Ketika seseorang sudah menjadi bagian dari gereja Kristen yang menjalankan
semua kegiatan tersebut di atas, bertahun-tahun lamanya, maka setiap orang
Kristen umumnya akan menyatakan bahwa mereka memiliki berbagai
pengalaman spiritual bersama Yesus. Mereka mempersaksikan bahwa Yesus
hidup dalam kehidupan mereka. Bahwa Yesus mendengar doa-doa mereka dan
menjawab doa-doa ini dengan kongkret. Bahwa Yesus hadir menguatkan
mereka ketika mereka sedang lemah. Bahwa Yesus kerap berbicara langsung
ke telinga mereka di saat mereka membutuhkan kata-kata yang menguatkan.
Bahwa Yesus terasa hadir di sisi mereka ketika mereka bersama mengangkat
puji-pujian dalam ibadah bersama di gereja. Bahwa Yesus dialami sebagai sang
Tuhan yang bisa berempati ketika mereka sedang menghadapi persoalan berat.
Dan banyak lagi kesaksian orang Kristen yang mau menyatakan bahwa Yesus
adalah Tuhan yang hidup dengan riil dalam kehidupan mereka.
Pertanyaan kritis saya: Apakah betul semua pengalaman spiritual orang Kristen
itu terjadi karena Yesus dari Nazaret tetap hidup selamanya di segala zaman
dan di segala tempat lewat kebangkitannya dari antara orang mati? Jawaban
saya: Tidak betul!
Jika dalam semua buku ibadah/liturgi gereja, dalam semua bahan pembinaan
rohani gereja, dalam semua dokumen Perjanjian Baru, dalam semua buku
pelajaran agama Kristen (mulai dari tingkat sekolah Minggu sampai bahan
pelajaran untuk kalangan yang lebih dewasa), dalam semua buku doa gereja,
dalam semua ritual gereja, dalam semua syahadat gereja, dalam semua kegiatan
sosial gereja, dalam semua buku nyanyian gereja, dalam semua buku berbagai
jenis kebaktian gereja (kebaktian pernikahan, kebaktian kedukaan, kebaktian
syukur, kebaktian rumah tangga, dll), dalam semua simbol dan gambar Kristen,
nama Yesus Kristus dihapus dan diganti dengan nama-nama lain, misalnya
nama Kwam Im, nama Kwan Kong, nama Konfusius, nama Siddharta
Gautama, nama Khrisna, nama Lao Tsu, nama Dewa Horus, nama Dewa Zeus,
nama Dewi Athena, Dewi Amaterasu, nama Sai Baba, nama Mahatma Gandhi,
nama Martin Luther King, nama Mother Teressa, dan nama-nama lain yang
masih banyak, apa yang akan terjadi dengan diri orang Kristen?
Yang akan terjadi adalah ini: orang Kristen, yang bertahun-tahun telah
memanggil dan berdoa kepada nama-nama pengganti Yesus itu, akan
merasakan suatu fakta spiritual bahwa Kwam Im, atau Kwan Kong, atau
Konfusius, atau Siddharta Gautama, atau Khrisna, atau Lao Tsu, atau Dewa
Horus, atau Dewa Zeus, atau Dewi Athena, Dewi Amaterasu, atau Sai Baba,
atau Mahatma Gandhi, atau Martin Luther King, atau Mother Teressa, hadir
dalam kehidupan mereka sebagai suatu kehadiran spiritual, menguatkan mereka
dan berbicara kepada mereka serta menjawab doa-doa mereka.
Dengan kata lain, pengalaman spiritual dihadiri oleh Yesus dalam diri orang
Kristen terjadi karena orang Kristen telah bertahun-tahun lamanya masuk ke
dalam suatu ideological conditioning process di dalam suatu komunitas
epistemik Kristen yang di dalamnya nama Yesus Kristus telah membentuk
impresi-impresi neuorologis dalam otak mereka, impresi-impresi yang tertanam
dalam di dalam korteks-korteks otak mereka, sehingga mereka merasa Yesus
Kristus itu hidup dan menjawab doa serta hadir dan menyatu dalam kehidupan
mereka. Jika dalam ideological conditioning process ini nama Yesus diganti
dengan nama Martin Luther King atau dengan nama Mahatma Gandhi atau
dengan nama Kwan Kong atau dengan nama Osama bin Laden, maka, setelah
proses pengondisian pengganti ini berlangsung bertahun-tahun lamanya, yang
orang Kristen akan rasakan hadir, hidup, menyatu, dan menjawab doa serta
menguatkan, bukan lagi Yesus Kristus, tetapi Martin Luther King, atau
Mahatma Gandhi, atau Kwan Kong, atau malah Osama bin Laden.
Pengalaman spiritual timbul bukan karena adanya intervensi dari suatu allah di
dunia supernatural ke dalam pikiran seorang beragama, melainkan muncul
sebagai suatu akibat proses pengondisian ideologis yang sudah berlangsung
bertahun-tahun lamanya dan telah membentuk impresi-impresi atau gambar-
gambar neurologis di dalam organ otak manusia. Tuhan hadir dalam kehidupan
seseorang lewat reaksi-reaksi kimiawi neurologis dalam neuron-neuron otak
manusia, bukan dari surga yang lokasinya di dunia supernatural, dunia yang
tidak ada.
o
Wei Yank
Made Nopen analisa yang baik dari pertanyaan saya, benar tapi tidak
"sempurna" coba renungkan kembali!!! Tuhan Yesus memberkati.
Wei Yank
o
Ioanes Rakhmat
Otak kita ini bukan sebuah antena yang memancarkan gelombang radio
atau gelombang apapun, dan juga bukan sbh antena penerima pesan-pesan
ilahi dari dunia seberang.
Golden Lotus
Iya Pak saya tahu. Kelistrikan otak yang saya maksud ya impuls listrik
yang dialirkan antar sinapsis melalui neurotransmitter. Jaringan saraf
inilah yang dapat diibaratkan wires/kabelnya.
copas:
"Otak kita ini bukan sebuah antena yang memanca...rkan gelombang radio
atau gelombang apapun, dan juga bukan sbh antena penerima pesan-pesan
ilahi dari dunia seberang."
Pendapat Anda ini belum bisa dibuktikan secara final. Istilahnya, sains
masih baru mengungkap sedikit sekali dari potensi otak yang sebenarnya.
Menurut saya (penyelidikan pribadi), otak itu interface yang luar biasa.
Otak yang dimaksimalkan potensinya bagaikan antena yang bisa
memancarkan dan menerima informasi dari berbagai gelombang realitas
yang berbeda (tentunya kita telah terprogram dan terbiasa untuk
mempersepsi realitas fisik saja dan yang dari realitas berbeda biasanya kita
sebut intuisi). Serta karena wired dengan sistem saraf tubuh, ia juga
menjadi pusat kendali tubuh fisik.
copas:
"Tetapi mereka mengabaikan suatu fakta yang sudah jelas bhw mind kita
adalah juga sesuatu yang material. Mind akan lenyap kalau otak mati;
mind akan lenyap kalau tak ada pasokan nutrisi dan oksigen ke otak kita."
Tentu saja Pak. RC car juga ga bisa jalan jika batere atau antenanya
dicopot. Namun bukan berarti baterelah yang mengendalikan mobil itu
sehingga bisa berjalan sendiri.
Bukan berarti pula bahwa si pengontrol dan remote controlnya ga ada.
Par- Sarimatondang
Buat saya ini adalah penjelasan dan klarifikasi yang penting, bahwa Pak Io
itu sebetulnya tidak membenci agama, dan tidak --seperti yg dikatakannya
seringkali --memandang agama itu hanya sebagai pemisah dan penyebab
manusia saling bunuh2an.
Saya juga terkesan dengan apa yang dikatakan Pak Io sebagai suatu
"tahap keberagamaan universal, global, mondial, multidimensional."
Ini mengingatkan saya pada Bishop William Swing, yang kisahnya pernah
saya baca di sini: http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=%2Fc%2Fa
%2F2010%2F12%2F26%2FMNT91GMN86.DTL.
Hi Pak Io!
Tulisan yang menarik. Saya rasa tiap orang yang mampu berpikir kritis
dan beriman secara dewasa tidak akan sedangkal itu mengaitkan segala hal
yang baik (dan yang buruk) dalam hidupnya sebagai bagian dari rencana
Ilahi.
Hal seperti ini saya rasa wajar. Namun kalo ideological conditioning
process sampai sedemikian rupa menghasilkan pengalaman religius
bahkan supranatural, justru ini yang masih tidak saya pahami. Seluar biasa
itukah ideological conditioning process? Jika iya, apakah hal ini telah
ditelaah dan diteliti secara ilmiah saintifik-empirik sesuai dengan kaidah
eksperimen yang benar dan layak?
Hmmm.....
Btw. saya permisi ke belakang dulu pak! Perut saya tidak enak, ini pasti
kerjaan Zionis Yahudi Laknatullah!!!Lihat Selengkapnya
Dani Prasetiyo
Jawaban Pak Io kpd Pak Shem ".... Tentu saja, pada level neurologis, saya
sebetulnya sedang bercakap-cakap dengan DIRI SAYA SENDIRI. Begitu
juga, ketika pada level neurologis saya bercakap-cakap secara imajiner
dengan Yesus, dalam doa saya,... sebetulnya saya sedang bercakap-cakap
dengan DIRI SAYA SENDIRI...." MIRIP dg konsep wahdatul Wujud,Al-
Hallaj,Syekh Siti Jenar,KONG dlm Sutra Hati Budhism, ataupun
Manunggaling Kawula Gusti (kisah Dewa Ruci) dlm Kejawen,dan Kisah
Musyawarah Burung dlm Sufi, dan tentunya dlm perkataan YESHUA juga
banyak pernyataan2 yg nyrempet2 dg itu.He...3XLihat Selengkapnya
Pilun Aja
yup saya setuju dengan tulisan diatas. agama itu bukanlah pengalaman
spiritual. sugesti yg kuat dan terus menerus akan menyebabkan orang
merasa bahwa sesuatu yg tidak ada bisa menjadi ada. contohnya adalah
Hipnotis, orang yg dihipnotis bisa... merasakan panas yg luar biasa walau
sebenarnya tidak ada api didekatnya.
jadi kesimpulannya adalah agama bukanlah mengenai pengalaman
spiritual. inti agama adalah pada penyembahan Tuhan yg benar, Tuhan yg
sesuai dengan akal pikiran manusia. itu saja.Lihat Selengkapnya
Ioanes Rakhmat
Ioanes Rakhmat
OKTAGAPE, hal yang saya angkat dalam note saya di atas sudah banyak
kali diujicoba secara saintifik, dan terbukti benar. Nama cabang ilmunya
Cognitive Science dan Neuroscience. Coba anda ubek-ubek situs ini
http://www.thoughtpatternmanageme...nt.com/. Situs ini menyajikan
perspektif-perspektif terapeutik. Ada beberapa lagi situs yang nanti saya
beri ke anda links-nya. Coba jelajahi situs ini, luar biasa
http://www.cognitionandculture.net/.
o
Shemiah Girgis Yahesya Memangnya hem Tov kok kelabakan amat bca
artikel sederhana begini ,ngk ush belajar S3 anak SD juga thu ,coba saja
anggap bahwa Yesus itu adalah diri Anda ,maka kita angsung
mempengaruhi psikologis dan stigma manusia langsung ke core of
sylabel .Jawaban yang diberikan para gerejawan cuma washingful doangs.
Rinaldi Saja
@Shem Tov:
------------------------
Lha memangnya penulis Kitab Suci itu para ilmuwan dan saintifik, khoq
malah mengajari saya dan siswa teologi membaca Kitab Suci lepas dari
iman? Anda kalau mau jadi saintis ya tekuni saja bidang saintis da...n
jangan mendikte wilayah agama dengan pendekatan saintis sekalipun
terma-terma agama belum tentu terbukti tidak saintifik
------------------------
Semua hal yang dibahas dalam kerangka keilmuan murni, saya kira bisa
dan boleh saja tidak sempurna hasilnya. Tapi bagaimanapun, itu adalah
cara yang terbaik untuk mengungkap kebenaran. “Cara terbaik” dalam arti
bisa dipertanggungjawabkan, tidak asal njeplak, jelas metodologinya. Dan
“sportif”, dalam arti rela untuk difalsifikasi atau dikritik.
Fernando Adventius
"saya sudah coba banyak kali menempelkan sbh bohlam kecil 1 watt ke
kening saya, tapi kok gak pernah nyala-nyala, padahal sudah dipindah-
pindah ke sana ke sini. Katamu otak kita memancarkan daya listrik?"
Fernando Adventius
"Walaupun saya dekat pada Gautama Buddha dan Yesus, saya dengan
tegas nggak mau disebut beragama"
dan yang jelas mereka yg Confucianism nya kuat itu akan memisahkan
Agama/Ritual dari Kebajikan... krn Confucianism (dalam interpretasi
saya) menganggap bahwa Agama adalah sesuatu yg sangat-sangat tinggi,
sangat-sangat abstrak dan seringkali tidak relevan dengan
perbuatan/tindak-tanduk seseorang...Lihat Selengkapnya
Fernando Adventius
"coba banyak kali menempelkan sbh bohlam kecil 1 watt ke kening saya,
tapi kok gak pernah nyala-nyala"
krn gelombang otak tidak terfokus dan berada dalam bentuk gelombang
magnet bukan gelombang elektrik...
o
Ioanes Rakhmat NANDO, kenapa kita gak berkomunikasi lewat
gelombang listrik saja, antar-otak, daripada lewat kata-kata? Signifikan-
kah kekuatan gelombang listrik dari otak kita? Kalau gelombang
magnetik, semua benda massif di muka Bumi, karena pengaruh magnet
Bumi, tentu juga bersifat magnetik, dg skala kekuatan yg berbeda. Apakah
MRI bekerja dengan memanfaatkan magnet otak, ataukah memanfaatkan
resonansi yang ditimbulkan otak kita ketika otak ini dirangsang magnet
dari alat MRI? Anyway, hal ini sangat menarik minat saya. Salam
Ioanes Rakhmat
Tetapi hemat saya, sekalipun halnya demikian, tetap saja sikap very
critical harus diperlihatkan dan diberlakukan terhadap ajaran-ajaran asli
para pendiri agama, sebab ajaran-ajaran mereka bisa tidak relevan lagi
buat zaman sekarang. Kita tetap harus ingat bahwa para pendiri agama
apapun adalah manusia-manusia kuno, yang hidup dalam dunia kuno, di
zaman kuno, yang memegang berbagai worldview dan ilmu pengetahuan
kuno yang sudah sangat ketinggalan zaman. Kalau pun ada wisdom yang
perennial/kekal dalam ajaran-ajaran mereka, kegunaan wisdom yang
semacam ini juga tetap perlu dipikirkan kembali dalam-dalam. Dalam
pandangan saya, kita yang hidup dalam zaman modern bisa dan harus
mampu menghasilkan pandangan dan wisdom dan ajaran yang lebih hebat
dan lebih kena dibandingkan pandangan, wisdom dan ajaran Musa, Lao
Tsu, Konfusius, Gautama, Khrisna, Manu, Sokrates, Philo, Yesus,
Muhammad, Gulam Ahmad, dlsb. Kesalahan orang beragama pada
umumnya di masa kini adalah mereka tidak berhasil melihat kalau diri
mereka sebenarnya bisa lebih hebat dari para pendiri agama-agama kuno.
Selain itu, bukan hanya ajaran-ajaran dan wisdom para pendiri agama
kuno yang penting, melainkan juga pribadi atau persona para pendiri
agama itu sendiri, khususnya kalau kita menjadi praktisi meditasi.
Jadi, saya berpendapat adalah perlu juga para pendiri agama kuno dikenali
secara pribadi sebagai persona-persona suci zaman lampau. Kita perlu
merekonstruksi terus-menerus pribadi para pendiri agama kuno ini, lewat
wisdom dan ajaran-ajaran mereka, dalam konteks sejarah kehidupan
mereka masing-masing. Kekristenan boleh dikata berada di garis terdepan
dalam usaha-usaha ilmiah merekonstruksi wajah dan kepribadian Yesus,
dengan memakai sekian metodologi penelitian ilmiah yang andal. Tetapi
sayangnya, para pemikir Kristen konservatif terus menerus menebar
banyak fitnah ketika mereka menyatakan bahwa usaha-usaha
merekonstruksi Yesus yang dilakukan para sejarawan kritis adalah usaha-
usaha berbahaya yang perlu dilenyapkan. Salam.Lihat Selengkapnya
Abdul Mu'iz pandangan pak Io kok mirip dengan pandangan Ulil Abshar
Abdallah ex ketua JIL yang sekarang menjadi pengurus Partai Demokrat ?
Golden Lotus
@Pak Io
Golden Lotus
copas:
"NANDO, kenapa kita gak berkomunikasi lewat gelombang listrik saja,
antar-otak, daripada lewat kata-kata? Signifikan-kah kekuatan gelombang
listrik dari otak kita? "
Andriani Liu Bp Ioanes yg terhormat, nama Yesus tidak bisa diganti dari
buku-2 liturgi atau kitab suci, karena yang mati di kayu salib adalah
Yesus, bukan martin Luther, bukan Ibu Theresa, bukan pula Osamah bin
Laden.....
Ioanes Rakhmat Ya, dicoba saja LIU, untuk membuktikan apakah Note
saya di atas benar atau tidak, sementara kajian-kajian dalam cognitive
science dan neuroscience sudah membuktikan kebenarannya. Tentu saja
Note saya di atas tidak harus mengganti sebuah versi ttg Yesus yang anda
sedang hayati. Salam
Ioanes Rakhmat
Golden Lotus
OK Pak..
Sekarang saya ada pertanyaan:
copas:
"Misalnya, pengurangan aktivitas neurologis dalam sirkuit parietal lobe
akan membawa orang masuk ke dalam pengalaman menyatu dengan
Allah. Begitu juga sirkuit thalamus membawa orang ke dalam suatu
pengalaman religius betapa Allah telah menyatu dengan diri si pemilik
otak."
Saya akan bilang itu data residu. Yang sudah dibuktikan dalam penelitian
itu hanyalah "ada kaitan antara aktivitas neurologis dengan pengalaman
mistik". Namun penelitian itu tidak membuktikan ARAH penelitiannya
(sebab - akibat).
Anda memilih meyakini pilihan no. 1, saya memilih pilihan no2. Anda
punya dasar pemikiran sendiri, saya berdasarkan penyelidikan dan
pengalaman pribadi.
copas:
"pengurangan aktivitas neurologis, akan membawa si pemilik otak ke
dalam suatu pengalaman mistikal, merasa bersatu betulan dengan suatu
Allah yang konsepnya sudah di-save dalam neuron-neuron otak orang ini
sebelumnya"
Ioanes Rakhmat
Mas GOLDEN, kalau anda mempertahankan Allah itu ada sebagai roh,
kan roh ini bukan "sesuatu" yang material, tak ada bentuknya, tak ada
massanya, tak ada aktivitas elektromagnetiknya, tak ada aktivitas
radionya, tak ada apapun di dalam dirin...ya, yang sifatnya material.
Sedangkan semua aktivitas neuron-neuron otak adalah aktivitas dalam
dunia material, sampai berbentuk aktivitas partikel neurologis
elektromagnetik yang tak kasat mata, tetapi tetap material, fisikal, dan ber-
massa.
Nah, apakah yang non-material seperti roh allah bisa kontak dan
bersentuhan dengan yang material, yang diproduksi dalam otak. Saya tahu,
tak bisa, sama seperti jin atau malaikat tak bisa menjadi perisai fisik
terhadap tubuh manusia yang dibacok atau diberondong peluru panas
tajam.
Anda melupakan satu hal: tanpa memaksimalkan fungsi otak sampai 100
persen pun, orang kerap mengklaim mengalami pengalaman rohani atau
mistikal. Bukankah kesimpulannya seharusnya adalah bahwa semua
pengalaman mistikal adalah pengalaman yg muncul krn reaksi-reaksi
kimiawi neurologis, bukan karena sesuatu yang rohani masuk ke dalam
otak manusia. Gitu loh.Lihat Selengkapnya
Golden Lotus
Yang saya sebut "nonfisik" bukanlah seperti definisi bapak. Menurut saya
fenomena nonfisik (aura, tubuh non fisik, nyawa, dsb) tidak dapat
dipersepsi/diobservasi karena memiliki ...getaran yang frekuensinya
berbeda. Saking tingginya perbedaannya sehingga tidak bersinggungan
dengan semesta kita. Sementara peralatan kita, hanya mampu memindai
satu range tertentu dari frekuensi ini yang kita kenal dengan frekuensi
alam fisik.
Sedangkan roh, bagi saya adalah existence. Bagaikan kanvas putih, segala
sesuatu yang ada dilukis diatasnya. Ketika kita menghapus segala coretan
di atas kanvas ini, ia kembali putih seperti semula. Inilah kondisi orang
yang menyatu dengan keberadaan (atman, roh, dsb) melalui meditasi.
Menembusi setiap lapisan kesadaran dan akhirnya menemukan "kanvas"
dimana keberadaannya sebagai manusia dilukiskan. Jadi roh/atman itu
tidak berkaitan sama sekali dengan apapun. Tidak menjadi sebab maupun
menyebabkan. Ia adalah primary state, just be.
Nah, jika saya bilang ada orang yang mampu melihat hal2 non fisik, maka
kemungkinannya bisa 3 macam sbb:
2. Jalur saraf di otak ybs mulai aktif dan menerima informasi2 dari
gelombang yang lebih tinggi. Sama seperti radio yang tuningnya diputar
untuk mencari frekuensi tertentu. Setelah frekuensinya ditemukan dan
informasi diperoleh, informasi ini diterjemahkan oleh otak ke dalam
aktivitas neurologis, sehingga bisa dipahami. Proses penterjemahan ini
juga berkaitan dengan pengetahuan otak ybs (seperti kata Bapak
sebelumnya).
copas:
"Nah, apakah yang non-material seperti roh allah bisa kontak dan
bersentuhan dengan yang material, yang diproduksi dalam otak."
Jika Pak Io memahami uraian saya tentang frekuensi, bahwa realitas itu
memiliki frekuensi yang berbeda2, maka sangat mungkin terjadi
interferensi Pak. Entah orangnya yang menyesuaikan frekuensi (seperti
tuning radio), atau fenomena luar yang menurunkan frekuensinya.
Kira2 begitu. Ini pendapat pribadi Pak, jadi ga perlu diperdebatkan.
Salam..Lihat Selengkapnya
Golden Lotus
Add:
copas:
"Anda hanya mengandaikan bahwa ada gelombang-gelombang tinggi dari
otak yang bisa kontak atau dikontaki makhluk rohani non-material, tanpa
bisa menunjukkan secara empiris bhw makhluk-makhluk semacam ini
ada, bahwa gelombang tinggi... ini ada. "
Beda frekuensinya Pak, karena itu tidak ada bukti empirisnya. (yang Pak
Io sebut empirik adalah semua yang bisa teramati di frekuensi alam fisik,
padahal fenomena ini ada di frekuensi (channel) yang berbeda)
Tentunya kecuali ybs membuka jalur sarafnya sehingga mulai bisa sinkron
dengan informasi2 dari realitas yang lebih tinggi. Sayangnya ini sulit
dilakukan kecuali ybs melatih teknik spiritual tertentu (meditasi, tantra,
dsb), atau lahir dengan kondisi jalur sudah aktif (bakat) yang biasa disebut
juga sebagai paranormal. Ingat, otak manusia sudah terpola untuk
menerima informasi berdasarkan panca indera. Perlu "pengolahan" dan
latihan untuk mengubah pola ini.
copas:
"Anda melupakan satu hal: tanpa memaksimalkan fungsi otak sampai 100
persen pun, orang kerap mengklaim mengalami pengalaman rohani atau
mistikal."
Memang tidak perlu 100% Pak. Yang utama adalah jalur sarafnya bisa
menerima informasi non fisik itu. Biasanya ini hanya dimungkinkan dalam
kondisi meditatif, relaks, khusyu, dsb walaupun biasanya tidak permanen.
Orang yang bisa melakukannya secara permanen biasanya jalur ini sudah
cukup lancar dan jalur informasi panca indera tidak lagi dominan seperti
orang umumnya.Lihat Selengkapnya
Ioanes Rakhmat
Kalau dunia roh bisa kontak ke otak... anda yang material, pasti dunia roh
ini ya dunia material, bukan dunia adikodrati.
Saya lebih yakin pada penjelasan neurosains ttg dari mana asal usul
pengalaman mistikal itu, dan apa yang terjadi pada otak ketika si pemilik
otak mengalami pengalaman mistikal, ketimbang pada penjelasan anda yg
tipikal esoteris: hanya orang tertentu yang bisa menerima penjelasan anda,
yakni orang yang sudah qualified bermeditasi. Ah ini penjelasan non-
saintifik, tetapi suatu penjelasan religius dan sektarian. Penjelasan
neurosains dan cognition science diterima universal, oleh siapapun yang
mau belajar ilmu umum, dan ada bukti-bukti klinis-nya, bukan suatu
ngelmu yang hanya dimiliki Syekh Siti Jenar.
Golden Lotus
Betul Pak Io, penjelasan saya memang bukan saintifik, karena background
saya bukan saintis. Namun sudah sejak lama saya tertarik menyelidiki
pengalaman mistikal. Semua yang saya utarakan, walaupun tidak saintifik
(empirical), tapi memiliki ...koherensi. Terima kasih untuk referensi
bukunya. Kalau ada waktu pasti saya baca.
Saya tidak pernah membahas Allah atau ilah apapun. Saya sejak awal
hanya mengatakan bahwa KESADARAN dan pengalaman mistik itu
bukan sekedar akibat aktivitas neurologis otak. Otak hanyalah interface.
Jadi sebenarnya saya sama sekali ga berbicara tentang Tuhan.
Sebenarnya ga bermaksud ngotot koq pak Io. Justru saya lihat Anda sulit
menerima alternatif kemungkinan bahwa segala sesuatu adalah energi
yang bergetar dengan frekuensi tertentu. Semua yang Anda anggap solid,
itu masih di range frekuensi tertentu yang disebut frekuensi alam fisik.
Bahwa ada realitas lain di frekuensi yang berbeda dan tidak bersinggungan
dengan alam fisik, namun dengan metode tertentu bisa diakses
(interferensi).
copas:
" Tembaklah dg berondongan peluru tajam panas seorang yg tubuhnya
diperisai oleh jin, pasti dia akan koit. "
Dunia non fisik bukanlah dunia ajaib macam dongeng 1001 malam Pak.
Ada hukum2 alam yang berlaku. Sebenarnya semua alami saja koq. Hanya
karena mereka luput dari panca indera, jadi kesannya misterius.
Anda selalu meminta bukti empiris (yang bisa dipersepsi panca indera),
padahal saya sudah jelaskan bahwa hal2 non fisik itu jelas beda frekuensi,
dan karenanya tidak akan bisa dipersepsi oleh panca indera yang fisik.
Otak menerima informasi non fisik ini bukan dari panca indera Pak. Jadi
selamanya, hal2 mistik akan jadi pengalaman privat dari segelintir orang.
Memang hal2 seperti ini bukan untuk generalisasi. Siapa yang tertarik
harus menekuni dan membuktikan sendiri.
OK diskusinya saya akhiri. Mohon maaf jika ada salah kata.
Salam..Lihat Selengkapnya
Andriani Liu
o
Ioanes Rakhmat LIU, setahu saya, sains fisika mutakhir menegaskan bhw
alam semesta terjadi dengan sendirinya dari ketiadaan karena bekerjanya
hukum-hukum gravitasi supersimetri dan fluktuasi quantum. Jadi, alam
sendiri memiliki kemampuan untuk ada, tanpa perlu di-start oleh suatu
allah supernatural. Kalau anda mau memakai bhs keagamaan, ya orang
dapat mengatakan bahwa alam itu sendiri Allah. Anda bisa memahami?
Salam
Ioanes Rakhmat
Ya, Mas RUDI, pasti ada sesuatu yang bekeja dalam organ otak Paulus,
yang dirangsang oleh berbagai perilakunya sebelumnya dan oleh
pengetahuannya, kalau benar dia mengalami hal-hal mistikal yang
dikisahkan dalam sbh surat aslinya, 2 Korintu...s 12, bahwa dia pernah
diangkat ke langit ketiga, masuk ke dalam firdaus dan di sana dia
mendengar "kata-kata yang tak terkatakan". Nabi Muhammad malah
konon dikisahkan dg lebih hebat lagi, bhw dia diangkat dg burak masuk ke
langit ke tujuh. Ada sangat banyak dokumen ekstra-Alkitab yang
mengisahkan perjalanan mistikal semacam ini; genre kisah-kisah semacam
ini bukan genre kisah sejarah, tetapi kisah fiktif apokaliptik. SalamLihat
Selengkapnya
Rudi Notoningrat maksud saya paulus adalah seorang anti kris dan
kemudian berbalik 180 derajad ini jelas bukan karena faktor conditoning
o
Rudi Notoningrat maksud saya paulus adalah seorang anti kris dan
kemudian berbalik 180 derajad ini jelas bukan karena faktor conditoning
Andriani Liu
Itu baru teori nya Prof Hawking yang belum bisa dibuktikan, jadi belum
bisa dianggap sbg kebenaran mutlak...
BTW orang mau percaya Tuhan atau tidak sebenarnya urusan masing-
masing. Pertanyaan saya, menurut Bapak Io, apakah dengan menganut
su...atu agama tertentu maka kehidupan seseorang akan menjadi lebih
buruk dibanding dengan tidak beragama ?
Kalau tidak menjadi buruk, ya biarkan saja orang-orang menganut
agamanya masing-masing....Lihat Selengkapnya