Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Penulis merasa bahagia
dengan tersusunnya Makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah ………………..

Mengingat segala keterbatasan yang dimiliki, Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu, penulis mengharapkan kritik yang
membangun dari semua pihak.

Semoga laporan ini dapat bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Kuala Simpang , ………… 2011

Penulis

1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf
(menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Makna ini tampak sesuai dengan Surat Al Furqan
ayat 33:

“wa laa ya`tuunaka bimatsalin illaa ji`naaka bil haqqi wa ahsana tafsiiran”

Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-
Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-
hukumnya.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dalam
bahasa Arab dengan segala macam kekayaan bahasanya. Di dalamnya terdapat penjelasan
mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku, menuntun manusia ke
jalan yang lurus dalam berpikir dan beramal. Namun, Allah SWT tidak menjamin perincian-
perincian dalam masalah-masalah itu sehingga banyak lafal Al-Qur’an yang membutuhkan
tafsir, apalagi sering digunakan susunan kalimat yang singkat namun luas pengertiannya.
Dalam lafazh yang sedikit saja dapat terhimpun sekian banyak makna. Untuk itulah
diperlukan penjelasan yang berupa tafsir Al-Qur'an.innalloha ma'assobirin

TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Sebagai tugas …………………..


2. Agar Kita mengerti dan mengetahui lebih dalam tentang apa-apa yang terjadi di langit
dan di bumi beserta asal muasalnya.
3. Mendapatkan penjelasan dari Tafsir Al-Qur’an tentang hukum Allah dan penjelasan
lainnya.

HASIL YANG DIPEROLEH

Mendapatkan penjelasan mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas


perilaku, menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berpikir dan beramal dari Al-Qur’an

2
TAFSIR TENTANG AYAT-AYAT AL-FATIHAH

(1)BISMILLAHIRAMANIRAHIMI
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Menyayangi
Ummu Salamah r.a. berkata, "Rasulullah saw. telah membaca Bismillahirrahmanirrahim
ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis da'if Riwayat Ibnu Khuzaimah).
Abu Hurairah r.a. ketika memberi contoh salat Nabi saw. membaca keras-keras
Bismillahirrahmanirrahim. (HR. an-Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim).
Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah ketika
sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca Bismillahirrahmanirrahim, maka
ditegur oleh sahabat Muhajirin yang hadir, kemudian ketika sembahyang lagi ia membaca
Bismillahirrahmanirrahim.
Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis
Aisyah r.a. yang berkata, "Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan bacaannya
dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).
Anas r.a. berkata, "Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar,
Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin".
(Bukhari, Muslim).
Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan perbuatan.
karena sabda Nabi saw. yang berbunyi: "Tiap urusan (perbuatan) yang tidak dimulai dengan
Bismillahirrahmanirrahim maka terputus berkatnya."
Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:
"Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah"
Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga sunat ketika
makan, karena sabda Nabi saw. ke- ada Umar bin Abi Salamah yang berbunyi, "Bacalah
Bismil- lah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat-dekat
kepadamu". (HR. Muslim). Juga membaca Basmalah ketika akan jima' (bersetubuh)
sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a. Rasullah saw. bersabda: Andaikan salah satu kamu jika
akan bersetubuh (jima') de- ngan istrinya membaca, "engan nama Allah, ya Allah jauhkan
kami dari setan, dan jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Maka jika
ditakdirkan mendapat anak dari jima' tidak mudah diganggu oleh setan untuk selamanya".
(HR. Bukhari, Muslim).

Bismillah ( Dengan nama ALLAH )


Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa Arab berarti
ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai perbuatan ini dengan
nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini dengan nama Allah; untuk
mendapat berkat dan pertolongan rahmat Allah sehingga dapat selesai dengan
sempurna dan baik. Juga untuk menyedari kembali sebagai makhluk Allah, bahawa
segalanya bergantung kepada rahmat kurnia Allah. Hidup, mati dan daya upaya
semata-semata terserah kepada rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.
ALLAH
Nama Zat Allah Ta'ala. Nama Allah khusus bagi Allah, tidak dinamakan pada zat
yang lain selain Allah. Haram menamakan dengan nama Allah pada zat yang lain
selain Allah melainkan dengan menyandarkan sesuatu seperti Abdullah (hamba Allah)
atau Amatullah (hamba perempuan Allah).
Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Murah Yang Maha Penyayang)
Ar-Rahman (Yang Pemurah) yakni yang penuh rahmatNya kepada semua makhluk di
dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang kafir. Adapun Ar-Rahim
(Yang Penyayang) khusus rahimNya buat kaum mukmin sahaja.
3
Firman Allah: "Arrahman alal arsyi istawa", untuk menunjukkan bahwa rahmat Allah
meliputi (memenuhi) seiuruh Arsy. Dan firman Allah: "Wa kaana bil mu'miniina
rahiima" (Dan terhadap kaum mukminin sangat belas kasih).

Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat dipakai oleh lain-lainNya.
Karena itu ketika Musailama al-Kadzdzab berani menamakan dirinya Rahmanul
Yamamah, maka Allah membuka kepalsuan dan kedustaannya, sehingga dikenal di
tengah-tengah masyarakat Musailamah al-Khadzdzab bukan sahaja bagi penduduk
kota bahkan orang-orang Baduwi juga menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab iaitu
Musailamah Yang Pembohong.

Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai oleh lain-Nya
dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya seperti Allah, Ar-Rahman, Al-
Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang boleh seperti Ar-Rahim, As-Sami', Al-
Bashir seperti firman Allah, "Faja'alnaahu samii'an bashiira" (Maka Kami jadikan
manusia itu mendengar lagi melihat).

(2) ALHAMDU LILLAHIR RABBIL ALAMIN


Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.
Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas melulu kepada Allah tidak kepada lain-
lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba
dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak terbatas, seperti alat anggota manusia
untuk menunaikan kewajiban taat kepada-Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada
semua makhluk manusia, jin dan binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah
maka pujian itu sejak awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.
Alhamdullilah
Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya supaya
mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah olehmu
Alhamdulillah".

Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang menjalar
kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang menjalar, tetapi
syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota badan. Alhamd berarti
memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena pemberian-Nya. Syukur khusus
untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan kata Adzzam (cela).

Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat, "Kami telah
mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha illallah dan Allahu Akbar,
maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu yang dipilih oleh Allah
untuk memuji Zat-Nya".

Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang membaca
Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "HambaKu telah syukur pada-Ku".

Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: Seutama-utamanya zikir
ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah "Alhamdu Lillah". (HR. at-
Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).

Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah memberi nikmat
kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap "Alhamdu Lillah",
4
melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari yang ia terima. (Yakni ucapan
"Alhamdu Lillah" lebih be- sar nilainya dari nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).

Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia sepenuhnya ini di
tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca 'Alhamdu Lillah' maka pasti
kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia yang di tangannya itu". 'Al' dalam
kalimat Al-hamdu berarti segala jenis puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut
dalam hadis "Allahumma lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal
khair kullihi wa ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji
semuanya, dan bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya,
dan kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).

Rabb
Bererti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang memelihara serta
menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk alam semesta.

Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam itu sebagai
pencipta, yang mcmelihara, memperbaiki dan menjamin. Sebagaimana tersebut dalam
surat asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya, "Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa,
"Tuhan Pencipta, Pemelihara penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara
keduanya, jika kalian mahu percaya dan yakin."

Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua menunjukkan dan
membuktikan kcpada orang yang memperhatikannya sebagai tanda adanya Allah
Tuhan yang menjadikannya.

(3) AR-RAHMAN AR-RAHIM


Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Ar-Rahman
yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan, minum, harta
benda dan lain-lain.
Ar-Rahim
yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa, seperti nikmat iman dan islam.
Jika anda akan menghitung nikmat kurnia Allah maka takkan dapat menghitungnya.
(4) MALIKI YAUMIDIN
Raja yang memiliki pembalasan
Maliki
Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki). Maaliki sesuai
dengan ayat: "Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya,
dan kepada Kami mereka akan kembali."
(Maryam 40).

Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, "Aku berlindung dengan Tuhannya manusia.
Rajanya manusia". (an-Naas 1-2)

. "Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa yang
memaksa (perkasa)." (al-Mu'min = Ghafir 16).

Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar: Rahman.
(al-Furqan 26).

5
Ad-Din (Pembalasan dan Perhitungan).
Sesuai dengan ayat: "Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan)". (as-Shafaat 53).

Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi dirimu sebelum kamu dihisab
(diperhitungkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu ditimbang, dan siap-
siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar, menghadap kepada Tuhan yang
tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari amal perbuatanmu. Pada hari kiamat
kelak kalian akan dihadapkan kepada Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu
apa pun."

(5) Iyyaka na'budu wa iyyaka nas ta'iin.


Hanya kepadaMu (Allah) kami mengabdi (menyembah) dan hanya kepada-Mu pula
kami minta pertolongan.
Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata,
"Iyyaka na'budu bermaksud Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan takut dan
berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in bermaksud "Kami
minta tolohg kepada-Mu untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat
kepentinganku"
Qatadah berkata,
Dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam
melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan
pertolongan Allah dalam segala urusan."
(6) Ihdinaas Shiraathal mustaqiim
Pimpinlah kami ke jalan yang lurus.
Shirath dapat dibaca dengan shad, siin dan zai dan tidak berubah arti.

Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang jelas tidak berliku-liku. Shiraatal
mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah saw. Juga berarti Kitab
Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Asshiratul mustaqiim kitabullah'. Juga berarti Islam, sebagai agama Allah
yang tidak akan diterima lainnya.

An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan (shirrat) yang lurus, sedang di
kanan-kiri jalan ada dinding dan di pagar ada pintu-pintu terbuka, pada tiap pintu ada
tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara berseru, "Hai manusia
masuklah ke jalan ini, dan jangan berbelok dan di atas jalanan ada seruan, maka bila
ada orang yang akan membuka pintu dipenngatkan, 'Celaka anda, jangan membuka,
sungguh jika anda membuka pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu
batas-batas hukum Allah dan pintu yang terbuka ialah yang diharamkan Allah- sedang
seruan di muka jalan itu ialah kitab Allah, dn seruan di atas shiraf ialah seruan nasihat
dalam hati tiap orang muslim. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).
Tujuan ayat ini minta taufik hidayat semoga tetap mengikuti apa yang diridai Allah,
sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang diridai Allah maka ia
termasuk golongan mereka yang mendapa nikmat dari Allah daripada Nabi shiddiqin,
syuhada dan shalihin. Dan siapa yang mendapat taufik hidayat sedemikian berarti ia
benar-benar Islam berpegang pada kitab Allah dan sunnaturrasul, menjalankan semua
perintah dan meninggalkan semua larangan syariat agama.

Jika ditanya, "Mengapakah seorang mukmin harus minta hidayat, padahal ia bersalat
itu berarti hidayat?"
6
Jawabnya, "Seorang memerlukan hidayat itu pada setiap saat dan dalam segala hal
keadaan kepada Allah supaya tetap terus terpimpin oleh hidayat Tuhan itu, karena
itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta kepada Allah untuk
mendapat hidayat taufik dan pimpinan-Nya. Maka seorang yang bahagia hanyalah
orang yang selalu mendapat taufik hidayat Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Nisa:

"Hal orang beriman percayalah kepada Allah dan Rasulullah" (an-Nisa 136).

Dalam ayat ini orang mukmin disuruh beriman, yang maksudnya supaya terus tetap
imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan, jangan berhenti di
tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.

(7) Shiraathalladzina an'amta alaihim ghairil magh dhubi alaihim waladh dhaallin
Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka, dan bukan jalan
yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat.
Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh orang-
orang yang mendapat rida dan nikmat dari Allah ialah mereka yang tersebut dalam
ayat 69 an-Nisa:
Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-
orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan
shalihin, dan merekalah sebaik-baik kawan. (an-Nisa 69).
Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat:
"Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa" (Itulah kurnia Allah dan cukup
Allah yang Maha Mengetahui.)
Ibnu Abbas berkata, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan kepada mereka
sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi,
Shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui
kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi, mereka telah
mengetahui kitab Allah, tetapi tidak melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang
yang sesat karena mereka tidak mengetahui.

Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah yang dimurkai Allah itu?"
Jawab Nabi saw., "Alyahud (Yahudi)". "Dan siapakah yang sesat itu?" Jawab Nabi
saw. "An-Nashara (Kristen/Nasrani)".

Orang Yahudi disebut dalam ayat "Man la'anabullahu wa ghadhiba alaihi"(Orang yang
dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga dijadikan di antara mereka kera
dan babi.)

Orang Nashara disebut dalam ayat "Qad dhallu min qablu, wa adhallu katsiera wa
dhallu an sawaa issabiil" (Mereka yangtelah sesat sejak dahulu, dan menyesatkan
orang banyak, dan tersesat dari jalan yang benar.)

7
Pasal:
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah dengan
menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut hal Hari
Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan kepada hamba supaya
meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah, serta lepas bebas dari daya
kekuatan diri menuju kepada tulus ikhlas dalam melakukan ibadat dan tauhid pada
Allah, kemudian menganjurkan kepada hamba sahaya selalu minta hidayat taufik dan
pimpinan Allah untuk dapat mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat tergolong dari
golongan hamba-hamba Allah yang telah mendapat nikmat dari golongan Nabi,
Siddiqin, Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik
mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai atau tersesat
dari jalan Allah.

Nama-nama Surta Al-Fatihah menurut Ibnu Katsir ada 12 yaitu :


1. as-Sholath
2. al-Hamd
3. Fatihatulkitab
4. Umul kitab
5. Umulquran
6. Al-Matsany
7. Al-Qur’anul A’dzim
8. As-Syifa
9. Ar-Ruqyah
10. Al-Asas
11. Al-Wafiyah
12. Al-Kafiyah

Menurut kitab Khazinatul-asrat karangan Al-Ustad Muhammad Hakky An-Nazily,


surah Al-Fatihah ini mempunyai 35 nama. Nama-nama itu ada yang diambil dari berbagai
hadist nabi mengenai Al-Fatihah dan ada pula nama yang ditetapkan oleh para sahabat dan
Tabi’in.
Nama-nama tersebut adalah :
1. Al-Fatihah atau Fatihatul-kitab 19. Suratus-Syafiyah
2. Ummul-kitab 20. Suratus-Shalah
3. Ummul-Qur’an 21. Suratud-Do’a
4. Al-Qur’an-Al-Azhim 22. Suratul-Thalab
5. As-Sab’ul Matsany 23. Suratut-Su’al
6. Al-Wafiah 24. Suratu Ta’limil masalah
7. Al-Waqiah 25. Suratul-Munajah
8. Al-Kanzu 26. Suratut-Tafwidh
9. Al-Kafiah 27. Suratul-Mukafaah
10. Al-Asas 28. Afdhalu Suharil-Qur’an
11. Fatihatul-Qur’an 29. Akhiru Suwaril-Qur’an
12. Suratun-Nuur 30. A’zhamu Suwaril-Qur’an
13. Suratun-Hamdi 31. Suratul-Minnah
14. Suratus-Syukri 32. Suratul-Mujziyah
15. Suratul-Hamdil-Ula 33. Suratul-Munjiyah
16. Suratul-Hamdil-Qashwa 34. Suratus-Tsaqalain
17. Suratul-Ruqyah 35. Suratu-Majma’il Asma
18. Suratus-Syifa’

8
AYAT TENTANG TUHAN

Dari Tafsir ayat-ayat kalam menurut Al-Qadhi Abdul Jabar, pengarang A. Yakub
Matondang. Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keesaan tuhan antara
lain :
(Q.S 112, Al-Ikhlas : 1-4 )

                
 
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Q.S 21, Al-Anbiya : 22


             

22. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah
Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan.

Menurut Al-Qadhi Abdul Jabbar, Surat Al-Ikhlas ayat satu sampai empat menegaskan
bahwa tidak ada yang serupa dan yang setara dengan Allah. Justru itu bagaimana mungkin
Allah di sifati dengan jism, Maha Suci Allah dari hal yang sedemikian. Firman Allah yang
terdapat dalam surat Al-Ikhlas mengandung pengertian bahwa Allah lah yang berhak untuk di
sembah. Sejalan dengan ini tentunya ia mampu menciptakan makhluk yang mengabdi
kepadanya serta melengkapinya dengan berbagai nikmat seperti akal dan sebagainya. Allah di
sifati dengan Ahad, berarti ia satu-satunya dan tidak ada yang menyamainya. Zat yang
memiliki sifat seperti ini tak dapat tidak pasti Qadim.
Dalam penafsiran surat Al-Anbiya ayat dua puluh dua (22), Al-Qadhi Abdul
menjelaskan bahwa andainya yang mengendalikan dan mengatur bumi dan langit terdiri dari
beberapa tuhan, akibatnya alam semesta akan mengalami kehancuran. Hal ini sebabkan
keinginan dan kecenderungan yang berbeda dari masing-masingnya. Dasar pemikiran ini
dijadikan oleh ulama Tauhid sebagai argumen bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan tidak
ada duanya.

Q.S Al-Hasyr : 22-24

              
            
           
           
     
22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha
Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.

9
24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Penjelasan :
Sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia. Segala sesuatu di sembah selain Dia, baik itu
pohon, batu, berhala maupun malaikat adalah batil. Mengetahui segala makhluk yang nyata
bagi kita dan yang gaib. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi baginya, baik di langit
maupun di bumi. Dia mempunyai rahmat yang luas dan meliputi segala makhluk. Dia-lah
yang maha Rahman di dunia dan maha Rahim di dunia dan akhirat. Dia-lah Allah yang
memiliki segala seuatu dan mengendalikannya tanpa larangan dan tidak terelakkan, yang suci
dari segala cela dan kekurangannya, yang makhluknya aman dari kezaliman, karena Dialah
yang mengawasi mereka. Dan Dia-lah Allah pencipta segala sesuatu dan memunculkannya
kealam wujud menurut sifat yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah yang sangat mendendam
terhadap musuh-musuhnya dan sangat bijaksana dalam mengatur makhluknya. Dan Dia
mengendalikan mereka kepada apa yang membawa kebaikan bagi mereka. Dia-lah yang
sempurna Qudrah dan Ilmu-Nya.

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA

Surat Al-Mukminun (Manusia)

Tafsirnya:
Allah SWT berfirman menceritakan bagaimana manusia itu diciptakan yang berasal
dari saripati tanah, ialah adam. Kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang
disimpan dalam tempat yang kokoh, ialah rahim ibunya, yang memang tersedia untuk itu, dan
setelah melewati suatu masa tertentu dijadikanlah air mani itu segumpal darah, kemudian
segumpal dari itu menjadi segumpal daging dan dari segumpal daging itu terciptalah tulang-
belulang yang berbentuk kepala, tangan , dan kaki. Kemudian di bungkusnya tulang-tulang itu
dengan daging, otot dan urat-urat, maka terciptalah suatu makhluk yang berbentuk lain dan
kepadanyalah di tiupkan roh, di berikan Nya sarana pendengaran, penglihatan, mencium,
bersuara, berpikir dan ergerak, sehingga lengkaplah ia menjadi manusia yang utuh dan
sempurna sebagai makhluk Allah yang pilihan dan termulia.
Allah berfirman, “kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain, janin
yang lahir dari perut ibunya sebagai bayi, tumbuh menjadi belita, balita menjadi remaja,
kemudian menjadi manusia lanjut usia dan akhirnya kamu sekalian akan mati. Kemudian bila
hari kiamat tiba di bangkitkanlah kamu sekalian dari kubur untuk berkumpul di padang
mahsyar dan menerima peradilan dan tuhan yang maha hakim lagi maha adil dan maha
sucilah Dia sebagai pencipta yang paling baik.

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ALAM


Q.S Al-Baqarah : 29
             
      
29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu.

Q.S Al-Imran : 27

10
            
          
27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup[191]. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".

[191] Sebagian mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam
dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara
bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.

Penjelasan :
Yakni mengurangi dari yang berwaktu panjang kemudian ditambah kepada yang berwaktu
pendek sehigga kedua waktu itu menjadi seimbang. Dia mengurangi waktu yang ini untuk
waktu yang itu sehingga keduanya berbeda, namun demikian menjadi seimbang. ‘engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, engkau keluarkan yang mati dari yang hidup’ yakni
engkau mengeluarkan tumbuhan dari biji dan biji dari tanaman, mukmin dari kafir dan kafir
dari mukmin. Ayam dari telur dan telur dari ayam, dan seluruh perkara yang mengikuti jalur
ini. Engkau member kepada orang yang kau kehendaki dan menahan dari orang yang engkau
kehendaki selaras dengan tujuan engkau yang baik serta sesuai pula dengan iradat dan
kehendak-Mu.

Q.S Al-A’raaf : 54
            
        
            
54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.

[548] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan
kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

Penjelasan :
Menurut ukuran hari dunia atau yang sepadan dengannya. Sebab pada zaman itu belum ada
matahari. Tetapi jika Allah menghendakinya, niscaya ia dapat menciptakannya dalam sekejap
mata. Ada pun penyebutan hal ini dimaksud guna mengajari makhluk-Nya agar tekun dan
sabar dalam mengerjakan sesuatu. Yang dimaksud dengan bersemayam ialah sesuai dengan
kebesaran Allah dan kesucian-Nya. Masing-masing tunduk patuh kepada perintah-Nya dan
Kekuasaan-Nya. Kesemuanya adalah hak-Nya pula. Maha besar Allah pemelihara alam
semesta.

TAFSIR AL-QUR’AN TENTANG RISALAH

Dari Tafsir Ibnu Kasir Juz 14. Pengarang Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-
Dimasyiqi.
Semua rasul menyeru mereka untuk menyembah Allah dan melarang mereka menyembah
selain-Nya. (Surat An-Nahl : 36)
            
             
   

11
36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Allah SWT. terus-menerus mengutus rasul-rasul-Nya kepada manusia dengan menbawa


risalah (tauhid) itu sejak terjadinya kemusyrikan di kalangan Bani Adarn, yaitu sejak
kaumnya Nabi Nuh, Allah mengutus Nabi Nuh kepada mereka. Nuh a.s. adalah rasul yang
mula-mula diutus oleh Allah kepada penduduk burni, lalu diakhiri oleh Nabi Muhammad
SAW. yang seruannya mencakup semua lapisan manusiadan jin, di belahan timur dan belahan
barat bumi.
Kemudian sesungguhnya Allah SWT. telah memberitakan bahwa Dia mengingkari perbuatan
mereka dengan menimpakan siksaan kepada mereka di dunia sesudah para rasul memberikan
peringatan kepada mereka. Untuk itulah Allah Swt. menycbutkan dalam firman-Nyadalam
Q.S An-Nahl ayat 36.

Dikutip dari Tafsir Al-Mishbah Juz 12, 2009 Lentera Hati. Jakarta
Q.S Asy-Syu’ra Ayat 51-52
            
        
51. Sesungguhnya Kami Amat menginginkan bahwa Tuhan Kami akan mengampuni
kesalahan Kami, karena Kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".
52. Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan
membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena Sesungguhnya kamu sekalian akan
disusuli".

Penjelasan :
Ayat-ayat kelompok ini menguraikan tentang wahyu dari segi cara Allah menyampaikannya
kepada para nabi dan tidak ada kemungkinan terjadi bagi seorang manusia bahwa dia di ajak
berbicara oleh Allah. Yakni di beri informasi oleh-Nya, kecuali dengan wahyu,
yakni’penampakan’ atau di belakang tabir, yakni dengan cara memperdengarkan ‘suara’. Yag
pasti bahwa kalam Allah atau apa saja redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara
Allah dan manusia, bahkan makhluk harus segera di pahami bahwa hakikat keduanya tidaklah
sama karena ‘tidak ada yang serupa dengan-Nya’.
Ayat di atas mengemukakan tiga cara yang pertama langsung tanpa menyebut suatu kondisi
atau syarat. Sedangkan yang kedua di sertai dengan suatu kondisi atau syarat, yaitu “di
belakang hijab” dan yang ketiga berupa kehadiran utusan untuk menyampaikan wahyu ini dan
yang paling sering di terima oleh para nabi.
Cara-cara Allah menyampaikan wahyu kepada manusia, nabi Muhammad SAW adalah salah
seorang yang mengalami pewahyuan itu. Banyak ulama yang berpendapat bahwa
mewahyuhkan ruh yang dimaksud ayat di atas adalah mewahyukan Al-Qur’an. Semua itu
adalah wahyu yang disampaikan Allah walaupun Al-Qur’an dapat di namai ruh dari sisi
bahwa dia menghidupkan jiwa manusia dengan petunjuk-petunjuknya. Sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S Al-Anfal ayat 8 dan Q.S Al-An’am ayat (6) : 122 jika dimaksud di sini
adalah Al-Qur’an.

12
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG AKHIRAT

Sumber : Hamka, Tafsir Al-Azhar. 1990. Pustaka nasional pte Ltd Singapura.
Penjelasan :
Akan tetapi saying sekali ada di antara kalian yang tidak memperdulikan seruan Tuhan agar
mensucikan diri, mengingat Allah dan melakukan sembah yang masih ada diantara kamu
yang lebih mementingkan hidup di dunia ini saja. Tidak mengingat lanjutkan hidup di akhirat.
Sudah senang tentram saja hatinya di negeri dunia yang hanya tempat singgah sebentar ini.
Tidak mereka sadari bahwa perjalanan hidup ini masih ada lanjutan, yaitu hari akhirat,
padahal untuk mencapai kebahagiaan di akhirat itu di dunia inilah di tentukan. Dengan
mengerjakan amal yang shalih, dengan menanamkan jasa yang baik, dengan memupuk budi
yang luhur. Maka apa yang di tanam di dunia ini, di akhiratlah masa mengetamnya. Di situlah
kelak nikmat yang tidak putus-putus.

Yasin 78,51 dan 52


Penjelasan :
Yakni dia menganggap mustahil bahwa Allah yang mempunyai kekuasaan yang besar yang
telah menciptakan langit dan bumi ini dapat mengembalikan jasad dan tulang-tulang yang
telah hancur luluh menjadi hidup kembali. Dia lupa akan dirinya, bahwa Allah telah
menciptakannya dari tiada menjadi ada. Padahal kalau dia merenungkan kejadian dirinya,
tentu lah dia dapat membuktikkan hal yang lebih kuat dari pada keingkarannya, yang
membuktikan kekuasaan Allah SWT.

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MASYARAKAT DAN KEPEDULIAN SOSIAL

Q.S Ar-Ra’Adu : 11
Penjelasan :
Bahwasanya malaikat-malaikat sengaja disediakan oleh Allah untuk menjaga kita seluruh
makhluk ini dengan giuran. Maka tersebulah di dalam beberapa hadits bahwasanya makhluk
itu di jaga terus oleh malaikat. Ada yang bernama malaikat Raqib dan Atib, menjaga caranya
manusia beramal. Raqib menuliskan amalan yang baik, Atib mencatat amalan yang jahat. Dan
tersebut juga di dalam hadist bahwasanya ada malaika yang menjaga semata-mata malam
hari, datangnya bergiliran pada waktu subuh dan sehabis waktu ashar. Inilah ayat yang
terkenal tentang kekuasaan dan akal budi yang di anugerahkan Allah kepada manusia
sehingga manusia itu dapat bertindak sendiri dan mengendalikan dirinya sendiri di bawah
naungan Allah. Dia berkuasa atas dirinya sendiri dalam batas-batas yang di tentukan oleh
Allah. Manusia di beri akal oleh Allah dan dia pandai sendiri mempertimbangkan dengan
akalnya itu di antar yang buruk dengan yang baik. Terdapatlah bunyi wahyu bahwa Tuhan
tidak akan merubah nasib suatu kaum kalau tidak kaum itu sendiri yang terlebih dahulu
mengubah nasibnya. Di situ terdapat ikhtiar manusia. Kekayaan jiwa yang terpendam dalam
batin kita, tidaklah akan menyatakan dirinya keluar, kalau kita sendiri tidak berikhtiar dan
berusaha.

Q.S Al-Hujurat : 11-13


Penjelasan :
Kesombongan ini hukumnya haram. Boleh jadi orang di hina itu kedudukannya lebih mulia di
sisi Allah. Itulah sebabnya Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengolok-olokan kaum yang lain”, karena boleh jadi mereka di olok-olokan itu lebih
baik dari mereka yang mengolok-olokan itu. Ayat ini merupakan larangan bagi laki-laki dan
wanita, selanjutnya dan janganlah kamu panggil-memanggil degan gelar yang buruk, “yaitu,
13
janganlah kamu panggil sebagian dari kalian dengan sebutan yang tidak enak bila di dengar
oleh seseorang. Alllh SWT melarang hab-hambanya yang beriman banyak berprasangka,
yaitu melakukan tuduhan dan sangkaan buruk terhadap keluarganya, kerabat, dan orang lain
tidak pada tempatnya, sebab sebagian dari prasangka itu adalah murni perbuatan dosa. Maka
jauhilah prasangka itu sebagai suatu kewaspadaan. Di riwayatkan kepada kami dari Amirul
Mukminin Umar Bin Khathab bahwa beliau mengatakan, “Berprasangka baiklah terhadap
tuturan yang keluar dari mulut saudaramu yang beriman, sedang kamu sendiri mendapati
adanya kemungkinan tuturan itu mengandung kebaikan”.
Allah memberitahukan kepada umat manusia bahwa dia telah menciptakan mereka dari satu
jiwa dan telah menjadikan dari jiwa itu psangannya. Itulah adam dan hawa. Dan allah juga
telah menciptakan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Maka kemuliaan manusia di
pandang dari kaitan ketanahannya dengan adam dan hawa a.s adalah sama. Hanya saja
kemuliaan mereka itu bertingkat-tingkat di lihat dari sudut keagamaan. Seperti dalam hal
ketaatan kepada Allah SWT dan patuh kepada Rasul-Nya. “Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seseorang perempuan dan menjadikan kamu
berbagsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Firman Allah SWT, “ sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di isi Allah ialah
orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu”. Yaitu yang membedaka derajat kamu
disisi Allah hanyalah ketakwaan, bukan keturunan.

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG IBADAH

Makna dan Hakikat Ibadah


Pengertian ibadah:
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal;
1. Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan
mengagungkan-Nya.
2. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan
diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan
tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan
shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. Maka kita hanya
menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan
mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah
disyari'atkan-Nya.

Hikmah Dari Penciptaan Jin dan Manusia.

Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia sebagai suatu yang siasia dan tidak berguna.
Dia juga tidak menciptakan mereka untuk makan, minum, senda gurau dan bermain serta
tertawa.
Dia menciptakan mereka tidak lain adalah untuk suatu perkara yang besar, untuk menyembah
Allah SWT, mengesakan, mengagungkan, membesarkan, dan mentaati-Nya, dengan
melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, berhenti pada batas-batas-
Nya (dengan tidak melanggar larangan-Nya) dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.
Sebagaimana firman-Nya SWT:
      

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat :56)

Jalan Ubudiyah (beribadah)


14
Ibadah kepada Allah SWT dibangun di atas dua pondasi yang besar yaitu: cinta yang
sempurna kepada Allah SWT dan ketundukan yang sempurna pada-Nya.
Dan keduanya juga dibangun di atas dua dasar yang besar, yaitu:
1. Merasa diawasi oleh Allah SWT, dan mengingat nikmat, karunia, kebaikan, dan rahmat-
Nya yang mengharuskan kita mencintai-Nya,
2. Mengoreksi cacat dalam diri dan perbuatan yang menyebabkan kehinaan dan ketundukan
yang sempurna kepada Allah SWT.
Pintu terdekat yang memasukkan hamba kepada Rabb-nya adalah pintu iftiqar (menghinakan
diri) kepada Rabb-nya. Maka, dia tidak melihat dirinya kecuali seorang yang merugi, dan dia
tidak melihat adanya kondisi, kedudukan, dan sebab pada dirinya yang dia bergantung
padanya, tidak pula ada perantara yang bisa membantunya. Akan tetapi dia merasa sangat
membutuhkan kepada Rabb-Nya SWT, dan jika dia meninggalkan hal tersebut diri darinya
niscara dia rugi dan binasa. Firman Allah SWT:
              
           
      

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya),
dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah
kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan
kemudharatan itu daripada kamu, tiba-tiba sebahagian daripada kamu
mempersekutukan Rabbnya dengan (yang lain), biarlah mereka mengingkari
nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senaglah kamu. Kelak
kamu akan mengetahui (akibatnya). (QS. An-Nahl :53-55)

Manusia Yang Paling Sempurna Ibdahnya

Orang yang paling sempurna dalm beribadah kepada Allah adalah para Nabi dan Rasul,
karena mereka adalah orang yang paling tahu tentang Allah dan yang paling mengagungkan-
Nya dibanding selain mereka, lalu Alah tambahkan kemuliaan mereka dengan menjadikannya
sebagai rasul yang diutus kepada manusia, sehingga mereka memperoleh kemuliaan risalah
dan kemulian khusus dalam beribadah. Kemudian setelah mereka adalah para siddiqin yang
sempurna dalam beriman kepada Allah dan para utusan-Nya serta istiqamah diatasnya,
kemudian para syuhada dan orang-orang yang shaleh. Sebagaimana firman-Nya:
           
       

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orangorang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.(QS. An-Nisa : 69)

Hak Allah SWT Terhadap Hamba:

Hak Allah SWT terhadap penduduk langit dan bumi adalah agar mereka menyembah-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dengan cara ditaati maka tidak didurhakai,
diingat maka tidak dilupakan, disyukuri maka tidak dikufuri. Maka siapakah yang tidak
muncul darinya sesuatu yang menyelisihi apa yang dia diciptakan dengannya, baik karena
lemah, bodoh, atau karena berlebihan dan karena kekurangan (dalam menjalankan perintah
atau meninggalkan larangan).

15
Oleh karena itu seandainya Allah SWT mau menyiksa penduduk langit dan bumi, niscaya Dia
menyiksanya dan Dia tidak berbuat zalim kepada mereka, dan jika Dia memberikan rahmat-
Nya niscaya rahmat-Nya lebih baik daripada amal perbuatan mereka sendiri.
Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi SAW di atas keledai yang
dinamakan 'afir, lalu 'Beliau SAW bersabda, 'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah
SWT terhadap hamba dan apa hak hamba kepada Allah SWT? Saya menjawab. 'Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,: 'Sesungguhnya hak Allah SWT terhadap
hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan hak hamba terhadap Allah SWT adalah bahwa Dia SWT tidak akan
menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya, 'Wahai
Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?' Beliau menjawab, 'Jangan
engkau beritakan kepada mereka, maka mereka menjadi enggan beramal (Muttafaqun 'alaih).

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN

Q.S Al-Hujadalah : 11
          
            
        

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam


majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Penjelasan :
Bahwa majlis, yaitu duduk bersama. Asal mulanya duduk bersama mengelilingi Nabi karena
hendak mendengar ajaran-ajaran dan hikmat yang akan beliau keluarkan. Tentu ada yang
berlebih dahulu, sehingga tempat duduk bersama itu kelihatan telah sempit. Karena di waktu
orang duduk bersama diatas tanah, belum memakai kursi seperti sekarang. Niscaya karena
sempitnya itu, orang yang datang tidak lagi mendapat tempat, lalu dianjurkanlah oleh Rasul
agar yang duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Oleh sebab
itu maka di dalam ayat ini serulah terlebih dahulu dengan panggilan “ orang yang beriman “,
sebab orang-orang beriman itu hatinya lapang, diapun mencintai saudaranya yang terlambat
masuk. Lanjutan ayat mengatakan “ niscaya Allah akan melapangkan bagi kamu “. Artinya
karena hati telah dilapangkan terlebih dahulu menerima teman, hati kedua belah pihak akan
sama-sama terbuka.

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MAKNA ISLAM

Q.S Al-Imran : 19-20


             
            
            
          
        
19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
20. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), Maka Katakanlah:
"Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku".
dan Katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al kitab dan kepada orang-orang
yang ummi[190]: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". jika mereka masuk Islam,
16
Sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, Maka kewajiban
kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). dan Allah Maha melihat akan hamba-
hamba-Nya.

[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.


[190] Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tulis baca. menurut sebagian ahli tafsir
yang dimaksud dengan Ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca. menurut
sebagian yang lain ialah orang-orang yang tidak diberi Al Kitab.

Penjelasan :
Sesungguhnya ketaatan yang diterima disisi Allah adalah ketaatan kepadanya, serta ikrar lisan
dan hati dengan ibadah hanya kepadanya, dengan penuh ketundukan dalam bentuk
menunaikan perintah dan menjauhi larangannya, tanpa ada pengingkaran dan penyimpangan,
juga tanpa menyekutukan-Nya dan yang lain dalam ibadah. Ayat ini menurut Ibnu Katsir
mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agam disisinya dan yang di terimanya dari
seorangpun kecuali islam, yaitu mengikuti Rasul-rasul yang di utusnya setiap saat hingga
berakhir dengan Nabi Muhammad SAW.
Menyerahkan wajah ku kepada Allah, yakni menyerahkan seluruh totalitas jiwa dan raga ku
kepada-Nya, diwajah dan disekitarnya terdapat indra-indra manusia seperti mata, telinga, dan
lidah, bahkan kepala yang di dalamnya terdapat otakpun tidak jauh dari wajahnya. Bias jadi
karena itulah wajah dipilih oleh Al-Qur’an dan sunnah sebagai lambang totalitas manusia.
Yang ikhlas melakukan aktivitas karena anak dinamainya “ menghendaki wajah Allah “ dan
yang datang menghadap kepadanya, diharapkan datang dengan menghadapkan wajahnya.

Q.S Al-Imran : 67 dan 85


            
 
            

67. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia
adalah seorang yang lurus[201] lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah
Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik.
[201] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.

Penjelasan :
Ayat yang lalu mengecam kebodohan dan perbantahan mereka maka ayat ini membantah
kebohongan mereka. Nabi Ibrahim bukan seorang Yahudi, sebagai mana di akui orang-orang
yahudi, dan bukan pula seorang Nasrani, seperti yang di akui orang-orang nasrani, dengan
dawi seperti yang telah dikemukakan, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah
diri kepada Allah dan juga sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik,
yang dapat diduga oleh orang-orang musyrik mekah yang mengaku mengikuti agam beliau.
Ajaran Nabi Ibrahim AS. Adalah hanif, tidak bengkok, tidak memihak kepada pandangan
hidup orang-orang yahudi, tidak juga mengarah kepada agam nasrani yang pengikut-
pengikutnya juga mengajak kaum muslimin untuk memeluk agam mereka.

17
KESIMPULAN

Ilmu tafsir Al Qur'an terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman.
Perkembangan ini merupakan suatu keharusan agar Al Qur'an dapat bermakna bagi umat
Islam. Pada perkembangan terbaru mulai diadopsi metode-metode baru guna memenuhi
tujuan tersebut. Dengan mengambil beberapa metode dalam ilmu filsafat yang digunakan
untuk membaca teks Al-Qur'an maka dihasilkanlah cara-cara baru dalam memaknai Al-
Qur'an. Dan juga kita tidak bisa hanya bertumpu pada satu ahli tafsir saja, karena begitu
banyak ahli-ahli tafsir lainnya yang dalil dan hadist nya saling melengkapi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir ayat-ayat kalam menurut Al-Qadhi Abdul Jabar, A. Ya’kub Matondang.


Terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsir Juz 14. Pengarang Abdul Fida Isma’il Ibnu Katsir Ad-
Dimasyqi.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Juz 12, 2009 Lentera Hati, Jakarta.
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 23, Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi. 2004
Bandung.hamka, Tafsir Al-Azhar, 1990. Pustaka Nasional pte Ltd Singapura
Terjemahan Tafsir Al-Maraghi

19

Anda mungkin juga menyukai