Anda di halaman 1dari 4

Berpola Pikir Perjanjian Allah dengan Abraham

Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima
janji Allah (Galatia 3:29). Detik kita lahir baru, detik itu kita menjadi umat perjanjian Allah. Kita sah
sebagai keturunan Abraham dan mewarisi semua janji-janji Allah kepada Abraham. Perjanjian Allah
dengan Abraham diteguhkan dalam Kejadian 12:1-3, bahwa Allah akan menjadikan Abram bapa segala
bangsa, memberikan kepadanya negeri yang berlimpah susu dan madu sebagai warisan, agar keturunannya
dapat hidup dalam damai sejahtera di negeri itu. Janji-janji Allah untuk Abraham dan keturunannya
bersifat khusus dan dahsyat (Ulangan 28:1-14). Allah berjanji bahwa Abram dan keturunannya akan hidup
sebagai bangsa yang perkasa, sehat, berkelimpahan dan berkemenangan.
Abraham adalah orang yang kepercayaannya teguh kepada Tuhan. Walau pun dia sudah berusia 100 tahun,
dia tetap teguh memegang janji Allah bagi dirinya. Ia percaya bahwa janji Allah untuk memberikan
keturunan kepadanya pasti digenapi. Karena itulah, kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih
karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang
hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham
adalah bapa kita semua, seperti ada tertulis: “Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa” di
hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu: Allah yang menghidupkan orang mati dan yang
menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia
akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: “Demikianlah banyaknya nanti
keturunanmu.” Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat
lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi
terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia
memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia
janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran (Roma 4:16-22).
Apakah Abraham selalu teguh kepercayaannya? Apa yang membuat Abraham mempunyai kekuatan percaya
yang begitu besar pada Allah? Mari kita pelajari kitab Kejadian 15:1-19. Di ayat 1 dikatakan bahwa Allah
menampakkan diri kepada Abram dan memberi peneguhan kepadanya bahwa Ia adalah Allah yang
memberi upah besar kepada Abram dan keturunannya.
Di ayat 2, respon Abram kepada Allah seperti kita semua. Dia tidak percaya, bimbang, pesimis, negatif.
Cara bicaranya seperti orang yang lemah iman. Untuk menghentikan ketidakpercayaan Abram, di ayat 5
Allah memberi perintah kepadanya untuk keluar dari kemah, melihat ke atas dan menghitung bintang-
bintang di langit. Jika ia bisa menghitungnya, maka sedemikian banyaknyalah keturunan Abram nanti.
Abram keluar dari kemahnya dan menuruti perintah Tuhan. Di ayat 6 dikatakan bahwa Abram menjadi
percaya.
Bagaimana Abram yang semula tidak percaya dan mempertanyakan janji Allah menjadi percaya? Dua hal
terjadi ketika Abram melangkah keluar dari kemahnya untuk menghitung bintang-bintang di langit:
1. Abram melangkah keluar dari kenyamanan dan mengubah cara berpikir.
2. Abram melihat kepada janji Allah dengan melihat bintang-bintang di langit dan tidak melihat
kelemahan dirinya.
Allah membuat Abram percaya kepadaNya. Lalu Allah menjanjikan hal yang lebih besar lagi kepadanya,
yaitu: bahwa Abram akan memiliki negeri. Ia kembali tidak percaya. Sulit baginya untuk percaya bahwa
Allah sungguh-sungguh akan melakukan perkara sebesar itu kepadanya.
Di ayat 8, Abram berkata: “Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?”
Respons kita seringkali sama seperti Abram. Kita sering bertanya: “Aku tahu aku harus percaya janjiMu
Tuhan, tetapi bagaimana hal itu terjadi padaku? Apakah aku layak mendapatkannya?”
Untuk menghentikan ketidakpercayaan Abram, Allah memerintahkan Abram untuk mempersiapkan upacara
perjanjian, yaitu: MEMOTONG PERJANJIAN DARAH. Pada jaman Abram, kata yang dipakai adalah “to cut a
covenant” atau “memotong perjanjian”. Korban harus dipotong dan darah mengalir (Kejadian 15:9-10). Di
ayat 17, Allah turun dari surga secara pribadi yang dilambangkan dengan “Perapian yang berasap beserta
suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu”. Selanjutnya di ayat 18 dijelaskan bahwa
pada hari itulah, Allah mendeklarasikan perjanjian-\Nya dengan Abram dan keturunannya.
Allah kita adalah Allah yang luar biasa, Ia sendiri turun ke bumi. Ia tidak mengutus orang atau malaikat
untuk menjelaskan kepada Abram sesuai dengan apa yang bisa Abram pahami. Dari pihak Abram, dia juga
memotong perjanjian dengan cara sunat (Kejadian 17:10-13). Melalui sunat, darah Abram keluar dan itu
membuat perjanjian menjadi sah. “maka dalam dagingmulah perjanjianKu itu menjadi perjanjian yang
kekal” (Kejadian 17:13b).
Perjanjian darah menjamin bahwa perkataan seseorang berlaku mutlak dan tidak dapat dibatalkan. Darah
adalah lambang nyawa, artinya perjanjian ini baru batal, jika Allah yang membuat perjanjian ini mati.
Abram tahu pasti, bahwa Allahnya tidak bisa mati. Allah Abraham, Ishak dan Yakub adalah kehidupan dan
kebangkitan! Jadi, perjanjian Allah dengan Abram tidak mungkin dibatalkan. Dia menjadi penuh keyakinan
bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Lalu namanya menjadi “Abraham”,
artinya “Bapa segala bangsa”.
Begitu kokohnya pengertian Abraham akan kuasa perjanjian darah, sehingga tidak ada satu pun
permintaan Allah yang bisa menggoncangkan imannya. Bahkan ketika Allah menguji Abraham dengan
meminta ia mengorbankan Ishak, anak yang paling dikasihinya, Abraham tanpa ragu melakukannya.
Sikapnya tenang, aman dan penuh keyakinan (Kejadian 22). Abraham tahu bahwa ia punya perjanjian
dengan Allah, ia adalah ”Bapa segala bangsa”. Ia yakin Allah akan melakukan apa pun juga untuk
membuat perjanjianNya digenapi.
Ketaatan Abraham dengan meletakkan Ishak di mezbah korban, membuka jalan bagi Allah untuk
melakukan yang sama seperti Abraham yaitu mengorbankan anakNya yang tunggal, Yesus Kristus di kayu
salib. Jadi pada waktu Allah membuat perjanjian dengan Abraham di bumi, Allah juga sedang membuat
perjanjian dengan Yesus di surga. Pelajari Galatia 3:16. Allah berkata, hukumKu menuntut kalau Aku
melakukan janjiKu dengan sempurna, maka mitra perjanjianKu yang sepakat dengan perjanjian tersebut,
otomatis harus melakukan yang sama.
Tetapi tidak ada seorang manusia pun yang berhasil. Sampai Allah menyatakan bahwa Ia harus membuat
hukum yang baru buat dunia: “Aku akan turun ke bumi dan memakai tubuh manusia dengan sah, lahir di
bumi dan tinggal di bumi dan melakukan tugas”. Allah membuat perjanjian dengan seseorang, yaitu: Yesus
yang Dia yakin tidak akan pernah membatalkan atau mengingkari perjanjian itu.
Yesus berkata: “Akulah manusia Allah itu. Aku akan melakukan semua perjanjian Allah dengan sempurna,
tanpa cacat dan gagal. Melalui Aku, apa yang Allah tuntut untuk dilakukan manusia, sudah diselesaikan.”
Oleh karena itu, waktu Yesus menyelesaikan perjanjian Allah dengan Abraham di kayu salib, Ia berkata:
“Sudah selesai!” artinya bagian yang harus dilakukan pihak manusia sesuai perjanjian Allah sudah selesai
dilakukan oleh Yesus dengan sempurna.
Melalui Yesus, perjanjian Allah dengan Abraham hidup kembali. Yesus menjadi jembatan antara perjanjian
lama dan perjanjian baru. Dia menutupi celah antara Allah yang sempurna dan kita yang sudah lahir baru.
Karena itu, Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada
Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibrani 7:25). Selama Yesus menjadi
pengantara kita, maka kita akan menerima janji Allah.
Dan sekarang karena kita milik Kristus dan keturunan Abraham, maka apa yang Tuhan janjikan pada
Abraham bisa kita klaim. Perjanjian baru Tuhan dengan umatNya dibuat dengan darah Yesus. Berarti
perjanjian baru ini adalah perjanjian darah yang tidak bisa dibatalkan. “Allah bukanlah manusia, sehingga
Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya,
atau berbicara dan tidak menepatinya?” (Bilangan 23:19). Tuhan menyatakan sendiri bahwa apa yang
dikatakanNya tidak akan dilanggar.
Inti perjanjian Allah dan Abraham
Inti perjanjian Allah dengan Abraham adalah bahwa kemakmuran dan kekayaan menjadi bagian keturunan
Abraham. Kita diberkati untuk memberkati (Kejadian 12:1-3). Ulangan 8:17-18 berkata ”ingat kepada
Tuhan”. Kata ”ingat” selalu berhubungan dengan suatu perjanjian, supaya kita tidak melupakan janji itu.
Kekuatan atau kuasa untuk mengambil kekayaan itu sudah diberikan Allah kepada kita, ketika kita lahir
baru. Jadi kuasa yang Allah berikan bukan hanya untuk menengking setan, tetapi untuk mengambil
kekayaan dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek
moyangmu (Ulangan 8:18b), yaitu: perjanjian bahwa ”Olehmu segala bangsa akan diberkati.” (Galatia
3:8b).
Sebagai umat perjanjian Allah, kita memiliki perjanjian yang dimeteraikan oleh darah Yesus. Dan ketika
kita lahir baru, kita ”disunat” sebagai tanda sah perjanjian kedua belah pihak. “Sunat” perjanjian baru
adalah sunat hati. ”Karena itu ingatlah bahwa dahulu kamu sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut
daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya ”sunat”, yaitu: sunat
lahiriah yang dikerjakan tangan manusia..” (Efesus 2:11). Detik itu, perjanjian Allah kepada Abraham
berlaku atas kita. Satu-satunya perjanjian Allah yang kekal sampai ke anak-cucu kita adalah perjanjian
Abraham, sebab semuanya digenapi melalui Yesus.
Mengapa orang Kristen tidak memiliki janji Allah pada Abraham?
Sebagai umat perjanjian Allah, kita memiliki perjanjian yang serius di mana ada berkat, tetapi ada juga
kutuk (Ulangan 28:1-68). Tetapi melalui Yesus semua kutuk disingkirkan, karena Yesus menjadi kutuk kita.
Yesus menanggung segala kutuk dan hukuman akibat dosa kita supaya kita bisa mewarisi janji-janji Allah
pada Abraham melalui iman dalam Yesus Kristus. Di perjanjian baru tidak ada kutuk lagi karena Yesus
sudah menanggung semuanya.
Tetapi kenapa kenyataannya, banyak orang Kristen yang sudah lahir baru, berbahasa roh, pelepasan,
namun hidup miskin di bawah kutuk? Kenapa mereka tidak menjadi berkat bagi orang lain. Sebab mereka
tidak mengerti perjanjian Allah. Orang Kristen yang tidak mengerti janji-janji Allah pada Abraham, sama
dengan orang ”asing”. Ia seperti pendatang di bumi, tanpa pengharapan, tanpa Allah (Efesus 2:12).
Padahal Firman Tuhan di Efesus 2:19 berkata: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,... Jadi bila kita
sudah lahir baru, seharusnya kita bukan orang asing atau pendatang.
Bagaimana pikiran kita mengerti dan dikontrol oleh perjanjian Allah?
Roma 12:2 mengatakan: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kita harus memperbaharui pikiran kita dengan janji-janji
Allah sehingga seluruh pikiran kita dikontrol oleh perjanjian tersebut. Pikiran Allah selalu dan selamanya
ada pada perjanjianNya. Pikiran kita juga harus fokus kepada perjanjianNya. Kita dituntut untuk berpikir
sama dengan Tuhan, karena ada kuasa dalam kesepakatan. Karenanya kita harus rajin memperbaharui
pikiran setiap hari. Pertobatan (= metanoia) adalah perubahan pikiran.
Penuhi pikiran Anda dengan janji Allah dan pegang janji Allah. Efesus 6:8 berkata: “Kamu tahu, bahwa
setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan
menerima balasannya dari Tuhan.” Ini adalah hukum resiprokal, artinya: kalau satu pihak mentaati
persyaratan dari perjanjian tersebut, maka pihak yang lainnya mempunyai kewajiban untuk melakukan
bagiannya.
Fokus pada Allah dan perjanjianNya
Tuhan tidak pernah melakukan apa pun tanpa membuat janji dan menyampaikan FirmanNya terlebih
dahulu. Tuhan tidak akan melakukan apa pun di luar FirmanNya, karena Ia dibatasi oleh FirmanNya
sendiri. Ketika kita berdoa, kita mengingatkan Allah akan janji-janjiNya. Tuhan hanya ingat akan
perjanjianNya sebagaimana dikatakan Mazmur 111:5 ”DiberikanNya rezeki kepada orang-orang yang takut
akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjianNya”.
Taruh fokus Anda pada perjanjian Allah dengan manusia, dan bukan pada permasalahan yang Anda hadapi.
Ingat bagaimana Abram keluar dari kemah dan memandang ke arah bintang-bintang di langit. Abram tidak
fokus pada kelemahan dirinya, tetapi ia fokus pada janji Allah! Ia kemudian percaya dan sesuatu yang luar
biasa terjadi. Kalau pikiran kita fokus dan sejalan dengan pikiran Tuhan, maka kuasa perjanjian Tuhan
dimanifestasikan dalam kehidupan kita.
Sikap perjanjian
Kalau Anda mengerti kuasa perjanjian, maka Anda percaya bahwa Tuhan pasti menepati doa Anda karena
Anda mendoakan sesuatu yang sesuai dengan kehendakNya. Anda akan mempunyai sikap perjanjian: sikap
sukses, berani, optimis, berkemenangan sekali pun situasi sedang tidak baik, bahkan bisa tertawa dalam
keadaan buruk. Anda akan percaya dengan teguh, karena tahu Allah tidak bisa melanggar janjiNya.
Belajar dari sikap orang-orang di Alkitab yang benar-benar bermental perjanjian. Kelakuan mereka luar
biasa, berani, kuat, tidak takut sama sekali, tidak bingung, tidak frustrasi, tidak ragu-ragu. Lihat
bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego masuk ke api seolah-olah tidak ada api. Mereka masuk dengan
tenang dan berani. Daniel di hadapan singa yang lapar, sangat tenang, seperti tidak ada singa. Mereka
tahu, mengerti dan percaya akan perjanjian Allah. Kalau Anda hidup berdasarkan perjanjian Allah dengan
Anda, Anda bisa berjalan dalam kemenangan Allah dalam hidup Anda dan menyaksikan dan
menyatakannya bahwa perjanjian Allah itu benar.
Kunci manifestasi janji-janji Allah dalam hidup Anda
Ketika kita lahir baru, yang ditebus baru roh kita. Jiwa kita sedang ditebus dengan cara memperbarui
pikiran. Ini merupakan proses terus-menerus sampai kita serupa dengan Kristus. Semakin pikiran kita
diperbaharui, semakin kita seperti Yesus. Karena itu jangan puas dengan keselamatan roh saja, tetapi
bertumbuh dewasa dengan memperbaharui pikiran dengan perjanjian Allah.
Kunci agar janji-janji Allah dimanifestasikan dalam hidup Anda adalah:
1. Kenali isi perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya, yaitu: kita
2. Perbaharui pikiran Anda senantiasa dengan pengertian akan perjanjian Allah (Roma 12:1-2), sebab DIA
selamanya ingat akan janji-janjiNya! (Mazmur 111:5)
Allah sangat ingin memberkati kita melalui penggenapan janji-janji-Nya. Dan Ia hanya dapat melakukan
itu semua ketika Ia menemukan partner di bumi, yaitu: umat yang percaya dan tidak bimbang akan
FirmanNya. Tuhan tidak bisa melakukan apa-apa dengan umat yang tidak percaya. Ketika Anda bimbang,
Anda mencuri kesempatan Tuhan untuk memberkati Anda. Jadilah seperti Maria yang berkata:
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1:38).

Anda mungkin juga menyukai