LATAR BELAKANG
Rakyat Indonesia sebagai bangsa telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia Raya
sepanjang penjajahan : kolonialisme-imperialisme sampai diberkati Kemerdekaan Nasional
Indonesia Raya melalui puncak perjuangan : Proklamasi 17 Agustus 1945.
Rakyat Indonesia dengan kepemimpinan para pahlawan (the founding fathers) generasi
demi generasi berjuang dan berkorban sampai tercapainya kemerdekaan nasional berwujud
NKRI berdasarkan Pancasila-UUD Proklamasi 1945. Bangsa Indonesia mengakui bahwa
kemedekaan Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, sebagai terumus
dalam Pembukaan UUD 45, alinea 2 - 3 :
Menghayati anugerah dan berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, kita sebagai bangsa
yakin bahwa kemedekaan nasional dan kedaulatan Indonesia Raya tegak dalam wujud NKRI
sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. Kita bersyukur dan bangga
menerima (dan mengemban) amanat mulia demikian untuk ditegakkan, diwariskan dan
dilestarikan bagi generasi penerus, rakyat dan bangsa Indonesia seutuhnya ! Visi-misi demikian
bermakna sebagai amanat kewajiban moral yang kita pertanggung jawabkan ke hadapan Allah
Yang Maha Kuasa; sekaligus kepada the founding fathers yang mewariskan; juga kepada
generasi penerus pemilik NKRI masa depan!.
Amanat filosofis-ideologis, dan konstitusional --- sekaligus amanat moral ---
sesungguhnya terkandung sebagai jabarannya dalam UUD 45 seutuhnya, istimewa Pasal 29 :
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Dasar negara dan ideologi negara Pancasila sebagai termaktub dalam Pembukaan
UUD 45, terjabar secara konstitusional dalam Batang Tubuh (Pasal-Pasal) seutuhnya; dan
diperjelas dalam Penjelasan UUD Proklamasi 45.
Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional demikian bersifat imperatif (mengikat,
memaksa) semua yang ada di dalam wilayah kekuasaan (kedaulatan) hukum Indonesia
untuk setia, menegakkan, mengamalkan, membudayakan, mewariskan, dan
melestarikannya; termasuk kewajiban bela negara! Jadi, tidak ada seorang warganegara,
bahkan lembaga-lembaga negara dan produknya, bahkan juga pejabat dan pemimpin negara
*
) Makalah disajikan dalam Acara Renungan Memetik Hikmah (SP 11 Maret 1966) diselenggarakan YKCB
11 Maret 2010 di Jakarta
Dinamika sejarah NKRI sebagai Negara Proklamasi 45, terlukis dalam kronologis
berikut:
1. Negara Indonesia Raya (NKRI) merdeka 17 Agustus 1945;
2. NKRI dalam Revolusi; dengan UUD RIS 1949 – 1950 (sebagai hasil kompromi
dengan Belanda melalui KMB);
3 MNS, Lab. Pancasila UM
3. NKRI berdasarkan UUD RI Sementara 1950 (sebagai wujud tekad Negara Kesatuan,
yang dijwai sila III Pancasila); dengan praktek sistem demokrasi liberal dan
Parlementer (1950 - 1959);
4. NKRI (kembali) berdasarkan UUD Proklamasi 45 melalui Dekrit Presiden 5 Juli
1959.
5. Dalam dinamika dan romantika revolusi Indonesia, Presiden RI menggalang poros
revolusioner Jakarta-Peking (sekarang: Beijing)-Pyong Yang dalam rangka
menghadapi tantangan nekolim (= neo-kolonialisme-imperialisme!) dalam NKRI,
komando revolusioner ada dalam otoritas Presiden/PBR/Pangti/Mandataris MPRS.
6. Bung Karno berpikir revolusioner dalam asas dialektika; antara pendukung
revolusioner dan musuh revolusioner; dengan kategori: revolusioner dan kontra-
revolusi. Inilah dialektika revolusi; rakyat terbelah antara revolusioner dan kontra-
revolusioner. Aksi-aksi revolusioner ini didominasi potensi politik nasionalis-kiri:
kaum nasional---yang dulu terkenal dipimpin Mr. Ali Sastroamidjojo dan Ir.
Surachman. Oleh rakyat yang moderat dan tidak sepaham dengan dialektika
revolusi kepemimpinan mereka disebut PNI Asu (akronim : Ali Sastroamidjojo
dengan Surachman). Mereka berhadapan dengan PNI Osa-Usep.
7. NKRI berdasarkan UUD 1945 (1959 – 1965) menegakkan sistem demokrasi
terpimpin berdasarkan Ajaran Pemimpin Besar Revolusi; dengan praktek budaya
sosial-politik: NASAKOM.
Melalui praktek budaya sosial-politik NASAKOM (mulai NASAKOM jiwaku, sampai
NASAKOMISASI) kepemimpinan semua kelembagaan negara, makin
berkembanglah ideologi marxisme-komunisme-atheisme! Karena “perjuangan” PKI
yang terus “membudayakan” revolusi!... berpuncak : dengan bencana dan tragedi
nasional kudeta G30S/PKI 1 Oktober 1965.
----------------------------------------------------------
Sedemikian istimewa berkat dan rahmat Allah bagi bangsa dan NKRI, wajarlah kita
sebagai bangsa bersyukur dan bangga; dan siap bela-negara (membudayakan dan
melestarikannya) demi generasi penerus supaya senantiasa tegak sebagai bangsa yang merdeka,
berdaulat, jaya dan bermartabat!
Jadi, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari ajaran
sistem filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing. Berdasarkan asas
demikian, kami dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila,
dan terjabar (pedoman penyelenggaraanya) dalam UUD Proklamasi 45 --- yang orisinal,
bukan menyimpang sebagai “ terjemahan “ era reformasi yang menjadi UUD 2002 --- yang
kita rasakan amat sarat kontroversial, bahkan menjadi budaya neo-liberalisme !
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional inilah amanat nasional dalam visi-
misi Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi Nasional! Visi-misi
mendasar dan luhur ini menjamin integritas SDM dalam Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD 45.
Tantangan oleh (bangsa dan ideologi apapun) akan kita hadapi dengan kesetiaan
nasional sebagai kewajiban dan amanat konstitusional dan amanat moral! Karena itulah,
ideologi marxisme-komunisme-atheisme yang diperjuangkan PKI, juga ideologi liberalisme-
kapitalisme-sekularisme dan neo-imperialisme akan senantiasa kita hadapi dengan jiwa
kesetiaan ksatria-bhayangkari integritas NKRI!
Jadi, benar dan adil secara universal berdasarkan kaidah fundamental bangsa negara,
yakni: WORLD OUTLOOK (WELTANSCHAUUNG); dalam NKRI hanyalah filsafat
Pancasila!
Kebenaran PKI untuk apapun, berdasarkan filsafat apa; kecuali: marxisme-
komunisme-atheisme--- yang sesungguhnya bertentangan dengan kondrat kerokhanian
martabat manusia secara universal! (di negara Unie Soviet ataupun Rusia telah terbukti
runtuh karena bertentangan dengan kodrat dan budinurani martabat manusia secara
universal; lebih-lebih moral agama!).
Jadi, dalam NKRI warganegara Indonesia Raya mayoritas pembela setia negara
Pancasila (filsafat dan ideologi Pancasila, UUD Proklamasi 45) dibandingkan PKI dengan
ideologi marxisme-komunisme-atheisme yang bertentangan dengan semua nilai ajaran
filsafat Pancasila, bahkan dengan UUD Proklamasi 45. Adalah tidak rasional, tidak
nasional, tidak konstitusional bahkan tidak bermoral Pancasila siapapun yang membela dan
membenarkan tindakan makar PKI (1948 maupun 1965; dan kapanpun kemudian hari).
9 MNS, Lab. Pancasila UM
Jadi, hanya revolusi yang menindas rakyat Indonesia Raya dan ideologi Pancasila yang
mungkin memaksa adanya ideologi marxisme-komunisme-atheisme (PKI, neo-PKI, KGB).
*
)
Sementara kondisi nasional sejak 1 Oktober 1965 sampai Januari 1966 keamanan
nasional tidak stabil, dan penumpasan PKI di luar kendali negara. Di berbagai kota besar se-
Indonesia terus bangkit demonstrasi Tri-Tura; sampai terjadinya SP 11 Maret 1966 (terkenal
sebagai : SUPERSEMAR) yang kita ketahui dinamika dan gejolaknya.
Kondisi ibukota negara, Jakarta, amat tegang; sementara Presiden Soekarno sedang
memimpin Sidang Kabinet 11 Maret 1966. Di sekitar Istana Merdeka ada sekelompok tentara
yang dipersepsi adanya ‘pasukan liar’ karen tanpa identitas mengepung Istana kemudian
Presiden Soekarno dengan tergesa-gesa meninggalkan sidang untuk pergi ke Istana Bogor.
Mayor Jenderal Basuki Rahmat, Brigjend Amir Mahmud dan Brigjend M. Jusuf
melaporkan kejadian tersebut kepada Letjend Soeharto --- ke rumah di Jalan Agus Salim, karena
beliau tidak mengikuti Sidang Kabinet sebab sakit---. Laporan ini bertujuan untuk mendapat
persetujuan Soeharto bahwa mereka akan menyusul Presiden ke Istana Bogor.
Inti misi mereka, untuk meyakinkan Presiden bahwa Men/Pangad Letjend Soeharto siap
memulihkan keamanan ibukota Jakarta, bila diberi perintah. Karenanya, ketiga jenderal tersebut
di atas melaporkan kondisi Jakarta dan kesiapan Soeharto untuk melaksanakan perintah
pemulihan keamanan tersebut.
Setelah bermusyawarah dengan Presiden Soekarno, beliau berkenan memberikan
perintah untuk Men/Pangad, yang kemudia terkenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966
(SUPERSEMAR).
Presiden
Republik Indonesia
SuratPerintah
I. Mengingat :
I.1 Tingkatan revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik Nasional maupun
Internasional.
I.2 Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersendjata/Presiden/Pemimpin Besar
Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966.
II. Menimbang :
II.1 Perlu adanja ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan djalannja Revolusi.
II.2 Perlu adanya djaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi. ABRI dan rakjat untuk
memelihara kepemimpinan dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin
Besar Revolusi serta segala adjaran-adjarannja.
IV. Selesai
Djakarta, 11 Maret 1966
PRESIDEN/PANGLIMA TERTINGGI/
PEMIMPIN BESAR REVOLUSI/MANDATARIS M.P.R.S.
ttd.
SUKARNO
Dalam naskah asli terekam Supersemar ini ditandatangani langsung (original) oleh Presiden
Soekarno.
Catatan :
Mengapa Pres. Soekarno / PBR / Pangti / Mandataris MPRS bukan beliau sendiri yang
membubarkan PKI --- meskipun didesak oleh berbagai komponen bangsa? ---. Mengapa pula
beliau memberikan mandat untuk menyelamatkan keamanan dan ketertiban nasional --- padahal
beliau sadar sumber bencana nasional adalah kudeta PKI ---.
Jadi, peristiwa G30S/PKI bukanlah sekedar tindakan komponen bangsa --- sebagai
‘anak nakal’ dalam keluarga Indonesia Raya --- yang cukup dididik untuk menyadari
dosanya ---. Mereka adalah manusia yang sadar --- bahkan yakin secara dogmatis atas
kebenaran ideologi marxisme-komunisme-atheisme --- sebagai doktrin perjuangan
hidupnya melalui revolusi dengan menghalalkan segala cara (karena moral a-sosial, a-
nasional, a-moral dan atheisme)!
Alhamdulillah, ternyata Pancasila tetap sakti (hari kesaktian Pancasila) sebagai
berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa (Sila I Pancasila)!. Semoga selamanya
Indonesia Raya dalam pengayoman dan rahmat Allah Yang Maha Berdaulat, Maha
Rahman dan Maha Rahim!
Marilah kita bersyukur dengan bangga; disertai niat dan tekad untuk terus menegakkan
integritas sistem filsafat dan ideologi Pancasila dalam wujud Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 selamanya! (Abadi, karena kepribadian SDM Indonesia
utuh dengan sila-sila Pancasila dalam keyakinan dan dalam amal kebajikan oleh dan
untuk Indonesia Raya dan bermartabat kemanusiaan universal!).
Monumen sejarah nasional sebagai fundamen menegakkan dasar negara dan ideologi
nasional Pancasila secara murni dan konsekuen. Monumen sejarah ini diakui pula sebagai
Kebangkitan Orde Baru dengan visi-misi : Melaksanakan Pancasila-UUD Proklamasi 45
secara murni dan konsekuen (tanpa ideologi marxisme-komunisme-atheisme).
Sejarah nasional mencatat sejak kebangkitan Orde Baru Pemerintah melaksanakan
Pendidikan dan Pembudayaan Dasar Negara Pancasila, mulai peningkatan PKn, Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi; sampai Pemasyarakatan nilai Pancasila bagi pejabat, tokoh
masyarakat dan warga masyarakat (terkenal program P4 yang dibina secara melembaga oleh
BP7 dan P7).
Hari ini, dalam era reformasi (satu dasawarsa) ada pakar yang “berjuang” untuk
“pelurusan sejarah” --- sesungguhnya adalah fitnah dan pengkhianatan yang dilanjutkan oleh
pembela komunis-atheisme atas nama demokrasi dan HAM.
14 MNS, Lab. Pancasila UM
Amboi, marxisme-komunisme-atheisme bukanlah ideologi penegak demokrasi;
melainkan penegak totalitarianisme dan etatisme; juga bukan pembela HAM, melainkan
pembela kolektivitas dan etatisme --- dengan menindas warganegaranya yang setia-teguh
dengan nilai-nilai moral Ketuhanan/agama, demokrasi dan HAM!
Sejarah mencatat Presiden Soeharto sebagai Ketua Dewan Hankamnas melaksanakan
riset-strategis untuk merumuskan HAM berdasarkan filsafat Pancasila bekerjasama dengan 45
PTN-PTS terkemuka 1983 – 1993; untuk kemudian dengan Keppres No. xxx/1993 Membentuk
Komisi Nasional HAM --- Komnas HAM sekarang bukanlah karya dan misi Reformasi yang
makin membela HAM liberalisme-idividualisme ---.
Catatan: Runtuhnya negara adidaya Unie Soviet menjadi negara tidak berdaya, namun
rakyatnya bersyukur dapat kembali memuja Tuhan (Agama, Theisme) sehingga negara
Rusia sekarang amat sangat meningkat kemakmuran dan kejayaannya.
Ternyata kemudian, mereka telah dididik juga sebagai kader pengembang ideologi dan
politik ekonomi kapitalisme-liberalisme ---termasuk dalam NKRI---. Kepemimpina mereka
belum membuktikan keunggulannya dalam mengatasi multi –krisis nasional yang makin
menghimpit rakyat warga bangsa tercinta. Kondisi buruk ini dapat menjadi lahan subur
bangkinya neo-PKI/KGB yang berpropaganda menjadi ”penyelamat ” kaum miskin dan
buruh tani dalam NKRI! Inilah fenomena dan bukti sebagian elite dalam NKRI tergoda dan
terlanda ideologi neo-liberalisme dan neo-komunisme!
ERA – REFORMASI
POSTMODERNISME
GLOBALISASI – LIBERALISASI
*) = UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi) : = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY)
skema: 2 (MNS, 2007)
B. Era Reformasi
Kita semua menghayati dengan berbagai keprihatinan, terutama sebagai terlukis
dalam Bagian V B Tantangan Nasional dalam Era Reformasi.
LEMBAGA NASIONAL
PEMBUDAYAAN FILSAFAT DAN IDEOLOGI NASIONAL PANCASILA
KEPUSTAKAAN
Aco Manafe. 2007. TEPERPU Mengungkap Pengkhianatan PKI pada Tahun 1965
dan Proses Hukum bagi Para Pelakunya. Jakarta, PT. Pustaka Sinar Harapan
Antonie CA Dake 2006: Soekarno File (berkas-berkas Soekarno 1965-1967)
Kronologi suatu Keruntuhan, Aksara Karunia
Atmadji Sumarkidjo. 2006. Jenderal M. Jusuf Panglima Para Prajurit. Jakarta, Kata
Hasta Pustaka
Avey, Albert. E., 1961 : Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas &
Noble, Inc.
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and
Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.
Edwards, Paul (editor), 1972: The Encyclopaedia of Philosophy, vol. 1 – 8, New York,
MacMillan Publishing Co. Inc & The Free Press.
Encyclopaedia Britannica, Micropaedia 1982, vol. I – X, Chicago, The University of
Chicago.
Encyclopaedia Britannica, Macropaedia 1982, vol. 1 – 20, Chicago, The University of
Chicago.
Fadli Zon & M Halwan Aliudidin 2005: Kesaksian Korban Kekejaman PKI 1948.
Jakarta, Komite WaspadaKomunisme
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4,
Bandung, Penerbit Alumni.
Karl Marx & Engels 1955: On Religion (2nd edition) Moscow, Foreign Language
Publishing House.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell
Markonina Harusekar & Akrin Isjani Abadi 2001: Mewaspadai Kuda Troya
Komunisme di Era Reformasi (cetakan-3). Jakarta Pustaka Sarana Kajian.
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition),
Glasgow, Bell & Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum
(sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III,
Malang, Laboratotium Pancasila.
------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-
Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
Moeljanto, D.S. & Taufiq Ismail 2008 : Prahara Budaya, Kilas Balik Ofensif
Lekra/PKI dkk (Kumpulan Dokumen Pergolakan Sejarah) (cetakan V), Jakarta,
Penerbit Mizan bekerjasama dengan HU Republika