SKRIPSI
Oleh:
Dorkas Ratu
NIM
i
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
Dorkas Ratu
NIM
ii
PROGRAM STUDI TEOLOGI KEPENDETAAN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA
LEMBAR PERNYATAAN
Merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri dan bukan karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar akademik di tempat lain.
Saya ijinkan untuk dikelola oleh Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia Jakarta
sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat degan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar.
iii
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA
SKRIPSI
TINJAUAN TEOLOGIS 2 TIMOTIUS 1:5 TENTANG BAGAIMANA EUNIKE
MAMPU MENURUNKAN NILAI-NILAI IMAN KEPADA ANAK CUCUNYA
SERTA IMPLIKASI BAGI KELUARGA KRISTEN MASA KINI
Oleh
Nama : Dorkas Ratu
NIM :
Menyetujui,
Jakarta, Agustus 2020
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teologi Kependetaan
iv
ABSTRAK
Penelitian dalam Skripsi ini mengenai surat Paulus yang ditujukan kepada
anaknya Rohaninya Timotius terutama berhubungan dengan 2 Timotius 1:5.
Masalah yang muncul adalah, sebenarnya siapakah yang paling berperan perihal
warisan pendidikan iman dalam diri Timotius? Seperti apa model pendidikan
iman yang dilakukan sejak kecil kepada Timotius sehingga dia menjadi sosok
yang dianggap berhasil dalam pelayanan pengembalaan di kota Efesus. Masalah
kedua adalah orang tua Kristen dinilai kurang memiliki pola, model dan strategi
pendidikan iman yang tepat, benar dan efektif kepada anak-anaknya khususnya di
era disrupsi masa kini
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka paling tepat
menggunakan metode kualitatif library research. Salah satu alasannya, karena
pokok masalah yang disoroti menyakut kajian mendalam terhadap teks 2 Timotius
1:5, yaitu tentang bagaimana Eunike mampu menurunkan nilai-nilai iman kepada
anak cucunya serta implikasi bagi keluarga Kristen masa kini dalam batasan
sumbangsih pemikiran. Rujuakan utama adalah kitab Perjanjian Baru dan buku-
buku refrensi, namun belum tersusun secara sistematis dan tematis untuk
mengkaji pemikiran dan persepsi Rasul Paulus.
v
PROGRAM STUDI TEOLOGI KEPENDETAAN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHEL INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
Nomor Induk Mahasiswa :
Program Studi :
JenjangStudi :
JudulSkripsi :
DEWAN PENGUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang oleh Anugerah dan
pertolongan beberapa pihak yang telah member dukungan, semangat dan doa bagi
1. Dr. Purim Marbun, selaku Ketua STTBI yang telah memberi kesempatan
selaku PUKET 2, Dr. Apin Militia Christi selaku PUKET 3, Dr. Frans Pantan
selaku PUKET IV, yang telah memotivasi peneliti selama penulis kuliah di
STTBI.
TEOLOGI KEPENDETAAN.
vii
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak dan harapan penulis, kiranya
Penulis,
Dorkas Ratu
viii
DEDIKASI
ix
Moto
( Amsal 1:7 )
x
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian………………………………………………………………7
C. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………8
D. Tujuan Penelitian...…………………………………………………………...8
E. Manfaat Penelitian...………………………………………………………….8
xi
a. Model Pendidikan Integratif – Inklusif
Pendidikan
dan Ibu
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………….23
C. Sumber Data………………………………………………………………….24
A.Kesimpulan..…………………………………………………………………78
B.Saran...………………………………………………………………………..80
xii
BIODATA…………………………………………………
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab satu ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian,
Melalui keluarga sebagai babak awal Allah berdaulat untuk memenuhi segala
dan segambar dengan Allah,1 diharapkan mereka beranak cucuk dan bertambah
banyak; memenuhi bumi serta menaklukkannya, dan berkuasa2 atas seluruh ikan,
burung dan segala binatang yang merayap dibumi (Kejadian 1:26 – 28).3 Jadi,
memancar dalam mahluk istimewa cipataan Allah yaitu manusia, baik melalui
1
Dua kata yang dimunculkan secara bersama-sama yaitu gambar dan rupa menjelaskan
representasi yang identik serupa tapi tidak ; William Sanford La Sor, David Allan Hubbard,
Frederic William Bush, Old Testament Survey, (Michigan: Grand Rapids, 1992), 78. Pandangan
yang lain juga mengungkapkan istilah “rupa” agaknya mau memperlemah arti istilah”gambar”
dan mencegah pengertian kesamaan;Kitab Suci Perjanjian Lama, (Flores: Nusa Indah, 1983), 28
2
kata “berkuasa” dalam bahasa Ibrani adalah radah (Ing. Dominion), “menaklukkan” Ibr.
Kabash (Ing. Subdue), sedangkan kata selanjutnya adalah “mengusahakan” (Ibr. abad) dan
“memelihara” (Ibr. Shamar). Mengusahakan yang dimaksud adalah to dress bisa identik dengan
memakaikan pakaian atau bisa juga mendandani sehingga kelihatan cantik. Lalu kata
“memelihara” yang diharapkan sebagai bentuk kata kerja juga yaitu supaya manusia dapat
mememelihara dengan cara menjaganya (to keep). Jadi, makan berkuasa bukan identik dengan
menguasai tapi lebih kepada makna menjaga, merawat atau memelihara.
3
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab Perjanjian Lama dan perjanjian Baru (Bogor:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2017), 1 – 2.
1
pikiran, perasaan dan kehendak yang tentunya tercermin dalam perilaku sehari-
hari. Jadi, melalui keluarga, moral manusia dibangun, dididik, diajar, dan
saja melanda anak-anak, remaja dan pemuda, bahkan merambah sampai kepada
orang dewasa dan usia masa pensiun. Apalagi manusia hidup di era global masa
kini yang sarat dengan konektivitas internet, digitaliasi, media online, sehingga
seluruh dunia melalui telepon pintar. Basis dan nilai spiritual yang lemah dalam
diri setiap individu, akan mudah menyerap setiap informasi yang diperoleh, tanpa
ada filterisasi, pertimbangan moral dan etis, dan tidak menutup kemungkinan akan
membentuk konsep diri dan perilaku gaya hidup. Memang telepon pintar seperti
pisau bermata dua, yang mampu memberikan nilai manfaat tinggi dalam rangka
gunakan maka menjadi ancaman buruk dan destruktif. Sebut saja masalah hyper
pedolfil dimulai dari game online berbasis interaksi chatting, penipuan, maraknya
unsur SARA, pencucian otak, berita bohong atau hoax, dan masih banyak lagi
2
bersifat proaktif sebagai wadah penndidikan iman satu-satunya dan selanjutnya
Ada yang berpendapat bahwa media dapat menjadikan anak dan remaja
kebolehan dan ditambah orang tua kurang memberi pengarahan karena alasan
sibuk, maka inilah yang menjadi akar masalah kiris moral, terlibat dalam berbagai
Sebenarnya masalah ini bukan saja terjadi pada masa kini, tetapi semenjak
masa lalu. Fokus masalah yang diindikasin mirip seperti yang dikemukakan di
atas bercermin pada keberadaan jemaat di kota Efesus wilayah Asia yang
digembalakan oleh Timotius yang relatif masih muda pada waktu itu. Timotius
merupakan hasil perkawinan antara ibunya bernama Eunike keturunan Yahudi dan
Paulus menurut beberapa sumber sedang berada dalam penjara di kota Roma
Roma saat itu, maka Paulus teringat kepada anak rohaninya Timotius untuk
4
Nursalim, M. (2017). Peran Konselor dalam Mengantisipasi Krisis Moral Anak dan
Remaja Melalui Pemanfaatan Media “Baru”. Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan
Praktik), 1(2), 59-65.
3
memberikan banyak nasihat kepadanya. Mengapa? Ada kemungkinan Rasul
Paulus sedang berada dalam kekuatiran terutama mengenai ajaran Injil yang akan
diselewengkan dengan berbagai ajaran palsu disamping itu pula pembawa berita
Injil itu tentu saja hidupanya harus sepadan dengan apa yang diberitakannya
Salah satu ayat tulisan Paulus kepada Timoitus berisi nada nasihat yaitu;
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-
tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku
yakin hidup juga di dalam dirimu.”5 Dalam tulisan Paulus kali ini terindikasi
secara implisit muncul adanya nada kekuatiran akan kondisi di Efesus sebagai
kota metropolis terbesar kedua setelah Roma, terkenal dengan dewa Artemis,
tukang-tukang sihir Yahudi diwakili oleh anak-anak Skewa, dan adanya lalu lintas
pemujaan dewa. Tentu saja ini menjadi tantangan dari aspek internal terhadap
kompromi dan akhirnya sedikit mengabaikan akan nilai-nilai ajaran Injil yang
mungkin punya pengalaman buruk dengan rekan kerja sebelumnya yaitu Demas
5
Ada kemungkinan Ibunya Eunike adalah perempuan Yahudi yang menerima Kristus
sebagai Mesis Juruselamat kemudian menjadi Kristen. Neneknya Lois pertama kali percaya, sebab
Paulus memberitakan dan mengajarkan iman Kristen mencakup tiga generasi (2 Tim. 1:5). Jadi
baik nenek, ibu dan anak percaya dan bertobat berkat kedatangan Paulus membawa Injil ke Listra.
Tapi sebelum mereka bertobat kepada Kristus, ibu dan nenek dari Timotius merupakan pribadi-
pribadi yang takut akan Tuhan, telah menerima ajaran taurat serta tradisi, sehingga ada
kemungkinan keluarga dari Timotius telah menjalankan pendidikan agama secara turun menurun
bahkan termasuk Timotius telah menerima ajaran kitab suci sejak dia kecil (2 Tim. 3:15).
4
yang telah meninggalkannya dan termasuk yang dianggap sahabat-sahabatnya (II
Tim. 4:10; 2Tim 1:15; 2Tim 4:16). Barnabas dan Markus juga mengalami
perselisihan yang tajam dengan Paulus (Kis. 15:39), sehingga dalam kondisi
demikian dipertemukan dengan Timotius yang sangat belia saat itu kira-kira
berumur 15 tahun dan terlihat mereka sangat cocok. Selama perjalanan Paulus
untuk memberitakan Injil maka Timotius atas seizin orang tua ikut
mendampinginya, dan semenjak itu Timotius banyak belajar dari Paulus yang
seluruh perawakan dari Timotius. Paulus yang sedang berada di penjara, melihat
kondisi baik secara eksternal dan internal gererja serta diri Timotius maka ada
entah sedikit kekuatiran, kecemasan atau kegalauan dalam dirinya, sebab Timotius
memiliki tanggung jawab besar untuk melanjutkan tongkat estafet ajaran Injil
yang murni sebab Paulus sendiri akan berakhir kehidupannya diujung pedang
Jadi, dalam tulisan rasul Paulus di dalam 2 Tim 1:5, secara implisit ada
nasihat dan nada mengingatkan secara halus yang dilakukan kepada Timotius,
namun sekaligus ada keyakinan yang kuat dalam diri Paulus yaitu bahwa
meski tergolong relatif masih mudah. Paulus bukan saja menganggap Timotius
5
sebagai anak rohaninya tetapi rekan sekerja Allah dimana mereka sudah saling
Hal kedua yang dapat dilihat adalah Paulus sangat percaya kepada
mengenai rekam jejak pertobatan dari neneknya Louis. Paulus tentu saja paham
betul keluarga dari Timotius ketika mereka dipertumukan di kota Listra. Salah
satu bagian penting yang ingin dikemukakan adalah bagaimana Louis sebagai
mereka ada di perantauan akan tetapi pembacaan kitab taurat sudah menjadi
makanan mereka sehari-hari. Keluarga mereka adalah keluarga yang takut akan
dan pakaian sesuai kebutuhan dan mungkin masih banyak lagi pesa-pesan moral
dan perilaku iman secara praktis lainnya yang terus dijaga, dipelihara dan dirawat
biak, bukan hanya menekankan pada aspek jumalah atau kuantitas tapi yang
utama adalah aspek kualitas yaitu bicara tentang gambar diri Allah atau imagodei
dimiliki oleh seluruh anggota keluarga. Jadi, dalam waktu yang sama sebenarnya
Paulus tidak memiliki keraguan lagi dalam diri Timotius sebagaimana yang
dikuatirkan justru terjadi dalam diri Demas. Sebab keyakinan Paulus itu muncul
6
kepada Timotius, justru ketika mengetahui sifat, karakter serta ketulusan iman
yang dimiliki oleh neneknya Timotius yaitu Louis dan bahkan ibunya Eunike.
mereka telah cakap dalam menjawaga dan memelihara iman secara warisan turun
temurun.
Hal yang ketiga adalah Paulus secara tidak langsung memberi nasihat
kepada Timotius, dengan cara mengingatkan kepadanya mengenai apa yang telah
diajarkan oleh Louis dan ibunya Eunike yang tekah dilakukan sejak kecil
dijaga, dan dipelihara baik dalam sikap dan tingkah laku. Kemungkinan hal ini
mengingatkan kepada Timotius supaya berpedoman terus kepada iman tulus atau
murni, sebagaimana telah diperagakan baik oleh neneknya, ibunya bahkan Pualus
selaku bapak rohaninya. Iman murni atau tulus yang dimaksud adalah jenis iman
guru-guru palsu dalam gereja dan tanggung jawab untuk menjalankan pelayanan
Sebagai seorang yang masih muda tentu saja hal ini menjadi tantanga besar dalam
diri Timotius. Sebab dia yang masih muda sarat dengan banyak keinginan dan
berhak untuk menjalani hidup bebas, tetapi harus memikul tanggung jawab besar
dan berat, menyangkali dirinya kemudian mengenakan filosofi gaya hidup seperti
ketertundukan kepada komandannya. Tentu hal ini bukan hal yang mudah
7
dilaksanakan untuk zaman sekarang. Jika dibandingkan dengan kondisi saat ini,
pola hidup seperti Timotius kemungkinan hanya didapati hanya sedikit sekali
keluarga yang dipandang sebagai warisan paling penting dalam kehidupan, atau
masih dianggap penting secara sadar namun tidak sedikit banyak orang tua hanya
sibuk dengan pekerjaan, diri sendiri, sehingga dari segi waktu bersama anggota
keluarga, baik waktu secara kualitas dan kuantitas dinilai sangat rendah. Hal inilah
muncul masalah baru karena diiindikasikan penanaman nilai ajaran agama Kristen
moralitas, yang pada akhirnya dikemudian hari nilai-nilai iman Kristen semakin
tereduksi oleh waktu, kabur, bahkan tidak bernilai atau dianggap tidak penting
lagi.
Itu sebabnya kunci pewarisan iman dalam keluarga, dilihat dari peran para
aspek kehidupan. Alkitab menjadi sumber alternatif utama sebagai konsep dan
pemuda berdasarkan Kolose 2:6 – 10.6 Diyakini dan dibuktikan bahwa beberapa
iman dan bahkan sampai pada masalah korupsi dapat diatasi dan diminimalisir
6
Sahartian, S. (2019). Pengaruh Pembinaan Rohani Keluarga Terhadap Karakter Pemuda
Berdasarkan Kolose 2: 6-10. FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, 2(1), 20-39.
8
ketika orang tua betul-betul berperan dengan efektif. Seperti hasil penelitian yang
dilakukan oleh Resa Dandirwalu, yaitu mengenai pembinaan anti korupsi dalam
keluarga Kristen dan Muslim di kota Ambon, ditemukan metode yang digunakan
dengan cara memberi nasihat dan reciprocal (timbal balik). Inti metode tersebut
sehingga anak bisa membuat pertanyaan untuk dijelaskan melalui proses dialog.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian dalam Skripsi ini
adalah:
1. Jika merujuk pada latar belakang teks 2 Tim 1:5, tentang nasihat Paulus
Timotius, bukan saja karena hasil didikan yang dilakukan oleh Paulus
7
Dandirwalu, R. (2018). Pembinaan Anti Korupsi dalam Keluarga Kristen dan Muslim di
Kota Ambon. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, 3(1), 91-101.
9
mengetahui ketulusan kemurnian iman yang dimiliki oleh Timotius
keras didikan keluarga yang diwariskan secara turun temurun, dalam hal
ini khususnya didikan yang dilakukan oleh neneknya Louis dan ibunya
apa model pendidikan iman yang dilakukan sejak kecil kepada Timotius
apa saja dengan mudah untuk diakases. Para ahli memandang hal ini
menjadi wadah dan sekolah pendidikan iman dengan cara pewarisan turun
temurun kepada anak cucu. Namun persoalan kedua muncul adalah orang
tua memiliki kesibukan tersendiri sehingga tanggung jawab pola asuh dan
juga orang tua Kristen kurang memiliki pola, model dan strategi
10
pelatihan yang disebut wadah sekolah orang tua, namun sangat
pendidikan saat ini dalam keluarga yang berbasis nilai ajaran Kristen.
C. Pertanyaan Penelitian
ini adalah:
yang dimiliki oleh anak rohaninya Timotius adalah hasil dari nilai-nilai
iman yang diturunkan oleh Louis neneknya dan Eunike Ibunya? Lalu
seperti apa strategi dan prinsip pendidikan Iman Keluarga Timotius yang
D. Tujuan Penelitian
11
1. Ingin menganliaisis dan mengetahui secara mendalam mengenai
pemahaman dan persepsi Rasul Paulus terkait dengan iman yang dimiliki
oleh anak rohaninya Timotius adalah merupakan hasil dari nilai-nilai iman
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
nilai teologis yang dalam. Salah satu cara untuk mengupayakan hal
pewarisan iman dari dalam cerita Alkitab. Salah satu buktinya adalah
12
artinya bersumber satu-satunya dari sejarah, fakta, dan makna teologis
tinggi dari Alkitab sebagai sumber satu-satunya. Dari temuan teori ini
2. Manfaat Praktis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
13
A. Hakikat Pendidikan Agama Kristen
pendidikan disebut “pendagogi” dari akar kata “pais” dengan pengertian anak
dan “agi” yang berarti membimbing. Ada istilah lain yang bertalian juga yaitu
“didakhe”; kata “didakhe” berarti pengajaran. Dari tiga istilah diatas maka
menuntun orang lain, tentu saja lebih kepada anak, supaya dibimbing, diajar,
dididik, diasuh, dilatih, sesuai atau berdasarkan arah, tujuan, maksud, atau
keinginan baik dari si pendidik itu sendiri atau sumber-sumber lain yang
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa unsur utama dan penting
terkait dengan hakikat pendidikan, antara lain: sebuah usaha sadar dan
14
maka pemerintah Indonesia merumuskan pengertian dari pendidikan itu
dengan keagamaan dan karakter peserta didik. Sehingga penting sekali bahwa
segala kajian ilmu pendidikan tidak lepas dari peran hadirnya agama untuk
memberikan makna berarti. Dalam hal ini pengertian pendidikan akan jelaskan
Homihhausen dan I.H. Enklaar, dijelaskan bahwa tiga kata ini yaitu
supaya jelas arah dan maksdnya serta tidak menimbulkan dikemudian har
8
E.G. Homihhausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005
15
mempertahankan nomenklaturnya yaitu Christian Education atau Pendidikan
betul-betul pendidikan yang hanya memberikan satu warna saja yaitu nilai-
nilai- atau prinsip ajaran yang bersumber dari kitab Perjanjian Lama dan
dasar agama Yahudi selaku dasar iman Kristen mereka, yaitu perbuatan hebat
Kristen adalah proses menuntun orang lain keluar dari pemikiran yang lama
dan mengenakan pemikiran yang baru, seperti bangsa Israel dituntun keluar
dari Mesir menuju tanah Kanaan. Hal ini senada juga dengan pernyataan
dalam I Korintus 5:17, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah cipatan
baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Ayat
bahwa ketika orang-orang atau peserta didik ada di dalam Kristus, maka akan
hakiki kehidupan.
di Indonesia, maka tujuan pendidikan agama Kristen pertama dan yang utama
9
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 1
16
adalah membangun serta membentuk karakter, moral, perilaku perserta didik.
sebagai hal yang paling utama dalam rangka mewujudkan visi pembangunan
nasional.10 Jadi, tujuan pendidikan agama kristen perlu sejalan dan se-visi
antara lain dengan memberi perhatian yang lebih kepada dimensi karakter dari
upaya pendidikan agama Kristen baik itu dalam gereja sebagai persekutuan
iman, dalam keluarga Kristen, maupun para guru PAK dan Budi Pekerti di
Dijelaskan juga bahwa fungsi dan tujuan PAK adalah membebaskan sesuai
10
Pokok-Pokok Penjelasan Pers Menteri Negara Ppn/ Kepala Bappenas Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
Https://Www.Bappenas.Go.Id/Files/2113/5230/0886/Pokok-Pokok-Penjelasan-Pers-Menteri-
Negara-Ppnkepala-Bappenas-Tentang-Rencana-Pembangunan-Jangka-Panjang-Nasional-Tahun-
20052025__20081123210638__1294 (Diakses: 17 Januari 2020, Pukl. 10.30 Wib)
11
Nuhamara, D. (2018). Pengutamaan Dimensi Karakter Dalam Pendidikan Agama
Kristen. Jurnal Jaffray, 16(1), 93-114.
12
Darmawan, I. P. A. (2016). Pendidikan Kristen Di Era Postmodern. Jurnal Simpson:
Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 1(1).
17
sekali, sifat membebaskan ini dirasakan sangat kuat pada pendidikan agama
Kristen, baik PAK sebagai disiplin ilmu atau salah satu mata kuliah/pelajaran
kehendak sejalan dengan Kristus serta sesuai dengan rancangan awal yaitu
serupa dan segambar dengan Allah. Jika demikian maka peran orang tua,
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu,
yang baik sehingga anak-anak menjadi paham (kognitif) tentang mana yang
benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa
13
Permono, H. (2013). Peran orangtua dalam optimalisasi tumbuh kembang anak untuk
membangun karakter anak usia dini.
18
berfungsi mengembangkan moral anak yang dibentuk secara sosial melalui
ini merupakan hasil dari proses pembelajaran orientasi peran dan pendidikan
agama dapat berjalan dengan baik jika, orang tua menunjukkan sikap
keteladanan atau role model, pola asuh yang fungsi baik yang diukur melalui
14
Dwiyanti, R. (2013). Peran Orangtua dalam Perkembangan Moral Anak (Kajian Teori
Kohlberg).
19
obyektif, dan mengembangkan perpektif universal pada individu; kedua,
sosial.15
c. Model Pendidikan yang berbasis pada nilai kesepakatan antara ayah dan
ibu. Jadi, pertama-tama yang perlu dipikirkan adalah nilai-nilai apa saja
perlu dibangun dan disepekati oleh ayah dan ibu sebelum hal itu
diterapkan. 17
model pendidikan ini oleh tohoh bernama Friederich Wilhem Frobel (1782
pendidikan ini adalah : 1) anak didorong untuk supaya aktif sehingga bisa
15
Hakim, L. (2012). Model integrasi pendidikan anti korupsi dalam kurikulum
pendidikan islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 10(2), 141-156.
16
Maksum, A. (2015). Model pendidikan toleransi di pesantren modern dan salaf. Jurnal
Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 3(1), 81-108.
17
Siggih D. Gunarsa & Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Praktis, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), 2
20
pengamatan dan peragaan dengan tujuan untuk mengemabngkan seluruh
panca indra.18
moyang umat pilihan Tuhan, bahkan PAK berpokok pada Allah sendiri,
Quintilianes. Tiga tokoh ini mewakili Yunani -Romawi, sebagai bagian dari
dalam hal keyakinan dan ritual keagamaan did asari oleh Teologi pendidikan
agama Yahuidi. Umat yahudi sendiri dan terutama dalam keluarga, khususnya
angkatan baru (Ul. 6:4 – 9). Rungak lingkup pendidikan agama Yahudi adalah
inti dari kegiatan sehari-hari. Para orang tua wajib menjadi pelajar seumur
perjumpaaan antara umat Allah dan Allah sendiri sebagai fakta dalam realita
18
Anita Yus, Model pendidikan anak usia dini, (Jakarta: Perpustakaan nasional, 2011), 2
19
E.G Homrighausen & I.H. Enklaar, 1
20
Roberl L. Boehlkhe, 18
21
Robert R. Bolkhe, 23 - 24
21
Para pengajar utama mereka dalah Imam, nabi dan kaum bijaksana. Salah satu
Yahudi yang mencakup tiga ajaran, yaitu bangsa yang terpilih, pernyataan,
simbolis.22 Lima macam pokok yang disorot yaitu soal: ajaran teologis,
22
80
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pokok masalah yang disoroti menyakut mengenai kajian mendalam terhadap teks
iman kepada anak cucunya serta implikasi bagi keluarga Kristen masa kini dalam
membutuhkan data lapangan, sebab yang akan dibahas adalah pemikiran dan
23
konsepsi yang ditulis oleh Rasul Paulus sehingga dlakukan penelitian
kepustakaan.
B. Sifat Penelitian
Sesuai dengan target yang ingin dicapai, maka penelitian ini bersifat
deskriptif-analitis, karena bahan kajian atau rujukannya sudah ada baik kitab
Perjanjian Baru dan rujukan buku-buku refrensi, namun belum tersusun secara
sistematis dan tematis untuk mengkaji pemikiran dan persepsi Rasul Paulus. Sifat
bertujuan untuk menjabarkan ayat-ayat dan makna yang dinilai tepat dari hasil
Sedangkan sifat analitis berarti ayat tersebut akan dianalisis secara kritis
menggunakan teori semantik dari dua aspek, teks dan konteks (tafsir). Penelitian
ini dapat dikategorikan sebagai basic research yang merupakan penelitian dasar
masyarakat.
C. Sumber Data
mempergunakan dua sumber, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer yang digunakan adalah Kitab Perjanjian Baru. Meskipun penelitian ini
24
berkenaan dengan kajian Alkitab Perjanjian Baru, namun memahami makna
dibalik teks-teks kitab dibantu dengan teks Bahasa asli, kamus, ensiklopedi, buku-
buku tafsir, berbagai referensi, buku literatur dan jurnal. Adapun sumber sekunder
yang digunakan yang berkaitan adalah pemikiran para tokoh dan ahli dibidang
ilmu, nara sumber tokoh-tokoh gereja, para teolog, guru, pendeta, gembala, dosen
Januari 2020 – Juni 2020. Adapun kegiatannya, antara lain: ujian proposal,
catatan peristiwa yang telah berlalu, wujudnya dapat berbentuk tulisan, gambar,
atau karya monumental seseorang, seperti buku, catatan harian, biografi, foto,
video, film, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi akan
Rasul Paulus terkait dengan pewarisan iman yang dilakukan kepada Timotius.
Proses pengumpulan data dijalani dengan beberapa cara, antara lain dengan
25
membaca, mencatat, lalu mendeskripsikan dan menyusunnya secara sistematis.
Selain itu ada kemungkinan menerima saran dan masukan dari pada pembimbing,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan rumusan
kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data dalam penelitian ini
memakai metode interpretasi atau tafsir teks. Interpretasi ialah proses menafsirkan
adalah tematik.
Hasil dari analisis data akan dinarasikan pada bab 4 serta menguraikan
26
BAB IV
(Uraikan hasil eksegesi, tafsir, dan berbagai pendekatan terhadap teks dan
27
Rekomendasi pemikiran, temuan praktis atau temuan teoritis walau masih
bersifat)
BAB V
(maksimal 2 halaman)
A. Kesimpulan
B. Saran
2. Saran Praktis
28