Anda di halaman 1dari 25

Kristologi

Pedoman untuk berdogmatika


Oleh : Edmund schlink
Sebenarnya yang kita lihat dalam tulisan dari Edmun Schlink ini adalah bahwa
dalam berdogmatika itu kita harus melihat hal-hal yang bertentangan dengan
dogmatika itu dan mencoba untuk memperbaikinya, dan kita dalam memperbaikinya
kita harus berangkat dari apa yang dikatakan oleh Alkitab. Dalam hal ini kita dapat
melihat bahwa sebenarnya dalam konfessi-konfessi itu banyak sekali kesalahan-
kesalahan yang dipergunakan seolah-olah itu menjadi dasar iman dari orang Kristen.
Tetapi dalam hal ini kita bukan untuk menghukum kesalahan yang mereka buat tetapi
kita mencoba untuk melihat apa yang sebenarnya yang harus kita pakai.1
Dalam hal ini Edmund Schlink mencoba melihat secara keseluruhan dari pada
konfessi-konfessi itu yang termuat dalam konkord. Sebenarnya konkord itu dibuat
untuk menentang aliran-aliran yang menyesatkan pada waktu dulu. Tetapi yang
salahnya dalam mempergunakan konkord itu menjadi sesuatu hal yang sudah menjadi
suatu keputusan tanpa melihat kembali apa yang sebenarnya diminta oleh Alkitab.
Jadi untuk dapat mempergunakan beberapa ketentuan atau beberapa konfessi-konfessi
maka kita akan terlebih dahulu melihat apa yang dikatakan Alkitab dengan cara
menafsirkanya. Edmund Schlink melihat bahwa di dalam konkord itu ada yang perlu
di butuhi supaya itu tidak jauh dari apa yang dikatakan dalam Alkitab.
Dalam hal berdogmatika kita bukan untuk mempertentangkan apa yang
dikatakan oleh konfessi-konfesi yang ada, tetapi dalam hal berdogmatika kita akan
melihat apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh Alkitab, atau dengan kata lain kita
akan kembali dengan konsep yang sebenarnya yaitu konsep Alkitab, yang mempunyai
hasil yang sebenarnya. Kita dalam hal berdogmatika bukan untuk menghukum atau
membuat konfessi yang ada menjadi pertentangan tetapi mau melihat apa yang
sebenarnya yang akan disampaikan oleh konfessi yang ada.
Yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana menyampaikan dan
menyelidiki apa tugas, bagaimana menyampaikan tugas dari konkord yang terrinci
dalam konfessi Augsburgh. Yang ditinjau dari pembahasannya dari Alkitab yaitu yang
dimulai dari mendengarkan penjelasan dari Alkitab.2
Konkord adalah merupakan alat yang menyelidiki konfessi yang ada misalnya
konfessi Ausburg. Maka dalam penyelidikan itu maka kita harus berdasarkan Alkitab.
Dan Alkitab menjadi dasar penafsiran untuk memperbaiki konfessi yang ada konfessi
yang ada, dan inilah yang merupakan tugas dari pada dogmatika, atau hal untuk
bermetode tentang dogmatika. Dalam hal ini konkord itu bukan lah sesuatu yang
dapat menggantikan hakekat dari pada Alkitab, tetapi konkrod itu akan dilihat
kebenarannya melalui Alkitab. Dalam hal ini seolah-olah dalam kehidupan iman
Kristen mempergunakan konfessi menjadi suatu kepercayaan, dengan mengutip dan
mempergunakannya tanpa bantahan dan keraguan dalam penafsiran yang umum dan
1
Edmund Schlink, Theology of The Lutheran Confession,(Ortress Press Philadelpia, 1961), hlm, 297
2
Ibid, hlm,297, yang menjadi keterangan dalam tulisan yang dibuat oleh Edmund Schlink, atau inti dari
pembicaraan yang akan dibahas dalam tulisan ini.

1
gerejawi. Konfessi dan kealkitabiahannya tidak terdiri dari persetujuan harfiah dengan
kitab suci. Konfessi adalah sebuah kesaksian ringkasan dalam kata-kata pengakuan
dosa dan keterangan yang berlawanan dengan ajaran sesat. Sebuah konfessi harus
Alkitabiah dengan tujuan untuk memahami teks kitab suci secara sempurna dengan
konsep biblika yang diperluas yang memberikan suatu keputusan. Suatu konfessi
tidak pernah dapat mengambil kesempurnaan konsep biblika kata demi kata maka
harus diseleksi beberapa aspek supaya kesaksiannya lengkap.3
Dalam hal ini Edmund schlink melihat bahwa dalam tulisannya ini dia ingin
menyampaikan beberapa hal yaitu :
1. Dalam hal ini konfessi itu harus ditelaah melalui penafsiran ayat-ayat Alkitab,
supaya kita dapat melihat apa yang sebenarnya yang akan diperbaiki dalam
konfessi yang ada.4
2. Dalam pemeriksaan kembali tentang konsep biblika yang pasti dalam konfessi,
yang timbul dari pertanyaan yang timbul untuk memperbaiki apa yang akan
dibicarakan.5
3. Dalam konfessi itu perhatian tentang konsep dan teks tentang kitab injil
sangat kecil dibicarakan bahkan ada hal yang hilang dari apa yang sebenarnya
dibicarakan dalam Alkitab.6
4. Konsep yang mungkin muncul dalam konfessi, tetapi dalam Alkitab hal itu
tidak ada, tidak ada hubungan yang sama yang ingin diperiksa/ diteliti sebagai
kekuasaan untuk menghasilkan kembali kebenaran Alkitab.7

Bila kita melihat bahwa sebenarnya Edmund Schlink bersamaan dengan


pendapat dari Paulus dalam pandangan yaitu: mereka tidak setuju tentang konfessi
yang membatasi konsep iman yang mengatakan bahwa Yesus itu adalah Allah tetapi
menuru Paulus bahwa yesus itu bukanlah Allah.
Dalam konkord itu kita akan melihat apa yang dimuat tentang hal yang
dibicarakan dalam Alkitab yaitu:
1. Pembenaran
Paulus mengatakan bahwa pembenaran itu kita harus mengutamakan
pembenaran Allah. Dalam hal ini pandangan Ausburg mengatakan bahwa
kita ini adalah orang-orang berdosa yang malang dibenarkan dihadapan
Allah dan diselamatkan semata-mata hanya oleh iman dalam Yesus Kristus
sendiri sehingga hanya Kristus sajalah kebenaran kita. 8 Pandangan ini
melihat bahwa Yesus itu adalah Allah dan manusia yang sesungguhnya
karena didalam dia hakekat ilahi dan manusia dipadukan yang satu dengan
yang lain. Kristus adalah kebenaran, bukan hanya menurut sifat
keilahianNya saja dan juga bukan hanya menurut sifat kemanusiaanNya
saja. Jadi dalam hal ini kebenaran kita semata-mata hanya oleh
anugerahNya, tanpa pekerjaan kita, jasa, atau kebajikan yang
mendahuluinya, atau yang sedang berlangsung maupun yang kemudian
dan membuat ketaatan serta kebenaran Kristus jadi milik kita sehingga kita
diterima oleh Allah kedalam anugerahNya dan kita dianggap benar. Dalam
hal ini pembenaran itu kita akan melihat yang sebenarnya bahwa
pembenaran Allah karena iman kepada Yesus Kristus semua orang akan di
3
Opcit, Theology of The Lutheran Confessions,hlm 298
4
Opcit, Theology of The Lutheran Confessions,hlm 299
5
Opcit, Theology of The Lutheran Confessions,hlm 302
6
Opcit, Theology of The Lutheran Confessions,hlm 305
7
Opcit, Theology of The Lutheran Confessions,hlm 308
8
Opcit, , Theology of The Lutheran Confessions,hlm 299

2
benarkan, jadi dalam hal ini pembenaran itu buakan seperti apa yang
dituliskan dalam konfessi Ausburg tetapi karena kebenaran Allah dalam
hal ini Allah itulah kebenaran bukan Kristus jadi oleh karena Allah itu
kebenaran dan Allah telah menyatakan kebenaran itu di dalam Yesus
Kristus maka kita dapat mengatakan bahwa kita di benarkan hanya oleh
anugerah Allah yang dinyatakan dalam diri Yesus Kristus.

2. Babtisan
Dalam katehismus besar pedoman terhadap Roma 6 ini sama sekali telah
hilang, atau Roma 6 ini tidak dibuat menjadi dasar dari pada babtisan oleh
Lutheran yang hanya mengacu pada konfessi yang ada. Padahal yang
sebenarnya kita dalam mengetahui apa sebenarnya babtisan itu dan apa
fungsi dari pada babtisan itui kita harus berangkat dari pada Roma 6 ini.
Babtisan menurut yang kita lihat dalam Roma 6 ini adalah bahwa Adam
lama ada dalam kita bersama dengan semua dosa dan nafsu setan harus
dihilangkan dengan pertobatan melalui kematian. Melalui babtisan kita
telah mati bersama dengan Kristus dan bangkit kembali bersama dengan
Kristus. Dalam hal ini kita dapat melihat apa sebenarnya manfaat dari
babtisan itu, yaitu bahwa kita telah mati dan memberikan kematian kita
kepada Kristus dalam kasih Allah. Babtisan yang didasarkan pada
katehismus besar hanya menggunakan apa yang dikataka oleh yesus pada
saat dia terangkat kesorga yaitu `` pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus”,`` siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi siapa
yang tidak percaya akan dihukum. Dalam hal ini kita dapat melihat
memang ayat kitab roma 6 telah hilang dari konsep katehismus besar. Kita
tidak dapat melihat bagaimana kita dalam hal babtisan kita. Dimana
babtisan itu telah diperkenalkan oleh Yesus sendiri dalam setiap
kehidupan-Nya dan kita dapat mengerti apa sebenarnya gunanya kita
dibabtis.

3. Hadirat dari Kristus


Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa Yesus memperkenalkan dirinya
secara tidak langsung tentang kemesiasan-Nya. Jadi dalam hal ini akan
dilihat apa yang harus kita lihat untuk memeriksa pendapat dari konfessi
yang ada.

4. Penafsiran tentang ayat Alkitab yaitu Keluaran 4-14 apakah ini bisa
disebut sebagai suatu hal tentang pengerasan hati Firaun oleh Allah
terhadap orang Israel. Dalam hal ini firaun dilihat sebagai perusak doktrin
penolakan tentang rumusan konkord. Dalam hal ini kita akan melihat
bahwa sebenarnya bahwa Allahn ingin memperkenalkan bahwa Allah
adalah Tuhan. Firaun dalam hal ini adalah bahwa allah ingin mengeraskan
hati dari Firaun supaya dapat dilihat bahwa Allah ingin melakukan
keajaiban

Ada perbedaan yang sangat besar menurut Edmund Schlink dalam konfessi
mengenai iman. Dalam hal pistis tentang Yesus kita akan melihat apa yang akan

3
dikatakan oleh doktrin dari Lutheran. Konfessi dalam hal ini membatasi konsep iman
untuk memperoleh pengampunan dan dengan demikian itu akan mengurangi seluruh
janji inklusif berdasarkan iman oleh Yesus Kristus. pada hal seharusnya Konsep iman
yang sebenarnya yang didasarkan pada apa yang dikatakan oleh Alkitab. Menurut dari
pandangan dari Paulus yang mengatakan bahwa Yesus itu sebaiknya bukan dibuat
sebagai objek melainkan sebagai subjek supaya kita dapat kembali kepada konsep
iman yang sebenarnya. Jadi dalam hal ini akan dilihat bagaimana seharusnya manusia
itu bertindak dalam hal imannya terhadap Yesus Kristus.
Dalam hal babtisan konfessi hanya menggunakan Allah secara umum bukan
Allah yang Trinitas. Konfessi mungkin mengabaikan formula didalam nama oleh
pengertian orang yang sedang dibabtiskan yang mana mereka datang dengan
kesadaran mereka sendiri untuk dibabtiskan. Hal ini berkaitan dengan hal Kristologi
dan konsep Trinitatis yang membicarakan tentang Yesus secara Kristologi. Dalam hal
ini babtisan bukan kehendak dari pada manusia melainkan ini merupakan kehendak
dari Allah. Luther melihat bahwa melalui suatu babtisan seseorang itu telah
diserahkan kepada kematian dan juga kebangkitan dari pada Yesus Kristus.
Kita perlu melihat pengakuan dari apologi dan formula dari konkord. Dalam hal
ini kita akan melihat apakah memang jiwa dan raga itu dipengaruhi oleh iman melalui
injil autu itu merupakan hal yang dilihat dari tradisi Yunani. Dalam konfessi rumusan
tentang kematian Yesus Kristus sangat minim dibahas sedangkan hal yang
menyangkut tentang historis dari perjalanan Yesus sangat besar dibicarakan. Jadi
dalam hal ini ktta perlu memperhatikan hal-hal apa saja yang hilang dari Teks Alkitab
yang dimuat dalam konfessi yang ada.
Konfessi mengakui bahwa eskatologis berasal dari pembicaraan Yesus dalam
perjamuan kudus bukan berada pada peristiwa yang menjadi suatu keharmonisan yang
ada, yang membuat bahwa Mesias yang akan datang itu mengabaikan kerajaan Allah.
Sesuai dengan janji kedatangan Mesias dalam PL, rahasia kemesiasan Yesus dari
Nazaret adalah suatu yang PNEUMATOLOGIS (Yes. 11:1-3, 61:1-3). Sejak hakim-
hakim, Roh adalah kharisma perang pada seorang hakim, yang membebaskan umat
sebagai pengganti Allah. Dia muncul sebagai pembebas yang diurapi (maschach)
dengan Roh Allah.Yesus Kristus menurut Lukas 4:17f dihubungkan dengan Yesaya
61:1-3; Lukas 4:21 membuktikan bahwa apa yang dijanjikan dalam PL digenapi.
Kisah baptisan Yesus memahami Roh dalam bentuk merpati yang turun pada orang
yang dibaptis dan pada saat yang sama terdengar suara Allah (Mrk. 1:10).
Dalam ”Kristologi Adoptianus” hal ini dilihat sebagai proklamasi inisiasi.
Artinya dengan kharisma Roh Yesus diadopsi menjadi anak. Yang jelas ini adalah
suatu pemberitaan jemaat mula-mula. Dalam Kristologi pneumatologis: Rahasia
pemberian kuasa dalam kemanusiaan Yesus Kristus merupakan anugerah pencurahan
Roh yang sempurna dan tidak terbatas, pemberian kharisma penyelamatan dan
pembebasan atas nama Allah. Semua ini dapat dipahami dalam terang thema ”Allah
pembebas”. Pemahaman yang bersifat Yudish atau Yudaish ini mungkin yang
diterjemahkan dalam pengertian fisis-hellenistis dengan dogma ”vere Deus – vere
homo” (Allah 100% dan manusia 100%). Dalam dialog dengan Judentum Lukas 4:17-
18 dan Yesaya 61:1-3 merupakan kemungkinan yang menentukan (bandingkan
Yesaya 42:1-4 dan Mat. 12:18).
Pengakuan akan Kristus dalam PB agaknya melampaui gambaran inspirasi Roh
pada para nabi. Karena karunia Roh dalam Kristus tanpa batas (Yoh.3:34). Itu
sebabnya Kolose 2:9 mengaku bahwa kepenuhan ketuhanan tinggal di dalam Dia
(Kristus). Itu berarti dalam tubuh dan hidup yang satu ini yaitu ”nasibnya” sebagai
manusia, Allah solider dan mengidentifikasi diri dalam kekuatan Roh-Nya. Dia

4
diurapi sebagai mesias yang ditinggikan dan diserahkan kepada kematian bagi
kepenuhanNya (Yoh. 14:3-9; Mat. 26:6-13; Yoh. 12:1-8).
Mulai kelahiran (Mat. 1:20; Luk. 1:35) hingga akhir (Yoh. 20:22) Yesus terkait
erat dengan Roh. Itu sebabnya Yesus dipahami pneumatologis. Itu sebabnya Paulus
berkata bahwa hanya oleh Rohlah orang bisa menyatakan atau mengaku tentang
Kristus sebagai utusan Allah dan diurapi oleh Allah. Dan dari kepenuhanNya kita
beroleh anugerah demi anugerah (Yoh. 1:16).
Menurut Paulus bahwa Roh itu juga yang bersaksi bahwa Kristen adalah anak-
anak Allah, apalagi bersaksi bahwa Kristus adalah Anak Allah. Itu sebabnya dalam
Roh Kristus dan orang Kristen terikat, bukan hanya karena pengakuan atau iman akan
Kristus (1 Kor. 12:3), tetapi terutama karena partisipasi pada pengurapan (kharisma)
dalam seluruh pikiran, perkataan dan tindakan. Dalam Kristus janji pemberian Roh
bagi Israel dipenuhi (Gal. 3:14).
Konfessi tidak membicarakan tentang karunia Roh, tetapi konfessi ini melihat
apa sebenarnya tugas dari pada Roh Kudus yang berangkat dari pengertian sakramen
untuk mengingat dan yang mengarah hanya berdasar pada perjanjian baru saja.
Padahal sebenarnya itu merupakan hal yang sudah diterima oleh para Nabi . Padahal
pengertian tentang Roh Kudus itu seharusnya didapat dari firman dan sakramen
Kristen. Jadi dalam hal ini perlu untuk diteliti bahwa jenis jabatan tidak terpisah dari
karunia Roh. Dalam konfessi dikatakan tentang takdir, hal ini tidak pernah dikatakan
dalam Alkitab. Jadi hal ini tidak berhubungan sama sekali, jadi hal ini harus diperiksa
kembali supaya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
M. Kahler tidak setuju dalam hal penebusan tentang konsep penebusan dan
amal sebab hal ini berlawanan dengan apa yang dikatakan dalam Alkitab. Konfessi
mensyaratkan kesatuan firman Tuhan dengan penebusan dari Yesus dari kayu salib.
Dalam hal ini dia berpendapat bahwa penebusan itu bukanlah hasil dari pada
perbuatan kita sendiri tetapi itu merupakan suatu kehendak dari pada Allah. Perbuatan
tentang penebusan itu dilakukan oleh Roh Kudus
Peringatan antara hukum Tuhan didalam Perjanjian Lama lebih tinggi
dibicarakan dibandingkan dengan apa yang dibicarakan dalam Perjanjian Baru. Dalam
hal ini kita dapat melihat bahwa sebenarnya Alkitab perjanjian lama dan perjanjian
baru bukan merupakan dua bagian Alkitab yang sederhana. Firman dalam perjanjian
lama pada dasarnya adalah Alkitab sedangkan firman dalam perjanjian baru adalah
pernyataan lisan.
Konfessi melihat bahwa dalam perjamuan kita lihat dalam katehismus itu tidak
banyak dibicarakan tetapi hal itu merupakan sesuatu yang sangat besar di komentari
dalam perjanjian baru. Jadi pengajaran tentang sakramen lebih banyak dipengaruhi
oleh sejarah yang menjadi suatu keputusan dalam konfessi Ausburg dari pada
berdasarkan Alkitab. Padahal tentang sakramen itu telah banyak dibicarakan oleh para
Nabi dalam Alkitab. Maka seharusnya memang kita harus berangkat dari pada apa
yang dikatakan oleh para nabi tentang sakramen dalam Alkitab. Dalam konfessi
tentang perjamuan itu tidak jelas dibicarakan apa itu yang dikatakan dengan
perjamuan malam Tuhan. Sehingga terjadi suatu hal yang bergeser dari pada arti yang
sebenarnya tentang perjamuan malam Tuhan itu, khususnya teks-teks yang dari pada
Rasul Paulus tentang perjamuan kudus itu telah hilang yaitu mengenai peristiwa
kematian dan kebangkitan dari Kristus.
Dalam hal berdogmatika yang didasarkan oleh Edmund Schlink ini kita akan
melihat berbagai pendapat tentang apa itu sebenarnya Kristologi dan Trinitatis dan
juga berbagai pandangan yang lain, supaya hal ini dapat menjadi terang.

5
Menurut F Gogarten tugas utama kristologi adalah menjawab pertanyaan di
seputar “kesatuaan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus”. Masalah yang penting
diperhatikan adalah bahwa dalam tugas yang demikian ada pertanyaan bagi teologi,
yaitu bagaimana memikirkan masing-masing dalam hakekatnya. Jika Gogarten
menentukan tugas kesatuan, maka pada dasarnya Gogarten sudah menentukan sebuah
asumsi dasar yang sekaligus kriterium dalam menilai keabsahan sebuah kristologi,
yaitu bahwa keduanya, Allah dan manusia adalah satu. Yang ke dua tidak lebih
kurang penting atau lebih sedikit dari yang pertama.
Kristologi pada kemanusiaan Yesus (Kristologi Luther);
“Kemanusiaan Yesus sama sekali tidak ada arti kalau ke-Allah-an tidak ada di
dalamnya. Dan Allah tidak akan dapat diketemukan jika tidak di dalam kemanusiaan
Yesus tersebut” (WAI, 1 208). Dengan pernyataan ini menurut Gogarten Luther
membalik tradisi pemahaman kristologi sebelumnya dimana Luther berangkat dari
kemanusiaan Yesus Kristus. Berangkat dari kemanusiaan Yesus Kristus berarti tidak
lagi berangkat dari person kedua Allah.. Itu sebabnya Gogarten menjawab pertanyaan
kesatuan antara Allah dan manusia di dalam diri Yesus Kristus harus berangkat dari
kemanusiaan Yesus.
Dialektika tindakan penyataan Allah pada Yesus Kristus.
Orang akan salah memehami Gogarten dalam artian Luther kalau upayanya
dilihat hanya memahami kemanusiaan Yesus. Dialektikanya adalah bahwa ketika
memahami kemanusiaan Yesus, dia juga akan memahami tentang Allah. Dengan
demikian dialektika penyataan Allah berarti bahwa ke-Allah-an Allah dalam tindakan
penyataan di dalam kemanusiaan Yesus, atau kemanusiaan Yesusdi dalam refleks
tindakan penyataan Allah. Jadi kesatuan Yesus dengan Allah merupakan implikat dari
dialektika tindakan penyataan Allah tersebut.

Dialektika tindakan penyataan Allah sebagai bingkai interpretasi dalam memahami


vere deus – vere homo.
Sebagaimana dalam tindakan ganda Allah yang mematikan dan menghidupkan
adalah kehendak Allah di dalam Yesus Kristus, demikian juga ke-Allah-an dan
kemanusiaan Jesus dipahami dalam ketidak terpisahannya, sejauh Yesus dipahami
didalam ketaatanNya kepada kehendak Allah. Dengan demikian vere homo Yesus
berarti keberadaan Yesus melalui tindakan Allah yang menghakimi dan mematikan,
dan vere deus Yesus kemenjadian Yesus melalui kehidupan Allah yang berkuasa di
dalam dan keluar dari kematian.

Program Kristologi dari bawah Martin Luther


Berangkat dari pemahaman Kristologi Luther, maka Gogarten mengatakan
bahwa “hanya siapa yang berangkat dari kemanusiaan Kristus, akan tiba pada
pemahaman yang benar ke-Allah-anNya.” Dengan pernyataan tersebut maka
walaupun Luther dalam tulisannya tidak mengatakan bahwa dia menentang kristologi
gereja purba, namun demikian dari konsep yang dia kembangkan pada dasarnya hal
itu sudah sangat berbeda dengan gereja purba.

Kristologi dalam kemanusiaan Yesus dan dalam pemikiran sejarah teologi masa kini.

6
Jika pemahaman kristologi yang demikian benar dari Martin Luther menurut
Gogarten, maka akhirnya pertanyaan akan sampai pada siapa Yesus, artinya manusia
Yesus itu! Bagi Gogarten, siapa Yesus haruslah dijawab bukan dari “siapa dulu Yesus
dalam sejarah kemanusiaannya”, tetapi “siapa Yesus, yang dari padanya berangkat
pemahaman kristologi.” Maksudnya adalah berangkat dari percakapan atau perkataan
kristologi dalam Alkitab. Sejauh mana iman kepada Yesus dibawa dalam percakapan.
Dengan demikian kristologi sebagai ungakapan atau pengakuan iman jemaat
(sebagaimana sudah dijelaskan pada minggu sebelumnya).

Kristologi dari atas ke bawah gereja purba


Menurut Gogarten gereja purba dalam pemahaman kristologi berangkat dari
ide tentang Allah secara spekulativ, yang akan juga memahami kemanusiaan Yesus
secara salah. Pemahaman spekulativ ini jelas memahami Yesus sebagai person kedua
Allah. Dengan konsep ini sebetulnya Yesus masihlah logis asarkos, yang belum
“logos menjadi daging”. Inkarnasi hanya dapat dipahami dalam bingkai person kedua
dari Allah dalam konsep trinitas. Kalau demikian halnya maka kemanusiaan Christus
hanya dipahami sebagai instrumen dalam proses trinitas menurut gereja purba.
Kalau penggambaran rahasia Nama Allah ke dalam sejarah kedatanganNya
harus dipahami sebagai permulaan ajaran trinitas Kristen, maka Kristologi akan dapat
berorientasi – di bawah syarat di atas – pada dogma trinitaris konsili gereja purba.
Dalam karya dogma yang lebih baru, kritik terhadap Kristologi gereja purba
semakin keras: Kristologi berangkat dari idea tentang Allah yang spekulatif. Sebagai
Kristologi dari atas ke bawah, Kristologi ini kehilangan kemanusiaan Yesus yang
konkrit. Kristologi tersebut mempersyaratkan ke-Allah-an Yesus Kristus. Orang harus
berdiri pada posisi Allah untuk memahami anak Allah yang datang ke dunia. Bahan
”teori dua dunia” tidak bisa dipahami lagi saat ini. Berita tentang Kristus berbeda
dengan ajaran dua dunia.
Demikian juga Kristologi dari bawah dipertanyakan bila dipahami dengan
model berpikir demikian. Seharusnya dijelaskan, bahwa – analog pada pembicaraan
tentang Allah yang tertentu melalui theologia nama dalam PL – juga pembicaraan
tentang manusia Yesus memperoleh cetakannya terutama dari bentuk konkrit Yesus
sebagai Yahudi dan pembaharuan yang dijanjikanNya secara profetis.
Roh yang dicurahkan secara tidak terbatas (Yoh. 3:43) tidak hanya
memperlengkapi seorang nabi atau mesias tetapi dia menjelaskan pengutusan ”anak”,
yang kepadaNya semua diserahkan (Mat. 11:27). Dalam kekuatan Roh ini, Yesus
mengatasi kuasa kematian dan kejahatan (Mat. 12:28). Melalui pekerjaan Roh, Dia
menyerahkan hidupNya.

Demikian juga bagi Kristologi Paulus, aspek pneumatologis merupakan


komponen utama. Roma 1:3ff berkaitan dengan pengakuan tentang Kristus oleh
Kristen mula-mula. 1 Korintus 15:45, Kristus hidup di dalam (soma pneumatikon) dan
sebagai adam yang terakhir, Roh kehidupan keluar dari padaNya. Tuhan adalah roh (2
Kor. 3:17). Dengan syarat Kristologi pneumatologis inilah kita dapat memahami
dogma trinitas gereja purba. Allah ada dan bertindak dalam Kristus (2 Kor. 5:18-19).
”Dalam Kristus” berarti Allah berada dalam ”Dia yang berhadapan dengan Allah.”
Dalam buku ini kita melihat bahwa Yesus menyatakan dirinya sebagai mesias
yang dinantikan secara tidak langsung, kepada murid-muridnya terutama kepada

7
Petrus. Jadi hal ini bersangkut paut dengan bagaimana kelahiran atau penantian
Mesias dalam pemikiran Yahudi. Dalam pemikiran Yahudi tentang penantian tentang
Mesias yang ditulis oleh Jurgen Moltman bahwa pengharapan akan Mesias itu
dipengaruhi oleh perang dunia yang pertama. Sejak Schleiermacher berkembang,
teologi protestan yang merumuskan Allah yang benar dan tidak terkatakan itu dalam
diri Yesus Kristus secara anthropologis. Secara konsisten dia menggunakan metode
akibat-sebab. Dia berefleksi dari pengalaman manusia secara anthropologis untuk
menemukan siapa Jesus: Yesus mempunyai kesadaran kepenuhan akan Allah secara
sempurna, sementara karena kejatuhan dalam dosa, manusia tidak lagi mampu
mengemban tugas sebagai gambar Allah. Pada saat yang sama, Yesus adalah suatu
realisasi dari kesempurnaan ciptaan yang ditentukan Allah dalam diri manusia.
Kristologi dalam dialog dengan Yahudi yang dikembangkan Moltmann dari dasar
pengharapan messianis bersama berangkat dari pemahaman Kristologi-Roh, dimana
Yesus dilihat sebagai Nabi Messianis bagi orang-orang miskin. Pemahaman yang
demikian menekankan kristologi dalam kontinuitas injil (PB) dari sejarah janji dalam
PL. Penekanan kontinuitas yang demikian keras memperlihatkan perkembangan
pemahamn kristologi Moltmann dari bukunya “Theologia Pengharapan”.
Perkembangan ini juga pada dasarnya sudah dimulai Moltmann ketika dalam bukunya
“Allah yang tersalib” dia mencoba memahami Yesus. Dengan demikian secara
singkat dapat dikatakan: Perjalanan Kristologi dalam teologi pengharapan ke
Kristologi dalam dimensi messianis diwarnai oleh pikiran-pikiran yang dikembangkan
J. Moltmann dalam bukunya “Allah yang tersalib” 9
Perjanjian Baru memproklamasikan pengutusan mesias. Di dalam mesias
Yesus Kristus, Allah mengindentifikasi diri dan solider terhadap manusia yang berada
dalam perbudakan dosa (dalam PL : perbudakan di Mesir), untuk meneguhkan janji
yang diberikan di dalam Perjanjian Lama.
Perjanjian Baru juga bicara tentang kedatangan mesias.
Pewartaan Yohanes Pembaptis dalam Injil Sinoptik (Mrk. 1:3; Mat. 3:3; Luk. 3:4)
mengacu pada Yesaya 40:4. dengan ini janji profetis dalam Yesaya 35:4 dipenuhi.
Tujuan kedatangan Allah Allah dalam PL adalah TEOFANI yang universal (Yes.
40:5, 52:10, 60:2ff).
Mesias juga dinantikan sebagai ho erchomenos: “Aku tahu, bahwa mesias
akan datang, yang disebut juga Kristus” (Yoh. 4:25). Kata Yesus kepada mereka:
“Akulah Dia yang berkata-kata kepadamu” (Yoh. 4:26). Yohanes pembaptis juga
berbicara kedatangan mesias (Yoh. 3:11) walaupun Dia menanyakannya dikemudian
hari (Yoh. 11:3). Itulah pengakuan dan pertanyaan Kristologis.

Konteks tersebut harus pertama-tama dipahami dan diperhadapkan pada


pemahaman Kristologis gereja tua. Tampaknya dalam PB ada kecenderungan
pemahaman Kristologi dari atas (Rom. 8:3; Gal. 4:4; Yoh. 1:1ff) dan dari bawah (Kis.
2:36, 5:31). “... keduanya mutlak. Satu tidak bisa dipahami lepas dari yang lain” (Karl
Barth, KD IV/1, hlm. 148).Yang pertama dan yang menentukan adalah fakta, bahwa
Yesuslah mesias sebagai mesias yang dinati-nantikan Israel adalah ho erchomenos,
yang kedatangannya berada di bawah terang kesaksian kedatangan Allah yang
dinyatakan dalam PL. Seluruh teologi sistematika harus dihubungkan dan didasarkan
pada fakta tersebut. Kedatangan Yesus bukan tanpa syarat.
Jadi siapa Yesus dan apa yang Dia bawa, hanya dapat dipahami dari PL dan
harapan-harapan Yahudi. Itu tidak bisa dipungkiri dan digantikan oleh apapun.
9
Jurgen moltman, The Coming of God, Chritian Eschatology.(London-SCM PRESS ITI,19996.), hlm
29

8
Karena itu, kedatangan Yesus haruslah dilihat sebagai kedatangan satu-satunya dan
sekali untuk selama-lamanya, yang tidak bisa disamakan dengan kelahiran manusia
biasa, karena kedatanganNya ditentukan oleh janji Allah dan kedatangan Allah.
Dua kali disebutkan dalam PB, kedatangan Yesus sebagai mesias dalam arti
pengharapan orang Yahudi (Yoh. 1:41, 4:25). Dalam Injil dan Kisah Para Rasul, kita
menemukan sebutan ho christos (mat. 1:16, 2:4, 16:16, 22:42, 24:5; Kis. 2:31, 3:18)
yang kemudian menjadi (nomen proprium) christos (Rom. 1:6, 3:22; Kol. 1:7). Paul
Althaus tidak setuju dan tidak menerima bahwa Kristus adalah gelar untuk Yesus
dengan alasan bahwa kita adalah heidenkristen dan bukan judenkristen. Sikap
tersebut beda dengan sikap Paul Tillich yang selalu menyebut Yesus dengan Kristus.
Dengan demikian, kedatangan Yesus haruslah dipahami dalam terang
kedatangan Allah kepada umatNya. Di situ tampak inisiatif Allah, yaitu inisiatif
mengasihi, yang dengannya Dia mengidentifikasikan solider terhadap nasib manusia
di bawah kematian. Yesus datang dalam nama Allah (Mrk. 11:9; Maz. 118:25).
Sehingga terhadap pemahaman mesias berlaku meth hemon ho theos Allah beserta
kita (Mat. 1:23).
Apakah dengan demikian kedatanganAllah atau TEOFANI sudah terpenuhi?
Apakah semua janji Allah sudah sampai kepada tujuan? PB tidak mengatakannya
dengan jelas, kecuali seluruh janji Allah diteguhkan atau ditegaskan (Rom. 15:8; 2
Kor. 1:20). Jadi fakta bahwa yang datang kepada manusia tetaplah ho erchomenos.
PB bicara tentang kedatangan Anak manusia. Dalam Kristus, kasih dan solidaritas
Allah pada manusia sudah sampai kepada tujuan.
Kerajaan Allah dan kedatangan Allah sudah dekat. kemuliaanNya memancar
di dalam ketersembunyian kemanusiaan Kristus (Yoh. 1:14). Pewartaan penampakan
Allah tampak dalam ketersembunyian kemanusiaan Yesus, sebagai mana diwartakan
Yohanes Pembaptis (Luk. 3:6). Nama Allah Israel dipermuliakan dalam penderitaan
dan kematian Yesus Kristus (Yoh. 12:28). Dengan demikian kesaksian kedatangan
Allah Israel menjadi syarat atau aksiom dalam memahami peristiwa Kristus.
Dengan demikian dapat dikatakan: hanya kedatangan Allah yang menjadi
harapan dunia! Dalam harapan tersebut, menurut kesaksian Alkitab, pengutusan
Kristus tidak bisa terpisahkan. “karena di dalam Kristus berkat Abraham (Kej. 12:3)
datang dan janji akan kedatangan Roh Kudus dipenuhi di dalam Kristus” (Gal. 3:14).
Kalimat pertama Kristologi merupakan sebuah kalimat pengakuan iman:
Yesus adalah Kristus yang hidup. Dia adalah Tuhan (kyrios) yang tersalib dan
bangkit. Seluruh pernyataan kristologis berada di bawah terang realitas tersebut.

Kristologi adalah sebuah pernyataan sistematis dan ajaran tentang Yesus


sebagai mesias yang berawal dari pengakuan iman jemaat Kristen (Mark. 8: 29; Fil.
2:11; 1 Kor. 12:3; Fil. 4:5). Pernyataan tersebut lahir dari konteks kebangkitan yang
tersalib, yang dihubungkan dengan Kristus yang hadir dan hidup. Iman akan Kristus
merupakan iman kebangkitan yaitu iman yang berasal dari kuasa Allah dan Roh
Kudus (mat. 16:17; 1 Kor. 12:3; Yoh. 6:44-45, 65. lihat juga penjelasan Luther
tentang artikel III dalam Katekismus).
Kristologi adalah bentuk pengakuan iman karena memang peristiwa Kristus
merupakan suatu peristiwa yang melampaui akal dan pikiran manusia (1 Kor. 2:9). Di
dalam Kristus, Allah pembebas menyatakan diri dalam akhir kisah kedatanganNya.
Para saksi tahu dan menyaksikan bahwa Dia lahir dan bangkit tetapi tidak
merupakan sebuah protokol biografi. Tentang Dia, hanya dijelaskan sejak lahir;

9
beberapa stasium kehidupan seperti baptisan di Jordan – muncul di Jordan –
perjalanan ke Yerusalem – proses dan penyaliban. Namun demikian, kitab Injil tidak
sepakat dengan semua peristiwa tersebut.
Injil tidak menjelaskan apa yang dulu Yesus lakukan, tetapi apa yang Yesus
lakukan saat Dia hadir dan tindakanNya itu merupakan tindakan yang dinamis
berorientasi ke masa depan. Apa dan bagaimana tindakan Yesus dan apa yang dialami
oleh Yesus, yang jelas bahwa seluruh kesaksian tentang Yesus dalam Alkitab
seragam: bahwa kisah Yesus Kristus merupakan tindakan Allah. Dalam Yesus, Allah
pembebas sendiri yang bertindak. Dengan demikian kitab Injil tidak memberitakan
sejarah tentang Yesus tetapi memberitakan sejarah yang dikerjakan Allah di dalam
Kristus. Jadi Kristologi bukanlah sebuah spekulasi dan ajaran tentang hakikat ke-
Allahan Kristus melainkan sebuah pewartaan dan sapaan. Pewartaan dan sapaan yang
berada dalam perjalanan kepada para pendengarnya.
Christologie yang demikian memang mempertahankan kekhususan Yesus Kristus,
tetapi pada saat yang sama Yesus dipahami dalam konsep filsafat agama sebagai
perwujudan sempurna dari kesadaran akan Allah, yang tidak sempurna pada diri
manusia. Perumusan yang demikian tidak berangkat dari kesaksian tentang Christus
di dalam alkitab.
Barth memahami bahwa inisiatif Allah menyatakan diri di dalam Yesus
Kristus haruslah dipahami bukan dari konsep secara umum, tetapi dari
konkretissimum Yesus Kristus: "Siapa Allah dan apa itu ke-Allah-an harus kita
pelajari, yaitu dimana Allah sendiri menyatakan diriNya, sifat-sifatNya dan
keberadaanNya. Kalau Dia sebagai Allah memperkenalkan diriNya sendiri di dalam
Yesus Kristus, itu menunjukkan bahwa kita tidaklah lebih bijak dari pada Dia, untuk
menyatakan bahwa hal itu bertentangan dengan hakekatNya sebagai Allah“ (KD IV/1,
S. 203).
Oleh karena itu, berikut ini akan kita coba melihat apa kata Alkitab tentang
Christus sehubungan dengan kerajaan Allah dan dengan demikian dengan Anak
Manusia. Karena berbicara tentang kerajaan Allah dan Anak Manusia tidak lain
adalah bicara tentang Christus yang adalah Yesus Messias di satu sisi, serta berbicara
tentang kuasa pembaharuan dunia di sisi lain, maka akan dapat dipahami bahwa kedua
hubungan ini bukanlah pertama-tama tekanan PB melainkan PL.
Semua pewartaan tentang Yesus Kristus sebagai Kristus (-nya Allah), baik
bentuk, kandungan, maksud dan tekanannya adalah Evangelium (kabar gembira),
yang di dalamnya fakta kedatangan kerajaan Allah, yaitu kerajaan kemerdekaan dan
kasih, dikumandangkan, yaitu dalam tindakan dan perkataan Yesus dari Nasaret.
Evangelium merupakan berita eskatologis (Mk 1:14f). Semua janji dalam PL
terkonsentrasi dalam Yesus Kristus. Allah, yang datang ke dunia di dalam Israel dan
menerobos masuk ke dalam kerajaanNya dengan tindakanNya yang membebaskan,
mengatakan kata terakhir dalam tindakan yang menentukan. Itulah peristiwa Kristus.
Peristiwa Kristus merupakan evangelium yang dinantikan sejak Deuterojesaya
(52:7ff). Dengan kata lain, sejak deuterojesaya evangelium dan kerajaan Allah terkait
dan terikat satu dengan yang lain. Dimana kerajaan Allah hadir, di sana evangelium
berkumandang. Di mana evangelium diproklamasikan, di sana kerajaan Allah
menerobos masuk ke dunia bangsa-bangsa dan ke seluruh ciptaan. Kesatuan antara
evangelium dan kerajaan Allah menunjukkan kesatuan antara kerajaan Allah dan
Anak Manusia.
Kesatuan dan keterikatan keduanya bukan berarti mengatakan keduanya
identik, itu sebabnya perlu dibedakan, yaitu antara kedatangan kerajaan Allah yang
dikumandangkan dalam evangelium dan tindakan dan perkataan Yesus dari Nasaret.

10
Dalam hubungannya dengan sejarah janji dalam PL dan dalam terang kebangkitan
yang tersalib, semua yang dilakukan dan dikatakan oleh Yesus diyakini, dikenal dan
dipahami sebagai satu-satunya fakta kasih setia Allah yang dinyatakan dalam
evangelium (Yoh 3:16). Semua fakta-fakta atau detail tindakan dan perkataan Yesus
berfokus pada kedatangan kerajaan Allah. Dengan demikian evangelium
memperlihatkan apa kasih Allah, bagaimana kedalaman kasih Allah berlangsung pada
sesama manusia, hidup bersama dan dalam teka-teki keberadaan manusia, serta
bagaimana kasih Allah juga solider pada kematian sebagai nasib manusia. Jadi
evangelium mewartakan revolusi total keberadaan manusia dan masyarakat manusia
yang telah mengalami kehancuran.
Kabar Gembira dan kandungannya adalah satu. Demikian juga pengenalan
akan Allah yang ditawarkan di dalam Yesus Kristus, itupun merupakan anugerah
Allah. Allah adalah subjek. Dia mempertahankan kebebasan dirinya sebagai subjek,
ketika dia memperkenalkan diriNya. Dalam kekuatan dan otoritas subjek, evangelium
bukan hanya saksi dan berita peristiwa keselamatan, tetapi merupakan peristiwa
keselamatan itu sendiri. Dengan demikian dalam pewartaan evangelium terjadi suatu
intervensi kasih dan anugerah kedatangan Allah: sebuah perubahan universal dan
radikal. Dengan perubahan ini ingin diperlihatkanlah suatu masa depan yang baru.
Masa depan yang sudah dimulai dan muncul. Itulah sebabnya evangelium tidak
pernah diberitakan untuk memperbanyak atau meningkatkan ketakutan.
Evangelium merupakan kabar baik dan memberitakan fakta kedatangan
kerajaan Allah. Seluruh perikop firman Tuhan terkait dan mendukung fakta tersebut.
Seluruh pewarta evangelium hanya mengenal Kristus, yang di dalamnya masa depan
perubahan dunia dan awal kehadiran kerajaan Allah sudah dimulai. Hanya imanlah
yang mempertimbangkan peristiwa. Iman kepada Allah di dalam Yesus Kristus berarti
bahwa evangelium merupakan dan mewartakan kesatuan tindakan Allah di dalam
Yesus Kristus. Semua penelitian historis kritis harus memperhadapkan hasil
penelitiannya pada fakta tersebut.
Evangelium mewartakan kedatang kerajaan Allah yang sudah dekat, yang
telah menjadi suatu kehadiran yang tersebunyi di dalam diri Yesus, anak manusia.
Dalam firman dan tindakan anak manusia ini kekuatan dunia yang akan datang
bekerja sebagai suatu revolusi yang memperbaharui manusia, sebagai politik yang
baru menantang sejarah dunia serta menembus seluruh ciptaan.
Kerajaan Allah memperlihatkan dirinya sebagai 1) suatu kuasa: walaupun
sifatnya akan datang, tetapi kuasa tersebut telah dimulai, 2) suatu tempat: yang datang
dan sangat dekat pada dunia kita ini dan muncul di dunia ini. Dengan demikian
agaknya pesan eskatologis pewartaan Yesus berbeda dengan pewartaan Yohanes
pembabtis, bahwa kehadiran dan kekinian kerajaan Allah yang tersembunyi dan
penuh rahasia diperlihatkan (Lk 10:23f.). Konsekuensi dari rahasia dan kehadiran
tersembunyi tersebut adalah panggilan pertobatan dan beriman. Siapa yang bertobat
maka menjadi anggota kerajaan Allah.
Dalam diri Yesus manusia menemui autobasileia atau kerajaan Allah dalam
person. Sebagaimana sejak deuterojesaya: kerajaan Allah dan evangelium tidak
terpisahkan, demikian juga sejak daniel (7:13f) kerajaan Allah dan Anak Manusia
tidak terpisahkan. Apakah Yesus memahami dirinya sendiri sebagai Messias-Anak
Manusia yang akan datang di dalam ketersembunyian kemanusiaanNya? Atau apakah
baru dalam perjalanan sejarah tradisi Yesus disamakan dengan messias? Untuk
menjawab ini maka autobasileia, dalam arti kehadiran tersembunyi kerajaan Allah di
dalam Yesus Kristus, bisa sebagai kunci, karena kehadiran dan kekinian kerajaan
Allah merupakan rahasia kemessiasan Yesus. Karena hanya dialah yang dimaksudkan

11
sebagai seorang Yahudi yang mewartakan kepada kita tentang kedatangan kerajaan
Allah.
Dengan demikian perlu ditanyakan: bagaimana Yesus membedakan dirinya
dari Yohannes Pembabtis? Bagaimana proses yang dialami Yesus dapat dipahami?
Jelas Dia dihukum oleh pemerintah Roma sebagai raja orang Yahudi! Kenapa
kebangkitan sebagai petunjuk kemesiasanNya? Tampaknya haruslah pewartaan
tentang Yesus dari Nasaret didasarkan atau berangkat dari pengharapan akan
kedatangan Anak Manusia, yang dalam perkataanNya kehadiranNya yang
tersembunyi dan rahasia telah diperlihatkan (Mk 8:38).
Kalau di sini berbicara Anak Manusia, ini bukan dalam hubungannya dengan
perbedaan antara Anak Manusia dan Anak Allah, sebagaimana sering dikenal
dengan”ajaran dua kerajaan” atau ”zwei naturen Lehre”. Anak Manusia adalah titel
atau gelar untuk messias. Hubungan keduanya dapat dilihat dalam buku Rudolf Otto
”Kerajaan Allah dan Anak Manusia”. Thema ”Anak Manusia” tidak bisa dipisahkan
dengan kuasa. Kuasa yang dimaksudkan adalah kuasa pembaharuan yang dibawa oleh
dunia yang akan datang. Kuasa tersebut bukanlah kuasa supra natural dan bukan pula
kuasa non-duniawi, dan bukan pula kuasa yang tidak terpahami atau kuasa yang luar
biasa. Kuasa tersebut adalah kuasa yang mengubahkan dan memperbaharui manusia
dan dunia, seluruh ciptaan.
Kerajaan Allah adalah peristiwa politis yang menentang seluruh kerajaan atau
kekuasaan politis. Tetapi itu bukan berarti kerajaan Allah merupakan politisasi
semena-mena dari eskatologi. Itu sebabnya thema dalam PL ”nubuatan dan politik”
menjadi sangat penting, dan tidak kebetulan kalau gereja sering berbicara suara
nabiah (dalam hubungannya sebagai tugas nabi) di tengah-tengah masyarakat, bangsa
dan negara (dalam hubungannya dengan politik). Dan memang kerajaan Allah adalah
sebuah kerajaan politeia (Ef 2:12) politeuma (Fil 3:20).
Jadi kita memahami dalam evangelium dan kerajaan Allah atau evangelium
dan Anak Manusia, yaitu suatu kuasa pembaharuan dunia. Pembaharuan dunia yang
dibawa oleh kerajaan Allah bukanlah mengisyaratkan bahwa Alkitab menginginkan
suatu sistem negara Theokratie atau Christokratie. Kalau pembaharuan ciptaan
muncul bersama dengan kehadiran kerajaan Allah, demikianlah bahwa kekuatan
dunia yang akan datang bekerja dalam realitas dunia yang ada sekarang ini, dan
dengan demikian benarlah bahwa Yesus muncul sebagai autobasileia.
Erust bloch berangkat dari pada kehancuran yang terjadi di jerman pada saat
perang dunia yang pertama. Jadi dalam hal ini dia menggambarkan kehadiran Mesias
itu sebagai penyelamat dari segala penderitaan yang telah terjadi pada saat itu,
walaupun keadaan masyarakat pada saat itu berada dalam keadaan yang sangat
menderita. Ia berpandangan bahwa dengan hadirnya mesias sebagai penyelamat maka
mesia itu akan menyelamatkan mereka dari pada penderitaan yang mereka alami.
Pemikiran Ernst Bloch ini dipengaruhi oleh pemikiran Martin Buber yang
mengatakan bahwa yahudilah yang membawa pengharapan tentang mesianis itu
datang kedunia atau diperkenalkan oleh yahudi ke dunia. Bloch mengambil hal itu
dari pesfektif Yahudi, karena ia melihat bahwa ada kesatuan antara yahudi dengan
Jerman serta Rusia sebagai suatu kesatuan yang absolut.10
Jadi Bloch mengatakan bahwa memang pengharapan tentang Yesus itu harus
dilihat dari persfektif orang Yahudi, karena dengan memahami keyahudian yang
tersebar itulah yang menjadi dasar untuk dapat mengetahui tentang Mesias yang akan
datang itu, dan supaya dapat melihat dengan jelas tentang pengharapan Mesias itu,
yang akan memberikan keadilan, kemerdekaan, demokrasi dan keharmonisan dengan
10
Opcit, The Coming of God, Chritian Eschatology, hlm 30

12
alam. Bloch dalam hal ini tidak membuat suatu pengkastaan tentang keyahudian
dengan bangsa yang lain tetapi dalam hal untuk dapat melihat dan mengetahui tentang
Mesias itu kita harus berangkat dari pandangan keyahudian. Bial kita melihat dalam
hal ini juga Bloch sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Edmund Schlind
tentang pembenaran, bahwa tidak ada itu sistem pembenaran Allah, karena Allah itu
sendirilah kebenaran itu.
Frans Rosenzweig melihat bahwa dalam kehidupan orang Yahudi, keluar
suatu perbedaan sejarah yang menemukan penyelamatan dari sejarah yaitu ketika
bencana berakhir maka akan ada penyempurnaan. Ia melihat tentangn pandangan
yang mana keberadaan manusia tentang pengharapan akan masa depan adalah sesuatu
hal yang melihat ketidak sabarab Mesianis ia melihat bahwa penyelamatan tentang
kehadiran Mesias itu adalah milik bersama.11
Gershom Scholem mengatakan bahwa kehadiran Mesias itu adalah sebagai
iman. Menurut Scholem bahwa dalam tradisis orang Yahudi kehadiran tentang
Mesias itu tidak diumumkan. Mesias itu hadir tidak diumumkan, tidak diharapkan dan
itu tidaklah hal yang diramalkan karena kehadiran mesias itu merupakan suatu hadirat
Allah. Dalam hal ini ia melihat bahwa mesias itu tidak boleh diramalkan karena
memang kalau itu diramalkan maka dengan sendirinya kita telah membuat kedatangan
Mesias itu yang merupakan inisiatif Allah telah kita buat menjadi objek penelitian,
padahal mesias yang akan datang irtu bukanlah hal yang merupakan objek untuk
ditelit, jadi mesias itu bukanlah hasil dari suatu evolusi.12
Scholem tidak melihat Yahudi hidup dalam sejarah sebagai suatu antisipasi dari
penyelamatan sebagai akhir zaman . Jika tidak ada transisi dari penyelamatan kepada
kehadiran Mesias. Dia mengkritik apa yang merupakan pandangan orang kristen
tentang pengharapan akan Mesias itu. Dia mengatakan bahwa Kristen telah membuat
konsep dari kehadiran Mesias itu menjadi sesuatu yang sangat terbatas.
Walter benjamin mengatakan bahwa untuk mengetahui tentang pengharapan
kedatangan Mesias itu kita harus melihat dari generasi masa lampau, bukan dari
generasi sekarang ini karena memang untuk mengetahui hal tentang pengharapan
Mesias itu kita harus melihat bahwa itu dilihat dari pengalaman orang Yahudi. Dalam
hal ini Walter mengatakan bahwa dalam pengharapan Mesias itu kita harus meneliti
dari pengharapan masa lampau. Keyahudian mempunyai pengaruh dalam
pengharapan yang ada dimasa lampau. Walter sependapat dengan pandangan Bloch
dan juga Scholem. Hanya Mesiaslah yang melengkapi semua kejadian historis,
menebus, melengkapi dan menciptakan hubungannya kepada masa depan. Kerajaan
Allah merupakan inti dari penebusan. Jadi dalam hal ini kita dapat melihat bahwa ada
dua gagasan dari pada Walter ini yaitu bahwa dalam hal pengharapan akan Mesias
yaitu kejatuhan manusia kedalam dosa dan juga pengampunan.
R. Kendall Soulen, yang melihat dalam Trinitas ini ada sangkut pautnya dengan
apa yang dikatakan oleh Edmund Schlink yang menurutnya hal itu tidak banyak
disinggung dalam konfessi-konfessi yang ada dalam konkord. Jadi menurut R.
Kendall Soulen hal yang mengenai Trinitas adalah merupakan awal dari segalanya.
Dalam hal ini Soulen mengatakan bahwa gelar yang ada tentang Trinitatis muncul
untuk membuat kesulitan tentang identitas Allah. Trinitas dapat dipakai menjadi suatu
kepercayaan jika kita berangkat dari pemahaman Keyahudian dan menerima
pemahaman Keyahudian. Kita dalam mengetahui tentang gelar Trinitatis maka kita
harus berangkat dari nama yang kita kenal dengan YHWH. Setelah kita mengenal
nama yang kita kenal dengan Trinitas ini maka kita dapat melihat siapa itu Bapa,
11
Opcit, The Coming of God, Chritian Eschatology,hlm 33 dan 34
12
Opcit, The Coming of God, Chritian Eschatology,hlm, 36

13
Anak dan Roh Kudus dan ini merupakan dasar kepercayaan orang Kristen. Jadi dalam
hal ini kita harus berangkat dari nama YHWH dan dari pemahaman orang Yahudi.
Dengan demikian penyembahan dan kepercayaan di dalam Trinitas ke-Kristen-an
haruslah di dasarkan pada Allah Israel itu sendiri. Pada pihak-pihak yang lain orang
Kristen menolak apa yang kita sebut dengan apa yang telah dikatakan dalam kitab
Perjanjian Lama dan juga menolak paham Keyahudian
Untuk mengetahui tentang nama Trinitatis ini dapat kita lihat bagai mana Yesus
sendiri dalam doa yang dia panjatkan bahwa ia menguduskan nama Allah. Maka
dalam memahami kata dikuduskanlah nama-Mu kita akan berangkat dari doa yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Perkataan yang pasif dari Tuhan Yesus ini
dapat kita buat hal untuk mengetahui apa yang sebenarnya itu kata dikuduskanlah
nama-Mu. Hal ini dipahami dari konteks Yesus yang mana dia adalah seorang
Yahudi yang menghormati Allah dan juga nama Allah itu. Penghormatan nama Allah
ini dibuat oleh Yesus dengan tidak menggunakan
Nama Allah yang secara langsung. Karena nama Allah itu adalah kudus.
Menurut Ignatius bahwa dengan perkataan yesus tentang doa yang dia ajarkan itu
yang secara pasif itu menghalangi peribadahan Yesus dari pengutusan dari kemuliaan-
Nya. Nama Allah itu berbicara melalui ungkapan yang tidak langsung untuk
menampakkan nama seseorang yang kepada-Nya Yesus sendiri berdoa dan Yesus
melihat bahwa nama itu adalah nama yang kudus dari orang Israel. Dalam perjanjian
baru kita dapat melihat tentang Roh Kudus yang berhubungan dengan YHWH. Yesus
Kristus dinyatakan Anak Allah yang berkuasa menurut Roh dari nama yang
dikuduskan itu melalui kebangkitannya dari kematian. Soulen mengatakan bahwa
Yesus merupakan suatu sapaan atau permulaan untuk mengetahui ilmu Kristologi atau
semua identitas dan ketiga pribadi itu menjadi sebuah persfektif yang menyetujui
bahwa itu jadi pusat pribadi dari Trinitas.
Dalam hal memahami trinitatis kita tidak perlu untuk membeda-bedakan tiga
oknum yang ada dalam ketritunggalan itu. Karena jika kita membeda-bedakan ketiga
oknum dalam ketritunggalan itu maka dengan kita akan memperkecil apa yang
menjadi makna dari ketrinitatisan itu. Tetapi dalam hal ini dia mengatakan bahwa
dalam memahami Allah dan Roh Kudus kita cukup memahami Yesus Kristus saja.
Perkataan ini mau menjelaskan bahwa ketiga oknum itu adalah merupakan suatu
kesatuan jadi kita dapat memahami ketiga oknum itu dengan memahami oknum yang
kedua karena menurut Kendall Soullen didalam Kristus itulah terkandung
karakteristik ketritunggalan itu.

Pandangan terghadap nama yang dikuduskan itu, frage mengatakan bahwa untuk
mengetahui tentang Trinitatis itu kita harunya berangkat dari semua Kitab Suci itu,
bukan hanya Kitab Perjanjian Baru tetapi dalam hal ini kita harus melihat juga
identitas Allah yang ada dalam Perjanjian Lama. Dalam artian dalam mengetahui
tentang Trinitas kita harus berangkat dari nama Allah Israel bukan terpusat kepada
ketiga oknum yang ada. Kitab Perjanjian Lama tidak boleh kita hilangkan dalam
memahami tentang Trinitatis. Tetapi pandangan dari Frage ini berlawanan dengan
pendapat dari pada Marcion yang mana marcion hanya menghormati ketiga oknum itu
dalam memahami ketritunggalan atau memahami Trinitas dan dia menolak untuk
beribadah kepada Allah Israel. Dalam pernyataannya Frage memberikan dua hal yang
merupakan pertimbangan: yaitu

14
1. Nama Allah bapa adalah suatu nama yang hendak dipertimbangkan
untuk mempertunjukkan sesuatu yang baru dari Allahnya Yesus Kristus.
Dimana Allah yang Yesus kuduskan itu bukan hanya Allah dari kaum
Yunani tetapi itu merupakan Allah yang memperkenalkan dirinya
kepada bangsa Israel atau itu merupakan Allahnya orang Yahudi.

2. Allah yang dipercayai oleh umat Kristen adalah Allah yang sebagai
Bapa bukan Allah yang menyatakan dirinya kepada bangsa Israel, yang
mana umat Kristen dalam hal ini menolak tentang Allah yang dipercayai
oleh orang Yahudi yaitu Allah yang menyatakan dirinya kepada umat-
Nya.

Pendapat dari Frage ini juga ditolak oleh Gerhad Kittel yang mengatakan
bahwa Yesus menggunakan kata Abba yang artinya adalah Bapa, jadi pengalaman
Yesus dan Allah sebagai Abba menjadi dasar pemahaman yang unik. Dengan
perkataan ini maka kita dapat mengenal Yesus sebagai Anak yang Ilahi.
Perubahan yang terjadi dari konsep pneumatologis dapat menandakan bahwa
ketiga oknum Trinitas dalam corak karakteristik Roh Kudus. Misteri identitas
kekekalan Allah sebagai perwujutan dalam perjanjian Allah dengan Israel yang tidak
dapat di ubah tetapi ditegaskan dalam kabar baik yang diwartakan oleh Yesus Kristus.
Perubahan Pneumatologis memiliki tujuan yang tetap yaitu menggambarkan lebih
dalam pengetahuan dan kehidupan yang saleh untuk membuat pemahaman yang
cocok dari kemuliaan nama Allah.
Dalam Alkitab kita tidak menemukan itu hal yang dikatan secara langsung
apa yang disebut dengan Trinitas tetapi akar-akar ajaran tentang Trinitas ada kita
temukan di dalam Alkitab. Lingkungan agama Kristiani iman kepada Yesus
Kristuslah yang diandalkan dalam memahami Allah yang Tritunggal, sedangkan
Allah dalam artian YHWH, Allah Abraham, Allah Ishak dan Yakub dibuat hanya
sebagai kepercayaan saja. Umat Kristen juga mengungkapkan imannya yang
mengatakan bahwa dalam kemanusiaan Yesus itu kita bertemu denga pribadi Yesus
dalam kemanusiannya dan juga kita bertemu dengan seorang mahkluk sorgawi tetapi
juga melihat bahwa yesus itu sebagai Allah.
Pemahaman tentang Kristus itu yang sedang berkembang dalam umat purba
itu ditentukan oleh Roh Kudus. Roh hanya dapat kita kenal melalui Yesus Kristus,
dan Kristus juga dapat kita kenal melalui Roh Kudus. Jadi Roh Kudus tidak dapat
disamakan baik itu kepada Allah yang sebagi bapa maupun dengan Putra.

Pendapat dari kaum monarki yang mengatakan bahwa dalam diri Yesus ada
suatu daya yang berkarya atau suatu kekuatan yang dinamis yang ilahi. Kristus
dipandang bukan sebagai Allah yang sejati tetapi Kristus adalah merupakan seorang
yang ilahi, yang pada waktu pembabtisan diangkat menjadi Putra Allah. Kaum ini
juga berpendapat bahwa sebenarnya Allah itu merupakan suatu kepribadian saja,
Putra dan Roh merupakan hanya semata-mata cara Allah untuk menampakkan
dirinya.
Iereneus menekan kan tentang keesaan Allah tetapi dalam hal penebusan dia
melihat adanya suatu yang harus dipisahkan antara karya Allah dalam menebus dan
karya Putra. Dia tetap membedakan antara Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Tertulianus mengatakan bahwa hakekat Allah yang satu terdapat dalam tiga
pribadi. Hal ini bukan untuk menyatakan bahwa ada tiga Allah. Ketiga pribadi itu
berbeda bukan dalam kondisi melainkan dlam derajatnya, bukan dalam hakekatnya

15
melainkan dalam bentuk, bukan dalam kuasanya melainkan dalam rupa yang dimiliki
dari setiap pribadi yang ada.
Arius berpendapat menolak perkataan yang mengatakan bahwa Putra itu lahir
dari Bapa, menurut dia pola yang berpikir seperti itu menerapkan kategori fisik
kepada Allah dan menjadikan Allah itu menjadi majemuk. Jadi dia mengatakan
bahwa Putra itu bukanlah Allah yang sejati, Putra itu bisa saja dikatakan sebagai
Tuhan kalau itu merupakan anugerah Allah kepada-Nya dan gelar itu diberikan
kepada-Nya karena jasa-Nya. Arius mengatakan bahwa Roh Kudus itu merupakan
ciptaan logos yang pertama. Jadi dalam hal ini Putra dan Roh Kudus itu bukan Allah
melainkan tiga keillahian, maka hanya Allah bapa saja yang dapat disebut sebagi
Allah yang sesungguhnya.
Pendapat ini berlawanan dengan apa yang dikatakan dalam konsili Nicea yang
daloam keputusan yang mereka buat itu yang mengatakan bahwa Kristus itu adalah
Allah dari Allah, lahir dari Bapa yang adalah tunggal yang mempunyai hakekat yang
sama dengan Allah Bapa, Kristus itu adalah yang dilahirkan dari Allah bukan yang
dijadikan, sehakekat dengan Allah Bapa, segala sesuatu dijadikan olehnya baik yang
disurga maupun yang di bumi Ia turun untuk kita dan untuk keselamatan kita, dan Ia
menjadi daging dan menjadi manusia, wafat dalam kesengsaraan dan bangkit pada
hari yang ketiga, naik kesorga dan akan datang untuk mengadili antara yang mati dan
yang hidup, dan akan Roh Kudus. Konsili Konstantinopel melihat bahwa sang Putra
identik dengan keilahian Bapa, menurut konsili ini bahwa Allah dan Bapa adalah satu.
Dalam konsili ini juga mengatakan bahwa Roh Kudus bukanlah ciptaan, melainkan
sehakekat dengan Allah.
Agustinus memahami bahwa Allah itu adalah satu, kesatuan yang dimaksud
adalah Allah yang memiliki satu kodrat, satu ke-Allahan, satu kemuliaan, satu
kehendak, dan satu kegiatan. Dia mau melihat bagaimana relasi antara tiga unsur
tersebut, dalam hal ini dia tidak membedakan antara antara ketiga pribadi itu. Didalam
karya dan tindakan ketiga pribadi itu dalam sejarah keselamatantidak dapat kita
pisahkan. Hal ini terjadi karena Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah sehakekat dan
sederajat,sehingga yang berkarya bukanlah tiga Allah melainkan hanya satu Allah.
Dalam buku ini Nico melihat beberapa pendapat dari beberapa tokoh besar
diantaranya adalah pendapat dari tokoh Karl Barth; Nico melihat bahwa Karl Barth
dalam hal Trinitatis ini berbeda dari apa yang dipahami oleh Kekristenan, perbedaaan
dapat kita lihat dari perkataan yang dipergunakan oleh Karl Barth dengan Allah yang
pribadi yang mengacu pada Allah yang Esa yang merupakan zat berpikir,
berkehendak, dan bertindak dan kebebasan-Nya yang tidak terbatas. Allah itu
merupakan tiga pribadi dengan tiga cara yang berbeda.
Moltman mengatakan sejarah trinitas merupakan tiga subjek dalam
persekutuan satu sama yang lainnya. Keesaan Allah bukan identitas dari satu objek
yang tunggal melainkan sebagai perskutuan tiga pribadi. Sejarah trinitas ini
merupakan sejarah tiga subjek dalan hubungan persekutuan satu sama lain.
Karya Allah sebagai penyelamat adalah berawal dari dosa yang telah merusak
kehidupan manusia itu sendiri. Dalam karya penyelamatan ini merupakan insiatif
Allah yang ingin menyelamatkan manusia. Allah mengambil rupa manusia dalam diri
Yesus Kristus yang mau hidup dan mati untuk dapat menyelamatkan manusia,
sehingga terjalin hubungan baik antara manusia dengan Allah. Dalam hal ini kita
dapat melihat bahwa karya keselamatan itu merupakan karya Allah sendiri di dalam
Yesus Kristus untuk memperbaiki hubungan Tuahn Allah dengan manusia yang telah
dirusak oleh dosa.

16
Perantaraan Roh Kudus yang disebut sebagai segi subjektif. Jatuhnya manusia
kedalam dosa yang membuat kehidupan tidak lagi dinikmati secara sepenuhnya oleh
manusia ternyata bukan hanya diajarkan oleh agama Kristen saja tetapi juga diajarkan
oleh agama-agama yang lainnya juga mengajarkan hal yang sama, seperti agama suku
murba yang mengatakan bahwa dengan melaksanakan ritus keagamaan mereka
membuat mereka bebas dari setiap ancaman yang mau merenggut nyawa mereka.
Jadi mereka beranggapan dengan melaksanakan ritus keagamaan mereka akan
dibenarkan dan mereka akan diselamatkan , jadi keselamatan yang mereka katakan itu
ada dalam hal mereka mau menaati ajaran ajaran dari pada mereka. Agama hindu
melihat bahwa karya keselamatan yang mereka ketahui adalah bahwa jiwa mereka
akan diselamatkan dari karma yang membelenggu kehidupan mereka, dengan tiga
jalan yaitu:13

1. Jnamarga, yang merupakan jalan keselamatan yang diperoleh


melalui pengetahuan kebenaran yang tertinggi yang dimiliki oleh
seorang Brahmana, jadi dalam hal ini seorang Brahmana dapat
menentukan keselamatan bagi seorang yang beragama hindu.

2. Karma marga, merupakan jalan kelepasan yang diperoleh melalui


perbuatan-perbuatan amal, jadi keselamatan itu di dapat dari
perbuatan amal seseorang dan hal ini yang merupakan sesuatu yang
dapat menetukan keselamatan seseorang, dan yang terahir adalah

3. Bhaktimarga, jalan keselamatan yang diperoleh itu dalah melalui


penyerahan diri kepada Tuhan dalam kasih dan pemujaan. Agama
kebatinan melihat bahwa karya keselamatan itu di dapatkan melalui
meditasi yang mana manusia itu harus turun kedalam dirinya sendiri
di dalam alam yang kosong dan sunyi. Manusia dalam melihat
karya keselamatan itu harus mengalami kesatuan zat diantara yang
menyembah dan hal yang disembah dengan mampu menguasai
nafsu-nafsunya dalam menghadapi segala keinginan duniawi.
Agama Budha yang mengatakan bahwa hidup adalah penderitaan.

Jadi menurut agama Budha ini bahwa karya keselamatan itu mereka pahami
sebagai sesuatu usaha dari setiap Budha adalah bila seorang Budha itu dapat
memadamkan keinginannya melalui delapan jalan keselamatan yaitu sesuatu yang
harus dilalui dan mereka akan sampai kepada yang disebut sebagi Nirwana. Agama
Islam mengatakan bahwa karya keselamatan itu didapatkan melalui mentaati perintan-
perintah Allah dan seseorang itu haruslah beramal.
Karya Allah dalam penyelamatan-Nya yang merupakan inisiatif Allah sendiri
dalam merangkul segala ciptaan-Nya. Allah tetap menyatakan kasih-Nya kepada
umat-Nya, Allah selalu memperkenalkan diri-Nya kepada manusia sebagai sekutu
umat manusia, pada hal ini kita dapat melihat bahwa keselamatan itu bukanlah sesuatu
yang diusahakan oleh manusia itu sendiri tetapi Allah yang bertindak untuk
menyelamatkan umat-Nya.
Manusia tidak dapat membuat suatu rumusan tentang keselamatan karena itu
merupakan sesuatu yang datang dari Allah sendiri yang dianugerahkan secara cuma-
13
Harun Hadiwijono, Ajaran Tentang Karya Allah sebagai Penyelamat, Jilid I, hlm,260

17
cuma kepada manusia karena Allah mengasihi ciptaan-Nya. Dalam hal karya Allah
dalam penyelamatan-Nya dapat kita lihat dengan suatu perjanjian antara Allah dengan
umat-Nya yang mana dalam perjanjian itu Allah bukan hanya membuat perjanjian
dimana Dia akan menyelamatkan tetapi dapat kita lihat bahwa sebenarnya bahwa
Allah juga membuat suatu tanggungan atau jaminan. Sebenarnya manusia itu tidak
layak lagi disebut sebagai umat Allah atau sekutu Allah tetapi karena kasih karunia
yang datang dari Allah sendiri yang tak terhingga kepada seluruh ciptaan-Nya. Dan
ini bukan karena usaha manusia untuk berbuat yang baik dihadapan manusia maka
ada keselamatan.
Hubungan antara manusia dengan Allah haruslah tetap dijaga dan dipelihara
oleh manusia. Manusia harus hidup sesuai dengan ketentuan yang datang dari Allah.
Perjanjian Allah kepada bangsa Israel merupakan lanjutan dari pada perjanjian Allah
dengan Abraham, perjanjian itu menurut Harun Hadiwijono merupakan suatu syarat
yang dibuat Allah kepada bangsa Israel untuk hidup sesuai dengan hukum Tuhan.
Umat israel itu harus patuh terhadap firman Allah dan peraturan-peraturan yang
dibuat-Nya, perjanjian digunung Sinai itu merupakan kesepakatan antara bangsa
Israel dengan Allah dan menghasilkan keputusan untuk menuntun hidup bangsa itu.
Penekanan terhadap kewajiban dari bangsa Israel, artinya apabila bangsa itu telah
mendapat berkat maka dia harus berbakti kepada Tuhan yang sebagai sumber berkah
itu dan menuruti segala peraturan-Nya.
Perjanjian Allah dengan Israel di gunung sinai menurut Harun Hadiwijono
adalah bersifat sementara dan tidak kekal hal ini dibuat supaya bangsa israel ituy
berbeda dengan bangsa yang lain. Harun Hadiwijono mengatakan bahwa perjanjian
baru itu dalam hal karya allah dalam penyelamatannya merupakan pemenuhan serta
penggenapan dari Perjanjian Lama.
Dalam hal ini Allah bukan mendirikan perjanjian dengan bangsa Israel secara
personal atau yang secara keseluruhan, melainkan Allah mendirikan perjanjian yang
baru dengan sekelompok kecil dari bangsa Israel yang masih tetap setia kepada
Perjanjian Allah, karena Israel yang keseluruhan itu tidak lagi setia kepada perjanjian
yang telah didirikan oleh Tuhan Allah. Allah didalam karyanya menyatakan karya-
Nya itu didalam hidup Yesus Kristus. Pemilihan terhadap Israel menjadi bangsa yang
dikasihi ini merupakan anugerah dari Allah kepada bangsa itu oleh karena kasih
karunia Allah maka bangsa Israel menjadi seorang anak, dan Allah sendiri yang
mengangkat bangsa ini menjadi seorang anak, maka dalam melihat tentang kasih
karunia Allah maka kita akan berangkat dari perjanjian Allah dengan umat-Nya yang
ada dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru kasih penyelamatan itu dilihat
bagi orang yang percaya kepada diri Yesus Kristus.
Menurut harun hadiwijono bahwa kepala dari perjanjian itu adalah Yesus
Kristus yang telah menyatakan bahwa tuahn Allah yang menjadi penyelamat umat-
Nya. Melalui karya penyelamatan yang dilakukan oleh Tuhan Allah melalui Yesus
Kristus maka kita memperoleh keselamatan yang dengan-Nya jalan kepada Allah
dibuka serta diratakan.
Menurut Harun Hadiwijono bahwa karya penyelamatan dari kristus dilihat dari
segi nama-Nya, yairtu nama Allah adalah Tuhan Allah sendiri didalam karya
penyelamatan-Nya melalui nama-Nyalah dia menyatakan karya-Nya supaya dia dapat
dikenal. Begitu juga halnya dengan Kristus nama-Nya dikenal karena karya-Nya yang
dia buat di bumi ini. Ia dikenal sebagai yesus dari namayang diberikab oleh orang
tuanya kepada Yesus. Yesus yang menyelamatkan manusia dari dosa itu dikenal
sebagai juruslamat karena dalam karya-Nya Ia sebagai yang menyelamatkan.

18
Karya penyelamatan Kristus dilihat dari segi jabatan-Nya yaitu bahwa yesus
yang melaksanakan tugas penyelamatan-Nya itu bukan dari kehendak dari kehendak
Yesus itu sendiri tetapi itu merupakan kehendak dari Allah sendiri. Karya
penyelamatan kristus itu dilihat dari pengenalan orang terhadap diri-Nya. Dia dikenal
sebagi nabi karena dia meneriama firman Allah serta memberitakan firman itu
ditengah-tengah umat yang mendengarkannya. Anggapan yang demikian dibuat untuk
dapat mengetahui siapa sebenarnya Yesus itu. Dia dikenal sebagai imam karena
Yesus telah mengorbankan diri-Nya sendiri sebagai persembahan sekali untuk
selamanya. Dia dikenal sebagai raja karena Yesus itu telah memerdekakan umat-Nya
dari dosa dan maut, memerintah dan memelihara umat-Nya.
Karya penyelamatan Yesus dipandang dari segi status-Nya yaitu status
kerendahan-Nya yaitu pada saat dia dilahirkan dikandang domba, menderita karena
dosa-dosa manusia, disalibkan, mati, kemudian dikuburkan, turun dalam kerajaan
maut hal ini dibuat untuk menandakan bahwa penderitaan Yesus yang merupakan
bentuk dari kerendahan-Nya semata-mata hanya untuk seluruh umat-Nya. Dalam
status ketinggian-Nya itu dapat kita lihat pada saat kebangkitan-Nya, naik ke sorga,
duduk disebelah kanan Allah Bapa dan datang kembali menghakimi orang yang hidup
dan yang mati. Dalm hal ini kita dapat melihat bahwa kuasa Allah itu adalah tiada
batasnya, dia yang maha kuasa. Allah adalah pemilik segalanya maha tinggi dan
penuh kasih bagi umat-Nya.
Karya penyelamatan Kristus dipandang dari segi ketaatan, dimana dalam hal
ini kita dapat melihat bahwa seluruh hidup Kristus yang menyelamatkan manusia
diarahkan dan diperhdapkan kepada Tuhan Allah dan kepada segala perintah-
perintah-Nya. Kristus taat kepada Allah dimana dia menyerahkan nyawa-Nya dalam
kematian yang menjadi puncak yang dapat kita lihat dari ketaatan-nya kepada yang
mengutus dia datang kedunia. Ketaatan kristus terhadap Allah adalah merupakan
pemenuhan dari Hukum Taurat dan Perjanjian Lama, Yesus dalam ketaatan nya
kepada Allah ini yang mana ia telah memenuhi apa yang dituntut dari pada hukum
taurat yang artinya bahwa yesus telah mengenapi dan membuat hukum taurat itu
menjadi suatu yang menjadi dasar dari pada kehidupan-Nya.
Karya penyelamatan Kristus dipandang dari segi korban yaitu dengan
kematian Kristus adalah merupakan suatu korban persembahan. Yesus membuat diri-
nya menjadi suatu korban persembahan sebagai penggenapan atau pemenuhan segala
korban yang ada dalam Perjanjian Lama.Karya penyelamatan kristus dipandang dari
segi pendamaian yang artinya pendamaian yang dilakukan oleh Yesus Kristus adalah
dilakukan untuk menebus dosa manusia sehingga hal itu akan menimbulkan suasana
damai antara Allah dengan manusia. Hal itu bukanlah kehendak Yesus sendiri
melainkan bukti kasih Allah yang besar bagi umat-Nya. Karya penyelamatan Kristus
dipandang dari segi penebusan yaitu bahwa Kristus telah membayar lunas dosa-dosa
manusia dengan kematiann-Nya. Manusia yang telah hancur itu telah dibenarkan oleh
Allah melalui Yesus Kristus.
Pemahaman dari Bultman terhadap Sejarah Yesus yang mana hak ini juga
dapat kita lihat dalam pandangan yang di buat dalam konfessi yang ada dalam buku
konkord. Dalam pemahaman-Nya terhadap sejarah di bagikan ke dalam empat bagian
besar yaitu, histori, geschihte, eskatologis dan keberadaan. Dalam hal ini kita tertuju
pada peristiwa Kristologi yang terjadi dalam diri Yesus Kristus yang merupakan
sesuatu kesejarahan. Bultman menegaskan bahwa sejarah itu merupakan dasar iman
dimana Allah berbicara dalam diri Kristus dan tujuan ahir dari sejarah tersebut adalah
merupakan sesuatu hal yang mana Allah menyatakan dirinya di dalam pribadi Yesus
Kristus.

19
Bagi Bultman hanya ada satui Allah yaitu Bapa, yang dari-Nya segala sesuatu
berada dan dari-Nya segala sesuatu mendapatkan keberadaan, dan satu Tuhan, yesus
kristus melalui-Nya segala sesuatu telah digenapi allah dan melalui-Nya manusia
menemukan keberadaan. Dengan hal ini Allah menyatakan bahwa dialah yang
mempunyai segala isi dunia ini dan hanya kepada-Nya sajalah seluruh ciptaan percaya
dalam imam melalui anak-nya yesus Kristus. Orang percaya bahwa Allah telah
memberikan keberadaan bagi manusia yang mempunyai akal dan seolah dapat
memikirkan tenyang Allah digantikan dengan kebanggaan manusia sebagai ciptaan
Allah. Manusia melakukan dosa saat dia melepaskan tanggung jawab sebagai pribadi
yang memiliki sifat Ketuhanan dan membiarkan dirinya tergoda kepada kekuasaan
dunia sehingga dia lupa akan hakekatnya sebagai ciptaan Allah.
Menurut bultman kejauhan Allah ialah dimana Allah memiliki kebebasan atas
seluruh ciptaan karena hanya Dia yang memiliki kekuasaan yang besar dan yang tak
terhingga atas seluruh ciptaaan. Allah datang melalui wahyu-Nya dan allah sendiri
yang memimpin akan kelahiran atau Allah yang memimpin peristiwa Yesus Kristus.
Hal ini bukanlah sesuatu yang merupakan suatu komunikasi allah sebagai
pengetahuan untuk manusia, melainkan sebuah peristiwa yang memanggil manusia
kepada Allah untuk menyatakan keberadaan manusia yang sesungguhnya sebagai
milik Allah.
Bultman sungguh percaya bahwa Allah telah menyatakan diri-nya dalam diri
Yesus Kristus agar manusia dapat merespon Allah dalam iman dan mengetahui
keberadaan-Nya. Karya penebusan Allah kepada manusia merupakan suatu hal yang
tradisional. Allah dalam hakekatnya terus berkarya bila Allah itu dipahami sebagai
sesuatu yang terpecah maka menurut Bultman itu adalah hal yang berbau mitos.
Dalam pengalaman Yahudi, Allah telah melakukan sejarah dan mengikatkan siri
dengan bangsa-Nya. Dengan kedatangan Yesus Kristus yang telah memahami secara
benar tentang Allah, bultman menegaskan bahwa seluruh ciptaan diikatkan dengan
keberadaan Allah. Pembicaraan tentang Allah yang dilakukan diluar Allah merupakan
tindakan yang atheis dan hal itulah yang dapat menghasilkan dosa.
Bultman mengatakan ketika manusia itu menganggap dirinya sebagai subjek
dalam sejarah dan menganggap sekelilingnya sebagai objek, hal ini merupakan suatu
kesalahan yang melanggar Alkitab, karena dalam alkitab telah dijelaskan bahwa allah
sendirilah yang sebagai Subjek atas segala karya-Nya dan manusia sebagai objek
dalan penyataan itu. Manusia dapat memahami Allah ketika dia berbicara dari Allah
dalam pengakuan dan kepatuhan pribadinya kepada Allah. Ia juaga berpendapat
bahwa kristus bukanlah sejenis peristiwa yang dapat didefenisiskan sebagai sejarah
atau sumber sejarah, melainkan sebagai geschicte.
Bultman mengkritik saat manusia berfikir bahwa allah berkarya dalam Yesus
untuk menebus manusia. Bultman menegaskan bahwa ketika manusia berbicara
tentang sebuah karya Allah, manusia selalu berbicaradari keberadaannya, dimana
karya Allah telah menjadi komitmen iman dalam keberadaan yang personal. Karya
Allah dalam yesus dapat diketahui dalam suatu keberadaan atau eksistensi. Allah
tidak terpecah dalam sejarah dalam artian Allah dengan kebebasan-nya selalu
berkarya dlam hidup manusia mulai dari awal hingga ahir, Allah berada saat ini dan
disini dalam keberadaan manusia.
Bultman mengatakan bahwa salib dan kebangkita merupakan suatu peristiwa
yang historis eskatologis dalam kerangka penyelamatan Allah. Dalam karya
penyelamatan Allah salib dan kebangkitan tidak berlalu begitu saja, melainkan selalu
aktual pada setiap perjalanan dari zaman itu. Keberadaan Yesus sebagai firman Allah
ditunjukkan dengan kepatuhan dengan kepatuhan Yesus terhadap Firman itu. Saat

20
manusia meminta untuk tunduk terhadap firman itu, hanya dapat dipahami dengan
iman dan dengan eksistensi pribadinya. Sebab Firman itu ditempatkan ditengah-
tengah manusia dan firman itu sendiri adlah Kristus. Yesus merupakan Firman Allah
yang bersifat eskatologis dan terus diperdengarkan karena itu bersifat dinamis. Dalam
Firman, Allah menyelamatkan ciptaan-Nya saat ini, dan pada saat Yesus
memperdengarkan firman itu. Allah sendiri menempatkan diri-Nya ditengah manusia
berdosa , memanggil mereka.
Ada dua misteri Iman yang diimani oleh orang Kristen yakni pertama,
kepercayaan akan Allah Tritunggal; dan yang kedua, kepercayaan akan penjelmaan
Allah dalam Yesus Kritus
Menurut Karl Rahner,”. Gambar Allah yang dibuat sendiri itu harus
dikeluarkan dari pikiran dan hati manusia. Allah dari rumusan beku, yang oleh Rahner
disebut berhala, untuk sebagian besar adalah hasil dari kesombongan teologi
dahulu.Sesungguhnya dunia menghilang karena Allah datang dalam jiwa: bahwa
kegelapan tidak lain dari pada kekudusan Allah; bahwa perasaan tidak adanya jalan
keluar hanyalah Allah yang tidak terukur, yang tidak butuh jalan kepada-Nya, karena
Dia senantiasa sudah hadir. Jangan mencari kepastian dan meraba Dia dengan tangan
hati yang serakah, kita hanya akan memegang kekosongan, bukan karena Dia jauh
dan tidak sungguh hadir, tetapi karena Dia tidak terbatas dan tidak dapat ditangkap.
Karl Rahner memberi kesaksian mengenai pengalamannya sendiri akan Allah,
yang mana pengalaman akan Allah itu langsung berhadapan dengan ancamannya
yang paling getir, yakni kematian. Bila segala-galanya diambil dari kita dan bila Dia
menang ata segala penderitaan dan ketidak berdayaan maka Dia ada. Karl Rahner
yakin bahwa kita dalam hidup ini harus melatih diri untuk meninggal, sebab kematian
yang diterima dengan sadar akan menjadi jalan ke dalam kebahagiaan paling tinggi.
Karl Rahner juga memberikan suatu nasehat yaitu: ”Janganlah mengikuti keinginan
kita mengenai paham Allah, yang tidak sesuai dengan kenyataan”.
Thomas Aquinas mengatakan:”Pengetahuan paling tinggi mengenai Allah,
yang dapat kita peroleh dalam hidup didunia ini, ialah bahwa Allah mengatasi segala-
galanya yang dapat kita pikirkan mengenai Dia. Karena kita tidak dapat tahu Allah itu
apa, tetapi hanyalah bahwa bukan ini, bukan itu, maka kita juga tidak dapat
memikirkan Allah, tetapi hanya berpikir mengenai ’bukan ini, bukan itu’. Memahami
Allah itu mustahil untuk budi tercipta; namun menyentuh Allah dalam roh itu
kebahagiaan tertinggi. Pikiran kita di hadapan Allah seperti burung malam
berhadapan dengan cahaya matahari”.
Setiap orang bila berbicara mengenai Allah mengatakan lebih banyak hal yang
tidak kena daripada yang kena-justru karena Allah tidak dapat dipahami, dan tidak
dapat ditangkap dengan pengertian bahasa kita. Benar-benar mustahil memahami
Allah dengan pengertian manusiawi.
Epikuros (filosof Yunani) dalam uraiannya mengenai kemalangan dan
penderitaan di dunia mengatakan: Ada tiga kemungkinan: Allah mau meniadakan
kemalangan, tetapi tidak mampu: atau Ia mampu, tetapi tidak mau: atau Ia tidak
mampu dan juga tidak mau. Kalau Allah mau, tetapi tidak mampu, Ia tidak
mahakuasa, dan itu bertentangan dengan apa yang oleh para filosof disebut ”Allah”.
Kalau Allah mampu, tetapi tidak mau, itu a-moral. Sebab Ia membiarkan kemalangan
dan penderitaan, dan yang baik yakni penghapusan dari itu, Ia tidak mau. Hal ini pun
tidak dapat didamaikan dengan apa yang dimaksud dengan kata Allah. Kalau Allah
tidak mau dan tidak bisa, maka Ia a-moral, dan tak berkuasa juga, dan karena itu Ia
bukan Allah. namun kalau Tuhan bisa dan mau-dan hanya itu yang cocok dengan

21
keallahan-Nya-maka dari mana datang kemalangan dan penderitaan, dan mengapa
tidak di hapus?
Rahasia yang disebut ”Allah”, mengambil inisiatif dan selalu berinisiatif lagi:
rahasia itu membiarkan diri ditangkap, membiarkan disentuh oleh akal budi dan hati
manusia, dan dengan demikian mendekati manusia, maka ia dapat menjawab dan
menyapa Allah sebagai ”Dikau”.
Karl Rahner mengatakan:”Di sini ada janji-diri Allah yang tak-terbatas, tak-
terhingga kepada manusia, yang meresapi segala-galanya dan adalah arah paling
dalam serta dinamika dunia. Dengan demikian Allah tetap Allah dan tidak sama
dengan arah atau dinamika dunia serta sejarahnya. Maka, apa yang disebut awal
kosmis dunia tidak menerangkan Allah, melainkan diri kita sendiri. Sebab Allah tidak
dapat diterangkan oleh sesuatu dari dunia. Termasuk inti rahasia, bahwa kita yang
membutuhkannya, di mana rahasia tidak membutuhkan kita. Hanya dalam kerangka
kasih-mengasihi antara Allah dan manusia boleh dikatakan bahwa Allah tidak dapat
hidup tanpa kita. Sebab hanya dalam kasih itu apa yang diterima juga dilepaskan
secara mutlak. Inilah rahasia cinta kasih, dan cinta kasih itu adalah rahasia diri kepada
kita”.
Itulah rahasia cinta kasih, yang akhirnya tidak dapat diterangkan atau
dipahami, yakni yang satu ingin memegang dan menahan yang lain, dan sekaligus,
melepaskannya secara total. Dalam pandangan ini tampil dua aspek dari rahasia ilahi:
Pertama, menjadi jelas bahwa ada perbedaan luar biasa antara rahasia ilahi dan
manusia: Allah tidak membutuhkan kita untuk menjadi diri sendiri. Kedua, kita
mengalami bahwa Allah menginginkan kita, bahwa kita dicintai tanpa batas: bahwa
Allah mau memberikan diri kepada kita makhluk-makhluk-Nya demi pemenuhan kita.
Kedua aspek ini merupakan dasar mengapa Allah yang menghendaki kita
memberikan hidup kepada kita, dalam tradisi kristiani disebut ”Bapa”. Selain daripada
itu, anugerah kebebasan dapat menerangkan dengan lebih tepat apa arti bahwa Allah
memperhatikan dan melindungi kita bagaikan seorang Bapa. Allah sebagai Bapa
menghormati makhluk ciptaan-Nya dengan memberikan kepada mereka kemampuan
menjadi orang tua sebagai kemampuan pribadi.
Sebutan ”Bapa” untuk Allah berasal dari Kitab Suci. Menurut Perjanjian Baru
Yesus secara istimewa menyebut diri Anak Bapa di surga. Seperti Yesus mengejar
murid-murid-Nya supaya dalam doa berkata ”Bapa kami yang di surga” (Matius 6:9).
Tetapi sapaan Bapa untuk Allah bukanlah sesuatu yang hanya ditemukan pada Yesus.
Dalam Perjanjian Lama Allah disapa dan dipuji sebagai ”Bapa bangsa Israel”
(Ulangan 32:4-6).
Manusia Yesus dari Nazaret, seorang Yahudi amat dalam Iman-Nya,
menyadari diri secara khusus dan istimewa sebagai anak Bapa ilahi. Yesus dalam
Matius 11:27: ”Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang
pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya”. Perkataan itu
dimaksudkan sebagai penghormatan untuk Bapa, yang mengutus Yesus dan memberi
kuasa kepada-Nya; selanjutnya juga diberi kesaksian bahwa Yesus secara istimewa
menyadari diri sebagai Anak Allah.
Franz Rosenzweig berkata ”Tidak seorang pun, kecuali mereka yang selalu
sudah bersama dengan Bapa, yakni anak-anak Israel yang percaya”. Yang dimaksud
Yesus: Tidak mungkin menjadi anak Allah, selain dengan sikap penyerahan yang
kalian saksikan pada-Ku. Bagi umat kristiani, Kristus adalah tetap satu-satunya
pengantara kepada Bapa. Dia adalah firman Bapa yang terakhir dan tertinggi kepada
umat manusia. Dia adalah guru dan pemimpin pada perjalanan. Dia adalah saudara

22
dan sahabat terpercaya yang paling mengenal kita dan kepadanya segala sesuatu boleh
dikatakan. Selain daripada itu Dia itu anugerah Bapa kepada kita, bahwa Dia ”hanya”
mau menjadi utusan dan pengantara, bahwa Dia pun menghormati Bapa dalam doa-
doa-Nya dan menyampaikan permohonan-permohonan kepada-Nya.
Allah Tritunggal hanya dapat diketahuhi melalui cipta-Nya terutama melalui
manusia sebagai citra-Nya yang asli di dunia ini. Allah memperkenalkan diri-Nya
kepada manusia melalui ciptaan-Nya, dan manusia sebagai makhluh yang berjiwa
mampu menangkap ha-hal yang berkaitan dengan Allah. Menurut iman Yahudi dan
Kristiani misteri Illahi berasal dari diri-Nya sendiri menyampaikan kepada manusia
apa yang perlu diterima dan dipertahankan yakni cinta kasih-Nya. Manusia harus
sadar bahwa adanya manusia hanya karena Allah mencari partner atau teman dimana
Ia dapat memberikan cinta kasih-Nya.
Mengenai hidup Allah sebelum penciptaan tidak perlu diketahui hanya yang
perlu diperhatikan adalah Rahasia Allah mewahyukan diri dalam relasi manusia.
Allah memberitahukan kepada manusia bahwa ada dua jalan atau kemungkinan untuk
menghadapi ciptaan-Nya dari jarak yang dekat. Manusia dapat mengetahui
kemungkinan itu jika Allah mewahyukan-Nya. Jika dilihat dari sejarah dengan
manusia, Allah mewahyukan diri-Nya sebagai rahasia yang tak-terhingga, sumber
segala yang ada. Allah mewahyukan diri-Nya dengan dua dasar yaitu kebenaran dan
cinta kasih, Ia membuka diri-Nya dan memampukan manusia untuk menerima-Nya.
Kebenaran dan cinta kasih itu tidak bisa dipisahkan hanya dapat di bedakan
dalam hubungannya satu dengan yang lain, tetapi keduanya sama karena berasal dari
satu Allah dam juga karya dan tujuannya. Dalam tradisi iman Yahudi dan Kristiani
rahasia ilahi itu disebut Bapa, Firman dan Roh. Terkadang dikatakan bahwa sebelum
Yesus orang tidak mengetahui trinitatis Allah, jadi Yesus mewartakannya sebagai
sesuatu yang baru untuk itu perlu dibuka kembali Kitab Suci yang mengenai Bapa,
Firman dan Roh.
Dalam Perjanjian lama dan perjanjian baru Roh Allah adalah Allah sendiri
dan melaluinya Allah berkarya. Pada mulanya ketika Allah menciptakan langit dan
bumi Roh Allah melayang-layang di atas air (Kejadian 1:1-2). Roh Allah turun atas
orang-orang yang mau dipakai Tuhan dalam karya-Nya, Allah berkarya melalui
mereka misalnya Yosua (Bilangan 27:18) Daud (1Samuel 16:13). Tetapi manusia
dapat ditinggalkan oleh Allah jika tidak mengikuti bimbingan Roh misalnya Saul
(1Samuel 16:14). Begitu juga dalam Perjanjian Baru ketika Maria mengandung dari
Roh Kudus (Matius 1:18; Lukas 1:35). Ketika Yesus dibabtis oleh Yohannes Roh
Allah turun seperti burung merpati di atasnya (Markus 1:10), tanda kekuasaan utusan-
Nya Ia dibawa oleh Roh (Matius 4:1) dan berkarya didalam Roh. Allah memberikan
diri-Nya kepada manusia dengan dua cara: dalam Roh dan dalam kebenaran, karena
itu Allah juga mau disembah dengan dua cara itu (Yohannes 4:23), Roh Allah lah
yang memberi hidup (Yohannes 6:63). Dia penolong, penghibur yang oleh Yesus
menurut sabda perpisahan Injil Yohannes. Allah mencurahkan Rohnya kepada semua
orang dimana puncak mengenai Roh kudus terdapat dalam Roma 5:5. sehingga
dengan itu Roh bekerja dalam setiap orang yang taat pada bimbingan Roh.
Menurut surat Roma sebagaimana diajarkan Yesus sendiri doa adalah
permohonan supaya diberikan Roh kudus adalah satu-satunya permohonan yang
terjamin pengabulannya. Roh Allah membantu manusia dalam berdoa bahkan Ia
mengganti manusia dalam berdoa. Doa menuntut manusia untuk bertindak di dalam
Roh Allah sehingga doa itu bukan lagi hanya permohonan saja.
Karya Allah dalam batin manusia mempunyai arti khusus berhubungan dengan
iman. Menurut keyakinan umat kristiani dalam segala hal yang baik maka juga dalam

23
iman. Keinginan dan kemampuan akhirnya berhasil datang dari Allah sendiri. Iman
dapat menerangi hati dan budi manusia serta menumbuhkan iman manusia itu sendiri
jadi inisiatif datang dari Allah. Sehingga manusia bertindak dan melakukan hal yang
baik atau mengimani misteri itu walaupun mereka belum menamainya Allah.
Rohlah yang bekerja dalam manusia untuk mengimani Roh Allah, Roh juga
merupakan suara hati Allah di dalam diri manusia yang membuat supaya hati nurani
menjadi pedoman segala tingkah laku. Jadi dalam iman Rohlah yang bekerja sehingga
orang yang beriman itu mencari apa yang diimaninya. Iman dalam arti Kitab Suci
ialah berpendapat mengikat kepada yang diimani, iman itu bukanlah pengakuan
karena disuruh oleh atasan. Iman dalam Kitab Suci berarti berpegang kepada Tuhan
berakar di dalam dia untuk hidup dan mati. Jadi dapat dikatakan bahwa Roh Kudus
adalah Roh Allah Bapa, Roh Allah berarti karya Allah Bapa dalam cipataan-Nya
khususnya dalam manusia yang senantiasa dilaksanakan. Dan melalui itu manusia
bertindak juga dalam menjalani imannya yaitu dibimbing oleh Roh Allah.
Dalam Injil Yohannes firman Tuhan merupakan hal yang sangat penting dan
itu adalah pembahasan khusus oleh kitab ini. Dimana pada ayat pertama dikatakan
bahwa ”Pada mulanya Allah berfirman, firman itu bersama-sama dengan Allah dan
firman itu adalah Allah” (Yohannes 1:1). Jadi Allah dalam menunjukkan firman-Nya
dengan memahami diri-Nya dan menyatakan pemahaman itu dalam firman-Nya
sendiri dan dengan firman itu ia dapat juga memberikan diri kepada manusia. Dalam
Injil Yohannes ”Firman telah menjadi daging dan diam diantara kita” (Yohannes
1:14), kata daging bukanlah manusia sebab yang dimaksud ialah pentakan, yang
rapuh, yang termasuk sejarah, itulah yang diterima oleh firman Tuhan sebagai
miliknya.
Banyak pendapat para teolog-teolog untuk menanggapi penjelmaan firman
Tuhan yaitu berusaha untuk menjawab pertikaian sesuai dengan zamannya. Tetapi
dibawah ini firman Tuhan menjelma dilihat dari pikiran religius Kitab Suci. Dimana
orang Yahudi mengenal paham shekinah, kehadiran (kemuliaan Allah). Orang Yahudi
mengatakan bahwa kemuliaan Allah turun atas kota, tinggal di dalam kenisah
memasuki para nabi. Dalam Perjanian Baru bahwa Roh tinggal di dalam hati manusia
itu sendiri. Jadi menurut pengarang buku ini yang labih tepat dari penjelmaan Allah
adalah kehadiran firman Allah (logos) dalam diri manusia Yesus dari Nazaret.
Firman Allah itu adalah Allah sendiri yang sepenuhnya memberikan diri
kepada manusia sebagai firman yang hadir dalam sejarah manusia. Jadi dengan itu
logos memasuki diri manusia Yesus maka kedua-duanya tetap utuh, tetap utuh adalah
Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya. Penjelmaan firman Allah dengan
kehadirannya dalam Yesus kristus mempunyai dua ciri khas yaitu: pertama, Yesus
Kritus secara khusus dipersiapkan oleh Allah untuk dapat menerima firma Allah tanpa
batas dan halangan. Kedua, hanya Yesuslah yang diutus sebagai firman Allah terakhir
bagi manusia yang tak dapat dilebihi atau dibatalkan dan sekaligus ia menjadi
penerima firman itu dalam ketaatan, sampai konsekuensi terakhir pada salib.
Yesus adalah manusia yang religius yang berakar pada Allah; Ia merenungkan
Allah dan berdialog dengan Allah. Dalam kesadaran jelas mengenai keputusannya Ia
terus menerus berbicara melalui Allah, namun dengan itulah Yesus dipercayai melalui
pewartaan-Nya. Yesus dalam pewartaan-Nya tentang Allah adalah dimana Ia
mewartakan Kerajaan Allah sudah dekat, bahkan sudah hadir dalam perkataan dan
perbuatan-Nya. Bagi Yesus Kerajaan Allah berarti hidup baik, hubungan antara
manusia yang wajar, kebahagiaan, kegembiraan, damai umat manusia yang siap
menerima Allah dalam kesatuan yang tidak akan berakhir.

24
Selain itu Ia tidak memberitakan Kerajaan Allah sudah dekat tetapi melalui
praktek penyembuhan dan perbuatan-Nya Kerajaan Allah mulai dilaksanakan dan
dengan ini jelaslah keberadaan Allah itu. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah
diwujudkan dalam langkah-langkah kecil, dalam kehidupan sehari-hari, bukan melalui
kehidupan yang mempesonakan dan bukan juga dalam acara keagamaan.
Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa perintah Allah tetap berlaku yaitu
Hukum Taurat yang mengungkapkan perintah Allah. Yesus menyatakan ajaran
moralnya dalam suatu kerangka besar yang sederhana yaitu Kerajaan Allah berarti
hubungan baru antara manusia yang lain dari pada dahulu. Secara istimewa Yesus
adalah pewarta kegembiraan dan kedamaian Allah, yang mau dan mampu membuat
orang percaya bahwa dorongan untuk menjadi manusia berasal dari Allah sendiri.

25

Anda mungkin juga menyukai