Anda di halaman 1dari 6

Percaya dan Taat

Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa,
tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan
berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti
keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada
dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah
sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah
anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.
Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah
hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

Roma 6:11-14

Sebelum saya memenuhi pembahasan ini, saya ingin terlebih dahulu menjelaskan penerjemahan
dari Roma 6:11-14 ini. Apa yang ingin saya katakan hanya sebatas dengan pembahasan kita kali
ini. Potongan ayat ini menurut bahasa Yunaninya boleh diterjemahkan sebagai berikut:
"Demikianlah hendaknya kamu menghitungnya: bahwa kamu telah mati terhadap dosa, tetapi
kamu hidup terhadap Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu jangan biarkan dosa menjadi raja di
dalam tubuhmu yang fana, sehingga kamu menuruti keinginannya; dan janganlah kamu
menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman,
tetapi hendaklah seperti orang yang bangkit dari kematian, menyerahkan diri kepada Allah; dan
menyerahkan anggota-anggota tubuh kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran."

Hari ini saya ingin menyinggung tentang prinsip hidup orang Kristen. Seluruh Perjanjian Baru
menampakkan kepada kita, bahwa prinsip hidup orang Kristen hanya ada dua, lainnya semua
merupakan buah-buah yang berasal dari prinsip ini. Baik itu rendah hati, kelemahlembutan, ke-
setiaan, penguasaan diri, dan lain sebagainya, semua itu bukanlah prinsip hidup orang Kristen.
Prinsip hidup orang Kristen hanya ada dua, yaitu 1) percaya, 2) taat. Semua buah-buah kebaikan
lainnya dihasilkan dari dua prinsip ini. Setiap hari kita berkontak dengan Tuhan, kita perlu percaya
dan taat.

Dalam Perjanjian Baru, banyak tempat yang menyinggung tentang percaya dan taat. Kali ini saya
hanya mengambil dari Roma 6:11 dan ayat 13. Ayat 11 mengatakan, "Menghitung", inilah
percaya; ayat 13 mengatakan, "menyerahkan", inilah taat. Ayat 11 mengatakan percaya, ini
terhadap karya yang telah dirampungkan Kristus; ayat 13 mengatakan menyerahkan anggota-
anggota tubuh kepada Allah, ini akan menjaga kedudukan yang kita peroleh dari percaya. Jika kita
bisa menjaga kedua prinsip percaya dan taat ini dengan seimbang, maka semua pengalaman
rohani akan terbentang di depan kita, dan kita bisa dengan leluasa memasukinya.

Sebenarnya bagaimanakah seluk beluk percaya dan taat ini? Semua kebenaran yang obyektif,
berada di dalam Kristus; semua yang di dalam Kristus, telah tergenapkan. Semua kebenaran yang
subyektif, berada di dalam Roh Kudus; semua yang berada di dalam Roh Kudus, akan digenapkan
oleh Roh Kudus. Saya tidak tahu, apakah Anda mengerti perbedaan antara karunia penebusan
dengan karunia keselamatan. Karunia penebusan sudah tergenapi sekitar seribu sembilan ratus
tahun lebih yang lalu, dan karunia keselamatan baru tergenap di atas diri kita pada hari kita
percaya Tuhan Yesus. Jadi karunia penebusan adalah perkara yang obyektif, yang telah
digenapkan di dalam Kristus. Karunia keselamatan adalah perkara yang subyektif, yang
digarapkan oleh Roh Kudus ke dalam kita. Kedua hal ini tidak bisa diputarbalikkan. Seribu
sembilan ratus tahun lebih yang lalu, Tuhan Yesus bukan menggenapkan karunia keselamatan;
demikian juga hari ini di dalam kita, Dia tidak menggenapkan karunia penebusan. Yang satu
adalah perkara yang sudah rampung sejak dulu, yang satu adalah perkara yang akan
dirampungkan. Seandainya aku adalah orang yang belum percaya Tuhan, ketika Anda mem-
beritakan Injil kepadaku, Anda hanya bisa memberitakan, bahwa karunia penebusan sudah
rampung, tidak bisa mengatakan karunia keselamatan sudah genap. Karena aku belum beroleh
selamat. Karunia keselamatan tergenap di atas diriku setelah aku percaya Tuhan. Sebelum aku
percaya Tuhan, karunia penebusan sudah tergenap. Jadi pekerjaan penebusan adalah pekerjaan
yang sudah lampau. Semua pekerjaan yang obyektif adalah pekerjaan yang sudah lampau, yang
mutlak, yang tanpa batas. Semua pekerjaan yang subyektif adalah pekerjaan yang akan
digenapkan pada saat sekarang dan yang akan datang. Yang satu sudah rampung, yang lainnya
sedang atau kelak akan dirampungkan. Di satu pihak tidak hanya sudah mati, sudah dikuburkan,
sudah bangkit, bahkan sudah naik sorga. Di satu pihak adalah Roh Kudus menggarapkan
kematian itu di dalam diri Anda, dan baru tergenap tatkala Anda percaya. Kristus bangkit, itu
terjadi pada seribu sembilan ratus tahun lebih yang lalu. Tetapi hal ini bisa temyata di atas diri
Anda, adalah pada hari Anda percaya Tuhan. Semua yang obyektif adalah yang lampau, yang
mutlak, yang telah genap, yang tidak perlu ditambah lagi. Semua yang subyektif, akan tergenap
sekarang dan kelak. Menerima yang obyektif dan menerima yang subyektif, keduanya adalah dua
prinsip yang mutlak berbeda. Yang obyektif sudah rampung, karena itu harus kita percayai. Yang
subyektif adalah rampung sekarang dan kelak, karena itu perlu ketaatan. Orang yang hanya
memperhatikan satu aspek saja, kalau ia tidak jatuh ke dalam pikirannya (teoritis), ia tentu jatuh
ke dalam pertapaan (penyiksaan diri). Kematian yang obyektif, perlu percaya; kebangkitan, perlu
percaya; kenaikan, perlu percaya. Tetapi hanya percaya saja masih kurang. Hari demi hari perlu
ketaatan kita. Mati tersalib bersama Kristus perlu ketaatan kita; kekuatan kebangkitan perlu
ketaatan kita; kedudukan dan kenaikan perlu ketaatan kita.

Saudara saudari, kita memerlukan Juruselamat yang di luar, juga memerlukan Juruselamat yang
di dalam. Perlu firman ternyata dalam daging, juga perlu firman ternyata dalam Roh Kudus. Perlu
Kristus yang di Golgota, juga perlu Kristus yang di dalam Roh. Terhadap Juruselamat yang di luar,
kita perlu percaya; terhadap Roh Kudus, kita perlu taat. Baiklah saya akan menyinggung satu
pengalaman, supaya kita tahu apakah yang disebut percaya dan taat.

Apakah percaya itu? Terhadap perkara ini, seharipun kita tidak boleh kendor. Terhadap kebenaran
yang obyektif, perlu percaya; bukannya karena orang berkata, bahwa aku harus mati, harus
bangkit, harus naik sorga; melainkan aku sudah mati, sudah bangkit, sudah naik sorga. Jadi,
apakah percaya? Percaya berarti sudah mengetahui, sudah melihat, sudah mengenal. Orang tidak
bisa percaya kepada sesuatu yang belum dilihatnya. Baik itu kematian, kebangkitan, kenaikan ke
sorga, perlu ada wahyu Roh Kudus baru bisa percaya. Doktrin adalah membicarakan suatu perkara
kepada Anda, sedangkan kebenaran adalah realitas yang ada di belakang kebenaran itu. Sering
kali doktrin-doktrin itu bukanlah kebenaran. Jika sesuatu itu benar-benar ada di sana, itu tidak
saja merupakan suatu doktrin, bahkan suatu kebenaran. Tuhan Yesus mati bagi kita, ini bukan
hanya doktrin, bahkan suatu kebenaran. Apa yang dibicarakan di dalam teologi adalah doktrin;
dengan kata lain, doktrin adalah teologi. Kebenaran yang obyektif perlu Anda dan saya percayai,
kita harus mengetahui bahwa itu adalah benar. "Kebenaran" dalam bahasa lbraninya adalah
"realitas." Kematian Tuhan adalah kebenaran, ini berarti kematian Tuhan adalah realitas.
Kebangkitan Tuhan adalah kebenaran, berarti kebangkitan Tuhan adalah realitas. Kenaikan Tuhan
adalah kebenaran, ini juga berarti kenaikan Tuhan adalah realitas. lnilah kebenaran.

Bagaimana kita tahu bahwa kebenaran itu adalah realitas? Setiap kali kita menerima suatu
kebenaran, itu tidak tergantung pada bagaimana seorang pengkhotbah mengatakannya. Di
seluruh dunia hanya ada satu Persona yang bisa memimpin manusia masuk ke dalam kebenaran,
Dia adalah Roh Kudus. Pengkhotbah hanya bisa memberikan doktrin kepada orang; harus ada
wahyu Roh Kudus, baru manusia bisa memiliki iman. Saudara saudari, sudahkah Anda nampak hal
ini? Saya tidak menyinggung tentang hal mati bersama, bangkit bersama, naik sorga bersama,
saya hanya menyinggung perkara Tuhan mati bagi kita. Dahulu Anda tidak mengenal dosa, juga
tidak mengenal Allah, tidak mengenal Kristus. Pada suatu hari, Anda mendengar orang
mengatakan, bahwa Tuhan Yesus telah mati menggantikan Anda; justru perkataan ini telah
menjamah hati Anda, lalu Anda berkata, "O, ternyata ada perkara demikian." Anda nampak
"dosa," Anda nampak "Allah," Anda nampak "Kristus," Anda juga nampak "keselamatan." Anda
nampak dosa Anda sudah diampuni, Andapun berani berkata bahwa dosa Anda sudah diampuni.
Mungkin ada orang bertanya kepada Anda, "Bagaimana kamu tahu bahwa dosamu telah
diampuni?" Bagaimanapun, Anda sangat jelas, karena Anda telah nampak.
Apakah wahyu Roh Kudus itu? Wahyu Roh Kudus adalah Roh Kudus di belakang orang yang
sedang berbicara membukakan tirai kepada Anda, agar Anda nampak isinya. Demikianlah Anda
nampak apakah pengampunan dosa itu, apakah kelahiran baru itu. Penampakan ini sangatlah
berharga. Karena Anda telah nampak Yesus Kristus mati secara demikian, barulah Anda bisa
percaya. Mungkin ketika Anda pergi ke suatu tempat, di sana ada seorang teman yang tua, dan
Anda memberitakan Injil kepadanya. Ketika dia mendengarkan Anda, dia menganggukkan kepala,
tetapi sejenak kemudian, dia melupakan apa yang telah Anda beritakan; ini dikarenakan di
dalamnya kekurangan sesuatu, di dalamnya tidak ada wahyu. Orang yang tidak nampak, tidak
bisa percaya. Tidak ada wahyu, tidak akan ada iman. Anda harus mohon Allah membuat dia
nampak dosa, nampak Juruselamat. Mungkin Anda hanya berkata tiga atau lima patah kata
kebenaran, tetapi kalau dia nampak, tidak perlu lagi perkataan selanjutnya. Jika hal kematian
perlu ia nampak, maka hal kebangkitan, kenaikan, dan kebenaran yang lainnya juga perlu dia
nampak.

Saudara saudari, Anda pergi ke suatu tempat dan memberitakan Injil kepada lima puluh orang,
Anda memberitahu mereka, bahwa manusia berdosa, bahwa Tuhan mati bagi manusia, begitu
orang percaya, bisa beroleh selamat. Kelima puluh orang pendengar itu semuanya mengangguk-
anggukkan kepala, apakah itu berarti mereka semua beroleh selamat? Meskipun mereka semua
menganggukkan kepala, tetapi setelah mereka keluar dari tempat itu, mereka sama sekali tidak
merasa bahwa berdusta adalah dosa, tidak merasa bahwa sombong adalah dosa. Mereka telah
mendengar tentang dosa, tetapi tidak nampak dosa; telah mendengar tentang Juruselamat, tetapi
tidak nampak Juruselamat itu. Jika demikian, tidaklah mungkin bagi mereka untuk percaya. Setiap
kali kita memberitakan Injil kepada orang, kita harus mohon Allah mencelikkan mata orang, agar
orang tidak bisa tidak mengucurkan air mata karena nampak dosa; juga agar orang nampak bah-
wa Tuhan tidak bisa tidak menerima orang yang demikian. Sejenak kemudian, kalaupun ada
seorang profesor teologi yang berkata kepadanya, "Dosamu tidak terhitung sebagai dosa,
kematian Tuhan hanyalah suatu pengorbanan;" perkataan ini tidak akan menggoyahkan dia,
karena dia telah nampak, dia telah percaya. Mati adalah kebenaran yang obyektif, kita perlu
percaya; semua kebenaran obyektif lainnya perlu kita percayai. Kita sangat memperhatikan
pemberitaan tentang kematian Tuhan, tetapi mengapa tidak menghasilkan sesuatu? Jika di dalam
aspek iman, ada masalah, dalam aspek wahyu pasti juga ada masalah. Pada suatu hari, saya
membicarakan doktrin tentang mati bersama Tuhan. Ada seorang saudara berkata, "Ini sangat
baik, hari ini aku pasti menang. Cara untuk menang telah kuketahui." Saya akan berkata,
"Beberapa hari lagi, ini tidak akan manjur, karena ia tidak nampak ini." Jika Anda bertanya kepada
seseorang, bagaimana dia beroleh selamat? Mungkin dia menjawab, "Aku telah mendengarkan
doktrin itu." Tetapi beberapa hari kemudian, itu juga tidak manjur. Hanya paham di otak bukanlah
iman. Ketika Anda membuka Alkitab, atau Anda mendengarkan satu khotbah yang mengatakan,
bahwa Anda telah mati, telah bangkit, telah naik sorga. Anda tidak seharusnya berkata, "Aku telah
melihat diriku sendiri, sedikitpun tidak ada kebangkitan, tidak ada kenaikan." Anda pun tidak
seharusnya berkata, "Aku sudah mati, aku sudah bangkit, sudah naik sorga." Anda harus mohon
kepada Tuhan, agar Tuhan menampakkan kepada Anda bahwa Anda sudah mati, Anda sudah
bangkit, sudah naik sorga. Demikian Anda berdoa, Tuhan akan membawa Anda ke dalam aspek
obyektif, yaitu masuk ke dalam diriNya, sehingga Anda nampak, bahwa di dalam Kristus, Anda
telah mati, telah bangkit, telah naik sorga. Karena Dia telah mati, maka Anda juga telah mati.
Karena Dia telah bangkit, maka Anda juga telah bangkit. Dia telah naik sorga, maka Anda juga
naik sorga. Demikian Anda bisa berkata, "Tuhan, aku bersyukur kepadaMu, aku di dalam Dikau
sudah mati, sudah bangkit, sudah naik sorga." Anda mengucapkan perkataan ini demi iman. Iman
ini adalah berdasarkan fakta di balik perkataan.

Dulu tuan Hudson Taylor selalu gagal, selalu lemah. Pernah sekali ia menulis surat kepada adik
perempuannya, dia mengatakan, bahwa pikirannya sangat gelisah, merasa bahwa dirinya sangat
kekurangan kekudusan, sangat kekurangan hayat dan kekuatan. Dia berpikir, asal dia tetap
tinggal di dalam Kristus, semuanya pasti beres. (Adik perempuannya tentu berdoa baginya).
Setelah lewat beberapa bulan berdoa, bergumul, berpuasa, bertekad, membaca Alkitab,
menggunakan lebih banyak waktu untuk berdiam diri dan merenungkan, semuanya tetap tidak
ada hasilnya. Dia sangat ingin selama-lamanya tetap tinggal di dalam Kristus. Tetapi dia
merasakan bahwa dia hanya bisa tinggal di dalam Kristus sebentar, kemudian keluar lagi. Dia ber-
kata, "Asal aku tinggal di dalam Kristus, semuanya pasti beres. Tetapi aku tidak bisa." Dari
catatan hariannya, terdapat kisah demikian: Pada suatu hari dia kembali berdoa; dia berpikir,
"Asal aku bisa tinggal di dalam Kristus, mendapatkan getah hayatNya, mendapatkan rawatanNya,
mendapatkan suplaiNya, pasti aku memperoleh kekuatan untuk mengalahkan dosa." Dia berdoa
lagi. Kemudian dia membaca Alkitab. Dia membaca sampai Yohanes 15:5 yang mengatakan,
"Akulah pokok anggur, kamulah (adalah) ranting-rantingnya." Membaca sampai di sini, dia
berkata, "O, aku adalah orang yang paling bodoh di dunia! Aku selalu berdoa dengan mengatakan,
bahwa aku ingin menjadi ranting, ingin tinggal di dalam Kristus. Tetapi Tuhan berkata, "Kamu
sudah menjadi ranting, sudah tinggal di dalamKu." O, saudara-saudara, jika Anda mengenal hal
ini, Anda akan berkata, "Haleluya!" Kita tidak perlu masuk, karena kita telah ada di dalam. Bukan
memaksa diri menjadi ranting, bukan setelah mengalahkan dosa baru menjadi ranting, Anda su-
dah sebagai ranting, Anda sudah di dalam. Injil Yohanes 15:5 memberitahu Anda, bahwa Anda
sudah di dalam, hanya saja Anda jangan sampai keluar. Anda adalah ranting. Getah, perawatan,
kasih, semuanya adalah milik Anda. Tuan Hudson Taylor berkata, "Sejak aku mengenal perkara
ini, aku menjadi satu Hudson Taylor yang baru." Inilah satu titik belok yang besar di atas dirinya.

Janji bukan berarti mengubah firman Allah menjadi suatu realitas, melainkan percaya firman Allah
sudah merupakan suatu realitas. Tahun lalu, di suatu sidang istimewa, saya pernah menyinggung
bahwa kasih karunia Allah melingkupi tiga hal, yaitu janji, fakta, dan perjanjian. Janji mengacu
kepada sesuatu yang akan digenapi; fakta mengacu kepada sesuatu yang sudah tergenap. Semua
kebenaran obyektif, telah digenapi, adalah benar. Anda hanya perlu berkata kepada Allah,
"FirmanMu mengatakan aku telah mati, telah bangkit, telah naik sorga; karena itu aku juga
berkata, bahwa aku telah mati, telah bangkit, telah naik sorga." Ya, memang demikian mantap
dan dapat diandalkan. Begitu Allah berfirman, terjadilah sesuai dengan firman Allah.

Tuan X adalah salah seorang pembicara yang terkenal dalam konferensi Keswick. Titik belok
seumur hidupnya adalah dikarenakan satu perkara. Pada satu kesempatan dia memilih II Korintus
12:9 sebagai topik pembicaraannya. Judul itu mengatakan, "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu."
Setelah dia mempersiapkan bagannya dengan baik, dia kemudian berlutut dan berdoa, berkata
kepada Allah, "Dengan penuh hormat kusampaikan bagan berita ini ke hadapanMu, ya Allah,
mohon berkatMu." Setelah berdoa demikian, dia merasakan bahwa berita ini tidak bisa ia sampai-
kan. Dia merasa, esok hari dia akan memberitakan ini kepada orang lain dengan mengatakan,
bahwa kasih karunia Allah cukup mereka pakai. Tetapi kalau ada orang bertanya kepadaku,
"Benarkah kasih karunia Allah cukup kamu pakai?" Aku akan menjawab, "Tidak, karena aku masih
memiliki temperamen, masih memiliki kesombongan." Kalau kasih karunia Allah baginya sendiri
tidak cukup, bagaimana dia bisa mengatakan kepada orang bahwa kasih karunia Allah cukup
mereka pakai? Dia pasti tidak bisa memberitakannya. Hari itu adalah hari Sabtu, masa persiapan
sudah tidak banyak lagi. Kalau tidak memberitakan juga tidak bisa, sungguh sulit sekali. Kembali
dia berlutut dan berdoa mohon kepada Allah, "Ya Allah, hari ini buatlah kasih karuniaMu cukup aku
pakai, agar firman ini menjadi pengalamanku. Aku selalu sombong, selalu iri hati, selalu dipenuhi
hawa nafsu, selalu dipenuhi pikiran yang kotor, jika kasih karuniaMu benar-benar cukup kupakai,
biarlah Engkau membuatku menang atas semuanya itu." Sepanjang sore hari terus berdoa, tetapi
semakin berdoa seolah-olah Allah semakin jauh meninggalkan dia. Akhirnya dia merasa lelah, lalu
keluar dari meja kerjanya dan berjalan ke arah tungku api. Di sana dia berdiang. Tepat sekali, di
tembok di dekat tungku itu tergantung satu bingkai yang berisi ayat Alkitab, "kasih karuniaKu
cukup kamu pakai." Saat itu dia segera sadar, kasih karunia Allah bukannya akan cukup dia pakai,
atau harus menunggu sejenak baru cukup dia pakai, melainkan "adalah" cukup dia pakai. Dia
tidak perlu memohon Allah agar membuat kasih karuniaNya cukup dia pakai, melainkan kasih
karunia Allah sudah cukup dia pakai. Segera dia melompat dan berkata, "Kasih karunia Allah
cukup aku pakai. Mengapa aku harus berdoa lagi?" lnilah iman, inilah wahyu. Dia kemudian
berkata, "Aku bersyukur kepada Allah, puluhan tahun aku mengharapkan kasih karunia Allah
cukup aku pakai, justru hari itulah Allah menampakkan hal itu kepadaku, bahwa kasih karuniaNya
adalah cukup aku pakai. Sejak itulah aku memiliki satu titik tolak yang besar." Keesokan harinya
dia sangat berkekuatan. Kemudian di dalam konferensi Keswick itu, dia berkesempatan beberapa
kali memberitakan dan membantu banyak orang. Ada orang bertanya kepadanya, bagaimana dia
bisa mencapai keadaan ini? Dia menjawab bahwa kata "cukup" telah membuatnya nampak.

Banyak orang menuntut dirinya mati. Tetapi Allah berkata, bahwa di dalam Tuhan, Anda telah
mati. Banyak orang menuntut kebangkitan, menuntut kenaikan, tetapi Allah berkata, bahwa di
dalam Tuhan Anda telah bangkit, telah naik sorga. Banyak orang menuntut mengalahkan dunia,
tetapi firman Tuhan mengatakan, bahwa yang membuat kita mengalahkan dunia adalah iman kita
(l Yohanes 5:4). Segala sesuatu berada di dalam Kristus. Kita harus melihat ini, baru bisa percaya.
Misalkan di sini ada seorang saudara atau seorang saudari, dia telah nampak suatu kebenaran
obyektif, ini tidak tergantung berapa banyak, asal ada satu ayat dan ia benar-benar percaya,
maka ia sudah bisa menempuh jalan yang ke depan. Banyak orang yang memanjatkan
permintaan yang buta kepada Allah. Pernahkah Anda mendengar seorang dosa mohon Tuhan mati
baginya? Pada suatu pengabaran Injil, saya mendengar seseorang berdoa, "Ya Tuhan, aku adalah
orang dosa, mohon Dikau mati bagiku." Ini sungguh satu doa yang salah. Hari ini banyak orang
mohon Tuhan menggantikan dia, mohon bisa mati bersama Tuhan, ini sungguh menggelikan. Otak
sungguh tidak berguna. Kita harus percaya firman Allah melebihi keadaan kita, melebihi perasaan
kita, melebihi pencobaan, melebihi dosa kita, melebihi hawa nafsu kita, melebihi pikiran kita yang
kotor. Jika Anda bisa demikian, Anda pasti akan berbeda. Hanya mendengar tidaklah cukup, masih
perlu ada iman. Semoga kita nampak, bahwa Allah telah menggenapkan segala sesuatu di dalam
Kristus.

Tetapi kita pun harus tahu, bahwa hanya memiliki iman yang demikian, itu pun masih belum
cukup. Selanjutnya masih ada satu perkara yaitu ketaatan. Di satu pihak kita harus percaya, di
pihak lain kita masih harus taat. Tekad kita harus diruntuhkan, dan kita harus mempersembahkan
setiap anggota tubuh kita kepada Allah. Saudara saudari, setelah Anda memiliki iman yang hidup,
Anda masih perlu belajar taat hari demi hari. Begitu Allah menjamah sesuatu pada diri Anda, lalu
Anda menginginkan Allah tidak meneruskannya, itu berarti Anda telah tidak taat kepada Allah.
Setiap tekad yang tidak takluk, tidak bisa percaya kepada Allah. Satu orang dosa yang tidak mau
bertobat, dia pasti tidak bisa percaya. Satu orang imani jika tidak memiliki hati yang taat, dia pun
tidak bisa percaya.

Ada orang menyisakan banyak barang di dalam keluarganya. Ada yang tidak bisa
mempersembahkan anak-anaknya. Ada yang terhadap suaminya tidak memiliki sikap yang wajar.
Ada yang terhadap harta benda tidak memiliki pengaturan yang wajar. Lalu, sudahkah Anda
mempersembahkan diri Anda kepada Allah? Relakah Anda pergi ke mana saja sesuai dengan
perintah Allah? Maukah Anda melakukan perkara yang sepele menyuruh Anda melakukannya?
Saudara saudari, hanya percaya, tidak bisa menjaga Anda dalam menempuh jalan yang di depan.
Mungkin begitu Anda percaya Tuhan, Allah segera meminta Anda untuk taat. Mungkin juga setelah
Anda percaya, beberapa waktu kemudian, baru Allah menyuruh Anda taat. Terhadap seseorang
Allah terlebih dulu ingin dia taat, baru kemudian memberinya iman. Terhadap orang lain Allah
terlebih dulu memberinya iman, kemudian baru menyuruhnya taat. Mungkin juga, Allah memberi
seseorang iman dan bersamaan dengan itu Allah pun memimpinnya taat.

Saya tidak tahu apa permintaan Allah terhadap masing-masing pribadi. Tetapi kalau hanya ada
satu aspek, itu masih sangat kurang. Barangsiapa tidak mempersembahkan tubuhnya kepada
Allah, lalu mengira asal sudah percaya sudah cukup, orang yang demikian seperti roti yang. tidak
dibalik. Ketahuilah kita harus taat kepada Allah. Ini adalah satu langkah khusus yang harus
dilewati, ini adalah satu pos. Seorang pengurus rumah tangga Allah harus memiliki satu titik yang
khusus ini. harus pernah sekali berkata kepada Allah, "Sejak hari ini aku mempersembahkan
diriku kepadaMu." Kita masing-masing harus pernah satu kali berkata kepada Allah, "Sejak hari
ini, waktuku, kekuatanku, harta bendaku, keluargaku, segalaku, kupersembahkan kepadaMu."
Ada orang terhadapnya Allah harus secara khusus menjamah. Ada orang yang dijamah Allah pada
bagian itu, ada orang dijamah Allah pada bagian ini. Sering kali permintaan Allah seolah-olah
sangat keras, sangat serius, sangat hebat. Tetapi bagaimanapun permintaan Allah kepada kita,
kita harus taat kepadaNya. Allah ingin melihat apakah Anda taat kepadaNya. Tidak ada sesuatu
yang lebih berharga bagiNya selain Ishak. Bukan hanya dalam mulut mengatakan telah
mempersembahkan Ishak, melainkan secara realitas mempersembahkan Ishak. Demikian barulah
Anda bisa melihat Allah telah mempersiapkan seekor domba. harus menunggu sampai Anda
mutlak taat, baru Allah dipuaskan. Kita masing-masing harus memiliki satu pengalaman yang
khusus ini dengan Allah.

Saya mempunyai seorang teman. Dia adalah orang Amerika, dan dia pernah datang ke Cina.
Imannya sangat besar. Kisah dia mendapat pimpinan Tuhan untuk maju adalah sebagai berikut:
Dia sudah mendapatkan satu gelar master, tetapi dia meneruskan sekolahnya dan ingin mencapai
gelar doktor filsafat. Di satu pihak, dia adalah gembala, di satu pihak dia belajar ilmu filsafat. Dia
merasa bahwa hayatnya tidak memadai, karena itu dia berdoa kepada Allah. Dia berkata kepada
Allah, "Padaku ada banyak ketidakpercayaan. Aku tidak bisa mengalahkan dosa, aku tidak ada
kekuatan untuk mengalahkan dosa." Dua minggu lamanya dia khusus berdoa, mohon Allah
dengan Roh Kudus memenuhi dia, karena dia ingin mendapatkan hayat dan kekuatan
kemenangan seperti yang dikatakan dalam Alkitab. Allah lalu berkata kepadanya, "Benarkah kamu
menginginkannya? Jika kamu benar-benar mau, jangan mengikuti ujian gelar doktor yang akan
diadakan dalam dua bulan ini. Aku tidak memerlukan seorang yang bergelar doktor." Betapa
sulitnya hal ini baginya. Karena gelar doktor, ini adalah satu gelar yang hampir pasti dia dapatkan.
Kalau tidak meraihnya sekarang, sungguh sangat sayang. Lalu dia berlutut berdoa, tawar-
menawar dengan Tuhan, bertanya kepada Tuhan, mengapa tidak membiarkan dia di satu pihak
meraih gelar doktor di pihak lain juga tetap menjadi gembala. Satu perkara yang sangat
mengherankan, Allah selamanya tidak pernah tawar-menawar dengan manusia. Begitu Allah
menuntut, tuntutannya tidak akan dilepaskan. Begitu Allah berfirman, begitu Allah memberi
perintah, tidak bisa diubah lagi. Selama dua bulan itu dia benar-benar menderita. Sampai pada
hari Sabtu terakhir, dia sungguhsungguh bergumul. Dia mau gelar doktor atau mau pemenuhan
Roh Kudus. Gelar doktor lebih baik atau hayat yang menang lebih baik? Orang lain boleh meraih
gelar doktor dan bisa dipakai oleh Allah, mengapa dia tidak bisa? Dia terus bergumul, terus tawar-
menawar dengan Allah, dia benar-benar tidak berdaya. Gelar doktor sungguh baik, pemenuhan
Roh Kudus juga amat baik. Tetapi Allah tidak mau mengalah. Jika mau mendapatkan gelar doktor;
maka tidak bisa memiliki kehidupan rohani; mau memiliki kehidupan rohani, tidak bisa
mendapatkan gelar doktor. Akhirnya dia dengan mengucurkan air mata berkata, "Aku mau taat.
Meskipun aku telah dua tahun lamanya mempelajari filsafat, dan sejak kecil sampai tiga puluh
tahun lebih ini, aku selalu mengharapkan gelar doktor, tetapi hari ini, karena taat kepada Allah,
aku tidak akan mengikuti ujian." Kemudian dia menulis surat kepada pengawas ujian, bahwa hari
Senin mendatang dia tidak mengikuti ujian. Sejak kini dan seterusnya dia tidak mau lagi gelar
doktor. Sepanjang malam itu dia sangat lelah. Keesokan harinya dia naik ke mimbar. Dia tidak
memiliki berita untuk dikhotbahkan. Kemudian dengan sangat sederhana dia mengisahkan
tentang ketaatannya kepada Allah. Pada hari itu, tujuh puluh lima persen di antara orang yang
hadir mengucurkan air mata dan mendapatkan kebangunan rohani. Dia sendiri juga mendapatkan
kekuatan. Kemudian dia berkata, "Kalau aku sejak dulu sudah tahu demikian hasilnya, aku pasti
sudah taat sejak dulu."

Tidak ada satu orangpun yang dipakai Allah yang tidak melewati pos ini. Jika mengharapkan tidak
melalui pos ini, maka tidak bisa mengharapkan memiliki kemajuan rohani. Manusia harus percaya,
manusia juga harus taat. Tidak hanya sekali taat, selanjutnya masih harus senantiasa taat. Kalau
tidak, bisa menyeleweng. Hanya taat, tetapi tidak percaya, tidak akan ada kekuatan. Hanya
percaya, tetapi tidak mau taat, itu hanya doktrin. Hanya taat dan tidak memiliki iman, itu sungguh
menderita. Ingatlah, bahwa prinsip dalam Alkitab adalah 1) percaya; 2) taat. Tidak bisa hanya
percaya namun tidak taat, juga tidak bisa hanya taat namun tidak percaya. Percaya yang tidak
disertai ketaatan adalah percaya yang palsu; taat tetapi tidak percaya adalah pertapaan. Hari ini
di dalam gereja Tuhan ada satu penyakit, yaitu jika tidak bermasalah dalam hal iman, tentu ber-
masalah dalam hal ketaatan. Dalam suatu kegagalan, pasti salah satu atau bahkan kedua-duanya
dari dua hal itu ada penyakitnya. Kalau tidak percaya, tentu tidak taat, kalau taat namun tidak
percaya; atau tidak percaya juga tidak taat.

Jika kita mau percaya dan taat, kita akan memiliki musim semi yang panjang, memiliki siang hari
yang kekal. "Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar yang kian terang sampai rembang tengah
hari." Semoga Allah memberkati kita, sehingga kita menjadi satu orang yang sempurna di
hadapanNya, yaitu menjadi orang yang percaya dan taat.

Anda mungkin juga menyukai