1. JELITA LASE
2. MONICA D. MANULLANG
3. JHON K. SILABAN
4. ALFONS A. TELAMBANUA
5. LITA TIA
Kelompok
Bab 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. HIDUP BARU
HIDUP BARU adalah sebuah akibat dari kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh
Kudus, dan memberi sebuah status baru kepada manusia. Sesudah manusia dilahirkan
baru, maka dia mendapat suatu hidup yang baru, bukan lagi hidup yang lama. Namun
hidup yang baru ini harus dipahami pada areal kerohanian kualitatif—bukan kuantitatif.
Artinya, hidup baru bukan suatu perubahan fisik atau psikis: orang yang tadi jelek
menjadi cantik, atau orang yang temperamental menjadi sanguistik atau melankolik.
Perubahan karena hidup baru adalah memiliki arah hidup sesuai yang dikehendaki
Allah. Kini orientasinya kepada Tuhan, bukan kepada diri. Hidup yang lama sudah mati,
kebangkitan Kristus menghidupkan dia, sehingga oleh kuasa Roh Kudus dia mempunyai
suatu kelahiran yang baru. Hidupnya berpusat kepada kehendak Allah.
Efesus 4: 17-20 mengatakan, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu
di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah
dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup
persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena
kedegilan hati mereka…….”
Hidup yang baru adalah anugerah yang sangat luar biasa yang diberi kepada
manusia. Hidup yang baru adalah hidup yang berpindah dari lama ke baru. Orang yang
lahir baru akan memperlihatkan kualitas hidup yang jauh berbeda dibanding yang dulu.
Hidup lama yang berorientasi kepada diri, menjadi hidup baru yang berorientasi ke-
pada Allah. Hidup lama yang digambarkan Alkitab sebagai suatu kehidupan yang tidak
mengenal Allah, adalah hidup dengan pikiran yang sia-sia. Hidup dalam pengertian
yang gelap, jauh dari persekutuan dengan Allah, karena kebodohan, dan karena
kedegilan hati mereka. Mereka bodoh.
Orang yang sudah mempunyai kehidupan baru, sudah dilahirkan baru, bukan
lagi orang bodoh. Namun pengertian bodoh di sini juga jangan disalah mengerti. Bodoh
di sini adalah bodoh secara rohani, bukan matematis. Ini bukan menyangkut IQ jongkok
atau tidak. Orang yang sangat pintar, ahli matematika, jago fisika, intelek-tual, bisa
menjadi orang yang paling bodoh dalam hal pengenalan akan Allah, karena dia akan
berkata, “Tidak ada Allah”. Dia menjadi ateis.
Tetapi ketika orang dilahirkan baru, dia punya kemampuan berpikir yang hebat,
karena mampu menangkap dan mengerti siapa Allah, dan apa yang menjadi kehendak-
Nya. Ini suatu kemampuan berpikir yang sudah diperbaharui Roh Allah dan diberi
kemampuan dan kekuatan oleh Roh Allah sehingga dia tidak lagi menjadi bodoh untuk
mengenal siapa Allah. Sekarang dia tahu siapa Allah itu. Orang yang hidup dalam status
baru, melihat ke belakang adalah melihat kebencian dan kegelapan. Maka ia selalu
berpacu ke depan untuk menjangkau pengharapan yang Tuhan sediakan, dan dia selalu
berjalan dalam iman.
Pembenaran oleh karena iman merupakan benih dari pada hidup baru.
Pembenaran oleh iman memiliki makna bahwa manusia tidak dapat di benarkan
oleh karna melakukan hukum taurat. Pada dasarnya manusia adalah budak
daripada dosa dan ketika manusia berusaha terlepas dari perbudakan itu dengan
usahanya sendiri maka semuanya akanlah sia-sia. Manusia mengalami
pembenaran bukan dari usahanya sendiri melainkan berkat daripada Kasih Yesus
Kristus yang menebus segala hutang (dosa) kita. Manusia yang telah di lepaskan
dari dosa sudah selayaknya untuk tidak melakuakn dosa lagi dan menanggalkan
manusia lamanya dan beralih menjadi manusia baru.
2. Sanctificatio ( pengudusan )
Pembenaran dan pengudusan adalah dua hal yang berbeda. Hal ini sama-
sama dilakukan oleh Tuhan namun perbedaannya adalah pembenaran terjadi di
dalam dan diluar kita. Di dalam kristus kita sudah di kuduskan karna orang yang
belum dibenarkan itu pada hakekatnya cemar, tidak suci, kotor dan demikianlah
keadaannya sampai akhir hidupnya, tetapi kalau kita di dalam kristus kita
menjadi suci,dan tidak bernoda.
Kita dapat ketahui tentang kata pengudusan yaitu bukan hanya sekedar
kata berita tetapi merupakan kata perintah seperti yang terdapat dalam 1petrus
1:16” kuduslah maka sebab aku kudus “ pengusdusan bukan hanya pekerjaan
kristus dan manusia saja tetapi ada Roh Kudus yang bekerja di dalamnya. Roh
kudus yang tellah tercurah dalam setiap hati manusia dan itu lah yang membantu
manusia untuk melakukan hidup kudus dengan cara Roh kudus bekerja dan
menujukan apa yang harus kita lakukan untuk dapat hidup kudus.
Kita sebagai umat yang telah di kuduskan bukan berate telah kudus atau
sempurna seutuhnya. Seperti orang-orang yang menganut pengajaran
perfectionisme seperti jhon wesly (aliran metodis) yang menulis buku Christ is
our perfection yang memiliki pandangan bahwa kesempurnaan kita adalah Yesus
Kristus yang beranggapan bahwa jika yesus kudus kita sebagai pengikutnya
haruslah kudus. Ayat-ayat pedoman kaum perfectionism adalah : Galatia 6:15,
matius 5:48, I korintus 2:6.
Moralitas kian terkikis dan bencana terus terjadi, akibatnya nyawa manusia
terancam dan usia rata-rata manusia berkurang. Di tengah kekacauan ini, mereka
yang tengah melatih diri hendaknya selalu meningkatkan kesadaran, senantiasa
bertobat, dan memanfaatkan kehidupan sebagai manusia yang sulit diperoleh.
Saudara se-Dharma sekalian, waktu demikian cepat berlalu. Karenanya, kita harus
memanfaatkan setiap waktu yang ada. Setiap saat kita harus melatih diri karena
dalam kehidupan ini kita telah memilih jalan pelatihan diri. Melatih batin tabiat
dan perilaku yang pantas.
Dalam Bahasa ibrani kata tobat yang banyak di gunakan adalah “Syub”
yang memili arti berbalik, kembali atau memalingkan diri. Atau dapat di
gambarkan secara sederhana kita yang telah berjalan kea rah yang salah di minta
untuk berbalik ke jalan yang benar dan sesuai dengan perintah Nya. Pertobatan
bukan hanya di gambarkan sebagai hal kesusilaan yang semu tetapi sebgaia
suatu hal religi yang sangat bermakna. Seperti yang terdapat dalam nubuat nabi
Yehezkiel yang mengatakan di dalamnya “ jika kamu ingin bertobat, bertobatlah
kepada Tuhan!”. Pertobatan yang benar merupakan pertobatan yang berasal dari
hati dan melingjkupi seluruh aspek kehidupan kita manusia. Yang menyebabkan
pertobatan manusia bukanlah hokum-hukum yang telah Tuhan rancangkan pada
manusia melainkan kasih karunia dan pengampunan Nya lah yang membuat umat
Nya bertobat seperti pada Yeremia 31:18 “ bawalah aku kembali, agar aku
berbalik”. Tetapi pada jaman dahulu hari puasa dan puasa di anggap sebagai hal
yang sakral dan di anggap dapat membawa pahala bagi orang yang
menganutnya, padahal hal-hal itu tidaklah membawa apa-apa dan tidak dapat
membuka pintu sorga, tetapi kasih-setia Tuhanlah yang membuat manusia dapat
masuk dalam kerajaan Nya.
Dalam Bahasa yunani ada dua kata yang di pakai dalam pertobatan, yang
pertama ialah metanoia yang memili arti berubah di dalam dan kata yang kedua
ialah epistrophe yang memiliki arti berbalik dari kehidupan yang lama menuju
kehidupan baru yang lebih baik. Dua kata ini tidak ada yang bermakna lebih
baik. Melainkan saling melengkapi.
Semakin kita mengenal Yesus semakin berkurang penyesalan itu tetapi justru itu
sebaliknya: semakin lama dan semakin banyak kita mengenal Yesus semakin bertambah
penyesalan. Dan Daudpun dapat belajar menghormati dan menghargai Tuhan sendiri
dengan rendah hati untuk keselamatannya. Kepedihan akan dosa-dosa kita yang disebut
dengan penyesalan tidak akan lenyap selama kita masih ada di dunia ini. Namun mesti
dipahami bahwa Penyesalan itu bukanlah satu-satunya jembatan yang dapat digunakan
untuk memperoleh pengampunan, walaupun pada dasarnya penyesalan itu perlu dalam
hidup kita. Akan tetapi jika penyesalan dianggap paling utama untuk memperoleh
pengampunan, jelas bahwa Penghormatan kepada Tuhan telah telah disepelehkan. Atau
dengan kata lain telah menduakan Tuhan karena telah hilang penghormatan kepada
Tuhan itu sendiri dengan rendah hati untuk memperoleh keselamatan.
Kematian manusia lama juga digambarkan dari pengakuan dosa. Seperti halnya
pengakuan dosa anak yang hilang. Ketika ia mengaku dosanya kepada ayahnya, ia
mendapat ciuman pengampunan tersebut dari ayahnya (luk.15). tidak ada orang yang
dapat bersitegang leher dan berkeras hati ketika sudah memperoleh pengampunan
tersebut, terkecuali prang bebal. Pengakuan dosa dapat dilakukan dengan mengakui
kesalahan didepan orang yang kepadanya kita telah berbuat salah, dan ini adalah sebuah
keharusan, yang dapat mmatikan kesombongan, rasa endam dilenyapkan, dan dibimbing
pada kerenadahan hati. Ataupun kita dapat mengaku dosa kita dengan percakapan
bersama orang yang dapat dipercaya, dan mampu mendoakan serta membimbing
menuju kebenaran.
Kematian manusia lama juga digambarkan dalam benci dan menjauhkan diri dari dosa,
atau dengan kata lain tobat yang sesungguhnya. Tobat yang sesungguhnya bukanlah
dalam artian menyerah saja kepada dosa; tetapi bergumul, berjuang, berperang dengsn
kesadaran bahwa Yesus adalah pemenang. Seperti halnya Yesus yang telah menang
mengalahkan maut demikian pula Kita.
Pertobatan merupakan suatu proses yang berlangsung hingga kematian menjemput. Tak
jauh berbeda dengan kemtian manusia lama, serta kehidupan manusia baru, Pertobatan
pun dibutuhkan dalam kehidupan Manusia dengan menghindari dua kata yakni Umur
dan Waktu. Kita jangan sekali-kali menetukan suatu waktu dan umur untuk bertobat.
Tidak ada umur yang jatuh diluar pengaruh Tuhan; pada tiap umur, sebsb Tuhan dapat
menobatkan manusia. Atau mungkin akan timbul pertanyaaan bagaimana caranya kita
dapat bertobat?. Pertobatan itu tidak bergantung pada metode atau jalan bagaimana
seseorang dapat bertobat. Pertobatan bukan saja sekali melainkan pertobatan itu,
haruslah terus menerus. Seperti halnya bunyi salah satu dalil yang ditempel oleh luther
ialah : Apabila Tuhan Yesus Menyatakan, Bertobatlah engkau maka maksudnya ialah
supaya segenap hidup orsng aaberiman.
7. Pertobatan yang Semu
Pertobatan yang semu adalah pertobatan yang dari lahiriah saja atau dapat dikatakan
tobat yang setengah hati. Pertobatan yang semu memiliki tanda-tanda perjuangan
melawan dosa yang tidak radikal, serta pembaharuan hidup yang semenah. Pertobaatn
yang semu dapat terjadi apabila kita menyerahkan diri kepada Tuhan Kita Yesus Kristus.
Ketika kita menyerahkan diri, maka akan dipimpimpin oleh Roh Kudus yang dapat
menaklukan dam menguasai kehidupan kita, dan selanjutnya .
BAB III
KESIMPULAN