Anda di halaman 1dari 40

PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIKA

BAB I PROLEGOMENA (Pengantar Teologia Sistematika)


A. Pengertian/Definisi
B. Tempat Teologia
C. Pentingnya Teologia Sistematika
D. Sumber Teologia
E. Metode Teologia
F. Pembagian Teologia

A. PENGERTIAN/DEFINISI

1. Arti etimologis (asal kata) Istilah "Teologia" berasal dari 2 kata Yunani, yaitu: theos artinya
"Allah"; dan logos artinya "perkataan, uraian, pikiran, ilmu". Sedangkan "Sistematika" berasal
dari kata sustematikos, artinya penempatan/ penyusunan secara tepat.
2. Definisi Istilah "Teologia" dapat dimengerti dalam arti sempit atau arti luas. Arti luas:
mencakup seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologia. Arti sempit: usaha
meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering disebut sebagai Teologia
Sistematika.

Definisi umum: Teologia ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya
dengan karya/ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Definisi khusus: Teologia
Sistematika ialah bagian dari divisi Teologia. yang mengatur secara terperinci dan berurutan
tema-tema dari ajaran doktrin dalam Alkitab.

3. Pengertian Teologia sebagai Ilmu Teologia meskipun tidak memiliki fakta-fakta yang dapat
diukur secara empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini) tetap dapat disebut sebagai ilmu
karena, sesuai dengan salah satu definisi "ilmu", teologia adalah suatu usaha untuk memberikan
penjelasan tentang Allah, yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak
berubah), dengan cara yang sistematis.

Dengan demikian Teologia Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:

a. Dapat dimengerti oleh pikiran manusia dengan cara teratur dan rasional.
b. Menuntut adanya penjelasan secara metodologis
c. Menyajikan kebenaran
d. Mempunyai nilai yang universal
e. Memiliki objek yang diteliti

B. TEMPAT TEOLOGIA

Pertanyaan yang sering timbul adalah, kalau Teologia adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya,
bagaimana hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain (musik, filsafat, sosiologi, kedokteran, dll?
Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari Allah, maka tidak seharusnya Teologia

1
bertentangan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll.,
bahkan seharusnya mereka akan saling melengkapi.

C. PENTINGNYA MEMPELAJARI TEOLOGIA SECARA SISTEMATIS

1. Manusia sebagai mahluk ciptaan yang berasio. Manusia mempunyai kecenderungan untuk
berpikir dan mempelajari sesuatu secara sistematis.
2. Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara
acak di seluruh bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
3. Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan iman kepercayaannya dan
sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
4. Alkitab adalah sumber doktrin Kristen. Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-
doktrin itu dalam sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat
menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita untuk jaman ini?"
5. Alkitab adalah pedoman hidup Kristen. Mengerti Teologia bukan hanya sekedar sebagai
pengetahuan teoritis, tapi juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2Ti 2:24-25; 2Ti 3:15-16
6. Keutuhan keseluruhan kebenaran Firman Tuhan yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja
Kristen yang efektif.

D. SUMBER TEOLOGIA

1. Alkitab Sebagai sumber yang paling utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi
iman dan kehidupan Kristen.
2. Tradisi gereja Khususnya dari Bapak-bapak Gereja, dan perkembangan pengajaran di gereja
dari jaman ke jaman, yaitu tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
3. Buku-buku Lain Sumber-sumber lain berasal dari buku-buku yang sudah "jadi" yang dihasilkan
oleh teologia biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana membantu
menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.

Catatan: sumber ke 2 dan ke 3 adalah sumber lain-lain yang bisa dipakai untuk membantu, namun
demikian kebenaran dari sumber-sumber tsb. harus ada di bawah penghakiman/terang Alkitab.

E. METODE TEOLOGIA

1. Syarat-syarat
a. Presupposisi (praduga awal) Setiap orang mengawali pemikiran dengan anggapan
(asumsi)
b. Mempunyai perlengkapan rohani dan sikap yang taat. Seorang yang mempelajari
Alkitab tidak mungkin bersikap objektif, karena ia harus percaya terlebih dahulu bahwa
Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah (iman mendahului rasio).
"Karena percaya, orang mengerti" (Augustinus). Rasio adalah alat yang dipakai untuk
mengerti pengetahuan.
c. Membutuhkan penerangan Roh (iluminasi)
1. harus percaya
2. harus berpikir
3. harus mempunyai ketergantungan
4. sikap ibadah (penyembahan)
2. Keterbatasan teologia
a. Keterbatasan pemikiran manusia untuk memikirkan pikiran Allah yang tidak terbatas.
b. Kekurangan ilmu pengetahuan pembantu.
c. Keterbatasan bahasa manusia.

2
d. Kekurangan ketrampilan untuk menguasai dan mengartikan secara tepat Alkitab secara
utuh dan menyeluruh. (hermeneutik).
e. Bungkamnya penyataan lanjutan.
f. Pengaruh dosa dan kehendak daging.
3. Metode-metode Teologia
a. Metode Charles Hodge Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-
fakta, kemudian ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat
dicerna disingkirkan, karena, tidak diterima oleh rasio).

Dasar teori a priori diterima dan a posteriori ditolak.

(sebelum pengalaman) (sesudah pengalaman)

b. Metode Karl Barth Teori Barth mengatakan: bahwa manusia tidak mungkin mengenal
Allah (karena di luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu Allah yang mencari
manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang mencari
mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia maka Allah menjadi
"tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima kebenaran adalah melalui
cara supranatural dan Allah harus menemui manusia langsung sehingga manusia
mempunyai bukti pengalaman tentang Dia. Maka pernyataan teologis harus didasarkan
pada pengalaman supranatural itu.
c. Metode Torrance Ilmu adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi, karena
manusia menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk
nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap obyek itu.
Teologi juga demikian meskipun teologi mempunyai jenis rasionalitas sendiri, tidak
perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu yang lain.

Teologi yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek
penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah harus
menjadi subyek, maka kalau begitu obyek lah (Allah) yang akan mempertanyakan
tentang manusia.

d. Metode Paul Tillich Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya
yang utama adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia
kontemporer sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia
modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi kristen,
sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat, sains, psikokologi dan
seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara pikiran dan problema manusia dengan
jawaban yang diberikan oleh kepercayaan dalam agama. Untuk itu ia menolak jawaban
yang supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari
liberalisme.

Penekanan metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin
bahwa pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata
simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius dalam
Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui prinsip-prinsip
dan metode-metode teologis.

e. Metode Interpretasi Analitis Teologi adalah ilmu tentang Allah; yang memberikan
paparan yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin iman
Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya bahwa seluruh
Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai respons mau tidak mau kita

3
harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke
dalam bahasa kontemporer yang akan relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya
dan konteks.

Dengan demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala
sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk teologi
yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut ini:

1. Penafsir harus setia pada kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak
mungkin keliru bagi semua manusia (Biblikal).
2. Penafsir harus memakai sistem penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks)
yaitu: melihat dari sudut pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar
belakang historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil
penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan dipadukan.
Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang sebenarnya Alkitab
ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan normatif sepanjang jaman.
3. Untuk tugas di atas penafsir juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang,
dll.) sehingga ia betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias,
mengurangi, atau memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus
sesuai dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab
kebutuhan manusia kontemporer.
4. Keseluruhan hasil penafsiran ini perlu disusun sedemikian rupa untuk
memenuhi standard ilmu (analistis, dengan metode yang tepat dan teratur,
sistematik dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang
dihasilkan dari penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan
praktikalnya.

Dasar pemahaman adalah dari 2Ti 3:16-17; kita tidak mendayagunakan teologi
untuk memperbaiki ketidak-jelasan yang ada dalam Alkitab tapi untuk
menerangi ketidak-jelasan pikiran manusia dalam menanggapi isi Alkitab.

F. PEMBAGIAN TEOLOGIA

1. Dalam arti luas Teologia, sebagai keseluruhan pokok studi pendidikan Teologia, dibagi
menjadi:
a. Teologia Biblika (Eksegetis) Teologia yang berurusan dengan penelahaan isi naskah
Alkitab dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan apa
yang ditulis dalam Alkitab.
b. Teologia Historika (Sejarah) Teologia yang berurusan dengan sejarah umat Allah,
Alkitab dan gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan
iman/teologia dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
c. Teologia Sistematika (Doktrin Iman Kristen) Teologia yang berurusan dengan
penataan doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan
menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman
Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
d. Teologia Praktika (Pelayanan) Teologia yang berurusan dengan penerapan teologi
dalam kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan
pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.

4
2. Dalam arti sempit

Teologia, sebagai usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya, dibagi menjadi beberapa
bidang studi:

o Bibliologi (Alkitab)
o Teologia Proper (Allah)
o Antropologi (Manusia)
o Soteriologi (Keselamatan)
o Kristologi (Yesus Kristus)
o Pneumatologi (Roh Kudus)
o Eklesiologi (Gereja)
o Eskatologi (Akhir zaman)

3. Struktur pembagian Teologia Sistematika

_________________
| Prolegomena |
| Doktrin Alkitab |
|_________________|
|
|
|
___________________ | _________________
| Doktrin Allah | | | Doktrin Manusia |
| (Teologia Proper) | ___________________|__________ | (Antropologi) |
|___________________| |________________ |
\ /
\ /
\ /
\ ________________________ /
\ | Doktrin Yesus Kristus | /
\ | Doktrin Keselamatan | /
\ | dst...... | /
\|________________________|/
__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: | | Daniel Lucas Lukito, Pengantar Teologia Kristen - (Hal. 11-52) | | Henry C. Thiessen,
Teologi Sistematika - (Hal. 1-9) | | Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 9-18) | | V. Scheunemann,
M.Th., Dogma Kristen - (Hal. 1-2) | | Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 21-39) |
|__________________________________________________________________________________
|

BAB II BIBLIOLOGI (DOKTRIN ALKITAB)

A. Pengertian/Definisi

5
B. Pernyataan Allah
C. Inspirasi (Pengilhaman)
D. Kanon Alkitab
E. Bahasa dan Transmisi Alkitab
F. Sifat-sifat Alkitab
G. Iluminasi

A. PENGERTIAN/DEFINISI

1. Arti etimologis (asal kata) Istilah "Bibliologi" berasal dari 2 kata Yunani, yaitu: biblion atau
biblia (jamak) artinya "buku-(buku)"; dan logos artinya "perkataan, uraian, pikiran, ilmu"
"Buku-(buku)" (atau "tulisan-tulisan") yang dimaksud adalah Alkitab (Firman Allah).
2. Definisi Bibliologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk sekitar penulisan (Buku)
Alkitab, dan peran Alkitab dalam iman kepercayaan Kristen. Alkitab sendiri didefinisikan
sebagai kumpulan Kitab-kitab yang diakui sebagai "kanonik", dan diterima seluruhnya sebagai
Firman Allah oleh gereja Kristen.
3. Tempat Bibliologi dalam Teologi Sistematika Dengan pra-anggapan: a. bahwa manusia tidak
mungkin tahu apapun tentang Allah kecuali Allah sendiri yang menyatakan diri kepada
manusia, b. dan bahwa Allah telah berkenan menyatakan Diri-Nya melalui Alkitab untuk
dikenal oleh manusia, maka, kita percaya bahwa Alkitab mempunyai peranan yang
menentukan sebagai pemegang otoritas tertinggi dan menjadi sumber utama untuk mempelajari
Teologi Sistematika; yaitu termasuk di dalamnya semua doktrin iman kepercayaan Kristen.

Oleh karena itu mempelajari doktrin Alkitab merupakan suatu pengantar atau permulaan yang
baik untuk mempelajari doktrin-doktrin yang lain.

____________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 63-64) |
| Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I - (Hal. 28) |
|____________________________________________________________________________|
B. PENYATAAN ALLAH

1. Pengertian/Definisi
a. Arti etimologis: Dalam bahasa Yunani "Penyataan" adalah apokalupsis (dari
apokalypto) yang artinya "sesuatu yang disingkapkan (dibukakan) dari apa yang
dahulu samar-samar/tertutup/tidak terlihat jelas" (Luk 10:21; Efe 3:5).

Dalam bahasa Ibrani ada padanan arti dari pengertian di atas, yaitu gala, artinya
"telanjang" (Kel 20:26, Yes 53:1; 2Sa 7:27).

b. Definisi: Ada beberapa definisi yang dicetuskan oleh para teolog Kristen, namun secara
umum dapat disimpulkan:

Suatu tindakan Allah (baik itu perbuatan maupun kata-kata) yang adalah inisiatif Allah
sendiri untuk membuka Diri agar manusia yang adalah ciptaan itu dapat mengenal
Allah Penciptanya (1Ko 2:11; Ula 29:29).

c. Penyataan atau Wahyu Dalam bahasa Indonesia istilah "Penyataan" sering diartikan
sama dengan kata "Wahyu." Kedua kata ini sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam agama-agama lain kata "Wahyu" diartikan sebagai pengetahuan yang di
dapat seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan penuh bahwa pengetahuan itu
6
datang dari Allah, baik dengan perantaraan atau tidak (mis.: mimpi, penglihatan,
bisikan hati, dll.). Jadi berbeda sekali dengan pengertian yang diberikan dalam agama
Kristen.

Oleh karena itu untuk menghindari kesalahan, istilah yang akan kita pakai selanjutnya
dalam buku ini adalah "penyataan" dan bukan wahyu.

2. Pentingnya Penyataan Allah adalah Pencipta alam semesta dan isinya. Melalui "Penyataan"
Allah menunjukkan inisiatifNya untuk berkomunikasi dengan ciptaanNya, dalam hal ini
manusia adalah satu-satunya ciptaan yang diberikan kemampuan untuk menerima dan
mengembalikan respons terhadap tindakan Allah (penyataan) itu.

Tanpa "Penyataan" (penyingkapan diri Allah) ini maka manusia tidak mungkin akan tahu
tentang diri Allah dan segala sesuatu yang Allah lakukan bagi ciptaanNya dengan benar. Allah
adalah tidak terjangkau karena Ia tidak terbatas, sedangkan manusia adalah ciptaan dan
terbatas. Ref. Yoh 1:18; 1Ti 6:16; Ayu 11:7; 23:3-9.

Pengetahuan yang datang dari diri manusia sendiri tentang Allah hanyalah merupakan
spekulasi dan rekayasa pikiran manusia saja. Oleh karena itu "Penyataan" Allah ini menjadi
satu-satunya sumber untuk manusia mengetahui tentang Allah dengan benar. Apalagi dengan
keadaan manusia setelah jatuh ke dalam dosa, daya tangkap (kemampuan) manusia semakin
tumpul dan tidak memungkinkannya dapat mengerti haI-hal rohani (mati rohani). Oleh karena
itu kebutuhan akan penyataan Allah ini menjadi semakin besar, bukan saja untuk mengerti
"Penyataan" Allah dengan benar, tetapi juga untuk terlebih dahulu ditebus (dipulihkan) supaya
bisa menerima hal-hal yang rohani.

Dari pengertian di atas, muncul beberapa pertanyaan:

a. Selain agama Kristen adakah agama-agama lain di dunia yang juga mengaku menerima
"Penyataan" dari Yang Ilahi (Allah)?
b. Apakah agama-agama lain itu menerima "Penyataan" dengan cara yang sama?
c. Apakah benar bahwa Allah berbicara dan menyatakan diriNya kepada setiap agama
dengan isi yang sama?
3. Penyataan umum dan Penyataan Khusus

Para teolog Kristen biasanya membedakan 2 macam cara Allah menyatakan DiriNya, yaitu
dengan cara Umum dan Khusus.

a. Penyataan Umum
1. Definisi : Penyataan Allah mengenai diriNya sendiri yang diberikan kepada
semua orang melalui alam semesta, sejarah dan hati nurani manusia.
2. Sumber : Allah
3. Jangkauan : umum, semua orang.
Ref. Mat 5:45, Kis 14:17; Maz 19:2
4. Sarana : menggunakan cara-cara universal, yaitu melalui alam, sejarah
dan hati nurani manusia.
Ref. Maz 19:4-7; Rom 2:14-15.
5. Tujuan : untuk menyatakan: kemuliaan Allah, kuasaNya dalam alam
semesta, keunggulanNya, keahlianNya, penentuanNya dalam mengendalikan
alam semesta; kebaikanNya, kecerdasanNya dan keberadaanNya yang hidup.
Maz 19:2; Rom 1:20; Kis 14:17; 17:29; Mat 5:45
6. Keterbatasan :

7
 membuat manusia menyadari akan keberadaan Allah, tetapi tidak cukup
membawa manusia kepada pengenalan
 yang benar dan penuh tentang Allah.
 membawa manusia untuk berseru dan memuji Allah,
 tetapi tidak cukup untuk membawa mereka kepada
 keselamatan.
 memberikan pengetahuan tentang sifat-sifat Allah,
 tetapi tidak memberikan pengetahuan bahwa Kristus
 adalah satu-satunya jalan keselamatan yang
 disediakan Allah.
7. Hasil :
 menyatakan anugerah umum dan mempersiapkan manusia kepada
anugerah-anugerah khusus.
 melawan isme-isme yang menolak keberadaan Allah.
 membatasi dosa manusia - hukum moral.
 menghukum secara adil untuk mereka yang berdalih.
b. Pernyataan Khusus
1. Definisi : Penyataan yang diberikan Allah melalui karya penebusan Yesus
Kristus, yang juga dituliskan dalam Alkitab.
2. Sumber : Allah.
3. Jangkauan : orang-orang pilihanNya yang percaya.
4. Sarana : melalui Yesus Kristus dan firmanNya yang tertulis dalam
Alkitab, yang diberikan melalui saluran-saluran:
 undi (Ams 16:33; Kis 1:21-26).
 urim dan Tumim (Kel 28:30; Bil 27:21)
 mimpi (Kej 20:3, 31:24)
 penglihatan (Yes 1:1; 6:1; Yeh 1:3)
 Teofani (penempatan Allah dalam wujud manusia)Kej 16:7-14
 malaikat (Dan 9:20-21; Luk 2:10-1 l; Wah 1:1)
 nabi-nabi (2Sa 23:2)
 peristiwa-peristiwa (Yeh 25:7; Yoh 1:14)
 mujizat-mujizat (Yes 9:5; Wah 21:5)
5. Tujuannya : Allah menyatakan kehendakNya, dan perjanjian
keselamatanNya dalam Yesus Kristus, dengan demikian mendamaikan kembali
hubungan antara manusia dan Allah.
6. Hasilnya :
 menjadi jalan satu-satunya untuk manusia bisa mengerti tindakan, tujuan
dan kehendak Allah dengan
 benar.
 menjadi jalan satu-satunya untuk manusia bisa menerima kabar
keselamatan Yesus Kristus.
 memungkinkan manusia mendapatkan kesempatan untuk kembali
bersekutu dengan Allah selamanya.
4. Pandangan kontemporer tentang "Penyataan"
a. Pandangan Liberal Kaum Liberal memberikan penekanan yang sangat kuat pada
Penyataan Umum, bahkan memberikan pernyataan bahwa hanya dengan Pernyataan
Umum saja manusia sudah dapat dituntun kepada keselamatan.

Ciri utama pandangan Liberal adalah subyektivitas manusia, dan akal adalah penentu
kebenaran. Sedangkan yang menjadi dasar otoritas adalah hati nurani. Alkitab menurut
mereka hanyalah hasil akal manusia yang berisi pemikiran-pemikiran tentang Allah.

8
b. Pandangan Neo-Ortodoks Kaum Neo-Orthodoks percaya bahwa Allahlah yang
memprakarsai "Penyataan". Namun demikian mereka tidak mempercayai otoritas
Alkitab sebagai Firman Allah. Alkitab hanyalah saksi Firman, jadi bisa salah. Alkitab
adalah sarana untuk kita bisa bertemu dengan Kristus.

Kebenaran mutlak Alkitab baru akan terjadi pada saat Allah menyatakan Diri melalui
FirmanNya secara supranatural. Pengalaman supranaturallah yang menjadi tolok ukur.

_________________________________________________________________________________
| Tugas Baca:
| Daniel Lukas Lukito, Pengantar Teologia Sistematika I - (Hal. 53-76)
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 35-54)
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 11-42)
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (Hal. 83-87)
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 3-19)
| Miriam Santoso, S.Th., Bibliologi - (Hal. 1-3)
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 30-42)
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 18-26)
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 11-15)
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 47-51)
|_________________________________________________________________________________|

C. INSPIRASI (PENGILHAMAN)

1. Pengertian/Definisi
a. Arti epistemologi Istilah "inspirasi/ilham" berasal dari bahasa Latin inspirare. Tetapi
kata ini sebenarnya tidak memberikan arti yang tepat. Kata Yunaninya, yang dipakai
dalam 2Ti 3:16 dan Ayu 32:8, yaitu theopneustos lebih tepat digunakan. theopneustos
adalah kata majemuk (pneo + theos) yang berarti "dihembuskan (oleh) Allah." Dalam
kata ini jelas terlihat adanya penekanan pada faktor Allah dalam pekerjaan penulisan
tsb.
b. Definisi Pekerjaan Allah melalui RohNya yang menggerakkan, menguasai dan
memimpin orang-orang yang telah dipilihNya untuk menuliskan perkataan- perkataan
yang dikehendakiNya dalam Alkitab (PL dan PB), tanpa salah dalam bahasa aslinya.
c. Hubungan antara "Penyataan" dan "Inspirasi" Dalam "Penyataan" Allah
mengkomunikasikan kebenaran-kebenaranNya kepada manusia yang dipilihNya -
(vertikal).

Dalam "Inspirasi" Allah menuntun orang-orang yang dipilihNya itu untuk menuliskan
"Penyataan" Allah dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia yang lain -
(horisontal).

2. Pentingnya Doktrin Inspirasi Doktrin Inspirasi membicarakan tentang bagaimana "Penyataan"


Allah dituliskan menjadi Alkitab. Kegiatan penulisan "Penyataan" Allah ini menjadi sangat
penting artinya karena berhubungan langsung dengan masalah keotentikan dan
ketidakbersalahan isinya.

Dengan mempercayai bahwa Allah sendirilah yang memilih dan memimpin orang-orang
tertentu untuk menuliskan "Penyataan" Allah itu menjadi Alkitab, maka akan terjamin bahwa
isinya tidak mungkin salah. Dengan demikian tidak sulit bagi orang Kristen untuk menerima
otoritas Alkitab sebagai Kitab yang berperan mutlak memberikan pedoman iman dan

9
kehidupan.

Dengan mempercayai bahwa Allahlah yang menginspirasikan seluruh isi Alkitab maka akan
terjamin pula keabsahan dan juga kesatuan kanon Alkitab itu, karena berarti seluruh tulisan itu
berasal dari satu sumber, yaitu Allah.

Namun demikian, sejarah gereja membuktikan bahwa ada banyak pendapat yang menolak
doktrin Inspirasi. Akibat langsung dari menolak doktrin Inspirasi berarti menolak keabsahan
Alkitab sebagai Firman Tuhan dan berarti menolak pula otoritasnya yang mutlak.

3. Bukti-bukti Inspirasi
a. Adanya Penyataan-penyataan yang di luar kemampuan berpikir manusia. misalnya
tentang dosa, manusia, keselamatan, Allah Tritunggal, dll.
b. Adanya Penyataan-penyataan yang bersifat nubuatan, dan yang sekarang sebagian
sudah terjadi, yang tidak mungkin muncul dari pikiran manusia.
c. Adanya Penyataan-penyataan yang bersifat sejarah yang jauh di luar pengetahuan
manusia, misalnya tentang kejadian penciptaan dll.
d. Adanya Penyataan-penyataan yang mempunyai kuasa yang mengubahkan hidup
manusia, dari jaman ke jaman.
e. Adanya Penyataan-penyataan yang berisi ajaran moral yang sangat tinggi, yang juga
diakui oleh agama-agama yang lain.
f. Adanya kesatuan tema dan isi dari seluruh Alkitab, meskipun ditulis oleh penulis-
penulis yang mempunyai latar belakang berbeda dan hidup pada jaman yang sangat
berbeda.
g. Bukti kelanggengan Alkitab, meskipun sudah dilakukan usaha berkali-kali untuk
memusnahkannya.
4. Bukti dalam Alkitab Doktrin Inspirasi tidak hanya didukung oleh bukti-bukti di luar Alkitab,
tetapi juga merupakan pengajaran yang diberikan oleh Alkitab sendiri.
a. Perjanjian lama
1. Allah sendiri yang memberi perintah untuk menuliskan. Kel 17:14; 34:27; Bil
33:2; Yes 8:1; 30:8; Yer 25:13; Yeh 24:1 Dan 12:4; Hab 2:2
2. Para penulis secara sadar memberikan otoritas terhadap tulisannya sebagai
Firman Tuhan. "Demikian Firman Tuhan" Yer 36:27, 32; Yeh 26:1-21; 27:1-36;
31:1-18; 32:1-32; 39:1-29
3. Perjanjian Baru mengakui inspirasi Alkitab Perjanjian Lama - Yesus Kristus:
Mat 4:11; Mat 5:17-20; Yoh 10:33-36 - Rasul Paulus: 2Ti 3:14-16 - Rasul
Petrus: 2Pe 1:19-21 - Penulis Kitab: Ibr 1:5; 3:7; 4:3; 5:6; 7:21
b. Perjanjian Baru
1. Pengakuan dari penulis bahwa mereka menerima Firman dari Tuhan. 1Ko 2:13;
2Ko 13:3; 1Te 2:13
2. Perjanjian baru mengakui Inspirasi Alkitab Perjanjian Baru - Yesus Mat 10:19-
20; Yoh 16:7,13; Kis 4:31
5. Data Alkitab Penyataan-penyataan Allah yang diinspirasikan kepada penulis-penulis Alkitab
itu berasal dari bermacam-macam bahan, antara lain:
a. Bahan yang langsung dari Allah Mis.: 2 Loh batu (Ula 9:10)
b. Bahan hasil penyelidikan - berkonsultasi dengan saksi mata - memakai saksi mata -
menyelidiki - menyusun dalam buku - dipimpin Roh
c. Bahan nubuatan Seper-empat isi Alkitab adalah nubuat, dan sebagian sudah
digenapkan.
d. Bahan Sejarah Di catat dengan teliti - pengalaman yang dicatat penulis.
e. Bahan Lain Teliti, termasuk hal-hal yang tidak benar/kebohongan dan tentang setan.
6. Teori-teori Penulisan Alkitab Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan oleh Allah

10
dengan pikiran dan rasio. Pada waktu manusia mulai membaca dan mempelajari Alkitab, maka
tidak mungkin tidak mereka akan mulai berpikir dan memberikan pertanyaan, bahkan
keraguan, tentang dari mana asal Alkitab, bagaimana Alkitab ditulis, dan mengapa mereka
harus mempercayainya.

Di bawah ini adalah beberapa teori yang muncul dari pikiran manusia tentang bagaimana kira-
kira Alkitab itu ditulis:

a. Teori Dikte (Inspirasi Mekanis) Ini adalah salah satu teori yang ekstrim, yang
mengatakan bahwa para penulis Alkitab itu hanyalah seperti mesin atau alat rekam.
Mereka mendengar "Penyataan" dari Allah kemudian langsung menuliskannya kata
demi kata persis seperti apa yang Tuhan katakan, sehingga tidak melibatkan sama sekali
baik kepribadian maupun pikiran para penulis itu.
b. Teori Penyesuaian (Inspirasi Dinamis) Allah menyesuaikan diri dengan keterbatasan
para penulis. Itu sebabnya ada dijumpai beberapa kekilafan/kesalahan.
c. Teori Pengawasan (Inspirasi Organis) Allah berdaulat mengawasi dan mengatur latar
belakang, warisan keturunan dan keadaan sekitar masing-masing penulisnya. Sehingga
pada waktu menulis, mereka sadar menggunakan kata-kata mereka sendiri, dan
sekaligus adalah merupakan Firman Allah dan mereka sudah dibina oleh Allah untuk
tujuan itu, karena orang tersebut telah diperbaharui Rohnya dan terhisap dalam
hubungan dengan Allah. Jadi walaupun para penulis adalah orang berdosa, itu tidak
menjadi penghalang karena mereka dipimpin oleh Allah, sehingga terjamin bahwa
tulisan-tulisan itu tidak mungkin salah dalam bahasa aslinya. Itu sebabnya masing-
masing kitab yang ditulis masing-masing penulis mempunyai gaya bahasa yang
berbeda, perbendaharaan kata yang tertentu, penekanan berita yang tertentu, dsb.

Langkah-langkah Roh Kudus menggerakkan penulis untuk menulis Alkitab:

1. Allah telah memilih dan menyediakan si penulis jauh sebelum Ia menggerakkan


si penulis untuk menulis Alkitab.
 Allah memilih si penulis sebelum ia dilahirkan.
 Allah menempatkan mereka pada situasi keadaan sesuai dengan
kedaulatanNya.
 Allah kadang memilih orang yang mampunyai pengalaman langsung.
 Allah menggerakkan penulis juga untuk menyelidiki fakta-fakta terlebih
dahulu.
2. Menunggu Waktu Allah.
 Allah menggerakkan penulis untuk berkhotbah terlebih dahulu lalu
menuliskannya.
 Roh Kudus dicurahkan kepada penulis untuk menyatakan firmanNya
secara langsung untuk ditulis.
 Roh Kudus dicurahkan kepada penulis untuk menulis hal-hal yang sudah
diketahuinya.
 Roh Kudus menggerakkan penulis untuk menulis apa yang
dikehendakiNya.
7. Pandangan-pandangan Keliru tentang Inspirasi Doktrin Inspirasi adalah salah satu doktrin yang
banyak menimbulkan perdebatan karena perbedaan-perbedaan pra-anggapan dan penafsiran.
Berikut ini adalah beberapa pandangan-pandangan yang tidak sesuai dengan Alkitab tentang
bagian penginspirasian:

a. Penginspirasian Alamiah Para penulis-penulis Alkitab adalah orang-orang jenius


secara alami. Mereka menuliskan tanpa memerlukan campur tangan Allah atau kuasa

11
supranatural.
b. Penginspirasian Dinamis atau Mistis Para penulis-penulis Alkitab ini dipenuhi dan
dipimpin oleh Roh Kudus, sama halnya dengan literatur-literatur Kristen yang lain.
c. Penginspirasian Bertingkat. Para penulis-penulis Alkitab mendapat inspirasi dari Roh
Kudus sehingga menuliskan tulisan-tulisan itu, namun tingkat penginspirasiannya tidak
sama derajatnya. Sehingga ada sebagian tulisan yang lebih berbobot daripada yang lain.
d. Penginspirasian Sebagian Para penulis-penulis Alkitab itu mendapat inspirasi, tetapi
tidak semuanya. Ada kitab-kitab yang sama sekali tidak memerlukan inspirasi karena
berupa dokumen sejarah. Bagian-bagian yang secara khusus diilhami (diinspirasikan)
adalah yang mengajarkan tentang keselamatan dan ini tidak mungkin salah, tetapi yang
lain bisa saja salah karena tidak diinspirasikan oleh Allah.
e. Inspirasi Konsep Pandangan ini percaya pada doktrin inspirasi, tetapi bukan inspirasi
harafiah kata per kata. Allah hanya menginspirasikan secara konsepnya saja. Oleh
karena itu kata-katanya bisa salah, tapi secara konsep tidak.
f. Inspirasi Barthian Pusat Penyataan adalah Yesus Kristus, Alkitab hanya merupakan
"saksi" dari Penyataan Allah. Sedangkan Alkitab sendiri adalah kata-kata manusia yang
bisa keliru tapi apabila ditangkap dengan telinga iman, maka kata-kata itu baru akan
menjadi Firman Allah. Jadi Allah bisa berbicara melalui Alkitab, tetapi hanya melalui
anugrahlah bagian Alkitab itu dapat menjadi Firman Allah.

__________________________________________________________________________________
______
| Tugas Baca:
| Daniel Lukas Lukito, Pengantar Teologia Sistematika I - (Hal. 86-107) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 52-72) |
| Miriam Santoso, S.Th., Bibliologi - (Hal. 3-4a) |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 54-59) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 95-109) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 88-100) |
| Pengakuan Baptis 1689 - (Hal 5-8) |
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 105-110) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 16-21) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 73-86) |
|__________________________________________________________________________________

D. KANON ALKITAB

1. Pengertian/Definisi
a. Arti etimologis "Kanon" berasal dari kata Yunani kanon, artinya "buluh". Karena
pemakaian "buluh" dalam kehidupan sehari-hari jaman itu adalah untuk mengukur,
maka kanon juga berarti sebatang tongkat/kayu pengukur atau penggaris. Yeh 40:3;
42:16 tombak pengukur
b. Arti metafor Seperangkat peraturan/standard norma (kaidah) dalam hal etika, literatur
dsb.
c. Arti teologis Dalam sejarah gereja abad 1 kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada
peraturan atau pengakuan iman. Tetapi pada pertengahan abad ke 4 (dimulai oleh
Athanasius), kata ini dipakai untuk menunjuk pada Alkitab, dan mempunyai 2 arti,
yaitu:
1. daftar naskah kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi
standard peraturan-peraturan tertentu, yang diterima oleh gereja sebagai kitab-
kitab kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah.

12
2. kumpulan kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang diterima sebagai Firman
Tuhan yang tertulis, yang berotoritas penuh bagi iman dan kehidupan manusia.
2Ko 10:13-16 - batas Gal 6:16 - patokan
2. Kapan terjadi Kanon Alkitab Alkitab sendiri menolak dengan tegas pendapat bahwa Alkitab
turun/jatuh dari surga (Luk 1:1-4). Lalu bagaimana dan kapan kanon Alkitab itu terjadi? Tidak
pernah ada satu peristiwa tertentu yang terjadi yang menandai dimulainya kanon Alkitab. Juga
tidak ada sejarah khusus yang menentukan kapan kanon Alkitab itu ditetapkan (disahkan).
Tetapi secara iman kita mengakui bahwa Tuhan sendirilah yang menentukan, bukan manusia.

Ini harus menjadi pengakuan penting bagi orang Kristen, bahwa Alkitab, sebagai Firman Allah
yang tertulis, akan tetap menjadi Firman Allah sekalipun manusia tidak mengesahkannya,
karena pengesahan terhadap Alkitab datang dari Allah dan dari Alkitab itu sendiri. Manusia
hanya bisa menerima dan mengakuinya, tetapi tidak menetapkannya.

Peristiwa pengkanonan Alkitab, oleh Konsili di Karthago tahun 397M harus dipahami sebagai
penerimaan iman oleh gereja bahwa Alkitab kanonik itu ada dan diterima sebagai standar iman
dan kehidupan. Tangan Tuhanlah yang telah memimpin orang orang percaya itu untuk
mengumpulkan kitab-kitab kanonik sehingga disusun menjadi Alkitab. Pendapat ini tidak sama
dengan pendapat dari gereja Roma Katolik. Menurut mereka penetapan Kanon ditetapkan oleh
gereja Roma Katolik.

Peristiwa penerimaan gereja terhadap kanon Alkitab sebenarnya sudah dimulai ketika Jemaat
Gereja Pertama (Mula-mula) membaca Kitab-kitab Perjanjian Lama pada kebaktian-kebaktian.
Dengan campur tangan Roh Kudus jemaat juga menambahkan kitab-kitab dan surat-surat para
Rasul yang diinspirasikan Allah dan karenanya berwibawa. Sampai akhirnya pada tahun 367M,
uskup Aleksandria, Athanasius, memberikan daftar kitab-kitab yang merupakan kanon. Daftar
kitab-kitab itulah (66 buku) yang sampai sekarang dimasukkan sebagai Alkitab.

3. Pertimbangan yang dipakai untuk menerima Kanon


a. Bukti dari Alkitab sendiri Bahwa tulisan dalam kitab-kitab kanon itu diinspirasikan oleh
Allah (2Ti 3:16). Dengan demikian jelas kitab-kitab itu tidak hanya ditulis oleh tangan
manusia tetapi merupakan campur tangan Allah sepenuhnya (theopeustos). Oleh karena
itu seluruh tulisan Alkitab mempunyai otoritas penuh dari Allah.
b. Ditulis oleh orang-orang yang hidupnya dipimpin oleh Allah, baik para nabi (PL)
maupun rasul (PB) atau orang-orang yang di bawah pengawasan mereka.
c. Ada bukti-bukti dari dalam dan jelas tentang keaslian penulisannya.
d. Ada pengaruh kuasa Allah dalam tulisan-tulisan itu yang sanggup mengubah hidup
manusia.
e. Secara aklamasi diterima oleh umat Allah secara luas sebagai kitab- kitab yang
diinspirasikan oleh Allah. (Gal 6:16, Luk 11:51, Kol 4:16, Wah 22:18)
4. Beberapa pengertian yang salah tentang penerimaan Kitab kanon Diantara banyak kitab-kitab
kuno yang harus dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam kanon Alkitab, tidak semuanya
diterima sebagai kitab kanon. Pertimbangan-pertimbangan terhadap kitab-kitab itu:
a. Tidak didasarkan pada tuanya.
b. Bukan karena ditulis dalam bahasa Ibrani.
c. Bukan karena setuju dengan Taurat.
d. Bukan karena mempunyai nilai agama.
5. Sejarah Kanon PL Kanon PL tidak mengalami banyak kesulitan untuk diterima, karena pada
waktu kitab-kitab PL itu ditulis, saat itu juga langsung diterima sebagai kitab-kitab yang
diinspirasikan oleh Allah sehingga otoritasnya diakui. Kitab-kitab (yang berupa gulungan-
gulungan) disimpan bersama-sama dengan Tabut Perjanjian yaitu di Kemah Tabernakel dan
juga kemudian di Bait Allah. Para imam memelihara kitab-kitab itu dan mereka juga yang

13
membuat salinan-salinannya apabila diperlukan. Ula 17:18; 31:9, 24-26 ;1Sa 10:25; 2Ra 22:8;
2Ta 34:14.

Pada waktu bangsa Yahudi dibuang ke tanah Babel, dan Yerusalem dihancurkan pada tahun
587SM, kitab-kitab itupun juga dibawa ke tanah pembuangan (Dan 9:2). Pusat ibadah mereka
kini bukan lagi Bait Allah di Yerusalem, tetapi kitab-kitab itu. Setelah pembangunan kembali
Bait Allah, kitab- kitab itupun dipelihara dan dipindahkan ke sana. (Ezr 7:6; Neh 8:1; Yer
27:21-22)

Penyusunan seluruh kitab-kitab PL selesai pada tahun 430SM, iman Ezra lah yang memainkan
peranan penting dalam proses pengumpulan dan penyusunan kitab-kitab PL ini. Selain kitab-
kitab Pentatuk (Kejadian-Ulangan) yang sangat dihargai, kitab-kitab para nabi juga biasa
dibaca dalam ibadah Yahudi di rumah-rumah ibadah pada waktu jaman PB (Luk 4:16-19).

Pada tahun 90M para ahli Taurat dan pemimpin bangsa Yahudi melakukan persidangan di
Yamnia. Salah satu keputusan yang diambil dalam persidangan itu adalah penerimaan kanon
PL, yaitu 39 kitab sebagai kanon Alkitab, seperti yang kita pakai sekarang. Jadi penetapan itu
sebenarnya hanya memberikan pengakuan akan kitab-kitab yang memang sudah lama dipakai
dalam ibadah orang Yahudi.

6. Sejarah Kanon Perjanjian Baru Pengkanonan PB mengalami lebih banyak pergumulan daripada
PL. Baru pada pertengahan abad 4 Masehi masalah pengkanonan PB dianggap selesai.
a. Latar belakang Kanon PB diawali dengan keadaan dan kebutuhan yang mendesak yang
harus segera ditangani oleh gereja-gereja saat itu, antara lain:
1. Krisis Otoritas Dibutuhkannya suatu pedoman iman dan kehidupan yang diakui
berotoritas, apalagi setelah Tuhan Yesus dan para Rasul sudah tidak ada lagi
diantara mereka.
2. Krisis Pengajaran Adanya pengajaran sesat yang mulai menyusup ke dalam
gereja-gereja, sehingga diperlukan adanya satu sumber yang dapat menjadi
standard pengajaran yang benar.
3. Dorongan Misi Penyebaran pengajaran Injil Yesus Kristus semakin berkembang
ke daerah-daerah lain, sehingga diperlukan adanya kesepakatan terhadap kitab-
kitab standard yang harus diterjemahkan.
4. Tekanan penganiayaan Semakin kuatnya penganiayaan yang dilancarkan kepada
orang-orang Kristen baru mendorong gereja untuk mempertahankan sumber
pengajaran demi kemurnian iman dan pengajaran yang sehat.
b. Sejarah Kanon PB Setelah kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga, pengajaran Injil
diteruskan oleh para Rasul Tuhan dengan penuh otoritas karena merekalah saksi-saksi
mata tentang keselamatan yang diajarkan oleh Yesus. Tulisan-tulisan tentang
pengajaran iman Kristen oleh para Rasul (antara tahun 50-100M) sangat dibutuhkan
mengingat bahwa merekalah para saksi mata yang dapat memberitakan pengajaran Injil
Yesus Kristus dengan jelas dan menafsirkannya dengan tepat, sesuai dengan pimpinan
Roh Kudus kepada mereka. (Yoh 14:26).

Selama thn. 100-200M, tulisan-tulisan para Rasul itu dipakai dan dikumpulkan oleh
sidang-sidang jemaat (Kol 4:15-16).

Pada tahun 200 M sebenarnya kanon utama PB sudah terbentuk, dan disebut sebagai
"Kanon Muratori" yang berisi 21 kitab/buku dan kemudian 6 kitab lagi ditambahkan.

Memasuki abad ke 5 barulah dalam pertemuan konsili di Hippo dan Kartago tercapai
kesepakatan diantara gereja Barat dan Timur dan menerima 27 kitab sebagai Kanon PB,

14
seperti yang kita pakai sekarang.

7. Kitab-kitab Apokrifa
a. Definisi/Pengertian Istilah "apokrifa" berasal dari bahasa Yunani apokrufos, artinya
"tersembunyi". Sekarang Apokrifa dimengerti sebagai sejumlah kitab-kitab yang tidak
dimasukkan ke dalam kanon Alkitab, tetapi yang disebutkan dalam Alkitab, yang ditulis
pada waktu yang bersamaan, atau tidak lama sesudah Alkitab ditulis.

Pendirian orang Kristen terhadap kedudukan kitab-kitab Apokrifa sebagai Kanon


memang sedikit terombang-ambing sampai abad ke 16, namun sejak semula sebenarnya
mereka sudah menolak menganggap kitab-kitab itu sebagai kanon.

b. Macam-macam Apokrifa
1. Apokrifa PL

Kitab-kitab ini ditulis antara tahun 300SM - 100 M. Kebanyakan tidak diketahui
penulisnya. Kitab-kitab ini berjumlah 15 buah dan dimasukkan dalam versi
Septuaginta abad 4. Apokrifa PL dibagi dalam 5 jenis, yaitu:

 Pengajaran
 Roman Religius
 Sejarah
 Nubuat
 Dongeng
2. Apokrifa PB Tidak ada daftar yang pasti untuk kitab-kitab Apokrifa PB.
Kebanyakan kitab-kitab itu berisi fiksi religius, yaitu untuk memenuhi keinginan
mereka mengetahui informasi tentang peristiwa- peristiwa dalam kehidupan
Tuhan Yesus yang tidak tertulis dalam Injil kanon. Juga cerita-cerita tentang
akhir kehidupan para Rasul yang tidak diceritakan dalam kitab kanon PB.
Beberapa kitab-kitab Apokrifa PB:
 Shepherd of Hermas
 Didache, Teaching of the Twelve
 Epistle of Pseudo Barnabas (Injil Barnabas)
 Gospel acconding to the Hebrews (Injil Ibrani)
c. Alasan menolak kitab-kitab Apokrifa PL
1. Kitab-kitab itu tidak dimasukkan dalam PL Ibrani
2. Penulis-penulis PB tidak ada yang mengutipnya, sedangkan kitab-kitab PB lain
biasanya dikutip.
3. Yesus tidak pernah menyebutkan kitab-kitab itu.
4. Tidak ada bukti bahwa Apokrifa dimasukkan dalam Septuaginta abad 2.
5. Konsili-konsili gereja tidak pernah mengakuinya dan Bapak-bapak gereja juga
menolak.
6. Tidak ada klaim "inilah Firman Tuhan" dalam Kitab-kitab tsb.
7. Adanya kesalahan-kesalahan dalam bidang sejarah, kronologi dan peta bumi.
8. Juga kisah-kisahnya bersifat khayal.
9. Ajaran moralnya rendah.

Penerimaan Gereja RK: Ada 2 ajaran Gereja katolik yang didukung Apokrypha.

 mendoakan orang mati (surat Makabe).


 keselamatan melalui perbuatan (Tobit).
d. Alasan-alasan menolak Apokrifa PB.

15
1. Hanya dikenal secara lokal.
2. Tidak ada konsili gereja yang mengakui.
3. Hanya dianggap semi kanon.

Namun demikian, ada nilai manfaat yang diakui:

 Dokumentasi terpagi.
 Gambaran gereja secara umum setelah jaman para Rasul.
 Sebagai jembatan bagi tulisan-tulisan PB dengan tulisan dari Bapak-
bapak Gereja abad 3 dan 4.
 Mempunyai nilai sejarah tentang hal-hal praktis dan siasat gereja mula-
mula.

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 59-62) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 46-50) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 137-143) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 77-93) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 27-30) |
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 141-150) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 48-49) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 54-69) |
|__________________________________________________________________________________
|

E. BAHASA DAN TRANSMISI NASKAH ALKITAB

1. Bahasa Alkitab Dalam berkomunikasi dan menyampaikan penyataanNya Allah menggunakan


bahasa manusia karena Allah ingin dimengerti oleh manusia. Walaupun bahasa manusia itu
bersifat terbatas, dan tidak mungkin dapat mengungkapkan segala sesuatu tentang Allah, tetapi
Allah rela membatasi DiriNya sendiri untuk kepentingan manusia.
a. Bahasa Tulisan Dan dalam menyampaikan penyataanNya itu Alah memilih
menggunakan bahasa tulisan, karena:
1. Untuk tujuan efisiensi Tidak perlu Allah mengungkapkan penyataanNya
berkali-kali, di setiap jaman. Dengan bahasa tulisan, maka manusia dari
sepanjang sejarah dapat membacanya terus menerus.
2. Untuk tujuan ketepatan dan kejelasan. Bahasa tulisan memberikan ketepatan dan
sekaligus kejelasan dalam mengekspresikan pemikiran ataupun perasaan.
3. Untuk tujuan kelanggengan Allah memberikan penyataanNya bukan hanya
kepada sekelompok orang, tetapi semua orang. Dengan menuliskan apa yang
Allah nyatakan kepada manusia menolong kita untuk memberitakan penyataan
yang sama yang tidak akan berubah kepada semua orang.
4. Untuk tujuan kemudahan Dengan ditulis akan memudahkan manusia mengingat
dan meresapinya.
b. Bahasa Ibrani dan bahasa Yunani
1. Allah memilih menggunakan bahasa Ibrani untuk PL. Allah berdaulat memilih
bahasa tulis apa saja yang Ia kehendaki, tetapi bukan merupakan kebetulan
kalau Allah memilih bahasa Ibrani karena keistimewaan yang dimilikinya yaitu:
 Bahasa Ibrani adalah bahasa ilustrasi/grafik/gambar yang kaya dengan

16
kiasan, mudah mendramatisir. Oleh karena itu sangat cocok karena PL
banyak berisi hikayat yang menceritakan tentang perbuatan-perbuatan
Allah yang besar.
 Bahasa Ibrani adalah bahasa "personal" (pribadi), lebih ditujukan kepada
hati/emosi manusia daripada pikiran (rasio manusia). Tidak bagus untuk
menggambarkan hal-hal abstrak, tapi cocok untuk menceritakan fakta
pengalaman. Dalam PL Allah ingin dikenal secara pribadi oleh umat
pilihanNya.

Catt: Bahasa Ibrani disebut juga dengan Bahasa Yehuda, Bahasa Yahudi,
Bahasa Kanaan. Yes 36:11; Neh 13:24; Yes 19:18; Wah 9:11; 16:16

2. Allah menggunakan bahasa Yunani untuk menyampaikan PB


 Bahasa Yunani adalah bahasa intelektual, pendidikan dan budaya, dan
jelas sekali sebagai bahasa pikiran.
 Bahasa Yunani memiliki keistimewaan dalam menyampaikan ketetapan
teknis.
 Bahasa Yunani adalah bahasa universal, bahasa internasional yang
dipakai saat itu. Dalam PL Allah ingin dikenal oleh bangsa pilihanNya,
tetapi dalam PB Allah ingin dikenal oleh seluruh umat manusia.
 Dengan demikian Bahasa Yunani juga sangat cocok untuk tujuan misi
dan penginjilan karena sifat universalnya.
2. Transmisi Naskah Alkitab Yang dimaksud dengan Transmisi Naskah Alkitab adalah hubungan
antara Penyataan yang diinspirasikan Allah, dalam naskah aslinya, dengan naskah Alkitab
modern sekarang (yang sudah diterjemahkan kedalam banyak bahasa).

Persoalan yang sering timbul dengan transmisi adalah, bagaimana kita bisa mengakui bahwa Alkitab
kita yang sekarang, setelah melalui banyak penyalinan, tetap dapat dipercaya keaslian isinya.

PL tidak sulit untuk diakui keabsahannya, karena penulis-penulis PB memberikan pengakuan. Tetapi
PB tidak ada kesaksian langsung. Gereja sebagai saksi. Kalau meragukan/menyangkali PL, sekaligus
menyangkali PB.

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 59-62) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 137-143) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 48-49) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 77-93) |
| Pengakuan Baptis 1689 - (Hal. 5-6) |
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 141-150) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 46-50) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 27-30) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 54-69) |
|__________________________________________________________________________________

F. SIFAT-SIFAT ALKITAB

1. Kewibawaan (Authority)
a. Pengertian/Definisi Seluruh Alkitab adalah Firman Allah; tidak mempercayai. atau
mentaati Alkitab berarti tidak percaya atau tidak taat kepada Allah. Dengan kata lain,

17
Alkitab memegang otoritas tertinggi dan terakhir untuk iman dan kehidupan orang
percaya, karena Alkitab adalah Firman yang datang dari Allah sendiri.
b. Bukti-bukti Kewibawaan dari dalam Alkitab Dalam banyak tempat di Alkitab dikatakan
"Demikianlah Firman Tuhan...." Bentuk kalimat ini dalam dunia PL identik dengan
bentuk kalimat "Demikian kata Raja...." yang berarti suatu titah yang datang dari yang
memiliki kekuasaan/otoritas tertinggi (raja) dan tidak dapat diganggu gugat, harus
dilakukan dan dilaksanakan. Ms.: Bil 22:38; Ula 18:18-20; Yer 1:9. Dalam PB, ada
beberapa ayat yang jelas sekali menunjukkan bahwa tulisan dalam PL adalah Firman
Allah, mis.: 1Ti 3:16; 2Pe 1:21. Dalam PB juga terdapat ayat-ayat yang menunjukkan
bahwa tulisan dalam PB adalah Firman Allah. Mis.: 2Pe 3:16; 1Ti 5:18; 1Ko 14:37;
Yoh 14:26; 16:13
c. Penerimaan akan kewibawaan (otoritas) Alkitab Penerimaan orang percaya bahwa
Alkitab adalah Firman Allah adalah dari keyakinan yang diberikan oleh Roh Kudus
dalam hati manusia yang sudah diperbaharui. Dengan demikian penerimaan akan
kewibawaan (otoritas) Alkitab dalam kehidupan orang percaya adalah karena iman,
bukan datang dari manusia sendiri. Ref. 1Ko 2:13-14; Yoh 10:27
2. Inerensi (Inerrancy)
a. Pengertian/Definisi Secara umum, inerensi diartikan bahwa Alkitab (PL dan PB) adalah
seluruhnya Firman Allah yang ditulis tanpa salah pada naskah aslinya. Istilah
"inerrancy" sering kali dibingungkan dengan istilah "infallabili." "Infallability" artinya
Alkitab tidak mungkin menyesatkan karena semua ajarannya adalah kebenaran (tidak
melawan ajaran moral). Sedangkan penekanan ineransi adalah kesalahan tulisan dan
data yang ada di dalam Alkitab.
b. Pentingnya Inerensi Sangat penting bagi orang Kristen memegang kepercayaan bahwa
Alkitab seluruhnya adalah tidak keliru karena Alkitab adalah Firman yang datang dari
Allah sendiri, yang adalah sempurna dan tidak berdusta. Kalau tidak mempercayai
ketidakkeliruan Alkitab maka kewibawaan Alkitab pun sulit dipertahankan, karena
berarti kita tidak dapat mempercayai Allah sepenuhnya.
c. Dasar penerimaan ineransi Penerimaan inerensi bukan berdasarkan akan kemampuan
manusia dalam menilai Alkitab, namun berdasarkan keyakinan bahwa:
1. Allah adalah kebenaran. Oleh karena itu segala sesuatu yang difirmankan Allah
adalah benar.
2. Allah tidak pernah berdusta, jadi apa yang dikatakanNya pasti benar. Ibr 6:18;
2Ti 2:13
3. Alkitab sendiri menyebut diriNya sempurna (Maz 19:8) murni (Maz 19:9): tepat
(Maz 19:9); benar (Maz 119:43), kekal (Maz 119:89; Mat 24:34).
4. Percaya bahwa Roh Kudus memberikan pengawasan penuh kepada penulis
penulisnya, sehingga penulis-penulis menuliskannya dengan benar, tanpa salah.
5. Ukuran kebenaran Alkitab adalah "a-rasional", akal manusia bukanlah standard
ukuran yang dipakai.
d. Bagaimana kalau tidak ada naskah aslinya? Memang diakui bahwa kita tidak lagi
memiliki naskah aslinya yang ada hanyalah salinan aslinya. Ada 3 macam/kategori
dalam hal penyataan tertulis yang asli:
1. Penyataan asli (bukan salinan) yang telah selesai ditulis seluruhnya.
2. Penyataan salinan yang ditulis kembali sesuai dengan aslinya (disebut salinan
asli).
3. Alkitab, secara kanon, merupakan kesatuan organisasi yang tidak dapat diambil
dari konteks keseluruhan isi buku.
e. Teori Inerensi Ada beberapa macam teori inerensi yang diajukan:
1. Full Inerancy (Ineransi penuh) Alkitab bukanlah kitab ilmiah ataupun sejarah,
oleh karena itu tidak dituntut ketepatan yang empiris. Dengan mengerti konteks
dan latar belakang budaya kemungkinan besar ketidak tepatan belum tentu suatu

18
kesalahan.
2. Absulute Inerancy (Ineransi mutlak) Semua data dalam Alkitab adalah benar,
termasuk hal-hal yang menyangkut kebenaran ilmiah dan sejarah. Kebenaran
Alkitab juga seharusnya dapat dibuktikan dari semua sudut termasuk ilmiah dan
sejarah.
3. Limited Inerancy (Ineransi terbatas) Kebenaran Alkitab dapat dibuktikan hanya
dari segi ajaran doktrinnya yang berhubungan dengan keselamatan. Kalau ada
kesalahan data yang lain, tidak apa-apa karena itu tidak menjadi kepentingan
Alkitab.
4. Pandangan Reformator Pandangan inerensi Alkitab tidak dapat dipisahkan
dengan inspirasi. Kalau Firman Allah diberikan oleh Allah maka tidak mungkin
tunduk pada kekeliruan manusia. Memang diakui ada masalah-masalah dalam
Alkitab yang sampai sekarang belum dapat dipecahkan, tapi hal itu belum cukup
membuktikan bahwa Alkitab bersalah. Kebenaran ini mencakup ajaran
(doktrin), pola hidup (etika), ataupun peristiwa- peristiwa yang terjadi (sejarah).
f. Bagaimana dengan bagian-bagian Alkitab yang dimasalahkan? Dalam hal Alkitab yang
ineransi, kaum Injili berpegang pada suatu "komitmen teologia", yaitu kepercayaan
akan keyakinan iman yang dipegang sebagai ketaatannya kepada pribadi dan ajaran
Alkitab. Kepercayaan yang tidak dibangun sebagai hasil secara empiris (karena
melihat), juga bukan sebagai hasil penelitian dari naskah asli. Oleh karena itu setiap
kesulitan yang ditemui harus diteliti dan dipelajari dengan tunduk pada otoritas Allah.
Jawaban atas bagian-bagian dalam Alkitab yang masih sering dipermasalahkan.
1. Satu peristiwa, tidak harus selalu diceritakan dengan sebutan/ istilah/cerita yang
sama oleh 2 penulis yang berbeda. Contoh: Luk 6:17 dan Mat 5:1
2. Kutipan kata tidak harus tepat sama, yang penting kebenarannya. Contoh: Hal
tentang kesaksian Paulus dari Kis 9:7 dan Kis 22:9
3. Istilah teknis ilmiah tidak dikenal pada jaman/budaya/waktu itu. Contoh: Mat
5:1 vs Luk 6:17 Mar 10:45 vs Luk 18:35
4. Tidak setiap perbedaan berarti kesalahan. Masalah yang belum terjawab tidak
harus diartikan kesalahan. Contoh:
 pembulatan perhitungan hari, jam dll.
 Kisah kematian Yudas dari Mat 27:5 dan Kis 1:18
5. Periode penyataan tidak semuanya sama, tergantung konteksnya.???
6. Hal berikut ini juga perlu diingat:
 Kebiasaan/budaya Timur (Yahudi dan Palestina) tidak sama dengan
budaya sekarang.
 Tidak menentang maka tidak berarti salah.
3. Kejelasan (Clarity)
a. Pengertian/Definisi Kejelasan Alkitab diartikan bahwa Alkitab ditulis sedemikian rupa
sehingga jelas maksud pemberitaan dan pengajaranNya, sehingga dapat dimengerti oleh
setiap orang yang sungguh-sungguh membaca dan mencari pertolongan Tuhan serta
bersedia melakukan Firman Tuhan itu. Namun demikian tidak berarti bahwa semua
bagian Alkitab akan dapat dimengerti dengan mudah. Tidak juga berarti bahwa setiap
orang akan mengertinya dengan benar. Tapi memang betul bahwa untuk mengerti isi
Alkitab dengan benar seseorang harus memiliki persyaratan moral dan rohani tertentu
(1Ko 2:14). Juga dapat terjadi seseorang mengerti lebih jelas dari yang lain (2Pe 3:16).

Kesulitan manusia untuk mengerti/menafsir isi Alkitab sering kali dikarenakan pikiran
manusia yang dibutakan oleh dosa, bukan karena kemampuan intelektual. (1Ko 1:18-
3:4; Ibr 5:14; 2Pe 3:5).

b. Bagaimana kita bisa mengerti atau menafsirkan isi Alkitab secara jelas, benar dan

19
tepat?
1. Hanya dengan penerangan Roh Kuduslah manusia dapat mengerti Firman
Tuhan dengan benar dan tepat Efe 3:4, 5; 1Ko 2:12, 13; Yoh 14:26; 16:13-15;
2Pe 1:21.
2. Mempunyai motivasi yang benar, tidak untuk kesombongan, keserakahan,
kepentingan diri sendiri dan tidak karena kurang iman (tidak percaya). Luk
24:25; 2Ko 4:3-4.
3. Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk menafsir. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip menafsir yang sehat dan mengembangkannya
sebagai ketrampilan maka kita akan dapat menafsir dengan baik. Alat-alat
menafsir juga sangat mempengaruhi dalam mendapatkan data yang lengkap.
4. Keperluan mutlak (Necessity)
a. Pengertian/Definisi Keperluan mutlak Alkitab artinya Alkitab diperlukan secara mutlak
untuk mengenal Kristus, agar kita bisa diselamatkan. Karena hanya Alkitablah yang
memberitakan kebenaran "kabar baik" tentang Kristus (Rom 1:16). Penekanan di sini
bukanlah keperluan untuk mengenal Allah dalam arti keberadaan dan sifat-sifat umum
Allah, dan hal-hal tentang moralitas (karena itu sudah diberikan Allah dalam Penyataan
Umum), tetapi secara khusus keperluan untuk keselamatan, untuk memelihara
kehidupan rohani dan untuk mengetahui kehendak Allah.
b. Bukti-bukti keperluan mutlak Alkitab Roma 10:13-17: Untuk manusia bisa
diselamatkan, maka ia harus mendengar Firman Injil Yesus Kristus. Kis 4:12: Tidak ada
keselamatan di luar Kristus. 1Ti 2:5-6: Tidak ada Pengantara yang lain selain Yesus
Kristus, untuk menjadi Pendamai antara manusia dengan Allah.

Kesimpulan: karena Alkitab adalah satu-satunya sumber untuk mengenal Kristus; Injil
yang mempunyai kuasa yang menyelamatkan, maka manusia harus membaca Alkitab
atau mendengar dari orang lain Firman dalam Alkitab.

5. Kecukupan (Sufficiency)
a. Pengertian/Definisi Kecukupan Alkitab diartikan bahwa Alkitab berisi semua Firman
Allah yang dibutuhkan oleh orang percaya untuk keselamatannya dan untuk hidup di
dalam keselamatannya, sehingga tidak diperlukan lagi tambahan "penyataan" lain di
luar Alkitab.

Dengan demikian kita percaya bahwa Alkitab adalah cukup sebagai satu- satunya
sumber Firman Allah yang diperlukan oleh manusia untuk selamat dan hidup dalam
keselamatannya.

b. Bukti-bukti kecukupan Alkitab dalam Alkitab 2Ti 3:15-17 Yak 1:18 1Pe 1:23 Wah
22:18,19
6. Tidak pernah gagal dalam maksudnya (Efficacy)
a. Pengertian/Definisi Maksud dan tujuan Alkitab adalah memberikan berita tentang Allah
dan rencana keselamatanNya kepada manusia. Dalam menyampaikan beritanya ini
Alkitab tidak pernah gagal mencapai maksudnya, baik untuk orang yang menerima
keselamatan atau pun untuk mereka yang menolak. Untuk orang yang diselamatkan
Firman Allah memberikan damai sejahtera dan hidup yang kekal, untuk orang yang
menolak FirmanNya, Allah menyatakan keadilanNya dengan menghukum mereka ke
dalam nyala api selama-lamanya.
b. Bukti-bukti dalam Alkitab Yes 55:11 Firman Allah tidak pernah kembali dengan sia-
sia.
7. Kesatuan (Unity)
a. Pengertian/Definisi Alkitab mempunyai satu kesatuan isi dan berita, yaitu Allah yang

20
menyatakan diri kepada manusia umat pilihanNya dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
b. Alkitab adalah "unik" Kesatuan Alkitab itu menunjukkan bahwa Alkitab adalah lain
dari pada kitab-kitab yang lain; sangat unik. Mengapa? Berikut ini adalah daftar yang
membuktikan bahwa Alkitab adalah sangat unik.
1. Satu-satunya kitab yang ditulis dalam jangka waktu 1600 tahun dan melibatkan
kisah dari 60 generasi.
2. Ditulis oleh kurang lebih 40 penulis dari berbagai kalangan (raja, nabi, nelayan,
penulis puisi, orang kaya, petani, ahli filsafat, negarawan, ahli politik, gembala,
militer, dokter etc.).
3. Ditulis di tempat-tempat yang berbeda (dipenjara, dipandang belantara, dibukit,
diistana, dipulau terpencil etc.).
4. Ditulis dalam jaman dan waktu, tempat (3 benua) dan keadaan yang berbeda-
beda.
5. Ditulis dalam 3 macam bahasa (Ibrani, Aramaic, Yunani).
6. Buku yang paling jujur menceritakan semua kebaikan dan kejelekan sifat
manusia.
7. Buku yang berisi nubuatan dan yang kebenaran nubuatannya sudah terbukti.
8. Alkitab juga adalah buku yang dapat bertahan melalui waktu, penganiayaan,
kritikan, pengerusakan dll.
9. Alkitab adalah buku pertama yang diterjemahkan berulang-ulang, dalam jumlah
bahasa yang terbanyak, dan sudah disebarkan ke seluruh penjuru dunia.
10. Mempunyai pengaruh luar biasa, karena orang berdosa besarpun dapat
diubahkan menjadi orang yang baik dan berbudi.

_________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| 1. Pengakuan Iman Baptis 1689 - (Hal. 5-8) |
| 2. Dr. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 72-90) |
| 3. Pengantar Teologia Kristen - (Hal. 107-134) |
| 4. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 101-136) |
| 5. V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 111-112) |
| 6 Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 73-135) |
|_________________________________________________________________________|
G. ILUMINASI/ adalah untuk mengerangin hati manusia.

1. Pengertian/Definisi
a. Arti etimologis Kata "iluminasi" berasal dari bahasa Yunani photizo, artinya
"menerangi, memberi penerangan batin" Yoh 1:9; Luk 11:36; 1Ko 4:5; Efe 1:18
b. Definisi Pekerjaan Roh Kudus yang membantu membukakan pikiran orang percaya
supaya mereka dapat mengerti dan mengaplikasikan Firman Allah itu (Alkitab) dalam
kehidupan mereka. 1Ko 2:14
2. Pentingnya Iluminasi
a. Karena pikiran dan hati manusia masih ada dalam kegelapan. 1Ko 2:14; Efe 4:17, 18
b. Sifat hati manusia yang bebal Yes 6:9-10; Kis 28:26
c. Melawan pekerjaan Setan 2Ko 4:3-4
d. Pengaruh kuasa kedagingan 1Ko 3:1-2; Ibr 5:12-14
3. Hubungan Inspirasi dan Iluminasi

Dalam Inspirasi, Roh Kudus memberikan inspirasi kepada penulis-penulis Alkitab, sehingga
mereka menuliskan Penyataan Tuhan dengan benar dan tepat sesuai dengan yang Allah
kehendaki.

21
Dalam Iluminasi Roh Kudus memberikan iluminasi kepada para pembaca Alkitab agar mereka
dapat mengerti dan menerima apa yang dimaksudkan oleh Penyataan Tuhan yang tertulis itu
dengan benar dan tepat. Namun demikian, kita harus ingat bahwa pekerjaan Roh Kudus dalam
penginspirasian Alkitab sudah selesai. Tidak akan ada lagi inspirasi baru di luar Alkitab, karena
Alkitab sudah sempurna.

Tetapi pekerjaan Roh Kudus dalam memberikan iluminasi-iluminasi baru kepada orang-orang
percaya masih berlaku hingga kini. Roh Kudus memberikan iluminasi tetapi tidak untuk
menambah dari apa yang sudah ada dalam Alkitab. Dan Roh Kudus bekerja dengan Firman dan
melalui Firman, tetapi tidak melawan Firman. Itu sebabnya, Alkitab harus menjadi tolok ukur
untuk kita mengkonfirmasikan segala sesuatu yang kita percaya dan yang kita lakukan (Maz
119:105)

4. Peranan Roh Kudus dalam Iluminasi Roh Kudus mempunyai peran selain sebagai Pengarang 4
4. Peranan Roh Kudus dalam Iluminasi Roh Kudus mempunyai peran selain sebagai
Pengarang, juga sebagai Penafsir, sekaligus Pengajar Firman Allah (Alkitab). Efe 3:4, 5 1Ko
2:12, 13 Yoh 14:26 Yoh 16:13-15 2Pe 1:21

Tujuan iluminasi adalah supaya manusia mengenal Allah dengan benar melalui PenyataanNya,
sehingga manusia mengerti akan kehendak Tuhan bagi manusia dan melakukan apa yang
berkenan bagi Allah supaya hanya Allah saja yang ditinggikan dan dimuliakan.

______________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 152-153) |
| Pengakuan Iman Baptis 1689 - (Hal. 7) |
| Wayne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 644-645, 1041-1042) |
|______________________________________________________________________________|

BAB III DOKTRIN ALLAH

A. Pendahuluan
B. Teori-teori Sekuler tentang Allah
C. Keberadaan Allah
D. Pengenalan akan Allah
E. Nama-nama Allah
F. Atribut-atribut Allah
G. Tritunggal
H. Ketetapan Allah
I. Predestinasi
J. Penciptaan
K. Pemeliharaan Allah

A. PENDAHULUAN

Untuk seseorang mempelajari Doktrin Allah maka ia harus terlebih dahulu mempunyai presuposisi

22
(pra anggapan) umum sbb.:

1. Bahwa Allah ada Pra-anggapan "Allah ada" adalah penting seperti apa yang dipaparkan oleh
Alkitab: Kej 1:1 Maz 14:1 Ibr 11:6 Maz 53:1 Yoh 7:17 Maz 10:3-4 Keberadaan Allah bukan
dalam "ide" atau "kuasa" tapi sebagai "Pribadi".
2. Bahwa Allah telah menyatakan Diri melalui PenyataanNya (wahyu) Allah menyatakan Diri
melalui ciptaan, sejarah, hati nurani, Alkitab dan Yesus Kristus. Mar 11:6; Kej 1:1; Yoh 7:17
3. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan kemampuan untuk dapat mengenal/ mengerti
tentang Allah Pengetahuan manusia tentang Allah
a. Pengetahuan yang sudah ada secara naluriah
b. Pengetahuan yang harus diusahakan Kej 1:26; Rom 10:7
4. Hanya dengan iliminasi Roh Kudus manusia dapat mengenal Allah Bahwa karena kejatuhan
manusia kedalam dosa, maka manusia tidak lagi dapat mengenal Allah dengan benar, kecuali
kalau Roh Kudus memberikan iluminasi kepada manusia. 1Ko 2:14; Yoh 16:13; 2Pe 1:20-21

B. TEORI-TEORI SEKULER TENTANG ALLAH

1. Deisme Pandangan yang mengatakan bahwa dunia ini adalah mekanisme yang bisa mengatur
dirinya sendiri dan Allah meninggalkannya segera setelah Ia menciptakannya dan
membiarkannya berkembang sendiri.
2. Atheisme Penyangkalan akan kenyataan adanya Allah.
3. Skeptisisme Keraguan kenyataan akan adanya Allah (tidak percaya).
4. Agnostisisme Paham yang menyangkal bahwa Allah itu bisa dikenal/dimengerti.
5. Pantheisme Kepercayaan bahwa "segala sesuatu adalah allah", dalam imanensi allah adalah
sedemikian rupa dalam ciptaannya sehingga ia tidak mungkin terpisahkan dari segala
ciptaannya itu.
6. Polytheisme Paham yang mengakui ada banyak allah.
7. Monotheisme Paham yang mengakui hanya pada satu Allah

______________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 33-34, 49-62) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 52-58, 62-64) |
|______________________________________________________________________________|

C. KEBERADAAN ALLAH

1. Bukti Alkitab

Manusia sudah mempunyai kesadaran di dalam dirinya tentang keberadaan Allah (meskipun
hanya samar-samar), tetapi menolak kesaksian ini. Tugas orang Kristen adalah menghadapkan
orang bukan Kristen dengan Allah, bukan untuk mempertimbangkan perkiraan bahwa mungkin
Allah ada. Orang berdosa hanya dapat memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang Allah
melalui dilahirkan kembali oleh Roh Kudus pada waktu mereka mendengar Injil. Rom 1:18-32

2. Bentuk penyangkalan akan keberadaan Allah


a. Penyangkalan mutlak (Atheis) Mereka yang menyangkal keberadaan Allah digolongkan
menjadi 2 kategori:

23
1. Atheis teoritis/sejati Orang-orang yang mendasarkan penyangkalannya kepada
Tuhan atas suatu proses pemikiran. 2Ko 4:4, 5, 1Ko 1:21
2. Atheis praktis Orang-orang yang tak bertuhan, yang dalam hidup sehari-harinya
tidak mengindahkan Tuhan. Maz 14:1, Maz 10:4b; Efe 2:12
b. Konsep-konsep kontemporer yang salah
1. Allah yang imanen saja
2. Allah yang transenden saja
3. Allah yang terbatas
4. Allah yang tidak berpribadi
5. Allah sebagai suatu ide abstrak semata (proyeksi pikiran manusia).

Catatan: Allah yang transenden: Keterlepasan dari seluruh ciptaanNya, sebagai pribadi yang
berdaulat dan bebas bertindak sendiri dan yang ada hadir sendiriNya. Ia tidak dikukung oleh
alam, tapi tanpa batas. Yes 57:15

Allah yang imanen: Kehadiran dan kuasaNya yang senantiasa berlaku dalam ciptaanNya. Ia
tidak jauh, Ia tidak masa bodoh. Ia merasuk ke segala sesuatu. Ia ada dalam kehidupan di
dalam dan di luar.

3. Argumentasi rasional tentang keberadaan Allah


a. Kosmologi (sebab-akibat) Pandangan ini adalah pernyataan klasik yang dibuat oleh
Thomas Aguinas.
 keberadaan dunia memerlukan oknum tertinggi (tidak terbatas) yang
menyebabkan keberadaanNya itu.
 Setiap kejadian selalu ada sebabnya, yang juga pada gilirannya mempunyai
sebab dan seterusnya sampai pada sebab yang pertama yaitu Allah.
b. Teleologi Perluasan dari argumen kosmologis, yang sebenarnya adalah pandangan
purba yang masuk ke dunia barat melalui Plato. Digambarkan dengan analogi jam yang
ditemukan di atas tanah, tidak mungkin terjadi secara kebetulan saja, pasti ada seorang
ahli yang pintar yang membuat jam itu. Begitu pula dengan semesta alam, diciptakan
oleh seorang Perencana Agung.
c. Moral/Antropologis Imanuel Kant yang mempertahankan argumen ini. Kesadaran
manusia akan adanya kebaikan yang Tertinggi, Allah adalah "landasan" kehidupan
moral, sebagai nilai transenden, yang hanya dimiliki oleh Allah.
d. Ontologi Pandangan klasik yang diberikan oleh Anselmus, bahwa manusia mempunyai
ide tentang adanya suatu keberadaan yang sempurna secara mutlak, maka yang mutlak
itu harus ada.
e. Historis/Etnologis Adanya perasaan tentang yang ilahi yang bersifat universal dari sifat
dasar manusia sehingga mengharuskan akan adanya keberadaan yang Maha Tinggi.
 Pendekatan yang dilakukan oleh kaum tradisionil => "teosentris".
 Pengaruh schleiermacher => "antroposentris"
 Ada pendekatan lain lagi yang dipakai oleh Ritchl => "kristologis".
4. Alasan mengapa manusia menggunakan pendekatan rasionil untuk menemukan kebenaran
tentang Allah
a. Secara teologis Manusia biarpun sudah jatuh ke dalam dosa, tetap merupakan makhluk
yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, yaitu dengan akal budi. Oleh sebab itu
tidak sepenuhnya Allah absen dari pikiran manusia sehingga penalaran manusia tentang
dunia boleh jadi merupakan jalan kepada Allah.
b. Secara Alkitabiah Paulus dan Tuhan Yesus sering berdebat di depan umum yang
memberikan pembelaan Injil terhadap kritik rasional. Petrus dan Paulus sering
menyebut suara hati orang kafir sebagai tolok ukur sifat moral Kristen. (Kis 19, Kis 17,
1Ti 3:7, 1Pe 3:16).

24
c. Secara penginjilan Ada jurang yang sangat lebar antara orang Kristen dengan orang
yang belum percaya. Oleh karena itu sering harus ada jembatan untuk membantu
menghilangkan salah praduga bahwa untuk menjadi Kristen itu harus membunuh akal
budi seseorang.
d. Secara historis: Metode rasional sering membantu banyak orang untuk menjadi Kristen.

_____________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 7-26) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 91-93) |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 77-84) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 39-48) |
| Pengakuan Baptis 1689 - (Hal. 9) |
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 34-41) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 61-62) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 141-145) |
|_____________________________________________________________________________|

D. PENGENALAN AKAN ALLAH

1. Kemungkinan pengenalan akan Allah


a. Pengertian Allah menurut Alkitab
1. 1Yo 5:20 Yoh 17:3
2. Yoh 4:24 1Ti 6:16
3. Mal 2:10 Yoh 14:9b
4. Kel 15:11 Maz 147:5
b. Pengertian bahwa Allah tidak dapat dimengerti tapi dapat dikenali
1. Allah tidak dapat dimengerti/dipahami secara mutlak Ayu 11:7 Yes 40:18 Ula
29:29
2. Tapi dapat dikenali secara pribadi Yoh 14:7 Yoh 17:3 1Yo 5:20
2. Penyangkalan kemungkinan pengenalan akan Allah Pendapat penganut agnostisisme
3. Penyataan Allah sendiri sebagai syarat mutlak untuk pengenalan akan Allah
a. Penyataan Allah: Perbuatan Allah yang menyatakan/menunjukkan kebenaran-
kebenaranNya kepada manusia.
b. Penyataan dan agama-agama lain
c. Penyataan sebagai sumber untuk mengenal Allah
1. Wahyu Umum:
a. Sarana Penyataan Umum: sejarah, alam semesta dan hati nurani
b. Isi Penyataan Umum
c. Keterbatasan Penyataan Umum
d. Maz 19:1, 2; Rom 1:19, 20; 2:14, 15
2. Wahyu Khusus:
a. Sarana Penyataan Khusus: Yesus Kristus dan Alkitab
b. Isi Penyataan Khusus
c. Perbedaan Penyataan umum dan khusus
d. Bil 12:6-8; Ibr 1:1; 2Pe 1:21

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 38) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 33-36) |

25
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 39-42) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 27-51) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 149-153) |
|__________________________________________________________________________________
E. NAMA-NAMA ALLAH

1. Nama Allah secara umum Nama-nama Allah tidak diberikan oleh manusia karena manusia
tidak mengenal Allah. Allah sendirilah yang telah rela menyatakan diri kepada manusia supaya
mereka mengenal Allah. Nama-nama Allah diberikan oleh Allah sendiri sebagai penyataan Diri
(nomen editum). Dengan demikian berarti bahwa nama- nama Allah tersebut merupakan
manifestasi dari Allah sendiri, baik itu sebagai penyataan akan sifat-sifat Allah atau
hubungannya dengan manusia.

Cara Allah memberikan nama/sebutan-Nya adalah dengan merendahkan diri, menemui


manusia dan memakai bahasa manusia, yang terbatas, supaya manusia memahami dan
mengerti. Oleh karena itu nama-nama yang diberikan kepada manusia bukanlah suatu
penyataan lengkap (sempurna) yang daripadanya kita bisa mengetahui semuanya tentang Allah.
Nama-nama Allah yang dikenal manusia ada dalam banyak kata/ungkapan karena Pribadi
Allah tidak mungkin bisa diungkapkan hanya dengan satu nama/ungkapan sebutan saja.

2. Arti Nama-Nama Allah dalam Alkitab Perjanjian Lama


a. YHWH = Yahweh Musa adalah manusia pertama yang dikaruniai hak istimewa untuk
mengenal nama pribadi Allah. Sebelumnya nama Allah yang dikenal adalah: Allah
Abraham, Ishak, Yakub dan lain-lain; kepada Musa Tuhan menyatakan diri sebagai
YaHWeH = "Aku adalah Aku" (Kel 3:15).

Dalam Bahasa Ibrani: Ehyeh Asher Ehyeh = "Aku akan ada yang Aku ada." atau "Aku
akan menjadi yang Aku akan menjadi." Nama ini menjadi nama yang sakral/agung.
Hukum dalam Ima 24:26 menjadi sangat ditakuti. Karena begitu takutnya orang Israel
menyebut nama "YHWH" itu dengan salah maka mereka mengganti dengan
"Adonai/Elohim" ketika membaca Alkitab orang Yahudi.

YaHWeH = Nama diri (par exellence) yang hanya dipakai untuk Allah, dalam bentuk
tunggal dan tak berartikel. Dipakai + 5321 kali dalam Perjanjian Lama. Arti teologis:

1. Allah itu ada Yer 2:11; Yes 46:1-9; 1Ko 8:4-6.


2. Allah itu untuk kita. Kel 3:12
3. Allah itu tidak berubah Yes 43:10-11; 48:12; Ibr 13:8
4. Allah itu kekal Yes 40:28
5. Allah itu akan ada selamanya Yes 46:13; 56:6-7; 60:3; 2:1-4; Wah 22:3-5; 22:20

Nama-nama gabungan yang dipakai dalam bentuk majemuk

6. YHWH -- Yireh (Kej 22:14) Arti: Tuhan menyediakan


7. YHWH -- Nissi (Kel 17:15) Arti: Tuhan adalah panji-panjiku
8. YHWH -- Shalom (Hak 6:24) Arti: Tuhan itu damai sejahtera
9. YHWH -- Sabbaoth (1Sa 1:3) Arti: Tuhan semesta alam
10. YHWH -- Makkaadeshkem (Kel 31:13) Arti: Tuhan yang menguduskan
11. YHWH -- Roi (Maz 23:1) Arti: Tuhan adalah gembalaku
12. YHWH -- Tsidkenu (Yer 23:1) Arti: Tuhan Adalah keadilan kita
13. YHWH -- Shammah (Yeh 48:35) Arti: Tuhan hadir disitu
14. YHWH -- Elohim-Israel (Hak 5:3; Yes 17:6) Arti: Tuhan, Allah Israel.
26
b. Adonai Adonai berarti "Tuan" dalam bentuk tunggal; seperti yang pakai sebagai tuan
yang berhak terhadap budak-budak jaman dahulu. Dalam bentuk jamak sama dengan
Elohim. Kata ini menunjukkan suatu otoritas mutlak bahwa Allahlah yang memiliki
Israel/umat-Nya.
c. El, Elohim, dan Elyon Elohim adalah nama jenis dan berarti Allah. Ula 6:4: "YHWH
adalah Elohim, YHWH itu Esa." Elohim (Bentuk tunggal: "Eloah") mungkin berasal
dari "alah" artinya dilingkupi ketakutan. El dari kata "ul", artinya kuat dan berkuasa.
Elyon diturunkan dari kata "alah" juga, artinya ke atas atau ditinggikan.

Nama Elohim kadang-kadang juga dipakai untuk menunjuk kepada allah palsu atau
berhala (Kej 35:2,4; Kel 12:12; 18:11; 23:24). Elohim, sebuah bentuk jamak yang khas
dalam Perjanjian Lama dan tidak muncul dalam bahasa Semetik yang lain. Ada 3
pandangan mengenai hal ini:

1. Arti politeistik Aslinya kata ini memiliki pengertian dari Allah yang banyak
(jamak). Tetapi kemudian berkembang menjadi tunggal (monoteistik).
2. Arti penuh keagungan, kebesaran Karena kata jamak Elohim selalu diikuti
dengan kata kerja/sifat/ganti tunggal, maka Elohim memberikan pengertian
tunggal tetapi untuk menunjukkan keagungan-Nya, maka dipakai bentuk jamak.
3. Arti Trinitarian Elohim menunjukkan arti jamak dari Allah Tritunggal, bahwa
Allah Israel lebih dari satu pribadi tetapi Esa (satu). Pengertian ini harus
diterangi dengan penafsiran Perjanjian Baru kepada Perjanjian Lama
(Progresive Revelation).

Nama-nama gabungan

4. El-Shadai (Kej 17:1; 28:3; 35:11; Kel 6:3; Maz 91:1-2) Arti: Allah yang maha
kuasa yang sedang berdiri seperti gunung --> kuat, teguh, tidak goyah.
5. El-Elyon (Kej 14:19) Arti: Allah yang maha tinggi; kedaulatanNya.
6. El-Olam (Kej 21:33, Maz 100:5; 103:17) Arti: Allah yang kekal -- Tidak
berubah
7. El-Roi (Kej 16:13) Arti: Allah yang melihat
3. Arti nama-nama Allah dalam Perjanjian Baru
a. Theos Bentuk yang setara dengan Elohim dalam Perjanjian Lama (dipakai juga untuk
allah orang kafir). Dalam pemakaian Perjanjian Baru, Theos memiliki arti:
1. Ia satu-satunya Allah yang benar dan Esa Mat 23:9; Rom 3:30; 1Ko 8:4,6; Gal
3:20; 1Ti 2:5
2. Ia unik Yang benar, yang kudus, yang bijaksana 1Ti 1:17; Yoh 17:3; Wah 15:4;
Rom 16:27; Mat 6:24
3. Ia Transenden Pencipta, pemelihara alam semesta Kis 17:24; Ibr 3:4; Wah 10:6
4. Ia Juruselamat mengutus Anak-Nya menjadi Penebus. 1Ti 1:1; 2:3; 4:10; Tit
1:3; 2:13; 3:4; Yoh 3:16
b. Kurios/Kyrios Nama eksplisit Allah, seperti YHWH dalam Perjanjian Lama, artinya:
"Alfa & Omega"; "Yang dulu ada, Yang sekarang ada dan Yang akan tetap ada"; "Yang
awal dan Yang akhir" (Wah 1:4, 8, 17; 2:8; 21:6; 22:13) arti kata ini menekankan
supremasi (otoritas) sebagai Tuan, Bapak, Pemilik, Penguasa dan juga Suami (1Pe 3:6)
atau berhala-berhala (1Ko 8:5).

Berhubungan dengan Allah, maka arti kata ini adalah menyatakan kuasa- Nya dalam
sejarah, dalam alam semesta dan kekhalikkan-Nya. Kristus disebut sebagai Kurios =
Tuhan, juga Rabbi atau Tuan (Mat 8:6) Pernyataan Tomas, "Tuhan dan Allahku" (Yoh
20:28). Yesus disebut dengan kesetaraan Allah Perjanjian Lama oleh orang-orang

27
Kristen mula-mula.

c. Bapa/Pater Allah juga disebut dengan nama Bapa dalam Perjanjian Baru. Hal ini
dihubungkan dengan sifat hubungan antara Allah dan Bangsa Israel. Secara teokratis ini
memberikan penyataan bagaimana Allah berdiri bagi Israel.

Dalam Perjanjian Baru terdapat dalam 1Ko 8:6, Efe 3:15; Ibr 12:9; Yak 1:18. Dalam
pengertian Trinitarian, ungkapan ini menunjukkan hubungan antara Allah Anak (Yesus)
dan Allah Bapa. Dalam hal ini memberikan pengertian bahwa Allah berdiri bagi orang-
orang percaya sebagai anak-anak rohani-Nya.

______________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 27-29) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 93-95) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 36-38) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 60-67) |
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 27-34) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 67-76) |
|______________________________________________________________________________|

F. ATRIBUT-ATRIBUT ALLAH

1. Istilah "atribut" Artinya adalah "yang melekat" atau "dimiliki."


2. Cara menentukan atribut-atribut Allah
a. Cara causalitas (sebab-akibat) Mencari akibat-akibat yang ada di dunia ini
b. Cara negasi (penyangkalan) Menyingkirkan segala ketidak sempurnaan yang ada pada
ciptaanNya.
c. Cara eminen (meninggikan) Memberikan kesempurnaan pada Allah setinggi-tingginya.
d. Cara penyataan (pewahyuan) Sesuai dengan Firman Allah; Hanya Allah yang berhak
memberi penjelasan akan sifat-sifatNya.
3. Pembagian Atribut-atribut Allah
a. Atribut/Sifat-sifat unik (incommunicable) Atribut Allah yang tidak dimiliki oleh
mahluk ciptaanNya.
1. Ketidaktergantungan Allah Allah tidak membutuhkan ciptaan-Nya untuk
alasan apapun juga, namun demikian ciptaan-Nya dapat mempermuliakan Dia
dan memberikan sukacita kepada Allah. (Kis 17:24-25; Ayu 41:11; Maz 50:10-
12). Tuhan juga tidak menciptakan manusia karena Ia kesepian (band. Yoh 17:5,
24). Allah Tritunggal di dalam diri-Nya mempunyai kepenuhan kesempurnaan
yang mutlak, baik dalam komunikasi, kasih atau kebutuhan-kebutuhan lain.

Ketidaktergantungan Allah juga menyatakan bahwa Allah tidak diciptakan dan


tidak ada peristiwa terjadinya keberadaan Allah (Wah 4:11; Yoh 1:3; Maz 90:2;
Rom 11:35-36; Kel 3:14). Justru keberadaan Allahlah yang menyebabkan sagala
sesuatu ada dan tetap ada untuk selama-lamanya.

Kalau Tuhan tidak membutuhkan manusia dan apapun juga, lalu apa gunanya
manusia ciptaan-Nya? Tuhan tidak harus menciptakan manusia, tetapi Tuhan
memilih untuk menciptakan manusia. Tuhan menciptakan manusia dan ciptaan-
Nya untuk kemuliaanNya. Suatu yang murni/tulus ditetapkan oleh Allah (Yes
62:3-5; Yes 43:7).

28
2. Ketidakberubahan Allah Allah tidak berubah dalam hakekat/jati diri-Nya,
kesempurnaanNya, tujuanNya, dan janji-janji-Nya; namun demikian Allah
memang bertindak dan merasakan emosi, Ia bertindak dan merasakan secara
berbeda dalam meresponi situasi-situasi yang berbeda.
a. Allah tidak berubah sesuai dengan yang dinyatakan dalam Alkitab. Maz
102:25-27; Mal 3:6; Yak 1:17
b. Apakah Allah kadang-kadang berubah pikiran? Kel 32:9-14; Yes 38:1-6;
Yun 3:4, 10; Kej 6:6; 1Sa 15:10.
c. Proses Theologi Kalau Allah tidak berubah, maka tidak ada satupun
tindakan manusia yang mempengaruhi/berarti untuk Tuhan. Oleh karena
itu Allah harus berubah, supaya hidup/tindakan manusia berarti.
d. Pentingnya doktrin Ketidakberubahan Allah. Allah tidak mungkin
berubah untuk lebih baik atau lebih buruk, Kalau Allah berubah maka
berarti janji-janji Allah juga tidak mungkin bisa dipercaya.
3. Kekekalan Allah Allah tidak mempunyai awal atau akhir; atau urutan-urutan
momen dalam hakekat-Nya. dan Ia melihat semua waktu secara jelas dan
"sederajad"; Allah melihat semua peristiwa dalam waktu dan bertindak dalam
waktu. Doktrin ini mengajarkan bahwa Allah tidak terbatas/dibatasi oleh waktu.
Allah tidak berubah dengan/oleh waktu. (Maz 90:2, 4; Ayu 36:26; Wah 1:8; 4:8;
Yoh 8:58; Kel 3:14). Bagi Allah peristiwa masa lampau atau yang akan datang
dan juga sekarang adalah sama jelasnya bagi Allah.
4. Kemahahadiran Allah Allah tidak mempunyai dimensi bentuk atau tempat dan
Ia, ada/hadir pada setiap tempat dengan seluruh hakekatNya; namun demikian
Allah bertindak secara berbeda di tempat yang berbeda. Allah hadir dimana-
mana: Ula 10:14; Yer 23:23-24; Maz 139:7-10 Allah ada dimana-mana 1Ra
8:27; Yes 66:1-2; Kis 7:48
5. Kesatuan Allah Allah tidak terbagi-bagi dalam bagian-bagian; namun demikian
kita melihat atribut-atribut Allah berbeda ditekankan pada saat-saat yang
berbeda.
b. Atribut-atribut/Sifat-sifat yang tidak unik (communicable) Atribut/sifat-sifat Allah yang
juga dimiliki oleh mahluk ciptaanNya; dalam batas-batas tertentu.
1. Keberadaan Allah - Spiritualitas Allah Yoh 4:24: Allah adalah "Roh" dan
Allah juga tidak kelihatan (artinya: esensi total Allah; dan semua hakekat
spiritual Allah; tidak akan pernah dilihat oleh manusia; namun demikian Allah
masih memperlihatkan DiriNya kepada kita melalui hal-hal yang kelihatan dan
yang diciptakan.
2. Atribut-atribut Mental/Intelektual
a. Kemahatahuan Allah Allah mengetahui segala sesuatu tentang diriNya
dan juga segala sesuatu apapun dalam tindakan kekekalan. Allah
mengetahui segala sesuatu dan mengenalnya secara sempurna,
mencakup masa waktu lampau ataupun yang akan datang. Ia adalah
Pencipta segala sesuatu. 2Ta 16:9: mata Allah menjelajah seluruh bumi.
Ibr 4:13: telanjang di muka Allah Kalau Allah sudah tahu apa yang akan
terjadi apakah manusia masih mempunyai kemerdekaan/kebebasan?
b. Kebijaksanaan Allah Allah selalu memilih tujuan yang terbaik dan cara
yang terbaik untuk mencapai tujuan itu. Rom 16:27; 8:28; Ayu 9:4;
12:13 Maz 104:24; 1Ko 1:18-30
c. Kebenaran dan kesetiaan Allah Allah adalah Yang Benar dan semua
pengetahuan kebenaranNya dan janji-janjiNya adalah benar dan menjadi
standard akhir dari kebenaran. Yer 10:10-11; Yoh 17:3 1Yo 5:20; Ayu
37:16
3. Atribut-atribut Moral

29
a. Kebaikan Allah Allah adalah standard akhir/utama dari kebaikan,
bahwa semua hal tentang Dia dan perbuatannya adalah baik. Maz 100:5;
106:1-dst; Maz 107:1-dst. Maz 34:8
b. Kasih Allah Allah dalam kekekalanNya memberikan DiriNya kepada
orang lain. 1Yo 4:8; 4:11; Rom 5:8 Yoh 3:16; 14:31; 17:24
c. Belas kasihan, Kemurahan, Kesabaran Allah Kebaikan Allah
terhadap orang-orang yang menanggung derita, yang terhukum tetapi
Allah sabar dengan menahan penghukuman yang seharusnya dijatuhkan
sampai waktu yang ditentukanNya. Kel 34:6; Maz 103:8 2Ko 1:3; Ibr
4:16; 2:17 Mat 5:7; 1Pe 5:10 Rom 2:4; 11:6
d. Kesucian Allah Allah terpisah dari dosa dan hanya Dia yang patut untuk
disembah. Maz 24:3; Kel 20:11 Ibr 12:10-14; Zak 14:20-21
e. Kedamaian Allah Dalam hakekat DiriNya dan tindakan-tindakanNya
Allah sangat tertib, teratur dan terkontrol. 1Ko 14:33; Rom 8:6; 14:17;
Yoh 14:27
f. Keadilan, Kebenaran Allah Allah selalu bertindak sesuai dengan apa
yang benar dan Ia sendiri menjadi standard kebenaran itu. Ula 32:4; Ayu
40:2, 8; Rom 9:20-21
g. Kecemburuan Allah Allah senantiasa melindungi kemuliaanNya. 2Ko
11:2; 1Ko 4:7 Yes 48:11; Wah 4:11 h) Kemurkaan Allah Allah
membenci dosa. Kel 32:9-10; Rom 1:18; 2; 5; 9 Efe 2:3; 1Te 1:10
4. Atribut-atribut Tujuan
a. Kebebasan Allah Allah bertindak sesuai dengan kehendakNya yang
bebas. Maz 115:3; Ams 21:1; Dan 4:35
b. Kemahakuasaan Allah Allah dapat melakukan segala sesuatu sesuai
dengan kehendakNya yang suci. Maz 24:8; Yer 32:27; 2Ko 6:18; Wah
1:8
5. Atribut-atribut lain
a. Kesempurnaan Allah Allah secara mutlak mempunyai semua kualitas
kesempurnaan dan tidak ada yang kekurangan dalam semua aspek
kualitas yang baik. Mat 5:48; Maz 18:30; Ula 32:4
b. Kemuliaan Allah Semua refleksi penyataan Allah tentang DiriNya yang
dipancarkan oleh semua mahluk ciptaanNya. Maz 24:10; Yes 43:7; Yoh
17:5; Ibr 1:3; Wah 21:23

_________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 53-65, 77-139) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 95-105) |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 93-99) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 113-135) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 46-59) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 39-71) |
| Pengakuan Baptis 1689 - (Hal. 9-10) |
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 41-50) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 60-61, 65-69) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 30-37) |
| Wyne Grudem, Systematic- Theology - (Hal. 156-222) |
|_________________________________________________________________________________|

G. TRITUNGGAL

30
1. Pengertian/definisi Salah satu doktrin yang paling penting dalam iman Kristen kita. Definisi:
Allah yang esa, yang ada secara kekal sebagai 3 Pribadi yaitu Allah Bapa dan Putra dan Roh
Kudus, yang masing-masing pribadi itu penuh sempurna ke Allahannya.
2. Bukti-bukti Alkitab Memang istilah Tritunggal tidak muncul dalam Alkitab, namun demikian,
ide dan prinsipnya ada di banyak tempat di Alkitab.
a. Perjanjian Lama memberikan penyataan yang tidak lengkap. Kej 1:26; 3:22; 11:7 Maz
45:6-7; 110:1 Yes 63:10; 48:16; 6:8 Mal 3:1-2 Hab 1:7
b. Perjanjian Baru memberikan konsep yang lengkap tentang Tritunggal. Mat 3:16-17;
28:19 1Ko 12:4-6 2Ko 13:14 1Pe 1:2 Yud 20:21
3. Doktrin Tritunggal Dalam Sejarah
a. Sejak jaman Perjanjian Lama bangsa Yahudi selalu menekankan tentang Ke Esa-an
Allah dan konsep ini dibawa sampai abad-abad pertama masehi.
b. Pada abad 2, Tertulianus memformulasikan doktrin ini; tapi masih banyak
kekurangannya. (belum sempurna). Tertulianus (165M-220M) adalah orang pertama
yang menemukan istilah "Trinity" (Tritunggal). Tertulianus berusaha untuk
memberikan penjelasan yang alkitabiah tentang ajaran Tritunggal, karena pada saat itu
di gereja banyak tersebar pengajaran Monarkianisme. Ajaran sesat Monarkianisme
digolongkan menjadi 2:
1. Monarkianisme Dinamis (adoptionisme) Ajarannya: Yesus adalah manusia
biasa yang diadopsi oleh Allah dan diberikan kekuatan khusus pada saat Ia
dibaptis.
2. Monarkianisme Modalistis Ajarannya: Allah adalah satu, tetapi muncul (tampil)
kepada manusia dalam 3 mode (bentuk), yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan
Allah Roh Kudus.
c. Arius (250M-336M) dari Aleksandria menentang ajaran Tritunggal. Ia tidak setuju
akan keAllahan Anak dan Roh Kudus, berdasarkan Kol 1:15; Yoh 1:14; Yoh 3:16. Di
Konsili Nicea (325M) ajaran Arian ini ditentang habis-habisan oleh Athanasius,
demikian juga di Konsili Konstantinopel (381M). Perdebatan yang paling utama adalah
mengenai dua istilah yang dipakai untuk menjelaskan tentang keAllahan Yesus dan Roh
Kudus.

Pendapat Athanasius:__________________________ Pendapat Arius:


homoousios vs homoiousios
(sifat yang sama) (sifat yang mirip)

d. Subordinationisme adalah ajaran yang juga menyimpang dari Alkitab. Mereka


mengakui keAllahan Anak dan Roh Kudus, tetapi tetap lebih rendah keAllahan Bapa.

Athanasius berjuang hampir 17 tahun untuk mengembalikan doktrin ini kepada


kebenaran Alkitab. Akhirnya dalam Konsili Konstantinopel (381M) Kaisar Konstantin
memihak kepada Athanasius. Athanasius memberikan pandangan yang sehat. Kristus
dilahirkan dari Bapa dan mempunyai kesetaraan dengan Bapa, tidak bersubordinasi.
Namun demikian, Athanasius belum cukup puas karena kemenangannya hanyalah
karena kekuatan kekuasaan Konstantin.

Setelah kaisar Konstantin digantikan oleh penggantinya, ternyata penggantinya lebih


memihak kepada kaum Arian.

e. Pada pertengahan abad 4, seorang teolog dari Kapadokia (Asia Kecil Timur)
memberikan doktrin Tritunggal yang definitif dan mengalahkan ajaran aliran Arianisme
dan mempertahankan istilah homoousios.

31
f. Doktrin Tritunggal yang paling tuntas diformulasikan pada masa Agustinus (354M-
430M). Ia menulis dalam bukunya "De Trinitate". Allah Bapa, Allah Anak dan Allah
Roh Kudus tidak memiliki subordinasi, tetapi kesetaraan. Satu esensi Allah dengan 3
pribadi seperti apa yang diajarkan dalam Akitab.
g. Konsili Toledo (589M) menyelesaikan perdebatan tentang "filioque" (Latin), yang
artinya "dan Anak" berdasarkan Yoh 14:26; Yoh 16:7; Yoh 15:26. Istilah "filioque" ini
tidak dicantumkan baik dalam Konsili 325M ataupun Konsili 381M. Baru ditambahkan
dalam Sinode Toledo (589M).
h. Sesudah masa Reformasi, Tokoh-tokoh Reformator, seperti Martin Luther dan John
Calvin tidak menolak doktrin Tritunggal versi Athanasius. Martin Luther berkata
bahwa doktrin Tritunggal harus diterima dengan iman, walaupun tidak bisa dijelaskan
dengan tuntas, karena ada dalam Alkitab. Sedangkan Calvin menulis penjelasan tentang
Tritunggal dalam bukunya Institutio.
i. Pandangan modern tentang Tritunggal bervariasi. Tetapi tidak ada hal yang baru lagi.
Semua kesalahan yang dilakukan oleh teolog-teolog modern sudah pernah terjadi
sebelumnya.
4. Isi doktrin Tritunggal Memang untuk mengerti secara penuh doktrin ini adalah tidak mungkin.
Namun demikian, semua fakta-fakta dalam Alkitab dan kita dapat menyimpulkan (mengerti
kebenarannya) Pengajaran ini. Ada 3 pernyataan penting dalam definisi Allah Tritunggal:
a. Allah adalah 3 Pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
b. Masing-masing Pribadi Allah itu adalah Allah yang sempurna.
c. Mereka 3 Pribadi tetapi Allah yang Esa; satu esensi Penjelasan:
a. Allah adalah 3 Pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Menyatakan bahwa Allah
Bapa bukan Allah Anak Allah Anak bukan Allah Roh Kudus, dan Allah Roh
Kudus bukan Allah Bapa. Hal ini dinyatakan jelas dalam Alkitab (Yoh 1:1-2;
1Yo 2:1; Ibr 7:25; Rom 8:27; Mat 28:19; Yoh 16:7). Masing-masing pribadi
Allah ini mempunyai kepribadian, kehendak, perasaan, termasuk juga Roh
Kudus.

Secara jelas dikatakan Roh Kudus bukan hanya kuasa dan kekuatan tetapi juga
seorang Pribadi. Jelas kelihatan dalam bahasa Yunani, kata ganti orang Roh
Kudus tidak diberikan gender netral, kata ganti orang. Demikian juga kata "Para
kletos" hanya dipakai untuk pribadiiorang (Yoh 14:26; 15:26).

b. Masing-masing Pribadi Allah itu adalah Allah yang sempurna.


1. Ke Allahan Bapa tidak terlalu sulit untuk diterima karena Alkitab jelas
sekali menyebutnya.
2. Ke Allahan Anak kadang diragukan, tapi bukti-bukti Alkitab jelas
menyebutnya. (Yoh 1:1, 6, 13, 18; Yoh 20:28; Ibr 1, 8; Kol 2:9; Yes
40:3).

Ada atribut-atribut personal tertentu yang dengannya 3 pribadi itu


dibedakan: Bapa - Pencipta Anak - Penebus Roh Kudus - Yang memberi
kelahiran baru

3. Ke Allahan Roh Kudus juga disebutkan jelas dalam Alkitab (Mat. 28:19;
Kis 5:3-4; 1Ko 3:6; Maz 139:7-8; 1Ko 2:10-1 l; Yoh 3:5- 7).
c. Mereka 3 Pribadi tetapi Allah yang Esa; satu esensi Allah adalah Allah yang Esa
(satu); ketiga Pribadi Allah ini tidak hanya satu dalam tujuan, tapi Mereka juga
adalah satu esensi dan satu hakekat. (Kel 6:4-5; 1Ra 8:60; Yes 45:4-6; 1Ti 2:5;
Rom 3:30; Zak 2:9).

32
Kesimpulan: Seluruh esensi yang tidak terbagi dari Allah, secara setara dan
penuh dimiliki oleh ketiga Pribadi, tetapi Ketiganya mempunyai kesatuan
mereka dalam satu esensi.

Subsistensi dan tindakan dari ke 3 Pribadi ditandai oleh satu tingkatan yang jelas
dan tertentu dan tidak saling mendahului. Allah Putra secara kekal diperanakkan
oleh Bapa, Allah Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Anak dari kekekalan.

5. Analogi Tritunggal
a. Matematik 1+1+1 = 3 lxlxl = 11 ~x~x~ = ~
b. alam air - es - uap matahari -- sinar m __ energi m __ akar - ranting - banting awan
hujan salju/es bunga - bau warna
c. Psikologis Intelektual - perasaan - kehendak
d. Jabatan Bapa - sopir - anak
e. Jiwa - badan - roh.
6. Hubungan antara ketiga Pribadi Tritunggal
a. Ketiga Pribadi Allah Tritunggal mempunyai perbedaan dalam fungsi utamanya. Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus mempunyai kesetaraan di dalam keAllahannya tetapi tidak
didalam menjalankan fungsinya, karena Allah Bapa memegang pimpinan tertinggi
(sesuai dengan nama yang diberikan "Bapa").

Allah Bapa memberikan ketetapan Allah Allah Anak menjalankan ketetapan Allah
Allah Roh Kudus menjaga dan memelihara akan pelaksanaan ketetapan Allah

b. Dalam hal keselamatan


0. Allah Bapa merencanakan dan mengirim Allah Anak ke dunia. Yoh 3:16; Gal
4:4; Efe 1:9-10
1. Allah Anak taat kepada Bapa dan melaksanakan penebusan. Yoh 6:38; Ibr 10:5-
7
2. Allah Roh Kudus dikirim oleh Allah Bapa dan Anak untuk mengefektifkan
penebusan. Yoh 14:26; Yoh 16:7; Yoh 15:26 Ilustrasi hubungan antara ke tiga
Allah Tritunggal: Gambar:
7. Pentingnya doktrin Tritunggal dalam iman Kristen
a. Doktrin Keselamatan akan mengalami kesulitan besar, kalau kita menolak ke Allahan
Anak dan Roh Kudus
b. Doktrin pembenaran hanya melalui iman akan sulit diterima, kalau kita menolak
keAllahan Yesus dan Roh Kudus.
c. Kalau Yesus bukan Allah yang sejati, maka kita tidak bisa lagi menyembah Dia seperti
apa yang diperintahkan Alkitab.
d. Ketidaktergantungan Allah sulit dipercaya kalau ke tiga Pribadi Tritunggal bukan Allah
yang setara. Allah yang berpribadi membutuhkan pihak yang lain untuk berhubungan.

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 141-175) |
| Pdt. DR. Stephen Tong, Allah Tritunggal |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 105-118) |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 86-92) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 137-152) |
| Charles C. Ryrie, Teologi Dasar - (Hal. 68-79) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 43-45) |
| Pengakuan Baptis 1689 -(Hal. 10) |

33
| V. Scheunemann, M. Th., Dogma Kristen - (Hal. 50-93) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 64-65) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 38-41) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 22b-258) |
|__________________________________________________________________________________
|

Pembimbing ke Dalam Teologia Sistematika -- Bab 3 Doktrin Allah [Indeks 00017]

H. KETETAPAN ALLAH

1. Pengertian/Definisi Rencana kekal Allah bahwa dari sebelum dunia dijadikan Ia telah
menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi.
2. Sifat Ketetapan Allah
a. Ketetapan Allah itu kekal sifatnya, mencakup masa lampau dan yang akan datang. Kol
1:5, 18; Efe 1:4; 2Ti 1:9; Efe 3:11; 1Pe 1:20; Tit 1:2
b. Ketetapan Allah itu tunggal Efe 1:11; Rom 8:28
c. Ketetapan itu berdasarkan akan Hikmat Allah dan Pengetahuan Allah Efe 3:10-11; Maz
104:24; Ams 3:19; Yer 10:12; Yer 51:15
d. Ketetapan Allah itu pasti akan terjadi/terpenuhi Yes 46:10
e. Ketetapan Allah itu tidak berubah Ayu 23:13-14; Maz 33:11; Yes 46:10; Yak 1:17; Luk
22:22; Kis 2:23
f. Ketetapan itu tanpa syarat/mutlak Kis 2:23; Efe 2:8; 1Pe 1:2
g. Ketetapan Allah itu bersifat universal untuk semua mahluk Efe 2:10; Kis 2:23; Kej
50:20, Ayu 14:5; Maz 39:4
h. Ketetapan Allah itu kudus Yes 48:11
i. Ketetapan Allah itu bebas Maz 135:6; Efe 1:11; Dan 4:35
j. Ketetapan Allah itu mempunyai tujuan akhir untuk kemuliaan Allah. Bil 14:21; Yes
6:3; Mat 18:7; Kis 2:23
k. Semua ketetapan Allah yang sehubungan dengan dosa adalah bersifat diijinkan
(permisif). Rom 8:28
3. Hubungan ketetapan dan kehendak Allah Allah menetapkan segala sesuatu sesuai dengan
kehendak kedaulatanNya. Kehendak Allah sering dibagi dalam dua kategori:
a. Kehendak yang dinyatakan (yang tidak tersembunyi) Semua perintah-perintah Allah
yang ada dan diberikan Allah dalam Alkitab.
b. Kehendak Allah yang tidak dinyatakan (tersembunyi) Semua kejadian-kejadian detail
yang akan terjadi dan hal-hal lain yang tidak Tuhan nyatakan kepada manusia. Ula
29:29
4. Kesulitan-kesulitan menerima Doktrin Ketetapan Allah
a. Bagaimana dengan kehendak bebas manusia? Apa arti kata "bebas"? Allah tidak pernah
membicarakan tentang kebebasan manusia dalam arti di luar Allah. Tetapi manusia
mempunyai kebebasan dalam memutuskan akan pilihan dan pilihan itu memberikan
konsekuensi tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kej 50:19, 20; Kis 2:23;
4:27-29.
b. Apakah usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan tidak diperhitungkan? Tuhan
bekerja melalui tindakan manusia, jadi bagaimanapun juga manusia harus bertindak,
dan tindakan manusia itu adalah tindakan yang berasal dari kehendak manusia sendiri.
Dalam hal keselamatan, manusia tidak tahu akan keputusan keselamatan bagi dirinya.
Fil 2:13; Efe 2:10.
c. Apakah Allah yang menciptakan dosa? Allah mengijinkan dosa terjadi, tetapi Allah

34
tidak melakukan dosa. Namun demikian keberadaan dosa itupun ada dibawah kuasa
kedaulatan Allah. Maz 92:15; Pengk 7:29; Yak 1:13; 1Yo 1:10.

________________________________________________________________________________
| Tugas Baca |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 179-196) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 153-169) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 89-92) |
| Pengakuan Baptis 1689 -(Hal. 10-12) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 42-46) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 332-333) |
|________________________________________________________________________________|

I. PREDESTINASI (Doktrin Pilihan)

1. Pengertian/Definisi Ketetapan Allah sebelum dunia diciptakan yang mana Ia memilih beberapa
orang untuk diselamatkan dan yang lain dibiarkan untuk binasa.
2. Bukti Alkitab Alkitab membahas 3 macam "pemilihan":
a. Pemilihan terhadap Israel dalam Perjanjian Lama
b. Pemilihan terhadap orang-orang yang melayani dalam PL
c. Pemilihan terhadap orang-orang secara pribadi untuk diselamatkan.

Pemilihan yang akan dibicarakan dalam predestinasi adalah no. c Ayat-ayat Alkitab yang
berbicara tentang "pilihan" Kis 13:48 Rom 8:28-30 Rom 9:11-13 Rom 11:7 Efe 1:12 1Te 1:4-5
2Te 2:13 2Ti 1:9 1Pe 2:9

3. Kesalah pengertian yang sering terjadi


a. Pilihan bukan nasib.
b. Pilihan bukan karena perbuatan baik manusia (berkondisi).
c. Pilihan tidak berdasarkan akan pengetahuan Allah akan iman kita yang akan datang.
4. Bagaimana Alkitab menerima doktrin Predistinasi
a. Sebagai penghiburan untuk orang percaya. Rom 8:28
b. Sebagai alasan untuk memuji Tuhan. Efe 1:5-6; 1Te 1:2,4; 2Te 2:13
c. Sebagai alasan untuk menginjili. 2Ti 2:10; Kis 18:9-10
5. Kesalah pengertian dari Doktrin Predestinasi (Pilihan)
a. Doktrin Pilihan tidak memberikan kesempatan manusia untuk menerima atau menolak
Kristus. Doktrin pilihan menjamin bahwa manusia dengan kehendak bebasnya dapat
memilih, tetapi bukan berarti bahwa pilihan itu betul- betul bebas, karena manusia tidak
mungkin bebas di luar Allah.
b. Doktrin Pilihan itu bukan betul-betul pilihan. Untuk pilihan itu betul- betul bebas dari
Allah maka tidak mungkin karena untuk hidup saja manusia harus tergantung pada
Tuhan.
c. Doktrin pilihan itu membuat manusia seperti robot. Tuhan yang mencipta manusia dan
menentukan apakah manusia dan kemampuannya. --> tanyakan kepada orang atheis.
Mat 23:37; Yoh 8:43-44; Yoh 5:40; Rom 9:20-24.
d. Doktrin pilihan itu tidak adil. 2Pe 2:4
e. Bagaimana dengan Ayat Alkitab yang mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan
semua orang. 1Ti 2:4, 2Pe 3:9.
6. Doktrin Reprobasi Definisi: Ketetapan kedaulatan Allah sejak sebelum dunia dijadikan untuk
membiarkan beberapa orang, tidak diselamatkan dan menghakimi dosa-dosa yang
dilakukannya sebagai konsekuensi keadilan Allah. Yudas 4 Rom 9:17-22 1Pe 2:8 Mat 11:25,

35
26 Yeh 33:25,26 Yeh 33:11 Rom 9:1-4

Pilihan Reprobasi
Allah aktif Manusia aktif
Kesedihan
Sukacita Allah
Allah
Anugerah Allah Keadilan Allah

7. Infra dan Supra-lapsarian Urutan kronologi, apakah pilihan diberikan sesudah atau sebelum
kejatuhan.

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 197-231) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 119-121) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 215-225) |
| Pengakuan Baptis 1689 -(Hal. 11-12) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 43-45) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 669-696) |
|__________________________________________________________________________________

J. PENCIPTAAN

1. Pengertian/Definisi Orang Kristen percaya akan Doktrin Penciptaan (Teori Kreasi) berdasarkan
pada kesaksian Alkitab (Kej 1). Pengetahuan tentang penciptaan tidak mungkin diperoleh dari
pemikiran manusia, karena manusia sendiri adalah hasil ciptaan itu. Oleh karena itu kalau
bukan Allah sendiri yang menyatakannya (sebagai Pencipta) maka tidak mungkin manusia
dapat mengetahuinya.

Definisi: Tindakan bebas Allah dimana Allah menghasilkan dunia dan semua yang ada di
dalamnya (baik materi maupun spiritual), sebagian tanpa bahan dan sebagian dengan bahan
yang natur dasarnya tidak cocok dengan hasil ciptaan. Ia menciptakan untuk tujuan yang baik
yaitu sebagai pernyataan akan kemuliaan, kekuasaan, kebijaksanaan dan kebaikanNya.

2. Doktrin Penciptaan dalam Sejarah


a. Gereja Mula-mula percaya akan penciptaan sebagai tindakan bebas Allah dan juga ex-
nihilo (diciptakan tanpa bahan). Ajaran ini sangat penting pada masa itu, karena untuk
melawan ajaran Gnostik yang percaya bahwa materi adalah sesuatu yang jahat. Namun
demikian ada perbedaan pendapat tentang sekitar istilah 'hari'; apakah sebagai arti
literal atau suatu periode tertentu atau satu waktu tunggal yang tidak terbagi.
b. Augustinus: Dari kekekalan penciptaan ada dalam kehendak Allah. tidak ada waktu
sebelum penciptaan, karena dunia dijadikan dengan waktu (bukan dalam waktu).
Penciptaan adalah tanpa bahan (ex-nihilo). Hari- hari dalam penciptaan adalah sebuah
momen waktu untuk memberikan kelengkapan pada keterbatasan intelegensi manusia.
c. Pada masa Reformasi Konsep ex-nihilo dipertahankan dengan kuat, karena
 suatu tindakan bebas Allah
 diciptakan dalam waktu 6 hari dalam arti harafiah
d. Sesudah Reformasi Pengaruh ilmu pengetahuan dan konsep modern melahirkan
kompromi teologi dengan menganggap bahwa cerita Kej 1 hanyalah cerita
mitos/alegoris. Ada jangka waktu putus sesudah Kej 1:1-2 dengan ayat- ayat

36
selanjutnya. Dan satu hari adalah waktu yang lama sekali yaitu jutaan tahun.
3. Bukti Alkitab dan Dasar Teologis Penciptaan
a. Tindakan Allah Tritunggal Keluar dari Bapa, melalui Putra, di dalam Roh Kudus
keberadaan pemikiran hidup 1Ko 8:6 Yoh 1:30 Kej 1:2; Yes 40:12-13
b. Tindakan bebas Allah yang menunjukkan akan kedaulatanNya. Bukan merupakan suatu
kebutuhan, karena Allah sempurna adanya dan tidak tergantung pada apapun. Dan juga
Allah tidak menciptakan alam semesta dari diriNya sendiri. Keberadaan alam semesta
bukanlah perluasan dari keberadaan Allah, karena alam semesta adalah bebas, di luar
Allah. Efe 1:11; Wah 4:11; Ayu 22:2-3; Kis 17:25
c. Tindakan temporal Allah Kej 1:1 "Pada mulanya...." Waktu diciptakan, sebelum itu
tidak ada waktu. Dunia diciptakan dengan waktu, dan memang mempunyai permulaan.
Maz 90:2; 102:26

Ada beberapa penafsiran yang berbeda sehubungan dengan arti hari dalam penciptaan:

1. 1 hari sama dengan waktu 24 jam Kel 20:11


2. Periode waktu tertentu (waktu geologis yang sangat panjang) Istilah lain yang
dipakai: - Hari jaman oleh evolusi theistik Allah menciptakan alam fisik dan
kehidupan di atasnya lalu menuntun proses evolusi yang panjang. - Evolusi
Ambang Allah memasuki proses evolusi pada saat-saat penting tertentu untuk
menciptakan sesuatu yang baru - bertahap.
3. Allah menyatakan tentang penciptaan kepada Musa dalam waktu 6 hari.
4. Allah telah menjadikan Adam dewasa pada waktu diciptakan, jadi mungkin
bumi juga sudah berumur pada waktu diciptakan.
d. Tindakan Penciptaan yang dijadikan tanpa bahan Istilah yang dipakai ex-nihilo (Latin),
artinya "dari yang tidak ada", memang tidak ada dalam Alkitab, tetapi prinsip dan
gagasannya jelas diajarkan oleh Alkitab. Kej 1:1; Maz 33:6, 9; Yoh 1:3; Ibr 11:3; Kis
17:24, 25; Kol 1:16 Wah 4:11; Kis 4:24; 14:15; Rom 4:17; Wah 10:6

Ada 3 perbedaan arti kata kerja "mencipta" dalam bahasa Ibrani "bara" mencipta,
dipakai hanya oleh Allah "asah" membuat "yatsar" membentuk

e. Tindakan yang membuat ciptaan dan Allah (Pencipta) mempunyai hubungan yang
istimewa. Efe 4:6; Ibr 11:3

Gambar:

f. Tujuan akhir penciptaan adalah untuk menyaksikan kebesaran dan kemuliaan Allah.
Tercakup di dalamnya adalah kebahagiaan manusia. Yes 43:7; Wah 4:11; Yer 10:12;
Maz 19:1-2

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah - (Hal. 233-310) |
| Pdt. DR. Stephen Tong, Peta dan Teladan Allah |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika - (Hal. 121-126) |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran - (Hal. 122-123) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika - (Hal. 171-182) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen - (Hal. 75-79) |
| Pengakuan Baptis 1689 - (Hal. 12-13) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika - (Hal. 70-83) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine - (Hal. 47-54) |

37
| Wyne Grudem, Systematic Theology - (Hal. 262-310) |
|__________________________________________________________________________________
|

K. PEMELIHARAAN ALLAH (PROVIDENSI ALLAH)

1. Arti Etimologi (asal kata)


a. "Pronoia" (Yun), artinya pengetahuan awal.
b. "Providentia" (Latin), artinya tindakan kemurahan Allah menyediakan segala sesuatu
yang diperlukan ciptaanNya.
2. Sejarah Doktrin Providensia Allah
a. Bapak-bapak Gereja Mereka melawan ajaran-ajaran Stoa dan Epikuros dengan
menegakkan pengertian akan kedaulatan Allah dan kasih Allah
b. Bapak Gereja Agustinus:
1. Menekankan pengajaran bahwa Allah memelihara dan memerintahkan segala
sesuatu dalam alam semesta berdasarkan kehendakNya yang berdaulat,
bijaksana dan maksud baik.
2. Mempertahankan kenyataan akan kausa kedua (causa secunda) dan Allah
adalah kausa pertama (causa prima).
c. Thomas Aquinas: mengikuti tradisi Augustinus.
d. Para Reformator:
1. Martin Luther percaya akan aspek umum providensia tapi membatasi hanya
pada hal keselamatan saja.
2. Yohanes Calvin: mengikuti Agustinus.
3. Pengertian/Definisi
a. Aktivitas Allah (Pencipta) yang terus menerus oleh rahmatNya dan kebaikanNya yang
melimpah menegakkan ciptaanNya dalam keadaan teratur, memimpin dan
memerintahkan segala sesuatu kepada tujuan yang telah ditetapkan demi
kemuliaanNya.
b. Keterlibatan Allah secara terus menerus dengan semua ciptaanNya sedemikian rupa
sehingga Allah selalu menjaga keberadaan ciptaan dan memelihara semua sifat-sifat
yang dimiliki mereka sebagaimana Allah menciptakan mereka dan juga bekerja sama
dengan semua ciptaanNya dalam setiap tindakkan dan menuntun serta mengarahkan
semua sifat-sifat yang dimiliki mereka itu sebagaimana seharusnya, dan mengarahkan
mereka untuk memenuhi semua kehendakNya.
4. Unsur-unsur Providensia Allah
a. Preservasi Allah Allah terus menerus memelihara dan menopang keberadaan dan
kelanjutan semua sifat-sifat yang dimiliki ciptaanNya sebagaimana mereka diciptakan
Ibr 1:3; Kol 1:17; Kis 17:28; Neh 9:6; Maz 104:29
b. Konkurensi Allah bekerjasama dengan semua ciptaanNya dalam setiap tindakkannya
dan mengarahkan semua sifat-sifat yang dimiliki mereka sehingga mereka bertindak
sebagaimana seharusnya

Sebagai causa secunda

 kekuatan alam dan kebebasan manusia Sebagai causa prima


 Allah sebagai penyebab segala sesuatu untuk hidup, bergerak dan memiliki
hakekat Kedua kausa ini tidak setara, tapi bekerja bersama-sama.

Contoh: Kejadian dalam alam, dalam sejarah, peristiwa kehidupan, dan hidup manusia

38
c. Pemerintahan Allah memerintah atas segala sesuatu yang terjadi di dunia supaya segala
sesuatu yang terjadi itu sesuai dengan maksud dan tujuan kehendak Allah. Maz 103:19;
Dan 4:34, 35; Ams 16:33
5. Kesalahan konsep tentang providensia Allah
a. Providensia Allah terbatas hanya pada pengetahuan awal.
b. Konsep deistik.
c. Konsep panteistik.
d. Konsep kerjasama antara Allah dan manusia.

__________________________________________________________________________________
| Tugas Baca: |
| Louis Berkhof, Doktrin Allah (Hal. 311-338) |
| DR. R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Hal. 135-138) |
| Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Hal. 115-118, 123-125) |
| Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Hal. 183-199) |
| R.C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (Hal. 81-87) |
| Pengakuan Baptis 1689 (Hal. 13-15) |
| Dieter Becker, D.Th., Pedoman Dogmatika (Hal. 80-81) |
| Louis Berkhof, A Summary of Christian Doctrine (Hal. 55-59) |
| Wyne Grudem, Systematic Theology (Hal. 315-352) |

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Buku-buku yang dipakai sebagai sumber:

1. Abineno, JL. Ch., Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen


2. Becker, Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993
3. Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993
4. Bruce, F.F., Canon Scripture, Illinois: InterVarsity Press, 1988
5. Ensiklopedia Masa Kini - Jilid A-Z, Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993
6. Jongeneel, J.A.B., Pembimbing Ke Dalam Dogmatika Kristen, Jakarta
7. Grudem, Wyne, Systematic Theology, Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House,
1994
8. Lohse, Benhard, Pengantar Sejarah Dogma Kristen
9. Lukito, Daniel Lukas, Pengantar Teologi Kristen I, Bandung; Yayasan kalam Hidup
10. Milne, Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta; BPK Gunung Mulia
11. Nieftrik, G.C. van dan Boland, B.J., Dogmatika Masa Kini, Jakarta
12. Ryrie, Charles C. Teologi Dasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1986
13. Scheunemann, V., Apa Kata Alkitab tentang Dogma Kristen,
14. Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatik, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993
15. Sproul, RC., Essential Truths of The Christian Faith, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc.,
1992
16. Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Penerbit Gandum Mas, 1977
17. Tong, Stephen, Peta dan Teladan Allah, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990

39
40

Anda mungkin juga menyukai