Anda di halaman 1dari 88

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada pendahuluan ini, penulis akan menjelaskan hal - hal penting dalam
sebuah penelitian karya ilmiah. Adapun hal - hal tersebut adalah: latar belakang
masalah, focus dan sub focus, perumusan masalah, serta tujuan manfaat
penelitian. Hal- hal ini merupakan pijakan, pedoman, dan pengontrol arah dan alur
seluruh pendahuluan dalam karya ilmiah ini.

A. LATAR BELAKANG
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi definisi terhadap kata taat
sebagai: 1. Senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dsb); patuh; 2. Tidak
berlaku curang; 3. Saleh; kuat beribadah.1 Kata taat menurut Thesaurus adalah
alim, berpegang teguh, betah, fantik, kuat (beribadah), loyal, pasrah, patih, patuh,
saleh, setia, takwa, taslim, tawaduk, tunak, tunduk. (Studi kata-Alkitab Sabda) 2.
Kamus Global memberi definisi terhadap kata taat sebagai kesetiaaan (Studi
kata-Alkitab Sabda).3
Ide mengenai kepatuhan, yang disarankan kosakata ini adalah suatu pendengaran
yang terjadi di bawah kekuasaan atau pengaruh si pembicara dan membawah pada
pemenuhan permintaan atau perintahnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Studi Kata Alkitab Sabda
3
Studi Kata Alkitab Sabda
2

Taat adalah karena kasih Yesus berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku,
kamu akan menuruti segala perintah-Ku (Yoh. 14:15). Jika kita tidak taat,
jangan-jangan sebenarnya kita tidak mengasihi Tuhan. Tidak taat artinya kita lebih
mengasihi diri kita, mengasihi daging kita, mengasihi kenikmatan dosa, sekalipun
kita menyanyiaku cinta Yesus berulang-ulang di ibadah. Kasih diekspresikan
dengan menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan diekspresikan dengan menuruti
perintah-perintahNya. Taat tidak bisa dipaksa. Ketaatan yang lahir karena terpaksa
atau takut, hanya akan bertahan sementara. Taat pada Tuhan perlu dibangun di
atas hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan. Ketika kita mengasihi Tuhan,
kita tidak akan kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya. Ketika anak saya
mengasihi saya, ia rela untuk tidak menuruti keinginannya, tetapi menuruti
keinginan ayahnya. Ia percaya apa yang dikatakan oleh ayahnya, itu yang terbaik
bagi hidupnya.
Kita perlu mendekat kepada Allah, sehingga Ia akan mendekat kepada
kita. Kita tidak dapat melayani-Nya dari kejauhan tanpa kita mengenal-Nya. Kita
hanya dapat melayani seseorang yang kita taati atau seseorang yang kepadanya
kita telah menundukkan diri kita. Seperti yang dikatakan dalam Filipi 2:5-11:
Ketaatan adalah melakukan apa yang Allah perintahkan kepada kita baik
melalui Firman-Nya yang tertulis. Tuhan tidak ingin kita menjadi pekerja yang
sibuk melakukan apa yang kita kehendaki bagi Dia. Yang Ia inginkan adalah agar
kita menjadi pekerja yang TAAT, yang melakukan apa yang Ia perintahkan kepada
kita. Tidak penting seberapa banyak korban yang kita persembahkan kepada
Tuhan. Yang penting adalah seberapa TAAT kita kepada-Nya. Ketaatan adalah
sebuah kualitas karakter yang menentukan masa depan seseorang. Sejauh mana

anda diberkati adalah tergantung sejauh mana anda taat pada Tuhan. Namun lebih
dari sekedar berkat, yang lebih penting adalah apakah Tuhan masih menyertai kita
atau tidak dalam segala hal yang kita lakukan.
Yesus adalah Pribadi yang memberi contoh kepada kita bagaimana Ia
menunjukkan ketaatan pada Bapa dalam hidupNya selama 33 tahun di bumi.
Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat melalui apa yang telah
dideritaNya (Ibr. 5:8). Itulah sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama (Fil. 2:9). Kesimpulannya,
Allah sangat berkenan kepada orang yang taat kepadaNya dalam situasi sulit
sekalipun. Pertanyaannya, maukah anda menjadi orang yang berkenan di hati
Tuhan?
Taat adalah karena mengerti prinsip ketaatan dan otoritas. Taat yang benar
harus lahir dari pemahaman akan kebenaran firman Tuhan, terutama akan prinsip
hubungan antara ketaatan dan otoritas. Taat dibangun atas dasar pemahaman
tentang pentingnya ketaatan. Anak saya belajar taat karena ia sejak kecil
menghafal firman Tuhan: Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan,
karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu
perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia
dan panjang umurmu di bumi. (Ef. 6:1-4). Firman ini menjadi rhema baginya,
bahwa jalan untuk bahagia adalah dengan mentaati perkataan orang tua. Allah
memberkati orang yang taat kepada otoritas. Anda mau diberkati? Taatilah dan
hormatilah otoritasmu. Berkat Allah melimpah terhadap orang yang menghormati
otoritasnya.

Taat adalah karena Tuhan adalah Bapa yang baik, yang ingin selalu
memberkati kita.
Taat karena Iman artinya mempercayai bahwa Allah mau dan ingin
memberi yang terbaik untuk kita. Iman lahir karena kita mengenal Allah. Makin
kita mengenal Allah, makin kita akan mentaati Tuhan. Taat yang lahir dari iman,
akan menolong kita untuk taat dengan hati yang bersukacita. Ada orang taat, tetapi
sambil mengeluh atau bersungut-sungut. Taat tanpa sukacita hanyalah
mendatangkan kuk atau beban terhadap jiwa kita. Apakah anda taat kepada orang
tua dengan bersungut-sungut? Apakah anda taat kepada suami dengan mengeluh?
Ketika kita taat kepada pemimpin kita, kita sedang taat kepada Tuhan, karena
pemimpin adalah wakil Allah (Rm. 13:1). Allah berkenan kepada ketaatan. Allah
menaruh nilai tinggi kepada ketaatan, sekaligus ketidaktaatan adalah sebuah
pelanggaran yang serius bagi Allah.
Taat artinya membayar harga Makin mengerti arti ketaatan, makin kita
berani bayar sebuah harga ketaatan. Allah sangat menghargai ketaatan. Tuhan
tidak mau hidup kita tidak taat, karena ketidaktaatan akan melahirkan
pemberontakan dan orang tersebut akan diserang oleh kuasa gelap. Anak-anak kita
mengalami sakit penyakit. Usaha kita gagal atau dimakan orang. Pernikahan kita
di ambang bahaya, dan sebagainya. Kompromi terhadap dosa membuat kita tidak
akan peka lagi kepada suara Tuhan. Salah dalam mengambil keputusan dalam
bisnis, keluarga maupun masa depan hidup kita sendiri. Tuhan menghargai
ketaatan anda. Dan Ia mau bukan hanya memberkati anda, tetapi menyertai anda.
Menolong anda di kala sulit, memberi hikmat di kala buntu, menguatkan anda di

kala lemah, memberi kemenangan di kala menghadapi peperangan. Untuk


mengalami semua itu, pilihlah taat kepada suara Tuhan dan FirmanNya.4
Suatu pengetahuan mengenai kebenaran dan jawaban bagi pertanyaanpertanyaan terbesar kita datang kepada kita sewaktu kita patuh pada perintahperintah Allah. Pengetahuan dan pemahaman ini tersedia bagi seluruh umat
manusia. Itu termuat dalam kebenaran-kebenaran yang kekal.
Masa

remaja

merupakan

masa

pertumbuhan/perkembangan.

Perkembangan yang dimaksud bukan arti seakan-akan dalam masa remaja


seseorang baru mulai berkembang di dalam kehidupannya. Perkembangan yang
dimaksud adalah perkembangan fisik, umur, moral ke arah yang lebih baik lagi
dari semula (ada perubahan). Masa remaja sering disebut sebagai masa yang
penuh gejolak dalam masalah. Muatan pelajaran dan kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler yang terlalu banyak menuntut waktu dan perhatian mereka serta
orang tua sering kali menambah beban anak-anak remaja dalam pergaulan hidup
sehari-hari. Tuntutan yang terlalu banyak sering kali membuat seseorang ingin
meninggalkan kebiasaan itu dan ingin berpetualang. Dalam petualangannya
seorang anak remaja dapat menjadi seorang yang kehilangan identitas atau lupa
diri. Dalam keadaan perkembangan zaman yang sangat pesat dan seiring dengan
perkembangan teknologi yang pesat, setiap orang harus tetap memiliki pola hidup
yang kokoh dan mengikuti perkembangan itu tanpa kehilangan identitas. Seorang
remaja Kristen tetap hidup sebagai seorang Kristen.
Masa remaja merupakan sebuah masa transisi dengan setiap masalah dan
pergumulannya masing-masing. Beberapa masalah itu muncul, mulai dari
permasalahan di rumah, di sekolah, hingga di setiap lingkungan tempat mereka
4

Www.Abbalove.Org/Index.Php...Ketaatan

berinteraksi. Khususnya di gereja, beberapa remaja bahkan memerlukan


pendampingan khusus karena di sana mereka akan diperhadapkan pada pelayanan,
orang tua, guru sekolah minggu, dan juga pembimbing yang akan memungkinkan
mereka menghadapi beberapa masalah. Masalah-masalah ini tentunya tidak dapat
dibiarkan begitu saja karena akan memengaruhi perkembangan remaja ke
depannya. Oleh karena itu, peran guru sekolah minggu sebagai konselor sangatlah
diperlukan untuk mengarahkan, membimbing, dan mendampingi remaja dalam
menghadapi masalah.5
Ada seperangkat hal yang harus dimiliki remaja dalam mempersiapkan
diri memasuki kehidupan dewasa agar dia memiliki kehidupan masa dewasa agar
dia memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya. Dari segi individu,
apa yang harus dimilikinya itu dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap dan
perasaan, kemauan, dan perbuatan nyata.
Banyak tuntunan dari faktor-faktor sosial, religius, serta nilai dan norma yang
mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung jawab. Harapan dan
tuntunan itulah yang melatarbelakangi lahirnya tugas-tugas perkembangan remaja,
yang oleh R.J Havighurst developmental task. Secara sederhana, makna tugas
perkembangan dimaknai sebagai berikut:
Tugas perkembangan adalah petunjuk yang memungkinkan seseorang
untuk mengerti dan memahami harapan atau tuntunan masyarakat dan lingkungan
lain terhadap seseorang dalam usia tertentu. Arti ini mengandung makna; pertama;
dari segi orang dewasa, dia mengetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada anakanak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khususnya bagi masa
5

Dunn, R. Richard, Membentuk Kerohanian Anak Muda. (Literatur Perkantas Surabaya


2012).

kanak-kanak), dengan mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan dan dikuatkan


dalam membimbing seorang anak dalam masa pubertas dan masa remaja. Kedua;
dari segi anak yang sadar menuju kedewasaannya, dia dapat mengetahui hal-hal
yang harus dipelajari dan dikuasai dalam masa kehidupan tertentu yang sesuai
dengan tuntunan masyarakat dan lingkungan yang lebih luas.
Hanya

dengan

Firman

Tuhan-lah

seorang

anak

muda

dapat

mempertahankan jalannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Firman Tuhan akan


menerangi setiap sisi kegelapan yang ada. Tuhan akan memberi hikmat bagi anakanak. Sebagai anak muda bukan berarti tidak bisa menjadi teladan. Justru selama
menjalani masa muda harus mulai bisa menunjukkan bahwa kita adalah teladan
yang patut ditiru baik dalam perkataan, tingkah laku, kasih kepada sesama,
kesetiaan kepada Tuhan dan dalam kesucian hidup yang berani untuk menolak
segala kecemaran yang ada. Berjalanlah sesuai dengan Firman Tuhan, dan tetap
setia dalam setiap langkah yang diambil baik dalam pergaulan maupun aktifitas
apapun. Hidup di dalam kasih Tuhan dan tetap memelihara damai di dalam
kehidupan kita
Tuhan akan memampukan setiap anak muda agar dapat hidup seturut
dengan kehendakNya sehingga dapat menjadi teladan bagi teman-teman
pergaulannya.
Tugas perkembangan merupakan petunjuk bagi seseorang tentang harapan
pada masa yang akan datang. Arti ini mengandung makna, dari segi pendidik, dia
dapat mengetahui hal-hal yang harus dikuasai oleh anak didiknya (kelak dalam
masa pubertas, masa remaja, masa dewasa dan masa tua) sehingga dapat hidup
lebihwell-ajusted. Dari segi anak didik (dalam masa pubertas, remaja), dia dapat

memandang jauh ke depan sehingga mengetahui bahwa dalam masa dewasa dan
masa tuanya kelak terdapat seperangkat tugas perkembangan yang harus
dikuasainya sehingga dia kelak dapat lebihwell-ajusted.6 Gunarsa (1989)
merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
Berdasarkan psikologi perkembangan remaja diatas penulis terdorong
untuk meneliti praktek hidup kekristenan remaja. Secara khusus dalam mengikuti
ibadah pemuda remaja yang penulis ikuti selama ini. Penulis begitu tertantang
untuk mengetahui, mengapa remaja dalam ibadah tersebut tidak memiliki praktek
hidup kekristenan yang sesungguhnya. Adapun praktek hidup kaum remaja di
pertemuan ibadah yang penulis maksudkan, adalah: pertama, remaja dalam
pertemuan ibadah tersebut tidak mau memimpin doa; kedua, remaja dalam
pertemuan ibadah tersebut tidak mengetahui lirik- lirik lagu rohani, namun dapat
menyanyikan lagu lagu duniawi; ibadah hanya merupakan rutinitas sebelum
masuk kedalam tata ibadah. Pertemuan ibadah remaja tersebut diselingi dengan
main handphone, ngobrol dengan teman, mengganggu teman saat beribadah, tidak
sungguh-sunguh dalam pujian (sering keluar masuk gereja, tidak mau bawa
Alkitab dan malas untuk buka Alkitab) dan terlebih pada saat mendengar firman
Tuhan.7

B. Fokus Dan Sub Fokus

6
7

Gunarsa, Psikologi Perkembngan Remaja, 1989.


Hasil Pengamatan Penulis Dilapangan Dari 2012-2015

Berdasarkan uraian diatas, maka pokok bahasa yang akan dibahas dalam
skripsi adalah mengenai makna taat pada orang tua dalam kitab Efesus 6:1-4 dan
implementasinya bagi anak remaja di Gereja Bethel Indonesia Batu Aji Genta 1
Cabang Tabga Batam. Pokok masalah tersebut adalah suatu cakupan yang luas
maka penelitian ini difokuskan pada makna taat kepada orang tua dalam kitab
Efesus dan implimentasinya bagi anak remaja di Gereja Bethel Indonesia Genta 1
Batu Aji Cabang Tabga Batam. Untuk itu perlu diketahui dahulu mengenai
subfokus-subfokus penelitian sebagai berikut:
1. Pemahaman mengenai makna taat kepada orang tua menurut Efesus 6:1-4
bagi remaja di Gereja Bethel Indonesia Genta 1batu Aji Cabang Tabga
Batam.
2. Implementasi makna taat kepada orang tua menurut Efesus 6:1-3 bagi
remaja di Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabqa Batu
Batam.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pokok masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut: Makna Taat Kepada Orang Tua dalam Kitab Efesus 6:1-4 dan
Implementasinya Bagi Remaja Di Gereja Bethel Indonesia Batu Aji Genta 1
Cabang Tabga Batam. Kemudian berdasarkan rumusan masalah penelitian ini,
maka dirumuskan sejumlah rumusan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
1.

Bagaimana pemahaman mengenai makna taat kepada orang tua menurut


Efesus 6:1-4 bagi remaja di Gereja Bethel Indonesia Batu Aji Batam.

2.

Bagaimana implementasi makna taat kepada orang tua menurut Efesus


6:1-4 bagi remaja Di Gereja Bethel Indonesia Batu Aji Genta 1 Cabang
Tabga Batam

D.

Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka peneliti ini secara umum

bertujuan:
1.

Untuk mengetahui pemahaman mengenai makna taat kepada orang


tua menurut Efesus 6:1-4 bagi remaja di Gereja Bethel Indonesia
Genta 1 cabang tabga Batam.

2.

Untuk mengetahui implementasi makna taat kepada orang tua


menurut Efesus 6:1-4 bagi remaja di Gereja Bethel Indonesia Batu
Aji Genta 1 cabang Tabga Batam.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan apa yang sudah dikemukakan pada latar belakang masalah
dan perumusan masalah yang mengungkapkan alasan penelitian topic ini, serta
tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Skripsi ini dapat menjadi kontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya
berkenaan dengan sekolah minggu dan peningkatan karakter anak sekolah
minggu.
2. Bagi Masyarakat Kristen

Skripsi ini sangat berguna bagi masyarakat secara khusus masyarakat


Kristiani, supaya dapat memahami makna ketaatan bagi anak sekolah minggu,
sehingga menjadi modul pembelajaran dalam gereja khususnya sekolah
minggu.
3. Bagi Guru Sekolah Minggu
Skripsi ini sangat berguna bagi Guru sekolah minggu sebagai modul
pembelajaran mengenai ketaatan.
4. Bagi Gereja
Skripsi ini sangat berguna bagi Gereja Tuhan pada umumnya dan Gereja
Bethel Indonesia Batu Aji genta 1 cabang Tabgha batam sebagai pelengkap
pengajaran sekolah minggu
5. Bagi Penulis
Skripsi ini sangat berguna bagi penulis untuk menjadi salah satu panduan
dalam pelayanan sekolah minggu pada masa yang akan datang. Selain
daripada itu, skripsi ini diperuntukkan guna memenuhi tuntutan akhir studi
program Sarjana Pendidikan Agama Kristen.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Makna Kata Taat Dalam Kitab Efesus 6:1-4

1. Penulis Surat Efesus


Ada empat surat Paulus yang ditulis pada waktu dia dipenjarakan, yaitu
antara tahun 56 dan 62. Surat - surat itu adalah surat Efesus, surat Filipi, surat
Kolose dan surat Filemon. Bandingkan Ef. 3:1, 4:1, 6:20, Fil 1:12-13, Kol.1:24
dan Filemon 1.
Yang sering dipersoalkan para teolog adalah tempat pengiriman surat-surat
tersebut. Hanya ada dua kemungkinan saja, yaitu dari Kaisarea atau dari Roma.
Disamping itu ada beberapa penafsir yang berpendapat bahwa surat-surat itu
ditulis di Efesus dalam kunjungan Paulus selama tiga tahun disana.
Alamat dalam terjemahan LAI (lembaga alkitab Indonesia) para pembaca
diperkenalkan sebagai berikut. Orang - orang kudus di Efesus, orang-orang
percaya dalam Kristus Yesus. Surat Efesus adalah surat umum kepada jemaatjemaat yang berlatarbelakang agama kafir (3:1). Bahwa surat ini adalah surat
kiriman kepada jemaat dipropinsi asia, yaitu surat edaran, antara lain kepada
jemaat di Efesus sesuai dengan terjemahan LAI.
Tafsiran yang terakhir ini sulit diterima karena tidak ada laporan dalam
Kisah Para Rasul bahwa Paulus pernah dipenjarakan di Efesus. Tafsiran ini tidak
cocok dengan Fil. 4:10-20 yang melaporkan tentang bantuan yang dikirim kepada
Paulus. Di Efesus, Paulus mempunyai banyak teman yang cukup berada. Tentu

13

tidak perlu bantuan dari luar, karena orang-orang Efesus mampu menolong dia
dalam segala kebutuhannya dalam penjara.
Penulis surat ialah Paulus. Dibelakang nama Paulus penulis menambahkan
keterangan Rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah. Dalam suratnya kepada
jemaat-jemaat di Galatia keterangan itu sedikit lebih panjang: rasul, bukan karena
manusia dan oleh manusia, tetapi oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa (1:1). Paulus
adalah rasul Yesus Kristus (= Mesias yang dijanjikan), bukan Karena
kehendaknya sendiri atau karena kehendak (manusia) lain, tetapi karena - atau
lebih baik oleh ( Yunanidia) kehendak Allah. Allah lah yang menghendakinya
sebagai rasul. Karena Allah telah memilih dan menempatkannya di tempat dimana
ia berdiri sekarang.
Suratnya ini ia tujukan kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang
percaya dalam Kristus Yesus. Mereka juga ia sebut Orang-Orang Percaya dalam
Kristus. Pengertian ini, seperti yang telah dikatakan di atas, mempunyai arti yang
sama dengan pengertian Orang-Orang Kudus. Juga disini Kristus adalah tempat
(dimana mereka berdiri) dan ruang (dimana mereka bergerak) dan dasar mereka
(dari mana mereka hidup) sebagai orang-orang percaya. Hagios dan Pistos erat
berhubungan, malahan lebih daripada itu: keduanya merupakan suatu kesatuan.
Tuhan Allah menggenggam mereka, karena itu mereka kudus; ia telah memegang
mereka, karena itu mereka percaya (Berlkelbach van der Sprenkel). Hagios tidak
dapat ada tanpa pistos dan pistos juga tidak dapat ada tanpa hagios.
Kepada orang-orang kudus dan percaya dalam Kristus ini penulis
menyampaikan salam: Kasih Karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita
dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu (ayat 2). Rumusan yang ia pakai

14

dalam surat ini sama dengan rumusan salam yang ia pakai dalam kebanyakan
suratnya yang lain (bnd. Rm. 1:7, 1:3; 2 Kor. 1:2; Gal.1:3; Flp. 1:2). Disamping
itu ia juga memakai rumusan - rumusan salam yang lebih pendek: kasih karunia
dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita menyertai kamu (Kol. 1:2). Dalam
salamnya ini ia menyampaikan kasih karunia dan damai sejahtera Kepada
Jemaat.8

2. Penerima Surat Efesus


Pertama, orang-orang kudus. Dengan ungkapan ini ia tidak melukiskan
hanya beberapa orang dari jemaat di Efesus, namun juga merujuk kepada semua
umat Allah. Setiap orang Kristen dapat disebut Orang Kudus sebab telah
dikhususkn menjadi Milik Allah. Ungkapan ini mula-mula diterapkan kepada
Israel sebagai Bangsa Kudus, tapi kemudian diperluas sehingga merujuk kepada
seluruh masyarakat Kristen (apapun kebangsaannya), yang dapat disebut Israel
milik Allah (Gal 6:16).
Kedua, orang-orang percaya. Kata sifat yunani pistos dapat berarti yang
percaya atau yang dapat dipercayai . J. Armitage Robinson menekankan bahwa
kedua arti itu terkandung dalam Orang-Orang Percaya. Sulit memang
membayangkan seorang yang percaya tapi tidak dapat dipercayai; atau orang
Kristen yang dapat dipercaya tapi tidak mempelajari sifat itu dari Tuhan yang
dipercayainya itu.
Ketiga, dalam Kristus Yesus. Ungkapan ini merupakan ungkapan kunci
surat Efesus. Berada Dalam Kristus, berarti seseorang dipersatukan secara
pribadi dan hidup dengan Kristus, sama seperti cabang-cabang pohon anggur
8

Dr. J.L.Ch. Abineno,Tafsiran Alkitab Surat Efesus

15

dipersatukan dengan pohon anggurnya; dan anggota-anggota tubuh manusia


menjadi bagian dari tubuhnya. Ungkapan ini dapat digambarkan sebagai kuncup
yang dalam sisa surat, akan berkembang. Menurut PB dan khususnya Paulus,
menjadi Kristen berarti seseorang mulai berada dalam Kristus, dan menjadi satu
dengan Dia dan dengan umat-Nya
Keempat, dalam kota Efesus (menurut beberapa naskah tangan). Kota
Efesus yang mula-mula adalah koloni Yunani. Kemudian, dibawah kerajaan
Romawi, Efesus menjadi ibu kota propinsi Asia. Pada zaman Paulus pelabuh
Kota Efesus sangat sibuk dengan kapal-kapal, walaupun sekarang sudah
lama tertimbun lumpur. Kota Efesus adalah pusat penyembahan kepada Dewi
Artemis.9

B. Langkah langkah Eksegesis


a. Latar belakang surat Efesus
Penulis kitab Efesus adalah Paulus sekitar 62 M. Surat Efesus merupakan
salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki tempat yang unik di
antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban terhadap suatu
kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain, sebaliknya
Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai hasil
dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara
karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak
persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama
sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke

John R.W.Stott, 17-18.

16

tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21;
bd. Kol 4:7).
Surat Efesus termasuk dalam kelompok konologis yang sama dengan surat
Paulus kepada jemaat di Kolose, Filemon, Dan Filipi yang secara kolektif disebut
sebagai surat surat penjara sebab ditulis ketika Paulus dipenjara untuk pertama
kalinya di Roma. Tampaknya Paulus tiba di Roma pada musim semi pada tahun
61. Kisah para rasul mengisahkan bahwa Paulus tinggal selama dua tahun penuh
disana disebuah rumah yang disewa olehnya (Kis 28:30), yang berarti dia tinggal
disana hingga musim semi tahun 63. Munkin dia dibebaskan sesaat sebelum
Roma dibakar pada tahun 64. Di dalam surat Filipi disebutkan bahwa dia
menantikan pembebasan tersebut (1:19-26), sebuah harapan yang juga
diungkapkannya dalam Filemon 22, Surat Efesus, Kolose Dan Filipi dikirimkan
pada saat bersamaan oleh utusan utusan yang sama pula ( Ef . 6:21,22; Kol. 4:79; Fil. 12,23,24).10
b.

Latar Belakang Penulisan Surat Efesus


Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud

agar sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja, mungkin
surat ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi
Asia. Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya
sendiri di Efesus 1:1, sebagai bukti relevansi amanat yang mendalam bagi semua
gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah
surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.
Isi surat ini bersama dengan surat kolose, surat ini menekankan kebenaran
bahwa Gereja adalah Tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya. Tidak ada pokok
10

The Wycliffe bible commentary, 735

17

pernyataan yang lebih tinggi daripada yang dicapai dalam surat ini yang
menunjukkan orang percaya sebagai duduk bersama dengan Kristus Disurga dan
yang menghimbau orang Kristen untuk hidup sesuai dengan panggilan yang tinggi
tersebut. Isi surat ini dapat dirangkum dengan tiga kata duduk, berjalan, berdiri.
Menurut kedudukannya, orang Kristen berada bersama dengan Kristus disurga
(2:6); tanggung jawabnya adalah sesuai dengan panggilannya (4:1); dan hidupnya
ini selanjutnya dilihat sebagai perjuangan melawan iblis dan pasukannya dimana
dia dinasihatkan untuk bertahan melawan tipu muslihat iblis (6:11).11
c.

Tujuan Penulisan Surat Efesus


Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Efesus 1:15-17.

Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh


dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa Yang Mulia. Dia sungguhsungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus
(mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan
iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah
dari penebusan "dalam Kristus" (Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23;
Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21;
Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).

d. Eksegesis Efesus 6:1-4


a) Analisa kontekstual
Hai anak anak, taatilah orangtuamu didalam Tuhan, karena haruslah
demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu- itu adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu
11

The Wycliffe Bible Commentary,736

18

dibumi. Dan kamu, bapa bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak
anakmu, tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasehat Tuhan.
Secara konteks ayat ini ditulis setelah menjelaskan kepenuhan hidup dalam
Kristus, bagaimana mencari perkara yang diatas serta manusia baru di dalam
Kristus. Sebelum penulis kitab ini menyampaikan salam penutup ia menulis
bagaimana seharusnya hubungan antara anggota anggota dalam keluarga.
Supaya kamu juga mengetahuikeadaan dan hal ihwalku, maka Tikhikus,
saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia dalam Tuhan, akan
memberitahukan semuanya kepada kamu.dengan maksud inilah ia kusuruh
kepadamu, yaitu supaya kamu tahu hal ihwal kami dan supaya ia menghibur
hatimu. Damai sejahtera dan kasih dengan imandari Allah, Bapa dan dari Tuhan
Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. Kasih karunia menyertai semua orang,
yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.
Secara garis besar adalah sebagai berikut; (The Wycliffe Bible Commentary
Volume 3, 2001: 798-799)
1. Kedudukan Orang Percaya Di Dlam Kristus (1:1-3:21)
A.

Salam (1:1, 2)

B.

Semua Berkat Rohani (1:3-14)


1. Dipilih oleh sang Bapa (1:3-6)
2. Ditebus oleh Sang Anak (1:7-12)
3. Dimetraikan oleh Roh Kudus (1:13, 14)

C. Doa Pertama Paulus (1:15-23)


D. Keselamatan Melalui Kasih Karunia (2:1-10)
1. Keadaan kita pada masa lalu (2:1-3)
2. Keadaan kita sekarang (2:4-6)
3. Keadaan kita pada masa depan (2:7-10)

19

E.

Kesatuan Orang Yahudi Dan Orang Bukan Yahudi Di Dalam Kristus (2:11-

22)
1. Keadaan orang bukan yahudi di luar Kristus (2:11,12)
2. Satu tubuh (2:13-18)
3. Satu bangunan (2:19-22)
F. Pernyataan Rahasia (3:1-13)
1. Pemberian kasih karunia Allah (3:1-6)
2. Persekutuan dari rahasia itu (3:7-13)
G. Doa Kedua Paulus
11. Perilaku Orang Percaya Di Dalam Dunia (4:16-24)
A. Perilaku Yang Layak (4:1-16)
1. Kesatuan Roh (4:1-6)
2. Karunia Kristus (4:7-12)
3. Kesatuan iman dan pengetahuan (4:13-16)
B. Perilaku Yang Berbeda (4:17-32)
1. Gambaran perilaku orang bukan yahudi (4:17-19)
2. Menanggalkan yang lama dan mengenakan yang baru (4:20-24)
3. Penerapan praktis (4:25-32)
C. Perilaku Penuh Kasih (5:1-14)
1. Hidup dalam kasih (5:1-7)
2. Hidup dalam terang (5:8-14)
D. Hidup Yang Bijaksana (5:15-6:9)
1. Bersikap sangat berhati hati (5:5-17)
2. Dipenuhi Roh Kudus (5:18-6:9)
a. Bersukacita dan mengucap syukur (5:19.20)
b. Sikap tunduk dalam hubungan praktis (5:21-6:9)
1) Suami dengan istri (5:21-33)
2) Anak dengan orang tua (6:1-4)
3) Hamba dengan tuannya (6:5-9)
E. Hidup Kristen Sebagai Suatu Peperangan (6:10-20)

20

1. Kuat didalam Tuhan seluruh perlengkapan senjata Allah (6:1017)


2. Doa bagi semua orang Kudus dan bagi Paulus (6:18-20)
F. Salam Penutup (6:11-24)
Damai sejahtra dan kasih dengan iman menyertai sekalian saudara.
Hanya Allah yang dapat memberikan semua ini. Kasih karunia. Harfiah, kasih
karunia itu; maksudnya, kasih karunia yang tidak ada duanya. Semua orang yang
mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Yakni, orang orang percaya, (The Wycliffe
Bible Commentary, 2001:736-737)

b) Analisa Historikal
Kota terpenting diprovinsi Roma wilayah terletak dipantai barat Turki
modern. Kota itu sekarang tidak ditempati lagi, akibat pendangkalan karena
lumpur selama beberapa abad. Tempat ini dijadikan untuk penyembahan berhala,
kesuburan Anatolia, kemudian kepada berhala Artemis atau Diana; dikemudian
hari Yustianus membangun sebuah Gereja yang dikhususkan bagi Yohanes (dari
situlah nama mod Ayasoluk, kerusakan dari bh Yunani hagios theologos), lalu
gereja itu juga diganti oleh sebuah masjid Persia.
Berhala perempuan Efesus mulai memakai nama Yunani, yaitu Artemis,
Efesus ditaklukkan oleh krusus, Efesus ditaklukkan oleh orang Persia tahun 557,
dan sesudah itu sejarahnya beraneka ragam sampai 133Sm.
Pada tahun 365Sm berhala Artemis mengalami kebakaran hebat.J.T Wood
akhirnya menemukan sisa sisanya pada tahun 1870 dirawa dikaki G Ayasolut.

21

Di Efesus banyak orang yahudi, yang menikmati kedudukan khas pada


zaman kerajaan Romawimula mula. Akwila dan Priskila, melayankan agama
Kristen di Efesus pada tahun 52M. Paulus mengadakan penginjilan disana,
perkembangan agama Kristen yang menolak sinkretisme, terus menerus
menghadapi perlawanan dari pihak agama yang sudah mapan.
Lukas tidak banyak memberi informasi mengenai waktu Paulus tinggal di
Efesus. Efesus merupakan markas besar Paulus selama berlangsungnya surat
menyurat dengan jemaat Korintus.12

Yahudi sangat memandang rendah wanita. Dalam hukum yahudi, wanita


bukanlah orang melainkan benda. Ia tidak mempunyai hak atas apapun juga;
secara mutlak ia adalah milik suaminya; suaminya bebas memperlakukannya
sekehendak hatinya. Secara teoretis, orang yahudi mempunyai pandangan yang
paling tinggi tentang pernikahan. Tetapi pada zaman Paulus, kenyataan
menunjukkan bahwa perceraian yang menyedihkan itu selalu menjadi sesuatu
yang sangat gampang. Hukum perceraian secara singkat tertulis dalam ulangan
24:1.
1. Hukum Yahudi; Suami dapat menceraikan istrinya dengan alasan apa saja,
tetapi istri tidak dapat menceraikan suami (kecuali suami sakit kusta,
berzinah dan mengingkari agama). Pada masa Tuhan yesus, ikatan nikah
berada dalam bahaya, juga dikalangan bangsa yahudi.
2. Hukum Yunani; Socrates pernah mengatakan, bahwa adakah orang lain
yang lebih terpercaya kecuali istri kita- dan adakah oranglain yang
12

Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1,267-268

22

dengannya kita sangat sedikit bicara kecuali istri kita? Diyunani tidak ada
aturan - aturan mengenai perceraian. Kehidupan berumahtangga dan
keluarga hampir hilang dan kesetiaan tak terdapat dalam kamus mereka.
3. Hukum Romawi; Seneca pernah menulis, bahwa wanita - wanita itu
sesungguhnya dinikahi untuk dicereraikan dan diceraikan untuk dinikahi
lagi. Hironimus bahkan membenarkan adanya seorang wanita Roma yang
menikah dengan suami yang ke 23, sedangkan bagi pria itu, wanita
tersebut adalah isterinya yang ke 21. Pada zaman Paulus, ikatan
pernikahan berada pada ambang kehancuran.
Titik tolak dalam pasal ini, yaitu kasih, tidak terlalu diperhatikan. Dalam
perikop ini Paulus berbicara soal kasih itu yang sepatutnya diberikan oleh suami
kepada isterinya.
1. Kasih itu adalah kasih yang berpengorbanan
Suami harus mengasihi isteri seperti Kristus mengasihi gereja dan
memberikan dirinNya bagi Gereja. Kasih itu tidak mementingkan diri
2.

sendiri.
Kasih itu adalah Kasih yang menyucikan
Kristus membersihkan dan menyucikan gereja melalui pembasuhan
dengan air, yaitu pada setiap warga gereja mengikrarkan iman
percayanya. Disini agaknya. Paulus ingat akan salah satu kebiasaan
yunani. Salah satu kebiasaan tata cara pernikahan yunani adalah
mempermandikan calon mempelai wanita dengan air disungai yang
dianggap suci bagi para dewa dan dewi.

3. Kasih itu adalah kasih yang memberi perhatian dan memelihara

Seorang suami harus mengasihi isterinya seperti ia mengasihi dirinya


sendiri. Kasih yang sejati tidak menuntut pamrih, juga tidak menuntut
kenikmatan bagi dirinya sendiri, tetapi menghargai pasangannya yang ia
4.

kasihi.
Kasih itu adalah kasih yang tak lapuk

23

Demi kasih yang demikian itulah maka seorang laki - laki meninggalkan
ayah dan ibunya untuk hidup bersatu dengan isterinya. Pandangan Paulus
ini benar - benar merupakan suatu cita - cita yang luhur pada zaman
5.

dimana pria maupun wanita begitu gampang bertukar - tukar pasangan.


Seluruh hubungan itu adalah hubungan didalam Tuhan Yesus Kristus
Dalam rumah tangga keluarga Kristen, Yesus adalah seorang tamu yang
selalu hadir dan tetap diingat, walaupun tak dapat dilihat. Jadi, dalam
pernikahan Kristen tidak hanya terdapat pasangan yang terdiri dari dua
orang, tetapi terdiri dari tiga orang; dan orang yang ketiga itu ialah Kristus
sendiri.

b) Analisa Gramatikal
1

(noun nominative neuter plural common from ) //

(verb imperative present active 2nd person plural from ) // //


(noun dative masculine plural common from ) // // [
](noun dative masculine singular common from ) // //
// (adjective normal nominative neuter singular no degree from
) .

(verb imperative present active 2nd person singular from ) //

(noun accusative masculine singular common from ) // // //


(noun accusative feminine singular common from ) , // //
// (noun nominative feminine singular common from ) //
// // (noun dative feminine singular common from
),

24

// // // (verb subjunctive aorist middle 3rd person singular from

) // // // (adjective nominative masculine singular no


degree from ) // // // (noun genitive feminine singular
common from ).
4

// , // (verb imperative present active 2nd person

plural from ) // // // (verb imperative


present active 2nd person plural from ) // (noun dative
feminine singular from ) // // (noun dative feminine
singular from ) (noun genitive masculine singular from ).
.
C. Eksegesis Teks Efesus 6 : 1 4
Ayat 1:
, [ ] .
Children, obey your parents in the Lord: for this is right.
Hai anak-anak, taatilah orangtuamu (didalam Tuhan); ini sebab adalah benar
Ayat 2:
, ,
Honour thy father and mother; (which is the first commandment with promise)
Hormatilah ayahmu dan ibu, yang adalah perintah pertama/utama dengan janji,

Ayat 3:
.
That it may be well with thee, and thou mayest live long on the earth.

25

Supaya (kamu menjadi berhasil) dan engkau yang berumur panjang di (antara)
(manusia di) bumi
Ayat 4:
,
.
And, ye fathers, provoke not your children to wrath: but bring them up in the
nurture and admonition of the Lord.
Dan hai bapak bapak, janganlah bangkitkan amarah anak-anakmu, tetapi
asuhlah mereka dengan pendidikan dan nasihat Tuhan.
Dalam kebudayaan Romawi pada masa hidup Paulus, terdapat banyak hal
yang membahayakan anak anak:
1. Patria Potestas (Kuasa Ayah), yaitu kuasa mutlak yang dimiliki seorang
ayah bangsa romawi terhadap keluarganya. Ayah dapat menjual mereka
sebagai hamba, mempekerjakan mereka di ladangnya, menghukum
Mereka sekehendak hatinya dan bahkan dengan hukuman yang membawa
maut. Kuasa seorang ayah romawi terhadap sianak berlaku terus sepanjang
siayah masih hidup. Jadi seorang anak romawi tak akan pernah menjadi
dewasa, sekalipun ia menjadi orang ternama, menjadi hakim, atau
menerima tanda- tanda penghargaan dari negara dalam bentuk apapun. Ia
tetap dalam kuasa mutlak ayah.
2. Ada kebiasaan mempertontonkan anak. Bila ada bayi lahir, ia akan
diletakkan dihadapan kaki ayahnya. Bila sang ayah membungkuk seraya
mengangkat anak itu, maka hal itu berarti, bahwa ayah tersebut mengakui
sianak dan bersedia untuk terus memeliharanya. Tetapi bila sang ayah

26

berbalik meninggalkan anak tersebut, maka hal itu berarti penolakan, dan
anak itu dapat dibuang.
3. Anak anak yang berpenyakit dan cacat. Kebudayaan Romawi kuno sangat
tidak berbelas kasihan kepada anak anak yang berpenyakit dan cacat.
Seneca pernah menulis; Lembu jantan kita sembelih; anjing gila kita
cekik; ternak yang sakit kita binasakan agar tidak mencemari kawanannya;
dan anak anak lemah dan cacat kita buang. Seorang anak yang lemah dan
cacat. Sangat sedikit harapannya untuk dapat hidup.

Keadaan yang seperti inilah yang menjadi titik tolak Paulus untuk
menuliskan pandangan dan nasehat-nasehatnya kepada anak-anak dan orangtua.
Paulus menetapkan agar supaya anak-anak patuh dan hormat kepada orangtuanya.
Menurutnya, ini adalah perintah yang pertama yang harus di ingat dan diajarkan
kepada seorang anak Kristen. Penghormatan basa-basi. Cara untuk menghormati
orang tua adalah mematuhi perintah orang tua, menghargai mereka dan sekali-kali
tidak membuat mereka sakit hati
Kata (children) dalam ayat 1 (noun, nominative, neuter, plural)
mengarah kepada anak-anak secara umum, khususnya anak-anak dalam konteks
jemaat Efesus. Louw Nida berpendapat bahwa kata (children) mengarah
kepada keturunan atau anak secara umum tidak ditentukan oleh jenis kelamin. 13
Selanjutnya kata diterjemahkan to obey dalam bahasa Indonesia
berarti menuruti. Friberg mencatat kata berarti listen to jika
dijabarkan dapat berarti memberi perhatian.

13

Louw Nida, Greek English Lexicon Of The New Testament (Bibleworks 8).

27

Kata sangat mendekati pengertian kata (hormatilah), ayat


2, (verb, org-2, sing, prest, akt, imprtf) berasal dari akar kata (menghormati,
menetapkan harga, mengakui kedudukan).14
Sangat menarik bahwa Paulus mengalamatkan hal ini langsung kepada
anak-anak. Kemungkinan sebagai keluarga Kristen, anak-anak juga hadir ketika
ibadah berlangsung, dan mendengarkan Paulus berbicara. Kata kerja hormatilah
(pres, atkv, imprtv) merupakan suatu perintah langsung yang disampaikan oleh
Paulus kepada anak-anak. Perintah ini sifatnya berlangsung terus-menerus
(present). Mereka diberi perintah untuk harus menghormati orang tua mereka
secara terus-menerus.
Gaebelein menulis, to honor () is more than obey. It is to respect and
esteem. Obedience on the part of children consist in listening to the advice given
by parents (hypakoute).15 Artinya menghormati bukan hanya sekedar taat bahkan
lebih dari itu, tetapi lebih mengarah kepada soal tanggung jawab dan menghargai.
Ketaatan hanya ada dalam bagian seorang anak mendengarkan masukan atau
saran dari orang tua.
Jadi menghormati orang tua merupakan suatu perintah dan kewajiban dari
seorang anak terhadap orang tua secara terus menerus. Penghormatan adalah lebih
dari ketaatan, yaitu menghargai dan mengasihi mereka. Perintah utama untuk
menghormati orang tua diberikan dengan disertai janji yaitu menjadi berhasil dan
berumur panjang di bumi.
Kata (promise), yang digunakan dalam bentuk (noun, fem, sing, dativ).
Primarily alawterm, dehoting a summons (epi, upon, angello, to proclaim,
14

Friberg, Analytical Greek Lexicon (Bibleworks 8).


Samuel Bagster & Sons LTD, The Analytical Greek Lexicon (London: Marylebone
Lane, 405)
15

28

announce), also meant an undertaking to do or give something a promise. Di


dalam 2 kor. 1:20 the plural is used of every promise by God.16 Allah mengasihi
umat-Nya, perintah untuk taat kepada orang tua disertai dengan suatu janji. Ini
penting bahwa janji itu adalah berasal dari Allah (kel. 20:12, Ul. 5:16). Dalam
kasih-Nya, Allah tidak pernah lupa untuk menepati janji.
Menurut Warren Wiersbe, janji dalam ayat 3 ini sebenarnya berkenan
dengan orang-orang Yahudi pada waktu mereka memasuki tanah Kanaan, tetapi
Paulus menerapkannya pada orang orang Kristen pada Zaman sekarang.17 Abineno
menambahkan, anggota anggota jemaat di efesus adalah orang orang yang
berasal dari bangsa kafir. Sesuai dengan itu, maka yang Paulus maksudkan disini
dengan - epi tes ges (dibumi) bukanlah tanah Kanaan, tetapi bumi
atau dunia, dimana mereka diam.18 Paulus menasehatkan bapak - bapak untuk
tidak membangkitkan amarah pada anak - anak mereka. Bengel, setelah
mempertimbangkan mengapa perintah itu secara mutlak ditujukan kepada bapak bapak, berkata bahwa ada semacam bakat kesabaran yang dimiliki oleh kaum ibu,
sedangkan bapak - bapak lebih mudah terbawa oleh kemarahannya (Kol. 3:21)
Kata

(pres,

aktif,

imperative)

dapat

diterjemahkan,

mengganggu, memanaskan hati, membuat menjadi marah, membangkitkan


amarah, seorang ayah harus menyerah atau mau mengaku salah ketika dia
memang bertindak tanpa alasan kepada anak - anaknya.19
Seperti apa yang sudah dijabarkan diatas, istilah anak yang dipakai Paulus
diterjemahkan dari kata = tekna dalam bentuk neuter, dengan demikian
16

Frank Gaebelein, The Exspositors Bible Commentary (Grand Rapids,


Michigan:Zondervan Publishing House, 1978), 80-81
17
Waren Wiersbe, Kaya Di Dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1976), 143
18
J.L. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab: Surat Efesus (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1971),
210
19
Kenneth Barker (ed), NIV Study Bible (Michigan: Zondervan, 1985), 1799

29

mengandung makna laki laki maupun perempuan. Walaupun pada masa itu anak
perempuan nampak kurang berharga jika dibandingkan dengan anak laki laki,
tetapi nampaknya Paulus tidak memandang pembatasan tersebut.20
Ada beberapa jenis kata yang digunakan dalam konsep Yunani tentang
anak dan kata menunjuk pada anak sampai usia 7 tahun. Kata ini juga
menunjuk kepada anak sebagai hasil keturunan orangtua. Dan sering
menunjukkan relasi Allah sebagai Bapa kita (Luk.11:13, Mat.7:11).21
Kata berikut yang digunakan Paulus adalah merupakan suatu
perintah. Kata dapat diartikan mengasuh (NIV: bring them up).22
Menurut Talmud, seorang ayah memiliki 5 tanggung jawab terhadap anak
laki-lakinya, Yaitu:23

Mengajarkan taurat
Menyunat
Menebus anak sulung dari Tuhan
Mencari istri
Mengajarkan suatu keahlian
Istilah

(paidea)

menerangkan

bagaimana

mengasuh

dan

menangani anak yang sedang bertumbuh, yang mana membutuhkan suruhan,


ajaran, perintah, dan mungkin sedikit paksaan untuk disiplin atau hukuman.24
Kata ini biasanya digunakan dalam konteks pendidikan keluarga.
Pendidikan formal Yunani di mulai di sekolah dasar (untuk anak laki-laki) pada
umur 7-15 tahun. Di sana mereka belajar atletik, puisi, filosofi, drama, music, dan
20

Klyne Snodgrass, Ephesians, The NIV Aplication Commentary (Michigan: Zondervan,


1996), 322
21
19Colin Brown (ed), Dictionary of New Testament Theology, Vol I (Michigan:
Zondervan, 1986), 280
22
Ibid, 286
23
J.L. Parker & Merril C. Tenney, Ensiklopedi Fakta Alkitab (Malang: Gandum Mas,
2001), 849 - 850
24
Gerhard Kittel & Gerhard Fiedrich, Theological Dictionary of The New Testament, Vol
5 (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 1976), 96

30

pidato. Setelah itu, mereka yang ingin melanjutkan dapat memasuki gymnasium.
Seorang ayah Yahudi yang ideal harus memiliki keseimbangan antara kasih dan
ketegasan.25
Kata (nouthesia) menunjuk kepada peringatan, teguran, nasihat yang
baik.26 Jika paidea lebih berbicara masalah tindakan, maka nouthesia lebih
berbicara mengenai kata-kata. Seorang ayah Kristen yang baik harus mengajarkan
anak-anaknya dengan tindakan dan kata-kata, dan semua harus bersumber kepada
Tuhan.

D.

Remaja
a. Pengertian dan masa remaja

Pengertian Remaja adalah - Istilah adolesence atau remaja berasal dari


bahasa Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa,
dalam perkembangan menuju dewasa (Monks, 2001). Menurut Piaget (dalam
Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak
matang secara seksual dan berakhir sampai ia matang secara hukum. Penelitian
tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja
menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja
berbeda dengan pada akhir masa remaja (Hurlock, 1999), oleh sebab itu masa
remaja masih dibedakan dalam fase-fase tertentu.

25
23J.L. Parker & Merril C. Tenney, Ensiklopedi Fakta Alkitab (Malang: Gandum Mas,
2001), 850
26
Gerhard Kittel & Gerhard Fiedrich, Theological Dictionary of The New Testament, Vol
5 (Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 1976), 1020

Hurlock (1999), membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa
remaja awal dan masa remaja akhir. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari
usia 1316 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 17 tahun sampai 18
tahun, yaitu usia yang dianggap matang secara hukum.
Masa

remaja

merupakan

masa

pertumbuhan/perkembangan.

Perkembangan yang dimaksud bukan dalam arti seakan - akan dalam masa remaja
seseorang baru mulai berkembang didalam kehidupannya. Pada masa remaja,
dapat dikatakan seseorang mengalami perkembangan yang khusus. Dalam
perkembangan itu, seorang remaja berada dalam masa peralihan, yaitu
perkembangan dari seorang anak menjadi seorang dewasa.
b.

Perkembangan fisik, kognitif dan spiritual remaja


Untuk mengawali pengenalan kita mengenai perkembangan masa remaja,

terlebih dahulu meninjau batasan umur seorang remaja. Diharapkan usaha untuk
membuat batasan umur ini akan membantu dalam menghindari kekaburan
menentukan masa remaja.27
1.

Umur
Mengenai umur masa remaja, ramplein membagi masa remaja antara umur

11 sampai 21 tahun, yang digolongka menjadi:


a. Pra pubertas, umur 10 - 13 (wanita), 12-14 tahun (laki laki)
b. Pubertas, umur 13- 15 tahun (wanita), 14-16 tahun (laki laki)
c. Krisis remaja, umur 15-16 tahun (wanita), 16-17 tahun (laki laki)
d. Adolesensi, umur 16-20 tahun, (wanita), 17-21 tahun (laki laki).
Powel membagi masa remaja menjadi: pre-adolescence from ten to
twelve years; early adolescence from thirteen to sixteen years; and late
27

Y. Bambang Mulyono, Mengatasi Kenakalan Remaja

adolescence from seventeen to twenty one years. 28 Ibu Singgih D. Gunarsa


menentukan masa remaja adalah sekitar umur 12-22 tahun. 29 Seorang ahli lain,
yaitu Luella Cole berpandangan bahwa masa adolescence adalah sekitar umur 1321 tahun. Beliau membagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: early adolescence 13 to
15 years, middle adolescence 16 to 18 years, and late adolescence 19 to 21 years.30
Sebagai seseorang yang sedang masuk dalam tahap dewasa, remaja
mengalami

perkembangan

atau

pertumbuhan

pertumbuhan

untuk

memungkinkan menjadi seorang dewasa. Pada setiap tahap atau masa


perkembangan terdapat ciri perkembangan yang berbeda beda. 31 Sehingga masa
remaja (13-21 tahun) memiliki ciri ciri perkembangan yang khas dan kelihatan
menonjol yang jauh berbeda dengan ciri ciri perkembangan masa anak atau
masa dewasa penuh.
2.

Fisik
Secara fisik yaitu tubuh/jasmani, remaja mengalami pertambahan tinggi

badan dan berat badan. Untuk remaja pria dimulai sekitar umur 10, 5 sampai 16
tahun; sedang remaja putri kecepatan pertumbuhannya sudah dimulai antara umur
7, 5 tahun dan 11, 5 tahun dengan umur rata rata 10,5 tahun. Puncak
penambahannya tercapai pada umur 12 tahun, kurang lebih 6-11 cm setahun.
Selain pertumbuhan tinggi badan, remaja juga mengalami pertambahan
berat badan yang kurang lebih berjalan pararel dengan tambahnya tinggi badan.
Karena pertambahan berat badanyang terbanyak ada pada pertumbuhan bagian
28

Marvin Powel, The Psychology Of Adolescence, The Bobs Merril


Company, Inc, New York, 1963
29
27Dra. Singgih D. Gunarsa, Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja,
Bpk. Gunung Mulia Jakarta, 1978
30
Luella Cole, Psycology Of Adolescence, Rinehart And Company, New
York, 1942
31
Pro. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dasar Dan Teori Perkembangan Anak,
Bpk. Gunung Mulia, 1981

kerangka, yang relative merupakan bagian badan yang terberat. Pada anak wanita
pertambahan berat badannya terutama disebabkan oleh bertambahnya jaringan
pengikat di bawah kulit berupa lemak terutama pada paha, pantat, lengan atas dan
dada. Sedang pada anak laki laki lebih disebabkan oleh makin bertambah
kuatnya susunan urat daging.
Karena pertumbuhan anggota anggota badan lebih cepat daripaada
badannya, maka remaja untuk sementara waktu mempunyai proporsi tubuh yang
tidak seimbang. Keadaan ini sering menimbulkan kegusaran bagi remaja. Juga
apabila tubuh terlalu berkembang, yaitu makin tinggi atau makin gemuk terutama
bagi wanita dapat menimbulkan perasaan tertekan; sebab diantara teman
temannya dia menjadi paling tinggi atau paling gemuk.
3.

Perkembangan Seksualitas
Tubuh manusia memiliki hormone hormone karena hipofisa menjadi

masak. Hormon pertumbuhan dikeluarkan oleh lobus frontalis sehingga


memungkinkan seseorang untuk mengalami percepatan pertumbuhan. Misalnya
hormone gonodotrop untuk mempercepat pemasakan sel sel telur dan sel sel
sperma sehingga mempengaruhi produksi hormone kelenjar kelamin. Laki laki
mempunyai hormone kelamin yang disebut testoteron dan anak wanita
mempunyai hormone kelamin yang disebut oestrogen.
Perubahan fisiologis karena pengaruh hormone hormone kelamin
tersebut dalam masa remaja dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
karakter kelamin primer dan karakteristik kelamin sekunder. Selain memiliki
tanda tanda/ karakteristik kelamin primer, remaja juga mengalami tanda tanda/
karakteristik kelamin sekunder. Sedang pada remaja putri karena bertambahnya

jaringan pengikat di bawah kulit yaitu lemak terutama pada paha, pantat, lengan
atas dan dada akan membentuk tubuhnya dengan bentuk kewanitaan yang khas.
4.

Perkembangan Intelektualitas
Pengertian intelektual disini berhubungan dengan kata intelegensi.

Berdasarkan etimologi kata kerjanya adalah inteligere yang menurut pendapat


St.Thomas, terdiri dari adverbiaintus yang berarti: dalam dan kata kerja legere,
yang berarti membaca dimensi dan menangkap. Sehingga inteligere berarti
membaca dimensi dalam segala hal dan menangkap artinya yang dalam.
Dalam

masa

remaja,

kegiatan

intelektual

mulai

berkembang

kemampuannya untuk menangkap arti fundamental sesuatu obyek atau isensisnya.


Seorang remaja tidak akan puas hanya melihat suatu obyek dari segi luarnya.
Tetapi mulai mengambil jarak /distansi agar dapat menemukan jawaban, mengapa
perbuatan itu harus dilakukan atau mengapa hal berbentuk demikian. Mencari
alasan alasan, sebab sebab, arti/makna, tujuan atau fungsi dari obyek
penyelidikannya dan dapat memberi kesimpulan kesimpulan yang logis adalah
kecenderungan intelektualitas remaja. Oleh Prof. Dr.c.a. Van Peursen corak
berpikir demikian disebutnya alam pikiran ontologis. 32 Perkembangan dan daya
intelektual ini merupakan perkembangan psikis atau kejiwaan seseorang. Dengan
kata lain, intelegensi manusia bukan sesuatu yang bersifat immaterial dan
spiritual. Karena itu, intelegensi disamping sebagai daya/kemampuan juga sebagai
jiwa yang melahirkan segala kemampuan. Jadi perkembangan intelektual remaja
mulai aktif adalah dimungkinkan oleh perkembangan spiritual/psikisnya.
5.

Perkembangan Emosionalitas
32

30 Prof. Dr. C.A Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Penerbit


Yayasan Kanisius & BPK Gunung Mulia, 1976

Perubahan dan perkembangan fisik yang dialami oleh remaja juga


mempengaruhi keadaan psikologisnya. Kegoncangan ini mempengaruhi integrasi
antara id, ego, dan superego. Fungsi ego kini berhadapan dengan peranan
superego. Ego membentuk sintesa antara apa yang sudah lewat dan apa yang akan
datang dengan norma - normanya sendiri dalam usahanya untuk menemukan
identitasanya sendiri. Selain itu timbul pula konflik konflik batin dan kekaburan
identitas. Perasaan belum mapan ini sering membawa mereka ke dalam
kegelisahan kegelisahan internal. Misalnya timbul rasa tertekan, kesal hati, ingin
marah, mudah tersinggung, canggung dalam pergaulan.
Dalam proses berkembangnya emosional atau efektifitas, maka celaan atau
kritikan dari lingkungannya seringkali ditanggapi dengan serius dan ditafsirkan
sebagai suatu ejekan untuk meremehkannya. Remaja dalam perkembangannya ini
memiliki kepekaan dan sensitivitas yang kuat. Apalagi bila lingkungan terutama
keluarga, orangtua dan sekolah menunjukkkan perasaan tidak senang karena
remaja tersebut tampangnya kurang menguntungkan, kurang cerdas; sehingga
mereka melihat dengan sebelah mata dan sinis, maka sikap orang lain tersebut
dapat mengganggu afektifitas seorang anak remaja. Jika afektifitas seorang anak
remaja terganggu, maka dia menjadi seorang yang emosional atau neorotis.
Labilnya afektifitas ini sering disebabkan oleh factor lingkungan yang kurang
menguntungkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa labilnya afektifitas remaja pada
satu pihak dapat disebabkan karena factor dari pengaruh pertumbuhannya, tetapi
pada pihak lain juga disebabkan karena lingkungannya. Afektifitas remaja yang
terganggu terlalu berat akan terus mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Trauma

itu akan merupakan suatu penderitaan yang sulit disembuhkan atau dilupakan,
sebab bekerja terus di bawah alam sadar.
6.

Perkembangan Sosial
Lingkup interaksi remaja yang semula pada masa kanak kanaknya hanya

terbatas pada relasi dengan orang tua dan anggota keluarga. Kemudian meningkat
dalam relasi dengan tetangga dan teman sekolah. Pada masa remaja persahabatan
terutama dengan teman teman sebaya lebih didasari oleh rasa solider. Remaja
memang membutuhkan lingkungan pergaulan sebaya yaitu sahabat dan teman
teman barunya karena sesuai dengan manifestasi perkembangan kepribadiannya.
Ciri khas hubungan social lain dalam masa remaja adalah timbulnya rasa
tertarik terhadap jenis kelamin lain. Perasaan romantic merupakan fenomena yang
wajar dalam masa remaja.
7.

Perkembangan Relegiusitas
Dimensi dari hakekat manusia adalah bahwa dia mahkluk relegius yang

menyadari akan adanya kuasa yang lebih tinggi, ada yang mutlak, ada yang ilahi,
yang trasenden dan ada yang tidak terungkapkan dalam kata - kata dan bahasa
manusia. Realitas Ilahi itu kadang kadang begitu menakjubkan, sangat ajaib
(mirum) sehingga kita gemetar dihadapanNya, timbul rasa takut terhadap murka
Allah yang tak terelakkan sebab Dia penuh kuasa (tremendum); walaupun
demikian, Dia juga menampakkan kebaikan, belas kasihan dan rahmat-Nya
(fascinans). Dapat disimpulkan bahwa pengalaman relegius manusia meliputi
pengalaman mysterium tremendum et fascinans33
c. Pergumulan Dan Persoalan Remaja

33

Dr. Th. Huijbers OSC, Manusia Mencari Allah, Penerbit Kanisius, 1982

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa


dewasa. Pada masa peralihan ini, para remaja akan mencoba mencari jati diri
mereka. Oleh karena itu, mereka akan sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan
di sekitar mereka dan jika salah memilih panutan, mereka akan bertumbuh dan
berjalan ke arah yang salah. Remaja tentunya membutuhkan bimbingan dari orang
dewasa yang sehat secara rohani sehingga mereka dapat bertumbuh dewasa di
dalam pengenalan akan Kristus. Pergumulan pada masa remaja yang memiliki
kekhasan tersendiri ini seharusnya dipahami dan disikapi dengan bijaksana oleh
para orang tua dan pihak gereja yang membimbing mereka. Bimbingan rohani
kepada para remaja ini sangatlah penting supaya remaja-remaja kita dapat
bertumbuh menjadi orang Kristen dewasa yang dapat memberikan dampak positif
bagi keluarga, masyarakat, gereja, bangsa dan negara, bahkan dunia.
Di tengah-tengah globalisasi dunia, anak-anak remaja diperhadapkan
dengan permasalahan yang sama di negara mana pun mereka tinggal. Ketika
anak-anak kita memasuki masa remaja dan dewasa, mereka akan menghadapi
tantangan-tantangan perdana atas iman kepercayaan mereka. Mereka dihadapkan
pada kenyataan bahwa orangtua, guru, dan gembala mereka.
Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap
dialami remaja adalah pergolakan rohani. Dalam pergolakan rohaninya, remaja
mulai menolak nilai-nilai yang tadinya mereka percayai. Berikut akan dipaparkan
enam penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua.
Pada masa remaja, anak akan: mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan
melihat jauh ke depan. Berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan
hormonal sehingga rawan mengambil keputusan.

Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap
dialami remaja adalah pergolakan rohani. Dalam pergolakan rohaninya, remaja
mulai menolak nilai-nilai yang tadinya mereka percayai. Berikut akan dipaparkan
enam penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua.
Pada masa remaja, anak akan:
1. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke depan.
2. Berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan hormonal sehingga
rawan mengambil keputusan secara impulsif.
3. Mengembangkan kemandirian dan salah satu bentuknya adalah memiliki
pemikiran dan pendapat sendiri.
4. Memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos kepada
pelbagai keyakinan rohani dan moral yang lain.
5. Berhadapan dengan godaan dosa dalam volume yang tinggi sekaligus
dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan.
6. Berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan.

d. Hal - Hal Positif Dan Negative Dari Remaja


Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap kepribadian seorang
remaja, tentu saja karena ini merupakan hubungan langsung yang mempengaruhi
perilaku seorang remaja. Lingkungan yang paling berhubungan dengan kondisi
remaja

adalah

lingkungan

dimana

dia

tinggal

dan

bersosialisasi.

Lingkungan di sekolahnya adalah tempat sehari- hari dimana dia bersosialisasi


bersama teman- temannya, tentunya juga dengan pergaulan yang baik dan buruk.
Berada di sisi dan bergaul langsung dengan teman- teman sekolahnya merupakan

cara terbaik seorang remaja berkomunikasi, pergaulan mereka pun tentunya di


penuhi dengan pergaulan yang negatif dan juga pergaulan yang positif.
Salah satu pergaulan positif adalah mereka bisa belajar dan berbagi cerita
bersama, tentunya ini akan meningkatkan rasa pertemanan dan juga persaudaraan
mereka. Ada kalanya remaja untuk saling berbagi curahan hati, hal ini juga bisa
membuat mereka lebih berpikir positif dan juga belajar untuk memberi dan
menerima saran dari temannya yang tentu saja dalam hal yang positif.
Pergaulan di lingkungan sekolah juga tidak selamanya positif, dalam hal
negatif, misalnya ada beberapa teman yang sering datang terlambat, tidak
mentaati peraturan di sekolah mereka, tidak mengerjakan tugas mereka, dalam hal
ujian mereka juga tidak jujur, dan bahkan sampai terjadi perkelahian antar teman
di sekolahnya. Hal- hal negatif seperti ini bisa saja menular pada teman- temannya
yang lain, dampak negatif yang buruk, yang terkadang ada satu dua remaja yang
membawa dampak buruk ini dari luar dan menyebarkan di sekolah. Banyak yang
terbawa pergaulan negatif dikarenakan mereka terlalu sering bersama dan bergaul
dalam hal tidak baik.
Selain lingkungan sekolah, lingkungan rumah juga berpengaruh sangat
pada kepribadian seorang remaja. Keluarga yang harmonis, saling menyayangi,
membantu satu sama lain dan mementingkan kepentingan orang lain bisa
membawa hal positif bagi perilaku remaja. Sebaliknya juga jika suasana di rumah
begitu runyam, seringnya terjadi pertengkaran antara orang tua atau bahkan antara
saudara mereka sendiri, terkadang hal ini malah membuat remaja menjadi stres
dan akhirnya tidak betah di rumah. Jika seorang remaja sudah tidak betah tinggal

di rumah, tentu dia akan berkeliaran ke tempat dimana teman- temannya


berkumpul.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan mengemukakan mengenai metodologi


penelitian yang membahas enam pokok pembahasan yakni: tujuan khusus
penelitian, latar, tempat dan waktu penelitian, paradigma penelitian, pendekatan
dan metode/jenis penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan
interpretasi data kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dan penelitian.

A. Tujuan Khusus Penelitian


Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam bab 1, maka penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tinjauan Makna Taat Kepada Orang Tua Dalam
Kitab Efesus 6:1-4 dan Implikasinya Bagi Remaja Di Gereja Bethel Indonesia
Batu Aji Genta 1 Cabang Tabga Batam. Tinjauan adalah pemeriksaan yang teliti,
penyelidikan, kegiatan pengumpulan data, pengolahan, analisa, dan penyajian data
yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu
persoalan.
Untuk itu secara khusus tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.

Untuk memperoleh pemahaman yang sesungguhnya mengenai makna


taat kepada orang tua dalam kitab Efesus 6:1-4 bagi remaja di Gereja
Bethel Indonesia Batu Aji Genta 1 cabang Tabgha Batam.

2.

Untuk mengetahui implementasi makna taat kepada orang tua dalam


kitab Efesus 6:1-4 bagi remaja di Gereja Bethel Indonesia Batu Aji
Genta 1 Cabang Tabgha Batam.

B. Latar Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji


Cabang Tabgha Batam. Daftar Gereja Bethel Indonesia Batu Aji Genta 1 adalah
gereja yang berdiri pada tahun 2002 yang digembalakan oleh pendeta H.Boyke.
Pangalila, yang jumlah jemaatnya berjumlah 140, anak sekolah minggu sekitar 30
orang, remaja dan pemuda berjumlah 35 orang , dan berdiri pada tahun 2004.

C. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian - bagian berfungsi
(perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Kuhn (1962
dalam The Structur of Scientific Revolusion) mendefenisikan paradigma ilmiah
sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, contoh - contoh
termasuk hukum, teori, aplikasi, dan instrumentasi secara bersama- sama yang
menyediakan model yang darinya muncul tradisi yang koheren dari penelitian
ilmiah.34
Cappra (1996) mendefenisikan paradigma sabagai konstelasi konsep, nilainilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang
membentuk

visi

khusus

tentang

realitas

sebagai

dasar

tentang

cara

mengorganisasikan dirinya.35
Paradigma yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
paradigma alamiah yang lebih dikenal dengan pandangan fenomenologis.
Fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir

34
35

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2013), 49.


Ibid, Lexy J. Moleong, Metodologi,49

maupun bertindak orang orang itu yang dibayangkan atau dipikirkan oleh orangorang itu sendiri.36
Emzir menyatakan bahwa penelitian fenomenologis melihat secara dekat
interpretasi individual makna dari tentang pengalaman-pengalamanya. Penelitian
fenomenologis berusaha memahami makna dari sebuah pengalaman dari
perspektif partisipan. Mereka memperkenalkan bahwa terdapat banyak cara yang
berbeda untuk menginterpretasikan pengalaman yang sama dan tidak pernah
berasumsi bahwa mereka (peneliti) mengetahui apa makna sesuatu bagi orang
yang mereka teliti. Karena peneliti fenomenologis menghargai bahwa pengalaman
bervariasi dan kompleks, mereka biasanya mengumpulkan sejumlah data
melampaui waktu dari partisipan mereka.37
Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti
fenomenologis seperti yang dinyatakan oleh Moleong yaitu:
1.

Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan naturalism


yaitu yang disebut obyektivisme dan positivism, yang telah
berkembang sejak zaman renaisans dalam ilmu pengetahuan modern
dan teknologi.

2.

Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang


mengaju pada apa yang dinamakan oleh Husserl, evidenz yang dalam
hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara
jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu
dari segi itu.

36
37

Ibid, Lexy J. Moleong, Metodologi.,52


Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Raja Girafindo,2012),

3.

Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda


yang ada dalam 38dunia alam budaya.

D. Pendekatan, Metode Dan Teknis Penelitian


Sesuai dengan pemaparan diatas, maka pendekatan penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif, dengan menggunakan paradigma naturalistic, dan
karena penelitian ini adalah untuk meneliti pemahaman kerangka berpikir maupun
tindakan yakni mengenai pemikiran Makna Taat Pada Orang Tua Dalam Kitab
Efesus 6:1-3 Dan Implementasinya Bagi Remaja Di Gereja Bethel Indonesia Batu
Aji Genta 1 Batam, maka jenis penelitian adalah pendekatan fenomenologis.
Fenomenologis adalah salah satu metode penelitian yang berusaha memahami dari
segi kerangka berpikir maupun bertindak orang-orang itu yang dibayangkan atau
dipikirkan oleh orang-orang itu sendiri.39
Moleong menyatakan dengan jelas beberapa karakteristik penelitian
kualitatif, yakni (1) latar alamiah, (2) Manusia sebagai (instrument) pengumpul
data, (3) Metode kualitatif, (4) Analisis data secara induktif, (5) Penyusunan teori
dibawah ( grounded theory), (6) Deskriptif, (7) Lebih mementingkan proses
daripada hasil, (8) Adanya batas yang ditentukan oleh focus, (9) Adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data, (10) Desain bersifat sementara, ( 11) Hasil
penelitian dirundingkan dan disepakati bersama,40
Adapun penelitian kualitatif menggunakan metode-metode ilmiah untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu dengan langkah-langkah, (1)
Mengindentifikasi sebuah topic atau fokos, (2) Melakukan tinjauan pustaka, (3)
38

Ibid, Emzir,Metodologi,15
Ibid,Emzir, Metodologi..52
40
Ibid, Emzir, Metodologi8-13.
39

Mendefinisikan peran peneliti, (4) Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga
hubungan baik di lapangan, (5) Memilih partisipan, (6) Menulis pertanyaan pertanyaan bayangan, (7) Pengumpulan data, (8) Analisis data, (9) Interpretasi dan
disseminasi hasil.41

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, sebelum penulis mengumpulkan data harus
mengetahui teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Metode pengumpulan
data yang ada di harapkan dapat menolong penulis untuk mengumpulkan data
secara cepat dan efisien. Penulis membutuhkan teknik pengumpulan data yang
membantu penulis untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karna tujuan utama
dalam

penelitian

adalah

mendapatkan

data.

Tanpa

mengetahui

teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang di tetapkan. Empat macam teknik pengumpulan data yaitu,
Obserpasi, Wawancara, Dokumentasi, Dan Gabungan Triangulasi.
Pengumpulan data melalui wawancara menjadi alat dasar yang penulis
pakai dalam penelitian ini. Menurut Hasan (1963) wawancara dapat didefinisikan
sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling
berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi
atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan
keyakinan42. Esterberg mendefinisikan bahwa wawancara merupakan pertemuan

41
42

Ibid, Emzir, Metodologi14-17.


Ibid,Emzir, Metodologi.,50

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalului tanya jawab sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu.43
Adapun maksud dari sebuah wawancara menurut Moleong berpijak dari
pendapat Lincoln dan Guba, antara lain: Mengkontruksikan mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, kebulatan,
mengkontruksikan kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu,
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami
pada masa yang akan datang, memverifikasi mengubah dan memperluas informasi
yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia
(trianggulasi); dan memperivikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.44
Karakteristik wawancara menurut Emzir adalah wawancara harus
mempunyai tujuan tertentu agar tidak menjadi percakapan yang tidak sistematis
atau melakukan pengamatan yang tidak mempunyai ujung pangkal. Oleh karena
itu, peneliti yang melakukan wawancara tiga kewajiban, yaitu: (1) Memberitahu
informan tentang hakikat penelitian dan pentingnya kerjasama mereka dengan
peneliti, (2) Menghargai informanatas kerjasamanya, (3) Memperoleh informasi
dan data yang diinginkanya.45
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah
wawancara terbuka yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang
mengandung jawaban terbuka.46 Wawancara ini bersifat santai, susunan
43

Sugiyono, Metode penilitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta,


2013), 231.
44
Sugiyono, Metode...186.
45
Sugiyono, Metode, 50
46
Sugiyono, Metode, 51

pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada
saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat wawancara,
termasuk karakteristik social budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan) responden yang dihadapi,47
Pengumpulan data melalui yang telah penulis laksanakan terlebih dahulu
didukung oleh data obsevasi dilapangan penelitian. Observasi yang dilakukan oleh
penulis menstimulasi penulis untuk menulis karya ilmiah ini. Sanfiah Faisal
(1990) mengklarifikasikan observasi menjadi observasi berprestasi, observasi
yang secara terang-terang dan tersamar, dan observasi yang berstruktur.
Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi menjadi
empat yaitu, observasi yang pasif, observasi yang moderat, observasi yang aktif,
dan observasi yang lengkap.48
Spradley menjelaskan bahwa observasi pasif yaitu dalam hal ini peneliti
datang ditempat kegiatan orang yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut. Observasi partisifatif moderat yaitu daalam observasi ini
terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
Peneliti dalam mengumpulkana data ikut observasi partisifatif dalam beberapa
kegiatan, tetapi semuanya. Partisifatif aktif dalam observasi ini peneliti ikut
melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya
lengkap. Observasi Partisifasi lengkap yaitu dalam melakukan pengumpulan data,
peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi
suasana sudah natural, peneliti tidak terlibat melakukan penelitian. Hal ini

47
48

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2010), 181
Deddy Mulyana, Metodologi, 226

merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktifitas kehidupan yang


di teliti.49

F. Analisis Data Dan Interpretasi Data


Pada bagian ini dikemukakan dua hal yang saling berhubungan satu
dengan yang lain, yaitu: analisis data dan interpretasi data.

1. Analisis Data
Analisis data merupakan langkah penulis untuk menganalisa hasil
penelitan lapangan yang telah penulis teliti. Maksud analisa data ini agar penulis
mengetahui makna taat kepada orang tua dalam Kitab Efesus 6:1-3 dan
implemantasinya bagi remaja di Gereja Bethel Indonesia Batu Aji Genta 1 Cabang
Tabgha Batam. Moleong mengatakan bahwa proses analisa data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam bentuk catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar, photo, dsb. Dan setelah data-data yang ada
dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah Mengadakan reduksi
data, menyusunnya dalam satuan-satuan, kemudian dikategorisasikan sambil
melakukan koding, tahap akhir dari analisis data, ialah mengadakan pemeriksaan
keapsahan data.50
Analisis data (Bodgan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan
dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
49
50

Deddy Mulyana, Metodologi, 227


Deddy Mulyana, Metodologi, 247

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Tahapan dan analisis data Seiddel (1998) yaitu:
a.

Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi


kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b.

Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan,


membuat iktisar dan membuat indeksnysa.

c.

Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai


makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.51
Adapun analisis data yang penulis lakukan yaitu:

a. Analisis Domain
Analisis domain yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari
objek penelitian atau situasi social. Melalui pertanyaan umum dan pertanyaan
rinci peneliti menemukan berbagai kategori atau domain tertentu sebagai
penelitian selanjutnaya.52 Adapun langkah yang digunakan dalam analisis domain
adalah : ((1) pilih sebuah hubungan semantic tunggal, (2) persiapan sebuah lembar
kerja analisis, (3) pilih sebuah sampel dari entri catatan lapangan , (4) cari istilah
cover dan istilah tercakup yang mungkin melengkapi hubungan semantic, (5)
ulangi pencarian domain-domain menggunakan sebuah hubungan semantic yang
berbeda, (6) buat sebuah daftar semua domain yang sudah terindetifikasi.53

51

Deddy Mulyana, Metodologi...,248


Deddy Mulyana, Metodologi209.
53
Deddy Mulyana , Metodologi,220-229
52

b. Analisis Taksonomi
Analisis Taksonomi yaitu menjabarkan domain - domain yang dipilih
menjadi lebih rinci untuk mengetahui srtuktur internalnya. Hal ini dilakukakan
dengan melakukan pengamatan yang lebih terfokus. Langkah langkah yag
dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu: (1) pilih sebuah domain untuk analis
taksonomi, (2) melihat kesamaan berdasarkan pada hubungan, (3) mencari istilah
tercakup tambahan, (4) mencari yang lebih luas, domain-domain yang lebih
inklusif yang mungkin dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang
dianalisis, (5) bangun sebuah taksonomi tentative, (6) melakukan observasi
terfokus untuk memeriksa analisis, (7) membangun taksonomi yang lengkap.54

2. Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang
lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan.
Pembahasan hasil penelitian dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis
dengan teori yang relevan dan informasi yang akurat dari lapangan.
G. Kriteria Dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data merupakan bagian penting dalam penelitian
kualitatif, karna keabsahan data mempengaruhi hasil penelitian.

1. Kriteria
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlakukan kriteria
dan teknik pemeriksaan data. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu:
a. Kepercayaan (Credibillity)
54

Deddy Mulyana, Metodologi238 -245.

Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif.


Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan ganda yang sedang diteliti.

b. Keteralihan (Transferability)
Berbeda dengan faliditas external dari nonkualitatif. Konsep faliditas itu
menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan
pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang
diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi itu.
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada persamaan antar konteks
pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti
hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan
konteks.
c. Kebergantungan (Dependebelity)

Merupakan subtitusi istilah reabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif,


reabilitas ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika beberapa kali
diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya
secara esensial sama, maka dikatakan realibitasnya tercapai.

d. Kepastian (Confirmability)

Berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif. Disini pemastian


bahwa sesuatu itu objektif atau tidak pada persetujuan beberapa orang terhadap

pandangan,

pendapat

dan

penemuan,

seseorang.

Objektifitas

penelitian

mengandung unsur kualitas, arti bahwa yang objektif adalah yang dapat
dipercaya, factual dan dapat dipastikan. Karna itu, penelitian kualitatif yang
demikian tidak mengandalkan pada orang (yang diteliti) melainkan pada data
objektif.

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Keempat kriteria diatas, diterapkan dalam teknik pemeriksaan keabsahan
data. Ada 10 (sepuluh) teknik pemeriksaan keabsahan data, yakni perpanjangan
keikutsertaan,

ketekunan

pengamatan,

trianggulasi,

pengecakan

sejawat,

kecukupan referensial, kajian kasus negative, pengecekan anggota, uraian rinci,


audit kebergantungan (kriteria kebergantungan) dan audit kepastian (kriteria
kepastian), namun hanya tidaksemua peneliti lakukan karena disesuaikan
ketercapaian data yang sesuai dengan kriteria keabsahan data.

a. Perpanjangan Keikutsertaan
Rencana waktu penelitian adalah mulia Oktober 2015 Desember 2015
namun apabila waktu yang ditetapkan ini belum cukup, maka waktu penelitian
akan diperpanjang sesuai keperluan. Perpanjangan waktu penelitian juga termasuk
upaya perpanjangan keikutsertaan juga bisa di ikuti dengan penambahan
informasi sesuai dengan keperluan penelitian. Maksud perpanjangan waktu dan
penambahan informasi adalah untuk mendapatkan kesempatan dalam upaya
mengurangi distorsi data. Distorsi data bisa terjadi karena ketidaksengajaan, baik

yang dilakukan oleh peneliti atau informan. Berkenaan dengan kesalahan datadata penulis akan mengadakan penelitian ulang demi keabsahan data.

b. Ketekunan Pengamatan
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti berusaha semaksimal mungkin
melaksanakan pengamatan dan wawancara secara tekun, artinya teliti, rinci,
konsisten, dan berkesinambungan. Ketekunan dalam melakukan wawancara itu
menghasilkan kedalaman data yang diperoleh.

c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain. Ada empat teknik trianggulasi yakni, Memanfaatkan sumber,
Metode, Peneliti lain dan teori. Berkenaan dengan trianggulasi, peneliti akan
menggunakan keempat teknik yang ada ini.
Pertama

peneliti

menggunakan

trianggulasi

sumber

adalah

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang


diproleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dilakukan setelah mendapat
informasi yang meragukan atau kurang jelas atau samar-samar dari informan,
peneliti akan menanyakan pada orang lain, dengan cara, 1). Membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2). Membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, 3).
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, 4). Membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang, dengan berbagi pendapat dan pandangan orang seperti

rakyat biasa, orang berpendidikan, orang berbeda, dan profesi lainnya, 5).
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Kedua, trianggulasi metode adalah 1). Pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, 2). Pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama untuk
sumber yang berbeda tetapi masih sangat dekat dengan inforrman.
Ketiga, trianggulasi dengan memanfaatkan peneliti lainnya untuk
mengecek kembali derajat kepercayaan data. Trianggulasi ini akan menolong
untuk meminimalkan penyimpangan data.
Keempat, trianggulasi dengan teori-teori dimana peneliti akan mencari
penjelasan pembanding berupa pendapat-pendapat, hasil atau temuan penelitian
yang sudah disajikan dalam bentuk: Jurnal ilmiah, Buku-buku refrensi. Hal itu
dilakukan terutama pada pembahasan hasil penelitian.

d.

Uraian Rinci
Sejak pengumpulan data dilapangan dimulai peneliti telah berupaya secara

maksimal untuk menemukan data secara terperinci. Demikian pula peneliti


berusaha untuk mengungkapkan secara terperinci proses penelitian, data yang
diperoleh, analisis data, temuan penelitian dan implikasinya, sehingga pembaca
dapat memahami secara mudah, lengkap menyeluruh mengenai penelitian ini.

e.

Audit Kebergantungan

Adapun langkah-langkah yang penulis akan lakukan berkenaan dengan


proses auditing, yaitu praentri, penetapan dapat diaudit, kesepakatan formal dan
penentuan keabsahan data.

f. Praentri
Pada tahap ini peneliti mengadakan pertemuan dengan auditor hasil
penelitian dilapangan yang telah diketik, disusun rapi dan sistematis untuk
membahas laporan penelitian yang dituangkan dalam suatu tulisan. Berkenaan
dengan itu, peneliti akan memberikan penjelasan sejauh yang penulis ketahui dan
menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh para promotor.

g. Penetapan Dapat di Audit


Pada tahap ini peneliti menyiapkan berbagai hal yang berkenaan dengan
proses dan hasil penelitian, yang telah disusun sedemikian rupa termasuk
pembuatan kode-kode pada catatan lapangan agar memudahkan penelusuran data
dam pengklasifikasian data. Peneliti juga menyediakan waktu yang secukupnya
untuk berkonsultasi dengan promotor satu atau dua dalam menentukan apakah
penelitian diteruskan, diperbaiki, ditangguhkan dan dihentikan.

h.

Kesepakatan Formal
Pada tahap ini, peneliti akan mengadakan kesepakatan dan persetujuan

tertulis berkenaan dengan batas waktu pelaksanaan, tujuan pelaksanaan,


pelaksanaan audit, penjabaran kedua belah pihak, format yang diperlukan sebagai
kerangka laporan.

i. Penentuan Keabsahan Data


Penelusuran auditing ini meliputi pemeriksaan terhadap kriteria kepastian
dan kriteria kebergantungan. Cara pemeriksaan kriteria kepastian yaitu:
Pembimbing memastikan apakah hasil penemuan itu benar-benar berasal dari
data, memeriksa kelogisan kesimpulan yang ditarik, menilai ketelitian penelitian
dan menelaah kegiatan peneliti dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data.
Cara yang dilakukan dalam pemeriksaan kriteria kebergantungan yaitu,
pembimbing memeriksa pelaksanaan inkuiri dan metodologi. Tahap terakhir
pembimbing akan memberikan umpan balik, berunding dengan peneliti dan
selanjutnya menuliskan hasil pemeriksaannya. Hasil penelaah peneliti dibicarakan
dan dibahas bersama-sama.55

55

Deddy Mulyana, Metodologi, 324-342.

BAB IV
PEMBAHASAN DATA PENELITIAN

A. Analisa Data Taksonomi


1. Sub Fokus Pemahaman Mengenai Makna Taat Kitab Efesus 6:1-4
a. Mendengar Istilah Taat
Dari hasil penelitian mengenai mendengar istilah taat, dari responden
yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua anak remaja di gereja Bethel
Indonesia Genta 1 Batu Aji. Dari data ini ditemukan bahwa pelayan pada
umumnya telah mendengar mengenai taat.

b. Pengertian Taat
Dari hasil penelitian mengenai pengertian taat, dari Pembina remaja dan
orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji mengenai pengertian
taat, dari data yang diperoleh dari responden, rata-rata sudah mengerti pengertian
taat yang dimaksudkan dalam Efesus 6:1-4.

c. Tunduk Merupakan Dari Ketaatan.


Dari hasil penelitian mengenai tunduk merupakan dari taat, dari responden
yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia
Genta 1 Batu Aji, ditemukan bahwa: responden setuju bahwa tunduk merupakan
bagian dari taat.
d. Pengertian Tunduk
Dari hasil penelitian mengenai pengertian tunduk, dari responden yakni
pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia Genta 1

58

Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: (1) melakukan segala sesuatu dengan
jujur, (2) melakukan segala sesuatu dengan ketulusan (3) hidup sesuai dengan
firman Tuhan (4) hidup sesuai firman Tuhan, Dari pemahaman yang di sampaikan
oleh responden, mengenai pengertian tunduk masih terlalu sempit, dimana
berorientasi pada pemahaman pribadi dengan Tuhan, Hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman yang benar akan pengertian tunduk.

e. Kepatuhan Bagian Dari Ketaatan


Dari hasil penelitian mengenai kepatuhan bagian dari ketaatan, dari
responden yakni Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia
Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: para responden setuju dengan
patuh adalah bagian dari ketaatan.

f. Pengertian Kepatuhan
Dari hasil penelitian mengenai pengertian kepatuhan responden yakni
Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu
Aji, ditemukan pengertian bahwa: (1) mengerjakan segala sesuatu dengan tidak
terpaksa (2) mengerjakan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut, (3)
dengar-dengaran kepada orang tua, (4) hidup takut akan Tuhan, (5) hidup takut
akan Tuhan dan dengar-dengaran terhadap orang tua.
Dari data yang ditemukan bahwa responden tidak mengerti arti dari
kepatuhan tersebut. Sesungguhnya kepatuhan itu adalah sikap mendengarkan dan
mangerti satu perintah, tidak melanggar perintah tersebut dalam mengerjakan

59

sesuatu. Hal ini disebabkan tidak selarasnya antara pengetahuan umum dengan
pengetahuan alktabiah.

g. Menghormati orang tua bagian dari ketaatan


Dari hasil penelitian mengenai menghormati orang tua bagian dari
ketaatan, dari responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di
gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa:
responden setuju dengan menghormati orang tua bagian dari ketaatan.

h. Pengertian menghormati orang tua


Dari hasil penelitian mengenai pengertian menghormati orang tua, dari
responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel
Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: (1) mengasihi orang
tua, (2) mengasihi orang tua dengan penuh ketulusan, (3) mengasihi orang tua
dengan tulus, (4) mengasihi orang tua denga cinta kasih.
Dari pemahaman informan, pengertian menghormati orang tua, masih
sangat terlalu sempit, sehingga para pelayanan perlu lagi diberi pengajaran dan
pemahaman yang lebih mendalam lagi tentang jujur, dimana jujur menunjuk pada
integritas

seseorang

dalam

menyelesaikan

tanggungjawab

dengan

baik,

keterbukaan dan terus terang dalam mengerjakan.

i. Kitab Efesus ditujukan untuk pelayan


Dari hasil penelitian mengenai kitab efesus diitujukan untuk pelayan, dari
responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel

60

Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: responden pada


umumnya mengetahui dan setuju bahwa kitab Efesus 6:1-4 ditujukan kepada
remaja.
2. Sub Fokus Implementasi Taat kepada Remaja di Gereja Bethel Indonesia
Batu Aji Genta 1 Cabang Tabga Batam

a. Hubungan kehidupan anak remaja dengan ketaatan


Dari hasil penelitian mengenai pola penginjilan dari responden yakni
pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia Genta 1
Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: rata-rata responden berpendapat hubungan
kehidupan remja dengan ketaatan untuk mendewasakan iman dan mendisiplinkan
diri.
Dari pemahaman pelayan mengenai hubungan remaja dengan ketaatan,
penulis simpulkan bahwa sesunggunhya responden telah mengerti dan mengetahui
hubungan tersebut. Walaupun seperti itu responden juga tetap membutuhkan
pendampingan pengajaran supaya lebih lagi memahaminya.
b. Manfaat Remaja Memiliki Ketaatan.
Dari hasil penelitian mengenai manfaat remaja memiliki ketaatan, dari
responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel
Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: pada umumnya
maisng-masing responden mengerti dan memahami bahwa ketaatan bagi remaja
merupakan salah satu cara mendisiplikan dirinya sendiri.
c. Seorang remaja harus patuh sebagai upaya ketaatan

61

Dari hasil penelitian mengenai seorang remaja harus patuh sebagai upaya
ketaatan, dari responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di
gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa:
responden memiliki pemahaman dan pengertian supaya mereka bertumbuh dalam
iman. Dari hasil penelitian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa
responden telah mengerti dan memahami mengapa remaja harus patuh.

d. Seorang remaja harus tunduk sebagai upaya ketaatan.


Dari hasil penelitian mengenai seorang remaja harus tunduk sebagai upaya
ketaatan, dari responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di
gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa:dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, responden mengerti bahwa seorang remaja harus
tunduk sebagai upaya ketaatan.

e. Seorang anak remaja harus menghormati orang tua.


Dari hasil penelitian mengenai seorang remaja harus menghormati orang
tua, dari responden yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja
Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: secara umum,
para responden mengerti dan memahami secara teologis seorang remaja harus
menghormati orang tua.
e. Seorang remaja harus taat
Dari hasil penelitian mengenai seorang remaja harus taat dari responden
yakni pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia
Genta 1 Batu Aji, ditemukan pengertian bahwa: Pembina remaja dan orang tua

62

remaja di gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji, secara umum mengerti dan
memahami seorang remaja harus taat.
B. Upaya untuk Memahami makna taat dalam kitab Efesus 6:1-4
Penulis memikirkan beberapa hal sebagai upaya yang harus dilakukan
sehingga pelayan Pembina remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia
Genta 1 Batu Aji mengerti apa makna yang sesungguhnya.
Yang pertama yang perlu harus dilakukan terhadap Pelayan Pembina
remaja dan orang tua remaja di gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji, yaitu
menekankan kepada pelayan sangat pentingnya dalam pembacaan Alkitab secara
teratur, sehingga pelayan semakin banyak memahami Alkitab. Yang kedua,
melakukan pendalam-pendalaman alkitab dalam bentuk diskusi, karena menurut
penulis hal ini sangat efektif untuk memperlengkapi para pelayan akan
pendalaman alkitab dan juga kualitas rohani dari para pelayan. Ketiga, melakukan
training khusus penginjilan bagi para pelayan, supaya dapat mengenal dan
memahami lebih lagi tujuan dari pembinaan remaja tentang ketaatan.

BAB V
PENUTUP

Mengacu pada acuan teoritik dan berdasarkan hasil penelitian dan


pembahasan hasil penelitian sesuai dengan fokus dan subfokus taat kepada
otangtua dalam kitab efeus 6:1-4 dan implementasinya bagi anak remaja di Gereja
Bethel Indoneisa Genta 1 Batu Aji Batam, maka pada bab lima ini, peneliti
membuat kesimpulan dan rekomendasi penelitian.

A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teoritik dan hasil analisis taksonomi, analisis
komponen, analisis tema, beserta semua pembahasannya, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut.
Pertama, berkaitan dengan subfokus 1 yakni pemahaman mengenai makna
taat kepada orangtua. Ditemukan bahwa informan memiliki pemahaman makna
taat kepada orangtua yang lemah, tidak utuh. Pemahaman makna taat kepada
orngtua yang dijelaskan oleh informan adalah makna taat kepada orangtua yang
dijelaskan oleh informan masih pemahaman secara umum dan hal-hal praktis
yang biasa dikerjakan, sedangkan makna taat kepada orangtua secara alkitabiah
masih lemah. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan pembelajaran yang
didapati mengenai makna taat kepada orangtua tidak maksimal.
Kedua, berkaitan dengan subfokus 2 yakni implementasi makna taat
kepada anak remaja menurut Efesus 6:1-4 sebagai pola pelayanan. Dari hasil
penelitian yang penulis lakukan, ditemukan bahwa akibat dari lemahnya
pemahaman mengenai makna taat kepada orangtua sebagai pola pelayanan, maka
para pelayan hanya mengerjakan hal-hal praktis saja dalam pelayanan anak

64

remaja. Ditambah dengan kurangnya pembekalan akan pola-pola dalam pelayanan


membuat para pelayanan melakukan pelayanan sebatas pengetahuan sendiri.
Sehingga keterbebanan dalam memberitakan injil masih kurang, dimana dari hasil
penelitian yang penulis kerjakan ditemukan pelayanan yang memiliki pemahaman
mengenai kerelaan diidentikan dengan pasrah.
Pada akhirnya berdasarkan kedua

subfokus

tersebut,

peneliti

menyimpulkan bahwa, diperlukan upaya-upaya yang harus dibangun adalah


pemahaman mengenai makna taat kepada orang tua dalam kitab efesus 6:1-4
sebagai pola pelayanan. Pertama, memfasilitasi, pemahaman pelayanan dan
melalui pembekalan para pelayan yang berhubungan dengan pelayanan. Kedua,
pembimbingan para pelayan, baik penanaman nilai spiritual dan pembekalan
intelektual yang berhubungan dengan pola pelayanan. Ketiga, melakukan training
kepada setiap pelayan yang memiliki hati dalam pelayanan, dengan tujuan
memantapkan pelayan untuk menghadapi situasi-situasi dalam pelayanan.
Sedangkan bagi pelayan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (1)
menemukan dan memiliki pemahaman yang benar akan pelayanan dan
keterbebanan untuk memberitakan injil. (2) menseimbangkan pemahaman
pelayanan alktabiah dengan pemahaman secara umum yang praktis (3)
mengevaluasi secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan praktek
pelayanan, sehingga pelayan menjadi pelayan yang matang dan siap dalam
menghadapi situasi-situasi dalam melayani. Para pelayan menjadi pelopor
melayani untuk dimasa-masa yang akan datang.
Gereja Bethel Indonesia-Batam perlu menemukan pola-pola dalam
pelayanan untuk diterapkan dan dikerjakan, dengan tujuan membawa anak anak
semakin taat kepada orangtua terlebih kepada Tuhan. Melalui cara-cara, metodemetode yang diterapkan dan dikerjakan menjadikan pelayanan memiliki roh yang

65

berkobar-kobar dalam melayani, selain dari pada itu cara-cara, metode-metode


tersebut dapat menjangkau semua anak anak Tuhan yang ada di gereja bethel
Indonesia dan masyarakat bangsa Indonesia.
B. Saran
Setelah peneliti berusaha menarik kesimpulan diatas, maka pada bagian
terakhir ini, peneliti memberikan sejumlah rekomendasi kepada informan, kepada
Gereja Bethel Indonesia - Batam, kepada STT di Indonesia dan kepada para
peneliti lainnya yang merencanakan untuk mengadakan penelitian dalam semua
aspek tugas dan pelayanannya.
Pertama, sesuai dengan subfokus 1 yakni pemahaman mengenai makna
taat kepada orang tua dalam kitab Efesus 6:1-4. Rekomendasi kepada informan
dan Gereja Bethel Indonesia-Batam, agar dapat segera menyadari dan
berkomitmen memperbaiki lemahnya pemahaman pelayan akan makna taat
kepada orangtua dalam kitab Efesus 6:1-4 sebagai pola pelayanan. Untuk itu
kepada semua pelayan Gereja Bethel Indonesia - Batam, disarankan untuk: (1)
membaca dan memahami hasil penelitian ini dengan seksama. (2) mengetahui
dan menyadari kelemahan sesungguhnya dari pemahaman Makna Taat Kepada
Orangtua Dalam Kitab Efesus 6:1-4 Dan Implementasinya Bagi Anak Remaja Di
Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Batam. (3) mengetahui dan menyadari
faktor-faktor penyebab lemahnya pemahaman Makna taat kepada orangtua dalam
kitab Efesus 6:1-4 dan implementasinya bagi anak remaja di Gereja Bethel
Indonesia Genta 1 Batu Aji Batam sebagai pola pelayanan. (4) mengadakan
perbaikan mengenai pemahaman makna taat kepada orangtua dalam kitab Efesus
6:1-4, pemahaman pola pelayanan Digereja Bethel Indonesia -Batam
Kedua, berkaitan dengan subfokus 2 yakni implementasi Makna taat
kepada orangtua dalam kita Efesus 6:1-4 bagi anak remaja sebagai pola pelayanan

66

di Gereja Bethel Indonesia-Batam. Peneliti merekomendasikan seperti pada


rekomendasi pertama yakni semua pelayan Gereja Bethel Indonesia-Batam,
disarankan untuk: (1) membaca dan memahami hasil penelitian ini dengan
seksama. (2) mengetahui dan menyadari kelemahan sesungguhnya dari
pemahaman Makna taat kepada orangtua dalam kitab Efesus 6:1-4 dan
implementasinya bagi anak remaja di gereja bethel Indonesia genta 1 batu aji
batam sebagai pola pelayanan di Gereja Bethel Indonesia Batam. (3) mengetahui
dan menyadari faktor-faktor penyebab lemahnya pemahaman Makna taat kepada
orangtua dalam kitab Efesus 6:1-4 dan implementasinya bagi anak remaja di
Gereja Bethel Indonesia. Sebagai pola pelayanan di gereja bethel IndonesiaBatam. (4) mengadakan perbaikan mengenai pemahaman makna taat kepada
orangtua dalam kita Efesus 6:1-4, pemahaman pola pelayanan di Gereja Bethel
Indonesia-Batam
Sebagaimana rekomendasi peneliti bagi mahasiswa STT Basom di Batam
berdasarkan kedua subfokus, rekomendasi yang sama, peneliti berikan kepada
peneliti lainnya, dengan harapan agar penelitian ini dapat menjadi sarana evaluasi
bagi pengembangan pemahaman makna taat kepada orangtua dalam kita Efesus
6:1-4 dapat dilanjutkan, dapat diperdalam dan dapat dikembangkan dan makin
disempurnakan bagi terwujudnya gerak dan langkah para pelayan Tuhan, serta
semakin luas dalam membahas dan mengembangkan subfokus-subfokus lain yang
menjadi penyebab lemahnya pemahaman makna taat kepada orangtua dalam kitab
Efesus 6:1-4.

67

KEPUSTAKAAN
Alkitab
Abineno, J.L, C.H
1971

Tafsiran Alkitab: Surat Efesus, Jakarta: BPK Gunung


Mulia.

Bagster Samuel & Sons LTD


----The Analytical Greek Lexicon, London: Marylebone Lane.
Barker Kenneth(ed)

68

1985
Brown,Colin (ed)
1986

NIV Study Bible, Michigan: Zondervan.

Dictionary of New Testament Theology, Vol I, Michigan:


Zondervan.

Emzir
2012

Gaebelein, Frank
1978

Gunarsa
1989

Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta:


Raja Girafindo.

The Exspositors Bible Commentary, Grand Rapids,


Michigan: Zondervan Publishing House.

Psikologi Perkembangan Remaja.

Kittel Gerhard & Gerhard Fiedrich


1976
Theological Dictionary of The New Testament, Vol 5, Grand
Rapids, Michigan: Zondervan.
Nida, Louw
-----

Greek English Lexicon Of The New Testament


(Bibleworks 8), Friberg, Analytical Greek Lexicon
(Bibleworks 8).

Martin
-----

Broto Semedi

Moleong, Lexy J
2013

Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.

Mulyana, Deddy
2010

Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya.

Parker J.L & Merril C. Tenney


2001
Ensiklopedi Fakta Alkitab, Malang: Gandum Mas.

69

Richard, Dunn R.
2012

Membentuk Kerohanian Anak Muda, Literatur Perkantas


Surabaya

Snodgrass, Klyne Ephesians


1996
The NIV Aplication Commentary, Michigan: Zondervan.
Sugiyono
2013

Wiersbe, Waren
1976

Metode penilitian
Bandung: Alfabeta.

Kuantitatif

Kualitatif

Dan R&D,

Kaya Di Dalam Kristus, Bandung: Kalam Hidup.

INTERNET
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Studi Kata Alkitab Sabda

Www.Abbalove.Org/Index.Php...Ketaatan

LAMPIRAN 1

PERTANYAAN WAWANCARA

Sub Fokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Kitab Efesus 6:1-4


1. Apakah saudara/I pernah mendengar istilah taat?
2. Menurut saudara/I apakah pengertian taat?

70

3. Apakah tunduk merupakan dari ketaatan?


4. Menurut anda apa pengertian tunduk?
5. Menurut anda apakah kepatuhan bagian dari ketaatan?
6. Menurut anda apa pengertian kepatuhan?
7. Apakah menghormati orangtua bagian dari ketaatan?
8. Apa pengertian menghormati orangtua?
9. Menurut anda kitab Efesus ini ditujukan kepada siapa?

Sub Focus 2: Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja

1. Apa hubungan kehidupan anak remaja dengan ketaatan?


2. Apa manfaat seorang anak remaja memiliki ketaatan?
3. Mengapa seorang anak remaja harus patuh sebagai upaya ketaatan?
4. Mengapa seorang anak remaja harus tunduk sebagai suatu upaya ketaatan?
5. Mengapa seorang anak remaja harus menghormati orangtua?
6. Mengapa seorang anak remaja harus taat?

LAMPIRAN 2

CATATAN PENELITIAN LAPANGAN

Kode

CPL-1

Judul

wawancara dengan saudara Sri, Pembina remaja gereja


bethel Indonesia genta 1 batu aji batam

71

Tempat

gereja betehel Indonesia genta 1 batua aji

Tanggal

sabtu, 02 April jam 18:30-20.00

Penyusunan

sabtu, 02 April jam 22.00

Keterangan

Pewawancara tiba di Gereja Bethel Indonesia hari sabtu 02 April jam


18.00. Pewawancara menuju ruang pemuda untuk mengadakan pertemuan dengan
salah seorang Pembina remaja yang akan menjadi informan. Temu janji telah
dilakukan via sms pada hari senin pukul 18:30. Pewawancara terlebih dahulu
mengucapkan terima kasih atas kesediaan Pembina remaja yang bernama sri
untuk kesediaannya menjadi informan dan diwawancarai. Dan sebelum proses
wawancara dimulai maka pewawancara meminta ijin untuk mengambil
dokumentasi foto.
Wawancara dimulai dengan berdoa yang dipimpin langsung oleh
pewawancara.wawancara menggunakan bahasa Indonesia. Wawancara dimulai
dengan pewawancara menerangkan maksud penelitian dan maksud judul
penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi yakni: Makna Taat Kepada
Orangtua Dalam Kitab Efesus 6:1-4 Dan Implementasinya Bagi Anak Remaja Di
Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabgha Batam. Setelah
menjelaskan maksud penelitian dan maksud mengambil judul skripsi tersebut
maka, pewawancara menjelaskan latar belakang permasalahan mengenai makan
taat kepada orangtua dan implementasinya bagi anak remaja. Pewawancara juga
menerangkan mengenai problema yang berkaitan dengan ketidaktaatan anak
remaja termasuk faktor faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan. Pada akhirnya

72

pewawancara menjelaskan apa yang mendorong pewawancara untuk menuliskan


hal ini, yakni berangkat dari pemahaman remaja mengenai ketaatan, sehingga
pewawancara memikirkan sub focus yang berkaitan dengan permasalahan tersebut
yakni: Pertama, pemahaman mengenai makna taat menurut efesus 6:1-4. Kedua,
implementasinya makna taat bagi anak remaja.

Subfokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Menurut Efesus 6:1-4


Pewawancara memulai pertanyaan kepada informan yakni sri, kapan
pertama kali informan mendengar istilah taat, sri: sejak mengikuti ibadah
remaja di gereja. . Pewawancara: menindak lanjuti pertanyaan yang diatas tadi
pada saat itu apa yang saudara pahami mengenai taat? sri: tunduk, patuh, dengar dengaran. Pewawancara: menurut saudari apakah tunduk merupakan dari
ketaatan? Sri:ya. Pewawancara: pertanyaan berikutnya menurut saudari apa
pengertian tunduk? sri: menurut saya pengertian tunduk melakukan segala
sesuatu dengan kejuuran. Pewawancara: sejauh yang saudara ketahui apakah
kepatuhan bagian dari ketaatan. sri: ya selanjutanya, apa yang saudari ketahui
mengenai pengertian kepatuhan?. sri: yang saya pahami mengerjakan segala
sesuatu dengan tidak terpaksa. Pewawancara: menurut saudari apakah
mrnghormati orangtua bagian dari ketaatan? sri: ya Pewawancara : menurut
saudari

apa

pengertian

menghormati

orangtua?,

mengasihi

orangtua

Pewawancara menurut saudari kitab efesus ini ditujukan kepada siapa? sri.
Ditujukan kepada semua orang. Pewawancara: terima kasih untuk bagian
pertama sudah terselesaikan, dan akan melanjutkan dengan pertanyaan sesi kedua.
sri ia bu

73

II. Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja


Pewawancara: apa yang saudari ketahui mengenai kehidupan remaja
dengan ketaatan? sri: menurut saya kehidupan remaja dengan ketaatan itu untuk
mendewasakan iman dan mendisiplinkan diri. Pewawancara: apa hasil yang
dicapai oleh anak remaja jika ia hidup taat? sri : memilki hidup disiplin.
Pewawancara: menurut saudari mengapa anak remaja harus patuh? sri: agar
mereka bertumbuh dalam iman. Pewawancara: mengapa anaka remaja harus
tunduk? sri: supaya mereka memilki hati yang bijaksana. Pewawancara: lalu
mengapa seoarang anak remaja harus menghormati orangtua? sri: karna itu adalah
perintah Tuhan untuk tetap mengasihi Tuhan dan kedua orangtua. Baiklah untuk
kelompok pertanyaan yang ke dua telah selesai. Terima kasih. Tuhan Yesus
Memberkati.

Kode

CPL-2

Judul

wawancara dengan ibu Monika orangtua dari anak remaja


di gereja bethel Indonesia genta 1 batu aji batam

Tempat

gereja betehel Indonesia genta 1 batua aji

Tanggal

minggu, 03 April jam 13.00-14.00

Penyusunan

minggu, 03 April jam 16.00

74

Keterangan

Pewawancara tiba di gereja bethel Indonesia hari minggu 03 April jam


13.00. Pewawancara menuju ruang ibadah untuk mengadakan pertemuan dengan
seorang orangtua anak remaja yang akan menjadi informan. Temu janji telah
dilakukan via sms pada hari senin pukul 13.00. Pewawancara terlebih dahulu
mengucapkan terima kasih atas kesediaan orangtua dari anak remaja yang
bernama ibu monika untuk kesediaannya menjadi informan dan diwawancarai.
Dan sebelum proses wawancara dimulai maka pewawancara meminta ijin untuk
mengambil dokumentasi foto.
Wawancara dimulai dengan berdoa yang dipimpin langsung oleh
pewawancara. Wawancara menggunakan bahasa Indonesia. Wawancara dimulai
dengan pewawancara menerangkan maksud penelitian dan maksud judul
penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi yakni: Makna Taat Kepada
Orangtua Dalam Kitab Efesus 6:1-4 Dan Implementasinya Bagi Anak Remaja Di
Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabgha Batam. Setelah
menjelaskan maksud penelitian dan maksud mengambil judul skripsi tersebut
maka, pewawancara menjelaskan latar belakang permasalahan mengenai makan
taat kepada orangtua dan implementasinya bagi anak remaja. Pewawancara juga
menerangkan mengenai problema yang berkaitan dengan ketidaktaatan anak
remaja termasuk faktor faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan. Pada akhirnya
pewawancara menjelaskan apa yang mendorong pewawancara untuk menuliskan
hal ini, yakni berangkat dari pemahaman remaja mengenai ketaatan, sehingga
pewawancara memikirkan sub focus yang berkaitan dengan permasalahan tersebut

75

yakni: Pertama, pemahaman mengenai makna taat menurut efesus 6:1-4. Kedua,
implementasi makna taat bagi anak remaja.

Subfokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Menurut Efesus 6:1-4


Pewawancara memulai pertanyaan kepada informan yakni ibu monika:
kapan pertama kali informan mendengar istilah taat, ibu monika: sejak
mengikuti ibadah remaja di gereja. . Pewawancara: melanjuti pertanyaan yang
diatas tadi pada saat itu apa yang saudara pahami mengenai taat? Bu monika:
tunduk, patuh, dengar - dengaran. Pewawancara: menurut saudari apakah
tunduk merupakan dari ketaatan? ibu monika:ya. Pewawancara: pertanyaan
berikutnya menurut saudari apa pengertian tunduk? ibu monika: menurut saya
pengertian tunduk melakukan segala sesuatu dengan ketulusan. Pewawancara:
sejauh yang saudara ketahui apakah kepatuhan bagian dari ketaatan. ibu
monika: yaselanjutanya, apa yang saudari ketahui mengenai pengertian
kepatuhan?. Bu monikai: yang saya pahami mengerjakan segala sesuatu dengan
tidak bersungut sungut. Pewawancara: menurut saudari apakah mrnghormati
orangtua bagian dari ketaatan? Bu monika: ya Pewawancara: menurut saudari
apa pengertian menghormati orangtua? mengasihi orangtua dengan penuh
ketulusan. Pewawancara menurut saudari kitab Efesus ini ditujukan kepada
siapa? ibu monika. Ditujukan kepada anak remaja dan pemuda/i. Pewawancara:
terima kasih untuk bagian pertama sudah terselesaikan, dan akan melanjutkan
dengan pertanyaan sesi kedua. IBu monika, ia bu

II. Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja

76

Pewawancara: apa yang saudari ketahui mengenai kehidupan remaja


dengan ketaatan? ibu monika: menurut saya kehidupan remaja dengan ketaatan itu
untuk mendewasakan iman dan mendisiplinkan diri. Pewawancara: apa hasil
yang dicapai oleh anak remaja jika ia hidup taat? ibu monika: memilki hidup
disiplin, memiliki karakter yang benar. Pewawancara: menurut saudari mengapa
anak remaja harus patuh? bu monika: agar mereka bertumbuh dalam iman.
Pewawancara: mengapa anaka remaja harus tunduk? bu monika: supaya mereka
memilki hati yang bijaksana. Pewawancara: lalu mengapa seoarang anak remaja
harus menghormati orangtua? bu monika: karna itu adalah perintah Tuhan untuk
tetap mengasihi Tuhan dan kedua orangtua, baiklah untuk kelompok pertanyaan
yang terakhir telah selesai. Terima kasih. Tuhan Yesus Memberkati.

Kode

Judul

CPL-3
wawancatra dengan saudari ester Pembina anak remaja di
gereja bethel Indonesia genta 1 batu aji batam

Tempat:

gereja betehel Indonesia genta 1 batua aji

Tanggal

sabtu, 09 April jam 19.00-20.00

Penyusunan

sabtu, 09 April jam 23.00

77

Keterangan

Pewawancara tiba di gereja bethel Indonesia hari sabtu 09 April jam 19.00.
Pewawancara menuju ruang ibadah untuk mengadakan pertemuan dengan
pembina anak remaja yang akan menjadi informan. Temu janji telah dilakukan via
telepon pada hari ssabtu pukul 13.00. Pewawancara terlebih dahulu mengucapkan
terima kasih atas kesediaan pembina anak remaja yang bernama ester untuk
kesediaannya menjadi informan dan diwawancarai. Dan sebelum proses
wawancara dimulai maka pewawancara meminta ijin untuk mengambil
dokumentasi foto.
Wawancara dimulai dengan berdoa yang dipimpin langsung oleh
pewawancara. wawancara menggunakan bahasa Indonesia. Wawancara dimulai
dengan pewawancara menerangkan maksud penelitian dan maksud judul
penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi yakni: Makna Taat Kepada
Orangtua Dalam Kitab Efesus 6:1-4 Dan Implementasinya Bagi Anak Remaja Di
Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabgha Batam. Setelah
menjelaskan maksud penelitian dan maksud mengambil judul skripsi tersebut
maka, pewawancara menjelaskan latar belakang permasalahan mengenai makan
taat kepada orangtua dan implementasinya bagi anak remaja. Pewawancara juga
menerangkan mengenai problema yang berkaitan dengan ketidaktaatan anak
remaja termasuk faktor faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan. Pada akhirnya
pewawancara menjelaskan apa yang mendorong pewawancara untuk menuliskan
hal ini, yakni berangkat dari pemahaman remaja mengenai ketaatan, sehingga
pewawancara memikirkan sub focus yang berkaitan dengan permasalahan tersebut

78

yakni: Pertama, pemahaman mengenai makna taat menurut Efesus 6:1-4. Kedua,
implementasi makna taat bagi anak remaja.

Subfokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Menurut Efesus 6:1-4


Pewawancara memulai pertanyaan kepada informan yakni: ester: kapan
pertama kali informan mendengar istilah taat, ester: sejak mengikuti ibadah
sekolah minggu. Pewawancara: melanjuti pertanyaan yang diatas tadi pada saat
itu apa yang saudara pahami mengenai taat? ester: tunduk kepada Tuhan.
Pewawancara: menurut saudari apakah tunduk merupakan dari ketaatan? ester:
ya. Pewawancara: pertanyaan berikutnya menurut saudari apa pengertian
tunduk? ester : hidup sesuai firman Tuhan. Pewawancara: sejauh yang saudara
ketahui apakah kepatuhan bagian dari ketaatan. ester: ya selanjutanya, apa
yang saudari ketahui mengenai pengertian kepatuhan?. ester: yang saya pahami
dengar dengaran terhadap orangtua..Pewawancara: menurut saudari apakah
mrnghormati orangtua bagian dari ketaatan? ester: ya Pewawancara: menurut
saudari apa pengertian menghormati orangtua?, mengasihi orangtua dengan
penuh cinta kasih yang tulus. Pewawancara menurut saudari kitab efesus ini
ditujukan kepada siapa? ester. Ditujukan kepada anak anak, remaja dan
pemuda/i. Pewawancara: terima kasih untuk bagian pertama sudah terselesaikan,
dan akan melanjutkan dengan pertanyaan sesi kedua. ester ia ibu

II. Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja


Pewawancara: apa yang saudari ketahui mengenai kehidupan remaja
dengan ketaatan? ester: menurut saya kehidupan remaja dengan ketaatan itu untuk

79

mendewasakan iman dan mendisiplinkan diri. . Pewawancara: apa hasil yang


dicapai oleh anak remaja jika ia hidup dalam ketaatan? ester : memilki hidup
disiplin, memiliki karakter yang benar. Pewawancara: menurut saudari mengapa
anak remaja harus patuh? ester: agar mereka bertumbuh dalam iman.
Pewawancara: mengapa anaka remaja harus tunduk? ester: supaya mereka
memilki hati yang bijaksana. Pewawancara: lalu mengapa seoarang anak remaja
harus menghormati orangtua? ester: karna itu adalah perintah Tuhan untuk tetap
mengasihi Tuhan dan kedua orangtua. Baiklah untuk kelompok pertanyaan yang
terakhir telah selesai. Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.

Kode

CPL-4

Judul

wawancara dengan ibu floren orangtua dari anak remaja di

gereja bethel Indonesia genta 1 batu aji batam


Tempat

gereja betehel Indonesia genta 1 batua aji

Tanggal

minggu, 10 April jam 13.00-14.30

Penyusunan

minggu, 10 April jam 21.30

80

Keterangan

Pewawancara tiba di gereja bethel Indonesia hari minggu 10 April jam


13.00. Pewawancara menuju ruang ibadah untuk mengadakan pertemuan dengan
orangtua anak remaja yang akan menjadi informan. Temu janji telah dilakukan via
telepon pada hari sabtu pukul 20.00. Pewawancara terlebih dahulu mengucapkan
terima kasih atas kesediaan orangtua anak remaja yang bernama bu floren untuk
kesediaannya menjadi informan dan diwawancarai. Dan sebelum proses
wawancara dimulai maka pewawancara meminta ijin untuk mengambil
dokumentasi foto.
Wawancara dimulai dengan berdoa yang dipimpin langsung oleh
pewawancara. Wawancara menggunakan bahasa Indonesia. Wawancara dimulai
dengan pewawancara menerangkan maksud penelitian dan maksud judul
penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi yakni: Makna Taat Kepada
Orangtua Dalam Kitab Efesus 6:1-4 Dan Implementasinya Bagi Anak Remaja Di
Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabgha Batam. Setelah
menjelaskan maksud penelitian dan maksud mengambil judul skripsi tersebut
maka, pewawancara menjelaskan latar belakang permasalahan mengenai makan
taat kepada orangtua dan implementasinya bagi anak remaja. Pewawancara juga
menerangkan mengenai problema yang berkaitan dengan ketidaktaatan anak
remaja termasuk faktor faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan. Pada akhirnya
pewawancara menjelaskan apa yang mendorong pewawancara untuk menuliskan
hal ini, yakni berangkat dari pemahaman remaja mengenai ketaatan, sehingga
pewawancara memikirkan sub focus yang berkaitan dengan permasalahan tersebut

81

yakni: Pertama, pemahaman mengenai makna taat menurut efesus 6:1-4. Kedua,
implementasi makna taat bagi anak remaja.

Subfokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Menurut Efesus 6:1-4


Pewawancara memulai pertanyaan kepada informan yakni: ibu floren:
kapan pertama kali informan mendengar istilah taat, ester: sejak mengikuti
ibadah sekolah minggu. Pewawancara: melanjuti pertanyaan yang diatas tadi
pada saat itu apa yang saudara pahami mengenai taat? bu floren: tunduk kepada
Tuhan dan melakukan segala perintahNYA. Pewawancara: menurut saudari
apakah tunduk merupakan dari ketaatan? bu floren: ya. Pewawancara:
pertanyaan berikutnya menurut saudari apa pengertian tunduk? bu floren : hidup
sesuai firman Tuhan. Pewawancara: sejauh yang saudara ketahui apakah
kepatuhan bagian dari ketaatan. Bu floren: yaselanjutanya, apa yang saudari
ketahui mengenai pengertian kepatuhan?. Bu floren: yang saya pahami
pengertian dari kepatuhan hidup takut akan Tuhan dandengar dengaran terhadap
orangtua. Pewawancara: menurut saudari apakah mrnghormati orangtua bagian
dari ketaatan?. ibu floren: ya Pewawancara: menurut saudari apa pengertian
menghormati orangtua?, mengasihi orangtua dengan penuh cinta kasih yang
tulus,tunduk patuh kepada orangtua Pewawancara menurut saudari kitab Efesus
ini ditujukan kepada siapa? ibu floren. Ditujukan kepada semua orang.
Pewawancara: terima kasih untuk bagian pertama sudah terselesaikan, dan akan
melanjutkan dengan pertanyaan sesi kedua. ibu floren ia bu

II. Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja

82

Pewawancara: apa yang saudari ketahui mengenai kehidupan remaja


dengan ketaatan? Bu floren: menurut saya kehidupan remaja dengan ketaatan itu
untuk mendewasakan iman dan mendisiplinkan diri. Pewawancara: apa hasil
yang dicapai oleh anak remaja jika ia hidup dalam ketaatan?, ibu floren : memilki
hidup disiplin, memiliki karakter yang benar, mengasihi Tuhan. Pewawancara:
menurut saudari mengapa anak remaja harus patuh? ibu floren: agar mereka
bertumbuh dalam iman. Pewawancara: mengapa anaka remaja harus tunduk? bu
floren: supaya mereka sungguh sunggu mengasihi Tuhan. Pewawancara: lalu
mengapa seoarang anak remaja harus menghormati orangtua?
ibu floren: karna itu adalah. perintah Tuhan. baiklah untuk kelompok pertanyaan
yang terakhir telah selesai. Terima kasih. Tuhan Yesus Memberkati.

Kode

CPL-5

Judul

wawancara dengan ibu Frida orangtua dari anak remaja di

gereja bethel Indonesia genta 1 batu aji batam.


Tempat

gereja betehel Indonesia genta 1 batua aji

Tanggal

sabtu, 23 April jam 19.00-21.00

Penyusunan

sabtu, 23 April jam 23.00

83

Keterangan

Pewawancara tiba di Gereja Bethel Indonesia hari sabtu 23 April jam


19.00. pewawancara menuju ruang ibadah untuk mengadakan pertemuan dengan
orangtua anak remaja yang akan menjadi informan. Temu janji telah dilakukan via
telepon pada hari sabtu pukul 17.00. Pewawancara terlebih dahulu mengucapkan
terima kasih atas kesediaan orangtua anak remaja yang bernama bu frida untuk
kesediaannya menjadi informan dan diwawancarai. Dan sebelum proses
wawancara dimulai maka pewawancara meminta ijin untuk mengambil
dokumentasi foto dan merekam hasil wawancara.
Wawancara dimulai dengan berdoa yang dipimpin langsung oleh
pewawancara. wawancara menggunakan bahasa Indonesia. Wawancara dimulai
dengan pewawancara menerangkan maksud penelitian dan maksud judul
penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi yakni: Makna Taat Kepada
Orangtua Dalam Kitab Efesus 6:1-4 Dan Implementasinya Bagi Anak Remaja Di
Gereja Bethel Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabgha Batam. Setelah
menjelaskan maksud penelitian dan maksud mengambil judul skripsi tersebut
maka, pewawancara menjelaskan latar belakang permasalahan mengenai makan
taat kepada orangtua dan implementasinya bagi anak remaja. Pewawancara juga
menerangkan mengenai problema yang berkaitan dengan ketidaktaatan anak
remaja termasuk faktor faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan. Pada akhirnya
pewawancara menjelaskan apa yang mendorong pewawancara untuk menuliskan
hal ini, yakni berangkat dari pemahaman remaja mengenai ketaatan. sehingga
pewawancara memikirkan sub focus yang berkaitan dengan permasalahan tersebut

84

yakni: Pertama, pemahaman mengenai makna taat menurut efesus 6:1-4. Kedua,
implementasi makna taat bagi anak remaja.

Subfokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Menurut Efesus 6:1-4


Pewawancara memulai pertanyaan kepada informan yakni: ibu frida:
kapan pertama kali informan mendengar istilah taat, ibu frida: sejak mengikuti
ibadah remaja. Pewawancara: melanjuti pertanyaan yang diatas tadi pada saat
itu apa yang saudara pahami mengenai taat? ibu frida: tunduk kepada Tuhan dan
melakukan segala perintahNYA. Pewawancara: menurut saudari apakah tunduk
merupakan dari ketaatan? ibu frida: ya. Pewawancara: pertanyaan berikutnya
menurut saudari apa pengertian tunduk? ibu fridan : hidup sesuai firman Tuhan.
Pewawancara: sejauh yang saudara ketahui apakah kepatuhan bagian dari
ketaatan. IBu frida: yaselanjutanya, apa yang saudari ketahui mengenai
pengertian kepatuhan?. IBu frida: yang saya pahami pengertian dari kepatuhan
hidup takut akan Tuhan dan dengar dengaran terhadap orangtua.Pewawancara:
menurut saudari apakah mrnghormati orangtua bagian dari ketaatan? Bu frida:
ya Pewawancara: menurut saudari apa pengertian menghormati orangtua?
mengasihi orangtua dengan penuh cinta kasih yang tulus,menyayangi dan selalu
memperhatikan orangtua. Pewawancara menurut saudari kitab Efesus ini
ditujukan kepada siapa? Ibu frida. Ditujukan kepada semua orang, termasuk
orangtua, pemuda/I, remaja, dan anak - anak. Pewawancara: terima kasih untuk
bagian pertama sudah terselesaikan, dan akan melanjutkan dengan pertanyaan sesi
kedua. IBu Frida, ia bu

85

II. Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja


Pewawancara: apa yang saudari ketahui mengenai kehidupan remaja
dengan ketaatan? IBu frida: menurut saya kehidupan remaja dengan ketaatan itu
untuk mendewasakan iman, menghormati sesama, dan mendisiplinkan diri. .
Pewawancara: apa hasil yang dicapai oleh anak remaja jika ia hidup dalam
ketaatan?,bu frida: memilki hidup disiplin, memiliki karakter yang benar,
mengasihi Tuhan dan takut akan Tuhan. Pewawancara: menurut saudari mengapa
anak remaja harus patuh? Ibu frida: agar mereka bertumbuh dalam iman, dewasa
dalam iman dan rendah hati. Pewawancara: mengapa anaka remaja harus tunduk?
Ibu frida: supaya mereka sungguh sunggu mengasihi Tuhan, supaya mereka
memiliki hati yang bijaksana. Pewawancara: lalu mengapa seoarang anak remaja
harus menghormati orangtua? Ibu frida: karna itu adalah perintah Tuhan untuk
tetap mengasihi kedua otrangtua dan selalu menghormati orangtua. baiklah untuk
kelompok pertanyaan yang terakhir telah selesai. Terima kasih. Tuhan Yesus
Memberkati.

LAMPIRAN 3

DATA HASIL WAWANCARA

Judul:

Makna Taat Kepada Orangtua Dalam Kitab Efesus6:1-4 Dan

86

Implementasinya Bagi Anak Remaja Di Gereja Bethel


Indonesia Genta 1 Batu Aji Cabang Tabgha Batam

Sub Fokus 1: Pemahaman Mengenai Makna Taat Menurut Efesus 6:1-4


1. Mendengar istilah taat
a. Pernah
b. Sering
2. Pengertian mengenai istilah taat
a. Tunduk
b. Patuh
c. Dengar dengaran
3. Tunduk merupakan dari ketaatan
a. Ya
b. Tidak
4. Pengertian tunduk
a. Menghormati
b. Mendengarkan
c. Menanggapi
5. Apakah kepatuhan bagian dari ketaatan
a. Ya
b. Tidak
6. Pengertian kepatuhan
a. Mengerjakan segala sesuatu dengan tulus

87

b. Tunduk terhadap orangtua


c. Dengar-dengaran
7. Apakah menghormati orangtua bagian dari ketaatan
a. Ya
b. Tidak
8. Pengertian menghormati orangtua
a. Mengasihi orangtua
b. Menyayangi orangtua
c. Memperhatikan dan merawat orangtua
9. Kitab efesus ditujukan kepada siapa
a. Semua orang
b. Orangtua
c. Remaja
d. Pemuda/i
e. Anaka anak

Sub Focus 2: Implementasi Makna Taat Bagi Anak Remaja


1. Hubungan kehidupan anak remaja dengan ketaatan
a. Mendewasakan iman
b. Mendisplinkan diri
2. Manfaat dari ketaatan
a. Takut akan Tuhan
b. Mengasihi Tuhan
3. Mengapa anak remaja harus patuh dalam hal ketaatan

88

a. Bertumbuh dalam iman


b. Dewasa dalam iman
c. Rendah hati
4. Mengapa anak remaja harus tunduk dalam hal ketaatan
a. Memiliki hati yang bijaksana
b. Setia dalam perkara kecil
c. Sungguh sungguh mengasihi Tuhan
5. Mengapa anak remaja harus taat
a. Agar menjadi anak anak yang berkenan kepada Tuhan
b. Agar mereka tetap setia dalam mengasihi Tuhan
c. Agar mereka tetap menghormati orangtua

Anda mungkin juga menyukai