0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan9 halaman
Perjanjian kekal didasarkan pada kasih karunia Allah dan iman. Meskipun awalnya dibuat dengan bangsa Israel, perjanjian itu terbuka untuk semua orang yang beriman. Perjanjian ini digambarkan dalam kitab Ulangan dan mensyaratkan komitmen pribadi untuk mematuhi Sepuluh Perintah.
Perjanjian kekal didasarkan pada kasih karunia Allah dan iman. Meskipun awalnya dibuat dengan bangsa Israel, perjanjian itu terbuka untuk semua orang yang beriman. Perjanjian ini digambarkan dalam kitab Ulangan dan mensyaratkan komitmen pribadi untuk mematuhi Sepuluh Perintah.
Perjanjian kekal didasarkan pada kasih karunia Allah dan iman. Meskipun awalnya dibuat dengan bangsa Israel, perjanjian itu terbuka untuk semua orang yang beriman. Perjanjian ini digambarkan dalam kitab Ulangan dan mensyaratkan komitmen pribadi untuk mematuhi Sepuluh Perintah.
Ketika dosa memasuki dunia kita, Allah berkomitmen untuk menyelamatkan umat manusia dengan Rencana Keselamatan yang telah Dia rancang “sebelum dunia dijadikan.” (1Pet 1:20) Perjanjian Allah mencakup semua manusia, tetapi Dia memilih bangsa tertentu—bangsa Israel—sebagai penjaganya. Kitab Ulangan merinci syarat-syarat perjanjian itu pada saat tertentu. Itu dikenal sebagai “kitab perjanjian.”
Dasar dari perjanjian
Bangsa perjanjian Kitab perjanjian Komitment terhadap perjanjian Gambaran perjanjian DASAR DARI PERJANJIAN “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15:6) Perjanjian kekal dibangun di atas tiga pilar: Singkatnya, keselamatan hanyalah oleh iman saja yang diberikan kepada kita oleh kasih Kasih karunia Iman Ketaatan karunia. Sebagai hasil dari keselamatan, kita hidup sesuai dengan ketentuan perjanjian.
Sifat Allah Cara kita Respon kita
yang dapat terhadap Itulah pengalaman Abraham. Meskipun menggerakkan menerima syarat perjanjian itu ditetapkan kepada keturunannya, Dia untuk perjanjian. perjanjian setiap orang (baik orang Yahudi maupun bukan menawarkan Allah keselamatan Yahudi) dapat menerimanya, karena “bahwa menerimanya mereka yang hidup dari iman, mereka itulah kepada semua orang anak-anak Abraham.” (Gal. 3:7) BANGSA PERJANJIAN “Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan- Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub.” (Ulangan 9:5) Jika perjanjian itu didasarkan pada kebajikan atau “kebenaran hati” Israel, mereka tidak dapat memastikannya karena kurangnya iman mereka (Keluaran 14:11; 16:3; 17:3). Perjanjian didasarkan pada kasih karunia Allah. Tidak ada yang bisa dilakukan manusia untuk pantas mendapatkannya, baik secara individu maupun kolektif. Allah memilih Israel karena kasih karunia, dengan demikian memenuhi janji-janji yang telah Dia buat kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Hal yang sama berlaku saat ini. Kita tidak dapat berbuat cukup untuk layak mendapatkan perkenanan Tuhan atau untuk hidup sesuai dengan ketentuan perjanjian (Sepuluh Perintah). Tuhan memberi kita perjanjian-Nya dengan kasih karunia-Nya. Dia mengampuni kita ketika kita melanggarnya dan membantu kita untuk setia padanya. K I TA B P E R J A N J I A N “Dan Ia memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Firman dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.” (Ulangan 4:13) Kitab Ulangan dikenal sebagai “kitab perjanjian.” Musa mengingatkan generasi baru tentang perjanjian yang dibuat Allah dengan Israel di Gunung Horeb (Sinai). Dia menggambarkan perjanjian dengan cara yang lugas: untuk mematuhi Sepuluh Perintah. Itu adalah bagian dari perjanjian mereka. Bagian Allah telah ditetapkan bahkan sebelum penciptaan dunia kita: Yesus telah menawarkan diri-Nya untuk mati menggantikan orang berdosa. Sebelum membuat daftar perintah, Musa mendorong orang-orang untuk secara pribadi berkomitmen pada perjanjian (Ulangan 5:3). Perjanjian ditandatangani oleh bapa leluhur mereka (Abraham, Ishak, Yakub). Sekarang giliran mereka. Setiap orang harus menandatanganinya sendiri. Perjanjian itu bersifat pribadi, itu adalah perjanjian antara Tuhan dan Anda. “Keselamatan umat manusia sesungguhnya menjadi tujuan dewan surga. Perjanjian belas kasihan dibuat sebelum dunia dijadikan. Itu telah ada sejak kekekalan, dan disebut perjanjian kekal. Begitu pasti sebagaimana tidak pernah ada waktu ketika Tuhan tidak ada, sungguh pasti tidak pernah ada momen ketika itu tidak menggembirakan pikiran kekal untuk menyatakan kasih karunia- Nya kepada umat manusia.” E. G. W. (Our Father Cares, March 6) KOMITMEN TERHADAP PERJANJIAN “dan Ia pun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya.” (Ulangan 26:19)
Allah akan menempatkan Israel di atas bangsa-bangsa lain,
bagaimana dengan bangsa-bangsa itu? (Ulangan 18:9-14) Israel harus membuat komitmen yang kuat kepada Allah. Mereka pasti akan tertarik pada tradisi yang rusak dari bangsa-bangsa di Kanaan. Mereka harus menjauhinya dan menjadi sempurna di hadapan Allah (ay 13).
Mereka dijadikan terang untuk menerangi bangsa-
bangsa lain dan untuk memimpin mereka kepada kebenaran. Kita harus berkomitmen pada Perjanjian Tuhan dengan cara yang sama. Kita adalah terang yang harus menuntun orang lain kepada Kebenaran (Yoh 14:6). GAMBARAN PERJANJIAN “Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu” (Ulangan 14:1) Perjanjian diperkenalkan sebagai perjanjian hukum antara dua pihak. Seperti yang telah kita pelajari dalam pelajaran sebelumnya, kitab Ulangan ditulis dalam bentuk perjanjian hukum yang digunakan orang Mesir dan orang Het. Dengan cara ini, perjanjian mungkin terasa terlalu formal, kaku, renggang, dan tidak bernyawa. Oleh karena itu, Allah juga menggunakan gambaran yang mewakili hubungan-Nya dengan kita: kasih karunia dan kasih yang tidak selayaknya diperoleh. Allah memelihara kita dan mengasihi kita seperti seorang ayah (yang ideal) dan anaknya (Ulangan 8:5; 14:1; 32:6). Dia membebaskan kita dari “pelaburan besi” (Ulangan 4:20). Kita adalah bagian-Nya, tempat warisan-Nya (Ulangan 32:9). “Kita sendiri berhutang segala sesuatu kepada rahmat Allah yang cuma-cuma. Karunia dalam perjanjian manahbiskan pengangkatan kita. Karunia dalam Juruselamat memungkinkan tebusan kita, kelahiran kembali dan pengangkatan kita kepada waris bersama Kristus. Biarlah karunia ini dinyatakan kepada orang lain.”
E. G. W. (Christ’s Object Lessons, cp. 19, p. 250)