Anda di halaman 1dari 4

BERITA KELIMA PULUH SEMBILAN

NASIHAT TERAKHIR, SALAM, DAN BERKAT (2)

Pembacaan Alkitab: 2Kor. 13:11-13

BERKAT TIGA GANDA

Dalam 2Korintus 13:13 kita memiliki berkat tiga ganda: “Anugerah Tuhan Yesus Kristus, dan
kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.” Berkat tiga ganda ini
melibatkan Allah Tritunggal, karena di sini kita memiliki kasih karunia (anugerah) Kristus Putra,
kasih Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus.

Dalam Perjanjian Lama kita juga memiliki berkat tiga ganda, yaitu berkat yang diumumkan oleh
imam Lewi pada akhir Bilangan 6. Dalam berkat tiga ganda ini tersirat Allah Tritunggal. Bilangan
6:24-26 mengatakan, “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari
engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-
Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Pertama kita memiliki berkat yang
berhubungan dengan Bapa: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau.” Kedua, kita
memiliki berkat yang berhubungan dengan Putra: “Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya
dan memberi engkau kasih karunia.” Ketiga kita memiliki berkat yang berhubungan dengan Roh
itu: “Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.” Imam
Lewi tentu memustikakan berkat ini. Namun, berkat ini tidak dapat dibandingkan dengan berkat
dalam 2Korintus 13:13. Apa yang kita miliki dalam Bilangan 6:24-26 itu hanya merupakan
berkat saja, yaitu suatu berkat tanpa kenikmatan. Tetapi yang kita miliki dalam 2Korintus 13:13
bukan hanya satu berkat saja, melainkan kita memiliki Allah dalam Ke-Allahan Tritunggal-Nya,
Bapa, Putra, dan Roh.

ALLAH TRITUNGGAL SEBAGAI BERKAT KITA YANG UNIK

Membicarakan kasih Allah, kasih karunia Kristus, dan persekutuan Roh Kudus itu sebenarnya
membicarakan bahwa kasih itu adalah Allah, kasih karunia adalah Kris-tus, dan persekutuan
adalah Roh Kudus. Jadi, kita memiliki Allah Bapa sebagai kasih, kita memiliki Allah Putra sebagai
kasih karunia, dan kita memiliki Allah Roh sebagai persekutuan. Ini berarti kita memiliki Allah
Tritunggal secara langsung sebagai kenikmatan kita. Yang kita miliki itu bukan hanya satu
berkat dari Dia atau oleh Dia saja.

Berkat yang sesungguhnya dalam Perjanjian Baru adalah Allah Tritunggal itu sendiri. Seperti
yang telah kita tunjukkan, berkat ini merupakan satu berkat tiga ganda dari kasih, kasih
karunia, dan persekutuan. Dengan kasih sebagai sumbernya, kasih karunia sebagai alirannya,
dan dengan persekutuan sebagai transmisinya, Allah Tritunggal mencapai kita untuk menjadi
hayat kita, suplai hayat kita, dan kenikmatan kita. Sekarang kita dapat menikmati Allah
Tritunggal sepanjang hari dengan riil. Inilah berkat kita yang unik dalam Perjanjian Baru.

TIGA ASPEK DARI SATU HAL

Kasih karunia Tuhan adalah Tuhan sendiri sebagai hayat kita untuk kenikmatan kita (Yoh. 1:17;
1Kor. 15:10); kasih Allah adalah Allah sendiri (1Yoh 4:8, 16) sebagai sumber kasih karunia
Tuhan; dan persekutuan Roh itu adalah Roh itu sendiri sebagai transmisi dari kasih karunia
Tuhan dengan kasih Allah untuk partisipasi kita. Ini bukan tiga perkara yang terpisah, tetapi tiga
aspek dari satu hal, sama seperti Tuhan, Allah, dan Roh Kudus bukan tiga Allah yang terpisah,
tetapi tiga “substansi (hypostases) dari satu Allah yang sama, tidak terpisah, dan tidak tercerai”
(Philip Schaff). Kasih Allah adalah sumber, karena Allah adalah asal mulanya; kasih karunia
Tuhan adalah aliran kasih Allah, karena Tuhan adalah ekspresi Allah; persekutuan Roh adalah
penyaluran kasih karunia Tuhan beserta kasih Allah, karena Roh adalah transmisi Tuhan beserta
Allah, bagi pengalaman dan kenikmatan kita akan Allah Tri-tunggal Bapa, Putra, dan Roh Kudus
beserta kebajikan-kebajikan ilahi Mereka. Di sini kasih karunia Tuhan disebutkan lebih dulu
karena kitab ini menekankan kasih karunia Kristus (2Kor. 1:12; 4:15; 6:1; 8:1, 9; 9:8, 14;
12:9). Kaum beriman Korintus yang diselewengkan dan ditipu tetapi yang kemudian dihibur dan
dipulihkan, memerlukan atribut-atribut ilahi dari ketiga kebajikan ini: kasih, kasih karunia, dan
persekutuan; juga memerlukan Allah Tritunggal dari ketiga substansi ilahi ini: Bapa, Putra, dan
Roh itu. Karena itu, rasul menggunakan semua hal yang ilahi dan berharga ini dalam satu
kalimat untuk menutup suratnya yang manis dan akrab.

TIGA HYPOSTASES

Dalam alinea sebelumnya kita telah dua kali memakai hypostases. Kata ini memerlukan
penjelasan lebih jauh. Bentuk tunggal dari kata ini adalah hypostasis. Kata ini adalah bentuk
ungkapan dari bahasa Yunani. Kata ini tersusun dari dua kata Yunani: hupo, kata depan yang
berarti di bawah, dan stasis, kata yang berarti penunjang atau penyangga. Maka, kata ini
mengacu kepada sesuatu di bawah yang menunjang, substansi penunjang, sesuatu yang
menunjang di bawah. Kata Yunani hypostasis dipakai dalam 2Korintus 9:4 dan 11:17. Kata ini
berarti pekerjaan dasar yang di atasnya didirikan bangunan; karena itu, ini adalah pondasi,
kedudukan; jadi mengandung arti keyakinan seperti dalam 2Korintus 9:4 dan 11:17. Jika kita
memiliki dasar pekerjaan yang tepat atau penunjang di bawah yang tepat, maka kita dapat
memiliki keyakinan.

Beberapa kamus menghubungkan kata hypostasis ini dengan tiga Persona Trinitas. Arti kata ini
yang diberikan dalam kamus-kamus itu, merupakan suatu penafsiran. Kata hypostasis itu bukan
berarti persona. Tetapi para ahli teologi telah memakainya untuk menyebut tiga Persona dari
Ke-Allahan, yaitu Bapa, Putra, dan Roh. Sebenarnya, Bapa, Putra, dan Roh itu adalah tiga
hypostasis, yakni, substansi penunjang Ke-Allahan. Dengan kata lain, Ke-Allahan itu tersusun
dari substansi-substansi yang menopang dari Bapa, Putra, dan Roh. Ini berarti jika tiga
hypostasis ini diambil, maka Ke-Allahan itu akan kehilangan substan-sinya.

Guru-guru Alkitab zaman dulu memakai kata hypostasis ini untuk menyebut Bapa, Putra, dan
Roh. Para ahli teologi lainnya mengatakan, ketiga hypostasis ini menunjukkan tiga Persona dari
Ke-Allahan. Pemakaian kata persona ini telah memimpin beberapa orang kepada kesalahan
akan triteisme, yaitu doktrin bahwa Bapa, Putra, dan Roh adalah tiga Allah. Seperti yang telah
berkali-kali kita tunjukkan, W. H. Griffith Thomas mengatakan bahwa kita tidak boleh
menekankan kata persona ini terlalu berlebihan, jika tidak, kita akan mengajarkan doktrin
triteisme. Jadi, tidaklah aman sepenuhnya bila kita memakai kata persona dengan cara ini.
Meskipun demikian, kita mungkin perlu memakainya untuk sementara. Misalnya, kita
memakainya dalam sebuah kidung kita (Kidung No. 447): “Bapa, Putra, dan Roh itulah Allah!
Tiga Person tapi esa saja.” Tetapi sekalipun kita memakai istilah ini untuk sementara, kita ingin
menekankan dengan jelas bahwa kita hanya memiliki satu Alah, yaitu Allah yang unik. Meskipun
demikian, Allah itu tritunggal: Bapa, Putra, dan Roh. Istilah hypostasis ini adalah satu usaha
untuk menyampaikan kebenaran tentang Allah Tritunggal.

ALLAH TRITUNGGAL MENYALURKAN DIRINYA SENDIRI KE DALAM MANUSIA

Dua Korintus 13:13 adalah bukti yang kuat bahwa Trinitas Ke-Allahan bukanlah teologi
sistematis untuk pemahaman doktrin tetapi untuk penyaluran Allah sendiri dalam ketrinitasan-
Nya ke dalam umat pilihan dan tebusan-Nya. Dalam Alkitab, ketrinitasan ilahi tidak pernah
diwahyukan sekadar sebagai doktrin, tetapi selalu diwahyukan atau disinggung berkaitan
dengan hubungan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya, terutama dengan manusia yang
diciptakan oleh-Nya, dan lebih khusus lagi dengan umat-Nya yang dipilih dan ditebus. Sebutan
ilahi pertama yang digunakan dalam wahyu ilahi, yaitu Elohim dalam bahasa Ibrani (berbentuk
jamak), suatu sebutan yang digunakan berkaitan dengan ciptaan Allah (Kej. 1:1), menyiratkan
bahwa Allah ini, Pencipta langit dan bumi bagi manusia, adalah tritunggal. Mengenai ciptaan
Allah terhadap manusia sesuai dengan gambar dan rupa-Nya, Dia menggunakan kata ganti
jamak “Kita”, yang mengacu kepada ketrinitasan-Nya (Kej. 1:26) dan menyiratkan bahwa Dia
akan bersatu dengan manusia, bahkan mengekspresikan diri-Nya melalui manusia dalam
ketrinitasan-Nya. Dalam Kejadian 3:22, 11:7, dan Yesaya 6:8, ketika Dia menyinggung
hubungan-Nya dengan manusia dan dengan umat pilihan-Nya, berulang-ulang Dia menyebut
diri-Nya sendiri sebagai “Kita”.

MENJADI SATU DALAM ALLAH TRITUNGGAL

Untuk menebus manusia yang jatuh agar Ia tetap dapat memiliki kedudukan untuk bersatu
dengan manusia, Dia berinkarnasi (Yoh. 1:1, 14) di dalam Putra dan melalui Roh (Luk. 1:31-35)
menjadi manusia, dan menempuh hidup insani di bumi, juga di dalam Putra (Luk. 2:49) dan
oleh Roh (Luk. 4:1; Mat. 12:28). Pada awal ministri-Nya di bumi, Bapa mengurapi Putra dengan
Roh (Mat. 3:16-17; Luk. 4:18) supaya Dia dapat mencapai manusia dan membawa manusia
kembali kepada-Nya. Sebelum disalibkan dalam daging dan bangkit menjadi Roh pemberi hayat
(1Kor. 15:45), Dia menyingkapkan misteri ketrinitasan-Nya kepada murid-murid-Nya dalam
kata-kata yang jelas (Yoh. 14-17), menyatakan bahwa Roh ada di dalam Bapa, Bapa ada di
dalam Putra (Yoh. 14:9-11), Roh adalah perwujudan Putra (Yoh. 14:16-20), bahwa ketiganya,
secara berkesinambungan serentak ada dan saling huni, tinggal bersama kaum beriman bagi
kenikmatan mereka (Yoh. 14:23; 17:21-23); juga mengatakan semua yang Bapa miliki adalah
milik Putra dan semua yang Putra miliki diterima oleh Roh untuk dinyatakan kepada kaum
beriman (Yoh. 16:13-15). Trinitas ini seluruhnya berhubungan dengan penyaluran Allah yang
telah melalui proses ke dalam kaum beriman-Nya (Yoh. 14:17, 20; 15:4-5) supaya mereka
boleh menjadi satu di dalam dan dengan Allah Tritunggal (Yoh. 17:21-23).

PERSATUAN ORGANIK DENGAN ALLAH YANG TELAH MELALUI PROSES

Setelah kebangkitan-Nya, Dia memerintah murid-murid-Nya untuk menjadikan semua bangsa


murid-Nya, membaptis mereka ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Mat. 28:19); yaitu
membawa orang-orang yang percaya masuk ke dalam Allah Tritunggal, ke dalam kesatuan yang
organik dengan Allah yang melalui proses. Allah ini telah melalui inkarnasi, kehidupan manusia,
ketersaliban, dan telah masuk ke dalam kebangkitan. Berdasarkan kesatuan yang organik ini,
pada penutup Surat Kiriman ini, rasul memberkati mereka dengan berkat Trinitas Ilahi,
berbagian dalam kasih karunia Putra dan kasih Bapa melalui persekutuan Roh. Dalam Trinitas
Ilahi ini, Allah Bapa mengerjakan segala sesuatu di dalam semua anggota dalam gereja (Tubuh
Kristus), melalui ministri Tuhan (Allah Putra), dan karunia Allah Roh (1Kor. 12:4-6).

ALLAH TRITUNGGAL MENGHASILKAN GEREJA

Seluruh wahyu ilahi dalam Kitab Efesus mengenai kelahiran, keberadaan, pertumbuhan,
pembangunan, dan peperangan gereja sebagai Tubuh Kristus, semuanya tersusun sebagai
ekonomi ilahi, yaitu penyaluran Allah Tri-tunggal ke dalam anggota-anggota Tubuh Kristus.
Pasal 1 menyingkapkan bagaimana Allah Bapa memilih dan menentukan anggota-anggota ini
dalam kekekalan (Ef. 1:4-5), bagaimana Allah Putra menebus mereka (Ef. 1:6-12), bagaimana
Allah Roh sebagai jaminan, memeterai mereka (Ef. 1:13-14), dengan demikian menyalurkan
diri-Nya sendiri ke dalam kaum beriman untuk pembentukan gereja, yang adalah Tubuh Kristus,
kepenuhan yang memenuhi semua dan di dalam segala sesuatu (Ef. 1:18-23). Pasal 2
menunjukkan kepada kita bahwa di dalam Trinitas Ilahi seluruh kaum beriman, baik orang
Yahudi maupun orang bukan Yahudi, memiliki jalan masuk kepada Allah Bapa, melalui Allah
Putra, di dalam Allah Roh (Ef. 2:18). Ini juga menunjukkan bahwa ketiga-Nya tetap serentak
ada dan saling huni secara berkesinambungan, bahkan setelah semua proses inkarnasi,
kehidupan manusia, ketersaliban, dan kebangkitan. Dalam pasal 3 rasul berdoa supaya Allah
Bapa melalui Allah Roh menguatkan kaum beriman ke dalam manusia batiniah mereka, supaya
Kristus, Allah Putra, dapat membuat rumah-Nya di dalam hati mereka, yaitu menduduki seluruh
diri mereka, sehingga mereka dipenuhi sampai kepada seluruh kepenuhan Allah (Ef. 3:14-19).
Inilah puncak pengalaman dan partisipasi kaum beriman dalam ketrinitasan-Nya. Pasal 4
menggambarkan bagaimana Allah yang telah melalui proses, sebagai Roh, Tuhan, dan Bapa
berbaur dengan Tubuh Kristus (Ef. 4:4-6) supaya semua anggota Tubuh dapat mengalami
Trinitas Ilahi. Pasal 5 menasihati kaum beriman untuk memuji Tuhan (Allah Putra) dengan
nyanyian-nyanyian Allah Roh, dan bersyukur dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus (Allah Putra)
kepada Allah Bapa (Ef. 5:19-20). Ini adalah memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah
melalui proses dalam Trinitas Ilahi-Nya bagi kenikmatan kita akan Allah Tritunggal. Pasal 6
menginstruksi kita untuk berjuang dalam perjuangan rohani dengan dikuatkan di dalam Tuhan
(Allah Putra), sambil mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah Bapa, dan menggunakan
pedang Roh Allah (Ef. 6:10-11, 17). Inilah pengalaman dan kenikmatan kaum beriman akan
Allah Tritunggal, bahkan dalam peperangan rohani.

ALLAH TRITUNGGAL BAGI KENIKMATAN DAN PARTISIPASI KITA

Dalam tulisannya, Rasul Petrus juga memastikan bahwa Allah adalah tritunggal untuk
kenikmatan kaum beriman, dengan mengatakan tentang pemilihan Allah Bapa, pengudusan
Allah Roh, dan penebusan Yesus Kristus (Allah Putra) yang digenapkan oleh darah-Nya (1Ptr.
1:2). Rasul Yohanes juga memperkuat wahyu Trinitas Ilahi agar kaum beriman mengambil
bagian dalam Allah Tritunggal yang telah melalui proses. Dalam Kitab Wahyu dia memberkati
gereja-gereja lokal dengan kasih karunia dan damai sejahtera dari Dia yang sekarang ada, yang
sudah ada, dan yang akan datang (Allah Bapa), dan dari tujuh Roh yang ada di hadapan takhta-
Nya (Allah Roh), dan dari Yesus Kristus (Allah Putra), Saksi yang setia, Yang pertama bangkit
dari antara orang mati, dan dari Penguasa raja-raja di bumi (Why. 1:4-5). Berkat Yohanes yang
diberikan kepada gereja-gereja juga menunjukkan bahwa Allah Tritunggal yang telah melalui
proses, di dalam segala apa adanya Dia sebagai Bapa yang kekal, di dalam segala apa yang
dapat Dia lakukan sebagai Roh yang diperkuat tujuh ganda, dan di dalam segala yang telah Dia
capai dan dapatkan sebagai Putra yang diurapi, semuanya bagi kenikmatan kaum beriman,
supaya mereka dapat menjadi kesaksian-Nya yang korporat, menjadi kaki pelita emas (Why.
1:9, 11, 20).

Jadi, jelaslah bahwa wahyu ilahi tentang Trinitas ke-Allahan dalam Firman kudus, dari Kejadian
sampai Wahyu, bukanlah untuk penyelidikan secara teologis, melainkan supaya kita paham
bagaimana Allah di dalam ketrinitasan-Nya yang misterius dan ajaib menyalurkan diri-Nya
sendiri ke dalam umat pilihan-Nya, supaya kita sebagai umat pilihan dan tebusan-Nya, bisa
seperti yang ditunjukkan dalam berkat rasul kepada kaum beriman Korintus, berbagian,
mengalami, menikmati, dan mendapatkan Allah Tritunggal yang telah melalui proses, sekarang
dan sampai selamanya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai