Anda di halaman 1dari 12

Pilihan Hidup: Belajar Dari Abraham

“Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham
kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ ” Yakobus 2:23
Abraham merupakan tokoh dalam Alkitab yang mempunyai peran yang sangat penting. Banyak
kisah-kisah yang terjadi dalam hidupnya yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semua umatNya.
Melalui keturunan Abraham, lahirlah tokoh-tokoh Alkitab yang sangat luar biasa. Dan melalui
keturunannya juga-lah Tuhan Yesus dilahirkan di dunia ini.
*courtesy of PelitaHidup.com
Dalam perjalanan hidup Abraham, banyak pilihan-pilihan yang dia lakukan untuk dapat
mencapai apa yang telah Tuhan janjikan kepada dirinya. Tentunya Abraham juga tidak luput dari
kesalahan, karena dia juga manusia. Tetapi Abraham juga belajar dari kesalahan-kesalahan yang
ada untuk dapat mengambil pilihan yang lebih baik lagi yang tentunya sesuai dengan kehendak
Tuhan.
Mari kita lihat beberapa kisah yang dapat kita pelajari, untuk diterapkan dalam
menentukan pilihan dalam hidup kita:
1. Memilih Untuk Mengalah
“Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur
dan mereka berpisah.” Kejadian 13:11
Kisah ini dimulai dari para gembala dari Abram (belum ganti nama menjadi Abraham) dan Lot
yang berkelahi memperebutkan tanah untuk menggembalakan ternak mereka (Kejadian 13:1-18).
Untuk menghindari perkelahian, Abram mempersilahkan Lot untuk memilih bagian tanah yang
dianggap baik menurutnya. Lot memilih lembah Yordan yang terlihat sangat baik. Abram-pun
mengalah dan menetap di tanah bagian lainnya yaitu di Kanaan.
Kita semua tahu bahwa pada akhirnya tempat yang dipilih oleh Lot dimusnahkan oleh Tuhan,
yaitu di Sodom dan Gomora.
Secara kasat mata mungkin Abram hanya mendapat tanah sisa dan terlihat tidak sebaik lembah
Yordan yang banyak airnya. Tetapi Abram rela untuk mengalah dan menjauhi pertengkaran yang
ada.
Dan kita melihat bahwa justru Tuhan memberikan yang terbaik bagi Abram.
“Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pandanglah
sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,
sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu
untuk selama-lamanya.” Kejadian 13:14-15

Ada saat-saat tertentu dimana Tuhan menuntut kita untuk mengalah dan menyerahkan segalanya
kepada Dia. Di saat kita memilih untuk mengalah, maka kita akan belajar dan melihat bagaimana
Tuhan bekerja dengan luar biasa dalam kehidupan kita. Kita akan melihat pembelaan Tuhan bagi
hidup kita.
2. Memilih Untuk Percaya
“Tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-
laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku
dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.” Kejadian 17:19
Umur Abraham saat itu sudah sembilan puluh sembilan tahun dan Sara berumur sembilan puluh
tahun. Suatu hal yang mustahil bagi manusia untuk dapat memiliki anak pada umur itu. Hukum
alam menyatakan bahwa manusia mempunyai batas umur jika ingin mempunyai atau melahirkan
seorang anak.
Tapi Tuhan berfirman bahwa justru Abraham akan mempunyai keturunan melalui Sara. Dan
melalui anaknya itulah Tuhan mengadakan perjanjian yang kekal baginya dan keturunannya.
Memang kisah ini tidak masuk di akal pikiran manusia. Tetapi Abraham memilih untuk
mempercayai Tuhan yang dia sembah. Dia meyakini apa yang dijanjikan oleh Tuhan. Itulah
sebabnya dia dijuluki sebagai bapa orang beriman. Oleh karena dia percaya kepada hal yang
belum dilihat dan belum diterima.
“TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada
Sara seperti yang dijanjikan-Nya.
Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam
masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.”
Kejadian 21:1-2
Janji Tuhan adalah ya dan amin. Jika Tuhan sudah berjanji, maka Dia akan menepatinya. Selama
kita berpegang teguh kepada janji tersebut dan percaya kepadaNya, maka kita akan menerima
janjiNya seperti yang telah dialami oleh Abraham.

Apa yang kelihatan mustahil saat ini di mata manusia, menjadi mungkin di mata Tuhan. Tidak
ada hal yang mustahil bagi Tuhan, dan tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya
kepadaNya.
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Lukas 1:37
“Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang
percaya!’ ” Markus 9:23
3. Memilih Untuk Taat
“Firman-Nya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke
tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung
yang akan Kukatakan kepadamu.’ ” Kejadian 22:2
Setelah melalui ujian iman di poin nomor dua di atas, Abraham masih diuji oleh Tuhan. Anak
satu-satunya yang merupakan anak perjanjian melalui mujizat yang luar biasa, harus
dipersembahkan (dikorbankan) kepada Tuhan. Dengan kata lain, Abraham harus membunuh
anaknya untuk dijadikan korban.
Sebagai orang tua yang memiliki pengharapan yang besar kepada anak satu-satunya itu, agar
dapat meneruskan keturunannya sehingga dapat menjadi banyak seperti yang dijanjikan oleh
Tuhan, tentu Abraham merasa terpukul mendengar perintah Tuhan tersebut.
Bagi kita yang sudah menjadi orang tua pasti mengerti dengan jelas apa yang dialami oleh
Abraham saat itu. Sungguh suatu hal yang tidak mungkin jika kita melakukan hal tersebut
terhadap anak sendiri.
Tetapi Abraham tidak mengeluh atau bahkan membantah perintah Tuhan. Dengan langkah
mantap dia menyiapkan semuanya dan melakukan persis seperti yang diperintahkan oleh Tuhan.

Abraham memilih untuk taat dibandingkan mengeluh atau bersungut-sungut.


Dan melalui ketaatannya tersebut, sekali lagi kita melihat kuasa Tuhan bekerja. Tepat di saat
Abraham akan menikamkan pisaunya untuk menyembelih anaknya, malaikat Tuhan berseru
untuk menghentikan Abraham. Di saat itulah Tuhan menyatakan bahwa Abraham sungguh-
sungguh takut akan Tuhan dan rela menyerahkan sesuatu yang berharga untuk melakukan
perintahNya.
Dan Tuhan-pun menyediakan seekor domba bagi Abraham untuk dipersembahkan sebagai
korban.
“Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang
dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ ” Kejadian 22:14
Apa yang menjadi perintah Tuhan dalam hidup kita? Mari kita belajar untuk taat kepadaNya,
sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup kita.
Dengan memilih untuk taat kepada Tuhan, maka kita akan melihat pintu-pintu berkat yang akan
Tuhan bukakan bagi kehidupan kita.
“Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah
berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal
kepada-Ku,
maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat
banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan
menduduki kota-kota musuhnya.” Kejadian 22:16-17
.
Setiap hari kita pasti dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang harus kita lakukan. Kita dapat
belajar dari tiga kisah hidup Abraham di atas, untuk dapat menentukan pilihan apa yang harus
kita ambil.
Jangan berdalih bahwa kita tidak punya pilihan lain selain mengikuti atau menjalani hal-hal yang
bertentangan dengan Firman Tuhan. Selalu ada pilihan bagi kita! Pilihlah jalan terang yang telah
Tuhan sediakan bagi kita. Pilihlah jalan kehidupan yang akan memberikan rasa damai sejahtera
bagi hidup kita.
Jangan takut dikucilkan oleh dunia ini jika ingin menerapkan pilihan-pilihan tersebut. Jangan
takut pada resiko yang akan terjadi jika kita menjalani pilihan yang sesuai dengan kebenaran
Firman Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan akan membela setiap keputusan yang kita ambil, jika kita
benar-benar mengandalkan kekuatan Tuhan dan berjalan dalam kebenaran FirmanNya.
Dan Tuhan jugalah yang akan memberikan sukacita dan kemenangan dalam setiap keputusan
yang kita jalani. Damai sejahtera Allah akan menyertai setiap langkah hidup kita. Haleluya!
“TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;
apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar
ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;
tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi
berkat.
Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk
selama-lamanya;
sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-
Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik
akan dilenyapkan.” Mazmur 37:23-28
Menjadi Orang Percaya Yang Kokoh Dalam Tuhan
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada
TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi
batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau,
yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Yeremia 17:7-8
Ada banyak orang membaca Yeremia 17:7-8, mereka langsung melompat pada ayat 8, dimana
mereka langsung membahas akibatnya, dan bukan mencari sebabnya. Kenapa saya katakan
begitu, karena mereka langsung menggambarkan atau beralegoris bahwa orang percaya harus
menjadi pohon yang kokoh yang mampu bertahan pada musim kemarau dan merambatkan akar-
akar ke ujung-ujung batang air serta menghasilkan buah pada musimnya. Benarkan demikian?
Bagi saya hal tersebut tidak salah, hanya kurang pas saja. Saya memberikan contoh sebuah
kalimat “saya makan, maka saya kenyang”. Kenapa saya kenyang? Karena saya makan. Dari
kalimat ini, kita bisa melihat ada kata sebab dan ada kata akibat. Sebabnya ada pada kata
“makan” sedangkan akibatnya ada pada kata “kenyang”. Mungkin anda akan bertanya, apa
hubungannya dengan ayat diatas?
*courtesy of PelitaHidup.com
Yeremia 17:7-8 juga berbicara tentang sebab – akibat. Ayat 8 berbicara akibat, sedangkan ayat 7
adalah sebabnya. Jadi untuk dapat menjadi orang percaya yang kokoh bagaikan pohon
setidaknya orang tersebut memiliki dua hal yang terdapat pada ayat 7 yang merupakan sebabnya.
Berikut ini kedua hal yang menyebabkan kita dapat menjadi orang percaya yang kokoh di
dalam Tuhan:
1. Mengandalkan Tuhan
Kata “mengandalkan” mempunyai kata dasar: andal, yang berarti dapat dipercaya. Jadi semacam
tempat untuk bergantung apapun bentuknya. Orang tersebut tidak bisa apa-apa tanpa hal itu. Dari
sini dapat ditarik kesimpulan bahwa orang percaya harus mengandalkan Tuhan. Tanpa Tuhan
atau di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa.
2. Menaruh Pengharapan Kepada Tuhan
Kata “menaruh” mempunyai pengertian: melepas atau memberi pada sesuatu yang kita percayai.
Dengan kata lain, kalau kita taruh sesuatu di suatu tempat, maka kita percaya barang tersebut
tidak akan hilang.
Jadi orang percaya setidaknya sangat percaya atau amat percaya akan sesuatu yang akan datang.
Pengharapan hampir sama dengan iman, bahwa percaya sekalipun belum melihat sesuatu.
Karena bukan pengharapan jika hal itu sudah didapat atau sudah dilihat.

Kalau orang percaya sudah memiliki dua hal tersebut di atas, yaitu mengandalkan Tuhan dan
menaruh pengharapan kepada Tuhan, barulah dapat menerima akibatnya yaitu berkat yang
Tuhan sediakan bagi umatNya yang setia kepadaNya.

Orang percaya yang seperti ini ibarat pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang tidak akan
kering karena panas terik, dan tidak akan pernah berhenti menghasilkan buah. Sehingga ia
menjadi orang yang kokoh di dalam Tuhan serta menjadi kuat dalam menghadapi tantangan
hidup.
Pdp Jafar Thamrin. S.Th
Kuasa Perkataan Iman: Jalan Keluar Bagi Masalah
“Cerita ini tentang seorang ibu yang berasal dari daerah Fenisia di propinsi Siria dan dia
berbahasa Yunani. Dia mempunyai seorang anak perempuan yang kerasukan roh jahat.
Waktu ibu ini mendengar Yesus ada di situ, dia langsung datang dan berlutut di kaki
Yesus. Ibu ini meminta supaya Yesus mengusir roh jahat dari anak perempuannya.
Tetapi Yesus menjawab, “Kamu bukan orang Yahudi. Jadi kalau Aku menolongmu, itu
sama seperti orang yang membuang makanan anak-anaknya kepada anjing. Biarlah
mereka dikasih makan dulu.”
Lalu ibu itu menjawab, “Benar, Bapa. Biar anak-anak Yahudi makan lebih dulu. Tetapi
biasa yang terjadi adalah bahwa anjing-anjing di bawah meja diberikan sisa-sisa makanan
yang tidak dimakan oleh anak-anak.” Markus 7:26-28 TSI (Terjemahan Sederhana
Indonesia)
*courtesy of PelitaHidup.com
Dari pembacaan di atas, maka kita dapat melihat bagaimana kata-kata dari ibu ini, dengan begitu
percaya dia mengatakan statusnya yang tidak termasuk dalam golongan orang Yahudi. Artinya
apapun status yang diberikan oleh Yesus, dengan kerendahan hati dia menyadari hal itu dan dia
mengakuinya.
Tuhan Yesus melihat kesungguhan hatinya. Akibat dari perkataannya seperti itu maka Tuhan
Yesus berkata kepadanya bahwa, “Ibu boleh pulang, sekarang roh jahat itu sudah keluar dari
anakmu.
Keadaan ibu ini menggambarkan bagaimana dia mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang
dia hadapi. Dia tidak mencari penyebab terjadi masalah, tetapi yang dia butuhkan adalah jalan
keluar dari masalah ini.

Berapa banyak dari kita yang sering mencari penyebab terjadinya masalah, dan tidak mencari
jalan keluar. Sering kita diperhadapkan dengan masalah, dan bukan jalan keluar yang kita cari
tetapi malah membuat masalah dengan membesar-besarkan masalah tersebut.
Untuk itu kita perlu merubah kebiasaan berkata-kata yang tidak penting. Kita harus mulai
perkatakan hal-hal yang baik. Jangan perkatakan hal-hal yang negatif seperti yang sering terjadi
dalam keluarga, ketika orang tua marah kepada anaknya, tanpa disadari mengatakan, “Anak
bodoh, anak kurang ajar, anak tidak tahu diuntung, dan lain-lain”.
Sadar atau tidak sadar, kita sedang membentuk anak dengan kata-kata kita. Maka jadilah anak
sesuai dengan perkataan kita. Perkataan negatif akan membentuk anak-anak ke arah negatif.
Perkataan positif akan membentuk anak-anak ke arah yang positif.

Perempuan Fenisia ini percaya dengan kata-katanya karena dia sudah dengar tentang Yesus,
walaupun dia bukan orang Yahudi. Tetapi lewat perkataannya maka terjadilah seperti itu. Hal ini
yang Allah mau dari kita. Walaupun perempuan itu disamakan seperti anjing yang tidak pantas
makan makanan dari meja tuannya, tetapi dia tetap mengatakan bahwa anjing juga selalu makan
sisa-sisa makanan dari meja tuannya. Itu artinya dia tahu bahwa dia juga pantas untuk menerima
kasih karunia Allah dan kebaikan hati Allah.
Belajar dari perempuan ini maka satu hal yang perlu kita sadari dan lakukan sekarang adalah
selalu memperkatakan Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus mengucapkan
kata-kata yang mendeklarasikan Firman Tuhan supaya iblis lari dari kita. Dengan begitu iblis
tidak betah dalam hidup kita karena hidup kita terus diisi dengan Firman Tuhan.
Buang semua perasaan terintimidasi oleh masa lalu, yang tidak pernah membuat hati dan pikiran
tenang. Kita harus mulai membangun pola hidup yang beda, mulai memiliki sikap hati dan kata-
kata yang mengandung Firman Tuhan. Dan itulah yang harus menjadi model hidup kita, menjadi
gaya hidup kita sehari-hari.
Perlu kita sadari bahwa dengan kata-kata kita dapat mengubah kehidupan kita dan juga orang
lain. Perkataan kita mengandung kuasa Kerajaan Allah, dan juga mengandung hal-hal yang lain.
Apa yang kita perkatakan selalu maka itulah yang terjadi.
Jangan kita mengukur kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Sering kita membandingkan
apa yang ada di depan mata kita sementara itu kita mengabaikan apa yang tidak kelihatan,
seolah-olah kita memang tidak tahu. Lalu kita mulai mengolah di pikiran kita. Apa yang timbul
dalam pikiran itu yang akan dirasakan dalam hati dan selanjutnya akan keluar dari mulut kita.
Kita harus menjaga perkataan kita satu sama lain, karena lewat perkataan kita bisa
menghancurkan diri kita dan orang lain, tetapi juga bisa memperbaiki diri kita dan juga orang
lain.
Dalam kitab Kejadian pasal 1 menceritakan tentang penciptaan. Allah menciptakan segala
sesuatu hanya dengan berfirman saja, atau dengan kata lain hanya lewat perkataan saja maka
semua itu jadi. Betapa besar kuasa perkataan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa kata-
kata.
Begitu pula dengan kita, lewat perkataan saja maka semua itu bisa terjadi. Seperti dalam Markus
11:23 TSI, “ Apa yang Aku katakan ini benar sekali: Kalau kamu masing-masing percaya, kamu
juga bisa melakukan tanda-tanda ajaib yang besar seperti ini. Contohnya, kamu bisa meminta
kepada Allah, ‘Biarlah gunung yang ini pindah ke dalam laut.’ Tetapi kamu harus sungguh-
sungguh percaya tanpa ragu-ragu dalam hatimu, maka Allah akan melakukan apa yang kamu
minta. Inilah iman yang bisa melakukan mujizat.”
Perkataan yang mengandung kuasa akan mengubah dam memulihkan hidup kita selamanya.
Dengan kata lain, apa yang keluar dari mulut kita itulah yang akan terjadi dalam hidup kita
selamanya. Ingat bahwa kuasa yang ada pada kita jauh lebih besar.
‘‘Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah,
yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Yohanes 1:12
“Tetapi untuk mereka yang menerima-Nya, Dia memberikan hak untuk menjadi anak-anak
Allah. (Yang dimaksud dengan kata “mereka menerima-Nya” adalah bahwa mereka percaya
kepada-Nya).” Yohanes 1:12 TSI.
Ingat bahwa kita sudah diberi hak menjadi anak-anak Allah. Itu artinya kita punya kuasa untuk
mengusir segala tipu daya iblis yang membuat kita tidak pernah terhubung dengan Pencipta kita.
Jadilah pribadi yang baru, latihlah manusia roh kita untuk terus terhubung dengan Pencipta, yaitu
Allah Bapa. Amin!
Elsa Joyce Suebu, Anggota Tim Penerjemahan Alkitab, Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
3 Rahasia Untuk Menjaga Pelita Tetap Menyala
“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
Matius 25:13
Bacaan: Matius 25:1-13
*courtesy of PelitaHidup.com
Kisah ini menceritakan hal Kerajaan Sorga yang seumpama sepuluh gadis. Kesepuluh gadis
tersebut membawa pelitanya untuk menyongsong mempelai laki-laki.
Lima gadis yang bijaksana membawa pelita dan sekaligus minyak dalam buli-buli mereka.
Sedangkan lima gadis yang bodoh hanya membawa pelita dan tidak membawa minyak.
Pada saat mereka menunggu mempelai, mereka tertidur karena mempelai yang ditunggu tidak
datang-datang juga. Pada saat tengah malam, ada yang berseru dan memberitahu bahwa sang
mempelai akan datang. Lalu para gadis terbangun dan bersiap-siap untuk menyambut sang
mempelai.

Para gadis bodoh menyadari bahwa pelita mereka hampir padam dan mereka sama sekali tidak
memiliki minyak cadangan. Lalu mereka meminta minyak kepada para gadis bijaksana. Tetapi
gadis-gadis bijaksana tidak memberikannya dan menyuruh mereka untuk membelinya kepada
penjual minyak.
Pada waktu gadis-gadis bodoh pergi membeli minyak, datanglah sang mempelai lalu memulai
perjamuan kawin dan menutup pintunya. Gadis-gadis bodoh yang akhirnya tiba belakangan tidak
diberi ijin untuk masuk dan mengikuti acara perjamuan kawin.
Pelita merupakan terang Firman Tuhan yang memberikan penerangan bagi setiap langkah hidup
kita. Kita tidak akan dapat berjalan lurus di dalam dunia yang gelap ini tanpa terang Firman
Tuhan.

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Mazmur 119:105
Bagaimana mungkin kita dapat berjalan ke arah yang benar jika berjalan dalam
kegelapan? Jangan pernah berjalan, bekerja, mengambil keputusan tanpa hidup dalam terang
Firman Tuhan.  Oleh karena itu jagalah agar kita senantiasa mempunyai minyak yang cukup
sehingga pelita yang kita bawa dapat terus menyala.
Bagaimana agar kita dapat selalu memiliki minyak, sehingga pelita kita dapat terus
menyala?
“Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan
malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,
sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Yosua 1:8
1. Baca Firman Tuhan
Jangan lupa untuk membaca dan memperkatakan Firman Tuhan. Baca FirmanNya setiap hari,
agar terangNya senantiasa menyala di dalam hati kita.
Terang Firman Tuhan yang terus menyala akan menyingkapkan segala kegelapan yang ada,
sehingga kita dapat diperbaharui hari demi hari. Hidup kita akan diubahkan, yang dahulu
merupakan manusia yang penuh dosa, tetapi saat ini menjadi manusia baru. FirmanNya akan
menyucikan hidup kita sehingga membuat kita layak menghadap tahta Kerajaan Surga dan
memanggil “Ya Abba, ya Bapa”.
2. Renungkan Firman Tuhan
Renungkan FirmanNya setiap waktu. FirmanNya akan memberi kita kekuatan dan sukacita yang
penuh dalam menghadapi berbagai macam masalah dan pencobaan. FirmanNya akan
memberikan pengharapan sehingga kita akan tetap berdiri dalam gelombang badai yang datang
menerpa. FirmanNya juga yang akan mengingatkan kita jika kita mulai berbuat salah atau
menyimpang dari jalanNya.
Tanpa Firman Tuhan, kita tidak akan pernah tahu bahwa kita ternyata sudah berjalan di jalan
yang salah. FirmanNya akan menolong hidup kita sehingga kita akan senantiasa bertindak hati-
hati dalam setiap langkah hidup kita.
3. Lakukan Firman Tuhan
Terapkan FirmanNya dalam kehidupan kita baik di dalam keluarga, pekerjaan, bisnis dan
lingkungan sosial. Jangan mau kompromi dengan kegelapan dunia dan segala kenikmatan yang
ditawarkan.
Dengan melakukan FirmanNya, Tuhan akan memberkati setiap langkah yang kita jalani. Dia
akan membuka jalan dan mencurahkan berkatNya dalam kehidupan kita. Keberuntungan akan
menyertai hidup kita. Dan kita akan melihat begitu banyak pintu-pintu yang dibukakan bagi kita,
sehingga berkatNya berkelimpahan dalam hidup kita. Tidak hanya itu saja, bahkan Tuhan juga
membuat kita menjadi berkat bagi banyak jiwa-jiwa di sekitar kita.
Tetaplah baca, renungkan dan lakukan Firman Tuhan setiap hari, maka pelita itu akan senantiasa
menyala dalam kehidupan kita. Sehingga kita mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam
hidup kita. Nama Yesus dimuliakan adanya. Haleluya!
.
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di
jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan
malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. ” Mazmur
1:1-3
Kebahagiaan Orang Benar: Berkat Yang Tuhan Sediakan
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada
segala perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.” Mazmur
112:1-2
Mazmur 112 berbicara tentang berkat-berkat yang disediakan oleh Tuhan bagi orang-orang yang
hidupnya benar dan takut akan Dia. Mungkin ada yang berkata, “Hari gini hidup benar, sudah
nggak zamannya kali! Mumpung masih hidup di dunia ini, mending dibuat happy-happy, urusan
akhirat entar aja!” (meminjam istilah anak muda).
Terus terang, tidak mudah hidup dalam kebenaran (hidup kudus) di jaman seperti sekarang ini,
apabila sat ini dunia dipenuh dengan tawaran-tawaran yang menggiurkan, yang mungkin bagi
banyak orang merupakan kerugian besar bila dilewatkan begitu saja.
*courtesy of PelitaHidup.com
Memang untuk hidup benar ada harga yang harus kita bayar: itulah yang disebut pikul salib.
Terkadang ketika mempertahankan hidup benar (menjaga kekudusan) kita malah ditinggalkan
temen-temen terdekat kita, dicemooh dan juga dikucilkan dari lingkungan pergaulan yang ada.
Ini bukanlah hal yang mengejutkan lagi! Orang cenderung lebih memilih hidup menurut
keinginannya sendiri dan memaskan nafsunya daripada harus tunduk dan taat kepada firman
Tuhan.
Hari ini kita kembali diingatkan bahwa hidup benar bukanlah kerugian, tetapi membaewa
keuntungan yang luar biasa, tidak hanya saat kita masih hidup di dunia ini, terlebih lagi untuk
kehidupan yang akan datang.

Orang benar adalah yang hidup di dalam ketaatan, merenungkan firman Tuhan siang dan malam serta
melakukannya. Sedangkan yang dimaksud dengan takut akan Tuhan adalah menaruh kehadiranNya
dalam hidup kita.
Ingat, jerih payah dan perjuangan kita untuk hidup benar tidak pernah sia-sia.
“Dalam tiap jerih payah ada keuntungan.” Amsal 14 : 23a

Ada berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi orang benar:


 Keturunannya, perkasa, anak-anaknya selalu menjadi contoh/teladan (ayat 2)
 Rumah tangganya diberkati dan menjadi berkat orang lain (ayat 3)
 Tidak akan berjalan dalam kegelapan karean terang Tuhan akan selalu menyetai hidupnya (ayat
4)
 Hidupnya selalu dibuat mujur (ayat 5)
 Senantiasa beroleh kekuatan karena TUhan selalu menopangnya (ayat 6)
Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang yang hidupnya benar!
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala
perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.
Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.
Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan
urusannya dengan sewajarnya.
Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.
Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN.
Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya.
Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-
lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.
Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang
fasik akan menuju kebinasaan.” Mazmur 112
Hidup Dengan Ucapan Syukur: Memberi Ketenangan Jiwa
Syukur adalah komponen ikhlas yang pertama dan terpenting dalam hidup kita. Namun
demikian, banyak orang yang masih keliru dalam menerapkan rasa syukur. Mereka hanya
sekedar mengucapkan atau mengakui, bukan merasakan perasaan syukur itu; sekedar di bibir,
bukan mencoba memasukkannya ke dalam hati.
Rasa syukur adalah kemampuan kita menikmati apa yang sedang kita alami. Intinya adalah rasa
nikmat di dalam hati. Bersyukur adalah menikmati perasaan syukur itu.
“Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang
adil.” Mazmur 119:7
*courtesy of PelitaHidup.com
Mengucap syukur tanpa benar-benar menikmati perasaan syukur itu sama artinya dengan tidak
jujur dengan diri sendiri, karena mengatakan apa yang tdak dirasakan.
Dan ternyata banyak juga orang yang hanya (benar-benar) bersyukur jika yang dperolehnya
adalah hal-hal yang dianggap menyenangkan saja. Mestinya bersyukur itu kan kita lakukan
setiap kali kita menikmati sesuatu (menyenangkan atau tidak) mengingat segala sesuatu itu
datangnya dari Tuhan.
Anda pasti ingat apa yang diungkapkan Paulus supaya hatimu penuh melimpah dengan syukur.

“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah
teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan
syukur.” Kolose 2:7
Ungkapan itu justru harus hadir bukan pada saat semua berjalan menyenangkan, tetapi pada saat
yang sulit dan pada saat dia mengalami penderitaan. Dengan kata lain, bersyukur itu sama
pengertiannya dengan menerima dan merasakan nikmat pada setiap keadaan yang kita alami.
Kecenderungan manusia yang sulit untuk mensyukuri dan menikmati apa yang ada di tangannya
karena selalu mengharapkan yang belum dimilikinya.

Anda ingat ketika Tuhan Yesus menyembuhkan sepuluh orang yang penyakitan kusta? Dari
sepuluh orang yang sudah mendapatkan dan merasakan kesembuhan, hanya satu orang yang
datang untuk bersyukur (Lukas 17: 11-19).
Mengapa mereka tidak mau bersyukur dan berterima kasih atas kesembuhan yang telah diterima?
Itu karena yang aktif bekerja adalah pikirannya, bukan hatinya. Akibat dari sulit bersyukur
adalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh; sama seperti bangsa Israel yang sedang di padang
gurun, dicatat dalam Perjanjian Lama, yang selalu mengeluh.
Lalu bagaimana cara terbaik untuk kita bersyukur? Cara terbaik untuk bersyukur adalah adalah
dengan mengenali dan menghayati rasa nikmat sekecil apapun dalam dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, sambil mengungkapkan dengan kata-kata, (syukur, Timakasih, puji Tuhan dan istilah
apapun itu).
Apapun yang sedang terjadi, baik maupun buruk, hayatilah dan nikmati saja. Pastikan apa yang
terucap dari mulut kita adalah apa yang kita rasakan di dalam hati, inilah arti sebenarnya
kata jujur. Dengan kata lain, bersyukur yang tepat itu kalau kita melakukannya dengan jujur.
Bersyukur itu juga memberi pengaruh kepada ketenangan jiwa. Sebab pada hakikatnya,
bersyukur adalah mengingat Dia yang Maha memberi, dan Dia yang Maha pemurah, Dia yang
Maha pengasih, Maha segalanya. Dan dengan terus mengingat segala kebesaran dan kebaikan
Tuhan itu kita bisa menemukan ketenangan jiwa.
“Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.” Mazmur 116:7
Trimakasih Tuhan, untuk kasih setiamu
Yang kualami dalam hidupku
Trimakasih Yesus, untuk kebaikanMu
Sepanjang hidupku
Trimakasih Yesusku, Buat anugrah yang Kau b’ri
S’bab hari ini, Tuhan adakan, syukur bagiMu..
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, Bahwasanya Tuk selamanya, kasih setia-Nya
(1 Taw. 16: 34)
Yesus Tahu Apa Yang Kita Butuhkan
“Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari
setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Matius 4:4
Saya menerima renungan harian melalui email yang dikirim oleh tim KPR GKJ Nehemia.
Renungan ini sangatlah menarik dan patut dijadikan pelajaran dalam hidup saya dan juga bagi
teman-teman sekalian. Renungan itu diberi judul “Tuhan sudah tahu” dan mengambil nats
alkitab dari Matius 4:1-11, tentang Iblis yang mencobai Yesus di padang gurun.
Iblis ingin mempengaruhi Yesus dengan memutar-balikkan Firman Tuhan, dia ingin agar Yesus
terpengaruh dan dapat mengikuti segala kemauannya. Tetapi tentunya Yesus jauh lebih tahu
tentang Firman Tuhan, karena Dialah Firman itu sendiri.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-
Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran.” Yohanes 1:14
Yesus jauh lebih mengerti dari segala apa yang terjadi dan apa yang dibutuhkan oleh dunia ini,
terlebih lagi segala kebutuhan kita.
Di bagian renungan ini kita diajak untuk melihat satu kisah sederhana tentang seorang anak
perempuan dari seorang pembuat boneka yang meminta ayahnya itu untuk segera memperbaiki
bonekanya yang rusak karena terjatuh.

Ayahnya memintanya untuk bersabar : “tinggalkan saja boneka itu di situ dan ayah akan
memperbaikinya satu per satu.” Tapi anak perempuan itu tidak sabar : “Tidak ayah, itu terlalu lama.
Cukup taruh lem di sana dan di sini, lalu memaku bagian ini dan menyambung yang ini.” Ayahnya
memintanya untuk bersabar dan mempercayakan boneka yang telah rusak itu kepadanya tapi
sayangnya anak itu keras kepala dan tetap pergi membawa boneka rusaknya itu.
Saya berhenti sejenak setelah membaca renungan ini, melihat hidup saya yang memang
terkadang terlalu memaksa Tuhan untuk segera melakukan segala permintaan saya. Dan
sepertinya renungan hari ini menegur keras hati saya.
Awal tahun ini saya mengalami suatu kisah pahit dalam hidup saya. Dalam doa saya minta ke
Tuhan untuk SEGERA / SECEPATNYA buat saya lewatin masalah itu, kubur masa lalu saya,
dan bangun masa depan yang baru buat saya. Tapi hari-hari sepertinya lambat berjalan,
sepertinya Tuhan gak dengar doa-doa saya. Dan sepertinya perih di hati saya tak kunjung
terobati.

Lalu saya mulai tersadar akan kisah hidup saya dulu kala, betapa Tuhan membentuk saya dari
berbagai masalah hidup, berbagai rintangan dan cobaan, dan ternyata itu membuat saya jadi
seperti sekarang ini.
Saya coba belajar tentang ini semua, tentang rasanya dikhianati, rasanya ditinggalkan, rasanya
disakiti. Sama seperti Yesus juga dikhianati, ditinggalkan dan disakiti sebelum disalibkan.
Saya juga belajar untuk sabar dalam menanti jawaban dari setiap doa-doa saya sambil boleh terus
bertekun dan percaya kalo Tuhan itu sangatlah amat baik dan Dia akan memberikan selalu yang
terbaik buat hidup saya.
Toh, Tuhan tahu apa yang memang terbaik buat kita, menurut waktuNya, menurut caraNya dan
menurut kehendakNya.
Jadi berhentilah mendikte Tuhan, karena Dia tahu apa yang kita perlukan. Serahkan hidup kita
sepenuhnya kepada Dia, Dia yang akan menolong dan menuntun setiap langkah hidup kita.
Renungan ini disumbangkan dari pembaca Pelita Hidup.
Memandang Masalah Dari Kacamata Allah
“Lalu berdoalah Elisa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.”
Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu
penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.” 2 Raja-raja 6:17
Perkara baik atau buruk itu tergantung dari cara kita memandang. Masalah bisa menjadi buruk
tapi bisa juga menjadi baik, itu juga tergantung dari cara kita memandang. Lihatlah hal yang baik
dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya,
lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, secara mengejutkan kita akan melihat
hal-hal yang positif.
Dean Black menceritakan dua kisah nyata mengenai hal ini dalam buku Frogship Perspective.
Seorang pemain bola basket berbakat, ketika berusia 16 tahun kehilangan kedua kakinya dalam
sebuah kecelakaan. Ini hal yang buruk bagi Curt Brinkman, pebasket muda tersebut yang
akhirnya menjadi atlet kursi roda terkenal. Ia berkata, “Segera sesudah kecelakaan itu saya
bangkit. Saya justru tidak tahu seperti apa kalau kaki saya masih ada.
*courtesy of PelitaHidup.com
”Seorang pria setengah baya melihat kembali dari kebutaan matanya semenjak lahir. Lalu
seorang psikolog yang menanganinya berkomentar tentang mantan pria buta ini, “Waktu buta,
dia hebat sekali. Tapi waktu dia sembuh, prestasinya merosot drastis, bahkan seperti orang
bodoh.”
Bagi kita kehilangan kedua kaki adalah masalah besar, tapi bagi Curt Brinkman justru adalah
kunci kesuksesan. Bagi kita mendapat kembali penglihatan adalah hadiah, tapi bagi pria separuh
baya tersebut adalah masalah besar. Mengapa bisa demikian? Ini bukan soal masalahnya, tapi
soal bagaimana kita melihat sebuah masalah.
Perlu saya tekankan sekali lagi, melihat hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka
hal itu akan terlihat sedemikian negatif. Sebaliknya, melihat hal yang buruk dengan cara pandang
yang baik, maka kita akan melihat hal-hal yang positif.

Apakah hari ini kita sedang mengalami masalah? Bagaimana cara kita memandang masalah
tersebut?
Tuhan selalu mengajar agar kita melihat segala masalah dari sudut pandang yang positif. Ini
seperti orang yang memakai kacamata. Memakai kacamata hitam akan membuat obyek yang
paling terangpun akan terlihat gelap. Jadi jika hari ini hidup Anda terlihat begitu suram dan gelap
untuk dijalani, jangan-jangan yang salah adalah kacamata Anda.
Lihatlah setiap masalah yang paling buruk sekalipun dengan kacamata positif.

Aku tak pernah tahu akan hari esok, namun ketika ENGKAU masih memberikan aku
kesempatan hari ini untuk berubah dan menjadi lebih baik, maka semuanya itu adalah karena aku
dimampukan untuk melewati kegelisahan, ketakutan, dan menghadapi gelombang kehidupan,
jadi bersyukurku lebih banyak dan mengeluhku lebih sedikit atas berlimpahnya pengharapan
baik atas hidup baru ini. Karena aku tahu Dia pengang hari esokku. Amin.

Anda mungkin juga menyukai