“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat daripada anggur…” (Kid. 1:2) PENGANTAR • KidungAgung adalah kitab yang mengundang banyak tanda tanya. • Tidakberisi ajaran agar pembaca bersikap benar atau agar pembaca teguh dalam iman. • Tetapi tentang pasangan yang dimabuk asmara. • Ekspresinya sering terasa vulgar. JUDUL • Ibrani: Shir Hashirim. • Yunani: Asma Asmaton. • Latin: Canticum Canticorum. • Inggris: Canticle of Canticles – Song of Songs. • Indonesia: Kidung Agung. DEFINISI • Kidung Agung: Kitab yang berisi kumpulan lagu cinta. • Contoh: Kid. 5:2-5. PENULIS: SALOMO? • Penyebutan nama Salomo secara eksplisit: Kid. 1:1; 3:7, 9, 11; 8:11, 12. • Penulis:Seorang atau beberapa orang penyair yang berbakat, dengan daya fantasi yang luar biasa (Kid. 5:11; 5:14). • Catatan: Karena bahasa yang istimewa, koleksi ini kiranya tidak berasal dari lingkungan rakyat. WAKTU PENYUSUNAN • Redaksi akhir: Abad 4-3 SM. • Sejumlahkata Ibrani menunjukkan pengaruh kuat bahasa Aram: Kitab ini disusun ketika bahasa Aram mulai menggeser bahasa Ibrani di Palestina. • Catatan: Sejumlah lagu bisa jadi digubah jauh sebelumnya. JUMLAH LAGU • 15?
• 29, 30, 31, 42, 52?
• Jumlahlagu dalam Kidung Agung belum bisa disepakati sampai sekarang. STRUKTUR: DUA PENDAPAT • KidungAgung memiliki unsur kesatuan (koherensi). • KidungAgung merupakan kumpulan lagu dengan susunan yang tidak teratur. STRUKTUR: SALAH SATU USULAN
• Puisi 1 (1:2-17) = A • Puisi 8 (8:6-14) = A’
• Puisi 2 (2:1-17) = B • Puisi 7 (7:11 – 8:5) = B’ • Puisi 3 (3:1-11) = C • Puisi 6 (6:4-7:10) = D’ • Puisi 4 (4:1 – 5:1) = D • Puisi 5 (5:2-6:3) = C’ PENDAPAT LAIN: TIDAK ADA STRUKTUR DALAM KIDUNG AGUNG • Tidak dijumpai struktur yang sistematis, alur gagasan tertentu, dan gaya penyampaian yang konsisten. • Tokoh-tokohyang muncul belum tentu mengacu pada sosok yang sama. • Ada sejumlah kontradiksi menyangkut fakta dan peristiwa. • Adasejumlah pengulangan, namun dengan gaya yang berbeda. MENGAPA MASUK DALAM KANON ALKITAB? • Tidak berisi ajaran tentang iman dan kebenaran. • Tidak ada kaitannya dengan sejarah suci, hukum perjanjian, dan para nabi. • Tidak menyebut Allah sama sekali. • Tampaknya merupakan kumpulan lagu-lagu cinta populer yang berdiri sendiri-sendiri. • Dengan ekspresi yang sering kali vulgar, lagu- lagu itu berkisah tentang pasangan yang dimabuk asmara. • Kapan ditulis/disusun, penulis/penyusun, tujuan penulisan/penyusunan, kapan lagu-lagu itu digunakan, semua tidak jelas. SEJUMLAH PERKIRAAN • Mungkin karena ada figur Salomo. • Mungkin karena kitab ini dipandang sebagai teks peribadatan. • Mungkin karena sejak awal sudah ada pandangan akan simbolisasi tentang Allah dan Israel. • Lihat: halaman 132-135. APAKAH TEPAT DISEBUT SEBAGAI KITAB KEBIJAKSANAAN? • Kontra: Kitab ini berisi lagu-lagu cinta yang bersifat profan. • Pro:Dalam cinta manusiawi pun ada kebijaksanaan. KITAB YANG PORNO? • Baca: Kid. 7:1-5. • Problem besar: Kidung Agung membuat pembaca Kitab Suci merasa risih – mengapa Kitab Suci seperti itu? “Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia” (Kid. 3:1). BERBAGAI MACAM CARA MEMBACA KIDUNG AGUNG • Kultis.
• Dramatis.
• Politis.
• Alegoris:Kitab ini melambangkan hubungan antara
Allah dan manusia. • Erotis: Memang lagu cinta antara laki-laki dan perempuan. TAFSIR ALEGORIS • Istilah lain tafsir alegoris: Tafsir rohani atau spiritual. • Alegoris: Teks menunjuk pada kenyataan lain yang tersembunyi dalam bahasa-bahasa simbolis. • Melihat Kidung Agung sebagai suatu alegori: Kasih antara laki-laki dan perempuan dalam kitab ini melambangkan kasih antara Allah dan manusia. CONTOH ALEGORI • Perumpamaan tentang seorang penabur: Mat. 13:1-23; Mrk. 4:1-20; Luk. 8:4-15 • Penabur: Pewarta firman. • Benih: Firman Allah. • Benih yang jatuh di pinggir jalan: … • Benih yang jatuh di tanah berbatu: … • Benih yang jatuh dalam semak duri: … • Benih yang jatuh di tanah yang baik: … MENAFSIRKAN KIDUNG AGUNG SECARA ALEGORIS • Contohpenafsiran: “Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku” (Kid. 1:13). • Alegoris Yahudi: Umat Israel bahagia atas kehadiran Allah. • AlegorisKristen: Yesus, Mesias yang menderita. TENTANG TAFSIR ALEGORIS • Puncak popularitas: Pada masa bapa-bapa Gereja, di dunia monastik. • Dasar pemikiran: Hubungan manusia dan Allah akan intim dan personal jika manusia masuk ke situ dengan seluruh emosi, afeksi, dan gairah – tanpa itu, hubungan akan dingin, formal, dan tidak personal. • Karena itu: Menyediakan ruang yang luas untuk tumbuh – digemari di biara dan pertapaan – cinta dalam diri pembaca diidentifikasi sebagai cinta kepada Allah. • Kelemahan: (1) Tafsir tergantung kelompok, homiletikal dan devosional, bukan tafsir murni; (2) tidak jarang terkesan janggal dan berlebihan; (3)tidak untuk semua orang (hanya untuk para mistikus, orang yang dewasa secara rohani); (4) deseksuali Kidung Agung; yang erotis ditempatkan dalam tataran rohani; yang daging jahat, yang rohani baik. TAFSIR EROTIS • Istilah lain tafsir erotis: Tafsir harfiah. • Dasardan sudut pandang: Kitab ini memang memang puisi cinta antara pria-wanita, sarat dengan nuansa sensual dan erotis. MENAFSIRKAN KIDUNG AGUNG SECARA EROTIS • Contohpenafsiran: “Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku” (Kid. 1:13). • Tafsirerotis: Pemudi memandang kekasihnya sebagai sesuatu yang sangat berharga. • Popularitas: Sempat ditolak (erotisme dulu dinilai berlawanan dengan kesucian, tidak mengacu pada Allah), tetapi sekarang banyak diterima. • Dasarpemikiran: Menggambarkan cinta manusia yang penuh gairah – cinta ilahi nyata dalam cinta manusia – Kidung Agung menjadi bukti kekudusan dan kesucian cinta manusia. • Bukan porno: Kasih suami istri – sajikan kerangka matang tentang seksualitas – institusi perkawinan dijunjung tinggi – menghargai pengalaman cinta yang emosional. • Tiga unsur kunci: (1) Kehadiran dan ketidakhadiran (Kid. 2:6 dan 2:17); (2) perasaan timbal baik (Kid. 2:1- 3); (3) erotisme adalah realitas yang bergerak dalam tingkatan dambaan dan kerinduan yang murni dilandasi oleh cinta. • Problem: Erotisme dalam Kitab Suci masih dianggap tabu. RAMBUTMU BAGAIKAN KAWANAN KAMBING KID. 4:1-7 • Bayangkan latar belakang perikop ini: Pesta pernikahan atau pengantin baru. • Sungguh cantik engkau: Pengantin pria sangat bahagia dan merasa sangat beruntung – kecantikan mempelai wanita kemudian digambarkan dengan sejumlah metafora. • Bagaikan merpati matamu: Mata menjadi sorotan pertama – pesona perempuan pertama- tama terletak pada matanya – tatapan mata sang kekasih memancarkan keindahan dan ketulusan. • Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead: Rambut mempelai perempuan yang indah dan menawan, hitam bergelombang. • Gilead: Pegunungan yang sangat terkenal dalam Perjanjian Lama – terletak di tenggara Danau Galilea – di situ ada banyak padang rumput yang luas. • Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur: Mempelai wanita giginya putih seputih- putihnya, tidak ada yang berlubang, apalagi tanggal. • Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu: Bibirnya tipis dan berwarna merah tua – menggoda dan mengundang gairah. • Bagaikan belahan buah delima pelipismu: Sebaiknya dibaca pipi – pipinya indah karena berwarna kemerah- merahan seperti buah delima – tersembunyi di balik telekung sehingga semakin membangkitkan rasa penasaran. • Lehermu seperti menara Daud: Makna agak kabur – bisa jadi menunjuk pada leher yang kokoh dan panjang (dulu dianggap ideal dan menawan) – atau bisa jadi menggambarkan perhiasan yang dikenakan di leher sang mempelai (ia mengenakan banyak kalung yang disusun bertingkat-tingkat, sehingga lehernya menjadi seperti menara). • Seperti dua anak rusa buah dadamu: Terasa vulgar – sang kekasih memiliki sepasang buah dada yang indah, segar, dan terawat dengan baik. • Aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan: Setelah memuji, mempelai pria mengungkapkan hasratnya untuk menikmati itu semua – ungkapan ini mengisyaratkan hubungan dan kebersamaan sebagai sepasang suami istri. • Tak ada cacat cela padamu: Rayuan penutup – kesimpulan – menegaskan bahwa pasangannya adalah sosok yang sempurna dan mempesona. BUKAN PORNO, TETAPI EROTIS • Ungkapan-ungkapan yang dirasa “menjurus” membuat orang tidak nyaman: Kidung Agung akhirnya dituduh sebagai kitab yang cabul, kitab yang porno. • Yang tepat: Kidung Agung mengandung erotisme. • Perbedaan: Pornografi menggambarkan seks tanpa cinta – erotisme meluhurkan cinta antara sepasang manusia, termasuk hubungan seksual di antara mereka. • Mengapa kita merasa risi?: Budaya – kepada kita ditanamkan pemahaman bahwa erotisme adalah hal yang tabu untuk dibicarakan – dianggap “saru” dan berlawanan dengan kesucian. • Mari mengubah sudut pandang kita: Seperti tampak dalam Kidung Agung, erotisme adalah keindahan – mempelai pria mengungkapkan cintanya yang menyala- nyala kepada mempelai wanita – tanpa malu-malu, satu sama lain memuji dan memuja keindahan sang kekasih – bukan cabul, melainkan jujur, tulus, bebas, dan apa adanya – semuanya berasal dari hasrat dan kerinduan yang murni, yang dilandasi oleh cinta. PENUTUP • Keberadaan Kidung Agung dalam Kitab Suci jangan lagi dilihat sebagai batu sandungan, melainkan justru harus disyukuri – dengan indah dan jujur, kitab ini mengupas seksualitas manusia, sekaligus menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang saling menyayangi – bdk. dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab. • Kidung Agung menjadi bukti kemurnian dan kekudusan cinta manusia – segala sesuatu dikatakan apa adanya dan secara terbuka – manusia-manusia yang muncul di sini adalah pribadi-pribadi dewasa, jujur, dan matang dalam seksualitas mereka – kita diajak untuk sampai ke tingkat yang sama. • Terganggu karena pujian hanya terfokus pada masalah fisik? – Kidung Agung memang mengekspresikan segalanya di tataran fisik sebagai sesuatu yang konkret, yang bisa dilihat dan diraba – untuk menyeimbangkan hal itu, baiklah Ams. 31:10-31 dijadikan bacaan pendamping – Kid. 4:1-7 menampilkan istri yang cantik mempesona, Ams. 31:10-31 berbicara tentang istri yang cakap dan bijaksana.