Anda di halaman 1dari 30

RINGKASAN

SEJARAH BANGSA ISRAEL

OLEH :

KESY PRISCEIN YUDIONO (17.23.0471)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI STAR’S LUB
TAHUN 2023
A. PARA BAPA LELUHUR BANGSA ISRAEL
(Kejadian 11 : 27 – 50 : 26)

Gambaran Alkitab :
Zaman Bapak-bapak leluhur meliputi masa hidup Abraham, Ishak dan Yakub (antara 1900
dan 1600 sM),
a. Abraham
Abraham berasal dari kota Ur-Kasdim. Ia dipanggil untuk meninggalkan negerinya, sanak
saudaranya, dan rumah orang tuanya untuk pergi ke negeri yang akan diperintahkan kepadanya.
Ia menjadi musafir, orang asing dan pendatang. Dalam perjalanan itu di mana pun ia berhenti,
ia melakukan tiga hal: mendirikan tenda, mendirikan mezbah serta memanggil nama Tuhan,
dan menggali sumur untuk mencari udara. Semua hal ini menjadi ciri khas manusia yang hidup
dan berjalan dengan Allah: selalu maju dan siap ikut Tuhan, hidup dalam penyembahan, doa
dan mencari sumber air kehidupan. Allah berjanji-angsur menyatakan perjanjian kepada
Abraham. Perjanjian itu diteguhkan melalui berbagai pengalaman selama bertahun-tahun.
Waktu Abraham meninggalkan Ur-Kasdim, ia diberikan berkat, keturunan dan negeri. Semua
bangsa di bumi akan disebabkan oleh sebab keturunannya (Kejadian12:1-3). Berdasarkan
perjanjian itu Abraham berangkat dan mulai berjalan dengan “tidak mengetahui tempat yang
ia tujui.” (Ibrani 11:8-10). Abraham membawa kemenakannya Lot dalam perjalanannya.
Namun hal ini menimbulkan banyak persoalan, dan karena pertanda antara gembala mereka
yang mengurus ternak-ternak yang dibawa, terpaksa mereka pun berpisah, dan setelah itu
Tuhan menyuruh Abraham mengarahkan pandangan matanya melihat seluruh negeri. Tuhan
janji ia akan memiliki seluruh tanah itu dan keturunannya akan menjadi seperti debu tanah
banyaknya (Kejadian13:14-17). Lot memilih tinggal di Sodom, namun Lot dan keluarganya
ditangkap dan ditawan. Abraham turun dan bertekad untuk memerdekakannya. Sesudah perang
itu, perjanjian berkat diteguhkan oleh perjumpaannya dengan Melkisedek, dengan pemberian
perpuluhan dan penerimaan roti dan anggur oleh Abraham (Kejadian14:18-20). Dan setelah itu
Abraham mengadakan korban dan Tuhan menyatakan dirinya dengan perapian yang berasap
lewat di antara potongan-potongan daging korban itu sebagai tanda Allah sendiri meneguhkan
perjanjian dengan sumpah demi dirinya sendiri (Ibrani 6:13-14). Tuhan berjanji keturunan
Abraham akan seperti bintang di langit (Kejadian 15:1-21). Pada saat Abraham berumur 99
tahun, Tuhan menampakkan diri kepada Abraham sekali lagi, dengan janji bahwa keturunannya
akan menjadi banyak bangsa, dan dari keturunannya-lah akan berasal raja-raja, juga mengenai
Kanaan yang akan menjadi miliknya selama-lamanya. Sebagai tanda dan meterai perjanjian itu
Abraham dan seluruh keturunannya harus disunat (Kejadian 17:1-27). Abraham harus sabar
menunggu. Hanya waktu ia sudah berumur 100 tahun dan Sara istrinya sudah 90 tahun di mana
Sara sudah melewati masa subur untuk seorang wanita dapat mengandung anak, barulah janji
Allah digenapi dan Ishak lahir. Tuhan sendiri turun dalam bentuk manusia untuk mengunjungi
Abraham dan Sara dengan memberitahukan mereka berdua tentang waktu kelahiran Ishak
(Kejadian18:1-21). Pada waktu yang sama Abraham diberitahu tentang kehancuran yang akan
datang atas Sodom. Abraham berdoa syafaat bagi Sodom karena Lot tinggal di Sodom
(Kejadian 18:22-33). Abraham pun berkomunikasi dan mengajukan beberapa permintaan
kepada Tuhan mengenai orang-orang di kota itu, tetapi pada akhirnya karena tidak ada sampai
sepuluh orang benar di sana, perintah Allah harus dilaksanakan sampai Sodom binasa dan Lot
lari dengan dua anaknya tetapi istri Lot menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang.
Banyak kehilangan segala sesuatu. (Kejadian19). Setelah Ishak semakin bertumbuh besar,
iman Abraham mencobai dan ia disuruh menyumbangkan Ishak anaknya. Abraham taat, dan
Allah melihat bukti iman Abraham dengan menyediakan seekor anak domba ganti Ishak dan
sekali lagi Allah meneguhkan perjanjian dengan janji berkat dan keturunan yang banyak
kepada Abraham(Kejadian22:15-18). Allah memberi janji-Nya dengan sumpah oleh diri-Nya.
Dari pihak Abraham ada iman. Dia diperbolehkan karena iman bukan karena perbuatan
(Kejadian 15:16). Abraham memiliki janji Allah melalui iman dan kesabaran (Ibrani 6:12).
Dalam hal ini, ia menjadi contoh dan teladan bagi kita. Namun Abraham melakukan beberapa
hal yang menunjukkan kelemahannya. Ia pergi ke Mesir saat masa kelaparan dan menyuruh
Sara mengatakan kalau Sara adalah adiknya, bukan istrinya (Kejadian13:10-20). Ia melakukan
hal yang sama saat bertemu dengan Abimelekh. (Kejadian 20:1-18). Abraham juga tunduk
kepada usulan Sara untuk mengambil Hagar dalam sebuah usaha ‘membantu Tuhan’
menggenapi janji-Nya (Kejadian 16). Hasilnya adalah Ismael, seorang anak yang dicintai
Abraham tetapi yang akhirnya harus diusir dari rumah. (Kejadian 21:9-21). Semua pahlawan
iman juga ada kegagalannya, namun mereka akhirnya menang karena mereka tetap percaya
kepada anugerah Tuhan dan dengan tekun terus berpegang teguh pada janji-Nya.
b. Ishak
Ishak disebut “anak yang tunggal”. Ini menjadi kiasan dan bayangan Yesus sebagai Anak
Allah yang tunggal. Ishak lahir secara mukjizat waktu ibunya berumur 90 tahun dan ayahnya
100 tahun. (Kejadian 21:1-7). Abraham mencintai anaknya seperti Bapa mencintai Anak-Nya
yang tunggal. Ishak harus pikul kayu seperti Yesus memikul salib. Perjalanannya tiga hari
menuju tempat korban persembahannya, seperti Yesus mati tiga hari. Ishak diikat di mezbah
korban bakaran seperti Yesus diikat di salib. Dalam kiasan Ishak bangkit, sebagaimana Yesus
bangkit dari kematian (Kejadian 22; Ibrani 11:17-19). Juga dalam pencarian isteri untuk Ishak
ada banyak kiasan. Hamba Abraham mencari pengantin untuk Ishak seperti Roh Kudus bekerja
untuk menemukan dan mempersiapkan pengantin bagi Kristus. Calon pengantin Ishak yaitu
Ribkah, ditemukan di sumur, tempat sumber air. Hal itu menggambarkan sumur keselamatan,
tempat orang haus mencari Tuhan. Ribkah harus melewati percobaan, harus rela berkorban
demi menyenangkan Tuhan. Ia harus rela meninggalkan keluarganya untuk mengikut hamba
itu, seperti kita juga harus rela ikut Tuhan. Ia diberi hadiah-hadiah dari hamba itu, seperti Roh
Kudus memberi karunia kepada kita (Kejadian 24).
c. Yakub
Kejadian 25-36 Ishak dan Ribkah melahirkan dua anak kembar yaitu Esau dan Yakub. Esau
memiliki hak sulung tetapi ia menjualnya untuk mendapat sedikit sup kacang merah. Dia
menjadi gambaran dan bayangan orang yang hidup menurut daging, yaitu hawa nafsu. Esau
tidak menghargai hak kesulungannya. Ia menganggap ringan dan menghina warisan dan
perjanjian Allah dan akibatnya ia kehilangan haknya. Yakub menggambarkan orang rohani
yang menghargai hak kesulungan. Sekalipun ia menipu saudaranya, hatinya merindukan
Tuhan. Karena itu ia disiplin dan dibentuk oleh pengalaman hidupnya. Ia harus lari
meninggalkan rumahnya demi menghindari kemarahan Esau (Kejadian 25:21-34). Tuhan
menemukan Yakub di Sirih, di tempat inilah ia menerima visi tentang tangga yang naik ke
sorga dan malaikat naik turun. Inilah gambaran tubuh Kristus, rumah Allah (Yohanes 1:51). Di
situlah perjanjian yang diadakan oleh Tuhan dengan Abraham dan Ishak diteguhkan juga
kepada Yakub. Tiga bapa tersebut masing-masing secara pribadi mengalami perjumpaan
dengan Tuhan. (Kejadian 28). Yakub kemudian bertemu Rahel di sumur dan Yakub jatuh cinta
dan hendak menikah dengan Rahel. Namun Yakub harus bekerja tujuh tahun untuk dapat
menikah dengan Rahel, tetapi sebagaimana ia sudah menipu ayahnya, ia juga ditipu oleh ayah
Rahel. Ketika seharusnya Ia menikah dengan Rahel, ternyata bukan Rahel yang menjadi
istrinya, namun ia mendapati Lea kakak Rahel yang diserahkan oleh mertuanya untuk menjadi
istri Yakub. Selanjutnya ia harus bekerja tujuh tahun lagi untuk Rahel. Untuk mendapatkan
upah, yaitu kawanan domba dan kambing, ia harus bekerja tujuh tahun lagi dan ternyata sekali
lagi ia ditipu oleh Laban, mertuanya, Laban mengubahkan gajinya sepuluh kali. Yang menipu
sudah ditipu! Kita menuai apa yang ditabur!(Kejadian 29-31). Yakub mendapat dua belas anak
yang menjadi bapa dari dua belas suku Israel. Ada multiplikasi yang mulai terjadi. Dasar telah
diletakkan untuk membentuk bangsa (Kejadian 29:31-35 dan Kejadian 30:1-24). Melalui
semua pengalaman hidupnya, karakter Yakub terbentuk. Yakub bertemu dengan Tuhan dan
bergumul dengan malaikat Tuhan dan namanya diubah dari Yakub (artinya: ‘penipu’) menjadi
Israel (berkuasa sebagai raja di hadapan Allah)(Kejadian 32:28). Yakub juga harus kembali ke
Sirih di mana Tuhan sekali lagi meneguhkan perjanjiannya (Kejadian 35).
Dari Kejadian 11, Pentateuch fokus pada satu negara, Israel. Kejadian 11–50 menceritakan
kisah nenek moyang Israel—Abraham, Ishak, dan Yakub, istri dan selir mereka, serta anak-
anak mereka. Segmen terbesar menggambarkan karier putra Yakub, Yusuf.
Keluarga Terah, salah satu keturunan putra Nuh yang saleh, Sem, bermigrasi dari Ur di
selatan Mesopotamia ke Harran, jauh di utara wilayah itu. Putra Terah, Abram, diperintahkan
Tuhan untuk meninggalkan Harran dan pergi ke Kanaan—tanah yang Tuhan janjikan akan
diberikan kepada keturunan Abram. Abram melakukan perjalanan ke Kanaan bersama istrinya
Sarai, dan keponakannya, Lot, dan membangun mezbah bagi Tuhan di kota Sikhem. Saat
kelaparan, keluarga tersebut pergi ke Mesir untuk mencari makanan. Di sana, untuk
menyelamatkan nyawanya sendiri, Abram menyerahkan Sarai sebagai saudara perempuannya.
Ketika Firaun membawa ke haremnya, Tuhan turun tangan dengan memukul rumah tangga
Firaun, dan Abram serta Sarai kembali ke Kanaan. Banyak yang kurang beruntung ditangkap
oleh koloni-raja asing. Keponakan tawanan diselamatkan oleh Abram, yang kemudian
menerima berkat dari Melkisedek, raja Salem (Yerusalem).Abram mendapat mimpi atau
penglihatan tentang Tuhan yang melewati potongan-potongan hewan kurban (Kejadian 15:17;
pada zaman dahulu, orang biasanya membelah seekor hewan menjadi dua dan berjalan melalui
bagian-bagian tersebut untuk menandatangani kontrak). Dia menerima janji ilahi tentang tanah
Kanaan untuk keturunannya, yang kemudian ditegaskan. Nama Abram dibutuhkan menjadi
Abraham, dijelaskan sebagai “bapak banyak bangsa,” dan Sarai menjadi Sarah (“putri”). Atas
perintah Tuhan, Abraham kini menjalani ritual sunat sebagai tanda perjanjian. Hal ini harus
dilakukan pada semua keturunan laki-lakinya. Abram mendapat mimpi atau penglihatan
tentang Tuhan yang melewati potongan-potongan hewan kurban (Kejadian 15:17; pada zaman
dahulu, orang biasanya membelah seekor hewan menjadi dua dan berjalan melalui bagian-
bagian tersebut untuk menandatangani kontrak). Dia menerima janji ilahi tentang tanah Kanaan
untuk keturunannya, yang kemudian ditegaskan. Nama Abram dibutuhkan menjadi Abraham,
dijelaskan sebagai “bapak banyak bangsa,” dan Sarai menjadi Sarah (“putri”). Atas perintah
Tuhan, Abraham kini menjalani ritual sunat sebagai tanda perjanjian. Hal ini harus dilakukan
pada semua keturunan laki-lakinya. Sarah sudah tua dan tidak memiliki anak dan menawarkan
Abraham budaknya Hagar. Namun saat Hagar hamil, dia memperlakukan Sarah dengan tidak
hormat, sehingga Sarah membujuk Abraham untuk mengusir Hagar. Di padang pasir, malaikat
menyelamatkan Hagar dan menyuruhnya kembali. Hagar melahirkan seorang anak yang
dinamakan Ismail.
Cerita kini beralih ke nasib keponakan Abraham, Lot, yang menetap di Sodom, sebuah kota
yang, bersama tetangganya Gomora, terkenal karena kejahatannya. Tuhan memutuskan untuk
menghancurkan kedua tempat tersebut. Kembali ke tempat tinggal Abraham, tiga pria
(sebenarnya, malaikat) muncul. Abraham memperlakukan mereka dengan sangat ramah, dan
para tamu berspekulasi bahwa Sarah (kini berusia 90 tahun!) akan melahirkan seorang putra.
Tetapi Sarah tertawa. Ketika salah satu dari orang-orang itu menyatakan dirinya sebagai Tuhan
dan menyatakan akan terjadi pembakaran di kedua kota tersebut, Abraham berdebat
dengannya, memohon agar kota-kota yang jahat dihindarkan jika hanya sepuluh orang benar
yang dapat ditemukan. Namun di Sodom, penduduk melingkupi rumah Lot dan menuntut agar
ia mengantarkan tamu-tamunya kepada mereka karena dosa sodomi. Banyak yang
diperintahkan untuk melarikan diri bersama keluarganya dan tidak menoleh ke belakang ketika
api dan belerang dari surga menghanguskan kota-kota. Menentang perintah tersebut, istrinya
menoleh ke belakang dan berubah menjadi tiang garam. Seperti yang diperkirakan, Sarah yang
sudah lanjut usia melahirkan seorang putra, yang dia beri nama Ishak (artinya “Tertawa”).
Beberapa tahun kemudian Sarah melihat Ismael, putra Hagar, dan membujuk Abraham untuk
mengusir Hagar lagi, kali ini dengan putranya. Mereka diselamatkan di padang pasir oleh
seorang malaikat, yang menjanjikan kemakmuran, meski agak sulit diatur, bagi Ismael. Tuhan
memutuskan untuk menguji iman Abraham dengan memerintahkan dia untuk mengorbankan
putranya yang tersisa, Ishak dan Ambraham taat, Abraham mengikat Ishak untuk melakukan
pengorbanan, namun seorang malaikat menahan tangannya. Abraham malah mengorbankan
seekor domba jantan yang dia temukan terjerat di semak-semak. Tuhan berjanji bahwa
keturunan Abraham akan memberikan persembahan di tempat pengikatan Ishak, yang
kemudian diidentikkan dengan Temple Mount di Yerusalem.
Setelah Sarah meninggal, Abraham membeli gua Makhpela di Hebron sebagai tempat
pemakaman. Dia kemudian mengatur seorang istri untuk Ishak dengan mengirim pelayan
kepercayaannya, Eliezer, kembali ke keluarga Abraham di Harran. Di sana Eliezer bertemu
Rebecca, saudara perempuan Laban yang cerdik, dan dia setuju untuk menikahi Ishak. Dia
melahirkan anak kembar, Esau yang pembohong dan berbulu, serta Yakub yang halus dan licik
(berarti “Trik”). Rebecca membujuk Yakub untuk menipu Ishak yang tua dan buta dengan
mencuri berkat orang tua yang akan mengkonfirmasi transfer warisan dari Esau yang lebih tua
ke Yakub yang lebih muda (Esau, yang kelaparan, telah menjual hak kesulungannya kepada
Yakub untuk memuat sup). Untuk menghindari murka Esau, Yakub melarikan diri ke Harran.
Dalam perjalanan, di Sirih, dia mendapat penglihatan tentang malaikat yang naik dan turun
jalan (“tangga”) menuju tempat tinggal surga Tuhan. Dia berdoa memohon perlindungan ilahi
untuk membawanya kembali ke rumah dengan selamat. Di Harran dia jatuh cinta dengan
Rachel, putri bungsu Laban, dan setuju untuk bekerja tujuh tahun untuknya. Namun pada
malam pernikahan, pamannya yang licik menggantikan Leah, putri sulung yang sampai
sekarang belum bisa menikah. Agar bisa menikahi Rahel juga, Yakub bekerja untuk Laban
selama tujuh tahun lagi. Setelah itu Yakub kembali ke Kanaan dan berdamai dengan Esau yang
murah hati dan pemaaf. Pada titik inilah Yakub menjadi penerima janji ilahi yang awalnya
diberikan kepada Abraham. Setelah pergumulan di malam hari dengan orang asing misterius,
yang bisa berupa malaikat atau Tuhan sendiri, Yakub menang, meskipun dia timpang dalam
proses. Dia menerima nama tambahan Israel (“Bergulat dengan Tuhan” atau “Pegulat Ilahi”).
Saat ini, keluarga Yakub telah berkembang menjadi 12 orang putra yang akan menjadi nenek
moyang suku Israel. Dua dari mereka, Simeon dan Lewi, membantai penduduk kota Sikhem
setelah putra pemimpinnya memperkosa saudara perempuan mereka, Dinah. Ketika Yakub
bertambah tua, dia diserahkan ke tangan anak yang angkuh, Yusuf, dan menjadi istri
kesayangannya, Rahel. Semakin Yakub menyayanginya, semakin besar kebencian pula
saudara-saudaranya terhadapnya. Akhirnya mereka menyergapnya dan menjualnya sebagai
budak di Mesir. Di sana ia melayani Potifar, salah satu perwira utama Firaun, sampai ia
menolak rayuan istri majikannya. Dia menuduhnya melakukan kejahatan, di mana Yusuf
dijebloskan ke penjara. Yusuf yang dipenjarakan dengan benar menafsirkan mimpi dua pejabat
Firaun, dan ketika masalah ini menjadi perhatian Firaun, dia meminta Yusuf untuk menafsirkan
mimpi kerajaannya. Yusuf meramalkan datangnya kemakmuran yang diikuti oleh kelaparan
parah. Pada titik ini, Firaun menjadikan Yusuf sebagai kepala pejabat, atau wazir, yang
memungkinkan dia mengumpulkan perbekalan dan mengelola tanah. Bencana kelaparan yang
dapat diprediksi akan melanda Mesir. Ketika penyakit itu menyebar ke Kanaan, saudara-
saudara Yusuf melakukan perjalanan ke Mesir untuk mencari makanan. Mereka berfoto di
hadapan orang Mesir yang jauh dan anggun yang tidak mereka anggap sebagai saudara mereka
yang dirugikan. Untuk sementara, Yusuf mempermainkan mereka, menuduh mereka sebagai
mata-mata. Namun ketika dia melihat betapa menyesalinya mereka, dia diliputi rasa belas
kasihan terhadap mereka dan kerinduan terhadap ayahnya, lalu mengungkapkan dirinya kepada
mereka. Dia mengundang Yakub dan seluruh klannya yang berjumlah 70 orang untuk pindah
ke Gosyen, provinsi pinggiran di Delta Nil. Kejadian berakhir dengan kematian Yakub dan
Yusuf.

B. MUSA DAN PENGELUARAN BANGSA ISRAEL DARI MESIR


(Keluaran 2 : 1 - 15 : 21)

Terungkap dengan gambaran pesatnya peningkatan keturunan Yakub, yang segera


berkembang menjadi bangsa Israel. Firaun baru memperbudak mereka dalam upaya untuk
mengendalikan mereka, tetapi ketika mereka terus berkerumun, dia memerintahkan agar semua
laki-laki yang lahir dari orang Ibrani dibuang ke Sungai Nil. Untuk menyelamatkan seorang
anak, seorang wanita “Ibrani” (digunakan sebagai sinonim untuk orang Israel) mengirimnya
melintasi Sungai Nil dengan perahu buluh kecil. Dia diselamatkan oleh putri Firaun, yang
menariknya dari sungai dan memberinya nama Musa yang berarti (“ditarik,” atau dalam bahasa
Mesir “anak”). Dia tumbuh sebagai seorang pangeran Mesir tetapi menyadari latar belakang
Ibraninya sehingga dia bisa membunuh seorang Mesir yang dia lihat memukuli beberapa budak
Ibrani (para budak, secara khas, tidak tahu berterima kasih). Sekarang sebagai buronan, Musa
melarikan diri ke gurun Midian, di mana dia menikahi putri pendeta setempat, Yitro, dan
menjadi seorang gembala. Suatu hari dia sedang memimpin kawanannya, ketika dia menerima
wahyu ilahi di “Gunung Tuhan”. Tuhan tampil sebagai semak gurun yang menyala-nyala
namun tidak dapat dimakan dan, dengan susah payah, menugaskan Musa yang tidak bisa
berkata-kata untuk menggembalakan manusia dan bukannya domba. Dengan bantuan saudara
lelakinya yang fasih, Harun, Musa harus kembali ke Mesir dan memimpin bangsa Israel ke
sebuah gunung tertentu—gunung wahyu. Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh, sebuah
nama yang etimologinya tidak pasti, yang dalam konteks narasinya, didefinisikan sebagai “Dia
Akan Bersama (Musa dan Israel).”Ketika Firaun menolak untuk mengindahkan perintah ilahi
untuk membiarkan orang Israel pergi, sepuluh malapetaka menimpa orang Mesir, tetapi pada
tulah yang ke satu sampai ke sembilan, Firaun tetap mengeraskan hati, hingga yang terjadi pada
kematian semua anak sulung di Mesir, Bangsa Israel memulaskan darah domba yang
disembelih pada tiang pintu rumah mereka, sebuah tanda kepada “Penghancur” untuk
“melewati” rumah-rumah mereka dan mengampuni anak sulung mereka. Di sini disisipkan
hukum-hukum rinci mengenai perayaan Paskah, atau Roti Tidak Beragi, yang kemudian
terjadi. Setelah 400 tahun permanen (dalam tradisi Alkitab lainnya, empat generasi), bangsa
Israel keluar (“eksodus”) dari Mesir, membawa serta mumi Yusuf dan sejumlah barang jarahan.
Namun tak lama kemudian, Firaun menyimpulkan karena telah memerdekakan bangsa Israel.
Dia mengejar mereka dan tenggelam bersama pasukannya ketika Laut Teberau, yang secara
ajaib telah terbelah sehingga bangsa Israel dapat melewatinya, tiba-tiba tersapu kembali ke
tepiannya. Di padang gurun, bangsa Israel memulai tradisi panjang bersungut-sungut. Tuhan
menyediakan air dan makanan dalam bentuk manna, kerak putih yang menurut tradisi
kemudian, rasanya sesuai keinginan seseorang. Belakangan, masyarakat bosan dengan
vegetarianisme abadi dan tuntutan daging, sehingga kawanan burung puyuh yang ajaib datang
untuk mengenyangkan mereka hingga mencapai titik terendah. Yitro, ayah mertua Musa
muncul di berkemah orang Israel, melihat bahwa Musa terlalu banyak bekerja, dan
menyarankan agar ia berbagi beban kekuasaan. Namun nasihat bijaknya segera dibayangi oleh
wahyu besar di “Gunung Tuhan,” bernama Sinai (dalam tradisi Alkitab lainnya, Horeb). Inilah
gunung wahyu (Keluaran 19 dan 20).Dari Bab 19 Kitab Keluaran hingga sisa kitab itu, seluruh
kitab Imamah, dan sepuluh pasal pertama kitab Bilangan, narasinya menceritakan wahyu Sinai.
Sebagian besar teks ini terdiri dari hukum rinci, sipil dan konsekuensi. Dalam balutan badai
yang berputar-putar, Tuhan turun ke Sinai dan orang-orang mendengar Sepuluh Perintah Allah
yang menggelegar . Karena ketakutan, mereka menuntut Musa untuk selanjutnya bertindak
sebagai mediator dan menerima wahyu ilahi secara langsung. Dia mendaki gunung, menerima
kumpulan hukum, kembali, dan membacakannya kepada orang-orang, yang bersedia dan
setuju untuk membuat perjanjian, atau kontrak, dengan Tuhan mereka. Sekali lagi mendaki
gunung, Musa menerima cetak biru rinci untuk pendirian tabernakel, tempat suci Kehadiran
Ilahi di tengah-tengah umat. Ini terdiri dari tenda yang rumit namun portabel, dengan segala
perlengkapan ritualnya. Musa menghabiskan 40 hari menerima wahyu kultus ini pada dua loh
batu perjanjian. Sementara itu, orang-orang, karena ketakutan dan kegelisahan, membujuk
Harun untuk melebur barang rampasan Mesir menjadi patung anak lembu emas, yang mereka
nyatakan sebagai Tuhan yang memimpin mereka dari Mesir. Musa kembali, dan, dengan
marah, menghancurkan loh perjanjian. Dia melanjutkan dengan menggambar orang-orang
yang murtad, menjadi perantara bagi orang-orang lainnya di hadapan Tuhan yang murka, dan
berjalan dengan susah payah kembali ke atas gunung untuk membuat ulang loh-loh perjanjian
(yang pada akhirnya akan Ditempatkan di bagian paling suci dari tabernakel—tabut, kotak
suci). Tabernakel yang diperintahkan secara ilahi dibangun dan Kehadiran (disebut
“Kemuliaan”) Tuhan turun di tempat suci yang telah selesai dibangun. Demikianlah
berakhirnya Keluaran.

C. PENUNDUKAN DAN PENDUDUKAN TANAH KANAAN


( Yosua, Hakim – Hakim, dan 1 Samuel 1 – 7)

Setelah kematian Musa, Yosua, karena sebelumnya telah ditunjuk sebagai pengganti Musa,
menerima perintah dari Allah untuk menyeberangi Sungai Yordan. Dalam melaksanakan
perintah ini, Yosua mengeluarkan perintah kepada para tua-tua suku untuk menyeberangi
Sungai Yordan. Ia juga mengingatkan suku Ruben, suku Gad, dan setengah dari suku Manasye
tentang janji yang mereka telah berikan kepada Musa untuk menolong saudara-saudara mereka.
Peristiwa-peristiwa penting yang ada di dalam kitab ini antara lain: penyeberangan Sungai
Yordan, jatuhnya Yerikho, pertempuran di Ai, dan pengukuhan kembali perjanjian antara Allah
dengan umat-Nya.
Salah satu petikan terkenal dari kitab ini ialah:
“ Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari
ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di
seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan
seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN! ”
— Yosua 24:15
Kitab ini pada dasarnya terdiri atas tiga bagian:
Sejarah perebutan tanah Kanaan (Yosua 1-12).
Pembagian tanah kepada suku-suku Israel, penetapan kota-kota perlindungan, penyediaan
kebutuhan untuk suku Lewi, dan pengiriman suku-suku di sebelah timur ke tempat-tempat
tinggal mereka. (Yosua 13-22)
Kata-kata perpisahan dari Yosua, disertai laporan tentang kematiannya (Yosua 23-24). Bagian
penaklukan Kanaan secara garis besar dalam kitab ini meliputi:
Rahab (Yosua 2). Yosua mengutus dua mata-mata dari Sitim untuk menyelidiki kota Yerikho.
Mereka diselamatkan oleh Rahab dengan taktiknya yang brilyan sehingga tidak jatuh ke tangan
raja Yerikho. Sebagai ganjarannya, mereka berjanji untuk menyelamatkan Rahab dan
keluarganya kelak ketika mereka menyerbu kota itu. Penyeberangan Sungai Yordan (Yosua 1,
3-4). Setelah mengulangi kewajiban untuk mengikuti mitzvah, Yosua memerintahkan bangsa
Israel untuk maju, dan mereka meninggalkan Sitim. Ketika tiba di Sungai Yordan, Yosua
meramalkan bahwa Tabut perjanjian akan menyeberangi Yordan secara ajaib. Begitu tabut itu
tiba di sungai, sebuah mujizat pun terjadi, dan sungai itu berhenti mengalir dan segera
mengering, karena itu para imam yang memikulnya berhenti untuk membiarkan seluruh bangsa
Israel menyeberang. Untuk memperingati peristiwa ini, Yosua memerintahkan pembangunan
dua tugu peringatan: satu di dasar sungai itu sendiri, dan satu lagi di tepi barat sungai itu, di
Gilgal (yang saat itu belum diberi nama ini), tempat bangsa Israel berkemah. Pengkhitanan
bangsa Israel (Yosua 5:1-12).
Bangsa Israel disunat di Gibeath-Haaraloth (yang artinya bukit kulit khatan). Kemudian hal
ini dijelaskan bahwa orang-orang ini dilahirkan di padang gurun sehingga belum dikhitankan.
Karena itu mereka dikhitan, dan daerah itu dinamai Gilgal untuk mengenangnya (Gilgal
terdengar seperti Gallothi – Aku telah membuang, tetapi mungkin arti yang lebih tepat adalah
lingkaran batu-batu yang ditegakkan). Panglima bala tentara TUHAN (Yosua 5:13-15). Dalam
ayat-ayat ini dikisahkan kedatangan seorang panglima bala tentara TUHAN dengan pedang
yang terhunus, dan Ia memerintahkan Yosua melepaskan kasutnya (segera perintah ini ditaati
oleh Yosua) karena tanah tempat Yosua berdiri itu kudus. Pertempuran Yerikho (Yosua 6).
Setelah mengepung Yerikho, bangsa Israel mengelilinginya sekali selama enam hari berturut-
turut, dan pada hari yang ketujuh mereka mengitarinya tujuh kali, dan setiap kali sambil
meniupkan trompet mereka dengan keras dan berteriak. Pada putaran yang terakhir tembok
kota itu runtuh, dan penghuninya, kecuali Rahab dan keluarganya, dibantai. Lalu diumumkan
kutukan agar kota itu tidak dibangun kembali. Pertempuran pertama di Ai (Yosua 7). Kota Ai
ditinjau dan dinyatakan lemah, karena itu pasukan Israel hanya mengirim sebuah kelompok
kecil untuk menyerangnya, tetapi mereka dikalahkan. Hal ini menyebabkan Yosua dan
bangsanya hampir putus asa. Namun Allah menyatakan bahwa bangsa itu telah berdosa, karena
seseorang telah mencuri harta dari Yerikho yang dimaksudkan untuk bait suci. Karenanya,
bangsa Israel berusaha menemukan si pencuri dengan membuang undi (Urim dan Tumim),
mula-mula dari sukunya (Yehuda), lalu klan (Zerah), kemudian keluarga (Zabdi), dan akhirnya
menemukannya, yaitu Akhan. Akhan mengakui bahwa ia telah mencuri kain Babel yang mahal,
selain perak dan emas, dan pengakuannya dibuktikan dengan ditemukannya harta itu yang
terkubur di kemahnya. Karena itu Akhan dibawa ke lembah Akhor, dan di sana ia dirajam
sampai mati, dibakar dan kemudian dikubur di bawah tumpukan batu yang tinggi. Pertempuran
kedua di Ai (Yosua 8:1-29). 30.000 orang pasukan Israel siap untuk menyerang Ai dalam
semalam, dan di pagi hari, suatu pasukan Israel lainnya menyerang dan kemudian berpura-pura
mengundurkan diri. Akibatnya, pasukan-pasukan Ai tertarik jauh dari kota. Ketika Yosua
mengangkat tombaknya, ke-30.000 orang pasukan bersiap-siap menyergap, sementara Yosua
siap menyerang kembali dan dengan demikian mengepung pasukan-pasukan Ai. Seluruh kota
itu dibakar dan penduduknya dibantai. Raja Ai digantung di pohon, dan tubuhnya dilemparkan
ke dalam sebuah lubang. Ritual di Gunung Ebal dan Gerizim (Yosua 8:30-35). Yosua
mendirikan sebuah mezbah di Gunung Ebal dan memberikan kurban persembahan di situ, lalu
menuliskan hukum Musa di mezbah tersebut. Rakyat lalu diatur ke dalam dua bagian, yang
pertama menghadap Ebal dan yang lainnya Gerizim. Masing-masing lalu membaca berkat-
berkat dan kutukan seperti yang disebutkan dalam Kitab Ulangan. Perjanjian dengan suku
Hewi (Yosua 9). Suku Hewi menipu Israel sehingga mereka disangka orang asing. Dengan
demikian mereka berhasil mendapatkan perjanjian untuk tidak menyerang dari Israel. Bahkan
setelah penipuan ini terbongkar, perjanjian itu tidak dibatalkan, meskipun suku Hewi dihukum
dengan diperlakukan sebagai kelompok sosial terendah (disebutkan lewat ungkapan Ibrani:
“pembelah kayu dan air untuk mezbah YHWH”). Lima raja orang Amori (Yosua 10). Adoni-
Zedek, raja Yerusalem, mengadakan persekutuan dengan “lima raja orang Amori” (ia sendiri
dan raja-raja dari Hebron, Yarmut, Lakhis, dan Eglon), dan mereka mengepung orang Hewi di
Gibeon, yang mereka anggap sebagai pengkhianat. Suku Hewi memohon bantuan Yosua, dan
karena itu Yosua melakukan serangan kejutan di malam hari. Hal ini menyebabkan suku Amori
panik dan melarikan diri hingga ke Bet-horon. Meskipun serangan malam, sebuah puisi dikutip
dari Kitab Yaser, yang menyatakan bahwa matahari berhenti beredar di Gibeon, dan bulan di
lembah Ayalon, agar Yosua dapat menyelesaikan pertempuran. Kelima raja itu bersembunyi di
sebuah gua, tetapi ditemukan dan dijebak di sana hingga tentara mereka musnah, lalu mereka
digantung.
Pertempuran dengan Hazor (Yosua 11:1-20, 23). Yabin, Raja Hazor, pasukannya, dan para
vasalnya, bertemu di Merom. Namun, Yosua melakukan suatu serangan kilat dan mampu
mengalahkan mereka. Ia mengejar mereka hingga jauh, lalu Yosua menghalangi kuda-kuda
mereka, membakar kereta-kereta, merebut Hazor, membantai penghuninya, dan membakarnya
hingga rata dengan tanah. Para penghuni yang kurang setia juga ditangkap dan dibantai,
meskipun kota-kota di bukit dibiarkan. Orang Enak (Yosua 11:21-22). Suku Enak diusir dari
gunung-gunung dan Hebron oleh Yosua. Ini bertentangan dengan laporan-laporan yang
belakangan dalam Kitab Hakim-hakim yang mengatakan bahwa Kaleblah yang melakukan hal
ini. Kaleb mengingatkan Yosua tentang kesetiaannya dan meminta Hebron sebagai bagian
pribadinya. Permintaan ini dikabulkan, dan Kaleb mengusir suku Enak yang tinggal di situ.
Kisah Otniel (Yosua 15:15-19). Kaleb menyerang Kiryat-sefer, dan berjanji untuk
menyerahkan anak perempuannya, Akhsa, untuk dinikahkan dengan siapapun yang
menaklukkan kota itu. Keponakannya, Otniel, menerima tantangan itu dan karenanya berhasil
menyuntingnya. Akhsa meminta mahar yang lebih besar dari ayahnya, dan karena itu
kepadanya diberikan mata air yang di hulu dan mata air yang di hilir selain tanah di Negeb
yang telah disediakan baginya. Serangan terhadap Lesem (Yosua 19:47-48). Wilayah suku Dan
terlalu kecil untuk mereka, karena itu mereka menyerang Lesem, membantai penduduknya,
dan mendirikannya kembali dengan nama Dan. Bagian milik Yosua (Yosua 19:49-50). Yosua
sendiri mendapatkan Timnah-serah, yang telah dimintanya, di wilayah suku Efraim.
Penunjukan kota-kota perlindungan (Yosua 20) juga termasuk daftar singkat yang
menyebutkan kota-kota itu. Mezbah Ed (Yosua 22:10-34) Ketika kembali ke tanah mereka,
suku Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye) membangun sebuah mezbah yang
sangat besar. Suku-suku yang lain tersinggung karena mereka percaya hal ini menunjukkan
bahwa mereka mengklaim bahwa mezbah mereka itulah yang paling utama, karena itu mereka
bersiap-siap perang. Namun, mereka pertama-tama mengutus Pinehas bin Eleazar dan para
pangeran dari masing-masing suku untuk menegur mereka. Ruben, Gad, dan Makhir,
menanggapinya dengan mengatakan bahwa mezbah itu hanyalah lambang dari kesetiaan
mereka, dan bukan untuk dipergunakan, karena itu Pinehas dan rombongannya lega, adn
membatalkan rencana mereka berperang. Mezbah itu dinamai Ed (yang artinya saksi) untuk
mengenangnya. Bagian atas pesan terakhir Yosua di antara suku-suku Israel secara garis besar
dalam kitab ini meliputi: Pesan terakhir Yosua (Yosua 23-24). Yosua, yang kini sudah tua,
meminta bangsa Israel berkumpul, lalu ia memperingatkan rakyat agar tetap setia kepada Torah
Musa. Yosua lalu mengumpulkan semua suku di Sikhem, lalu memperingatkan mereka agar
setia kepada Torah Musa, sambil mengisahkan kembali kejadian-kejadian pada masa lampau.
Lalu Yosua menempatkan sebuah batu besar di bawah sebuah pohon, di tempat kudus di
Sikhem, sebagai saksi bagi janji rakyat Israel untuk setia. Lalu Yosua meninggal dunia, dan tak
lama kemudian juga Eleazar bin Harun. Tulang-tulang Yusuf juga dikuburkan di sana di dekat
pohon dan tiang batu, di sebidang tanah yang telah dibeli Yakub seharga 100 mata uang. Isi
dari Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode waktu yang panjang, yang dimulai setelah
kematian Yosua dan berakhir sebelum tampilnya Samuel dan penobatan Saul sebagai raja,
dengan kurun waktu sekurang-kurangnya 410 tahun. Kitab ini menunjukkan akibat dari
ketidaktaatan kepada Allah. Menurut kitab ini, seorang raja atau pemimpin yang benar akan
membawa rakyatnya kepada Allah. Pada kitab ini, bangsa Israel mulai tidak taat kepada Allah
dan terus hingga lebih parah. Hal itu terlihat dari praktik keagamaan yang mereka lakukan
semakin sesat dan menjauh dari Allah. Pengertian Hakim-hakim tidak sama dengan pengertian
hakim pada masa sekarang. Hakim-hakim yang dimaksud adalah pemimpin-pemimpin utama
Israel dan pelepas bangsa dari ancaman dan tekanan bangsa asing (Hakim-hakim 2:16). Tidak
sembarangan orang dipanggil hakim. Kitab ini juga berisi tentang sejarah Israel sebelum
bangsa itu menjadi suatu kerajaan.
Dalam kitab ini, digambarkan bahwa orang Israel merupakan lawan dari orang Filistin.
Pertama kali orang-orang Filistin muncul di pesisir barat daya Kanaan. Mereka sudah
bermukim dan membuat barang tembikar.[ Alkitab menggambarkan orang Filistin sebagai
bangsa yang tidak beradab dan yang tidak bersunat. Dewa utama mereka adalah Dagon. Orang-
orang Israel cenderung meninggalkan Tuhan dan menyembah ilah-ilah orang-orang Kanaan.
Penyebabnya karena orang Kanaan lebih unggul daripada orang Kanaan dalam beberapa hal.
Keunggulan orang Kanaan terlihat dari bidang kesenian,kesusastraan, arsitektur, perdagangan,
organisasi politik, dll. Kegiatan ini pun membawa orang Israel kepada praktik keagamaannya
Praktik pelacur sakral (pelacur bakti), menyembah Baal. Gabungan antara seks dan agama ini
menjadi daya tarik bagi orang Israel berpaling dari Tuhan. Catatan kitab ini dimulai ketika
bangsa Israel sudah menempati tanah Kanaan, yaitu tanah yang dijanjikan oleh Allah bagi
mereka, tetapi mulai menyembah “ilah-ilah asing” bukannya Yahweh, Allah Israel, dan dengan
orang-orang Kanaan yang masih ada di mana-mana di antara mereka. Hakim-hakim 1:1 – 2:5
merupakan suatu pengakuan kegagalan, sedangkan Hakim-hakim 2:6 – 3:6 merupakan suatu
ringkasan serta perenungan penulis. Pada bagian pembukaan sudah diberikan pola kisah-kisah
yang terdapat pada teks berikutnya, yaitu: Israel “melakukan apa yang jahat di mata Yahweh”,
Umat Israel diserahkan ke dalam tangan musuh-mush mereka dan berseru minta tolong kepada
Yahweh, Yahweh membangkitkan seorang pemimpin, “Roh Yahweh” turun atas pemimpin itu,
Pemimpin itu mampu mengalahkan musuh, dan Ada damai di tanah itu. Setelah ada damai,
untuk beberapa waktu orang Isreael melakukan apa yang baik dan menerima berkat Yahweh,
tapi kemudian kembali lagi melakukan hal-hal jahat dan mengulangi pola di atas. Catatan Kitab
Hakim-hakim mengikuti catatan Kitab Yosua dan dimulai dengan rujukan pada kematian Yosua
(Hakim-hakim 1:1 merujuk pada Yosua 24:29). Cambridge Bible for Schools and Colleges
mengusulkan bahwa “kematian Yosua dapat dianggap sebagai penandaan pemisahan periode
pendudukan dan periode penghunian” tanah Kanaan, di mana periode penghunian ini
merupakan fokus Kitab Hakim-hakim. Orang-orang Israel berkumpul, kemungkinan besar di
tempat suci di Gilgal atau di Sikhem (mengikuti Yosua 24:1–33) dan bertanya kepada Tuhan
siapa yang harus maju terlebih dahulu (menurut urutan waktu, bukan peringkat) untuk
mengamankan tanah yang telah mereka duduki. Isi utama (Hakim–hakim 3:11–16:31) terutama
mengisahkan enam hakim-hakim utama dan perjuangan mereka melawan para raja negeri
tetangga yang menindas orang Israel, termasuk satu kisah Abimelekh, seorang pemimpin Israel
yang menindas umatnya sendiri. Pola berulang yang dijabarkan pada Pendahuluan segera
terlihat pada catatan permulaan, tetapi kemunduran yang terjadi mencerminkan kemunduran
dunia orang Israel secara umum. Otniel (3:9–11) vs. Khushan-Risyataim, raja Aram; Israel
mendapatkan 40 tahun damai sampai kematian Otniel. (Pernyataan bahwa Israel menikmati
periode damai tertentu setelah setiap hakim merupakan tema berulang). Ehud (3:11–29) vs.
Eglon, raja Moab. Debora sang nabiah, bersama Barak sebagai pemimpin tentara (4–5), vs.
Yabin raja Hazor (kota di Kanaan) dan Sisera, pemimpin tentaranya. Gideon (6–8) vs. Midian,
Amalek, dan “anak-anak dari Timur” (rupanya suku-suku gurun). Abimelekh (9) (yang secara
tradisional dianggap sebagai seorang raja bukan hakim, dan dianggap jahat) vs. Semua orang
Israel yang melawannya. Yefta (11–12:7) vs. Bani Amon. Simson (13–16) vs. Orang Filistin.
Ada pula ringkasan mengenai enam hakim-hakim minor: Samgar (3:31), Tola dan Yair (10:1–
5), Ebzan, Elon, dan Abdon (12:8–15). Ada sarjana yang melihat para hakim minor ini
sebenarnya adalah adjudicator, sedangkan para hakim utama adalah para pemimpin dan tidak
benar-benar memberikan penghakiman secara hukum. Satu-satunya hakim utama yang
digambarkan memberikan penghakiman secara hukum adalah Debora (4:4). Kitab Hakim-
hakim ditutup dengan dua lampiran, yaitu kisah-kisah yang tidak berkaitan dengan hakim
tertentu:
Patung sembahan Mikha (Hakim–hakim 17–18), bagaimana suku Dan merebut tanah
mereka di utara . Pertempuran Gibea (Hakim–hakim 19–21), perang antara suku Benyamin
dan suku-suku Israel lainnya. Meskipun ditempatkan di bagian belakang, tokoh-tokoh tertentu
(seperti Yonatan, cucu Musa) dan kiasan-kiasan yang terdapat pada bagian ini menunjukkan
bahwa peristiwa-peristiwa itu tentunya terjadi pada awal masa hakim-hakim. Ringkasnya, kitab
ini bermula dengan kisah kelahiran Samuel dan peristiwa pemanggilan TUHAN saat ia masih
kecil. Alur tersebut diikuti oleh kisah perampasan Tabut Perjanjian dan penindasan bangsa
Filistin terhadap orang-orang Israel, yang menyebabkan Samuel mengurapi Saul sebagai raja
Israel yang pertama. Namun, Saul terbukti tidak layak sebagai raja dan Allah memilih Daud
sebagai raja pengganti, yang kemudian mengalakan musuh-musuh Israel dan membeli tempat
pengirikan yang akan menjadi tempat pendirian Bait Allah Pertama oleh anaknya, Salomo,
serta membawa kembali Tabut Perjanjian ke Yerusalem. TUHAN kemudian menjanjikan Daud
dan keturunannya “takhta kerajaan yang akan kokoh untuk selama-lamanya”. Garis besar atau
tema berdasarkan penokohan dalam Kitab Samuel, yaitu: Samuel: Nabi, Imam, dan Pengangkat
Raja-raja (1Sam. 1:1–12:25) Saul: Pahlawan Tragis dan Raja Pejuang (1Sam. 13:1–31:13).
Daud: Raja seluruh Israel (2Sam. 1:1–24:25). Pada umumnya para pakar setuju adanya paling
sedikit dua unit panjang merupakan runtunan cerita dengan ciri khas masing-masing. Yang
pertama sering disebut “Sejarah Naiknya Daud” (“History of David’s Rise”; disingkat “HDR”).
Unit ini dimulai dari 1 Samuel 16:14 dan berlanjut sampai 2 Samuel 5:10, meskipun ada
beberapa komentator yang berpendapat berakhirnya pada 2 Samuel 6. Unit besar kedua
mencatat detail pergolakan di dalam keluarga untuk menentukan penerus tahta Daud, biasanya
disebut “Kisah Penerusan Tahta” (“The Succession Narrative”; disingkat “SN”), mulai dari 2
Samuel 9–20, di mana mendapat sisipan beberapa lampiran (2 Samuel 21–24), kemudian
berlanjut dan berakhir pada 1 Raja-raja 1–2.[5]Kitab 1 Samuel berisi sejarah Israel dalam masa
peralihan dari zaman Hakim-Hakim kepada zaman Raja-Raja. Perubahan dalam kehidupan
nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja
Daud. Pengalaman-pengalaman Daud pada masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin
erat dengan kisah Samuel dan Saul. Kitab ini dimulai dengan kelahiran nabi Samuel[2] dan
panggilan Allah kepadanya ketika masih kecil. Kisah Tabut Perjanjian kemudian memuat
sejarah penindasan orang Israel oleh orang Filistin, yang menyebabkan Samuel mengurapi Saul
sebagai raja pertama Kerajaan Israel. Namun, Saul terbukti tidak layak sebagai raja dan Allah
beralih memilih Daud, yang mengalahkan musuh-musuh Israel, serta akhirnya membawa Tabut
Perjanjian ke Yerusalem dalam Kitab 2 Samuel, di mana Allah kemudian menjanjikan Daud
dan penerusnya suatu dinasti yang tidak berkesudahan. Amanat kitab 1 Samuel, sama seperti
kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada
Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1 Samuel 2:30
ketika Tuhan berkata kepada Imam Eli, “Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang
menghina Aku akan Kuhina.”.Dalam kitab ini terlihat beberapa nuansa yang berbeda mengenai
pembentukan kerajaan Israel. TUHAN Israel telah dipandang sebagai Raja bagi orang Israel,
tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang
penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim
mereka (1 Samuel 2:7–10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh
rakyat, kaya maupun miskin.Hana yang mandul mengucapkan janji kepada Allah semesta alam
bahwa jika ia dikarunia seorang anak laki-laki, anak itu akan diserahkannya sebagai pelayan
Allah. Janji itu disampaikan di depan Tabut Perjanjian yang saat itu berada di Silo. Eli, imam
di tempat itu, memberkati Hana dan ketika putra Hana, Samuel sudah lahir dan disapih, anak
itu dipercayakan kepada Eli sebagai seorang “Nazir Allah” – satu dari dua orang Nazir Allah,
selain Simson, yang dinyatakan dalam Alkitab. Kedua putra Eli, Hofni dan Pinehas, ternyata
tidak layak menjadi imam dan kemudian terbunuh dalam Pertempuran Afek, tetapi Samuel
kecil tumbuh besar “di hadapan Tuhan.” Orang Filistin merebut Tabut Perjanjian dalam
pertempuran di Afek dan membawanya ke kuil Dagon, dewa mereka, yang kemudian harus
mengakui kebesaran Yahweh (Tuhan). Tuhan menimpahkan tulah kepada orang Filistin, yang
menyebabkan mereka mengembalikan Tabut itu ke wilayah Israel, tetapi tabut itu tidak
dituntun oleh Tuhan kembali ke Silo, melainkan ke wilayah Yehuda-Benyamin. Ketika orang
Filistin menyerang orang Israel yang berkumpul di Mizpa di daerah Benyamin, Samuel
meminta pertolongan Yahweh, sehingga orang Filistin dikalahkan telak di Eben-Haezer, dan
orang Israel mendapatkan wilayah mereka kembali. Ketika Samuel berusia tua, ia mengangkat
putra-putranya, Yoel dan Abia sebagai hakim-hakim, tetapi mereka tidak becus, sehingga umat
meminta seorang raja atas mereka. Allah mengarahkan Samuel untuk memenuhi permintaan
umat meskipun umat diberitahu hal-hal buruk yang akan menyertai pemilihan tersebut, dan
mengurapi Saul dari suku Benyamin menjadi raja. Saul mengalahkan musuh-musuh Israel,
tetapi berbuat dosa terhadap Yahweh. Yahweh menyuruh Samuel untuk mengurapi Daud dari
suku Yehuda di Bethlehem sebagai raja pengganti, dan Daud masuk ke dalam istana Saul
sebagai pembawa senjata dan pemain kecapi. Putra, sekaligus ahli waris, Saul, Yonatan
bersahabat erat dengan Daud dan mengakuinya sebagai raja yang sah. Saul berniat membunuh
Daud, tetapi Daud melarikan diri ke padang gurun, di mana ia menjadi pahlawan orang Ibrani,
sampai saat Saul dan Yonatan dibunuh dalam Pertempuran di Gunung Gilboa.

D. PENDIRIAN MONARKI, PEMERINTAHAN SAUL


( 1 Samuel 8 : 1 – 31 : 13)
Seiring bertambahnya usia Samuel, dia kembali melakukan kesalahan Eli dan menunjuk
putra-putranya sendiri untuk menggantikannya. Seperti anak-anak Eli, mereka menjadi serakah
dan korup ( 1 Sam. 8:1-3 ). Pemimpin anak-anak besar yang mengecewakan adalah tema yang
berulang dalam Samuel dan Raja-Raja. (Tragedi putra Daud, Absalom, menempati sebagian
besar 2 Samuel pasal 13-19, yang akan kita bahas kembali. Lihat “ Penanganan konflik
keluarga yang dilakukan Daud yang tidak berfungsi menyebabkan perang saudara (2 Samuel
13-19) “.) Ini mengingatkan kita akan hal itu Pekerjaan mengasuh anak sama menantangnya
dengan pekerjaan lainnya, namun jauh lebih intens secara emosional. Tidak ada solusi yang
diberikan dalam teks tersebut, namun kita dapat mengamati bahwa Eli, Samuel, dan Daud
tampaknya telah memberikan banyak hak istimewa kepada anak-anak mereka yang bermasalah
tetapi sedikit keterlibatan pihak ayah. Namun kita juga tahu bahwa orang tua yang paling
konservasi pun mungkin akan menghadapi patah hati akibat anak-anak mereka yang bandel.
Daripada menyalahkan atau membuat stereotip, mari kita perhatikan bahwa mengasuh anak
adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak doa, keterampilan, dukungan masyarakat, nasib
baik, dan kasih sayang seperti pekerjaan lainnya, atau bahkan lebih. Pada akhirnya, menjadi
orang tua—entah anak kita mendatangkan kegembiraan, kekecewaan, atau keduanya—berarti
bergantung pada kasih karunia dan kemurahan Tuhan dan berharap akan penebusan melebihi
apa yang kita lihat selama hidup kita. Barangkali penghiburan terdalam kita mengingat bahwa
Allah juga mengalami patah hati orang tua karena Anak-Nya yang terhukum, namun mengatasi
semua itu melalui kuasa kasih. Bangsa Israel Meminta Seorang Raja (1 Samuel 8:4-22).
Melihat ketidakcocokan putra-putra Samuel, orang Israel bertanya untuk “menunjuk bagi kita
seorang raja untuk memerintah kita, seperti bangsa-bangsa lain.” Permintaan ini tidak
menyenangkan Samuel ( 1 Sam. 8:4-6 ). Samuel menghibur rakyat bahwa raja memberikan
beban berat pada suatu bangsa. Mulailah jalan raja yang akan memerintah kamu: dia akan
membawa anak-anakmu dan mengangkat mereka ke dalam keretanya dan menjadi penunggang
kudanya untuk berlari di depan keretanya; dan dia akan mengangkat bagi dirinya sendiri
panglima seribu dan panglima lima puluh orang, dan beberapa orang akan membajak tanahnya
dan menuai hasil panennya, dan membuat peralatan perang dan perlengkapan keretanya. Dia
akan mengambil putri-putrimu menjadi pembuat wewangian, juru masak, dan pembuat roti.
Dia akan mengambil yang terbaik dari ladang, kebun anggur, dan kebun zaitunmu, lalu
memberikannya kepada para pejabat istananya. ( 1 Sam. 8:10-17 ).Faktanya, raja-raja akan
begitu rakus sehingga pada akhirnya rakyat akan memohon kepada Tuhan untuk
menyelamatkan mereka dari raja-raja ( 1 Sam. 8:18 ). Tuhan setuju bahwa meminta seorang
raja adalah ide yang buruk karena itu berarti persetujuan terhadap Tuhan sendiri, sebagai raja.
Meskipun demikian, Tuhan memutuskan untuk mengizinkan rakyat memilih bentuk
pemerintahan mereka, dan Dia memberi tahu Samuel, “Dengarkanlah suara rakyat dalam
segala hal yang mereka katakan kepadamu; karena mereka tidak menolak kamu, tetapi mereka
telah menolak Aku dari menjadi raja atas mereka” ( 1 Sam.8:7 ). Seperti yang dicatat oleh pakar
Alkitab John Goldingay, “Tuhan memulai umat-Nya di mana pun mereka berada; jika mereka
tidak dapat mengatasi jalan-Nya yang tertinggi, Dia akan membuat jalan yang lebih rendah.
Ketika mereka tidak menanggapi roh Yahweh atau ketika segala sesuatu Jenis roh yang
memimpin mereka menjadi anarki, dia memberikan... perlindungan institusional bagi para
penguasa duniawi.” Terkadang Allah mengizinkan lembaga-lembaga yang bukan merupakan
bagian dari tujuan kekal-Nya, dan raja Israel adalah salah satu contoh yang paling mencolok.
Peringatan Samuel kepada Israel dapat dengan mudah menjadi peringatan bagi negara-negara,
dunia usaha, gereja, sekolah, dan organisasi-organisasi lain di dunia saat ini. Di dunia kita yang
sudah berdosa ini, orang-orang menyalahgunakan kekuasaan, dan kita harus menyesuaikan diri
dan pada saat yang sama melakukan apa yang kita bisa untuk mengubah keadaan. Cita-cita
kami adalah untuk mengasihi Tuhan dan memperlakukan orang lain sebagaimana perintah
Tuhan dalam hukum yang diberikan kepada Musa, yang mana umat Tuhan sangat sulit
melakukannya di setiap zaman. Pilihan pertama Tuhan untuk menjadi raja adalah Saul (c. 1050-
1010 SM), seseorang yang terlihat seperti itu—dia benar-benar berdiri “lebih unggul dari siapa
pun” ( 1 Sam. 9:2 ). Selain itu, ia meraih kemenangan militer, yang menjadi alasan utama
mengapa ia mempunyai seorang raja ( 1 Sam. 11:1-11 ). Pada awalnya ia melayani dengan setia
( 1 Sam. 11:13-14 ), namun dengan cepat ia menjadi tidak taat kepada Tuhan ( 1 Sam. 13:8-15
) dan sombong terhadap bangsanya ( 1 Sam. 14:24-30 ) . Baik Samuel maupun Tuhan menjadi
jengkel terhadapnya dan mulai mencari penggantinya ( 1 Sam. 16:1 ). Namun sebelum kita
mengukur tindakan Saul dengan ekspektasi kepemimpinan abad ke-21, kita harus mencatat
bahwa Saul hanya melakukan apa yang dilakukan raja-raja di Timur Dekat kuno. Rakyat
mendapatkan apa yang mereka minta (dan apa yang telah diperingatkan oleh Samuel), seorang
tiran yang militeristik, karismatik, dan sombong. Ketika meminta seorang raja, bangsa Israel
pada akhirnya menunjukkan kurangnya iman kepada Tuhan. Tugas utama Saul sebagai raja
adalah menjamin keamanan bangsa Israel dari serangan bangsa Filistin dan negara-negara
tetangga lainnya. Namun ketika berhadapan dengan Goliat, ketakutan Saul mengalahkan
imannya dan dia terbukti tidak setara dengan setara ( 1 Sam. 17:11 ). Sepanjang masa
pemerintahannya, Saul juga meragukan Tuhan, mencari nasihat di tempat yang salah, dan
akhirnya mati karena bunuh diri ketika pasukannya dikalahkan oleh musuh ( 1 Sam. 31:4 ).
Saat Samuel mencari pengganti Saul, dia hampir membuat kesalahan dengan menilai
berdasarkan penampilan untuk kedua kalinya ( 1 Sam. 16:1-4 ). Anak laki-laki Daud tampaknya
tidak penting bagi Samuel, tetapi dengan bantuan Tuhan, dia akhirnya mengakui dalam diri
Daud pilihan Tuhan sebagai raja Israel. Di permukaan, Daud tidak menampilkan gambaran
keseriusan yang diharapkan orang dalam diri seorang pemimpin ( 1 Sam. 16:6-11 ). Beberapa
saat kemudian dalam cerita ini, raksasa Filistin Goliat juga meremehkan hal yang sama ( 1
Sam. 17:42 ). David adalah kandidat non-tradisional karena alasan di luar masa mudanya. Dia
adalah anak laki-laki terakhir dalam masyarakat yang berdasarkan keutamaan anak sulung.
Terlebih lagi, dia adalah seorang campuran etnis, bukan orang Israel murni karena salah satu
nenek buyutnya adalah Ruth (Rut 4:21-22), seorang imigran dari kerajaan Moab (Rut 1:1-4).
Meskipun Daud mendapat beberapa pukulan ke arahnya, Tuhan melihat harapan besar dalam
dirinya. Saat kita mempertimbangkan pemilihan kepemimpinan saat ini, ada baiknya kita
mengingat firman Tuhan kepada Samuel: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat manusia,
manusia melihat apa yang di luar, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Samuel 16:7). Dalam kerajaan
Tuhan yang terbalik, yang terakhir atau yang diabaikan mungkin akan menjadi pilihan terbaik.
Pemimpin terbaik mungkin adalah pemimpin yang tidak dicari oleh siapa pun. Penting bagi
Daud untuk melakukan pekerjaannya sebagai penggembala, dengan sungguh-sungguh
menggembalakan domba ayahnya, ketika Samuel ditunjukkan. Kinerja yang setia dalam
pekerjaan yang ada merupakan persiapan yang baik untuk pekerjaan yang lebih besar, seperti
dalam kasus Daud (1 Samuel 17:34-37, lihat juga Lukas 16:10; 19:17). Samuel segera
menyadari bahwa Daud adalah pemimpin yang kuat, percaya diri, dan cakap yang didambakan
rakyatnya, yang “mau maju mendahului [kita] dan membesarkan [kita]” (1 Sam. 8:20).
Sepanjang kariernya, Daud selalu mengingat bahwa ia mengabdi atas kehendak Allah untuk
memelihara umat Allah (2 Sam. 6:21). Tuhan menemukannya ”seorang yang berkenan di
hatiku” (Kisah Para Rasul 13:22). Tuhan telah memilih Daud untuk menggantikan Saul. Kini
Samuel harus mengurapi Daud sebagai raja selama Saul masih bertakhta. Samuel meremehkan
prospek kesuksesan. “Bagaimana aku bisa pergi?” Tanggapan Tuhan adalah ketika Samuel
bersembunyi. “Bawalah seekor sapi betina bersamamu, dan katakan, ‘Aku datang untuk
mempersembahkan korban kepada Tuhan.’ Undang Jesse ke pengorbanan, dan aku akan
menunjukkan kepadamu apa yang harus kamu lakukan; dan kamu harus mengurapi untukku
dia yang aku namakan untukmu.” Dengan kata lain, pergilah secara terbuka ke rumah Isai (di
mana raja baru akan ditemukan), tetapi samarkan tujuan Anda pergi ke sana. Mengikuti
bimbingan Tuhan, Samuel berhasil mengurapi Daud sebagai raja. Samuel berkata, “Jika Saul
mendengarnya, dia akan membunuhku” ( 1 Sam. 16:2 ). ( 1 Sam. 16:2-3 ). Berbeda dengan
Saul yang memulai pemerintahannya segera setelah Samuel mengurapinya ( 1 Samuel 11:1 ),
Daud menjalani masa magang yang panjang dan sulit sebelum ia diakui sebagai raja di Hebron.
Kesuksesan publik pertama terjadi ketika ia membunuh raksasa Goliat, yang mengancam
keamanan militer Israel. Saat tentara kembali ke rumah, sekelompok wanita mulai bernyanyi,
“Saul telah membunuh ribuan tentaranya dan Daud sepuluh ribu tentaranya” ( 1 Sam. 18:7 ).
Hal ini membuat Saul marah ( 1 Sam. 18:1 ). Alih-alih mengakui bagaimana ia dan bangsanya
dapat memperoleh manfaat dari kemampuan David, ia malah menganggap David sebagai
ancaman. Dia memutuskan untuk melenyapkan Daud sesegera mungkin ( 1 Sam. 18:9-13 ).
Maka dimulailah persaingan yang akhirnya memaksa Daud melarikan diri demi nyawanya,
menghindari Saul saat memimpin kelompok yang berada di padang gurun Yehuda selama
sepuluh tahun. Ketika diberi kesempatan untuk membunuh Raja Saul, Daud menolak,
mengetahui bahwa takhta bukanlah miliknya. Itu adalah hak Tuhan untuk memberi. Serupa
diungkapkan dalam Mazmur, “Allahlah yang melaksanakan penghakiman, yang menjatuhkan
yang satu dan meninggikan yang lain” ( Mazmur 75:7 ). Daud menghormati otoritas yang
Tuhan berikan kepada Saul bahkan ketika Saul bertindak tidak hormat. Kekuasaan Daud
semakin besar, ia berkonflik dengan seorang pemilik tanah kaya bernama Nabal. Kebetulan,
kelompok pemberontak Daud yang melawan Saul telah berkemah di daerah Nabal selama
beberapa waktu. Anak buah Daud telah memperlakukan para gembala Nabal dengan baik,
melindungi mereka dari bahaya atau setidaknya tidak mencuri apa pun ( 1 Sam. 25:15-16 ).
Daud menyiratkan ini berarti Nabal meminjamkan sesuatu padanya, dan dia mengirimkan
utusan untuk meminta Nabal menyumbangkan beberapa ekor domba ke pesta bagi pasukan
Daud. Mungkin karena menyadari kelemahan pernyataannya, Daud memerintahkan
delegasinya untuk menyampaikan pesan ekstra sopan kepada Nabal. Nabal tidak akan
mendapat apa pun darinya. Dia tidak hanya menolak memberikan apa pun kepada Daud untuk
pesta itu, dia juga menghina Daud di depan umum, menyangkal mengenal Daud, dan
meremehkan integritas Daud sebagai pemberontak terhadap Saul (1 Sam. 25:10 ) . Para pelayan
Nabal sendiri menggambarkan majikan mereka sebagai orang yang “sangat tidak baik hati
sehingga tidak ada seorangpun yang dapat berbicara dengannya”. Daud segera berangkat
dengan 400 orang bersenjata untuk membunuh Nabal dan membunuh setiap laki-laki di
rumahnya. Tiba-tiba Daud hendak melakukan pembunuhan massal, sedangkan Nabal lebih
mementingkan harga dirinya dibandingkan pekerja dan keluarganya. Kedua pria sombong ini
tak mampu menyelesaikan memuat soal domba tanpa menumpahkan darah ratusan orang tak
berdosa. Syukurlah, istri Nabal yang berhati bijaksana, Abigail, ikut terlibat. Dia segera
menyiapkan pesta untuk Daud dan anak buahnya, lalu pergi menemui Daud dengan permintaan
maaf yang menetapkan standar baru dalam sopan santun dalam Perjanjian Lama ( 1 Sam.
25:26-31 ). Namun terbungkus dalam kata-kata sopan ada beberapa kebenaran sulit yang perlu
didengar David. Dia hampir menumpahkan darah tanpa alasan, menimbulkan rasa bersalah
yang tidak akan pernah bisa dia hindari. David tergerak oleh kata-katanya dan membatalkan
rencana untuk membunuh Nabal dan semua anak buahnya. Dia bahkan berterima kasih kepada
Abigail karena telah mengalihkannya dari rencana yang terjadi. “Terpujilah akal budimu, dan
pahamilah engkau, yang pada hari ini telah menjagaku dari hutang darah dan dari melakukan
penghasilan dengan menerima sendiri! Sebab demi TUHAN, Allah Israel yang hidup, yang
telah mencegah aku berbuat jahat kepadamu, jikalau kamu tidak berusaha dan datang menemui
aku, sesungguhnya pada pagi hari tidak akan tersisa satu pun laki-laki bagi Nabal” (1 Sam .25:
33–34 ).

E. PEMERINTAHAN DAUD
( 2 Samuel 4 : 1 – 1 Raja -Raja 2 : 11 – 43 ; 1 Tawarikh 11 : 1 – 29 : 30)

Dengan kematian Ish-Boset, Daud ditawari mahkota oleh para tua-tua Israel, dan 2 Samuel
5:4 mencatat, “Daud berumur tiga puluh tahun ketika ia menjadi raja, dan ia memerintah
selama empat puluh tahun.” Dia kemudian menduduki Yerusalem – Sion – ke sana dia juga
segera membawa tabut perjanjian . Daud mempunyai harapan untuk membangun Bait Allah di
Yerusalem , namun keturunan Daudlah yang akan “membangun rumah bagi Nama-Ku, dan
Aku akan membangun takhta kerajaannya untuk selama-lamanya” (ayat 7:13).Beberapa bab
berikutnya memerinci dan membahas kemenangan luar biasa melawan orang Filistin, orang
Gesur, orang Gezi, orang Yebus, dan orang Amalek. 2 Samuel juga menceritakan masalah
perkawinannya dengan putri Saul, Mikhal, yang “melihat Raja Daudmelompat-lompat dan
menari-nari di hadapan TUHAN, ia merasa hina terhadap Dia” (ayat 6:16). Oleh karena itu,
tidak terlalu khawatir jika Raja Daud, salah satu orang paling berbudi luhur dalam Alkitab,
melupakan tempatnya, tanggung jawabnya terhadap Tuhan dan rakyatnya, dan mulai menjalin
hubungan cinta dengan Batsyeba, istri Uria orang Het – salah satu dari mereka . Prajurit
Perkasanya. Saat bersantai di istana , Raja Daud kebetulan melihat Batsyeba yang cantik, putri
Eliam dan calon ibu Raja Salomo (c. 990–931 SM), mandi di atapnya dan godaan yang terlalu
menggodanya. 2 Samuel 11:4 mencatat, “Kemudian Daud mengirim utusan untuk
menjemputnya. Kemudian Daud mengirim utusan untuk menjemputnya. Dia datang
kepadanya, dan dia tidur di sana (sekarang dia sedang menyucikan dirinya dari kenajisan
bulanannya). Lalu dia kembali ke rumah.” Sayangnya bagi pasangan tersebut, Batsyeba
mengandung anak Daud. Situasinya sangat rumit. Meskipun kaum feminis menyatakan bahwa
Daud memaksa Batsyeba, dan kaum tradisionalisme mengklaim bahwa Batsyeba merayu
Daud, kebenarannya lebih merupakan kesalahan bersama kecuali, mungkin, bahwa sebagai
raja dan teladan Hukum Tuhan, Daud mempunyai kewajiban yang lebih tinggi untuk
melindungi dan tidak mengeksploitasi. Batsyeba. Teks ini tidak menyalahkan satu orang pun
(seperti Kejatuhan dalam Kejadian); Namun, seburuk apa pun keadaan yang dialami pasangan
yang berzina, hal itu hanya akan bertambah buruk. Daud bersekongkol untuk menyembunyikan
dosanya dan memanggil Uria pulang dari medan perang dan mencoba membuatnya tidur
dengan istrinya. Namun Uria terlalu berbakti dan terlalu taat hukum untuk menyia-nyiakan
waktu sementara anak buahnya menderita dalam pertempuran. Rencananya gagal untuk
membingungkan ayah dari anak tersebut, David memerintahkan Jenderal Joab, keponakannya
melalui saudara perempuan David, Zeruya, untuk menempatkan Uria di tengah pertempuran
paling berbahaya dan kemudian menarik semua orang kecuali dia. Beberapa hal terjadi karena
hal ini. Pertama, Uria yang malang hilang. Kedua, Batsyeba bersumpah atas Uria – tidak ada
yang mengatakan bahwa ini adalah rencana terpadu. Kemungkinan besar, ini adalah upaya
David sendiri untuk kemungkinan besar, ini adalah upaya David sendiri untuk melindungi
reputasinya. Dia segera memindahkan Batsyeba ke istana dan menikahinya sebelum anak itu
lahir. Ketiga, kesetiaan Yoab kepada Daud telah hilang. Daripada menjadi pejuang Tuhan yang
mulia dan berbudi luhur, kini Daud telah menjadi sama buruknya atau bahkan lebih buruk dari
Saul yang suka membunuh. Rencana David segera mulai menjadi bumerang baginya Namun
dalam keputusasaannya, Raja Daud lupa bahwa Tuhan melihat dan mengetahui segalanya. Jadi,
Tuhan mengutus Nabi Natan, penerus Nabi Samuel, untuk menyampaikan pesan “retoris”
berupa penghinaan, yang membuat kemarahan Daud membara terhadap orang kaya yang
mencuri seekor domba kecil milik orang miskin. Daud masuk ke dalam perangkap yang Tuhan
pasang dia dan menyatakan, “Demi Tuhan yang hidup, orang yang melakukan hal ini harus
mati! Anak domba itu harus dibayarnya empat kali lipat, karena ia telah berbuat demikian dan
tidak mempunyai belas kasihan” (2 Samuel 12:5). Natan segera mengumumkan penghakiman
atas Daud, sambil berseru, “Kaulah orangnya!” (ay.12:7). Daud bukan saja seorang pezina, ia
juga seorang pembunuh dan raja yang tidak tahu berterima kasih yang menyalahgunakan
kedudukannya demi menyenangkan pinggangnya dan melindungi kemasyhurannya. Oleh
karena itu, Natan meramalkan bahwa Daud akan mengalami konsekuensi peperangan yang
berkepanjangan di dalam dan di luar kerajaannya, dan bahwa dia akan menderita penghinaan
di depan umum karena dia berusaha menutupi dosa-dosanya yang mengerikan. Namun
tanggapan Daud tidak seperti tanggapan Saul. Dia dengan rendah hati menjawab, “Saya telah
berdosa terhadap Tuhan.” Nathan kemudian memberi tahu dia bahwa dosanya telah diampuni,
tetapi anak mereka yang Berdosa akan mati. David memohon untuk nyawa putranya, dan ketika
anak laki-lakinya jatuh sakit, David berpuasa, berdoa, dan mengurangi waktu tidurnya,
berusaha membuat Tuhan berubah pikiran, tetapi Tuhan tidak melakukannya sesuai dengan
teks alkitabiah. Pada hari ketujuh, meninggal, dan respons David sungguh menakjubkan.
Daripada menjadi getir atau membenci Tuhan, Daud malah bangkit dan “dia masuk ke rumah
Tuhan dan menyembah” (ayat 12:20). Bagian ini juga mencatat bahwa “Daud menghibur
istrinya Batsyeba, lalu dia mendatanginya dan bercinta dengannya. Ia melahirkan seorang anak
laki-laki, dan mereka menempatinya Salomo” (ayat 12:24).Akhirnya Allah tidak lagi berkenan
atas Saul dan menyerahkan Saul untuk dibunuh orang-orang Filistin. Daud pun
menggantikannya menjadi raja Israel yang kedua. Mula-mula Isyboset, putra Saul yang masih
hidup, diangkat oleh pegawai-pegawai Saul menjadi raja setelah kematian Saul. Daud diangkat
oleh pengikutnya menjadi raja atas kaum Yehuda (Kerajaan Yehuda) selama tujuh tahun enam
bulan dan bertahta di Hebron sebagai ibu kotanya. Setelah Isyboset mati dibunuh pegawai-
pegawainya sendiri, bangsa Israel mengangkat Daud menjadi raja mereka,[33] dan Daud
memerintah di Yerusalem selama 33 tahun. Jadi Daud menjadi raja seluruhnya selama 40 tahun.
Pada hari ketujuh, meninggal, dan respons David sungguh menakjubkan. Daripada menjadi
getir atau membenci Tuhan, Daud malah bangkit dan “dia masuk ke rumah Tuhan dan
menyembah” (ayat 12:20). Bagian ini juga mencatat bahwa “Daud menghibur istrinya
Batsyeba, lalu dia mendatanginya dan bercinta dengannya. Ia melahirkan seorang anak laki-
laki, dan mereka menempatinya Salomo” (ayat 12:24). Daud bermaksud hendak mendirikan
“rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN” dan “untuk tumpuan kaki Allah”, dalam
bentuk “Bait Allah”. Ia juga telah membuat persediaan untuk mendirikannya. Tetapi Allah telah
berfirman kepadanya: “Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini
seorang prajurit dan telah menumpahkan darah.” Namun TUHAN, Allah Israel, telah memilih
Daud dari antara segenap puaknya untuk menjadi raja atas Israel selama-lamanya; sebab Ia
telah memilih Yehuda menjadi pemimpin, dan puak Daud dari antara kaum Yehuda, dan dari
antara anak-anak ayahnya Ia berkenan kepada Daud untuk mengangkatnya sebagai raja atas
seluruh Israel. Dan dari antara anak-anak Daud sekalian—sebab banyak anak telah
dikaruniakan TUHAN kepadanya—Ia telah memilih Salomo untuk duduk di atas takhta
pemerintahan TUHAN atas Israel. Allah telah berfirman kepada Daud: “Salomo, anakmu,
dialah yang akan mendirikan rumah-Ku dan pelataran-Ku.” Absalom & Amnon. Tanpa “kartu
emas” kebenarannya yang dulu, Keluarga Daud mengalami kabar buruk yang dimulai dengan
perencanaan putri Daud, Tamar, oleh saudara tirinya, Amnon. Tamar datang untuk membantu
kakaknya (Amnon) yang berpura-pura sakit, dan ketika dia mendekat, dia menangkap dan
menganiayanya. Berbeda dengan Sikhem, penjahat dalam kitab Kejadian (pasal 33:19; 34)
yang merasakan kewajiban moral untuk menikahi putri Yakub, Diana , setelah dia
memperkosanya, Amnon semakin membenci Tamar, sehingga meremukkan dan
mempermalukannya. Anehnya, kakak laki-laki Tamar, Absalom, menghiburnya dan berkata,
“Diamlah sekarang, saudaraku… Jangan memasukkan hal ini ke dalam hati” (2 Samuel 13:20),
namun dia tidak pernah berbicara kepada Amnon tentang kejadian tersebut. Amnon mungkin
percaya dia lolos dari menipu saudara tirinya karena ayahnya, David, gila, tetapi tidak
melakukan apa pun terhadap kejahatan tersebut. Namun, dua tahun kemudian, Pangeran
Absalom melakukan pelunasannya. Meyakinkan Amnon untuk bepergian bersamanya, dia
membuat saudara tirinya mabuk dan kemudian menyuruh anak buahnya membunuh Amnon,
seorang pangeran, sebagai balas dendam karena telah memperkosa saudara-saudaranya. Dia
melarikan diri ke Gershur dan tinggal bersama ibunya, keluarga Michal di sana, dan kembali
tiga tahun kemudian dengan rencana lain untuk mencuri tahta Daud. Dia bahkan berhasil
merekrut raja, Ahitofel (kakek Batsyeba), dan memperkerjakan orang Israel. Ketika konspirasi
Absalom dan dukungannya berkembang, Daud melarikan diri dari kekuatan Absalom, tidak
ingin membunuh anak-anaknya. Namun pada akhirnya, pasukan Daud bertabrakan dengan
pasukan Absalomdan saat ia melarikan diri, “Rambut Absalom tersangkut di pohon” (ay. 18:9).
Dibiarkan tergantung, Yoab membunuh Absalom dan menguburkan tubuhnya di lubang yang
dalam di padang gurun. Seperti halnya kematian Raja Saul, Daud sangat terpukul dengan berita
tersebut, namun agak bingung mengapa Absalom begitu jahat dan kejam terhadap Daud dan
anak buahnya. Mendengar bahwa Daud sangat sedih, Yoab masuk ke rumah Daud dan
mempermalukannya karena telah mempermalukan dan mengasingkan anak buahnya dengan
ratapannya yang besar terhadap seorang putra yang jahat. Buku ini diakhiri dengan lebih
banyak deskripsi tentang gencarnya peperangan yang dijanjikan kepada Daud oleh Nabi Natan.
Namun, dua bab terakhir memberikan penghormatan puitis kepada Tuhan dan umat-Nya.
Semangat awal Daud terhadap Tuhan dan integritas etika membuka jalan bagi peringkat dan
kekayaan awalnya, meskipun sebagai orang yang suka membaca dan berdarah-darah (menurut
kitab suci), Tuhan memutuskan bahwa Daud tidak cocok menjadi orang yang membangun Bait
Suci Tuhan ( yang akan diserahkan ke tangan anak, Sulaiman). Selain itu, perselingkuhan Daud
dan tindakan licik berikutnya (yang mengarah pada pembunuhan Uria orang Het dan upaya
menutupinya) menyalahkan sisa masa pemerintahannya – bersama dengan tipu muslihat
Tamar, pembunuhan Amnon, dan percobaan kudeta Absalom, di antaranya. Kontroversi
lainnya. Pada akhir masa hidup David, ia telah kehilangan kontak dengan masyarakat Israel
dan akhirnya kehilangan kendali politik atas masyarakat tersebut. Hal ini menyebabkan
percobaan kudeta oleh putra, Adonijah (yang ibunya adalah Haggith, istri kelima Daud), yang
menyatakan dirinya sebagai raja dengan bantuan Jenderal Yoab dan Imam Abyathar; namun,
sebagian besar lembaga Israel tidak mendukung klaim Adonijah. Kitab Suci Ibrani menyatakan
bahwa Nabi Natan pertama-tama pergi ke Batsyeba untuk mengingatkannya akan perampasan
takhta oleh Adonia, yang kemudian suaminya bertemu, Raja Daud, untuk menyampaikan berita
meresahkan itu kepadanya. Akhirnya, Nabi Natan bergabung dengan keduanya, dan Raja Daud
secara resmi menjadikan Sulaiman sebagai pewarisnya. Daud berkata, “Sesungguhnya Salomo,
putramu, akan menjadi raja setelah aku, dan dia akan duduk di takhtaku menggantikan aku”.

F. PEMERINTAHAN SALOMO
( 1 Raja – Raja 2 : 12 – 11 : 43, 2 Tawarikh 1 – 9)

Salomo, adalah seorang raja Israel kuno dan putra serta penerus Raja Daud, menurut
Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama. Ia digambarkan sebagai penguasa kedua dari belakang
dari gabungan Israel dan Yehuda. Perkiraan tanggal pemerintahan Salomo adalah antara tahun
970–931 SM. Setelah kematiannya, putra dan penerusnya Rehabeam akan mengambil
kebijakan yang keras terhadap suku-suku utara, yang pada akhirnya menyebabkan perpecahan
Bangsa Israel menjadi Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan. Setelah
perpecahan tersebut, keturunan patrilineal miliknya memerintah Yehuda sendirian. Alkitab
mengatakan Salomo membangun Kuil Pertama di Yerusalem, yang didedikasikan untuk
Yahweh, atau Tuhan dalam agama Yahudi. Salomo digambarkan sebagai orang kaya, bijaksana
dan berkuasa, dan sebagai salah satu dari 48 nabi Yahudi. Ia juga menjadi subjek banyak
referensi dan legenda di kemudian hari, terutama dalam Perjanjian Salomo (bagian dari
apokrifa Alkitab abad pertama).Namun tidak ada yang menyebutkan Salomo dari periode
waktu tersebut. Di luar kitab suci yang ditulis kemudian, belum ada bukti arkeologi
kontemporer yang menunjukkan keberadaannya. Dalam Perjanjian Baru, dia digambarkan
sebagai guru kebijaksanaan yang diunggulkan oleh Yesus dari Nazaret, dan tersusun dalam
kemuliaan tetapi diunggulkan oleh “bunga bakung di padang”. Dalam Quran, ia dianggap
sebagai nabi Islam utama. Di sebagian besar kalangan non-alkitabiah, Salomo juga kemudian
dikenal sebagai seorang penyihir dan pengusir setan, dengan banyak jimat dan segel medali
yang berasal dari Periode Helenistik yang menggunakan namanya. Ketika Daud telah tua, dan
diperkirakan tidak lama lagi usianya, Adonia putra Daud dari istrinya, Hagit, mengangkat diri
menjadi raja, dengan dukungan panglima Yoab dan imam besar Abyatar.[17] Pada acara
pengangkatan menjadi raja, Adonia mempersembahkan domba, lembu, dan ternak gemukan
sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua
saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan,
imam Zadok, Benaya bin Yoyada dan para pahlawan, dan Salomo, adiknya, tidak
diundangnya.[18] Nabi Natan memberi nasihat kepada Batsyeba, ibu Salomo, agar
memberitahukan hal ini kepada Daud, yang tidak mengetahui akan hal itu, demi
menyelamatkan nyawanya serta nyawa Salomo. Maka Batsyeba menghadap raja ke dalam
kamarnya. Waktu itu raja sudah sangat tua, dan Abisag, gadis Sunem itu, melayani raja. Natan
menanyakan apakah Daud telah memutuskan Adonia menjadi penggantinya karena pada saat
yang bersamaan Adonia mengadakan pesta pengangkatannya dengan mengundang orang-
orang yang makan minum di depannya sambil berseru: “Hidup raja Adonia!” tetapi tidak
mengundang Natan, imam Zadok, Benaya maupun Salomo. Segera setelah mendapat kepastian
dari Natan, maka Daud menyuruh memanggil Batsyeba, dan di depan mereka, Daud
menegaskan keputusannya dengan bersumpah, dan berkata : “Demi TUHAN yang hidup, yang
telah membebaskan nyawaku dari segala kesesakan, pada hari ini aku akan melaksanakan apa
yang aku janjikan”. Lalu Batsyeba berlutut dengan mukanya sampai ke tanah; ia sujud
menyembah kepada raja, dan berkata: “Hidup tuanku raja Daud untuk selama-lamanya!” Daud
segera menyuruh memanggil imam Zadok, nabi Natan, dan Benaya bin Yoyada. Setelah
mereka masuk menghadap raja, Daud memberi perintah khusus: “Bawalah para pegawai
tuanmu ini, naikkan anakku Salomo ke atas bagal betina kendaraanku sendiri, dan bawa dia ke
Gihon. Imam Zadok dan nabi Natan harus mengurapi dia di sana menjadi raja atas Israel;
kemudian kamu meniup sangkakala dan berseru: Hidup raja Salomo! Sesudah itu kamu
berjalan pulang dengan mengiring dia; lalu ia akan masuk dan duduk di atas tahtaku, sebab
dialah yang harus naik takhta menggantikan aku, dan dialah yang kutunjuk menjadi raja atas
Israel dan Yehuda.” Lalu pergilah imam Zadok, nabi Natan, dan Benaya bin Yoyada, dengan
orang Kreti, dan orang Pleti, mereka menaikkan Salomo ke atas bagal betina raja Daud, dan
membawanya ke Gihon. Imam Zadok telah membawa tabung tanduk berisi minyak dari dalam
kemah, lalu diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat berseru:
“Hidup raja Salomo!” Sesudah itu seluruh rakyat berjalan di belakangnya sambil membunyikan
suling, dan sambil bersuka ria ramai-ramai, sampai seakan-akan bumi terbelah oleh suara
mereka. Menurut penuturan Yonatan, putra imam Abyatar, Salomo dengan aman duduk di atas
takhta kerajaan. Pegawai-pegawai raja telah datang mengucap selamat kepada raja Daud,
dengan berkata: Kiranya Allahmu membuat nama Salomo lebih masyhur daripada namamu,
dan takhtanya lebih agung daripada takhtamu. Dan raja Daud Pun telah sujud menyembah di
atas tempat tidurnya, dan beginilah katanya::"Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang pada hari
ini telah memberi seorang duduk di atas takhtaku yang aku sendiri masih boleh saksikan.Segera
setelah Salomo diangkat menjadi raja, Adonia menjadi takut kepadanya, sebab itu ia segera
pergi memegang tanduk-tanduk mezbah. Lalu di beritahukanlah kepada Salomo: “Ternyata
Adonia takut kepada raja Salomo, dan ia telah memegang tanduk-tanduk mezbah, serta berkata:
Biarlah raja Salomo lebih dahulu bersumpah mengenai aku, bahwa ia takkan membunuh
hambanya ini dengan pedang.” Lalu kata Salomo: “Jika ia berlaku sebagai kesatria, maka
sehelai rambut pun dari kepalanya tidak akan jatuh ke bumi, tetapi jika ternyata ia bermaksud
jahat, haruslah ia dibunuh.” Dan raja Salomo menyuruh orang menjemput dia dari mezbah itu.
Ketika ia masuk, sujudlah ia menyembah kepada raja Salomo, lalu Salomo berkata kepadanya:
“Pergilah ke rumahmu.” Setelah Daud mati, Adonia melakukan upaya kedua kalinya untuk
naik tahta dengan menghadap Batsyeba, ibu Salomo, memintanya agar Salomo mengizinkan
Adonia menikahi, Abisag, gadis Sunem yang terakhir melayani Daud. Sekalipun Batsyeba
memohonkannya kepada Salomo, Salomo menolak karena memahami maksud jahat di balik
permintaan itu. Raja Salomo menjawab ibunya::”Mengapa engkau meminta hanya Abisag,
gadis Sunem itu, untuk Adonia? Minta jugalah untuknya kedudukan raja! Bukankah dia
saudaraku yang lebih tua, dan di pihak imam Abyatar dan Yoab, anak Zeruya?” Lalu
bersumpahlah raja Salomo demi TUHAN: “Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan
lebih daripada itu, jika Adonia tidak membayarkan nyawanya dengan permintaan ini! Oleh
sebab itu, demi TUHAN yang hidup, yang menegakkan aku dan mendudukkan aku di atas
takhta Daud, ayahku, dan yang membuat bagiku suatu keluarga seperti yang dijanjikan-Nya:
pada hari ini juga Adonia harus dibunuh.” Lalu raja Salomo menyerahkan hal itu kepada
Benaya bin Yoyada; orang ini memancung dia sehingga mati Imam Besar Abyatar terang-
terangan berpihak kepada Adonia dan tidak kepada Salomo. Setelah Adonia dihukum mati,
maka Salomo berkata kepada imam Abyatar: “Pergilah ke Anatot, ke tanah milikmu, sebab
engkau patut dihukum mati, tetapi pada hari ini aku tidak akan membunuh engkau, oleh karena
engkau telah mengangkat tabut TUHAN ALLAH di depan Daud, ayahku, dan oleh karena
engkau telah turut menderita dalam segala sengsara yang diderita ayahku.” Lalu Salomo
memecat Abyatar dari jabatannya sebagai imam TUHAN. Dengan demikian Salomo
memenuhi firman TUHAN yang telah dikatakan-Nya di Silo mengenai keluarga Eli. Maka raja
Salomo mengangkat imam Zadok menggantikan Abyatar sebagai Imam Besar. Sebelum mati,
Daud berpesan kepada Salomo : “Engkau Pun mengetahui apa yang dilakukan kepadaku oleh
Yoab, anak Zeruya, apa yang dilakukannya kepada kedua panglima Israel, yakni Abner bin Ner
dan Amasa bin Yeter. Ia membunuh mereka dan menumpahkan darah dalam zaman damai
seakan-akan ada perang, sehingga sabuk pinggangnya dan kasut kakinya berlumuran darah.
Maka bertindaklah dengan bijaksana dan janganlah biarkan yang ubanan itu turun dengan
selamat ke dalam dunia orang mati.” Setelah Daud mati, Salomo menggunakan kesempatan
dari permintaan Adonia untuk membunuhnya serta menyingkirkan imam Abyatar yang
mendukung Adonia. Ketika kabar kematian Adonia, dan pemecatan imam Abyatar itu sampai
kepada Yoab—memang Yoab telah memihak kepada Adonia, sekalipun ia tidak memihak
kepada Absalom—maka larilah Yoab ke kemah TUHAN, lalu memegang tanduk-tanduk
mezbah. Kemudian diberitahukan lah kepada Salomo, bahwa Yoab sudah lari ke kemah
TUHAN, dan telah ada di samping mezbah. Lalu Salomo menyuruh Benaya bin Yoyada:
“Pergilah, pancung dia.” Benaya masuk ke dalam kemah TUHAN serta berkata kepadanya:
“Beginilah kata raja: Keluarlah.” Jawabnya: “Tidak, sebab di sinilah aku mau mati.” Lalu
Benaya menyampaikan jawab itu kepada raja, katanya: “Beginilah kata Yoab dan beginilah
jawabnya kepadaku.” Kata raja kepadanya: “Perbuatlah seperti yang dikatakannya; pancunglah
dia dan kuburkanlah dia; dengan demikian engkau menjauhkan dari padaku dan daripada
kaumku noda darah yang ditumpahkan Yoab dengan tidak beralasan. Dan TUHAN akan
menanggungkan darahnya kepadanya sendiri, karena ia telah membunuh dua orang yang lebih
benar dan lebih baik dari padanya. Ia membunuh mereka dengan pedang, dengan tidak
diketahui ayahku Daud, yaitu Abner bin Ner, panglima Israel, dan Amasa bin Yeter, panglima
Yehuda. Demikianlah darah mereka akan ditanggungkan kepada Yoab dan keturunannya untuk
selama-lamanya, tetapi Daud dan keturunannya dan keluarganya dan takhtanya akan mendapat
selamat daripada TUHAN sampai selama-lamanya.” Maka berangkatlah Benaya bin Yoyada,
lalu memancung, dan membunuh Yoab, kemudian dia dikuburkan di rumahnya sendiri di
padang gurun. Kemudian raja Salomo mengangkat Benaya bin Yoyada menggantikan Yoab
menjadi kepala tentara. Setelah Daud mati, raja Salomo menyuruh memanggil Simei, dan
berkata kepadanya: “Dirikanlah bagimu sebuah rumah di Yerusalem, diamlah di sana, dan
janganlah keluar dari sana ke mana-mana pun. Sebab ketahuilah sungguh-sungguh, bahwa pada
waktu engkau keluar dan menyeberangi sungai Kidron, pastilah engkau mati dibunuh dan
darahmu akan ditanggungkan kepadamu sendiri.” Lalu berkatalah Simei kepada raja: “Baiklah
demikian! Seperti yang tuanku raja katakan, demikianlah akan dilakukan hambamu ini.” Lalu
Simei diam di Yerusalem beberapa waktu lamanya. Dan sesudah lewat tiga tahun, terjadilah
bahwa dua orang hamba Simei lari kepada Akhis bin Maakha, raja Gat, lalu diberitahukan
kepada Simei: “Ketahuilah, kedua orang hambamu ada di Gat.” Maka berkemaslah Simei,
dipelanainya keledainya, dan pergilah ia ke Gat, kepada Akhis, untuk mencari hambanya itu.
Lalu Simei pulang, dan membawa mereka dari Gat. Ketika diberitahukan kepada Salomo,
bahwa tadinya Simei pergi dari Yerusalem ke Gat, dan sekarang sudah pulang, maka raja
menyuruh memanggil Simei, dan berkata kepadanya: “Bukankah aku telah menyuruh engkau
bersumpah demi TUHAN dan telah memperingatkan engkau, begini: Ketahuilah sungguh-
sungguh, bahwa pada waktu engkau keluar dan pergi ke mana-mana pun, pastilah engkau mati
dibunuh! Dan engkau telah menjawab: Baiklah demikian, aku akan menaatinya. Mengapa
engkau tidak menepati sumpah demi TUHAN itu dan juga perintah yang kuperintahkan
kepadamu?” Kemudian kata raja kepada Simei: “Engkau sendiri tahu dalam hatimu segala
kejahatan yang kauperbuat kepada Daud, ayahku, maka TUHAN telah menanggungkan
kejahatanmu itu kepadamu sendiri. Tetapi diberkatilah kiranya raja Salomo dan kokohlah
takhta Daud di hadapan TUHAN sampai selama-lamanya.” Raja memberi perintah kepada
Benaya bin Yoyada, lalu keluarlah Benaya, dipancungnya Simei sehingga mati. Sebelum mati,
Daud berpesan kepada Salomo : “Kepada anak-anak Barzilai, orang Gilead itu, haruslah kau
tunjukkan kemurahan hati. Biarlah mereka termasuk golongan yang mendapat makanan dari
mejamu, sebab mereka pun menunjukkan kesetiaannya dengan menyambut aku pada waktu
aku melarikan diri dari depan kakakmu Absalom.”Menurut keterangan dari kitab 1 Raja-Raja
pasal 3, setelah Salomo mempersembahkan seribu korban bakaran di Gibeon, Allah
menampakkan diri padanya lewat mimpi, dan berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan
Salomo. Salomo meminta kebijaksanaan dari Allah untuk menimbang segala perkara, dan
mampu bersikap sebagai raja yang adil bagi seluruh umat Israel. Salah satu kebijaksanaan
Salomo digambarkan melalui kisah tentang dua orang perempuan sundal yang memperebutkan
seorang anak bayi. Kedua perempuan itu melahirkan anak, tetapi salah satunya tidak sengaja
meniduri anaknya sehingga mati. Sekarang keduanya mengaku sebagai ibu bayi yang masih
hidup. Salomo meminta diambilkan sebilah pedang, dan memutuskan bahwa supaya adil, bayi
itu harus dibelah dua, dan masing-masing perempuan itu akan mendapatkan setengah. Ibu sejati
sang bayi memohon kepada Salomo agar bayi itu dibiarkan hidup, bahkan ia merelakan
bayinya diserahkan kepada perempuan yang satunya, sementara ia tidak mendapatkan bayinya.
Dengan cara itu Salomo berhasil menemukan ibu sejati bayi tersebut. Ketika seluruh orang
Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja,
sebab mereka melihat, bahwa hikmat daripada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan
keadilan. Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat, dan pengertian yang amat besar, serta
akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala
bani Timur, dan melebihi segala hikmat orang Mesir. Ia lebih bijaksana daripada semua orang,
daripada Etan, orang Ezrahi itu, dan daripada Heman, Kalkol, dan Darda, anak-anak Mahol;
sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya. Ia menggubah 3000 amsal,
dan nyanyiannya ada 1005. Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang di gunung
Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan,
dan tentang burung-burung, dan tentang binatang melata, dan tentang ikan-ikan. Maka
datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari
semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.[34] Raja Salomo
melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan, dan hikmat. Semua raja di bumi berikhtiar
menghadap Salomo untuk menyaksikan hikmat yang telah ditaruh Allah di dalam hatinya.
Mereka datang masing-masing membawa persembahannya, yakni barang-barang perak, dan
barang-barang emas, pakaian, senjata, rempah-rempah, kuda, dan bagal, dan begitulah tahun
demi tahun.[Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, maka dengan pasukan
pengiring yang sangat besar, dan dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, banyak
emas, dan batu permata yang mahal-mahal datanglah ia ke Yerusalem hendak menguji Salomo
dengan teka-teki. Setelah ia sampai kepada Salomo, dipercakapkannyalah segala yang ada
dalam hatinya dengan dia. Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi Salomo tidak
ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu. Ketika ratu negeri Syeba
melihat hikmat Salomo, dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk
pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani, dan berpakaian, juru-juru
minumannya, dan pakaian mereka, dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di
rumah TUHAN, maka tercengang lah ratu itu. Dan ia berkata kepada raja: “Benar juga kabar
yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, tetapi aku tidak percaya
perkataan-perkataan mereka sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri;
sungguh, setengah dari hikmatmu yang besar itu belum diberitahukan kepadaku; engkau
melebihi kabar yang kudengar. Berbahagialah orang-orang mu, dan berbahagialah para
pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu! Terpujilah TUHAN,
Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas
takhta-Nya sebagai raja untuk TUHAN, Allahmu! Karena Allahmu mengasihi orang Israel,
maka Ia menetapkan mereka untuk selama-lamanya, dan menjadikan engkau raja atas mereka
untuk melakukan keadilan dan kebenaran.” Lalu diberikan kepada raja seratus dua puluh
talenta emas, dan sangat banyak rempah-rempah, dan batu permata yang mahal-mahal; tidak
pernah lagi ada rempah-rempah seperti yang diberikan ratu negeri Syeba kepada raja Salomo
itu. Raja Salomo memberikan kepada ratu negeri Syeba segala yang dikehendakinya, dan yang
dimintanya, melebihi yang dibawa ratu itu untuk raja. Lalu ratu itu berangkat pulang ke
negerinya bersama-sama dengan pegawai-pegawainya Usaha-usaha Salomo. Pada tahun ke-
480 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun ke-4 sesudah Salomo menjadi
raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, maka Salomo mulai mendirikan
rumah bagi TUHAN. Salomo mendirikan istananya sampai 13 tahun lamanya, barulah selesai
seluruh istananya itu. Ia mendirikan gedung “Hutan Libanon”, 100 hasta (50 meter)
panjangnya, dan 50 hasta (25 meter) lebarnya, dan 30 hasta (15 meter) tingginya, disangga oleh
3 jajar tiang kayu aras dengan ganja kayu aras di atas tiang itu. Gedung itu ditutup dari atas
dengan langit-langit kayu aras, di atas balok-balok melintang yang disangga oleh tiang-tiang
itu, 45 jumlahnya, yakni 15 sejajar. Ada pula 3 jajar jendela berbidai, jendela berhadapan
dengan jendela, 3 kali. Dan semua pintu, dan jendela segi empat bangunnya; jendela
berhadapan dengan jendela, 3 kali. Ia membuat juga Balai Saka, 50 hasta (25 meter)
panjangnya, dan 30 hasta (15 meter) lebarnya, dengan di sebelah depannya sebuah balai lagi
yang bertiang, dan bertangga di sebelah depannya. Dibuatnya juga Balai Singgasana, tempat
ia memutuskan hukum, balai pengadilan, yang ditutupi dengan kayu aras dari lantai sampai ke
balok langit-langit. Gedung kediamannya sendiri, di pelataran yang lain, lebih ke sebelah dalam
lagi dari balai itu, adalah sama buatannya. Bagi anak Firaun, yang diambil Salomo menjadi
istrinya, dibuatnya juga sebuah gedung sama dengan balai itu. Tembok dari semuanya ini
dibuat dari batu yang mahal-mahal, yang sesuai dengan ukuran batu pahat digergaji dengan
gergaji dari sebelah dalam, dan dari sebelah luar, dari dasar sampai ke atas, dan juga dari
tembok luar sampai kepada tembok pelataran besar. Bahkan dasar gedung-gedung itu dari batu
yang mahal-mahal, batu yang besar-besar, batu yang 10 hasta, dan batu yang 8 hasta. Di bagian
atas ada batu yang mahal-mahal, berukuran batu pahat, dan kayu aras juga. Sekeliling pelataran
besar ada tembok dari 3 jajar batu pahat, dan satu jajar balok kayu aras; demikian juga
sekeliling pelataran dalam rumah TUHAN dan balainya. Salomo memindahkan anak Firaun
dari kota Daud ke rumah yang didirikannya baginya, karena katanya: “Tidak boleh seorang
istriku tinggal dalam istana Daud, raja Israel, karena tempat-tempat yang telah dimasuki tabut
TUHAN adalah kudus.” Setelah lewat 20 tahun selesailah Salomo mendirikan rumah TUHAN
dan istananya sendiri.[Maka Salomo memperkuat kota-kota yang diberikan Huram, raja Tirus,
kepadanya, dan menyuruh orang Israel menetap di sana. Lalu Salomo pergi ke Hamat-Zoba,
dan menaklukkannya. Kemudian ia memperkuat Tadmor di padang gurun, dan semua kota
perbekalan yang didirikannya di Hamat. Ia memperkuat juga Bet-Horon Hulu, dan Bet-Horon
Hilir menjadi kota kubu yang bertembok, berpintu gerbang, dan berpalang, dan juga Baalat,
dan segala kota perbekalan kepunyaan Salomo, segala kota tempat kereta, kota-kota tempat
orang berkuda, dan apa saja yang Salomo ingin mendirikannya di Yerusalem, atau di gunung
Libanon, atau di segenap negeri kekuasaannya. Semua orang yang masih tinggal dari orang
Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, yang tidak termasuk orang Israel,
yakni keturunan bangsa-bangsa yang masih tinggal di negeri itu, dan yang tidak dibinasakan
oleh orang Israel, merekalah yang dikerahkan Salomo untuk menjadi orang rodi; demikianlah
mereka sampai hari ini. Tetapi orang Israel tidak ada yang dijadikan budak oleh Salomo untuk
pekerjaannya, melainkan mereka menjadi prajurit, atau perwira pasukan berkuda, atau
panglima atas pasukan kereta, dan pasukan berkuda. Dan inilah pemimpin-pemimpin umum
raja Salomo: 250-550 orang yang memerintah rakyat. Ibadah di Bait Suci. Lalu Salomo
mempersembahkan korban-korban bakaran bagi TUHAN di atas mezbah TUHAN yang
didirikannya di depan balai Bait Suci, sesuai dengan apa yang menurut perintah Musa
ditetapkan sebagai korban untuk setiap hari, yakni pada hari-hari Sabat, pada bulan-bulan baru,
dan 3 kali setahun pada hari-hari raya: pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh
Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Dan menurut peraturan Daud, ayahnya, ia
menetapkan rombongan para imam dalam tugas jabatan mereka, dan orang-orang Lewi dalam
tugas menyanyikan puji-pujian, dan menyelenggarakan ibadah di hadapan para imam, setiap
hari menurut yang ditetapkan untuk hari itu, dan juga penunggu-penunggu pintu gerbang dalam
rombongan mereka untuk setiap pintu gerbang. Karena demikianlah perintah Daud, abdi Allah.
Mereka tidak menyimpang dari perintah raja mengenai para imam, dan orang-orang Lewi
dalam perkara apa pun, juga mengenai perbendaharaan. Maka terlaksanalah segala pekerjaan
Salomo, dari hari dasar rumah TUHAN diletakkan sampai kepada hari rumah itu selesai.
Dengan demikian selesailah sudah rumah TUHAN. Kemudian Salomo pergi ke Ezion-Geber,
dan ke Elot, yang letaknya di tepi laut, di tanah Edom. Dengan perantaraan anak buahnya
Huram (raja Tirus) mengirim kapal-kapal kepadanya, dan anak buah yang tahu tentang laut.
Bersama-sama anak buah Salomo mereka sampai ke Ofir, dan dari sana mereka mengambil
450 talenta emas, yang mereka bawa kepada raja Salomo. Lagi pula hamba-hamba Huram, dan
hamba-hamba Salomo, yang membawa emas dari Ofir, membawa juga kayu cendana, dan batu
permata yang mahal-mahal. Raja mengerjakan kayu cendana itu menjadi tangga-tangga untuk
rumah TUHAN dan istana raja, dan juga menjadi kecapi, dan gambus untuk para penyanyi.
Hal seperti itu tidak pernah kelihatan sebelumnya di tanah Yehuda.[Raja Salomo berkuasa atas
segala kerajaan mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin, dan sampai ke tapal batas
Mesir. Mereka menyampaikan upeti, dan tetap takluk kepada Salomo seumur hidupnya. Ia
membuat banyaknya emas, dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon
kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. Adapun persediaan makanan
yang diperlukan Salomo untuk sehari ialah tiga puluh kor tepung yang terbaik, dan enam puluh
kor tepung biasa, sepuluh ekor lembu gemukkan, dan dua puluh lembu gembalaan, dan seratus
ekor domba, belum terhitung rusa, kijang, rusa dandi, dan gangsa piaraan, sebab ia berkuasa
atas seluruh tanah di sebelah sini sungai Efrat, mulai dari Tifsah sampai ke Gaza, dan atas,
semua raja di sebelah sini sungai Efrat; ia dikaruniai damai di seluruh negerinya, sehingga
orang Yehuda, dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur,
dan pohon aranya, dari Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo. Salomo mengumpulkan
kereta-kereta, dan orang-orang berkuda, sehingga ia mempunyai 1400 kereta, dan 12000 orang
berkuda dengan 4000 kandang untuk kuda-kudanya, dan kereta-keretanya, yang semuanya
ditempatkan dalam kota-kota kereta, dan dekat raja di Yerusalem. Dicatat ia mempunyai kuda
40000 kandang untuk kereta-keretanya. Dan para kepala daerah itu menjamin makanan raja
Salomo serta semua orang yang ikut makan dari meja raja Salomo. Mereka membawanya
masing-masing dalam bulan gilirannya dengan tidak mengurangi sesuatu apa pun. Jelai, dan
jerami untuk kuda-kuda biasa, dan kuda-kuda teji dibawa mereka ke tempat yang semestinya,
masing-masing menurut tanggungannya. Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim, dan
dari Kewe, dan dari segala negeri. Saudagar-saudagar raja membelinya dari Kewe dengan
harga pasar. Sebuah kereta yang didatangkan dari Misraim berharga sampai 600 syikal perak,
dan seekor kuda sampai 150 syikal; dan begitu juga melalui mereka dikeluarkan semuanya itu
kepada semua raja orang Het, dan kepada raja-raja Aram. Adapun berat emas, yang dibawa
kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat 666 talenta, belum terhitung yang dibawa oleh
saudagar-saudagar, dan pedagang-pedagang; juga semua raja Arab, dan bupati-bupati di negeri
itu membawa emas, dan perak kepada Salomo. Raja Salomo membuat 200 perisai besar dari
emas tempaan, 600 syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; ia membuat
juga 300 perisai kecil dari emas tempaan, 300 syikal emas (=3 mina emas) dipakainya untuk
setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung “Hutan Libanon”. Juga
Salomo membuat takhta besar dari gading, yang disebutnya dengan emas murni (=emas tua).
Takhta itu enam tingkatnya, dan tumpuan kakinya dari emas, yang dikaitkan pada takhta itu,
dan pada kedua sisi tempat duduk ada kelek-kelek. Di samping kelek-kelek itu berdiri dua
singa, sedang dua belas singa berdiri di atas keenam tingkat itu sebelah-menyebelah; belum
pernah diperbuat yang demikian bagi sesuatu kerajaan. Segala perkakas minuman raja Salomo
dari emas, dan segala barang di gedung “Hutan Libanon” itu dari emas murni; perak tidak
dianggap berharga pada zaman Salomo. Sebab raja mempunyai kapal-kapal yang berlayar ke
Tarsis bersama-sama dengan orang-orang Huram; dan sekali 3 tahun kapal-kapal Tarsis itu
datang membawa emas, dan perak serta gading; juga kera, dan burung merak. Ada sisi gelap
pada masa pemerintahan Salomo.[55] Dalam kitab 1 Raja-Raja diceritakan bahwa masa
pemerintahan Salomo diwarnai dengan berbagai masalah, antara lain Yerobeam bin Nebat yang
merasa tidak puas dengan Salomo, dan melarikan diri ke Mesir. Masalah lainnya adalah cara
Salomo memerintah kerajaannya, ia mempunyai 700 istri, dan 300 gundik dari negera-negara
asing, dan membawa ilah-ilahnya masing-masing. Juga Salomo pada masa tuanya mendirikan
kuil-kuil ilah lain yang membuatnya jatuh ke dalam dosa. Di akhir kepemimpinannya, Salomo
mendapatkan banyak pemberontakan-pemberontakan dari negeri-negeri tetangga Israel. Raja
Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-
perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon, dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN
telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun
janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu
kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia
mempunyai 700 isteri dari kaum bangsawan, dan 300 gundik; istri-istrinya itu menarik hatinya
daripada TUHAN. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan
hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN,
Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon,
dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa
yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti
TUHAN, seperti Daud, ayahnya. Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi
Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem, dan bagi
Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. Demikian juga dilakukannya bagi semua
istrinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan, dan korban
sembelihan kepada allah-allah mereka. Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada
Salomo, sebab hatinya telah menyimpang daripada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali
menampakkan diri kepadanya, dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya
jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan
TUHAN. Lalu berfirman lah TUHAN kepada Salomo: “Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni
engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Ku Perintahkan
kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan
memberikannya kepada hambamu. Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau
melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmu lah Aku akan
mengoyakkannya. Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari
padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh
karena Yerusalem yang telah Kupilih. Kemudian TUHAN membangkitkan lawan-lawan
Salomo, yakni: Hadad, orang Edom; keturunan raja Edom. Sesudah Daud memukul kalah
orang Edom, maka panglima Yoab pergi menguburkan orang-orang yang mati terbunuh, lalu
menewaskan semua laki-laki di Edom; 6 bulan lamanya Yoab diam di sana dengan seluruh
Israel, sampai dilenyapkannya semua laki-laki di Edom. Tetapi Hadad melarikan diri bersama-
sama dengan beberapa orang Edom dari pegawai-pegawai ayahnya, dan mengungsi ke Mesir;
adapun Hadad itu masih sangat muda. Mereka berangkat dari Midian, lalu sampai ke Paran;
mereka membawa beberapa orang dari Paran, lalu mereka sampai ke Mesir kepada Firaun, raja
Mesir. Ia ini memberikan rumah kepada Hadad, menentukan belanjanya, dan menyerahkan
sebidang tanah kepadanya. Hadad demikian disayangi Firaun, sehingga diberikannya
kepadanya seorang istri, yakni adik istrinya sendiri, adik permaisuri Tahpenes. Lalu adik
Tahpenes itu melahirkan baginya seorang anak laki-laki, Genubat namanya, dan Tahpenes
menyapih dia di istana Firaun, sehingga Genubat ada di istana Firaun di tengah-tengah anak-
anak Firaun sendiri. Ketika didengar Hadad di Mesir, bahwa Daud telah mendapat perhentian
bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan bahwa panglima Yoab sudah mati juga, maka
berkata lah Hadad kepada Firaun: “Biarkanlah aku pergi ke negeriku.” Lalu bertanyalah Firaun
kepadanya: “Tetapi kekurangan apakah engkau padaku ini, maka engkau tiba-tiba berniat pergi
ke negerimu?” Jawabnya: “Aku tidak kekurangan apa pun, namun demikian, biarkanlah juga
aku pergi.” Rezon bin Elyada, yang telah melarikan diri dari tuannya, yakni Hadadezer, raja
Zoba. Ia mengumpulkan orang-orang, lalu menjadi kepala gerombolan. Ketika Daud hendak
membunuh mereka, maka pergilah mereka ke Damsyik; mereka diam di sana, dan di situlah
mereka mengangkat Rezon menjadi raja. Dialah yang menjadi lawan Israel sepanjang umur
Salomo; ia mendatangkan malapetaka sama seperti Hadad. Ia muak akan orang Israel, dan
menjadi raja atas Aram. Yerobeam bin Nebat, seorang Efraim dari Zereda, seorang pegawai
Salomo, nama ibunya Zerua, seorang janda, memberontak terhadap raja. Inilah alasannya,
mengapa ia memberontak terhadap raja: Salomo mendirikan Milo, dan ia menutup tembusan
tembok kota Daud, ayahnya. Yerobeam adalah seorang tangkas; ketika Salomo melihat, bahwa
orang muda itu seorang yang rajin bekerja, maka ditempatkannya lah dia mengawasi semua
pekerja wajib dari keturunan Yusuf. Pada waktu itu, ketika Yerobeam keluar dari Yerusalem,
nabi Ahia, orang Silo itu, mendatangi dia di jalan dengan berselubungkan kain baru. Dan hanya
mereka berdua ada di padang. Ahia memegang kain baru yang di badannya, lalu dikoyakkannya
menjadi dua belas koyakan; Salomo memerintah di Yerusalem atas seluruh Israel 40 tahun
lamanya. Kemudian Salomo mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya,
dan ia dikuburkan di kota Daud, ayahnya. Selebihnya dari riwayat Salomo dari awal sampai
akhir, semuanya itu tertulis dalam kitab riwayat Salomo, juga tertulis dalam riwayat nabi Natan
dan dalam nubuat Ahia, orang Silo itu, dan dalam penglihatan-penglihatan Ido, melihat itu,
tentang Yerobeam bin Nebat. Pencipta Salomo adalah TUHAN.

G. KERAJAAN TERPECAH DUA

Kerajaan Utara (Israel) 931 – 722 SM ( 1 Raja – Raja 12 – 2 Raja – Raja 17)
Kerajaan Selatan (Yehuda) 931 – 587 SM ( 1 Raja – Raja 12 : 21 – 2 Raja – Raja 25 : 21).
Ketika Salomo meninggal dunia pada sekitar tahun 922 SM, Rehabeam, anak laki-lakinya
menjadi raja. Tidak lama sesudah itu, sepuluh suku di utara memberontak melawan raja dan
membentuk kerajaan mereka sendiri. Periode ini dikenal dalam sejarah Israel dengan sebutan
Kerajaan Terpecah. Suku Yehuda dan Benyamin di selatan selanjutnya dikenal sebagai
Kerajaan Yehuda (atau kerajaan selatan). Suku-suku lain di utara membentuk Kerajaan Israel
(atau kerajaan utara). Setiap kerajaan mempunyai rajanya masing-masing. Para raja di Yehuda,
berasal dari keturunan Daud, tetapi di Israel para pemimpin suku dan militer harus saling
berperang untuk menjadi raja. Kadang-kadang satu wangsa memerintah untuk beberapa tahun,
lalu dikalahkan oleh lawannya yang kemudian memerintah untuk beberapa waktu saja. Ibu kota
Yehuda tetap di Yerusalem di mana orang Yehuda tetap beribadat kepada Tuhan di Bait Allah.
Di Israel, Raja Yerobeam I membuat sebuah kuil di Betel supaya rakyat dapat
mempersembahkan kurban di sana dan tidak pergi ke Bait Allah di Yerusalem ( 1 Raj. 12:25-
33). Samaria kemudian menjadi ibu kota Israel ( 1 Raj. 16:24-29). Di kerajaan utara (Israel),
beberapa pemimpin mengizinkan rakyat untuk menyembah patung-patung seperti Baal, dewa
Kanaan. Praktik ini dikutuk oleh sejumlah nabi yang menyampaikan firman Tuhan zaman itu.
Contohnya, Nabi Elia berbicara melawan Ahab dan istrinya, Ratu Izebel, yang secara terang-
terangan mendorong penyembahan Baal dan memelihara para nabi Baal (1 Raj. 18:1 – 19:8).
Praktik yang mengizinkan rakyat menyembah ilah-ilah lain menyebabkan kejatuhan Israel.
Ada perang sipil antara mereka dan Yehuda, dan mereka juga berperang dengan negara-negara
tetangga seperti Siria dan Moab. Akhirnya, orang Asyur menyerbu Israel dan menyerang ibu
kota Samaria. Pada tahun 722 SM kota itu ditaklukkan dan banyak orang Israel ditangkap lalu
dibawa ke Asyur sebagai tawanan. Yang lainnya tetap tinggal di daerah itu, hidup dan kadang-
kadang menikah dengan orang-orang yang dibawa oleh orang Asyur untuk menetap di sana.
Kerajaan utara tidak pernah mendapat kembali kekuasaannya sebagai suatu bangsa. Secara
keseluruhan, Yehuda tetap lebih setia kepada Yehuwa. Segera setelah kerajaan Israel didirikan,
kerajaan ini mengalami kemurtadan. Meskipun nabi-nabi besar seperti Elia dan Amos melayani
di kerajaan tersebut, masyarakatnya menyembah dewa-dewa palsu dan mengadopsi banyak
praktik Baalisme Kerajaan Israel lebih padat penduduknya dan berkuasa, namun kerajaan itu
jatuh sekitar 135 tahun sebelum Yehuda jatuh. Pada sekitar tahun 721 SM, Israel direbut oleh
bangsa Asiria, di bawah pimpinan Shalmanezer, dan dibawa pergi, dan selanjutnya, hilang dari
pengetahuan manusia. Mereka sekarang disebut sebagai “sepuluh suku yang hilang”. Secara
geografis, Yehuda tidak rentan terhadap serangan, namun sekitar tahun 588 SM, Nebukadnezar
dari Babilonia mengelilingi Yerusalem dan berakhirnya kerajaan Yehuda ketika penduduknya
terlalu banyak ditawan di Babel. Setelah hampir 70 tahun, raja Persia Cyrus menduduki
Babilonia dan mengizinkan Yehuda kembali ke Yerusalem. Banyak penduduk Yehuda yang
tersebar di seluruh Asia, namun sebagian besar kembali ke Yerusalem. Diserang oleh Siria dan
Mesir, Yehuda tidak pernah mendapatkan kembali kekuasaannya semula. Pada zaman Yesus,
Yerusalem telah menjadi anak sungai Roma. Sementara itu, Yehuda (Kerajaan Selatan) di
selatan mempunyai masalahnya sendiri. Walaupun banyak rajanya, seperti Hizkia dan
khususnya Yosia, setia kepada Tuhan dan mengikuti ajaran hukum Taurat (2 Raj. 18:1-8, 22:1
– 23:25), sejumlah raja lain, seperti Manasye, melakukan hal-hal yang membangkitkan murka
Tuhan (2 Raj. 21:1-18). Akhirnya, Yehuda tidak dapat mempertahankan diri dari serangan
negara-negara tetangganya yang kuat. Kerajaan Babel menyerbu dan menghancurkan
Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 587 SM. Banyak rakyat Yehuda dibawa ke Babel sebagai
tawanan. Selama lima puluh tahun berikutnya kelompok orang Israel ini tetap tinggal di Babel
dan tidak dapat kembali ke negeri mereka sendiri. Periode ini dikenal sebagai “masa
Pembuangan”.

H. PEMBUANGAN DAN KEMBALINYA DARI BABEL


( 2 Tawarikh 36 : 20 – 26; Ezra 1 – 6)

Pada tahun 721 SM Samaria, ibu kota Israel utara, jatuh ke tangan pasukan Asyur dan
umatnya terpencar-pencar (1Raj 17). Banyak di antara mereka diangkut ke Asyur dan negara-
negara lain. Kemudian pada tahun 587 SM Raja Nebukadnezar dari Babel merebut dan
menghancurkan kota Yerusalem, dan dengan demikian kerajaan Yehuda juga berakhir (2 Raj
25). Sebagian rakyat dibunuh, sebagian dibawa ke Babel sebagai tawanan perang, dan hanya
yang paling miskin ditinggalkan di Yehuda. Dalam pembuangan seperti itu, semua orang Israel
kehilangan kekayaan mereka. Para pembesar dibawa ke Asyur dan Babel sebagai tawanan dan
terpaksa meninggalkan tanah milik mereka di Palestina, sedangkan harta milik yang lain tentu
diambil oleh tentara yang menawan mereka. Para petani yang ditinggalkan di Palestina
menyambung hidupnya di tanah yang diperkosa dengan sangat sulit ataupun melarikan diri ke
Mesir dan mengharapkan nasib yang lebih baik di sana hidupnya di tanah yang diperkosa
dengan sangat sulit ataupun melarikan diri ke Mesir dan mengharapkan nasib yang lebih baik
di sana.
Mungkin saja ada orang yang bisa memanfaatkan situasi itu demi kepentingan mereka dan
memperoleh keuntungan, misalnya ada orang yang membelot kepada pihak Babel (2Raj.
25:11). Pada pihak lain, beberapa di antara orang Israel yang dibuang itu berhasil dalam bidang
perdagangan, bahkan ada juga yang kemudian mendapat pendidikan di negeri asing dan
memperoleh jabatan di pemerintahan (misalnya Daniel, Nehemia; bnd. Ester). Tetapi orang
berbakat seperti itu bisa berhasil di mana saja, sehingga tak dapat disimpulkan bahwa ada orang
Israel yang sungguh beruntung dari pembuangan. Sebaliknya, peristiwa itu merupakan
malapetaka terbesar di seluruh sejarah bangsa Israel. Pada tahun 538, dan pada tahun-tahun
berikut, beberapa orang Yehuda mendapat kesempatan untuk kembali ke tanah air mereka (Ezr
1 dst.). Wilayah Yehuda, di bagian selatan Palestina, menjadi propinsi kerajaan Persia dan Raja
Koresy memberi izin kepada mereka yang pulang ke sana untuk membangunnya kembali.
Orang-orang Yehuda diberi kebebasan beragama dan berbudaya, walaupun secara politik
mereka masih takluk kepada Persia. Sayang sekali, sesudah mereka kembali ke sana untuk
membangun bangsa mereka secara baru, penindasan dan ketidakadilan timbul lagi (Neh 5:1-5;
Yes 58:1-12; Mal 3:5)Karena ketidaktaatan para pemimpin dan bangsa Israel, Allah
menghukum mereka dengan berbagai cara antara lain penyakit dan ditawan musuh. Pada tahun
597 SM, Nebukadnezar, raja Babel, menyerang Yehuda, dan mengalahkannya. Pada tahun 589
SM, Nebukadnezer kembali ke Yehuda dan mengepung Yerusalem selama 18 bulan. Banyak
orang Yehuda yang lari 142 Kelas XII SMASMK ke daerah-daerah sekitar, seperti Moab,
Amon, Edom dan negara-negara lain untuk menyelamatkan diri Yeremia 40:11-12. Yerusalem
kembali jatuh, dan Nebukadnezar sekali lagi menjarah kota itu dan Bait Suci, lalu
menghancurkan keduanya pada tahun 587 SM. Pembuangan ke Babel adalah sebuah peristiwa
traumatis dalam sejarah bangsa Yahudi. Kerajaan mereka hancur. Demikian pula Bait Suci di
Yerusalem. Tanpa Bait Suci, mereka merasa tidak dapat lagi beribadah kepada TUHAN, Allah
mereka. Mereka bersedih hati karena tidak memiliki tanah air. Mereka merasa terhina karena
diserahkan ke tangan bangsa kair, bukannya malah melayani Allah di Bait Allah yang kudus.
Mereka menderita terutama karena mereka sadar bahwa keberadaan mereka di negeri asing itu
terutama sekali disebabkan oleh dosa-dosa mereka. Musuh-musuh mereka mengejek dan
mencemooh. Orang Yehuda disuruh menyanyi. “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion”
begitu kata mereka. Nyanyian yang diminta tentunya adalah nyanyian pujian, madah
penghormatan dan pengagungan Allah yang perkasa, pelindung Israel. Tetapi justru inilah
ironisnya. Allah seolah-olah sudah memalingkan wajah-Nya dan tidak peduli lagi kepada
Israel, umat- Nya. “Bagaimana mungkin kami menyanyikan pujian bagi Tuhan,” pemazmur
bertanya, “ketika kami menyadari bahwa kami terpuruk dalam keberdosaan kami? Bagaimana
mungkin kami menyanyikan nyanyian dari Sion, sementara kami terbuang di negeri asing?”
Mazmur 137: Selama 70 tahun bangsa Israel hidup dalam pembuangan di negeri Babel, jauh
dari Yerusalem dan negeri mereka. Meski begitu, Allah tetap menyertai mereka dengan
mengutus Nabi-Nya.
Suatu saat, Babel dikalahkan oleh Persia yang saat itu dipimpin oleh Raja Koresy. Raja
Koresy merasa iba dengan situasi bangsa Israel, sehingga ia mempersilakan mereka kembali
ke negeri asal mereka untuk membangun kembali Bait Allah yang telah rusak. Dia juga
mengembalikan emas dan perak yang dulu dirampas dari Bait Allah. Zerubel diangkat menjadi
kepala rombongan. Saat mereka tiba di negeri asal mereka, mereka sangat sedih dan kecewa
karena tanah leluhurnya telah hancur. Zerubabel memberi semangat kepada bangsa itu dan
mulai menyuruh mereka menyusun batu-batu menjadi mezbah di pelataran Bait Allah. 4 tahun
kemudian, mereka berhasil meresmikan Bait Allah. Atas izin raja Persia, Nehemia juga
berangkat ke Yerusalem dan mulai membangun tembok di sekeliling kota dan mengajak umat
Israel untuk kembali kepada Allah. Namun, setelah belasan tahun hidup dalam kesulitan dan
kemiskinan, mereka mulai melupakan Allah. Nehemia menemui iman Ezra untuk bersama-
sama menyadarkan umat Israel agar menjadikan hukum dan perintah Allah sebagai tuntunan
hidup mereka. Setelah Hukum Musa dibacakan pada mereka, rupanya mereka menyadari dosa
mereka dan berjanji untuk mematuhi segala peraturan, hukum atau perintah Allah. Sejak saat
itulah bangsa Israel menyebut diri mereka sebagai bangsa Yahudi dan beragama Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai