Anda di halaman 1dari 8

Allah Menguji Kepercayaan Abraham Berdasarkan Kitab Kejadian 22:5-18

Kelompok 11 Hermeneutik Perjanjian Lama 1 D

Nama Kelompok : Wahyu Grazella Siringoringo (712020223)

Simon Eduward Sinaga (712019241)

Semriyanto Tanaos (712020230)

Sugaray Lunggala (712019202)

Mata Kuliah : Hermeneutik Perjanjian Lama 1 D

Dosen Pengampu : Pdt. Gunawan Y A Suprabowo, D. Th

Abstract:
Abraham is a covenant figure in the Old Testament who had true faith. Because of his
faith, believers call him the Father of all believers. Living obediently is not an option but a
command that must be obeyed and executed because obedience to Allah's commands is the
beginning of success. Abraham's actions in facing trials from God were to listen and obey God's
commands. Listening means listening to something seriously; ears to hear, and can also be
interpreted as paying attention, heeding and obeying. While obedient means submissive,
obedient is different from being faithful. He has faith and hope. Faith is a gift of God and
consists of believing and believing. While hope is defined as something that is expected, expected
to happen.
Keyword: Faith, listening, obedience, hope and success

Abstrak
Abraham adalah tokoh perjanjian dalam Perjanjian Lama yang memiliki iman yang
benar. Karena imannya, orang percaya memanggilnya Bapa dari semua orang percaya. Hidup
taat bukanlah pilihan melainkan perintah yang harus dipatuhi dan dijalankan karena ketaatan
pada perintah Allah adalah awal dari kesuksesan. Tindakan Abraham dalam menghadapi ujian
dari Tuhan adalah mendengarkan dan menaati perintah Tuhan. Mendengarkan berarti
mendengarkan sesuatu dengan serius; telinga untuk mendengar, dan dapat juga diartikan sebagai
memperhatikan, mengindahkan dan mentaati. Sementara patuh berarti tunduk, patuh berbeda
dengan setia. Dia memiliki iman dan harapan. Iman adalah karunia Tuhan dan terdiri dari
percaya. Sementara harapan didefinisikan sebagai sesuatu yang diharapkan, diharapkan terjadi.
Jadi iman yang penuh harapan adalah percaya kepada Allah dan mempercayakan hidup kita
kepada-Nya, sembari menunggu wahyu terakhir.
Kata Kunci: Iman, mendengar, patuh, pengharapan dan sukses

1. Pendahuluan
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita dituntut untuk boleh selalu taat akan setiap perintah
yang sudah disampaikan Allah kepada kita, agar kita boleh selalu berada diporosnya Tuhan,
kisah ini tidak terlepas dari kisah Abraham, Abraham adalah seorang yang dikenal dengan
ketaatan melalui Iman nya yang sejati, sehingga dia disebut sebagai Bapa orang-orang percaya
Abaham merupakan orang yang selalu taat dengan perintah yang disampaikan Allah kepadanya.
Dalam Ibrani 11: 8 menjelaskan bahwa “karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk
berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjedi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan
tidak mengetahui tempat yang ia tuju”.
Dalam ayat ini memberikan penjelasan bagi kita bahwa Abraham keluar dari negerinya
yaitu Ur Kasdim menujuh ke tempat yang Tuhan janjikan, di mana tempat itu belum
diketahuinya.Tetapi Abraham tetap berangkat hanya dengan modal iman saja. Hidup taat
bukanlah pilihan tetapi perintah yang harus ditaati dan dilakukan, sebab ketaatan terhadap
perintah Allah adalah awal dari keberhasilan. Apa tindakan yang dilakukan Abraham ketika
diberikan ujian oleh Tuhan. Hidup taat bukanlah pilihan tetapi perintah yang harus ditaati dan
dilakukan, sebab ketaatan terhadap perintah Allah adalah awal dari keberhasilan, Mendengarkan
artinya mendengarkan akan sesuatu dengan sungguh-sungguh; memasang telinga untuk
mendengar, dan bisa juga diartikan sebagai memperhatikan, mengindahkan dan menuruti.
Sedangkan taat artinya tunduk, patuh dan setia. Ketika Tuhan berfirman kepada Abraham, lalu
sahutnya “ya Tuhan”di sini menjelaskan bahwa Abraham bersungguh-sungguh mendengarkan
perkataan atau perintah Tuhan. Abraham bisa saja kecewa mendengar permintaan dan perintah
Tuhan tersebut tetapi ia lebih memilih untuk taat dan melakukan perintah Allah dengan penuh
kerendahan hati.
Iman adalah Anugerah Tuhan, dan di dalamnya terdiri dari unsur yaitu
percaya/mempercayai dan pempercayakan. Sedangkan pengharapan artinya sesuatu yang
dinantikan, diharapkan untuk terjadi. Jadi Iman yang berpengharapan adalah percaya kepada
Allah dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya, sembari menantikan pertolongan-Nya terjadi
dalam kehidupan kita Tuhan telah mengetahui hati Abraham bahwa ia memiliki hati yang takut
akan Allah dan mengasihi Tuhan lebih daripada yang lain, dan hal itu memberi bukti yang
mengesankan tentangnya bagi Allah, sebab ia lebih memilih tunduk pada otoritas Tuhan. Karena
Tuhan telah melihat semuanya itu Ia melarang Abraham untuk mempersembahkan anaknya itu.
Lalu memberikannya seekor domba baginya sebagai korban bakaran pengganti Ishak. Jadi orang
yang memiliki iman yang berpengharapan serta mengasihi Tuhan lebih daripada segalanya akan
mendapat pertolongan tepat pada waktunya. Setelah Tuhan melihat ketaatan daripada Abraham,
Tuhan tidak hanya memberikan seekor domba sebagai korban bakaran pengganti Ishak, tetapi
Tuhan menjanjikan berkat yang melimpahlimpah baginya dan bagi keturunannya. Dalam janji
Tuhan ada suatu jaminan yang diucapkan bagi Abraham.

2. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode eksegese yang terdapat pada teks
Kejadian 22:10, yang terkhususnya terdapat pada kata, Abraham mengulurkan tangannya, dan
mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Peneliti menggunakna kata tersebut dan
melengkapinya untuk menafsir dari berbagai sumber yang sudah relevan. Dari penelitian
eksegese terdapat kata pisau untuk menyembelih, dapat dikatakan bahwa penelitian eksegese
terdapat dalam temuan teologis yang sebagai interpretasi penting untuk menilai kepercayaan kita
sebagai umat Kristen terhadap sesama kita terlebih dahulu kepada Tuhan.

Peneliti juga memilih teks Kejadian 22:14 yang terdapat kata Tuhan Menyediakan. Dari
kata tersebut kita sudah mengetahui bahwa sebelum Abraham menyerahkan anaknya Ishak yang
tunggal untuk dipersembahkan kepada Tuhan di satu gunung yang akan Tuhan katakan kepada
Abraham. Tuhan menguji kepercayaan Abraham dengan cara mempersembahkan Ishak sebagai
korban bakaran yang akan diserahkan kepada Tuhan. Tuhan mengujinya apakah Abraham
sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Ketika Abraham dan Ishak telah sampai ketempat
gunung yang Tuhan katakan Abraham mendirikan mezbah dan mendirikan Ishak di atas kayu api
dan Abraham juga mengambil pisau yang sudah ia persiapankan, lalu datanglah Malaikat Tuhan
dan memanggil Abraham Malaikat Tuhan berkata janganlah engkau membunuh anak itu. dari
sini kita mengetahui bahwa Abraham sangatlah takut akan Tuhan dan ia tidak segan-segan untuk
menyerahkan anaknya yang tunggal. Sebelum Abraham pergi ke gunung yang Tuhan katakan
kepadnya bahwa Tuhan telah menyediakan seekor domba yang akan di persembahkan kepada
Tuhan. Abraham menamai tempat itu Tuhan menyediakan. Menurut sipeneliti bahwa Tuhan
selalu menyediakan apa yang engkau butuhkan dan apa yang akan engkau minta dari Tuhan,
Tuhan sudah menyediakan, disaat engkau memintanya Tuhan tidak langsung memberi
kepadamu, akan tetapi Tuhan mengujimu sama seperti Tuhan menguji kpercayaan Abraham
kepada-Nya.

3. Hasil dan Pembahasan

Dalam ayat yang ke-5, Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu. Tinggallah kamu di sini
dengan keledai ini aku beserta anak ini akan pergi ke sana kami akan sembahyang, sesudah itu
kami kembali kepadamu. Di sini kita melihat bahwa Abraham tidak ragu akan Allah yang
menggenapi janji-Nya, bahkan jika dia harus mempersembahkan Ishak anaknya sebagai korban
bakaran kepada Tuhan. Karena ketaatannya Abraham bertindak di dalam iman kepada Allah. Ini
merupakan tindakan iman yang luar biasa. Tindakan iman yang serius, tidak ada perbantahan dan
sungut-sungut. Bahkan kalau kita perhatikan dari awal Allah meminta Abraham untuk
mempersembahkan Ishak, dia menyatakan siapa dirinya di hadapan Allah yang hanya dapat
melakukan apa yang Allah perintahkan. Dalam Alkitab versi bahasa Inggris, di sana Abraham
senantiasa menjawab Allah dan Malaikat Tuhan dengan here am I atau here I am (saya di sini).
Dan ketika Ishak anaknya bertanya kepadanya Abraham menjawab dengan jawaban yang sama,
menandakan ada kerelaan dari hati Abraham yang paling dalam untuk melakukan perintah Allah
tersebut.

Di dalam ayat 7-8, suatu pertanyaan logis yang ditanyakan oleh Ishak, Bapa di sini sudah ada
api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu? Dan Abraham menjawab
dengan jawaban yang memberikan bukti lain lagi dari ketaatan Abraham dan kepercayaan penuh
Abraham kepada Allah dan janji Allah kepadanya, Allah yang akan menyediakan anak domba
untuk korban bakaran bagi-Nya anakku. Abraham tahu bahwa satu-satunya jalan untuk dapat
melalui semua cobaan adalah senantiasa bersandar di dalam pemeliharaan Allah saja. Penyertaan
Tuhan baginya selama ini menjadi suatu dasar yang kuat baginya untuk memercayai Allah di
dalam seluruh aspek di dalam kehidupannya, karena dia sendiri melihat dan mengalami Allah di
dalam hidupnya. Respon iman Abraham diperhitungakan Allah sebagai kebenaran di dalam diri
dan kehidupan Abraham (Kej. 15:6 bandingkan Rom. 4:16-22).

Ishak lahir di masa tua Abraham dan Sara. Ishak adalah anak perjanjian, yang dijanjikan
Allah kepada Abraham sebagai ahli warisnya. Dari sudut Abraham dan Sara, mereka bisa
mendapatkan Ishak karena mereka beriman (Ibr. 11:11). Mereka tetap beriman sekalipun
kelihatannya tidak mungkin (bandingkan Rom. 4:17-21), dan mereka tekun menunggu selama 25
tahun Ishak lahir karena ketaatan Abraham dan Sara kepada Allah.

Ishak seorang anak yang baik, hal ini terlihat pada saat Abraham mengadakan pesta, dia
diperlakukan dengan tidak baik oleh Ismael. Di dalam terjemahan bahasa Indonesia dituliskan
sedang main dengan Ishak, tetapi di dalam terjemahan bahasa Inggris dituliskan bahwa Ismael
mengejek, menghina (mocking) Ishak, bahkan bisa dipertegas dengan mengganggu, menganiaya
Ishak (bandingkan Gal. 4:28-31). Di sini kita bisa melihat kemarahan Sara yang meminta
Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael, anaknya itu. Ada suatu perbedaan dan pemisahan
oleh Allah antara Ishak (anak perjanjian) dengan Ismael.

Teladan Abraham menjadi bagian di dalam kehidupan Ishak. Ini dapat terlihat pada saat
Abraham melaksanakan perintah Allah, dan pertanyaan yang diberikan Ishak kepadanya, serta
jawaban Abraham kepadanya di dalam ay. 6-10. Ishak mengikuti segala sesuatu yang dikerjakan
oleh Abraham, tidak mengeluh dan tidak juga dia bersungut-sungut. Dia mengikuti setiap hal
yang dilakukan oleh Abraham untuknya. Di ayat 9-10, Sampailah mereka ke tempat yang
dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu,
diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu
Abraham mengulurkan tangannya, mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Ishak tidak
memberontak atau berusaha untuk melawan apa yang dilakukan oleh Abraham kepadanya. Ada
kemungkinan bahwa Abraham telah memberitahukan segala perintah Allah kepadanya sewaktu
perjalanan ke puncak gunung, sehingga pada akhirnya Ishakpun taat ketika hal itu harus terjadi
kepadanya.

Didalam Alkitab kita mendapati bahwa kepercayaan dan ketaatan seseorang kepada Allah
senantiasa mendatangkan hal yang baik kepada seseorang itu dan juga kepada yang lainnya.
Contohnya di dalam kisah Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, Allah berkarya di tengah-
tengah kesulitan yang dihadapi dan Allah turun tangan untuk menyelamatkan. Di dalam kisah ini
pun Allah berkarya bagi Ishak. Allah tidak membiarkan sesuatu hal terjadi kepada Ishak, sang
anak perjanjian itu. Gerhard von Rad menyatakan bahwa kisah ini bukan tentang persembahan
anak secara umum, tetapi ini adalah tentang meniadakan janji kepada Abraham dengan
mempersembahkan satu-satunya keturunannya. Ini bukan kisah tentang Ishak yang pasif ini
adalah kisah tentang Abraham, yang berjuang dengan fakta bahwa Allah sedang mengambil dari
Abraham segala sesuatu yang semula telah diberikan kepada Abraham.

Kita harus meyakini bahwa Allah adalah Mahasetia. Dia tidak mungkin salah dan gagal
terhadap apa yang telah Dia janjikan dan berikan. Kisah ini ingin memberikan suatu gambaran
yang jelas kepada setiap pendengar/pembaca bahwa kesetiaan Allah adalah kesetiaan yang teruji.
Penulis kisah ini ingin menunjukkan juga kepada para pembaca tentang Allah yang berjanji dan
Allah yang menggenapi sampai akhir. Di dalam ayat 12, Lalu Ia berfirman. Jangan bunuh anak
itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan
Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.
Melalui ketaatan dan kepercayaan Abraham kepada Allah, di sana kita dapat melihat totalitas
ketaatan yang benar di dalam diri Abraham, bukan suatu kepura-puraan, melainkan pernyataan
iman yang hidup dan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Dan Allah mengakuinya bahwa
Abraham sungguh-sungguh takut akan Allah.

Di dalam ayat 14 Abraham menyatakan pernyataan imannya tentang Allah di tempat di mana
dia hendak mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran kepada Allah, dan Abraham
menamai tempat itu. Tuhan menyediakan, sebab itu sampai sekarang dikatakan orang. Di atas
gunung Tuhan akan disediakan. Nama tempat itu berubah untuk menunjukkan bahwa Allah
melihat dan menyediakan dengan secara tersembunyi dan juga dengan jelas terlihat, di waktu
yang tepat.

Allah bekerja menurut cara dan jalan-Nya yang unik. Tidak dapat terselami oleh akal dan
pikiran manusia. Di dalam ayat 16-18, Kata-Nya Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri
demikianlah firman Tuhan. Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-
segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau
berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti
pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh
keturunanmulah semua bangsa di bumi ini akan mendapatkan berkat, karena engkau mendengar
firman-Ku. Di sini kita dapat melihat kesetiaan Allah yang agung, yang menjaga setiap janji dan
perjanjian yang telah dibuat-Nya. Dialah Pemegang janji dan Penggenap janji itu. Allah bukan
hanya berjanji kepada Abraham melainkan Dia bersumpah demi diri-Nya sendiri kepada
Abraham (bandingkan Kej. 24:7; Kel. 32:13). Sungguh hal yang tidak pernah terpikirkan oleh
Abraham sendiri. Dia memberikan berkat-berkat-Nya kepada setiap orang yang sungguh-
sungguh percaya d

Temuan Teologis

Jika kita membaca kita Kajadian 22:2 Tuhan berfirman kepada Abraham untuk
mempersembahkan Ishak anaknya yang tungal. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa
Tuhan telah menguji iman dan kepercayaan Abraham kepada Tuhan. Jika dipikirkan
bahwa ujian yang Abraham dapatkan sudahlah diluar nalar manusia, karena Tuhan
mneguji nya untuk menyembahkan anaknya yang tugal yang akan dipersembahkan kepada
Tuhan. Diatas sudah dijelaskan bahwa Ishak lahir pada masa tua Abraham. Ishak adalah
penerus warisan dari Abraham dan Sara. Didalam kehidupan saat ini orangtua akan
memberi ahli warisannya kepada keturunannya begitu jugalah dengan Ishak yang akan
meneruskan warisan Abraham yang sudah dijanjikan Tuhan kepadanya. Tuhan memberi
Ishak kepada Abraham dan sarah karena Merika memiliki iman yang taan dan takut akan
Tuhan.

Kita juga mengetahui bahwa Tuhanlah yang memberi Tuhanlah yang mengambil.
Akan tetapi disini Tuhan hanya menguji kepercayaan Abraham kepada Tuhan, apakah
Abraham sama kepercayaannya dulu dengan sekarang yang telah ada Ishak diberi Tuhan
kepadanya. Didalam kehidupan kita sehari-hari juga sering terjadi bahwa disaat ada hal
yang baru kita rasakan kemungkinan hal yang lama kita lakukan akan dilupakan akan
tetapi Abraham tidaklah seperti itu dia tetap dengan pendiriannya yang percaya dengan
Tuhan iman Abraham sangatlah kuat. Abraham sangatlah patuh dengan perkataan-
perkataan Tuhan yang sudah disampaikan kepadanya yang akan mempersembahkan
anaknya yang tugal, Abraham tidak menyangkal perkataan Tuhan sedikitpun yang akan ia
persembahkan anaknya di salah satu gunung yang Tuhan katakan kepadanya. Begitu
bersihnya hati Abraham membawa anaknya yang akan dia persembahkan kepada Tuhan.

4. Kesimpulan

Dalam kisah tentang kepercayaan Abraham yang diuji oleh Allah memberikan kepada
kita suatu pembelajaran tentang ketaatan di dalam iman yang luar biasa dilakukan oleh
Abraham, Abraham diperintahkan oleh Allah untuk mempersembahkan Ishak, anaknya
kepada Allah. Padahal Abraham telah menunggu dalam waktu yang sangat lama untuk
mendapatkan penggenapan janji Allah kepadanya tentang seorang keturunan yang Allah akan
berikan kepadanya. Tentu ini merupakan tantangan yang sulit bagi Abraham pada waktu itu
sekiranya harus menyerahkan/ mempersembahkan Ishak kepada Allah. Namun karena
ketaatannya, Abraham dengan ikhls mempersembahkan ishak kepada Allah sesuai dengan
janjinya dan disitulah Allah melihat ketaatannya. Dapat kita reflesikan dalam kehidupan kita
sehari-hari bahwa sesuatu yang kita dapat atau kita punya, itu semata-mata adalah milik
kepunyaan Allah.

Dapat kita lihat juga bahwa Abraham adalah teladan yang luar biasa, bukan karena
ketakwaannya atau kehidupannya yang sempurna melainkan karena kehidupannya
mengungkapkan begitu banyak kenyataan tentang kehidupan Kristen. Allah memanggil
Abraham di antara jutaan orang di bumi untuk menjadi sasaran berkat-Nya. Allah
menempatkan Abraham dalam peran kritis dalam kisah keselamatan, yang mencapai
puncaknya pada kelahiran Yesus. Abraham adalah teladan iman dan harapan dalam janji-
janji Allah Kita harus hidup sedemikian rupa sehingga, pada akhir hayat, iman kita, seperti
iman Abraham, menjadi contoh yang patut diteladani oleh generasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai