Anda di halaman 1dari 28

Pengalaman Spiritual Bersama Yesus

oleh Ioanes Rakhmat pada 16 Januari 2011 jam 18:10

Osama Kristus? Semuanya hasil ideological conditioning process


Hampir semua orang Kristen saleh akan dengan yakin menyatakan bahwa
Yesus dari Nazaret bukan sekadar suatu figur masa lampau yang sudah
meninggal, melainkan sang Tuhan yang hidup, yang hingga sekarang terus
hadir dalam kehidupan setiap orang yang mempercayainya sebagai sang Tuhan
dan sang Juruselamat yang sudah menebus mereka dari dosa-dosa mereka.
Karena kebangkitannya dari antara orang mati, maka, Yesus, dalam pandangan
orang Kristen umumnya, tetap hidup hingga sekarang bahkan sampai akhir
zaman nanti, dan tetap menyertai gerejanya sampai dunia berakhir dan setiap
hari memberi gerejanya kekuatan, penghiburan dan firman-firmannya.

Keyakinan-keyakinan Kristen semacam ini sudah ditanamkan ke dalam diri


orang Kristen umumnya sejak mereka kanak-kanak. Keyakinan-keyakinan ini
bukan hanya ditanamkan ke dalam benak orang Kristen sebagai ide-ide
keagamaan Kristen melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran gereja (misalnya,
sekolah Minggu, kelas pembelajaran Alkitab, kelas persiapan untuk menerima
ritual baptisan, khotbah-khotbah Minggu, dll.), melainkan juga dirayakan dan
diungkap bersama dalam ritual-ritual gereja (seperti sakramen perjamuan kudus
memakan roti dan minum anggur yang menyimbolkan tubuh dan darah Yesus
yang dikurbankan, sakramen baptisan dan pengakuan percaya), dan diakui
bersama sebagai suatu komunitas dalam bentuk pengikraran bersama Syahadat
Iman Rasuli, serta dirutinisasi di dalam waktu-waktu doa yang teratur dari
setiap orang Kristen di rumah masing-masing yang dilengkapi dengan
pembacaan dan perenungan teks-teks Kitab Suci. 

 
Ketika seseorang sudah menjadi bagian dari gereja Kristen yang menjalankan
semua kegiatan tersebut di atas, bertahun-tahun lamanya, maka setiap orang
Kristen umumnya akan menyatakan bahwa mereka memiliki berbagai
pengalaman spiritual bersama Yesus. Mereka mempersaksikan bahwa Yesus
hidup dalam kehidupan mereka. Bahwa Yesus mendengar doa-doa mereka dan
menjawab doa-doa ini dengan kongkret. Bahwa Yesus hadir menguatkan
mereka ketika mereka sedang lemah. Bahwa Yesus kerap berbicara langsung
ke telinga mereka di saat mereka membutuhkan kata-kata yang menguatkan.
Bahwa Yesus terasa hadir di sisi mereka ketika mereka bersama mengangkat
puji-pujian dalam ibadah bersama di gereja. Bahwa Yesus dialami sebagai sang
Tuhan yang bisa berempati ketika mereka sedang menghadapi persoalan berat.
Dan banyak lagi kesaksian orang Kristen yang mau menyatakan bahwa Yesus
adalah Tuhan yang hidup dengan riil dalam kehidupan mereka.

Pertanyaan kritis saya: Apakah betul semua pengalaman spiritual orang Kristen
itu terjadi karena Yesus dari Nazaret tetap hidup selamanya di segala zaman
dan di segala tempat lewat kebangkitannya dari antara orang mati? Jawaban
saya: Tidak betul!

Jika dalam semua buku ibadah/liturgi gereja, dalam semua bahan pembinaan
rohani gereja, dalam semua dokumen Perjanjian Baru, dalam semua buku
pelajaran agama Kristen (mulai dari tingkat sekolah Minggu sampai bahan
pelajaran untuk kalangan yang lebih dewasa), dalam semua buku doa gereja,
dalam semua ritual gereja, dalam semua syahadat gereja, dalam semua kegiatan
sosial gereja, dalam semua buku nyanyian gereja, dalam semua buku berbagai
jenis kebaktian gereja (kebaktian pernikahan, kebaktian kedukaan, kebaktian
syukur, kebaktian rumah tangga, dll), dalam semua simbol dan gambar Kristen,
nama Yesus Kristus dihapus dan diganti dengan nama-nama lain, misalnya
nama Kwam Im, nama Kwan Kong, nama Konfusius, nama Siddharta
Gautama, nama Khrisna, nama Lao Tsu, nama Dewa Horus, nama Dewa Zeus,
nama Dewi Athena, Dewi  Amaterasu, nama Sai Baba, nama Mahatma Gandhi,
nama Martin Luther King, nama Mother Teressa, dan nama-nama lain yang
masih banyak, apa yang akan terjadi dengan diri orang Kristen? 

Yang akan terjadi adalah ini: orang Kristen, yang bertahun-tahun telah
memanggil dan berdoa kepada nama-nama pengganti Yesus itu, akan
merasakan suatu fakta spiritual bahwa Kwam Im, atau Kwan Kong, atau
Konfusius, atau Siddharta Gautama, atau Khrisna, atau Lao Tsu, atau Dewa
Horus, atau Dewa Zeus, atau Dewi Athena, Dewi Amaterasu, atau Sai Baba,
atau Mahatma Gandhi, atau Martin Luther King, atau Mother Teressa, hadir
dalam kehidupan mereka sebagai suatu kehadiran spiritual, menguatkan mereka
dan berbicara kepada mereka serta menjawab doa-doa mereka.

Dengan kata lain, pengalaman spiritual dihadiri oleh Yesus dalam diri orang
Kristen terjadi karena orang Kristen telah bertahun-tahun lamanya masuk ke
dalam suatu ideological conditioning process di dalam suatu komunitas
epistemik Kristen yang di dalamnya nama Yesus Kristus telah membentuk
impresi-impresi neuorologis dalam otak mereka, impresi-impresi yang tertanam
dalam di dalam korteks-korteks otak mereka, sehingga mereka merasa Yesus
Kristus itu hidup dan menjawab doa serta hadir dan menyatu dalam kehidupan
mereka. Jika dalam ideological conditioning process ini nama Yesus diganti
dengan nama Martin Luther King atau dengan nama Mahatma Gandhi atau
dengan nama Kwan Kong atau dengan nama Osama bin Laden, maka, setelah
proses pengondisian pengganti ini berlangsung bertahun-tahun lamanya, yang
orang Kristen akan rasakan hadir, hidup, menyatu, dan menjawab doa serta
menguatkan, bukan lagi Yesus Kristus, tetapi Martin Luther King, atau
Mahatma Gandhi, atau Kwan Kong, atau malah Osama bin Laden. 

Pengalaman spiritual timbul bukan karena adanya intervensi dari suatu allah di
dunia supernatural ke dalam pikiran seorang beragama, melainkan muncul
sebagai suatu akibat proses pengondisian ideologis yang sudah berlangsung
bertahun-tahun lamanya dan telah membentuk impresi-impresi atau gambar-
gambar neurologis di dalam organ otak manusia. Tuhan hadir dalam kehidupan
seseorang lewat reaksi-reaksi kimiawi neurologis dalam neuron-neuron otak
manusia, bukan dari surga yang lokasinya di dunia supernatural, dunia yang
tidak ada.  

SukaTidak Suka · Komentari · Bagikan


 Kas Jim, Golden Lotus dan 62 orang lainnya menyukai ini.
 50 dari 141

Lihat Komentar Sebelumnya


o

Wei Yank

MadeNopen berkata pd saya :"anda salah, justru diskusi ini makin


menarik, agar menemukan dasar diskusi, bukan hanya mengajukan
statment tanpa dasar"
_________________________________________________

saya bertanya balik : " apakah pertanyaan a...nda juga ADA


DASARNYA??", kok TIBA2 meng-inbox saya nanya hidup saya dibuat
oleh siapa?? hahahaha....Lihat Selengkapnya

Senin pukul 16:13 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

Made Nopen analisa yang baik dari pertanyaan saya, benar tapi tidak
"sempurna" coba renungkan kembali!!! Tuhan Yesus memberkati.

Senin pukul 16:17 · SukaTidak Suka

Wei Yank

saya renungkan yah ...


* diem
*merenung
*merenung lg, smp ngantuk*

...wah , iya! betul kata anda...TIDAK "SEMPURNA! hahahhaha

soalnya merenung sampe ngantuk sih...Lihat Selengkapnya

Senin pukul 16:26 · SukaTidak Suka

o
Ioanes Rakhmat

GOLDEN LOTUS, neuron-neuron otak kita tidak bekerja dengan


mekanisme kelistrikan, tetapi mekanisme reaksi kimiawi. Seandainya
neuron-neuron di otak kita bekerja dengan mekanisme elektrik, wah
kecepatan kita berpikir akan jauh berlipat ganda..., dan antar otak bisa
terbangun komunikasi langsung.

Otak kita ini bukan sebuah antena yang memancarkan gelombang radio
atau gelombang apapun, dan juga bukan sbh antena penerima pesan-pesan
ilahi dari dunia seberang.

Ada kalangan belakangan ini memusatkan perhatian mereka pada MIND


yang dihasilkan oleh otak manusia. Dana besar (disediakan oleh The
Templeton Foundation) disediakan untuk meneliti Mind dan membuktikan
bahwa Mind adalah sesuatu yang rohani. Jika ini mereka bisa buktikan,
maka kata mereka, keberadaan Allah akan bisa dibuktikan. Tetapi mereka
mengabaikan suatu fakta yang sudah jelas bhw mind kita adalah juga
sesuatu yang material. Mind akan lenyap kalau otak mati; mind akan
lenyap kalau tak ada pasokan nutrisi dan oksigen ke otak kita. Kalau Mind
adalah roh, mustinya MIND independen dari nutrisi dan oksigen, dari
organ otak. Nyatanya tidak.Lihat Selengkapnya

Senin pukul 17:03 · SukaTidak Suka

Golden Lotus

Iya Pak saya tahu. Kelistrikan otak yang saya maksud ya impuls listrik
yang dialirkan antar sinapsis melalui neurotransmitter. Jaringan saraf
inilah yang dapat diibaratkan wires/kabelnya.

copas:
"Otak kita ini bukan sebuah antena yang memanca...rkan gelombang radio
atau gelombang apapun, dan juga bukan sbh antena penerima pesan-pesan
ilahi dari dunia seberang."

Pendapat Anda ini belum bisa dibuktikan secara final. Istilahnya, sains
masih baru mengungkap sedikit sekali dari potensi otak yang sebenarnya.
Menurut saya (penyelidikan pribadi), otak itu interface yang luar biasa.
Otak yang dimaksimalkan potensinya bagaikan antena yang bisa
memancarkan dan menerima informasi dari berbagai gelombang realitas
yang berbeda (tentunya kita telah terprogram dan terbiasa untuk
mempersepsi realitas fisik saja dan yang dari realitas berbeda biasanya kita
sebut intuisi). Serta karena wired dengan sistem saraf tubuh, ia juga
menjadi pusat kendali tubuh fisik.

copas:
"Tetapi mereka mengabaikan suatu fakta yang sudah jelas bhw mind kita
adalah juga sesuatu yang material. Mind akan lenyap kalau otak mati;
mind akan lenyap kalau tak ada pasokan nutrisi dan oksigen ke otak kita."

Tentu saja Pak. RC car juga ga bisa jalan jika batere atau antenanya
dicopot. Namun bukan berarti baterelah yang mengendalikan mobil itu
sehingga bisa berjalan sendiri.
Bukan berarti pula bahwa si pengontrol dan remote controlnya ga ada.

Jika Pak Io bisa membayangkan bahwa otak kita hanyalah sekedar


interface/antarmuka untuk mengendalikan tubuh fisik di realitas fisik,
bahwa sebenarnya kita bukanlah otak, maka rasanya analogi ini mudah
dipahami. Kalau interfacenya dirusak, (otaknya rusak) tentu saja si AKU
(siapa/apapun itu) kehilangan kendali / kontak dengan tubuh fisik maupun
alam fisik. Kita menyebutnya kematian.

Semua proses memang melalui interface (otak). Namun demikian, aktor


sebenarnya bukanlah otak. Ini pendapat saya pribadi, dan memang belum
teruji secara saintifik.Lihat Selengkapnya

Senin pukul 18:20 · SukaTidak Suka

Par- Sarimatondang

Senang sekali dengan dimunculkannya note ini. Sebetulnya bukan


terutama pada note-nya, melainkan pada komentar Pak Io kepada Pak
Shem Tov, dimana Pak Io menceritakan dengan rinci tapi sangat penting
tentang, penghayatan keber-agama-an belia...u. Sangat menarik dan lebih
optimistis, ketika membaca pengakuan Pak Io bahwa"....saya adalah
sebuah contoh ttg seorang yang hidup dalam dua agama sekaligus, dua
jalan sekaligus, selama dua sampai tiga dasawarsa, hingga kini."

Buat saya ini adalah penjelasan dan klarifikasi yang penting, bahwa Pak Io
itu sebetulnya tidak membenci agama, dan tidak --seperti yg dikatakannya
seringkali --memandang agama itu hanya sebagai pemisah dan penyebab
manusia saling bunuh2an.
Saya juga terkesan dengan apa yang dikatakan Pak Io sebagai suatu
"tahap keberagamaan universal, global, mondial, multidimensional."
Ini mengingatkan saya pada Bishop William Swing, yang kisahnya pernah
saya baca di sini: http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=%2Fc%2Fa
%2F2010%2F12%2F26%2FMNT91GMN86.DTL.

Menurut saya, yang perlu juga dikembangkan adalah konsep kesalehan


yang kita diskusikan sebelumnya. Bagi saya pribadi, kesalehan itu
seharusnyalah universal, global, mondial dan multidimensional. Namun,
demi penggunaannya yang lebih operasional, sebaiknya lah kita
merumuskan kesalehan yang universal itu.Lihat Selengkapnya

Senin pukul 20:01 · SukaTidak Suka · 3 orangMemuat...

Indah Rahmini "Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar


bunyinya. Tetapi, engkau tidak tahu dari mana datang atau kemana
perginya. Demikian halnya dengan setiap orang yang lahir dari Roh"

Senin pukul 20:53 · SukaTidak Suka

Oktagape Lukas Rasat

Hi Pak Io!
Tulisan yang menarik. Saya rasa tiap orang yang mampu berpikir kritis
dan beriman secara dewasa tidak akan sedangkal itu mengaitkan segala hal
yang baik (dan yang buruk) dalam hidupnya sebagai bagian dari rencana
Ilahi.

Saya priba...di berpendapat manusia memang tidak mungkin hidup tanpa


pegangan, dalam ideological vacuum. Karena itulah organized religion
dengan segala dogma dan ritualnya diciptakan, sebagai alat belaka!
Namun bukan berarti bahwa pengalaman supranatural dan hal-hal luar
akal itu tidak ada. Justru disinilah kita ditantang untuk menyikapinya
secara dewasa dan tetap kritis. Apakah hanya ilusi belaka, atau memang
sesuatu yang hanya bisa disikapi dengan "diam dalam ketakjuban?"

Btw. Pertanyaan saya simple, soal ideological conditioning process yang


terjadi terus menerus selama bertahun-tahun hingga menimbulkan
pengalaman spiritual sedemikan rupa seperti yang dipaparkan diatas,
apakah hanya sekedar teori duga-duga belaka atau sesuatu yang sudah
diuji kebenarannya secara saintifik-empiris?Lihat Selengkapnya

Senin pukul 21:14 · SukaTidak Suka

Oktagape Lukas Rasat

Sekali lagi, Hi Pak Io!


Saya benar-benar tertarik dengan ideological conditioning process.

Saya jadi teringat sebagian kalangan di Indonesia yang dididik untuk


membenci bangsa Yahudi sedemikian rupa hingga menganggap dan
mengasosiasikan semu...a hal buruk dan jahat di muka bumi adalah ulah
dan pekerjaan Yahudi. Padahal bertemu dengan seorang Yahudi pun
belum pernah.

Hal seperti ini saya rasa wajar. Namun kalo ideological conditioning
process sampai sedemikian rupa menghasilkan pengalaman religius
bahkan supranatural, justru ini yang masih tidak saya pahami. Seluar biasa
itukah ideological conditioning process? Jika iya, apakah hal ini telah
ditelaah dan diteliti secara ilmiah saintifik-empirik sesuai dengan kaidah
eksperimen yang benar dan layak?

Hmmm.....

Btw. saya permisi ke belakang dulu pak! Perut saya tidak enak, ini pasti
kerjaan Zionis Yahudi Laknatullah!!!Lihat Selengkapnya

Senin pukul 21:28 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

Dani Prasetiyo

Jawaban Pak Io kpd Pak Shem ".... Tentu saja, pada level neurologis, saya
sebetulnya sedang bercakap-cakap dengan DIRI SAYA SENDIRI. Begitu
juga, ketika pada level neurologis saya bercakap-cakap secara imajiner
dengan Yesus, dalam doa saya,... sebetulnya saya sedang bercakap-cakap
dengan DIRI SAYA SENDIRI...." MIRIP dg konsep wahdatul Wujud,Al-
Hallaj,Syekh Siti Jenar,KONG dlm Sutra Hati Budhism, ataupun
Manunggaling Kawula Gusti (kisah Dewa Ruci) dlm Kejawen,dan Kisah
Musyawarah Burung dlm Sufi, dan tentunya dlm perkataan YESHUA juga
banyak pernyataan2 yg nyrempet2 dg itu.He...3XLihat Selengkapnya

Senin pukul 22:27 · SukaTidak Suka

Pilun Aja

yup saya setuju dengan tulisan diatas. agama itu bukanlah pengalaman
spiritual. sugesti yg kuat dan terus menerus akan menyebabkan orang
merasa bahwa sesuatu yg tidak ada bisa menjadi ada. contohnya adalah
Hipnotis, orang yg dihipnotis bisa... merasakan panas yg luar biasa walau
sebenarnya tidak ada api didekatnya.
jadi kesimpulannya adalah agama bukanlah mengenai pengalaman
spiritual. inti agama adalah pada penyembahan Tuhan yg benar, Tuhan yg
sesuai dengan akal pikiran manusia. itu saja.Lihat Selengkapnya

Senin pukul 23:37 · SukaTidak Suka

Xu Jerry izin share, Pak Io. :)

Senin pukul 23:43 · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat

GOLDEN LOTUS, saya sudah coba banyak kali menempelkan sbh


bohlam kecil 1 watt ke kening saya, tapi kok gak pernah nyala-nyala,
padahal sudah dipindah-pindah ke sana ke sini. Katamu otak kita
memancarkan daya listrik? Saya juga sudah pasang ...pesawat penerima
sinyal radio di dekat kening saya, dan sayanya memikirkan hal-hal
tertentu, kok pikiran saya ini gak ditangkap juga oleh pesawat penerima
sinyal radio itu. Katamu, otak kita memancarkan gelombang radio.
Mungkin otak saya sedang rusak. Coba, dua eskperimen ini dilakukan
Golden sendiri, mungkin sukses. :))Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 0:48 · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat

OKTAGAPE, hal yang saya angkat dalam note saya di atas sudah banyak
kali diujicoba secara saintifik, dan terbukti benar. Nama cabang ilmunya
Cognitive Science dan Neuroscience. Coba anda ubek-ubek situs ini
http://www.thoughtpatternmanageme...nt.com/. Situs ini menyajikan
perspektif-perspektif terapeutik. Ada beberapa lagi situs yang nanti saya
beri ke anda links-nya. Coba jelajahi situs ini, luar biasa
http://www.cognitionandculture.net/.

Percobaan mutakhir yg sangat revealing dilakukan terhadap kaum Muslim


yang berkecenderungan jadi militant (maaf, teman-teman Muslimku).
Solat berulang kali dan terus-menerus, dg gerakan tubuh tertentu, ayat-
ayat suci Alquran dan teks-teks ideologis lain yg terus diulang-ulang
sementara solat, suasana khusuk dan ruangan khusus, makanan-makanan
tertentu yang dimakan, dll., ternyata bisa menimbulkan pengalaman
spiritual dihadiri oleh Allah atau makhluk rohani lain, yang meyakinkan
mereka bahwa terorisme yang mereka akan lakukan adalah tugas ilahi, dan
mereka jadi gak takut mati (bahkan mereka yakin, mereka bukan akan
mati, tetapi masuk paradise). Saya sendiri bertanya, dari mana kalangan
Muslim yang condong militan ini mereka dapatkan. Tetapi bagaimanapun
juga percobaan ini memperlihatkan ada kaitan sangat erat antara ritual
keagamaan, ideologi keagamaan, pikiran, pengalaman religius, dan
perilaku sosial.

Selain itu, Sociology of Knowledge sudah juga memperlihatkan bahwa


agama dan semua pengalaman keagamaan adalah konstruksi sosial,
dirancangbangun oleh manusia sebagai masyarakat/komunitas.
SalamLihat Selengkapnya

Kemarin jam 1:16 · SukaTidak Suka

o
Shemiah Girgis Yahesya Memangnya hem Tov kok kelabakan amat bca
artikel sederhana begini ,ngk ush belajar S3 anak SD juga thu ,coba saja
anggap bahwa Yesus itu adalah diri Anda ,maka kita angsung
mempengaruhi psikologis dan stigma manusia langsung ke core of
sylabel .Jawaban yang diberikan para gerejawan cuma washingful doangs.

Kemarin jam 1:23 · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat Pak PAR-SARIMATONDANG, thanks atas comment


anda. Walaupun saya dekat pada Gautama Buddha dan Yesus, saya
dengan tegas nggak mau disebut beragama. Sebab kalau saya menganut
suatu agama apapun, saya diwajibkan tunduk pada doktrin-doktrin agama
ini. Itu yang saya tidak bisa lakukan. Entah sebutan apa yang pantas untuk
orang seperti saya, yang pasti saya tidak religius. Gitu loh.

Kemarin jam 1:42 · SukaTidak Suka

Rinaldi Saja

@Shem Tov:

------------------------
Lha memangnya penulis Kitab Suci itu para ilmuwan dan saintifik, khoq
malah mengajari saya dan siswa teologi membaca Kitab Suci lepas dari
iman? Anda kalau mau jadi saintis ya tekuni saja bidang saintis da...n
jangan mendikte wilayah agama dengan pendekatan saintis sekalipun
terma-terma agama belum tentu terbukti tidak saintifik
------------------------

Para penulis kitab suci memang bukan ilmuwan sebagaimana pengertian


kita mengenai "ilmuwan". Tapi saya kira, membahas kitab suci apapun
(atau membahas apapun), idealnya haruslah dalam kerangka keilmuan
atau ilmiah. Tidak bisa tidak.

Semua hal yang dibahas dalam kerangka keilmuan murni, saya kira bisa
dan boleh saja tidak sempurna hasilnya. Tapi bagaimanapun, itu adalah
cara yang terbaik untuk mengungkap kebenaran. “Cara terbaik” dalam arti
bisa dipertanggungjawabkan, tidak asal njeplak, jelas metodologinya. Dan
“sportif”, dalam arti rela untuk difalsifikasi atau dikritik.

Dalam mengkaji sesuatu, kita HARUS MEMILIKI JARAK terhadap


sesuatu yang kita kaji. Kita tidak bisa “larut” pada objek kajian kita. Ini
semata dilakukan agar kita bisa memandang secara objektif objek kajian
kita.Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 2:19 · SukaTidak Suka

Fernando Adventius

"saya sudah coba banyak kali menempelkan sbh bohlam kecil 1 watt ke
kening saya, tapi kok gak pernah nyala-nyala, padahal sudah dipindah-
pindah ke sana ke sini. Katamu otak kita memancarkan daya listrik?"

otak kita memang memancarkan Gelomb...ang EM... sama seperti jantung,


otak sebagai pusat persyarafan mengalirkan gelombang listrik ke seluruh
reseptor dan tentunya memancarkan gelombang EM, ini bisa dilihat oleh
MRI dan CT Scan

salah satu buktinya adalah semut / serangga yg menempelkan antena untuk


berkomunikasiLihat Selengkapnya

Kemarin jam 5:44 · SukaTidak Suka

Fernando Adventius

"Walaupun saya dekat pada Gautama Buddha dan Yesus, saya dengan
tegas nggak mau disebut beragama"

menurut pengamatan saya, Pak Io juga sangat dipengaruhi oleh


confucianism hanya saja lahir dalam keluarga Buddhist dan besar dalam
lingkungan ...GKI...
satu irisan besar antara confucianism dan Christianity adalah Golden
Rule...
己所不欲,勿施于人... apa yg kamu tidak mau orang lain buat pada kamu,
jangan lakukan pada orang lain...
saya somehow sedikit familiar dgn Confucianism, dan di Gereja-Gereja
Chinese itu saya lihat2 Confucianism nya sangat-sangat pekat sekali... dari
Khotbah2 Stephen Tong dan Caleb Tong saya membaca banyak sekali
wejangan2 Kong Zi yang dibalut oleh doktrin kristen

dan yang jelas mereka yg Confucianism nya kuat itu akan memisahkan
Agama/Ritual dari Kebajikan... krn Confucianism (dalam interpretasi
saya) menganggap bahwa Agama adalah sesuatu yg sangat-sangat tinggi,
sangat-sangat abstrak dan seringkali tidak relevan dengan
perbuatan/tindak-tanduk seseorang...Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 6:16 · SukaTidak Suka

Fernando Adventius

"coba banyak kali menempelkan sbh bohlam kecil 1 watt ke kening saya,
tapi kok gak pernah nyala-nyala"

krn gelombang otak tidak terfokus dan berada dalam bentuk gelombang
magnet bukan gelombang elektrik...

salah satu bukti bahwa otak berinte...raksi dengan gelombang EM


sekitarnya adalah jika Bapak ber-Handphone selama 1 jam saja, tentu akan
pusing2 krn Handphone memancarkan Gelombang EM dengan frequency
1.8 GHz (Frequency yg sebenarnya sangat tinggi)Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 6:19 · SukaTidak Suka

Abdul Mu'iz Basuki Abdullah (maestro pelukis yang sudah meninggal)


pernah bermimpi berjumpa yesus, lantas dia merasa tentram, maka dia
berganti agama dengan tetap mempertahankan nama pemberian ortunya
hingga ajal tiba.

Kemarin jam 9:23 · SukaTidak Suka

o
Ioanes Rakhmat NANDO, kenapa kita gak berkomunikasi lewat
gelombang listrik saja, antar-otak, daripada lewat kata-kata? Signifikan-
kah kekuatan gelombang listrik dari otak kita? Kalau gelombang
magnetik, semua benda massif di muka Bumi, karena pengaruh magnet
Bumi, tentu juga bersifat magnetik, dg skala kekuatan yg berbeda. Apakah
MRI bekerja dengan memanfaatkan magnet otak, ataukah memanfaatkan
resonansi yang ditimbulkan otak kita ketika otak ini dirangsang magnet
dari alat MRI? Anyway, hal ini sangat menarik minat saya. Salam

Kemarin jam 9:44 · SukaTidak Suka

Samuel Hutagalung pengalaman spiritual sahabatku dgn Sai Baba sangat


nyata baginya sama spt nyatanya pengalamanku dgn Yesus. Aku tdk
merasa rugi jika kelak ternyata tak ada hidup kekal krn aku telah
'mengenal' Yesus dlm hidupku di dunia ini.

Kemarin jam 10:35 melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat

WEI YANK, memang mutu keberagamaan seseorang akhirnya ditentukan


oleh apa yang dia perbuat terhadap sesamanya dan apa yang dia tidak
perbuat terhadap sesamanya. Iman keagamaan seseorang pada akhirnya
diuji nilai dan autentisitasnya pada per...buatan orang itu dalam level
praktis. Nah, dalam hal inilah ajaran-ajaran para pendiri agama-agama
kuno menjadi penting dan relevan.

Ajaran-ajaran mereka malah sebetulnya jauh lebih penting ketimbang


doktrin-doktrin atau dogma-dogma keagamaan yang dibuat pada masa
yang lebih kemudian dalam perkembangan komunitas keagamaan. Bahkan
seringkali doktrin-doktrin ortodoks suatu agama (yang disusun beberapa
abad sesudah si pendiri agama wafat) menyimpang jauh dari ajaran-ajaran
asli si pendiri agama. Contoh saja. Doktrin ortodoks gereja bhw Yesus itu
Allah seratus persen dan manusia seratus persen, atau bhw Yesus itu
Oknum Kedua dari tritunggal Kristen, atau bahwa Yesus itu sang Pencipta
segalanya ("Pantokrator"), adalah doktrin-doktrin yang tidak sejalan
dengan ajaran-ajaran asli Yesus.
Jadi, saya setuju, kalau ajaran-ajaran asli para pendiri agama digali ulang,
dihidupkan kembali, dan disegarkan kembali. Dan ajaran-ajaran asli para
pendiri agama ini lebih penting dari dogma-dogma ortodoks suatu agama
yang disusun belakangan.

Tetapi hemat saya, sekalipun halnya demikian, tetap saja sikap very
critical harus diperlihatkan dan diberlakukan terhadap ajaran-ajaran asli
para pendiri agama, sebab ajaran-ajaran mereka bisa tidak relevan lagi
buat zaman sekarang. Kita tetap harus ingat bahwa para pendiri agama
apapun adalah manusia-manusia kuno, yang hidup dalam dunia kuno, di
zaman kuno, yang memegang berbagai worldview dan ilmu pengetahuan
kuno yang sudah sangat ketinggalan zaman. Kalau pun ada wisdom yang
perennial/kekal dalam ajaran-ajaran mereka, kegunaan wisdom yang
semacam ini juga tetap perlu dipikirkan kembali dalam-dalam. Dalam
pandangan saya, kita yang hidup dalam zaman modern bisa dan harus
mampu menghasilkan pandangan dan wisdom dan ajaran yang lebih hebat
dan lebih kena dibandingkan pandangan, wisdom dan ajaran Musa, Lao
Tsu, Konfusius, Gautama, Khrisna, Manu, Sokrates, Philo, Yesus,
Muhammad, Gulam Ahmad, dlsb. Kesalahan orang beragama pada
umumnya di masa kini adalah mereka tidak berhasil melihat kalau diri
mereka sebenarnya bisa lebih hebat dari para pendiri agama-agama kuno.

Selain itu, bukan hanya ajaran-ajaran dan wisdom para pendiri agama
kuno yang penting, melainkan juga pribadi atau persona para pendiri
agama itu sendiri, khususnya kalau kita menjadi praktisi meditasi.

Dalam meditasi, kita membutuhkan sebuah titik konsentrasi. Nah, ajaran-


ajaran atau widsom yang abstrak mustahil atau sulit untuk dijadikan titik
acuan konsentrasi. Sebaliknya, jika kita memakai suatu figur atau persona
yang kongkret sebagai titik konsentrasi, meditasi kita akan jauh lebih
mudah dijalankan. Tentu saja persona yang kita jadikan titik konsentrasi
tak dapat dipisahkan dari ajaran-ajaran dan wisdom yang mereka pernah
ajarkan. Kita bahkan bisa merekonstruksi sendiri dg bebas bagaimana rupa
wajah dan tubuh si persona ini dengan bertolak dari ajaran-ajaran dan
wisdom mereka. Nah, seorang Kristen akan mudah bermeditasi jika
gambar wajah Yesus (apapun rupa wajah Yesus dalam gambar ini!)
dijadikan titik konsentrasinya. Begitu juga, seorang pemeditasi Buddhis
akan mudah bermeditasi jika wajah Gautama (apapun juga gambar
wajahnya dibayangkan!) dengan riil menjadi titik konsentrasinya. Atau,
seorang Muslim akan mudah bermeditasi jika dia memakai kaligrafi nama
Allah sebagai titik konsentrasinya.

Jadi, saya berpendapat adalah perlu juga para pendiri agama kuno dikenali
secara pribadi sebagai persona-persona suci zaman lampau. Kita perlu
merekonstruksi terus-menerus pribadi para pendiri agama kuno ini, lewat
wisdom dan ajaran-ajaran mereka, dalam konteks sejarah kehidupan
mereka masing-masing. Kekristenan boleh dikata berada di garis terdepan
dalam usaha-usaha ilmiah merekonstruksi wajah dan kepribadian Yesus,
dengan memakai sekian metodologi penelitian ilmiah yang andal. Tetapi
sayangnya, para pemikir Kristen konservatif terus menerus menebar
banyak fitnah ketika mereka menyatakan bahwa usaha-usaha
merekonstruksi Yesus yang dilakukan para sejarawan kritis adalah usaha-
usaha berbahaya yang perlu dilenyapkan. Salam.Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 10:42 · SukaTidak Suka

Abdul Mu'iz pandangan pak Io kok mirip dengan pandangan Ulil Abshar
Abdallah ex ketua JIL yang sekarang menjadi pengurus Partai Demokrat ?

Kemarin jam 10:46 · SukaTidak Suka

Nofedin Waruwu Percaya atau tidak percaya itu urusan sendiri-sendiri.


lebih baik hidup ini dijalani dengan penuh sukacita, tanpa harus
memikirkan keyakinan orang lain. salam.

Kemarin jam 11:14 · SukaTidak Suka

Golden Lotus

@Pak Io

Maaf pengetahuan saya tentang faal memang masih cetek..


Tapi seingat saya waktu belajar dulu, otak kita tersusun dari miliaran saraf
neuron, dendrite, dan celah2 sinaps.

...Kelistrikan di otak memang bukan listrik dalam arti biasa, melainkan


electrochemical. Jadi kalo ga salah, sepanjang serabut saraf itu bisa
menghantar impuls elektrik yang terjadi akibat perbedaan tegangan (ion).
Ketika melalui celah sinaps (antar 2 neuron), neurotransmitter berperan
sebagai zat yang meneruskan impuls ini ke neuron lain. Jadi sebenarnya
memang ada sifat kelistrikan dalam mekanisme kerja otak.
Tentang kecepatan berpikir, tentu saja sangat dipengaruhi berbagai hal.
Setahu saya, saraf yang sering dilalui impuls akan menebal dan menguat,
dan kecepatan hantaran di bagian otak itu akan meningkat karena
banyaknya dendrit yang berarti lebih banyak jalur yang bisa dilewati
(tidak crowded). Melihat fakta ini, sebenarnya secara faali, pola pikir
manusia sulit berubah karena jalur sarafnya juga sudah terkondisi. Mereka
sulit mengubah pola pikir dan mencari alternatif lain karena jalur sarafnya
sudah terbentuk sedemikian rupa sehingga impuls saraf hampir secara
otomatis selalu melewati saraf yang itu2 juga.

Jika Pak Io perhatikan, kecepatan gerak refleks sebenarnya juga


menunjukkan bahwa sistem saraf kita mekanismenya ya melalui
electrochemical itu. Cuma bedanya, dalam gerak refleks, stimulus yang
berupa impuls listrik tidak melalui pemrosesan otak. Jadi busur refleksnya
secara singkat berupa saraf sensorik - sistem saraf pusat - saraf motorik -
efektor.Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 15:33 · SukaTidak Suka

Golden Lotus

copas:
"NANDO, kenapa kita gak berkomunikasi lewat gelombang listrik saja,
antar-otak, daripada lewat kata-kata? Signifikan-kah kekuatan gelombang
listrik dari otak kita? "

Begini Pak Io, sebenarnya melihat kemungkinan sambungan antar saraf


y...ang jumlahnya 200 miliaran itu (setiap saraf bisa terhubungan dengan
banyak saraf lain), sebenarnya potensi / kemampuan berpikir otak manusia
itu luar biasa. Namun karena satu dua hal, ternyata otak manusia seakan
"terkunci" dan hanya memproses data melalui saraf yang itu2 aja (persepsi
panca indera). Sering kita dengar, manusia hanya menggunakan 5%
kemampuan otak yang sebenarnya. Masih banyak potensi2 otak yang
belum terpetakan.
Mempelajari mekanisme otak, sama dengan mempelajari wilayah seluas
galaksi kita sendiri Pak.

Mengenai pendapat saya sebelumnya, yaitu otak bisa menangkap


gelombang2 dari realitas yang berbeda, Pak Io harus terbuka dengan
kemungkinan baru, yakni bahwa alat2 radio di bumi belum bisa
menangkap frekuensi gelombang yang supra (getaran tinggi dan super
halus), sedangkan otak kita bisa.
Setelah menerima informasi ini, data itu akan diubah lagi menjadi
kelistrikan biasa yang teramati oleh peralatan kita. Jadi jika dipindai
dengan peralatan canggih, bisa terlihat bahwa di bagian otak kita terjadi
aktivitas kelistrikan secara tiba2.
Teknologi kita belum bisa menangkap gelombang yang sangat tinggi
getarannya, sehingga cuma dapat data residu (data yang sudah
diterjemahkan oleh otak dalam aktivitas kelistrikan). Hal ini saya rasa juga
berlaku dalam penelitian2 tentang meditasi, ESP, dsb. Ilmuwan cuma
dapat data residu berupa menurunnya aktivitas gelombang otak.
Akibatnya, saintis mungkin terjebak untuk cepat ambil kesimpulan bahwa
abnormalitas kelistrikan di otaklah yang membuat orang mengalami hal2
mistik.Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 15:48 · SukaTidak Suka

Andriani Liu Bp Ioanes yg terhormat, nama Yesus tidak bisa diganti dari
buku-2 liturgi atau kitab suci, karena yang mati di kayu salib adalah
Yesus, bukan martin Luther, bukan Ibu Theresa, bukan pula Osamah bin
Laden.....

Kemarin jam 15:49 · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat Ya, dicoba saja LIU, untuk membuktikan apakah Note
saya di atas benar atau tidak, sementara kajian-kajian dalam cognitive
science dan neuroscience sudah membuktikan kebenarannya. Tentu saja
Note saya di atas tidak harus mengganti sebuah versi ttg Yesus yang anda
sedang hayati. Salam

Kemarin jam 15:53 · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat

GOLDEN, bukan abnormalitas kelistrikan dalam organ otak yang


menimbulkan fenomena mistikal dalam diri manusia, tetapi memang ada
sirkuit-sirkuit tertentu dalam organ otak kita yang kalau menerima
pasokan data yang cocok, atau pengurangan ak...tivitas neurologis, akan
membawa si pemilik otak ke dalam suatu pengalaman mistikal, merasa
bersatu betulan dengan suatu Allah yang konsepnya sudah di-save dalam
neuron-neuron otak orang ini sebelumnya. Misalnya, pengurangan
aktivitas neurologis dalam sirkuit parietal lobe akan membawa orang
masuk ke dalam pengalaman menyatu dengan Allah. Begitu juga sirkuit
thalamus membawa orang ke dalam suatu pengalaman religius betapa
Allah telah menyatu dengan diri si pemilik otak. Itu suatu temuan empiris
dari neurosains. SalamLihat Selengkapnya

Kemarin jam 16:01 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

Golden Lotus

OK Pak..
Sekarang saya ada pertanyaan:

Mengapa mereka yang diberi satu dosis tertentu zat/obat psikotropika


yang bisa mempengaruhi secara selektif pola kelistrikan di bagian otak
tertentu (bisa sama meniru kelistrikan pada orang yang meditasi... /
mengalami mistik) ternyata tidak menerima efek positif yang sama seperti
orang yang mempraktekkan meditasi (padahal keduanya sama2
mengalami "halusinasi")?
Benefit seperti wisdom, penghayatan makna kehidupan, peningkatan
welas asih, dsb sama sekali tidak tampak pada orang2 yang
mengkonsumsi psikotropika.

copas:
"Misalnya, pengurangan aktivitas neurologis dalam sirkuit parietal lobe
akan membawa orang masuk ke dalam pengalaman menyatu dengan
Allah. Begitu juga sirkuit thalamus membawa orang ke dalam suatu
pengalaman religius betapa Allah telah menyatu dengan diri si pemilik
otak."

Saya akan bilang itu data residu. Yang sudah dibuktikan dalam penelitian
itu hanyalah "ada kaitan antara aktivitas neurologis dengan pengalaman
mistik". Namun penelitian itu tidak membuktikan ARAH penelitiannya
(sebab - akibat).

Sekarang pemahaman kita sudah berseberangan, karena ada 2 pilihan yang


sama2 tidak berbukti:
1. Pengalaman Allah menyatu dengan diri DISEBABKAN oleh aktivitas
neurologis.

2. Pengalaman Allah menyatu dengan diri MENYEBABKAN perubahan


aktivitas neurologis.

Anda memilih meyakini pilihan no. 1, saya memilih pilihan no2. Anda
punya dasar pemikiran sendiri, saya berdasarkan penyelidikan dan
pengalaman pribadi.

copas:
"pengurangan aktivitas neurologis, akan membawa si pemilik otak ke
dalam suatu pengalaman mistikal, merasa bersatu betulan dengan suatu
Allah yang konsepnya sudah di-save dalam neuron-neuron otak orang ini
sebelumnya"

Saya setuju dengan sebagian penjelasan Anda. Namun berbeda dengan


fokus penjelasan Anda, saya memiliki hipotesis tersendiri:
Pengalaman spiritual apapun itu (seaneh apapun), ketika diterima otak,
akan diterjemahkan kedalam hal2 yang dimengerti oleh otaknya. Ini
memang sifat dasar otak Pak, dia memilah dan menganalisis informasi
sehingga bisa dipahami (ini disebut aktivitas mempersepsi). Otak tidak
bisa memahami hal2 yang tidak ada dalam kamusnya, ini disebut sebagai
disonansi kognitif dan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan
bagi si individu.
Karena itu spiritualis yang sudah maju biasanya tidak tunduk pada
mekanisme ini dan simply mengatakan pengalaman mistik mereka sebagai
"tidak terpikirkan".Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 16:20 · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...

Ioanes Rakhmat

Mas GOLDEN, kalau anda mempertahankan Allah itu ada sebagai roh,
kan roh ini bukan "sesuatu" yang material, tak ada bentuknya, tak ada
massanya, tak ada aktivitas elektromagnetiknya, tak ada aktivitas
radionya, tak ada apapun di dalam dirin...ya, yang sifatnya material.
Sedangkan semua aktivitas neuron-neuron otak adalah aktivitas dalam
dunia material, sampai berbentuk aktivitas partikel neurologis
elektromagnetik yang tak kasat mata, tetapi tetap material, fisikal, dan ber-
massa.
Nah, apakah yang non-material seperti roh allah bisa kontak dan
bersentuhan dengan yang material, yang diproduksi dalam otak. Saya tahu,
tak bisa, sama seperti jin atau malaikat tak bisa menjadi perisai fisik
terhadap tubuh manusia yang dibacok atau diberondong peluru panas
tajam.

Anda hanya mengandaikan bahwa ada gelombang-gelombang tinggi dari


otak yang bisa kontak atau dikontaki makhluk rohani non-material, tanpa
bisa menunjukkan secara empiris bhw makhluk-makhluk semacam ini
ada, bahwa gelombang tinggi ini ada.

Anda melupakan satu hal: tanpa memaksimalkan fungsi otak sampai 100
persen pun, orang kerap mengklaim mengalami pengalaman rohani atau
mistikal. Bukankah kesimpulannya seharusnya adalah bahwa semua
pengalaman mistikal adalah pengalaman yg muncul krn reaksi-reaksi
kimiawi neurologis, bukan karena sesuatu yang rohani masuk ke dalam
otak manusia. Gitu loh.Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 17:12 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

Golden Lotus

Begini Pak Io, pertama kita harus samakan terminologinya dulu.

Yang saya sebut "nonfisik" bukanlah seperti definisi bapak. Menurut saya
fenomena nonfisik (aura, tubuh non fisik, nyawa, dsb) tidak dapat
dipersepsi/diobservasi karena memiliki ...getaran yang frekuensinya
berbeda. Saking tingginya perbedaannya sehingga tidak bersinggungan
dengan semesta kita. Sementara peralatan kita, hanya mampu memindai
satu range tertentu dari frekuensi ini yang kita kenal dengan frekuensi
alam fisik.

Sedangkan roh, bagi saya adalah existence. Bagaikan kanvas putih, segala
sesuatu yang ada dilukis diatasnya. Ketika kita menghapus segala coretan
di atas kanvas ini, ia kembali putih seperti semula. Inilah kondisi orang
yang menyatu dengan keberadaan (atman, roh, dsb) melalui meditasi.
Menembusi setiap lapisan kesadaran dan akhirnya menemukan "kanvas"
dimana keberadaannya sebagai manusia dilukiskan. Jadi roh/atman itu
tidak berkaitan sama sekali dengan apapun. Tidak menjadi sebab maupun
menyebabkan. Ia adalah primary state, just be.
Nah, jika saya bilang ada orang yang mampu melihat hal2 non fisik, maka
kemungkinannya bisa 3 macam sbb:

1. Entity non fisik itu "menurunkan" frekuensinya sehingga bisa teramati

2. Jalur saraf di otak ybs mulai aktif dan menerima informasi2 dari
gelombang yang lebih tinggi. Sama seperti radio yang tuningnya diputar
untuk mencari frekuensi tertentu. Setelah frekuensinya ditemukan dan
informasi diperoleh, informasi ini diterjemahkan oleh otak ke dalam
aktivitas neurologis, sehingga bisa dipahami. Proses penterjemahan ini
juga berkaitan dengan pengetahuan otak ybs (seperti kata Bapak
sebelumnya).

3. Terjadi perubahan neurologis oleh karena obat psikotropika, ketakutan


(proyeksi mental), hipnosis, dsb, sehingga memunculkan gambaran di otak
(halusinasi).

copas:
"Nah, apakah yang non-material seperti roh allah bisa kontak dan
bersentuhan dengan yang material, yang diproduksi dalam otak."

Jika Pak Io memahami uraian saya tentang frekuensi, bahwa realitas itu
memiliki frekuensi yang berbeda2, maka sangat mungkin terjadi
interferensi Pak. Entah orangnya yang menyesuaikan frekuensi (seperti
tuning radio), atau fenomena luar yang menurunkan frekuensinya.
Kira2 begitu. Ini pendapat pribadi Pak, jadi ga perlu diperdebatkan.

Salam..Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 17:44 · SukaTidak Suka

Fernando Adventius awuah gelap... pusing...

Kemarin jam 17:49 · SukaTidak Suka

Golden Lotus
Add:

copas:
"Anda hanya mengandaikan bahwa ada gelombang-gelombang tinggi dari
otak yang bisa kontak atau dikontaki makhluk rohani non-material, tanpa
bisa menunjukkan secara empiris bhw makhluk-makhluk semacam ini
ada, bahwa gelombang tinggi... ini ada. "

Beda frekuensinya Pak, karena itu tidak ada bukti empirisnya. (yang Pak
Io sebut empirik adalah semua yang bisa teramati di frekuensi alam fisik,
padahal fenomena ini ada di frekuensi (channel) yang berbeda)

Tentunya kecuali ybs membuka jalur sarafnya sehingga mulai bisa sinkron
dengan informasi2 dari realitas yang lebih tinggi. Sayangnya ini sulit
dilakukan kecuali ybs melatih teknik spiritual tertentu (meditasi, tantra,
dsb), atau lahir dengan kondisi jalur sudah aktif (bakat) yang biasa disebut
juga sebagai paranormal. Ingat, otak manusia sudah terpola untuk
menerima informasi berdasarkan panca indera. Perlu "pengolahan" dan
latihan untuk mengubah pola ini.

copas:
"Anda melupakan satu hal: tanpa memaksimalkan fungsi otak sampai 100
persen pun, orang kerap mengklaim mengalami pengalaman rohani atau
mistikal."

Memang tidak perlu 100% Pak. Yang utama adalah jalur sarafnya bisa
menerima informasi non fisik itu. Biasanya ini hanya dimungkinkan dalam
kondisi meditatif, relaks, khusyu, dsb walaupun biasanya tidak permanen.
Orang yang bisa melakukannya secara permanen biasanya jalur ini sudah
cukup lancar dan jalur informasi panca indera tidak lagi dominan seperti
orang umumnya.Lihat Selengkapnya

Kemarin jam 18:18 · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat

Ah, GOLDEN, semua keterangan anda tentang roh hanya bahasa


kepercayaan, tanpa ada bukti empiris apapun, sama seperti kepercayaan
anda bahwa Allah ada tetapi tak bisa memberikan suatu bukti empiris
apapun.

Kalau dunia roh bisa kontak ke otak... anda yang material, pasti dunia roh
ini ya dunia material, bukan dunia adikodrati.

Gelombang otak frekuensi apapun, tinggi atau rendah, adalah dunia


material, bisa diperlihatkan keberadaannya, dihasilkan dari organ fisik
yang berbentuk benda putih bermassa yang dinamakan otak.

Saya lebih yakin pada penjelasan neurosains ttg dari mana asal usul
pengalaman mistikal itu, dan apa yang terjadi pada otak ketika si pemilik
otak mengalami pengalaman mistikal, ketimbang pada penjelasan anda yg
tipikal esoteris: hanya orang tertentu yang bisa menerima penjelasan anda,
yakni orang yang sudah qualified bermeditasi. Ah ini penjelasan non-
saintifik, tetapi suatu penjelasan religius dan sektarian. Penjelasan
neurosains dan cognition science diterima universal, oleh siapapun yang
mau belajar ilmu umum, dan ada bukti-bukti klinis-nya, bukan suatu
ngelmu yang hanya dimiliki Syekh Siti Jenar.

Diskusi dengan anda ya muter-muter terus, hanya karena anda mau


mempertahankan iman anda bahwa Allah itu ada sebagai roh dan bahwa
roh itu mengintervensi kerja otak, padahal saya bisa menjamin sesuatu
yang non-material seperti roh tidak bisa bersentuhan fisik atau non-fisik
dengan sesuatu yang ber-massa material seperti neuron otak. Tembaklah
dg berondongan peluru tajam panas seorang yg tubuhnya diperisai oleh
jin, pasti dia akan koit. Lebih baik anda baca saja sampai tuntas 2 buku
Victor J. Stenger, Has Science Found God (2003) dan God: The Failed
Hypothesis (2207). Lalu kita diskusikan. SalamLihat Selengkapnya

Kemarin jam 20:45 · SukaTidak Suka · 1 orangMemuat...

Golden Lotus

Betul Pak Io, penjelasan saya memang bukan saintifik, karena background
saya bukan saintis. Namun sudah sejak lama saya tertarik menyelidiki
pengalaman mistikal. Semua yang saya utarakan, walaupun tidak saintifik
(empirical), tapi memiliki ...koherensi. Terima kasih untuk referensi
bukunya. Kalau ada waktu pasti saya baca.

Saya tidak pernah membahas Allah atau ilah apapun. Saya sejak awal
hanya mengatakan bahwa KESADARAN dan pengalaman mistik itu
bukan sekedar akibat aktivitas neurologis otak. Otak hanyalah interface.
Jadi sebenarnya saya sama sekali ga berbicara tentang Tuhan.

Sebenarnya ga bermaksud ngotot koq pak Io. Justru saya lihat Anda sulit
menerima alternatif kemungkinan bahwa segala sesuatu adalah energi
yang bergetar dengan frekuensi tertentu. Semua yang Anda anggap solid,
itu masih di range frekuensi tertentu yang disebut frekuensi alam fisik.
Bahwa ada realitas lain di frekuensi yang berbeda dan tidak bersinggungan
dengan alam fisik, namun dengan metode tertentu bisa diakses
(interferensi).

copas:
" Tembaklah dg berondongan peluru tajam panas seorang yg tubuhnya
diperisai oleh jin, pasti dia akan koit. "

Dunia non fisik bukanlah dunia ajaib macam dongeng 1001 malam Pak.
Ada hukum2 alam yang berlaku. Sebenarnya semua alami saja koq. Hanya
karena mereka luput dari panca indera, jadi kesannya misterius.

Anda selalu meminta bukti empiris (yang bisa dipersepsi panca indera),
padahal saya sudah jelaskan bahwa hal2 non fisik itu jelas beda frekuensi,
dan karenanya tidak akan bisa dipersepsi oleh panca indera yang fisik.
Otak menerima informasi non fisik ini bukan dari panca indera Pak. Jadi
selamanya, hal2 mistik akan jadi pengalaman privat dari segelintir orang.
Memang hal2 seperti ini bukan untuk generalisasi. Siapa yang tertarik
harus menekuni dan membuktikan sendiri.
OK diskusinya saya akhiri. Mohon maaf jika ada salah kata.

Salam..Lihat Selengkapnya

23 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Andriani Liu

Pak Io pernah belajar statistik ?


Kalau pernah tahu statistik seharusnya anda paham bahwa dunia dan alam
semesta yang serba teratur ini pastilah ada yang menciptakan dan ada yang
mengaturnya karena secara statistik, sangat keciiiiiiiilllllll...lll sekali
kemungkinannya kalau segala keteraturan itu terjadi secara KEBETULAN
!!!Lihat Selengkapnya

12 jam yang lalu · SukaTidak Suka

o
Ioanes Rakhmat LIU, setahu saya, sains fisika mutakhir menegaskan bhw
alam semesta terjadi dengan sendirinya dari ketiadaan karena bekerjanya
hukum-hukum gravitasi supersimetri dan fluktuasi quantum. Jadi, alam
sendiri memiliki kemampuan untuk ada, tanpa perlu di-start oleh suatu
allah supernatural. Kalau anda mau memakai bhs keagamaan, ya orang
dapat mengatakan bahwa alam itu sendiri Allah. Anda bisa memahami?
Salam

11 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Rudi Notoningrat note diatas gak nyambung dengan pengalaman spiritual


paulus

9 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Ioanes Rakhmat

Ya, Mas RUDI, pasti ada sesuatu yang bekeja dalam organ otak Paulus,
yang dirangsang oleh berbagai perilakunya sebelumnya dan oleh
pengetahuannya, kalau benar dia mengalami hal-hal mistikal yang
dikisahkan dalam sbh surat aslinya, 2 Korintu...s 12, bahwa dia pernah
diangkat ke langit ketiga, masuk ke dalam firdaus dan di sana dia
mendengar "kata-kata yang tak terkatakan". Nabi Muhammad malah
konon dikisahkan dg lebih hebat lagi, bhw dia diangkat dg burak masuk ke
langit ke tujuh. Ada sangat banyak dokumen ekstra-Alkitab yang
mengisahkan perjalanan mistikal semacam ini; genre kisah-kisah semacam
ini bukan genre kisah sejarah, tetapi kisah fiktif apokaliptik. SalamLihat
Selengkapnya

9 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Heman S. Santoso Persepsi seseorang bisa saja berbeda dengan persepsi


orang lain. Pengalaman setiap orang juga berbeda-beda. Apalagi bila
semua itu dikaitkan dengan hal materiel dan immateriel perbedaannya
akan menjadi semakin nyata. Ketika semua itu didiskusikan apakah yang
akan diperoleh selain daripada semakin nyatanya perbedaan dan diri kita
dibuat menjadi pusing ........!!!

8 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Novaya Sita Haikal Terimakasih saya sudah d tag ,pak Ioanes.

5 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Novaya Sita Haikal Ketika sebuah kelompok minoritas tradisional ditindas


maka kelompok ini akan cari tokoh2 super untuk dikultuskan sebagai THE
HERO .Pengecualian untuk kelompok minoritas ateis karena mereka tak
lagi berpikir tradisional dan karena itu terhindar dari pengkultusan .

5 jam yang lalu · SukaTidak Suka · 2 orangMemuat...

Haikal P. Ahmady tulisan deskriptif yg sangat menarik, sayangnya saya


sebagai muslim tidak di tag, untung sering buka2 wall Pak Io, jadi gak
kelewat, heheheh...

2 jam yang lalu · SukaTidak Suka

Rudi Notoningrat maksud saya paulus adalah seorang anti kris dan
kemudian berbalik 180 derajad ini jelas bukan karena faktor conditoning

sekitar sejam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

o
Rudi Notoningrat maksud saya paulus adalah seorang anti kris dan
kemudian berbalik 180 derajad ini jelas bukan karena faktor conditoning

sekitar sejam yang lalu melalui Facebook Seluler · SukaTidak Suka

Andriani Liu

Itu baru teori nya Prof Hawking yang belum bisa dibuktikan, jadi belum
bisa dianggap sbg kebenaran mutlak...
BTW orang mau percaya Tuhan atau tidak sebenarnya urusan masing-
masing. Pertanyaan saya, menurut Bapak Io, apakah dengan menganut
su...atu agama tertentu maka kehidupan seseorang akan menjadi lebih
buruk dibanding dengan tidak beragama ?
Kalau tidak menjadi buruk, ya biarkan saja orang-orang menganut
agamanya masing-masing....Lihat Selengkapnya

56 menit yang lalu · SukaTidak Suka

Andriani Liu @Novaya, betul itu...


Sepanjang sejarah, tokoh-2 atheis justru malah terpinggirkan, gak ada
tokoh atheis yang menunjukkan keunggulan tertentu selain
kesombongannya kepada Tuhan....

54 menit yang lalu · Suka

Anda mungkin juga menyukai