Anda di halaman 1dari 8

KEPERLUAN ORANG LUHUR

Ada seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia
datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata, "Rabi, kami tahu bahwa Engkau datang
sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-
tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab,
"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya, "Bagaimana mungkin
seseorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya
dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus, "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang
tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang
dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Janganlah
engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia
datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari
Roh." Kata Nikodemus kepada-Nya, "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus,
"Engkau guru orang Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Sesungguhnya Aku
berkata kepadamu, kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi
tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak
percaya, waktu Aku berkata-kata kepadamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan
percaya, kalau Aku berkata-kata kepadamu tentang hal-hal surgawi? Tidak ada seorang pun
yang telah naik ke surga, selain Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. Dan
sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus
ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena
Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
Yohanes 3:1-16.

KEPERLUAN ORANG LUHUR


Di antara umat manusia atau dalam masyarakat, yang dianggap dan diakui sebagai
golongan pertama sudah tentu adalah mereka yang mempunyai budi pekerti dan kedudukan
yang baik. Dengan tepat sekali Injil Yohanes menempatkan orang semacam ini dalam
golongan ini.
Dalam ayat-ayat yang kami kemukakan di atas, terkisah seorang bernama Nikodemus, yang
mewakili orang-orang golongan pertama. Pada dirinya sedikitnya ada lima ciri:
1. Ia seorang Farisi. Orang Farisi adalah orang yang sangat mementingkan hal-hal
moral, budi pekerti, dan kebajikan.
2. Ia seorang pemimpin. Bukan orang awam, bukan pula sebagai rakyat yang boleh
diremehkan. Ia seorang pemimpin yang terhormat, berkedudukan, dan ternama.
3. Ia seorang guru. Seorang pengajar, pendidik, berilmu pengetahuan tinggi.
4. Ia telah berumur. Ia mengatakan bahwa dirinya sudah tua. Usianya tinggi, bukan
masih hijau. Cukup berpengalaman, sudah kawakan.
5. Ia ahli agama. Bukan ateis, melainkan seorang agamawan. Ia datang mengunjungi
Tuhan Yesus dengan maksud hendak membicarakan hal Allah. Ini membuktikan
bahwa ia penuh pikiran agama.
Orang yang mempunyai budi pekerti baik belum tentu berkedudukan. Yang berkedudukan
belum tentu berpengetahuan tinggi. Demikian juga, yang berpengetahuan tinggi belum tentu
berpengalaman. Ada yang memiliki keempat-empatnya, tetapi tidak memiliki pikiran
keagamaan. Namun Nikodemus ini, tidak saja memiliki budi pekerti baik, kedudukan, ilmu
pengetahuan, dan pengalaman, bahkan pikiran agama. Boleh dikatakan ia adalah seorang
luhur yang benar-benar sulit ditemukan, dan sangat tepat dijadikan wakil golongan pertama
dari masyarakat.
Golongan yang diwakilinya adalah mereka yang disebut golongan luhur, yang
mempunyai budi pekerti, kedudukan, ilmu pengetahuan, dan ketenaran. Keadaannya
Nikodemus menggambarkan keadaan orang-orang golongan ini, keperluannya juga
merupakan keperluan mereka.
Saya yakin banyak teman-teman yang demikian dalam masyarakat, berkelakuan baik,
bersopan santun, berkedudukan, ternama, terpelajar, banyak pengetahuannya, atau boleh jadi
sudah berusia tinggi, dan mempunyai pikiran agama. Keadaan Anda sejajar dengan keadaan
orang ini. Walaupun tidak seluruhnya sama, setidak-tidaknya ada miripnya. Wajarlah bila ia
dijadikan lambang Anda. Keperluannya sama dengan keperluan Anda. Ia datang kepada
Tuhan Yesus, berarti Anda datang kepada-Nya. Yang Tuhan Yesus katakan kepadanya, itu
juga yang dikatakan kepada Anda. Sekarang, marilah kita lihat keadaannya yang juga berarti
keadaan Anda.
PANDANGAN MANUSIA
Begitu Nikodemus bertemu dengan Tuhan Yesus, ia berkata, "Rabi, kami tahu bahwa
Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah." Kata-kata ini telah menunjukkan pandangan
dan pengenalannya terhadap Tuhan Yesus. Ia menganggap Tuhan Yesus sebagai seorang guru.
Menurut pandangannya, manusia memerlukan pengajaran atau pendidikan agar
mengubahnya menjadi baik. Ia mengira manusia menjadi jahat karena kurangnya pendidikan
yang baik, jadi perlu seorang guru untuk memberi pengajaran-pengajaran. Ia menyangka
Tuhan Yesus pasti adalah guru yang diutus oleh Allah, yang akan mengajarkan tingkah laku
yang baik dan perbuatan bajik. Dia mengira persoalan manusia hanya soal pengajaran saja,
sehingga yang diperlukan manusia adalah adanya guru (pengajar).
Pandangan ini juga adalah pandangan banyak orang. Banyak orang, terutama ahli-ahli
pendidik mengira bahwa bila manusia mau menjadi baik, maka ia harus diberi pendidikan
yang baik. Mereka menyangka bahwa manusia bisa dididik hingga baik. Mereka berpikir, jika
ada pengajaran yang cukup baik, tentu manusia akan menjadi baik dan agung.
Sepanjang sejarah, di mana-mana ada banyak orang yang berbudi pekerti luhur, ahli-ahli
pemikir seperti Nikodemus. Mereka mengira, asal bisa memberikan pengajaran yang baik,
mengajar manusia selalu memperbaiki diri, tentulah manusia akan menjadi baik. Pandangan
manusia ialah bahwa manusia bisa bertingkah laku baik dan memperbaiki diri.
PANDANGAN TUHAN
Siapa tahu, ternyata pandangan demikian salah. Manusia tidak mungkin berbuat baik.
Yang diperlukan manusia bukan pengajaran. Tuhan Yesus datang bukan untuk menjadi guru.
Karena itu, ketika Nikodemus berkata dan menyebut Tuhan Yesus rabi (guru), Tuhan Yesus
segera membendungnya dengan jawaban demikian: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu,
jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Dalam
pandangan Nikodemus, yang diperlukan manusia adalah pengajaran. Asalkan ada pengajaran
yang baik, sudah cukup. Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa yang diperlukan manusia bukan
pengajaran, melainkan "dilahirkan kembali". Pengajaran berhubungan dengan kelakuan,
dilahirkan kembali berhubungan dengan hayat (kehidupan). Menurut Nikodemus,
kemerosotan moral manusia dikarenakan kurang adanya pengajaran yang baik atau
pendidikan yang baik. Pandangannya dititikberatkan pada perubahan kelakuan. Ia tidak
nampak bahwa persoalan pokok pada diri manusia bukan terletak pada kelakuan, melainkan
pada hayat.
Misalnya, sebuah pohon menghasilkan buah yang tidak baik, pahit dan asam. Pohon
itu tidak mungkin diperbaiki dengan mengguntingi daun dan dahannya, memberi pupuk lebih
banyak, merawat dengan baik, lalu kita mengharapkan hasil buah yang baik dari pohon itu.
Kita tahu, kalau ini yang kita lakukan, pohon itu akan menghasilkan lebih banyak buah-buah
yang tidak baik. Masalahnya bukan perbaikan dan pemeliharaan di luar, melainkan
penggantian hayat yang di dalam. Ini tidak berarti bahwa perbaikan dan pemeliharaan tidak
diperlukan, tetapi itu adalah soal kedua. Yang pertama ialah hayatnya yang di dalam harus
diganti. Hayat yang semula adalah hayat yang hanya dapat menghasilkan buah yang tidak
baik; perbaikan dan pemeliharaan di luar mustahil mengubah sifat atau mutu hayat yang di
dalam. Perbaikan dan pemeliharan mungkin mengubah hasil buahnya sehingga terlihat lebih
bagus, tetapi rasa yang terkandung di dalam tetap tidak berubah; rupa di luarnya berubah,
tetapi rasa di dalam tidak berubah.
Teman yang terkasih! Pengajaran dan pendidikan paling banyak hanya mampu
mengubah kelakuan Anda di luar, mengubah kehidupan Anda secara lahir, dan sedikitpun
tidak akan mengubah hayat di dalam Anda. Pengajaran dan pendidikan bukan masalah utama;
masalah yang utama adalah hayat di dalam Anda yang perlu diganti. Itulah sebabnya Tuhan
Yesus berkata kepada Nikodemus, "dilahirkan kembali". Artinya Anda . . . perlu dilahirkan
kembali.
Kata-kata "dilahirkan kembali" ini sangat berarti. "Dilahirkan" berarti dilahirkan;
"kembali" berarti sekali lagi. Jadi, "dilahirkan kembali" berarti dilahirkan sekali lagi.
Mari kita renungkan sejenak, bila kita menghendaki pohon yang buahnya asam bisa
menghasilkan buah yang manis, cara apakah yang kita tempuh? Orang yang pernah
mengokulasi pohon mengetahui bahwa pohon yang buahnya asam itu harus dipotong di
tengah-tengah pokok batangnya dulu, kemudian batang pohon yang juga telah dipotong dari
pohon yang manis buahnya disambungkan padanya. Tak lama kemudian, pohon yang
diokulasi ini mulai berbunga dan berbuah. Saat itulah baru bisa menghasilkan buah yang
manis. Jadi, bila kita menghendaki pohon tadi tidak menghasilkan buah yang asam, caranya
bukan dengan perbaikan dan pemeliharaan di luar, tetapi hayat di dalamnya yang harus
diganti dengan hayat yang lain.
Nikodemus adalah seorang yang selalu memperbaiki diri sendiri. Ia merasa dirinya
kurang baik. Ia datang kepada Tuhan Yesus dan mohon Tuhan mengajarnya bagaimana
caranya memperbaiki diri sendiri sehingga baik dan luhur. Namun, Tuhan Yesus
memperlihatkan kepadanya bahwa yang ia perlukan bukanlah pengajaran di luar, melainkan
dilahirkan kembali, yaitu yang di dalam dilahirkan sekali lagi.
Teman, yang dititikberatkan kekristenan bukan masalah memperbaiki diri, tetapi
masalah dilahirkan kembali. Saya pernah bertemu dengan dua orang sahabat saya, mereka
berkata kepada saya bahwa agama itu hal yang baik, di dalamnya mengajar orang berbuat
baik, dan semua agama sama saja. Tetapi ketahuilah, kekristenan bukan menganjuri orang
untuk berbuat baik; sebaliknya, kekristenan memberi tahu bahwa manusia tidak mungkin
berbuat baik. Kekristenan memberi tahu bahwa Anda dan saya tidak mungkin berbuat baik.
Pohon semacam Anda dan saya ini tidak mungkin menghasilkan buah yang manis. Anda
boleh berminat dan berpikir ingin berbuat baik, namun Anda dan saya tidak mempunyai hayat
dan kekuatan untuk berbuat baik.
Teman, inginkah Anda berbuat baik? Berbuat baik tidak salah; tetapi Anda tidak
mempunyai kekuatan untuk melakukan itu. Hayat di dalam Anda sudah rusak, sehingga Anda
tidak mungkin dapat melakukannya. Mau berbuat baik, hayat di dalam harus diganti dengan
jalan dilahirkan kembali.
Banyak sekali orang ingin meniru teladan Kristus. Tetapi kalau tidak memiliki hayat
Kristus, mungkinkah serupa Kristus? Orang yang mau meniru teladan Kristus, harus terlebih
dulu mendapatkan hayat Kristus dengan dilahirkan sekali lagi. Hanya orang yang mempunyai
hayat Kristus yang bisa meniru teladan Kristus dan mengikuti-Nya.
Ada dua kelompok hewan, yang satu kelompok anak-anak ayam, yang lainnya anak-
anak itik. Pada suatu hari pemiliknya membawa dan menggembalakan mereka bersama-sama
ke suatu tempat. Begitu tiba di sebuah anak sungai, segera terlihat mereka memisahkan diri.
Anak-anak itik segera menceburkan diri ke dalam air dengan senangnya, sebaliknya anak-
anak ayam malah takut mendekati aliran air itu.
Hayat ayam takut akan air, sekalipun dipaksa mereka tetap tidak berani masuk ke
dalam air. Hayat itik senang akan air, bagaimanapun Anda mencegah, mereka tetap akan
berusaha masuk ke dalam air. Kesenangan itik akan air bukan dihasilkan karena pengajaran,
mereka tidak belajar dulu untuk menyenangi air. Ini adalah ciri-ciri dan sifat hayat mereka.
Sejak kecil Anda telah diajar oleh orang tua untuk tidak berbohong. Selanjutnya juga
ada para guru yang mengajar jangan berbohong. Namun seringkali Anda bisa berbohong
dengan sendirinya. Perbuatan bohong Anda itu bukan dihasilkan dari belajar terlebih dulu,
inilah ciri-ciri dan sifat hayat Anda.
Banyak dosa yang Anda perbuat tanpa terlebih dulu belajar di "sekolah kedosaan".
Siapakah yang baru bisa berbuat dosa setelah bersekolah dulu? Jangankan setelah belajar di
universitas kedosaan, bahkan tanpa sekolah dasar pun manusia sudah pandai berbuat dosa.
Berbuat dosa adalah ciri-ciri dan sifat hayat manusia.
Ketika Anda berusia 20 tahun, orang tua Anda mengajar dan menasihati Anda jangan
berbuat yang tidak baik, Anda harus menjaga diri baik-baik. Namun bagaimanakah hasilnya?
Ternyata Anda berteman dengan orang-orang yang tidak baik, tertarik pada pelesiran dan
tempat-tempat dosa. Keadaan ini cukup memperlihatkan kepada Anda, apakah hayat di dalam
Anda itu baik atau buruk. Kalau hayat di dalam Anda itu baik, mengapa kelakuan di luar
begitu buruk? Mengapa di luar menghasilkan buah yang asam?
Teman yang terkasih! Bagaimanakah dengan hayat Anda? Saya yakin kalau setiap
orang mau jujur, semua orang akan menundukkan kepala dan mengakui bahwa diri mereka
tidak baik! Lihatlah hayat Anda yang lampau, dan periksalah hayat Anda hari ini, Anda akan
tahu bahwa hayat yang di dalam Anda itu buruk. Mungkin ada yang ingin berkata, "Aku
bertemu dengan teman sekolah si anu, dialah yang mengajakku berbuat ini dan melakukan
itu." Jangan Anda menyalahkan orang lain. Kalau hayat di dalam Anda itu baik, mustahil
orang lain bisa mempengaruhi Anda. Masalah Anda bukanlah kelakuan yang di luar,
melainkan hayat yang di dalam. Keperluan Anda yang utama bukan perbaikan tingkah laku
yang di luar, melainkan penggantian hayat yang di dalam. Anda perlu dilahirkan kembali,
Anda perlu dilahirkan sekali lagi.
Lagi pula, suatu hayat tertentu hanya dapat memahami hal-hal yang terkandung dalam
dunia hayat tertentu saja. Binatang tidak mungkin memahami hal-hal manusia, sebab
binatang tidak mempunyai hayat manusia. Sebagai contoh, Anda mendidik seorang anak
kecil di taman kanak-kanak, tak lama kemudian, ia akan dapat membaca. Anda didik lagi
dalam sekolah dasar, ia juga bisa mengikuti pelajarannya. Tamat sekolah dasar, Anda didik
lagi dalam sekolah menengah, dan seterusnya, ia bisa mengatasi semuanya. Namun seekor
kera, bagaimanapun Anda didik, ia tidak akan dapat membaca. Jangankan peguruan tinggi,
sekolah dasar sekalipun tidaklah mungkin.
Meskipun kera memiliki rupa yang mirip manusia, ia tidak mungkin memahami hal-
hal manusia. Anda tidak mungkin mengajar kera memahami hal-hal manusia. Jika Anda
menginginkan kera memahami hal-hal manusia, kera itu harus diberi hayat manusia.
Begitu juga hayat manusia tidak mungkin memahami hal-hal Kerajaan Allah. Kita
juga tidak dapat mengajar orang-orang yang tidak memiliki hayat Allah untuk mengerti hal-
hal Kerajaan Allah. Betapapun banyaknya pengetahuan seseorang, atau berapa tinggi
pendidikannya, kalau ia tidak memiliki hayat Allah, bagaimanapun Anda mengajarnya, ia
tidak akan sanggup memahami hal-hal Kerajaan Allah. Bila seseorang hendak memahami
hal-hal Kerajaan Allah, ia harus memiliki hayat Allah, yaitu dengan jalan dilahirkan kembali.
Sebab itu Tuhan Yesus berkata, "Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat
Kerajaan Allah."
Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk mengajar, melainkan agar manusia
mendapatkan hayat-Nya. Ia datang ke dunia bukan untuk menjadi pengajar, melainkan
menjadi hayat manusia. Setelah manusia mendapatkan hayat, barulah pengajaran ada
gunanya. Maka pengajaran bukan keperluan utama, hayat itulah keperluan utama. Manusia
harus terlebih dulu mendapatkan hayat, harus dilahirkan kembali.
Sering kali orang-orang yang bermoral luhur dan berpengetahuan berpikir bahwa
orang-orang yang amoral dan tidak berpengetahuanlah yang perlu dilahirkan kembali.
Mereka yang bermoral luhur dan berpengetahuan tidak memerlukannya. Tetapi sebenarnya,
orang yang amoral perlu dilahirkan kembali, orang yang bermoral juga perlu dilahirkan
kembali. Orang yang tidak berpengetahuan perlu dilahirkan kembali, orang yang
berpengetahuan juga perlu dilahirkan kembali. Orang yang rusak moralnya memang tidak
memiliki hayat Allah sehingga tidak bisa memperhidupkan teladan Allah; tetapi orang yang
luhur pun tidak memiliki hayat Allah sehingga juga tidak bisa memperhidupkan teladan
Allah. Yang tidak berpengetahuan memang tidak memiliki hayat Allah sehingga tidak dapat
mengerti hal-hal Allah; orang yang berpengetahuan pun tidak memiliki hayat Allah sehingga
juga tidak dapat mengerti hal-hal Allah. Sebab itu, yang tidak berpengetahuan maupun yang
berpengetahuan, yang amoral maupun yang bermoral, semuanya memerlukan hayat Allah.
MAKNA DILAHIRKAN KEMBALI
Meskipun Nikodemus tahu arti kata "dilahirkan kembali", tetapi ia tidak tahu apa
maknanya. Kata "dilahirkan kembali" itu berarti dilahirkan sekali lagi, maka dia mengira
bahwa ia harus masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan sekali lagi. Sebenarnya
bukan demikian maknanya. Kalau demikian, ia tetap dari daging, tetap juga hayat manusia.
Boleh jadi Nikodemus mengira orang yang sudah lanjut umurnya itu sudah rusak,
banyak liku-likunya. Jika bisa masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan sekali
lagi, akan menjadi bayi dan menjadi orang baru. Siapa tahu, sekalipun bisa kembali ke dalam
rahim ibu dan dilahirkan sekali lagi, ia tetap adalah daging, mengandung benih kebobrokan
dengan seluk beluknya, setelah lewat beberapa tahun, niscaya kembali rusak dan jahat.
Dilahirkan kembali bukan berarti kembali masuk ke dalam rahim ibu dan dilahirkan
sekali lagi, melainkan "dilahirkan kembali dari Roh Kudus". Yang dilahirkan dari Roh Kudus,
adalah Roh dan hayat Allah. Jadi, dilahirkan kembali ialah selain memiliki hayatnya sendiri,
manusia juga mendapatkan hayat Allah, Roh Allah masuk ke dalam diri manusia, menaruh
hayat Allah ke dalam diri manusia. Inilah hayat rohani. Tidak terlihat oleh mata jasmani,
tidak teraba oleh tangan jasmani, namun bisa diketahui. Karena itu Tuhan Yesus berkata
bahwa hayat yang dilahirkan oleh Roh Kudus ini seolah-olah seperti angin.
BAGAIMANA DILAHIRKAN KEMBALI?
Setelah Nikodemus tahu bahwa dilahirkan kembali adalah dilahirkan dari Roh Kudus,
ia segera bertanya kepada Tuhan Yesus, "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
Maksudnya, bagaimanakah cara dilahirkan kembali? Bagaimanakah baru bisa mendapatkan
hayat Allah?
Jawab Tuhan Yesus kepadanya, "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang
gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." Jawaban ini memperlihatkan kepada kita, bila
manusia ingin dilahirkan kembali, maka harus terjadi dua hal:
Pertama: Tuhan Yesus harus ditinggikan, yaitu dipaku di atas salib. Sebagaimana ular
ditinggikan di padang gurun untuk menggantikan bani Israel menerima hukuman Allah agar
mereka yang seharusnya mati, boleh dihidupkan kembali; demikian juga Tuhan Yesus harus
ditinggikan di atas salib untuk menggantikan kita yang berdosa menerima hukuman Allah,
agar kita dilahirkan kembali dan mendapatkan hayat Allah.
Kedua: Kita harus percaya kepada Tuhan Yesus yang ditinggikan di atas salib, yang
menerima hukuman dosa bagi kita. Kita harus mengaku bahwa kita ini berdosa, berdosa
kepada Allah, dosa kita telah ditetapkan di hadapan Allah dan kita patut menerima mati.
Karena itu, kita harus percaya bahwa Tuhan Yesus telah disalibkan untuk mengangkut semua
dosa kita, menerima hukuman Allah Yang maha adil bagi kita, barulah kita bisa diampuni dan
dilahirkan kembali.
Begitu Anda mengakui bahwa diri sendiri telah rusak, tidak mungkin berubah menjadi
baik, dan Anda merendahkan diri di hadirat Allah mengaku dosa Anda, menyambut Tuhan
Yesus ke dalam hati Anda sebagai Juruselamat, niscaya Roh Allah akan masuk ke dalam
Anda dan menaruh hayat Allah di dalam Anda. Begitu Anda membuka hati Anda, menerima
Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, segera Roh Allah masuk ke dalam diri Anda dan Anda
mendapatkan hayat Allah.
Hal ini dapat kita umpamakan dengan lampu listrik. Semula, lampu itu tidak menyala,
begitu saya tekan tombol listriknya, segera arus listrik masuk ke dalamnya dan ia berpijar
terang. Begitu kita membuka hati kita, segera Roh Kudus masuk ke dalam kita, sehingga kita
memperoleh hayat Allah.
Mungkin ada yang akan mengatakan bahwa hayat Allah yang sedemikian itu bisa
masuk ke dalam kita rasanya terlalu mengada-ada. Mungkin pula ada yang menganggap ini
takhayul. Namun, teman yang terkasih, hal ini sangat riil dan benar. Semua orang tahu akan
pesawat radio. Seandainya dua ratus tahun yang lalu ada orang yang mengatakan bahwa ada
orang yang berbicara di Amerika bisa didengar di Indonesia, sudah tentu akan dikatakan
takhayul dan bohong. Tetapi hari ini, kita semua tahu betapa riilnya ini. Asalkan Anda
membuka pesawat radio Anda, menyesuaikan gelombangnya, segera gelombang radio yang
diinginkan masuk dan radio segera berbunyi.
Bila seseorang dengan sungguh hati bertobat, dari lubuk batin berseru kepada Tuhan,
membuka dirinya kepada Tuhan, menerima Tuhan sebagai Juruselamatnya, seolah di
dalamnya ada sebuah radio, dan Roh Kudus adalah gelombang radionya yang segera masuk
ke dalamnya, sehingga di dalamnya mendapatkan hayat Tuhan Yesus, yaitu hayat Allah.
Kita pun tahu, kalau ingin berhubungan dengan atau merasakan sesuatu hal, haruslah
dengan cara yang tepat atau dengan alat yang sesuai. Jika salah cara atau salah alat, tidak
mungkin berhasil. Misalnya, suara harus ditangkap dengan alat pendengar (telinga); bau
dirasakan oleh alat pencium (hidung); udara dirasakan oleh alat pernafasan; dan seterusnya.
Demikian juga jika kita ingin berhubungan dengan Allah, ingin mendapatkan hayat
Allah, juga harus dengan cara dan alat yang tepat. Allah itu Roh. Jika kita ingin berhubungan
dengan menggunakan pikiran dan cara berpikir kita, selamanya kita tidak mungkin dapat
berhubungan dengan Allah, dan tidak mungkin kita mendapatkan hayat-Nya. Bahkan
semakin Anda berpikir, akan semakin merasa tidak ada Allah; semakin berpikir, semakin
merasa bahwa hayat Allah itu khayal belaka. Allah itu Roh, hayat Allah itu rohani. Jika kita
ingin bersentuhan dengan Dia, ingin memperoleh hayat-Nya, harus dengan hati dan roh
percaya, berseru kepada-Nya. Allah dan hayat-Nya tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani
kita, juga tidak dapat kita raba dengan tangan jasmani kita, namun dapat dirasakan dengan
roh hati kita. Asal mau menurut perasaan di dalam Anda dan mengaku dosa di hadapan-Nya,
berseru kepada Tuhan Yesus, percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat Anda,
pasti Anda akan bersentuhan dengan Allah dan memperoleh hayat Allah. Begitu hayat Allah
masuk, Anda dilahirkan kembali.
AKIBAT DILAHIRKAN KEMBALI
Setelah seseorang dilahirkan kembali, ia segera memiliki hayat Allah. Pada dirinya sedikitnya
ada empat akibat:
1. Ada perubahan hayat di dalam dirinya. Hayat manusia itu bobrok; hayat Allah itu
sempurna. Begitu hayat Allah masuk, pasti di dalamnya timbul suatu perubahan yang
membuatnya berbuah baik. Kita ini pohon yang berbuah asam, begitu disambung
dengan hayat Allah yang manis, pasti di dalam timbul perubahan yang manis,
sehingga menghasilkan buah yang manis.
2. Bisa memahami hal-hal rohani. Pemahaman ini bukan secara pengetahuan, melainkan
hayat; bukan pada otak, melainkan terasa di dalam roh. Seseorang yang telah
dilahirkan kembali, sering kali merasakan hal-hal Allah di dalam rohnya meskipun
hal-hal itu tidak dapat dimengerti oleh otaknya.
3. Mempunyai bagian dalam Kerajaan Allah. Hanya orang yang telah dilahirkan kembali
yang dapat memahami hal Kerajaan Allah. Maka, hanya orang yang telah dilahirkan
kembali yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Orang yang telah dilahirkan
kembali, hari itu juga sudah di dalam roh berada di dalam Kerajaan Allah, dan kelak
akan masuk seluruhnya ke dalam Kerajaan Allah.
4. Tidak akan binasa selama-lamanya. Karena ia sudah memiliki hayat Allah, dan hayat
Allah itu kekal, maka ia juga akan hidup kekal dan tidak akan binasa selama-lamanya.
Teman yang terkasih! Yang diperlukan oleh orang luhur adalah dilahirkan kembali,
mendapatkan hayat Allah. Hari ini, siapa yang belum dilahirkan kembali dan belum
memperoleh hayat Allah, percayalah segera kepada Tuhan Yesus, berdoa dengan sungguh hati
menyambut Tuhan Yesus masuk menjadi Juruselamat Anda.

Anda mungkin juga menyukai