Anda di halaman 1dari 11

Nama : Paulus Simanungkalit

Nim : 18.208
Mata Kuliah : Teologi Biblika
Dosen Pengampu : Pdt. Altur Lumbantobing
Pdt. Obet Simanungkalit

Teologi Iman (Kejadian 12:1-4 & Yakobus 2:17-18)

I. Pendahuluan
Semakin tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi memang membuat manusia
semakin mudah dalam menyelesaikan pekerjaannya, namun kita juga tidak dapat memungkiri
bahwa manusia tersebut juga semakin bersifat individualisme dan merasa kita dapat
melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain. Oleh sebab itulah kita harus kembali kepada
status kita yang mula-mula yaitu manusia adalah ciptaan Allah dan segala sesuatu dalam
liturgi kehidupan kita juga atas dasar dari Allah. Sebagai ciptaan sudah seharusnya manusia
kembali kepada iman dan menerawang bahwa aktifitas atau perbuatan yang kita lakukan
sehari-hari haruslah sejalan dengan iman kita. Iman adalah dasar kita sebagai orang percaya
untuk melihat kasih karunia Tuhan kemudian kegiatan kita yang menjadi tanda bahwa kita
adalah orang beriman. Harus kita ketahui, iman dan perbuatan merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, keduanya harus saling melengkapi.
Banyak sekali persoalan tentang iman yang dari dulu sampai sekarang masih tetap
menjadi permasalahan. Permasalahan akan iman dan perbuatan sebenarnya diakibatkan oleh
ketidakpahaman banyak orang akan akan kasih karunia Tuhan dan hukum taurat-Nya. ‘Iman
harus sesuai dengan perbuatan’, iman tanpa perbuatan adalah mati. Keselamatan atau kasih
karunia Allah akan diterima manusia jika mereka memiliki iman, bukan melalui perbuatan,
namun setelah menerima keselamatan manusia haruslah mengerjakan keselamatan tersebut
dalam hidupnya melalui perbuatan yang telah diterimanya dan diajarkan kepadanya
demikianlah iman yang sejati. Jika manusia tidak melakukan demikian maka iman yang
diakuinya dalam mulutnya adalah iman yang mati. Oleh sebab itulah Yakobus mengatakan
dalam suratnya “Demikian juga halnya dengan iman, jika iman itu tidak disertai perbuatan,
maka iman itu pada hakikatnya mati” (Yakobus 2:17).
Samahalnya dengan Abraham dalam Kejadian 12 di mana dia dipanggil Allah dan
diperintahkan untuk pergi dari negerinya kesuatu tempat di mana dia sendiri tidak
mengetahui tempat itu. Abraham mengimani penggilan tersebut dan menjalankannya sesuai

1
dengan perintah Allah sekaligus meninggalkan seluruh kekayaannya yang ada dinegeri
asalnya itu.1

II. Etimologi dan Terminologi


Seperti yang kita ketahui bahwa iman dalam kitab Ibrani adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan juga bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani
11:1). Akar dari iman sendiri adalah percaya dan kepercayaan. Dalam Bahasa Yunani dari
kitab LXX adalah Pisteou atau Pistis sedangkan dalam Perjanjian Lama berasal dari kata
Emun yang mengarah kepada kesetiaan, percaya, setia.2 Terjemahan dalam Perjanjian Lama
kata Emun mengarah kepada sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada
segala usahanya sendiri untuk mendapatkan keselamatan dan keamanan. Dalam kitab
Kejadian 12 ini terlihat akan keimanan dan ketaatan Abraham yang seluruh hidupnya
membuktikan bahwa dia sungguh-sungguh percaya kepada Allah dengan iman yang dalam.
Makna alkitabiah iman lebih terletak pada hakikat komitmen, meskipun dalam
kenyataan tersirat juga adanya dasar yang membuat iman tidak dapat didukung dengan bukti
historis secara detail dan konkret. Iman dalam Perjanjian Lama dirunut pada perjanjian yang
telah ditawarkan Allah kepada umat Israel digunung Sinai. Sejak itulah umat Israel percaya
kepada Yahweh pencipta dunia ini, yang telah memberikan taurat dan janji kepada mereka
bahwa kesetiaan mereka akan mendapatkan ganjaran jika tidak benar-benar dilakukan dengan
iman yang tulus. Tanpa iman yang demikian umat Israel tidak akan bertahan hidup
sebagaimana telah diingatkan oleh para nabi.
Abraham (Kejadian 12:1-4, 15:6), yang percaya kepada Allah Ketika ia dipanggil
untuk meninggalkan daerahnya, dan Ketika ia diberi janji keturunan, meskipun dia sendiri
juga tidak lagi berada usia sewajarnya untuk memperoleh keturunan, juga Ketika dia menaati
perintah untuk mengorbankan anaknya Ishak. Melalui semua pencobaan itu Abraham
beriman bahwa Allah pasti akan memenuhi Janjinya dan dapat kita lihat bahwa janji-Nya itu
adalah kekal sampai selamanya.3 Panggilan Abraham ini juga sekaligus menjadi perpisahan
kepada keluarga dan negerinya, hal ini jelas tertulis dalam Kejadian 12:1, Tindakan Abraham
dengan memenuhi penggilan itu (Ay 4) merupakan pemisahan diri dari semua hubungan
dengan saudara dan keluarga terdekatnya. Melalui panggilannya Allah ingin menegakkan
prinsip penting bahwa umat-Nya harus memisahkan diri dari segala hubungan yang
1
John J Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, (Malang, Gandum Mas, 2001), 177.
2
R.C.Sproul, kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen, (Malang: Seminary Alkitab Asia Tenggara, 1997), 243.
3
Charles R. Erdman, The book of Genesis, (New York: Fleming H. Revell, 1950), 52

2
menghambat rencana-rencana Allah bagi kehidupan mereka, meskipun pada akhirnya kita
tahu bahwa rencana Allah tidak ada yang tidak terlaksana namun Allah sendiri tidak mau
melihat Abraham terlalu sulit dalam menginplementasikan imannya supaya sesuai dengan
perbuatan dalam hidup keseharian.4 Panggilan Allah kepada Abraham tidak hanya
menyatakan perintah supaya Abraham meninggalkan negerinya (Kejadian 12), namun Allah
mengikat dia dengan perjanjian-Nya yang mana sangat jelas dituliskan dalam Kejadian 12:2-
3 yaitu:
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, den memberkati engkau
dan membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat, Aku akan
memberkati orang yang memberkati engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi
akan mendapat berkat.”
Dengan demikian secara literal ada tujuh hal yang terkandung dalam janji Allah
tersebut yaitu: Allah akan membuat Abraham menjadi bangsa yang besar, Allah berjanji akan
memberkati Abraham, Allah akan membuat Namanya masyhur, Abraham akan menjadi
berkat, Allah akan memberkati orang-orang yang memberkati Abraham, Allah akan
mengutuk orang-orang yang mengutuk Abraham dan melalui Abraham semua kaum dibumi
akan mendapatkan berkat. Perjanjian Allah ini merupakan satu janji yang tidak boleh
dilanggar oleh siapa pun maka dalam konteks ini Allah sendiri mengikat diri-Nya dengan
perjanjian tersebut supaya Abraham dan keturunannya melihat bahwa perjanjian itu adalah
hal yang sakral. Tiga unsur yang terlihat dalam teks tersebut seperti tanah, benih dan berkat
yang mana ketiganya akan diberikan Allah kepada Abraham dan keturunannya kelak.5
Kitab Perjanjian Baru kata iman lebih mengarah kepada mengamini dengan segenap
kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah, bahwa dia telah didalam Kristus serta telah
didamaikan oleh Allah dia orang yang berdosa sehingga segenap kehidupan orang beriman
dikuasai oleh keyakinan yang beriman. Iman jelas merupakan salah satu konsepsi penting
dalam seluruh kitab Perjanjian Baru. Di mana-mana iman dituntut dan keutamaannya
ditekankan, dengan iman kita berarti diajak untuk membuang segala kepercayaan yang
bersumber pada kekuatan sendiri, dengan artian kita berpasrah dan menyerahkan diri tanpa
syarat apapun kepada Allah.

4
Walter Lempp, Tafsiran Alkitab: Kitab Kejadian 12:4-25:18, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 24.
5
Carl A. Reed. Diktat Kuliah Program S-3. Teology of the Pentateuch, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teologi
Injili Indonesia, 2014), 87.

3
Maka, iman dipandang sebagai tangan yang diulurkan manusia guna untuk menerima
berkat atau Kasih karunia dari Allah, dapat juga dikatakan bahwa iman dipandang sebagai
“Jalan Keselamatan” demikianlah iman dipakai dalam ungkapan ‘Orang benar itu akan hidup
oleh imannya atau percayanya kepada Allah’ (Habakuk 2:4, Galatia 3:11, Ibrani 10:38).6

III. Pembahasan
Semenjak manusia jatuh kedalam dosa, manusia itu mengalami kerusakan citra dan
moralnya dihadapan Allah. Melalui penebusan Yesus Kristus dikayu salib, manusia yang
berdosa itu dibenaran oleh anugerah Allah. Yakobus sendiri menuliskan bahwa manusia yang
dibenarkan Allah oleh iman seharusnya memiliki perbuatan yang selaras dengan perintah dan
hukum Allah. Menurut Yakobus, bentuk iman yang sejati akan tercermin melalui perbuatan,
seseorang yang perbuatannya tidak mencerminkan kebenaran Kristus pada hakekatnya mati.
Ada juga yang mengatakan bahwa hanya dengan beriman kita sudah dibenarkan, ini
merupakan ajaran rasul Paulus yang dapat kita lihat dalam surat-suratnya tetapi kebanyakan
pengajaran tersebut disalahpahamkan bahkan dipertentangkkan dengan ajaran Yakobus ini.
Secara harafia memang adanya perbedaan teologis yang mendasar dari pandangan Paulus dan
Yakobus namun jika dikaji lebih dalam sebenarnya kedua pandangan tersebut adalah sama.
oleh sebab itu penulis akan mencoba menjabarkan pandangan tersebut.
Yakobus dalam suratnya (Yak 2:4) mengatakan ‘Apakah gunanya saudara-saudaraku
jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal dia tidak mempunyai
perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” dari nas ini dapat kita lihat bahwa
pandangan dan ajaran Paulus dan yakobus sebenarnya sama dan saling melengkapi.
Hal yang pertama perlu dijelaskan bahwa Yakobus tidak menentang doktrin pembenaran
oleh iman yang diajarkan Paulus malainkan justru menolak penyimpangan terhadap
doktrin tersebut. Kedua Paulus dan Yakobus menggunakan kata ‘Perbuatan’ dan
‘Dibenarkan’ namun dengan istilah yang berbeda.7
Kata perbuatan yang disinggung oleh Yakobus disini adalah bukan perbuatan menurut
orang Yahudi yang mana memandang untuk memperoleh keselamatan, tetapi perbuatan iman
disini adalah hasil moral dari kesalehan sejati dan khususnya perbuatan sejati (Yak 2:8). Jadi,
jika seseorang mangatakan bahwa ia memiliki iman, aka nada bukti yang terlihat yaitu
perbuatannya. Scheuemann menuliskan bahwa iman yang benar akan menghasilkan buah
kehidupan, bukan hanya iman yang hanya bersifat teoritis, namun tidak dinyatakan dalam

6
Kamus Alkitab elektronik, Iman, Kepercayaan, (Kamus Ensiklopedia).
7
Aplikasi alkitab dan Tafsiran Alkitab, Tafsiran Wycliffe Bible Comentary.

4
kehidupan sehari-hari.8 Sedangkan orang Ibrani sendiri menjabarkan bahwa imanlah yang
mendasari semua pengalaman Kristen sejati, tanpa iman tidak mungkin orang Kristen
berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Maka dengan demikian iman membuat seseorang itu
berkenan kepada Allah. Iman seperti apa yang dimaksudkan dalan nas ini? Charles Stanley
menulis bahwa iman bukanlah kekuatan yang dapat kita gunakan sewaktu-waktu dan semau
kita, iman bukanlah sebuah jerat yang kita kalungkan ke leher Allah untuk memaksakan
kehendak kita kepada-Nya, iman juga bukan suatu tombol yang dapat kita tekan untuk
mendorong Allah bertindak, melainkan iman adalah kepercayaan bahwa Allah akan
melakukan apa yang telah Ia janjikan kepada kita yaitu rancangan keselamatan.9
Sesuatu yang mati tidak dapat berbuah atau menghasilkan sesuatu, demikian jugalah
iman yang mati tidak akan menghasilkan perbuatan dari iman tersebut. Sebaliknya iman yang
hidup, akan menghasilkan perbuatan dari iman tersebut seperti menghasilkan kasih dan
perbuatan-perbuatan baik lainnya. Perbuatan bukanlah akar dari keselamatan melainkan
adalah buah atau hasilnya. William MacDonald mengatakan tidak ada iman yang benar dan
yang hidup yang tidak menghasilkan perbuatan. 10 Penekanan Yakobus dalan nas ini adalah
satu tidak dapat hidup tanpa yang lain keduanya terikat layaknya seperti tubuh dan roh tidak
dapat dipisahkan demikian jugalah iman tanpa perbuatan akan menjadi seperti mayat hidup
tanpa arah dan tujuan. Jadi, iman yang sejati adalah iman yang terwujud lewat perbuatan
kasih dan ketaatan kepada Allah. Perbuatan baik tidak membuat kita merasa layak berdiri di
hadapan Allah, namun adalah bukti dari iman yang kita pegang. Ayat ini adalah sebuah
kesimpulan dari ayat-ayat sebelumnya. Yakobus kembali lagi menggunakan perbandingan,
dimana iman dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Yakobus tidak menyatakan secara
langsung bahwa perbuatan adalah prinsip yang membuat iman menjadi hidup, namun iman
dan perbuatan tidak dapat dipisahkan. Jika tidak ada buah dari iman, maka iman tersebut
tidak lagi hidup, sama seperti tubuh tanpa roh adalah mati.
Dalam konteks nas ini juga Yakobus ingin menegaskan pentingnya mewujudkan iman
dalam perbuatan. Yakobus sedang berhadapan dengan orang Kristen Yahudi yang
memandang muka dan berpeluk tangan terhadap kebutuhan saudara seiman yang miskin.
Yakobus mengatakan bahwa peran antara iman dan perbuatan saling bekerjasama. Kata
bekerja sama dalam Bahasa Yunani adalah σσνήργει yang berarti telah bekerjasama dengan.

8
Rainer Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus: Iman Dan Perbuatan, Menjadi Pelaku Dan Bukan Hanya
Pendengar, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017), 81
9
Charles Stanley, The Glorious Journal (Perjalanan Mulia), (Batam Centre: Interaksara, 2000), 277.
10
William MacDonald, The Epistle Of James, (USA: Emmaus Bible College, 1973), 36.

5
Iman adalah kekuatan yang mendorong sebuah tindakan.11 Jadi, iman adalah sumber dari
sebuah tindakan, sehingga iman menghasilkan perbuatan. Dalam ayat 18 kambali Yakobus
membantah dan menentang pendapat yang mencoba untuk memisahkan antara iman dengan
perbuatan. Kemungkinan ada seseorang dalam teks tersebut yang berpendapat bahwa iman
kepercayaan dan perbuatan dapat dipisahkan. Seperti yang dijelaskan oleh Yakobus
sebelumnya bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan, jadi iman dan perbuatan tidak
dapatdipisahkan. Iman yang sempurna adalah iman yang bekerjasama dengan perbuatan.
Yakobus memberikan pandangan antara seseorang yang menentang pandangannya dengan
dirinya untuk lebih memperjelas kesatuan antara iman dan perbuatan. tunjukkan padaku
imanmu itu tanpa perbuatan. Yakobus mempertanyakan kualitas iman mereka dan sekaligus
menunjukkan bagaimana iman yang sesungguhnya itu. Jika seseorang mengatakan bahwa ia
memiliki iman tetapi tidak memiliki perbuatan, maka akan sangat sulit untuk membuktikan
iman yang ia miliki. Yakobus dapat membuktikan keberadaan dan kualitas imannya dari
perbuatan-perbuatannya yaitu dengan tindakan dan tingkah laku.12 Dalam argumen ini,
Paulus ingin mengatakan bahwa perbuatan itu penting untuk membuktikan bahwa seseorang
itu memiliki iman.13
Orang percaya yang memiliki iman yang sempurna adalah mereka yang melakukan
kehendak Allah. Perbuatan kasih dengan menolong orang-orang yang miskin adalah sebuah
tindakan yang menyempurnakan iman mereka. Iman yang menghasilkan perbuatan baik
sangatlah membesarkan hati. Iman yang sempurna adalah iman yang disertai dengan
perbuatan. Dimensi berikutnya dari iman tanpa perbuatan berdasarkan Yakobus 2:14-26
adalah iman nyata dalam perbuatan. Dimensi ini terbagi menjadi dua indikator, yakni: iman
Abraham nyata juga dalam perbuatannya. Orang yang memiliki iman yang disertai dengan
perbuatan, yakni Abraham seorang tokoh yang sangat dihormati oleh orang Yahudi 14 namun
salah dipahami oleh orang Yahudi tersebut yang membuat mereka adalah orang benar dan
orang diluar yahudi adalah orang yang tidak memiliki keselamatan atau kafir.
Abraham adalah tokoh yang sangat dihormati oleh bangsa Yahudi, oleh karena ia
adalah bapa mereka. Yakobus menjelaskan bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatannya,

11
Walvoord and Zuck, The Bible Knowledge Commentary: An Exposition Of The Scriptures New Testament,
826.
12
Adamson, The New International Commentary on The New Testament: The Epistle Of James, 125.
13
https://www.kompasiana.com/iman-mencari-pemahaman. Diakses pada 21 Agustus 2021.
14
Yanti Imariani Gea, Iman Orang Percaya Dalam Menghadapi Tantangan Dan Pergumulan Hidup,
(Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, 2020), 31.

6
secara khusus ketika ia mempersembahkan Ishak. Perbuatan ketaatan Abraham kepada Allah
adalah bukti dari iman yang dia miliki. Hal yang mendasari Abraham mempersembahkan
anaknya adalah imannya kepada Allah. Abraham percaya dan melakukan apa yang Allah
kehendaki. Dalam tradisi orang Yahudi, Abraham dikenal sebagai orang yang terbukti
imannya melalui berbagai ujian. Jadi, iman Abraham terlihat nyata dalam perbuatannya.
Abraham tidak hanya sekedar percaya, namun ia tunjukkan lewat perbuatan ketaatannya
kepada Allah.15

IV.Tinjauan Teologis
Dalam kajian Yakobus 2:17-18, Allah telah menganugerahkan keselamatan atas
semua manusia yang telah jatuh dalam dosa melalui kematian Yesus. Setiap orang berdosa
yang percaya kepada Yesus dan yang mengaku dosanya mendapatkan anugerah
pengampunan dan keselamatan. Allah menginginkan agar semua orang yang beriman
kepada-Nya tidak lagi berbuat dosa. Iman dan perbuatan merupakan dua hal yang saling
berkaitan dalam hal pembenaran yang dimaksudkan oleh Yakobus. Artinya, iman tidak dapat
berdiri sendiri tanpa perbuatan begitu juga sebaliknya.
Rasul Paulus dengan tegas dan secara berulang kali mengajarkan hal ini. Di dalam
Roma 4:4-5 ia menulis, “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan
sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun
percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi
kebenaran.” Maka dengan jelas Rasul Paulus ingin mengatakan bahwa untuk mendapatkan
keselamatan ada satu syarat yang harus dipenuhi: orang itu sama sekali tidak boleh bekerja.
Ia harus berhenti berusaha melakukan sesuatu untuk memperoleh keselamatan. Sebagai suatu
imbalan. Keselamatan hanya diperoleh karena iman.16 Selama manusia masih juga berusaha
melakukan sesuatu untuk memperoleh keselamatannya, ia tidak akan mengalami keselamatan
yang diberikan Allah, sebab keselamatan itu hanya diperoleh dengan percaya.
Keselamtan bukanlah ‘upah’ dari perbuatan baik, melainkan karunia dari Allah. Hal
ini dijelaskan oleh Paulus dalam Titus 3:5, “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita,
bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh
permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus…”
melalui ayat ini cukup jelas, Dia telah menyelamatkan kita bukan karena perbuatan baik yang

15
Handayani, Tinjauan Teologis Konsep Iman Dan Perbuatan Bagi Keselamatan, 102.
16
Antony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Jakarta: Momentum, 2010), 180.

7
telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya. 17 Jika kita diselamatkan, hal itu bukan terjadi
karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena belas kasihan dan rahmat Allah
semata-mata.
Korelasi antara iman dan perbuatan dapat dipahami bahwa perbuatan merupakan
implementasi dari iman seseorang terhadap keselamatan yang dimiliki. Artinya, orang
percaya harus melakukan perbuatan sebagaimana layaknya seseorang yang telah
diselamatkan. Jawamara menuliskan bahwa iman yang sejati dan menyelamatkan adalah
iman yang bertumbuh secara progresif yang nyata dalam perbuatan. 18 Pendapat yang sama
dituliskan oleh Gidion yang menilai bahwa yang yang mengaku telah beriman dapat
menunjukkan dalam perbuatan sehari-hari.19 Dari pandangan yang ada sangat jelas
menunjukkan bahwa iman dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan sehari-hari.
Sedangkan dalam tinjauan teologis dari kitab kejadian yang menggambarkan akan
iman dan pemanggilan Abraham, teks ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Firman dan janji
Tuhan kepada Abraham (Ay. 1-3), Abraham menuruti Firman Tuhan (Ay. 4-6), dan
Perjanjian Abraham (Ay. 7-9). Tujuan utama Allah dalam memilih Abraham atau Israel
adalah untuk menjadikannya berkat baik secara personal juga universal. Sehingga setiap
orang dapat dating kepada Allah atau a saving knowledge tentang Tuhan yang hidup dan
yang mengasihi. Tujuan dari rencana Allah adalah selalu mengundang setiap orang kepada
keselamatan. Perjanjian Lama dalam teks ini menguraikan dengan jelas berbagai aspek misi:
baik secara universal, eskatologi, maupun masa depan mesianis yang merupakan
penggenapan tujuan misi dalam Perjanjian Lama. Allah menempatkan manusia di alam
semesta. Penempatan ini menjadi prasejarah bagi Israel dan non-Israel tentang keselamatan
sekaligus menjadi prasejarah tentang rusaknya moral manusia. Tujuan Israel dipilih agar
nama Tuhan atau Yahweh dikenal oleh seluruh bangsa-bangsa.20

V. Kesimpulan dan Saran


17
Herman Riderbos, Paulus: Pemikiran Utama Teologinya, (Jakarta: Momentum, 2010), 135.
18
Markus Ndihi Jawamara, Memahami Konsep Iman Dan Perbuatan Menurut Yakobus: Suatu Study Eksegesis
Yakobus 2:26, (SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, 2020), 121.
19
Gidion Gidion, Studi Biblika Korelasi Teologi Paulus Dan Teologi Yakobus Tentang Iman Dan Perbuatan
Iman, (Shift Key: Jurnal Teologi dan Pelayanan 8, November 2018), 14.
20
Rasmalem Raya, Memahami Signifikasi Misi Dalam Perjanjian Lama: Gracia Deo, (Sumatera Utara, STT
Babtis Medan, 2019), 30.

8
Kesimpulan
Kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengubah natur manusia yang semula kudus
menjadi makhluk yang cenderung berbuat dosa. Dalam hal relasi manusia mulanya bergaul
karib dengan Allah kini menjadi terpisahkan, manusia makhluk yang berdosa dan Allah
sebagai pribadi yang kudus. Manusia tidak layak menjumpai Allah dan sebaliknya Allah
terlalu mulia untuk bersekutu dengan manusia. Keadaan ini mendorong Allah untuk
melakukan penebusan melalui Kristus.
Kematian Kristus di kayu salib menjadi peristiwa penebusan manusia dari dosa.
Manusia yang sejatinya binasa karena dosa menjadi selamat karena penebusan Kristus.
Untuk dapat memaknai penebusan Yesus, orang percaya harus menghayatinya melalui iman
dan tindakan. Artinya, kehidupan orang percaya harus bertolak dari iman dan dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan orang percaya menjadi cerminan sebagai orang-
orang yang sudah dibenarkan oleh iman. Jadi, hal inilah yang dimaksudkan oleh Yakobus
bahwa manusia dibenarkan oleh iman dan perbuatan.
Iman yang sejati adalah iman yang diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Seorang
yang beriman harus menunjukkan perbuatan kasih kepada sesamanya. Pada masa kini yakni
covid 19, mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan pada akhirnya
mengakibatkan kesulitan dalam hal ekonomi. Sebagai seorang yang beriman, harus
menunjukkan kepedulian terhadap mereka dengan tindakan yang nyata. Apabila ia memiliki
berkat yang lebih, dapat memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok dan kebutuhan
lainnya. Selain itu, banyak juga orang yang mengalami ketakutan dan kecemasan. Dalam
hal ini, seorang beriman dapat meluangkan waktu untuk memberikan penghiburan,
kekuatan serta doa bagi mereka yang mengalaminya.

Saran
Perbedaan pandangan dan pengajaran adalah hal yang wajar, perlu kita ketahui
Bersama bahwa perbedaan itu tidak boleh menjadi perpecahan sesama kaum Kristen, inilah
yang seharusnya kita gumuli bersama, sudah seharusnyalah umat Kristen saling
mengkokohkan iman satu dengan yang lain dan menunjukkan imannya terhadap sesame
demikianlah Kristen sejati.

9
Daftar Pustaka

1. Adamson, The New International Commentary on The New Testament: The Epistle
Of James, 125.
2. Antony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Jakarta: Momentum, 2010), 180.
3. Aplikasi alkitab dan Tafsiran Alkitab, Tafsiran Wycliffe Bible Comentary
4. Carl A. Reed. Diktat Kuliah Program S-3. Teology of the Pentateuch, (Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia, 2014).
5. Charles R. Erdman, The book of Genesis, (New York: Fleming H. Revell, 1950).
6. Charles Stanley, The Glorious Journal (Perjalanan Mulia), (Batam Centre:
Interaksara, 2000).
7. Gidion Gidion, Studi Biblika Korelasi Teologi Paulus Dan Teologi Yakobus Tentang
Iman Dan Perbuatan Iman, (Shift Key: Jurnal Teologi dan Pelayanan 8, November
2018).
8. Handayani, Tinjauan Teologis Konsep Iman Dan Perbuatan Bagi Keselamatan.
9. Herman Riderbos, Paulus: Pemikiran Utama Teologinya, (Jakarta: Momentum, 2010).
10. https://www.kompasiana.com/iman-mencari-pemahaman. Diakses pada 21 Agustus
2021
11. John J Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, (Malang, Gandum Mas, 2001).
12. Kamus Alkitab elektronik, Iman, Kepercayaan, (Kamus Ensiklopedia).
13. Markus Ndihi Jawamara, Memahami Konsep Iman Dan Perbuatan Menurut Yakobus:
Suatu Study Eksegesis Yakobus 2:26, (SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan
Kristen 1, 2020).
14. Rainer Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus: Iman Dan Perbuatan, Menjadi Pelaku
Dan Bukan Hanya Pendengar, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017).
15. Rasmalem Raya, Memahami Signifikasi Misi Dalam Perjanjian Lama: Gracia Deo,
(Sumatera Utara, STT Babtis Medan, 2019).
16. R.C.Sproul, kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen, (Malang: Seminary Alkitab
Asia Tenggara, 1997).
17. Walter Lempp, Tafsiran Alkitab: Kitab Kejadian 12:4-25:18, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003).
18. William MacDonald, The Epistle Of James, (USA: Emmaus Bible College, 1973).

10
19. Walvoord and Zuck, The Bible Knowledge Commentary: An Exposition Of The
Scriptures New Testament.
20. Yanti Imariani Gea, Iman Orang Percaya Dalam Menghadapi Tantangan Dan
Pergumulan Hidup, (Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, 2020).

11

Anda mungkin juga menyukai