NIM : 2020.01.922
BAB VI
PENDAHULUAN
Dalam Bab VI dimulai suatu babak baru : Israel masuk ke tanah Kanaan, menetap,
memperhatikan bahan sejarah, dan menafsirkan bahan itu sedemikian rupa sehingga masa
kini dapat dipahami. Tak ada penulisan sejarah yang netral, tanpa penilaian, tanpa tafsiran
dan tanpa tujuan. Sudut pandang penulis diperhitungkan dan dihargai dengan akibat bahwa
sejarah selalu direnungkan ulang agar pelajaran dapat ditarik sampai kini.
Tuhan telah memberikan kepada umat Israel tanah Kanaan menjadi tempat
kediaman dan milik pusaka bersama, sesuai dengan janjiNya kepada bapa leluhur mereka
dahulu. Peristiwa pemberian ini merupakan satu pokok puji-pujian, dasar kepercayaan dan
pengharapan bagi Israel namun juga satu amanat untuk menguduskan hidupnya sebagai
Ketika Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir, tempat perbudakan itu, Ia
hendak mengantarkannya pada suatu negeri yang baik, di mana orang-orang itu dapat
bermukim, beribadah, dan berkembang. Exodus (jalan keluar) dan eisodus (jalan masuk) tak
dapat dipisahkan.
Di samping itu, kita mendapatinya pula bertaburan dalam kitab-kitab Perjanjian Lama
yang lain (mis. Hak. 6:9; Am. 9:15; Neh. 9:8,36; 1 Taw. 16:18) Pada umumnya pokok
tersebut dikalimatkan dalam suatu rumus yang tetap:"TUHAN Memberikan tanah kepada
Israel". Tuhan bertindak sebagai pokok kalimat (subjek). Apa yang dilakukan-Nya dikatakan
dengan k ata kerja "memberi" (br. natan), kata kerja itu dapat dipakai dalam bentuk lampau,
Objek yang diberikan adalah "tanah" (br.erets, yaitu tanah/bumi atau adamah,
tanah/ladang) sebagai kata pelengkap langsung. Tanah itu sering diperkenalkan sebagai
"tanah yang berlimpah susu dan madu" atau "tanah yang dijanjikan" yang terkadang
ditambah dengan frasa "dengan sumpah" (inilah kesukaan redaktor Deuteronomis). Tanah
itu diberikan kepada Israel (atau Abraham, Yakub, atau suatu suku, suatu angkatan, kamu,
Rumus ini memainkan peran penting dalam janji Tuhan kepada bapa leluhur, yang
dapat digabungkan dengan janji akan keturunan yang banyak (Kej. 12:7; 13:15-17; 17:8;
24:7; 26:3; 28:4; 35:12; 48:4; Kel. 6:3; 13:1; Im. 20:24; Ul.1:8 dst., bnd. Yeh. 11:17; 20:42;
Pada saat petani membawa buah sulung kepada Tuhan, ia mengaku: "TUHAN
Membawa kami ke tempat ini dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madu. Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari
bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN" (Ul. 26:9-10; bnd. 6:23; Yer. 32:21-22;
Neh. 9:8).
Jelas bahwa pokok ini termasuk "kredo" atau pengakuan iman sebagaimana
diungkapkan dalam ibadah umat Israel (bnd. uraian dalam Teologi Per janjian Lama 1, hlm.
9).
mengingatkan akan pemberian tanah itu (Bil. 13:2; 15:2; 16:14; 32:7, 9; 35:33;Ul. 1:35; 2:29;
27:3; 31:7; Yos. 1:2, 6, 11, 13, 14-15; 2:9,14; 5:6; 9:24; Hak. 6:9;1 Raj. 8:36, 40, 48;
mazmur-mazmur sejarah seperti Mzm. 78:54-55; 115:11, 44; 06:24; 111:6; 135:12; 136:21).
kepercayaan Israel yang setingkat dengan Keluaran dari Mesir dan bahwa keduanya tidak
dapat dipisah-pisahkan. Penilaian pokok pemberian tanah Kanaan sebagai tema yang
berdiri sendiri belum lama diakui dalam karya teologi Perjanjian Lama. G. von Rad
mengangkat hasil penelitian Martin Noth dan menjadi pelopor pandangan tersebut.
la diikuti oleh Chr. Barth (dalam buku ini), oleh R. Rentdorff (yang menekankan
hubungan antara janji dan penggenapan, serta keyakinan bahwa umat hanya dapat hidup di
tanah pemberian sejauh ia menjalankan Taurat), serta H.D. Preuss § 9 dan 10 yang
menekankan bahwa tanah yang diberikan dapat juga diambil kembali oleh Tuhan). W.
Zimmerli hanya memandang tanah sebagai salah satu kebaikan Tuhan terhadap umat-Nya
"Engkau telah membawa umat-Mu Israel keluar dari tanah Mesir dengan tanda-tanda
dan mujizat-mujizat, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan
kedahsyatan yang besar. Dan Engkau telah memberikan kepada mereka negeri ini, seperti
yang Kau telah janjikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka, suatu negeri yang
Kedua ayat ini menampakkan hubungan antara pemberian tanah dan keluaran dari
Mesir (bnd. Teologi Perjanjian Lama 1, Bab II), serta janji kepada leluhur (Bab) yang
penggenapannya ditunda sampai zaman Yosua: "Aku menuntun kamu keluar Mesir dan
memimpin kamu 40 tahun lamanya di padang gurun, supaya kamu menduduki negeri orang
Dari gurun yang tandus dan kosong, di mana mereka hidup semata-mata tergantung
kepada Tuhan, mereka diantarkan ke tanah yang memungkinkan mereka hidup dengan
baik, tetapi juga menghadapi cobaan untuk mengikuti cara beribadah orang setempat (bnd.
Bab IV). Chr. Barth masih menulis bahwa tema penciptaan dunia dan khususnya penciptaan
manusia (Bab I) kurang dipikirkan dalam hubungan dengan pemberian tanah. Kini situasi
berubah karena krisis lingkungan hidup. Perkembangan ekologi sebagai ilmu dan filsafat
tentang lingkungan hidup, mendorong kita untuk memikirkan hubungan antara tanah dan
Undang-undang yang diberikan di Sinai baru kena dalam masyarakat yang bertani di
Sudah jelas pula bahwa tanah Kanan itu merupakan tempat di mana pemerintahan
raja berkembang (Bab VII) dan bahwa pemilihan Yerusalem sebagai tempat di mana nama
hikmatnya (Bab VI). Akhirnya, para nabi bernubuat di tanah dan mengenai tanah itu (Bab
IX).
Namun, tanah Kanaan tak hanya diberikan Tuhan, tetapi juga diambil dengan kekerasan
dan kenyataan itu menantang orang yang menekankan keadilan Tuhan dan kasih yang
Tuhan dipuji sebagai pahlawan perang. Dialah dan bukan tentara Israel yang
2.1. Dari awal mula sejarahnya Israel mengalami Tuhan sebagai Pembela bilamana
diancam oleh musuh yang dapat memunahkannya: Nyanyikanlah bagi TUHAN, Sebab la
TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, la telah menjadi keselamatanku. TUHAN itu
pahlawan perang, TUHAN itu nama-Nya (Kel. 15: 21 dan 2a, 3). Sebelum pembebasan,
ketika dikejar tentara Mesir, Musa mengatakan, "Janganlah takut, berdirilah tetap dan
lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan hari ini kepadamu; sebab orang
Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.
Namun, tampaknya yang dimaksudkan itu adalah lambang kehadiran Allah). Dengan
demikian, orang Israel memahami pembebasan dari Mesir dan pembelaan di gurun dalam
terang pertempuran yang terjadi kemudian di tanah Kanaan. Tanah itu jatuh ke dalam
tangan Israel hanya karena Tuhan sendiri yang bertindak. Musa mengatakan, "TUHAN,
Allahmu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti
yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu, dan di padang gurun, di mana
TUHAN, Allahmu, mendukung engkau" (Ul. 1:30-31; melalui perkataan ini, tersimpul
kepada kedua pengintai, "Aku tahu bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepadamu
janji: "Janganlah takut kepada mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berperang
untukmu" (UI. 1:29; 3:22; 20:1-4; Yos. 10:14c dan 42b; 23:3, 10b, atau la menyerahkan
musuh ke dalam tanganmu/padamu Bil. 21:34; U1. 1:21; Yos. 8:1; 10:8; 11:6; bnd. juga Ul.
3:21; 30:6-8). Maklum, perang semacam itu dapat disebut "perang TUHAN" (1 Sam. 18:17
mengenai Saul; 1 Sam. 25:28 mengenai Daud dan "Kitab Perang TUHAN" Bil. 21:14).
Sebagai pahlawan perang. Tuhan datang dengan kuat kuasa: TUHAN, ketika
Engkau bergerak dari Seir, ketika Engkau melangkah maju dari daerah Edom,
bergoncanglah bumi, tirislah juga langit, juga awan tiris airnya; gunung- gunung- yakni Sinai
Sungai Kison menghanyutkan musuh, Kison, sungai yang terkenal dari dahulu kala itu (Hak.
5:20-21, bnd. juga Hab. 5:13-15). (Hujan lebat yang jatuh menurut ay. 4b dalam nyanyian
Deborah itu menyebabkan air naik di Sungai Kison dan mengalir dengan deras sehingga
TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari
pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di
segala suku Israel bersama-sama (Ul. 33:2, 5; bnd. Mzm 29). (Yesyurun adalah nama
kesayangan untuk Israel yang dipakai dalam puisi dan nubuat; kepala bangsa adalah kepala
Demikian pula matahari dan bulan berhenti di atas Gibeon pada pertempuran.
Dengan demikian, tentara lawan menghadapi matahari yang menyilaukan mereka sehinga
mereka tidak dapat melihat dengan baik dan dikalahkan oleh Israel.
Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. la berkendaraan melintasi langit sebagai
penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan. Allah yang abadi adalah tempat
perlindunganmu. la mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah! (UL. 33:26-
Allah datang disertai tentara surgawi, yaitu bintang-bintang dan puluhan ribu malaikat
suci, dengan alat berupa awan gelap hujan dan hujan es (bnd. Mzm. 18:13 dan 104:2-9)
halilintar dan api (Mzm. 18:9), bahkan matahari dan bulan diperintahkan-Nya.
Dalam bukunya The Divine Warrior in Early Israel, Patrik Miller menekankan
kemiripan Tuhan dengan Baal. Baal pun datang dari pegunungan (Safon) mengendarai
awan-awan, disertai taufan dan halilintar; ia pun ditemani mahkluk surgawi - atau dewa-dewi
Dua lawan utama dihadapi Baal, pertama-tama Yam (yaitu samudera asal). la
hendak menang untuk meraih kepemimpinan dewan ilahi sebagai kuasa pengatur dan
pengaman (bnd. Tuhan dalam dewan surgawi Mzm. 82:1). Dalam hal ini, peran Baal serupa
dengan peran Marduk di Babel, yang mengalahkan Tiamat, sang naga laut. Unsur mite mula
jadi itu pun dikenakan pada Tuhan (bnd. Yes. 51:9; Ayb. 26:12-13 dst., lih. Bab I.2., hlm. 19
dyb). Akan tetapi, tidak ada mite utuh tentang kemenangan Tuhan atas kekacaubalauan
(khaos) semula itu. Hanya pecahan dari mite bangsa-bangsa yang dipakai sebagi warna-
warni untuk melukiskan kuasa Tuhan sebagai Pencipta dan Penentu sejarah.
Lawan Baal yang kedua adalah Mot, dewa maut, yang membunuh Baal pada musim
rontok, ketika tidak ada lagi tumbuh-tumbuhan yang berkembang. Kemudian, dengan
pertolongan Anat, Baal bangkit kembali pada permulaan musim semi dan mengambil
tempatnya sebagai Raja (bnd. Mitesejajar tentang Osiris dan Isis di Mesir). Mite kesuburan
alam itu dikenal diseluruh Timur Tengah kuno dan menentukan hidup beragama di situ.
Akan tetapi, mite itu serta upacara di sekitar perkawinan suci antara dewa dan dewi itu
budaya bersama bangsa-bangsa Kanaan dan Israel. Tuhan diberikan gelar "El" dan sifat-
sifat Pencipta itu pun diakui ada pada Tuhan. Dapat juga dikatakan bahwa ciri-ciri Baal
Perang itu bersifat historis. Tuhan menyelamatkan umat pilihan-Nya yang sedang
berdiri dan belum mempunyai tatanan kuat. Beberapa abad kemudian Tuhan akan
menyerang umat-Nya yang tidak setia melalui tentara Asyur dan Babel. Lain hal dengan
Baal; perangnya selalu bernada kosmis dan hanya secara insidental menyangkut bangsa
Baik diingat bahwa Israel memuji Tuhan sebagai Pencipta kosmos dan Pemberi
kehidupan atas prakarsa-Nya sendiri (dan bukan dalam rangka suatu perang kosmis antara
para dewa). Pengakuan ini makin lama makin jelas, apalagi sesudah Pembuangan.
2.2. Di hadapan Tuhan yang mendukung Israel, bangsa-bangsa ketakutan "menjadi kaku
seperti batu" (Kel. 15:16: "dibingungkan dan dikacaukan" (Ul. 7:23; Kel. 14:27;1 Sam. 5:9;
Mzm. 48:4-7), bahkan"panik'" br.: tsirah, bukan berarti "tabuhan", tetapi "panik", Kel. 23:28;
Ul. 7:20; Yos. 24:12). Mereka pun dihalau dan dilenyapkan (Yos. 13:12, 13; 14:12; 15:14
dst.; Hak. 1:19-21, 27-33) dan digantikan oleh orang Israel yang menduduki tanah mereka
sesuai dengan hukum perang, yakni pemenang mengambil alih tanah lawan yang kalah (Ul.
2:12, 21, 22; 9:1-3; 11:23; 12:2; 18:12; 19:1; 31:3; Hak. 11:23-24).
Makin lama makin ditekankan bahwa kemenangan dikerjakan TUHAN karena Israel sendiri
lemah. Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang
memberikan kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-
Mu, sebab Engkau berkenan pada mereka (Mzm. 44:4; bnd. ay. 3:7-8).
Dalam cerita Gideon itu keyakinan itu sudah ditemukan. Tujuh tahun lamanya orang Midian
yang berpasukan unta datang merampas hasil panen dan ternak peliharaan. Mereka
bergerak cepat dan orang Israel terdesak. Akhirnya, suatu tentara besar orang Midian dan
Amalek hendak menduduki negeri. Gideon memanggil semua suku di wilayah Utara
(Manasye, Asyer, Zebulon, dan Naftali) untuk menghadapi mereka. Sebanyak 32.000 petani
bersenjata datang. Namun, Tuhan berfirman, "Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama
dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam
tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku" (Hak.
7:2). Pasukan disaring dua kali dan akhirnya terpilihlah 300 orang.
Tema ini pun diangkat Ulangan 8:17-18: "Maka jangan kaukatakan dalam hatimu:
Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.
Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan
yang dikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini."
Nada yang sama diperdengarkan dalam Mazmur 33:6-19; 20:7-8; 44:7-8, bandingkanlah
dengan Zakharia 4:6. Bukan kekerasan, melainkan Roh Allah yang menang. Dengan
demikian kejayaan militer Israel sangat diremehkan dan pertolongan Tuhan dimuliakan (segi
ini ditekankan oleh Fritz Stolz, JHWHs und Israels Krieg, Zürich, 1972).
2.3. "Sejak permulaan sejarahnya, Israel mengalami dukungan Allah ketika kemenangan
diberikan atas musuhnya. Namun, Perjanjian Lama tetap sadar bahwa Tuhan senantiasa
bebas memberi atau menolak kemenangan Israel sesuai dengan kehendak-Nya yang
kudus. Tuhan tidak pernah menjadi 'Penjamin kemenangan' bagi Israel. Kemenangan itu
senantiasa merupakan karunia Allah dan sekali-kali bukan kewajiban-Nya" (W. Zimmerli,
Grundriss derA.T Theologie, hlm 52). Tuhan menolak kemenangan dalam peperangan yang
tidak direstui-Nya.
Tuhan meninggikan musuh raja di Sion karena ketidakadilan di negeri : Engkau telah
meninggikan tangan kanan para lawannya, telah membuat semua musuhnya bersukacita.
Juga Kaubalikkan mata pedangnya, dan tidak membuat dia dapat bertahan dalam
Terlebih dahulu Tuhan telah menentang Israel Utara: "Orang cepat tidak mungkin
lagi melarikan diri, orang kuat tidak dapat mengunakan kekuatannya, dan pahlawan tidak
dapat melarikan diri. Juga orang yang berhati berani di antara para pahlawan akan
melarikan diri dengan telanjang pada hari itu, "demikianlah firman TUHAN (Am. 2:14-16;
kedua belas suku masuk bersama dan masing-masing menerima bagiannya; semuanya
merelakan dirinya untuk melayani Tuhan. Penduduk setempat kehilangan hak atas tanah
tersebut. Tujuan Keluaran adalah tanah yang aman yang memungkinkan Israel hidup
dengan baik. Terdengar dua suara kesaksian. Yang lebih muda menekankan bahwa Allah
memberikan tanah Kanaan serentak kepada seluruh suku di bawah seorang pemimpin saja.
Suara itu berasal dari abad ke-7, atau ke-6, ketika seluruh Israel Utara telah direbut Asyur
(mungkin dimaksudkan untuk mendorong Yosia mengambil kembali sebagian wilayah yang
Bahan itu ditinjau kembali pada zaman Pembuangan ketika seluruh wilayah yang
dikaruniakan Tuhan itu hilang. Bukan peristiwa masa silam itu yang dipentingkan, melainkan
makna pemberian tanah dan tujuan Tuhan atas umat- Nya. Suara yang lebih tua mengingat
usaha satu atau beberapa suku untuk mengambil alih atau mempertahankan wilayah
PENDAHULUAN
Allah bertindak di medan sejarah, kenyataan ini tampak dalam pemilihan Abraham,
pembebasan dari Mesir, pembinaan di padang gurun, pengikatan perjanjian di Sinai dan
pemberian tanah Kanaan. Di situ umat Allah menjadi suatu bangsa dan lama-kelamaan
suatu negara yang memerlukan suatu tatanan politik. Sama seperti negara-negara
1. Segi Teologis
Perkembangan ini mengandung segi teologis, tetapi juga segi sosiologis. Allah
hendak mendirikan kerajaan-Nya di dunia ini, yakni suatu ruang di mana manusia mengakui
pemerintahan-Nya dan hidup dalam hubungan yang bertanggung jawab terhadap Allah dan
sesama.
Istilah "kerajaan Allah" memainkan peran kunci dalam Injil. Namun, istilah itu
sebenarnya berakar dalam Perjanjian Lama. Kerajaan Allah diangkat dalam puji-pujian (Yer.
10:7; Mzm. 103:19 dan 145:11-13) dan dalam janji mesianis kepada Daud (1 Taw. 17:14;
28:5; TB-LAI memakai pemerintahan Allah). Yang lebih sering dipakai adalah kata kerja
"memerintah sebagai raja" (malak) (bnd. Kel. 15:18;1 Sam. 8:7 dan 7 kali dalam mazmur
Tuhan Raja). Namun, yang lebih sering lagi digunakan adalah gelar raja (melek) untuk
Tuhan, bahkan dalam naskah tua ("TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka, dan sorak-
sorak karena Raja ada di antara mereka", Bil. 23:21b; bnd. Ul. 32:4 dalam berkat Musa dan
Yes. 6:5: "... mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam").
Seorang manusia yang memerintah sebagai raja - dan mengakui Tuhan sebagai
Allah dan hukum-Nya, baik dalam jabatan maupun hidup pribadinya. Hal itu bertolak
belakang dengan raja-raja sakral di negara-negara tetangga Israel. Di Mesir, firaun memiliki
sifat ilahi. la diperanakkan oleh Amon-Ra, pencipta dan dewa matahari. Dipercaya bahwa
Amon-Ra menghampiri sang permaisuri dalam wujud sang suami. Pada hari pengangkatan
raja baru, asal-usul ilahinya diperkenalkan dan dipuja. Firaun mewujudkan kesatuan antara
Mesir Utara dan Mesir Selatan dan menjamin tatanan kosmos dan masyarakat. Di Sumer
(Babel kuno) "raja turun dari sorga pada awal mulanya" (permulaan daftar raja kuno, dikutip
Sekalipun ia bukan lagi sesosok dewa (sejak Hammurabi, abad ke- 18s.M.), ia tetap
mewakili para dewa terhadap rakyat dan rakyatnya terhadap para dewa. Itu sebabnya pada
perayaan tahun baru, ia menanggalkan kemuli aannya, menanggung hukuman ilahi atas
kesalahan bangsanya, dan naik kembali ke atas takhta untuk memerintah setahun lamanya
dengan penuh wibawa. Di seluruh Timur Tengah kuno, raja diberikan gelar "anak Allah".
kuasa mutlak, yang di dalamnya raja menentukan hukum dan tidak boleh dipersalahkan. Di
Israel mulailah situasi yang baru. Pemerintah yang disahkan oleh wakil rakyat berdiri di
bawah hukum dan memimpin suatu negara hukum. Penemuan baru itu menentukan
Dalam Bab VIl ini kita hendak melihat sampai di mana raja-raja di Israel memenuhi
jabatan pemerintah yang ditentukan Allah dan di mana mereka gagal. Tetapi sebelum kita
2.Segi Sosiologis
Sebagaimana telah diuraikan, edua belas suku Israel tumbuh berdasarkan persatuan orang
Ibri yang datang dari Mesir bersama dengan Musa dan orang Ibri yang berasal dari Kanaan,
serta orang dari suku-suku asli. Mereka hidup di wilayah masing-masing dalam kaum
melalui musyawarah dalam tatanan yang serba egaliter. Mereka saling bertemu dalam
perayaan untuk Tuban yang mereka terima sebagai Allah. Mereka pun dapat saling
Biasanya, serangan datang dari Amalek dan Midian di selatan, dari Amon dan Moab di
sebelah timur, dari Aram di utara; semuanya merupakan kerajaan Semit. Bahaya yang
makin lama makin kuat datang dari kaum Filistin di pantai barat. Mereka datang dari
seberang laut dan tidak bersunat. Kerajaan-kerajaan tetangga itu memiliki tentara
profesional dengan kereta perangatau prajurit yang menunggang unta. Sebaliknya, suku-
suku Israel hanya mengenal tentara rakyat yang terdiri atas petani, peternak, dan tukang
yang kurang terlatih dengan hanya bersenjatakan pedang pendek (kira-kira 50 cm) serta
tombak.
mengetahui penyebabnya, yakni orang Israel telah mengikuti allah lain dan sujud
menyembahnya. Mereka menyimpang dari sikap yang ditempuh oleh nenek moyangnya
pada zaman Musa dan Yosua, yang mendengar perintah Tuhan. Mereka melakukan apa
yang jahat dimata Tuhan (Hak. 2:17b; bnd. Hak. 2:10-12a; 3:7,12; 6:1; 10:6-7; 13:1).
Ketika mereka "berseru pada TUHAN, maka TUHAN Membangkitkan seorang penyelamat
bagi mereka" (Hak. 3:9, 15; bnd. Hak. 4:3; 6:7, 14; 10:10-16). Dalam kerangka teologis inilah
diceritakan riwayat kuno tentang "hakim-hakim", yang kebanyakan menyangkut satu atau
Kata "hakim" ([br.: syofet) berasal dari kata kerja yang berarti: a) menyelamatkan,
di medan penghakiman. Pada intinya, Tuhan adalah Hakim (Hak. 11:27). Namun, la pun
sudi membangkitkan hakim-hakim (Hak. 2:16; bnd. disertasi Dr. I.P. Lambe, STT Jakarta,
1970).
Terdapat suatu daftar dari lima hakim yang tidak diketahui lagi panggilan, sikap, dan
kerjanya, yaitu Tola di Isakhar, Yair di Gilead (Hak. 10:1-5) serta Ebsan dari Betlehem, Elam
dari Zebulon dan Abdon di Efraim (Hak. 12:8-15). Besar kemungkinan mereka hanya
Hakim yang diangkat Tuhan dapat dilengkapi dengan Roh-Nya (demikianlah Otniel [Hak.
3:9-10]; Gideon [Hak. 6:34), Yefta Hak. 11:29], dan Simson [Hak. 13:25]) atau dibangkitkan
(demikianlah Ehud [Hak. 3:15|), diutus (demikianlah Gideon (Hak. 6:14), atau ditunjuk oleh
tua-tua dan kemudian "membawa seluruh pekara pada TuHAN" (Yefta [Hak. 11:11]). Tuhan
juga dapat memberikan jabatan nabi kepada seorang hakim agar ia mendengar dan
meneruskan firman-Nya seperti halnya Debora (Hak. 4:4) dan Samuel (1 Sam. 3:20). Otniel,
keponakan Kaleb, yang mendapat tanah di Hebron, mengalahkan seorang raja asing,
Kusyan-Risyataim, lalu memerintah selama 40 tahun (Hak 3:7- 11). Ehud, orang Benyamin,
membunuh raja Moab dengan tipu muslihat dan membebaskan sukunya, yang kemudian
dapat hidup aman (Hak. 3:12-29). Gideon, orang Manasye, dipanggil dan diutus Tuhan
dengan perantaraan malaikat, menurut cara yang berdekatan dengan panggilan seorang
Midian. Musuh sudah berkumpul di Lembah Yizreel, maka "Roh TUHAN menguasai Gideon;
ditiupnyalah sangkakala" dan pasukan dari empat suku mengikuti dia (Hak. 6:33-35).
Namun, Tuhan hanya mengizinkan 300 prajurit menyerang (Hak. 7:1-8:3). Karena Gideon
dilengkapi dengan kebijaksanaan dan keberanian dan disertai TUHAN, ia pun menang.
Sekalipun hendak diangkat untuk memerintah Israel, ia menolak dengan perkataan "Aku
tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu, tetapi TUHAN
yang memerintah kamu" (Hak. 8:22-23; Ibr. malak). Dari antara 70 anaknya, hanya satu
yang tidak menghormati sikap ayahnya dan berhasil menjadi raja di kota Sikhem, tempat
asal ibunya. Abimelek bertindak menurut cara raja Kanaan dan gagal. Yefta, "seorang
pahlawan yang gagah berani" (Hak. 11-12) di antara orang Gilead, didekati para tua-tua
sukunya untuk membebaskan mereka dari penindasan kerajaan Amon, tetangganya. Yefta
diusir oleh saudara tirinya dan menjadi pemimpin sekelompok orang muda yang mencari
nafkah dengan merampok. la menyadari bahwa sebenarnya ia tidak layak dan "membawa
seluruh pekara ke hadapan TUHAN" (Hak. 11:11). la diberikan hikmat untuk membantah
tuduhan raja Amon dan Roh Tuhan menghinggapinya sehingga ia dapat mengalahkan
musuh. Namun, nazar yang diangkatnya menjadi celaka baginya (putri tunggalnya
dikurbankan demi menepati janjinya: apa yang keluar pintu rumahnya akan dikurbankan
kepada Tuhan).
Selain itu, perselisihan dengan suku Efraim diselesaikan dengan kekerasan. Simson,
pemuda dari suku Dan (Hak. 13-16), juga "digerakkan oleh Roh TUHAN (Hak. 13:25).
Ibunya telah diberitahukan oleh seorang malaikat bahwa "sejak dari kandungan ibunya anak
itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel
dari tangan orang Filistin" (Hak. 13:5). Kekuatan orang nazir yang luar biasa itu sendiri
ternyata tidak banyak I berguna, malah berkali-kali lenyap oleh tipu muslihat orang Filistin
(Hak. 16:19). Tetapi Roh Tuhan sewaktu-waktu "berkuasa atas dia" (Hak. 14:6, 19; 15:14;
bnd. Hak. 16:28) dan berkat kekuatan baru yang diperolehnya dari Roh itu, Simson menjadi
penyelamat bagi suku dan bangsanya sesuai dengan maksud Tuhan yang semula (Hak.
14:4).
Inilah suatu cerita rakyat yang penuh humor yang segar, tetapi juga menjadi kesaksian
menyelamatkan umat-Nya yang tertindas itu. Debora bangkit sebagai "ibu di Israel" (Hak.
5:7). Sama seperti perempuan bijaksana dari zaman Daud yang memperjuangkan
kehidupan kaumnya ketika laki-laki pasrah karena kebebalan atau kebinggunan (bnd.
Abigail, 1 Sam. 25, dan ibu bijkaksana dari Abel Bet-Maakha, 2 Sam. 20:16-22), ia pun
bangkit, mengambil risiko ditolak sebagai perempuan, dan rela mempertaruhkan nyawanya
demi kaumnya. Debora dikenal karena ia biasa duduk di bawah pohon ternama di
pegunungan Efraim dan menasihati orang berdasarkan hukum Tuhan, memutuskan perkara
mereka, dan mengarahkan mereka dengan bijaksana. Sebagai nabiah, ia menerima firman
Tuhan dan memanggil Barak, menyampaikan firman itu, dan menyertai panglima itu dalam
pelaksanaannya (Hak. 4:6-10 dan 14). Tuhan memberikan kemenangan. tetapi musuh
utama, Sisera, dibunuh oleh istri Yahudi seorang Keni yang bernama Yael (yang berarti
YHWH adalah Allah). Sama seperti Miryam, nabiah yang lain itu, Debora mengangkat
la memuji Tuhan, Allah Israel yang datang dari selatan, menang atas musuh melalui suku-
suku yang rela dipanggil-Nya dan berjanji bahwa "orang- orang yang mengasihi-Nya
4. Peralihan antara Hakim-hakim dan Raja Samuel. Sama seperti Debora, Samuel
adalah seorang hakim dan sekaligus nabi. la diangkat Tuhan sejajar dengan Musa dan
Harun (Yer. 15:1; Mzm. 99:6) untuk memimpin seluruh Israel di zaman peralihan, yakni dari
kehidupan setiap suku sendiri-sendiri, "bila setiap orang berbuat apa yang benar menurut
pandangan sendiri" (Hak 17:6; 21:25; bnd. 18:1; 19;1) pada hidup bersama di bawah raja.
Dalam situasi gawat Tuhan mengangat pemimpin kharismatik (dalam bahasa Yunani,
kharisma berarti pemberian anugerah Tuhan), terutama Debora, Gideon, Yefta, dan Samuel.
Namun, karena ancaman dari pihak luar (Filistin) makin gawat pada bagian terakhir abad ke-
11 s.M., orang-orang terkemuka ingin agar ditentukan suatu pemimpin yang mampu
itu. Diceritakan babhwa semua tua-tua srael datang ke Rama menemui Samuel dan berkata,
"Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak mengikuti jalanmu, angkatlah sekarang seorang
raja atas kami, agar ia memerintah (syafat) kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain"
(1 Sam. 8:5).
Samuel segan; Tuhan menerangkan bahwa "bukan engkau yang mereka tolak, tetapi
Akulah yang mereka tolak supaya jangan Aku memerintah mereka sebagai raja (malak" (1
Sam 8:7; bnd. 12:12). Para tua-tua diberitahukan [hak raja] (1 Sam 8:10-18) yang akan
pun akan sama dengan semua bangsa yang lain, raja kami akan menghakimi/memerintah
kami dan memimpin kami dalam perang" (1 Sam. 8:20; bnd. 1 Sam. 12:12-17). Di samping
suara yang sangat kritis terhadap pemerintahan raja (dan barangkali sudah melihat akibat
negatif pemerintahan itu), terdengar pula suara (yang mungkin lebih tua) yang menceritakan
bahwa Tuhanlah yang berprakarsa mengangkat seorang raja (1 Sam. 9:1-10, 16; 11:1-15).
Raja-raja memerintah di Israel dari tahun 1016 sampai 721 s.M. (Israel Utara) dan 586 s.M
(Yehuda) dan mengecewakan. Makin kritis masyarakat atas raja yang sedang memerintah,
makin dinantikan seorang "Raja adil" yang menjalankan pemerintahan Allah di dunia ini.
Pengangkatan raja, khususnya raja Daud, merupakan karya Tuhan dan pokok puji-pujian
merupakan pokok kepercayaan Israel sekalipun tidak muncul dalam naskah pengakuan
iman dan hanya dalam beberapa puji-pujian (Mzm. 78:70-72; Mzm. 132; Neh. 9:27; bnd. 1
Raj. 11:34 ).
Dalam Perjanjian Baru, di Antiokhia, Paulus menyebut pengangkatan kedua raja pertama
dalam rentetan karya besar Allah. Setelah keluaran dari Mesir, 40 tahun di gurun, pemberian
tanah, ia mengatakan, "la memberikan mereka hakim- hakim sampai pada zaman nabi
Samuel. Kemudian mereka meminta seorang raja dan Allah memberikan kepada mereka
Saul bin Kish dari suku Benjamin, empat puluh tahun lamanya. Setelah Saul disingkirkan,
Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka Dan dari keturunannya sesuai dengan yang
telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu
yang lain?
1. Menurut Alkitab, Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perem puan menurut gambar-
Nya dan memberikan kuasa kepada mereka (Kej. 1:26-28). la pun memberikan tanah
kepada manusia untuk "berbakti kepada-Nya dan memeliharanya" (terjemahan harfiah Kej.
2:15). Dalam kebudayaan lain di Timur Tengah kuno, hanya raja yang dianggap serupa
dengan Allah dan sering juga hanya raja yang memiliki tanah. Jadi, menurut AIkitab, Tuhan
menciptakan manusia sebagai "pejabat raja" yang bertanggung jawab kepada-Nya dan juga
saat ketika ia diurapi oleh para pemimpin Yehuda sebagai raja mereka (2 Sam. 2:4). Lalu,
dua belas tahun kemudian, semua tua-tua dari suku Israel datang ke Hebron dan
Selagi Daud memerintah, ada tiga kali upaya untuk melantik seorang penggantinya melalui
kudeta. Yang mengidamkan takhta adalah anaknya, Absalom (2 Sam. 15:10-12), Seba,
orang Benyamin (2 Sam. 20:1-2), serta Adonia, anak Daud juga(1 Raj. 1:5-10, 25-27).
Akhirnva. Daud menuniukkan anaknya, Salomo, dan menyuruh Imam Zadok, Nabi Natan,
dan Benaya mengantarkannya ke Gihon. Sangkakala ditiup dan seluruh rakyat berseru,
Di Israel Utara tidak ada dinasti tetap sehingga sering timbul pemberontakan. Setelah raja-
raja beribadah kepada dewa-dewi, seorang nabi mengurapi Yehu, yang kemudian diangkat
oleh perwira-perwiranya (2 Raj. 9:12- 13). Di Yehuda Ratu Atalia membunuh semua anak
laki-laki keturunan Daud. Hanya bayi Yoas yang diselamatkan bibinya, Yoseba, istri Imam
Yoyada. Ketika anak itu berusia 7 tahun, ia diantarkan ke Bait Suci oleh Yoyada (Tuhan
mengetahui), diapit oleh para pemimpin, diberikan piagam penobatan oleh imam besar (LAI
semua berseru, "Hidup raja" (2 Raj. 11:12), lalu ia diantarkan ke istana dan "duduk di atas
Mazmur-mazmur yang digunakan pada penobatan raja atau perayaan raja yang lain
menambah pengertian, khususnya Mazmur 2:6-7: "Aku telah melantik raja-Ku di Sion ...
Roland de Vaux, arkeolog dan sejarawan Prancis, mengusulkan upacara pelantikan sebagai
berikut:
1) Calon raja berdiri di atas tempat yang cukup tinggi di halaman Bait Suci;
2) Raja dikenakan jejamang, mahkota dan lambang jabatan raja lainnya;
mengenai hak dan kewajibannya, serta firman ilahi tentang pemberian tugas dan janji
penyer
4) Raja diurapi sebagai tanda pemberian tugas dan penyerahan kuasa dari pihak
masyarakat;
7) Para pem-besar dan wakil masyarakat mengangkat sumpah setia kepada raja (Les
Institutions de l'Ancien Testament, Jilid I, Bab V, Paris, 1948). Dari upacara pelantikan itu
Sepanjang sejarah kerajaan, raja yang dilantik itu diurapi. Pengolesan dengan minyak tidak
hanya dipakai untuk menyembuhkan dan menguatkan. Dalam budaya kuno minyak
dianggap sebagai zat yang memberikan kekuatan dan wibawa. Sejak milenium ketiga, firaun
diurapi bila naik takhta. Sejak milenium kedua, raja Het dan besar kemungkinan juga raja-
raja Kanaan (bnd. perumpamaan Yotam, Hak. 9:8, 15) diurapi. Demikianlah orang Israel
Sepanjang zaman kerajaan, raja-raja di Israel diurapi: Saul (1 Sam. 10:1), Daud (2 Sam. 2:4,
7; 5:3, 17; 1 Taw. 11:3), Absalom (2 Sam. 19:10 ), Salomo (1 Raj. 1:39, 1 Taw. 29:22), Yoas
(2 Raj. 11:12 dan Yoahas (2 Raj. 23:30). Kita kurang menemukan informasi yang cukup di
Pengurapan itu selalu bermakna politik meskipun pengurapan dilakukan di hadapan Tuhan
(2 Sam. 5:3) dan dipersembahkan kurban pada Allah (1 Sam. 11:15). Para tua-tua, kepala
suku, imam, dan rakyat hadir dalam upacara yang mengangkat kepala negara yang akan
tugas yang berat itu diperlukan berkat Tuhan bagi dia yang akan digelari "raja yang diurapi
Tuhan". Sungguh, gelar "mesiakh" akan diberikan makna yang jauh lebih dalam di kemudian
Pengurapan seorang raja di Israel biasanya berlangsung dengan persetujuan para wakil
rakyat sebagai syarat dan dasar hukumnya. Suatu musyawarah dan perundingan
pemerintah kepada raja, tetapi hanya kepada raja yang dapat mereka percrcayai, lalu
merundingkan apa tugas dan wibawa masing-masing. Calon raja mengangkat semacam
"sumpah jabatan" (bnd. janji Daud kepada para tua-tua Israel, 2 Sam. 5:3).
kerajaan" yang disepakati bersama (1 Sam. 10:25). Wewenang masyarakat Israel tidak
selalu diindahkan. Abner, panglima Saul, begitu saja membawa Isybosyet, putra Saul, ke
Mahanaim "serta menjadikan dia raja" atas suku-suku Israel Utara (2 Sam. 2:9). Pengganti
Daud di atas huluan bahwa "TuHAN, Allah Israel, telah memberikan kuasa kerajaan atas
Israel kepada Daud dan anak-anaknya dengan suatu perjanjian garam" (2 Taw. 13:5).
Baik kerajaan yang diperintahkan oleh Daud dan Salomo maupun kerajaan Yehuda yang
masih tinggal kemudian itu ternyata disebut "kerajaan TUHAN" dan raja-rajanya duduk di
atas "takhta TUHAN". Dapat dimengerti bahwa penerjemah TB-LAI keberatan menyalin
ungkapan yang "keterlaluan" itu. Kerajaan Tuhan memang jauh melebihi kerajaan Yehuda
yang kecil mungil itu (bnd. Mzm. 145:8- 13), tetapi Tuhan dengan kerajaan-Nya sendiri telah
Kerajaan Timur Tengah Kuno sudah punah semua, demikian juga kerajaan yang ibu
kotanya Yerusalem. Namun, hal yang dimulai Tuhan di situ tetap hidup dan mempunyai
masa depan dalam penantian akan Mesias. Antara lembaga kerajaan yang memusatkan
kuasa pada satu orang dan masyarakat Israel yang egaliter terdapat ketegangan yang tak
pernah reda. Mereka itu langsung melalui tokoh-tokoh tergantur yang diutus Allah, seperti
Musa, Yosua dan tergantung kepada-Nya sebagaimana nyata dalam nada ritual cerita-cerita
tentang mereka. Agar lembaga baru kerajaan dapat diterima di Israel terdapat pula ritual
yang menekankan bahwa raja pun tergantung kepada Tuhan. Ini pun menjadi pola ukur
Dapat ditanyakan apakah para nabi istana - mulai dengan Natan - melihat hubungan antara
Tuhan dan raja sebagai anak angkat-Nya dalam hubungan kekeluargaan di mana Bapa
membina anaknya dan kalau perlu memakai pukulan rotan sebagaimana biasa antara
manusia (bnd. 1 Sam. 7:14). Atau apakah mereka mengikuti pola istana lainnya di Tỉmur
Tengah kuno, yang melihat raja sebagai anak ilahi yang patut ditaati. Kedua pandangan itu
Tuhan itu Raja. Ia tidak hanya mengikutsertakan manusia dalam pemerintahan-Nya, tetapi
la menyerahkan tugas tersebut kepada raja dengan janji penyertaan dan menuntut agar
Dalam masyarakat beragama, delegasi kuasa dari pihak Allah pada pemerintah berarti
bahwa pemerintah tersebut bertindak di bawah "Hukum Allah" dan senantiasa perlu
diperingatkan jika ia melanggar kehendak ilahi. Inilah "tugas kenabian". Torah bukan suatu
hukum yang baku dan abadi. Pola dasar memang dinyatakan Tuhan dan tetap berlaku,
tetapi pengalimatan perlu dijelaskan dan dilengkapi agar sesuai dengan keperluan
masyarakat.
Demikianlah "kehendak ilahi" atau "hukum Allah" itafsirkan secara berbeda-beda oleh
manusia yang juga berbeda-beda dalam sikap, budaya, zaman, golongan etnis dan sosial.
Diskusi terbuka di dalam kalangan umat beragama, dan kini antar-umat beragama, penting
agar suatu tafsiran tertentu jangan dijadikan "ideologi" yang dipaksakan atas masyarakat.
Dalam masyarakat majemuk atau sekuler, pemerintah terikat pada hukum yang menunjang
kehidupan manusia, khususnya dalam bentuk hak-hak asasi manusia, Pancasila (di
Indonesia), dan undang-undang yang telah diputuskan oleh lembaga legislatif. Perbedaan
tafsiran bisa saja terjadi, tetapi kesepakatan harus dicari. Lembaga legislatif memainkan
peran penting disitu. la menerima saran partai-partai politik dan lembaga masyarakat yang
lainnya (seperti umat beragama, perserikatan kerja, lembaga ekonomi, dan sebagainya).
Masyarakat harus mengontrol apakah hukum diindahkan dan kuasa tidak disalahgunakan.
Hal itu dilakukan oleh setiap warga berdasarkan kebebasan berpikir, pers, partai politik,
berkembang melalui peraturan dan petunjuk yang senantiasa dapat disesuaikan dengan
situasi baru. Raja atau pemerintah dapat berhasil atau gagal, entah dalam bidang tertentu
atau secara keseluruhan. Kebijakan, motivasi, situasi dalam hubungan dengan bangsa-
Jaminan tidak ada. Tugas seorang raja di Israel mirip dengan tugas raja-raja lain di Tỉmur
Tengah kuno. Di antara mereka terdapat pemimpin dengan kesadaran dan budi yang luhur.
Demikian umpamanya Hammurabi, raja atas Sumer dan Akad di kota Babel (sekitar 1700
s.M.) selama 40 tahun. Dalam muka kumpulan undang-undang yang ditetapkan tertulis
demikian: "Anum dan Enlil telah mengangkat aku, Hammurabi, raja yang saleh dan patuh
pada dewa- dewa, untuk menambah kemakmuran rakyat, untuk menegakkan keadilan di
dalam negeri, untuk menghancurkan si jahat dan si durjana." Demikian pula di dalam kata
aku sehingga aku menjadi gembala yang baik; keadilan adalah tongkat kerajaanku. Aku
memerintah bangsa-bangsa dalam damai sentosa; aku melindungi mereka sesuai dengan
kebijaksanaanku. Aku telah menetapkan undang-undang ini agar jangan si kuat menindas si
lemah, dan supaya keadilan diberi kepada anak yatim piatu dan janda-janda ...". Demikian
juga di Mesir terdapat ajaran pada calon firaun (oleh Merikare, abad ke-22 s.M): "Lakukan
apa yang adil untuk bertahan di dunia. Hiburkan orang yang menangis, jangan menindas
Jangan hukumkan yang benar, jangan pakai kekerasan kecuali demi ke- baikan; penjarakan
orang-orang yang bersalah. Jangan mengecualikan para pemberontak dari hukuman bila
rencana mereka terbongkar karena Lorona allah mengenal orang fasik dan mengutuk
Neuchâtel, 1961).
Sama seperti Tuhan mengangkat para hakim untuk membebaskan bangsaNya dari
Bangsa Filistin sedang menindas dan menjajah suku-suku Israel yang tidak berdaya lagi
untuk mempertahankan diri. Dalam situasi itu Tuhan menyuruh Samuel untuk mengurapi
Saul menjadi nagid atas Israel dan "menyelamatkan Israel dari tangan orang Filistin'" (1
Daud pun dikatakan "menjadi nagid atas Israel" (1 Sam. 13:14; 25:30; 2 Sam. 5:2; 7:8)
dengan ketentuan bahwa ia akan melakukan perang Tuhan (1 Sam. 25:28), akan
"'menggembalakan" Israel (1 Sam. 5:2; bnd. 1 Sam. 7:7) serta "melepaskan" dan
"menyelamatkan" mereka dari tangan musuhnya (2 Sam. 19:9; bnd. 3:18). Terhadap raja-
raja yang kemudian tidak ada lagi yang diberikan tugas dan kuasa untuk berbuat yang
demikian. Hanya sekali saja kita membaca tentang seorang raja Israel Utara yang telah
diberikan Tuhan sebagai penyelamat (TB- LAl: penolong) bagi bangsanya "sehingga mereka
lepas dari tangan Mazmur ini mengangkat nubuat Nabi Natan pada Daud (1 Sam. 8, berinti
pada ayat 11b dan 16) sebagaimana disampaikan kepada raja-raja keturunan Daud pada
hari pengangkatannya. Mazmur itu menekankan kemenangan militer Daud serta perjanjian
kasih setia antara Tuhan dan Daud (bnd. Mzm. 89:4-5 dan 29-30; Mzm 132:10-11).
Akan tetapi, raja yang tinggi ini pun dilukiskan sebagai ayah yang dikhianati oleh putranya,
Absalom, dan harus melarikan diri (2 Sam. 15:13-15). Dalam banyak mazmur - yang ditulis
oleh atau bagi Daud- ia dilukiskan sebagai orang yang tergantung pada pertolongan Allah.
Dalam kemuliaan dan kelemahan itulah Daud menjadi teladan para pembesar yang sadar
negara lain. Itulah sebabnya suatu pemerintahan memelihara angkatan bersenjata. Perang
defensif lazim, namun perang agresif tidak. Hal itu ditentukan oleh PBB sekalipun ada
Para tua-tua Israel meminta seorang raja untuk membebaskan mereka dari ancaman
bangsa-bangsa lain. Mereka juga meminta seorang raja agar ia melindungi mereka dari
bahaya yang timbul dalam bangsa itu sendiri. Mereka memerlukan seorang yang
menghakimi dengan adil dan memerintah dengan bijaksana. Telah kita lihat bahwa kata
kerja ibrani syafat dapat berarti "membebaskan / menyelamatkan". Namun, kata itu paling
sering berarti "bertindak sebagai hakim". Demikian dikatakan dalam Ulangan 25:1 bahwa
jika ada "... perselisihan atau perkara di antara dua atau beberapa orang, mereka pergi ke
pengadilan (harfiah "keputusan hukum"; Ibr. misypat) dan mereka diadili dengan dinyatakan
siapa yang benar dan siapa yang salah". Pokoknya, hanya Tuhan yang menguji hati dan
Itu sebabnya orang meminta agar Tuhan menjadi hakim di antara dua oknum (mis. Sara dan
Abraham, Kej. 16:5; Daud dan Saul, 1 Sam. 24:13 dan 16) atau antara bangsa dengan
bangsa (Hak. 11:27) atau antara domba dengan domba, yakni anggota umat (Yeh. 34:17-
22). Orang yang mendapat tuduhan palsu atau difitnah meminta agar Tuhan menghakimi
mereka dan memberikan keadilan kepadanya (Mzm. 7:9; 26:1; 35:24; 43:1).
Tuhan sendirilah Hakim yang Adil (Mzm. 9:5; 7:12; 50:6; 68:6; 75:8; Yes. 33:22; bnd. U1.
10:17). la pun mengangkat orang tertentu untuk mengambil bagian dalam tugas itu,
khususnya para pemimpin umat-Nya. Demikian misalnya Musa (Kel. 18:13), Debora (Hak.
4:4-5), Samuel (1 Sam. 7:15) dan khususnya para raja (bnd. Salomo, 1 Raj. 3:9, dan
keinginan Absalom, entah sebagai penggarnti ayahnya atau pejabatnya, 2 Sam. 15:4).
"Ya Allah, berikanlah hukum (misypat) kepada raja dan keadilan-Mu (tsedakah) kepada
putera raja!
Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan
hukum (misypat).
Kiranya ia memberikan keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu,
Di dalam Kitab 1-2 Samuel dan 1-2 Raja-raja terdapat bahan-bahan kuno, yaitu:
b).cerita tentang Daud (yang besar kemungkinan dikumpulkan dan diterbitkan untukpertama
c). bahan-bahan dari kitab-kitab sejarah raja-raja Yehuda (dari Rehabeam sampai Zedekia);
d).bahan-bahan dari kitab-kitab sejarah raja-raja Israel (dari Yerobeam I sampai Hosea);
Semua bahan itu dikumpulkan dan disusun berangsur-angsur. Di zaman Yosia cerita
tentang Daud dipakai sebagai pengesahan Dinasti Daud, sedangkan pada waktu
umat, yakni Tuhan setia pada perjanjian yang diikrarkan- Nya, tetapi umat mengkhianatinya
dan harus dihukum meskipun Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya. Kitab-kitab Tawarikh
ditulis kemudian dengan mengutamakan ibadah (liturgi, nyanyian, kurban dan sebagainya
Untuk ketiga raja pertama, Saul, Daud, dan Salomno, terdapat cerita yang hidup dan
meninjau kepribadian dan pemerintahan dari beberapa sudut, sedangkan untuk raja-raja
kemudian hanya terdapat bahan yang agak kering dan penilaian apakah mereka melakukan
"yang baik" atau "yang jahat" di mata Tuhan. Tidak diperhatikan sampai ke mana mereka
PENDAHULUAN
Kota Yerusalem dikenal sejak abad ke-15 SM (barangkali sejak 1800 SM) di Babel
dan di Mesir di bawah nama Uru-Salim. Tidak tahu kapan dan oleh siapa kota ini didirikan,
namun jelas bahwa suku yang termasuk orang Kanaan atau Amori (yaitu Semit) diam disitu
dan suku terakhir bernama Yebus. Dalam abad ke-11 suku-suku Israel berusaha
dan Salomo memerintah dan menaklukkan sejumlah suku bangsa. Dengan membawa tabut
Bentuk kota Yerusalem ditempah oleh letaknya pada ujung utara pegunungan
Yehuda.
pusat kerajaanNya di atas bumi semata-mata agar umatNya memiliki suatu dasar teguh dan
Aku membawa umatKu Israel keluar dari Mesir, tidak ada kota lain yang Kupilih diantara
Keluaran dari Mesir diakui pemazmur sebagai dasar pemilihan Israel oleh Tuhan.
Namun pertama-tama dan terutama Yerusalem adalah kota Allah. Tuhan telah
memilihnya sebagai gunung kudus. Suku-suku Israel memandang YHWH sebagai Allah
yang membebaskan dan membimbing mereka serta memberikan tanah pertanian dimana
mereka hidup. Mereka menerima sejumlah gelar ilahi yang menekankan peranan Allah yang
Maha tinggi.
Sebagai Raja, Allah adalah juga hakim. Kebesaran itu diakui oleh orang yang
percaya.
Kisah perjalanan tabut Allah memperlihatkan bahwa Tuhan sendirilah yang telah
memilih Yerusalem untuk menjadi tempat kediaman yang baru. Dalam kisah tabut itu, kita
melihat bahwa manusia cenderung meyakini bahwa kehadiran Allah dijamin oleh tabut itu.
Yerusalem pun mempunyai tradisi beribadah kepada Allah yang Maha tinggi pencipta langit
dan bumi.
BAB IX
PENDAHULUAN
Umat Yahudi, Kristen dan Islam berakar pada pemeberitaan para nabi yang bangkit
di Timur Tengah. Ketiga umat beragama itu bersama-sama mengaku percaya kepada Allah
yang Esa, pencipta langit dan bumi serta seluruh isinya, Tuhan atas manusia.
Disamping nabi yang diutus Allah, bangkit juga nabi yang tidak diutus. Tidak ada
tanda lahiriah untuk membedakan mana nabi yang diutus Allah dan mana nabi yang tidak
demikian.
Tokoh-tokoh zaman dulu telah dilihat sebagai nabi, misalnya Abraham (Kejadian
20:7), panggilan Musa serupa dengan panggilan seorang nabi (Keluaran 3).
dicatat, digabung dalam kesatuan kecil, lalu disusun menjadi kesatuan yang lebih luas dan
akhirnya dibukukan.
Di zaman kuno semua buku ditulis tangan. Dalam Alkitab kita mengenal 3 nabi besar
karena bukunya panjang, salah satunya adalah Daniel. Merekalah tokoh-tokoh yang diutus
Bersama dengan tiga teman Yahudinya, Daniel dipilih untuk menerima pendidikan
pegawai negeri. Keempat pemuda itu belajar dengan tekun namun tetap memelihara taurat.