Chapter 1 : Pengenalan
Oleh :
Febriana Maurizki Dewanti / Program Studi Teknik Elektro / Konsentrasi Multimedia
Broadcasting / Sekolah Tinggi Teknik Malang
Renungan
“Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-
Nya” (Yoh 1:10)
Terkadang orang lebih tertarik kepada sains; bagaimana manusia tercipta, bagaimana
tanaman tumbuh, tetapi tidak tertarik akan Sang Penciptanya. Pemandangan yang indah kita
kagumi, namun apakah kita mengucap syukur kepada Sang Pelukisnya setiap kali
memandang karya-Nya?
Melalui chapter ini, kita diajak untuk mengenal lebih dalam tentang apa kehendak Tuhan
bagi ciptaan-Nya. Mempelajari teologi adalah salah satu cara untuk mengenal Tuhan. Bukan
berarti Alkitab tidak cukup untuk dijadikan pegangan iman. Bukan berarti kita diselamatkan
oleh pengetahuan kita akan Tuhan. Melalui teologi, kita akan belajar lebih mendalam tentang
Tuhan, karya-karya-Nya, serta kehendak-Nya, yang telah Ia wahyukan melalui orang-orang
pilihan-Nya dengan menyusun Alkitab selama puluhan abad. Betapa sedihnya Tuhan bila Ia
tidak dikenal baik, padahal telah banyak yang Ia perbuat dan korbankan dalam kasih demi
ciptaan-Nya. Tidak ada yang lebih berharga daripada memahami orang yang mencintai kita,
dan dengan begitu kita dapat membalas cintanya.
Tuhan, beri aku hati yang mau mengenal-Mu. Bukan hanya mengenal, tetapi memahami serta
mencintai-Mu. Curahi aku dengan Roh-Mu, kiranya rahmat-Mu mampu menembus
kegelapan akal budiku. Ku mohon ini dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami, kini dan
sepanjang masa. Amin
1
2
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manusia terlahir tanpa pengetahuan yang menyertainya. Segala yang
manusia ingin ketahui harus melewati berbagai proses pembelajaran.
Penelitian mulai dikembangkan untuk mencari tahu seluk beluk dunia, hingga
terciptanya berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Namun terkadang manusia
lupa, bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang perlu dipelajari, melainkan juga
sosok di balik terciptanya segala ilmu pengetahuan dan sumbernya, yaitu
Tuhan. Manusia berasal dari Tuhan, tetapi apakah manusia mengetahui siapa
itu Tuhan? Kenalkah ia pada Sang Penciptanya? Mengapa Ia disebut Tuhan?
Pahamkah ia mengapa ia diciptakan, bersama dengan alam semesta dan
makhluk hidup lainnya?
Ilmu teologi akan mengantarkan manusia memahami Penciptanya. Apa
yang Ia inginkan, tujuan-tujuan-Nya, semua yang Ia telah kerjakan untuk
dunia akan terungkap dengan mempelajari teologi. Teologi dalam arti luas
adalah studi, bukan hanya tentang Tuhan, tetapi juga tentang semua karya-
Nya. Tuhan yang menciptakan manusia, ingin menyampaikan kehendak-Nya
kepada ciptaan-Nya lewat berbagai macam cara yang memungkinkan. Alkitab
Ia turunkan, berisi wahyu-wahyu tentang diri-Nya dan maksud-maksud-Nya.
Wahyu Allah harusnya menjadi bak nafas kehidupan bagi iman Kristiani.
Kemudian setelah mempelajari Alkitab dan sabda-sabda-Nya, beberapa
orang mungkin mulai mempertanyakan, mengapa Tuhan dahulu
menyelamatkan manusia atas persembahan mereka, sedangkan di zaman
sekarang kurban bakaran bahkan dikecam oleh semua keyakinan? Mengapa
para murid dahulu diutus mewartakan Injil hanya kepada orang yang
menyimpang, namun di lain waktu Yesus memerintahkan untuk
mewartakannya ke seluruh dunia? Keduanya nampak bertentangan bila dilihat
dengan mata telanjang. Namun dengan kacamata teologi, apa yang nampak
saling timpang akan dapat dipahami.
Pengetahuan akan Tuhan yang tidak mendalam dapat membawa seseorang
kepada pemahaman yang salah kaprah, akhirnya kehendak Tuhan tidak
tersampaikan dengan benar di pikiran manusia. Mengutip ayat Alkitab dan
pergi ke gereja saja tidak cukup, apalagi bila hati dan pikiran tidak mengarah
kepada Ia yang menubuatkan dan Ia yang perlu disembah dan dikasihi.
Memang benar bahwa manusia diselamatkan oleh iman, dan itu berarti
manusia perlu pengetahuan mengenai apa yang ia imani, serta pengetahuan
akan dosa dan konsekuensinya, sehingga manusia dapat mengusahakan
keselamatan.
Maka dari itu, perlu bagi orang percaya untuk mengenal dan mempelajari
apa yang ia yakini; siapa yang ia yakini, bagaimana keyakinannya, dan
mengapa harus meyakini hal tersebut. Chapter pertama ini akan membawa kita
kepada pengenalan awal akan definisi teologi, teologi dispensasi, sistem-
sistem teologi yang berkembang hingga saat ini, dan mengapa perlu
mempelajarinya.
2. Rumusan Masalah
Chapter ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu teologi dispensasi?
2. Apa kaitan antara dispensasionalisasi dengan teologi?
3. Mengapa harus mempelajari teologi?
3
3. Tujuan
Setelah mempelajari chapter ini, diharapkan pembaca dapat memahami:
1. Arti dan maksud dari teologi dispensasi
2. Kaitan antara dispensasionalisasi dengan teologi
3. Alasan mempelajari teologi
4. Sumber-sumber dan pembagian teologi
5. Perkembangan macam-macam teologi kontemporer
II. Pembahasan
1. Prolog – Pengenalan akan Teologi Dispensasional
Arti Kata
Salah satu kamus mendefinisikan dispensasi dalam ranah teologi sebagai
salah satu dari banyak aturan, yang mana dalam periode waktu yang berbeda,
Tuhan mengungkapkan pikiran dan keinginan-Nya kepada manusia. Ini
berarti, dalam periode waktu yang berbeda, Tuhan mengungkapkan pikiran
dan keinginan-Nya kepada manusia melalui cara dan hukum yang bervariasi di
tiap periodenya. Mempelajari Alkitab secara dispensasional akan
menghasilkan catatan tentang perbedaan terhadap beberapa macam sistem dan
prinsip yang Tuhan terapkan dalam memerintah manusia.
Kata “dispensasi” berasal dari bahasa Latin, oikonomia. Kata ini
merupakan gabungan dari oikos (rumah) dan nemo (untuk menyebarkan
makanan atau hukum). Kamus Latin-Inggris mengartikan “The management of
a household or family, husbandry, thrift” (pengelolaan rumah tangga atau
keluarga, peternakan, penghematan). Kata “penghematan” berasal dari
pengelolaan rumah tangga yang bijak, dan ini terefleksikan dalam kata
“ekonomi”, yang merupakan transliterasi dari oikonomia.
Oikonomos adalah pengelola rumah tangga, dan selalu diterjemahan
sebagai “pelayan/pengurus”. Kata pelayan sendiri beberapa kali disebutkan
dalam Alkitab (bdk. Luk 12:42; 16:1, 3, 8; Rm 16:23; 1 Kor 4:1, 2; Gal 4:2;
Tit 1:7; 1 Ptr 4:10). Sedangkan oikonomia diterjemahkan sebagai penatalayan
(bdk. Luk 16:2, 3, 4; 1 Kor 9:17; Ef 1:10; 3:2, 9; Kol 1:25; 1 Tim 1:4). Bentuk
kata kerjanya muncul hanya sekali pada Luk 16:2.
Dr. C. I. Scofield mendefinisikan dispensasi sebagai “periode waktu di
mana manusia diuji sehubungan dengan beberapa wahyu khusus tentang
kehendak Allah.” Dr. L. Berkhof berpendapat bahwa Dr. Scofield
mendeskripsikannya secara tidak alkitabiah. Ia setuju dengan pernyataan itu,
kecuali di satu poin yakni pengujian; tidak pernah menunjukkan waktu
pengujian atau waktu masa percobaan. Namun ada benarnya seperti dikatakan
oleh Paulus, seorang pelayan harus setia (1 Kor 4:2) dan kesetiaan itu harus
terus dipelihara dan akan diuji oleh majikannya (Luk 12:42-48).
Ryrie memberikan penjelasan singkat tentang dispensasi:
Dispensasi adalah ekonomi yang dapat dibedakan dalam menjalankan
tujuan Allah. Dispensasi adalah ekonomi di mata Tuhan, tanggung
jawab di mata manusia, dan berkaitan dengan wahyu yang
berkelanjutan.
4
Jumlah Dispensasi
Studi mengungkapkan bahwa seluruh sejarah penebusan terpecah menjadi
dua hingga dua belas dispensasi yang berbeda. Para dispensasionalis
mengikuti Scofield dengan mengakui tujuh dispensasi. Berkhof yang seorang
teolog perjanjian mengatakan hanya ada dua dispensasi, yakni Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, kedua dispensasi itu kemudian dibagi lagi menjadi
beberapa periode waktu dalam naungan wahyu anugerah. Sedangkan Hodge,
teolog perjanjian yang lain, mengatakan ada empat dispensasi.
Beberapa orang menyebut diri mereka non-dispensasionalis atau anti-
dispensasionalis, mengatakan bahwa sedikitnya orang yang setuju adalah bukti
bahwa doktrin ini salah. Padahal sedikitnya persetujuan harusnya membawa
kita belajar lebih giat lagi untuk membuktikan. Tidak ada yang tahu
kebenarannya kecuali Tuhan sendiri. Orang yang tidak berimanlah yang
menyebut diri mereka anti sesuatu yang terdapat dalam Alkitab, hanya karena
ingin menghindari kontroversi atas perbedaan yang ada.
6. Ada pekerjaan baik dimulai pada orang percaya Filipi dalam Kisah
Para Rasul 16, dan setelah Kisah Para Rasul 28 orang percaya yang
sama ini melakukan pekerjaan baik yang sama dalam diri mereka
sendiri (Flp 1: 5, 6).
7. Hanya ada satu Tubuh Kristus, menurut Efesus 4: 4, tetapi jika Tubuh
1 Korintus 12:13 adalah Tubuh yang berbeda maka ada dua tubuh.
8. Baik surat-surat pra-penjara maupun surat-surat Paulus:
(1) Hubungkan satu Tubuh dengan Satu Roh dan Satu Pembaptisan
(Efesus 4: 4, 5 lih. 1 Korintus 12:13).
(2) Ajarkan bahwa Satu Tubuh ini terdiri dari orang-orang Yahudi
dan bukan Yahudi yang percaya (Efesus 2:16 lih. 1 Korintus 12:13).
(3) Ajarkan rekonsiliasi orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi
berdasarkan Salib (Efesus 2: 14-16 lih. 2 Korintus 5: 14-21).
(4) Kaitkan pesan dengan tujuan Allah yang Dia maksudkan sebelum
zaman (Efesus 1: 3, 4, 9 lih. 1 Korintus 2: 7).
Perlu dicatat bahwa dispensasi Kemurnian, Hati Nurani, Pemerintahan
Manusia, Perjanjian, Hukum, dan Kerajaan semua terkait erat dengan tujuan
yang dinyatakan Allah untuk mendirikan kerajaan di bumi ini; sedangkan
dispensasi Anugerah saat ini terkait dengan tujuan-Nya bagi Tubuh Kristus di
surga. Dengan demikian akan terlihat bahwa perbedaan utama antara
dispensasionalisme buku ini dan bahwa sistem Scofield yang berlaku umum
adalah waktu dimulainya dispensasi ini dan membuang Israel.
3. Mengapa Teologi?
Beberapa orang mungkin bertanya: mengapa harus mempelajari teologi?
Bukankah mengerti Alkitab saja sudah cukup untu menjadi pengarah hidup?
Bukankah teologi adalah ide buatan manusia, sedangkan Alkitab merupakan
wahyu dari Allah?
1. Pertama-tama, teologi bukanlah pengganti Alkitab. Teologi Kristiani
yang sejati harus dibangun atas dasar pengajaran Alkitab. Teologi
dalam lingkup sempit adalah pengajaran tentang Tuhan, dalam
lingkup luas adalah pengajaran tentang Tuhan dan relasi yang ada
antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Teologi dapat dikatakan sebagai
pengajaran Alkitab yang disusun secara sistematis.
2. Alkitab bukan sebuah ensiklopedia. Alkitab terdiri dari banyak materi
yang perlu disusun agar dapat mengetahui arti sebenarnya dari
kacamata Tuhan. Materi-materi ini dinubuatkan berturut-turut selama
kurang lebih lima belas abad, maka dari itu perlu untuk
mempelajarinya lagi dan lagi untuk memastikan seluruhnya. Dengan
menyusun, mengelompokkan, dan mengambil kesimpulan dari
materi-materi tersebut, pengetahuan kita akan bertambah.
8
ketidaktahuan adalah ibu dari takhayul, bukan pengabdian. Apa pun yang
mengaku sebagai doktrin Alkitabiah yang tidak spiritual dan praktis adalah
salah atau itu merupakan induksi fakta yang sangat tidak lengkap.
Tuhan tidak mentolerir ketidakpedulian. Karena tidak peduli akan doktrin
yang skriptural, banyak orang salah mengartikan emosionalisme sebagai
spiritualisme, aktivitas keagamaan sebagai pelayanan. Meskipun kita tidak
diselamatkan karena pengetahuan, kita perlu memiliki pengetahuan akan dosa
dan konsekuensinya agar kita dapat mengusahakan keselamatan
Memang seorang Kristen harus terus menjaga kehidupan rohaninya agar
tidak mati. Tetapi harus diyakini juga bahwa kunci hidupnya kehidupan rohani
ada pada pembelajaran doktrin dan pemahaman akan firman Allah yang benar.
5. Teologi Kontemporer
Hordern telah mendeskripsikan teologi kontemporer seperti ini:
Jika seorang awam atau pendeta paroki yang tidak berpengalaman
mengikuti diskusi teologis modern, ia mungkin percaya bahwa ia telah
memasuki wilayah 'Alice in Wonderland. Dia akan menemukan para
teolog dengan serius bertanya apakah 'Kristus yang karikmatik' (yaitu,
Kristus yang diberitakan oleh Gereja) adalah sama dengan Yesus
sejarah. Dia akan mendengar beberapa orang berargumen bahwa iman
Kristen tidak tertarik pada Yesus yang historis. Dia akan mendengar
bahwa iman tidak akan tertolong atau terhalangi oleh pengetahuan
tentang Yesus yang historis.
Beberapa hal lainnya juga akan terdengar, mulai dari demitologisasi
Alkitab hingga ateisme Kristen dan Tuhan sudah mati. Pembahasan tentang
teologi kontemporer akan menghabiskan banyak volume, dalam bab ini akan
dibahas hanya untuk memperkenalkan beberapa tren dalam teologi
kontemporer yang terlepas dari teologi ortodoks. Kita mendengar banyak cara
pendekatan terhadap Alkitab: Historisisme, Analisis Sastra, Bentuk Kritik,
Relativisme Historis, dll. Banyak label telah diberikan kepada sistem teologi
modern: Modernisme, Liberalisme, Neo-ortodoksi, Neo-liberalisme,
Bultmannisme, Teologi Krisis, Barthianisme, Neo-evangelikalisme,
Konservatisme, Fundamentalisme, dll. Banyak pengajar juga yang perlu
dikenal ketika mempelajari teologi kontemporer, seperti Friedrich
Schleiermacher, Soren Kierkegaard, Martin Heidegger, Rudolf Bultmann,
Harvey Cox, dll, yang mana bukan termasuk teolog konservatif.
Perbedaan Mendasar
Ada banyak perbedaan atas macam-macam teologi yang ada sekarang dan
akan sulit untuk menemukan definisi singkat untuk membedakan mereka.
Tetapi yang paling mendasar ada pada posisi Alkitab dan bagaimana mereka
memperlakukannya. Mereka yang melihat Alkitab secara Protestan ortodoks
tradisional menganggap wahyu Tuhan tidak dapat salah. Yang lain; yang
menolak Alkitab sebagai inspirasi verbal, membuat teologi berdasarkan
sumber lain selain wahyu Ilahi.
Apa yang menyebabkan para teolog banyak yang meninggalkan Alkitab
sebagai sumber dari Ilahi? Karena mereka lebih memandang sains dan alam.
Segala hal dikaitkan sebagai fenomena alam, bukannya ada campur tangan
Tuhan di dalamnya. Jika sampai suatu waktu mungkin manusia akan berpikir
bahwa dia adalah Tuhan, seperti situasi dalam 2 Tesalonika 2:2, 4. Manusia
akan merasa tidak ilmiah untuk percaya pada Tuhan; pribadi yang luar biasa
dan memiliki kendali atas alam.
Kritik Sejarah
13
Dalam zaman ilmiah ini, Alkitab telah dikenai beberapa jenis kritik
dengan tujuan yang jelas pada awalnya untuk menyangkal otoritas dan
historisitas dari berbagai buku kanon. Salah satu upaya yang memiliki dampak
buruk pada kepercayaan banyak orang adalah apa yang disebut Kritik Historis.
Harus dipahami bahwa kata ‘kritik’, seperti yang digunakan dalam konteks ini,
tidak berarti menemukan kesalahan, tetapi lebih untuk menerapkan prinsip
atau aturan untuk menilai karakter suatu karya sastra.
Kritik Rendah atau Tekstual berkaitan dengan pemeriksaan semua naskah
kuno yang masih ada dari Alkitab dan melalui perbandingannya untuk sampai
pada teks yang sedekat mungkin dengan aslinya. Kritik Tinggi sampai pada
teks yang tepat didahulukan, diikuti oleh kritik yang meneliti isi Alkitab
dengan merujuk pada komposisi, kepengarangan, tanggal, dan nilai historis
sebagaimana dinilai oleh bukti internal. Harus dipahami bahwa kedua jenis
kritik ini baik bila dilakukan dengan benar. Orr berkata, kritik salah ketika
digunakan secara sembarangan, atau di bawah pengaruh beberapa teori
dominan atau prasangka. Penyebab utama kesalahan dalam penerapannya pada
catatan wahyu supernatural adalah asumsi bahwa tidak ada supernatural yang
dapat terjadi.
Bultmannisme
Salah satu sistem teologis radikal zaman sekarang adalah dari Rudolf
Bultmann, yang terkenal dengan prinsipnya untuk menyaring mitos dari
Alkitab. Dia mengklaim, peristiwa supernatural seperti kebangkitan Kristus
adalah mitos. Mitos dia maksudkan sebagai penggunaan perumpamaan untuk
menggambarkan hal ‘dunia lain’ dengan bahasa dunia sekarang, hal Ilahi
dengan hal manusia. Dia mengklaim bahwa kebangkitan bukanlah sejarah
(peristiwa yang pernah terjadi di suatu tempat dan waktu). Tetapi teolog yang
memakai cara kritik sejarah tidak memaknai ‘sejarah’ dalam arti sebenarnya.
Sejarah bukan hanya apa yang ditulis sejarawan dalam sebuah buku. Beberapa
tulisan mungkin mengandung legenda atau mitos, maka ini harus disaring.
Sekarang para kritikus telah memperlakukan Alkitab sama halnya dengan
buku sejarah; seperti murni buatan manusia. Sebelum Alkitab dianggap
sebagai buku sejarah, legenda dan mitos harus disaring dahulu dengan cara
melihat kesinambungan historis, serta mempelajari analoginya.
Kritikus berargumen bahwa tubuh Kristus yang telah mati tidak dapat
bangkit kembali, karenanya, kisah kebangkitan harus disingkirkan dari
Alkitab. Tetapi menurut Bultmann, mitos kebangkitan telah digunakan dalam
Alkitab untuk mengekspresikan ‘dunia lain’ dalam istilah ‘dunia ini’. Dia
mengatakan bahwa kebangkitan Kristus terjadi di kerygma, yaitu ketika Injil
diberitakan, Yesus hadir atau hidup. Butlmann berkata segala yang tidak
ilmiah harus segera disingkirkan sebelum manusia zaman sekarang
menerimanya. Tetapi jika segala hal yang tidak masuk akal disingkirkan, maka
Alkitab tidak menyisakan apa-apa.
Kritikus yang berargumen demikian sama saja menganut slogan atheis
lama: fakta bahwa mukjizat tidak terjadi di zaman sekarang adalah bukti
bahwa mukjizat tidak pernah terjadi dulu. Cara menjawab argumen ini adalah
dengan metode dispensasional. Anderson berkata, mukjizat fisik tidak terjadi
di zaman sekarang, sebagian besar didasarkan pada karakter dispensasi dari
hubungan Allah dengan bangsa Israel. Seperti yang dikemukakan Petrus dalam
14
2 Petrus 3:4, pada akhir zaman orang akan dengan sadar menolak, bersikap
acuh atas campur tangan Tuhan dalam peradaban manusia.
Eksistensialisme
Doktrin filosofis lain yang mewarnai teologi modern adalah doktrin
Eksistensialisme. Soren Kierkegaard terkenal sebagai bapak teologi ini.
Doktrin ini dikenal sebagai eksistensialisme karena kekhawatiran yang radikal
terhadap individu yang ada, daripada esensi universal. Kierkegaard
menanyakan hal seperti, “apa tujuan hidup manusia? Apakah yang manusia
dapat lakukan atas keberadaannya? Apakah mungkin untuk mendasarkan
kebahagiaan kepada pengetahuan sejarah?”
Dahulu Socrates mengungkapkan suatu paradoks yang mana meskipun
manusia belajar, dia tidak dapat sepenuhnya mempelajari apapun. Dia berkata
bahwa belajar adalah mengingat kembali yang telah ada dalam diri manusia.
Kierkegaard menanggapi paradoks ini dengan menyatakan memang benar
bahwa sebelum memperoleh pengetahuan, manusia tidak memiliki cara untuk
mengenali kebenaran ketika dia bertemu dengannya. Tetapi jika dia benar-
benar mempelajari sesuatu, sesuatu pasti telah terjadi padanya yang
membuatnya berbeda dari sebelumnya.
Alih-alih pengetahuan yang datang melalui ingatan, ia menjelaskannya
sebagai momen pencerahan, semacam transformasi ajaib. Dan apa pun
penyebab pencerahan ini, Kierkegaard memanggilnya Tuhan. Filosofinya
adalah salah satu dari skeptisisme dan ketidakpastian. Manusia sendiri tidak
tahu apa-apa. Pengalaman yang masuk akal dan informasi historis terus
berubah dan manusia tidak dapat mengatakan apakah informasi ini benar.
Manusia terperangkap dalam kesulitan yang mengerikan: ia tidak
memiliki pengetahuan nyata, namun ia perlu tahu arti keberadaan manusia.
Kierkegaard mengatakan bahwa dia dapat memutuskan untuk tetap berada
dalam kegelapan, atau dia dapat percaya secara membuta bahwa ada Tuhan
yang akan memberi kita pencerahan, jika kita menginginkannya. Tetapi tidak
ada cara untuk mengetahui apa yang harus dipercaya; tidak ada bukti untuk
iman: yang bisa dilakukan seseorang hanyalah percaya pada iman saja.
Ada beberapa filsuf yang telah menerima eksistensialisme Kierkegaard
tetapi menolak solusinya sebagai tindakan kepercayaan.
Neo-orthodoksi
Neo-ortodoksi didasarkan pada premis eksistensial, Karl Barth muncul
pada akhr Perang Dunia II dengan sistem teologi ini. Dia menentang semua
teologi dan ilmu pengetahuan alam sebagai memberikan wahyu tentang
Tuhan. Alkitab baginya bukanlah wahyu yang obyektif: itu adalah buku
manusiawi yang dapat salah, tetapi ia dapat menjadi firman Tuhan dalam
perjumpaan eksistensial antara manusia dengan Tuhan. Pandangannya juga
disebut "Teologi Krisis," karena ia berpendapat bahwa semua institusi manusia
pasti dikacaukan oleh kontradiksi mereka sendiri, dan bahwa krisis yang
dihasilkan dari kekuatan ini membuat manusia putus asa dengan usahanya
sendiri, dan dapat menyebabkan dia beralih ke wahyu dan rahmat ilahi dalam
iman.
Neo-ortodoksi, bersama dengan Bultmannianisme, menerima temuan para
kritikus liberal yang destruktif, sejauh menyangkut Alkitab. Ryrie mengutip
Brunner, seorang teolog neoorthodox Swiss, “Ortodoksi menjadi tidak
15
mungkin bagi siapa pun yang tahu tentang sains. Ini saya sebut
keberuntungan”. Ryrie juga mengutip dari Hendry, untuk menunjukkan bahwa
Neo-ortodoksi berpikir itu dapat menggabungkan pandangan liberalisme dan
ortodoksi ke dalam sistem sintetis dari ortodoksi baru.
Itu semua membawa kita kembali kepada tesis awal: perbedaan mendasar
mereka adalah sikap tehadap Alkitab. Liberalisme atau Modernisme, melalui
kritik destruktif, telah menjadikan Alkitab sebagai buku manusiawi yang
dipenuhi kesalahan dan kontradiksi. Pandangan Ortodoks tentang iman adalah
kepercayaan didasarkan pada fakta yang otoritatif. Jika peristiwa yang dicatat
dalam Alkitab tidak benar-benar terjadi, maka tidak ada dasar untuk iman.
Pandangan Neo-ortodoksi tentang iman tampaknya, seperti yang diungkapkan
oleh Kierkegaard, percaya pada iman saja tanpa bukti untuk mendukungnya.
III. Penutup
1. Kesimpulan
Chapter pertama dari buku “A Dispensational Theology” membawa kita
masuk kepada pemahaman awal tentang teologi dan salah satu sistemnya,
teologi dispensasional. Teologi mempelajari tidak hanya tentang Tuhan, tetapi
juga hubungan-Nya dengan seluruh ciptaan. Teologi dispensasional
mengajarkan tentang perbedaan cara-cara Tuhan berurusan dengan manusia
dalam periode waktu tertentu. Alkitab yang sifat pewahyuannya periodik atau
progresif perlu dipahami secara dispensasional, agar kontradiksi yang tampak
dapat dipahami dengan tepat.
Beberapa alasan mengapa perlu mempelajari teologi dikemukakan. Salah
satu alasannya adalah karena pengetahuan yang setengah-setengah akan Tuhan
dapat menjerumuskan seseorang ke dalam pemahaman religius yang salah.
Mempelajari teologi juga sebaiknya tidak ditelan mentah-mentah, karena ada
beberapa teologi modern saat ini yang salah kaprah dalam prinsip-prinsipnya
dan cara menyikapi Alkitab. Chapter pertama telah memberikan penjelasan
awal yang singkat namun menyeluruh, sehingga kita dapat masuk ke chapter
selanjutnya dan mempelajari teologi dispensasional lebih dalam lagi.
2. Tanggapan
Melalui chapter pengenalan ini, penulis mengerti tentang apa itu teologi
dispensasional secara singkat, bagaimana sistemnya, dan mengapa Alkitab
perlu dibongkar menggunakan metode dispensasi. Chapter ini sepertinya –
secara tidak sengaja – akan menjawab pertanyaan yang telah lama penulis
kubur karena tidak adanya waktu untuk mencari tahu: mengapa pada zaman
dahulu orang mempersembahkan kurban bakaran kepada Tuhan, dan
diselamatkan berkat kurban tersebut, namun sekarang persembahan kurban
bakaran termasuk dalam penyembahan berhala. Penulis sebelumnya tidak
mengetahui bahwa banyak sekali sistem teologi yang berkembang hingga
sekarang, dan dengan membaca chapter pertama ini, penulis paham beberapa
diantaranya, termasuk teologi komtemporer yang memiliki prinsip dan
penyikapan Alkitab yang dianggap keliru.
16
DAFTAR PUSTAKA