ibadah rutinitas semata. Pastikan kita semua memahami hikmah dan makna
kurban yang sebenarnya.
6

Kurban pada prinsipnya sebagai sebagai salah satu media untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt. Hal ini sesuai dengan makna asal kata kurban, yang berasal dari
bahasa Arab qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya
dekat. Maksudnya adalah dengan berkuban, kita akan semakin dekat dengan Allah swt.
Berikutnya kita harus memahami makna kurban secara hakiki, yakni
menyembelih sifat dan perilaku hewani yang ada pada diri manusia. Karena boleh jadi
wujud kita manusia, tapi sifat dan perilaku hewani ada pada jiwa kita, seperti sifat
rakus, egois, kikir dan sebagainya. Sifat-sifat itulah yang harus ‘disembelih’ untuk
selanjutnya kita jadikan kendaraan ruhani menuju ridha Allah swt. Karena pada
prinsipnya, daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Allah ta'ala.
Tetapi ketaqwaan manusia-lah yang akan sampai kepada Allah swt.
Allah swt berfirman dalam surat al Hajj ayat 37:

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-
Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al Hajj (22) : 37).

Hadirin hadirat rahimakumullah!

Maka dari itu berbahagialah bagi saudara-saudara yang sudah mampu


berkurban. Semoga kita menjadi hamba-hamba yang bertaqwa yang selalu siap
berkorban. Mengorbankan harta, waktu, tenaga, dan pikiran dalam rangka mentaati
perintah Allah swt. Mengorbankan harta, waktu, tenaga, dan pikiran demi
kemaslahatan umat.
Mudah-mudahan khutbah bertemakan Meneladani Perjuangan Nabiyullah
Ibrahim ‘alaihissalam ini memberikan energi semangat untuk meningkatkan kualitas
iman dan taqwa kepada Allah swt. Aamiin Yaa Rabbal‟alamiin.

Anda mungkin juga menyukai