Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kitab Amsal merupakan salah satu bagian dari Alkitab yang dikenal

sebagai salah satu kitab hikmat dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Amsal

memberikan ajaran dan nasehat mengenai kehidupan yang bijaksana dan takut

akan Tuhan.

Dalam Amsal 1 : 1 – 7, pengarangnya, Raja Salomo, mengungkapkan

tujuan dari kitab ini, yaitu untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti

kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta

kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberi kecerdasan kepada orang yang

tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda.

Konteks zaman sekarang menunjukkan bahwa nilai-nilai spiritual dan

moral semakin terpinggirkan dalam pendidikan anak. Dalam dunia yang semakin

sekuler dan materialistik, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami

bagaimana konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal dapat diterapkan dalam

pendidikan anak agar mereka dapat bertumbuh menjadi individu yang bertaqwa

dan berakhlak mulia.

Latar belakang penelitian yang membahas konsep hikmat dan

pengetahuan menurut Amsal 1:1-7 serta relevansinya dengan pendidikan anak di

era masa kini dapat dibentuk dari beberapa poin penting:

1
1. Pentingnya Pendidikan Karakter.

Dalam era masa kini, pendidikan karakter menjadi semakin penting karena

banyaknya tantangan moral dan sosial yang dihadapi oleh anak-anak.

Amsal 1:1-7 memberikan dasar yang kuat dalam pembentukan karakter

yang baik, karena mengajarkan nilai-nilai hikmat dan pengetahuan yang

esensial untuk kehidupan.

2. Relevansi Nilai-Nilai Alkitab dalam Pendidikan: Amsal 1:1-7

menggarisbawahi pentingnya memperoleh pengetahuan dan hikmat

sebagai landasan bagi kehidupan yang berhasil dan bermakna. Dalam

pendidikan anak di era masa kini, penting untuk menjelaskan dan

menerapkan nilai-nilai yang ditemukan dalam teks-teks agama seperti

Amsal ini.

3. Tantangan dan Perubahan dalam Pendidikan Modern: Pendidikan

anak di era masa kini menghadapi tantangan baru, seperti pengaruh media

sosial, teknologi, dan perubahan nilai-nilai sosial. Dengan merujuk pada

konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal, dapat diidentifikasi

bagaimana nilai-nilai ini masih relevan dan bagaimana dapat diterapkan

dalam konteks modern.

4. Pentingnya Etika dan Moral: Amsal menekankan pentingnya etika dan

moral dalam mengambil keputusan dan berinteraksi dengan lingkungan

sekitar. Hal ini relevan dengan pendidikan anak di era masa kini di mana

2
keputusan-keputusan moral sering kali dihadapi dalam berbagai konteks

kehidupan sehari-hari.

5. Kontribusi terhadap Pembangunan Karakter: Dengan memahami

konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal, dapat dijelaskan bagaimana

penerapan nilai-nilai ini dalam pendidikan anak dapat membantu dalam

pembentukan karakter yang kuat, tangguh, dan berintegritas di tengah-

tengah tantangan masa kini.

Dengan memahami latar belakang ini, penelitian dapat menggali lebih

dalam konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal 1:1-7 serta menganalisis

bagaimana penerapannya dalam konteks pendidikan anak di era masa kini dapat

memberikan kontribusi yang berharga dalam pembentukan karakter anak-anak.

Penelitian tentang konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal 1:1–7

serta relevansinya dengan pendidikan anak dalam takut akan Tuhan memiliki

kepentingan yang besar untuk memperkuat kondisi moral dan spriritual generasi

mendatang. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan

untuk menjelajahi makna dan implikasi dari konsep-konsep ini dalam konteks

pendidikan anak pada masa kini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas selanjutnya

penulis memperinci rumusan masalah yang hendak diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep hikmat dan pengetahuan dipahami dalam Amsal 1:1-7?

3
2. Apa hubungan antara konsep hikmat, pengetahuan, dan takut akan Tuhan

dalam teks tersebut?

3. Bagaimana relevansi konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal dengan

pendidikan anak dalam takut akan Tuhan pada zaman sekarang?

4. Bagaimana konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal dapat diterapkan

dalam praktik pendidikan anak agar mereka tumbuh menjadi individu yang

bertakwa dan berakhlak mulia?

5. Apa implikasi teologis dan praktis dari temuan penelitian terkait konsep

hikmat dan pengetahuan dalam Amsal 1:1-7 terhadap pendidikan anak dalam

takut akan Tuhan?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian yang membahas konsep hikmat dan

pengetahuan menurut Amsal 1:1-7 serta relevansinya dengan pendidikan anak di

era masa kini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Fokus pada Amsal 1:1-7: penelitian ini akan berfokus secara khusus pada

pasal Amsal 1:1-7 sebagai sumber utama untuk mengidentifikasi dan

menganalisis konsep hikmat dan pengetahuan. Meskipun Alkitab memiliki

banyak ayat yang relevan dengan pendidikan moral dan spiritual,

penelitian ini akan membatasi analisisnya pada teks tersebut untuk

mempertahankan kedalaman analisis.

2. Pendidikan Anak di Era Masa Kini:penelitian P ini akan membatasi

ruang lingkupnya pada konteks pendidikan anak di era masa kini, dengan

fokus pada tantangan, perubahan, dan kebuTuhan khusus yang dihadapi

4
oleh anak-anak dalam lingkungan sosial, teknologi, dan budaya

kontemporer.

3. Relevansi Konsep Amsal dengan Pendidikan Anak: Penelitian akan

membatasi analisisnya pada relevansi langsung antara konsep hikmat dan

pengetahuan yang ditemukan dalam Amsal 1:1-7 dengan kebuTuhan, nilai,

dan tantangan dalam pendidikan anak di era masa kini. Ini mencakup

pembahasan bagaimana nilai-nilai yang diajarkan dalam teks tersebut

dapat diterapkan dalam praktik pendidikan anak modern.

4. Aspek Teologis dan Pendidikan: penelitian ini akan membatasi

analisisnya pada aspek teologis dari Amsal 1:1-7 dan bagaimana hal itu

dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan anak, tanpa memasukkan

pertimbangan yang lebih luas dari sudut pandang teologis atau interpretasi

religius yang beragam.

Dengan membatasi masalah ini, penelitian dapat lebih fokus dan

mendalam dalam menyelidiki hubungan antara konsep hikmat dan pengetahuan

dalam Amsal 1:1-7 dengan pendidikan anak di era masa kini, sehingga

memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman dan praktik pendidikan

anak modern.

D. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan suatu karya ilmiah serta pembahasan masalah pasti ada

tujuan. Sehubungan dengan itu, maka penulis menuangkan beberapa hal yang

merupakan tujuan penulisan skripsi ini, yakni :

5
1. Menganalisis konsep hikmat dan pengetahuan yang terdapat dalam Amsal

1:1-7.

2. Menjelaskan hubungan antara konsep hikmat, pengetahuan, dan takut akan

Tuhan dalam teks tersebut.

3. Menyelidiki relevansi konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal

dengan pendidikan anak dalam takut akan Tuhan pada zaman sekarang.

4. Mengidentifikasi cara konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal dapat

diterapkan dalam praktik pendidikan anak agar mereka tumbuh menjadi

individu yang bertakwa dan berakhlak mulia.

5. Menyajikan implikasi teologis dan praktis dari temuan penelitian terkait

konsep hikmat dan pengetahuan dalam Amsal 1:1-7 terhadap pendidikan

anak dalam takut akan Tuhan.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penulisan skripsi ini penulis meyakini manfaat yang akan

diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Kontribusi terhadap Pemahaman Agama dan Teologi: Penelitian ini

akan memberikan kontribusi bagi pemahaman yang lebih dalam tentang

konsep hikmat dan pengetahuan dalam literatur Alkitab, khususnya dalam

kitab Amsal. Ini dapat memperkaya kajian teologis dan memperluas

wawasan terhadap nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam teks-

teks keagamaan.

2. Pengembangan Pemahaman Pendidikan: Penelitian ini akan

memberikan wawasan baru tentang bagaimana nilai-nilai spiritual dan

6
moral yang terkandung dalam Amsal dapat diterapkan dalam konteks

pendidikan anak. Ini dapat membantu dalam pengembangan kurikulum

pendidikan yang lebih holistik yang memperhatikan aspek-aspek karakter

dan moral.

3. Pemberian Pedoman bagi Pendidik dan Orang Tua: Hasil penelitian

ini dapat menjadi pedoman bagi para pendidik dan orang tua dalam

memperkuat nilai-nilai pendidikan moral dan spiritual pada anak-anak.

Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang

strategi pembelajaran dan pendekatan pengasuhan yang lebih efektif.

4. Pengembangan Literatur dan Riset: Penelitian ini juga dapat

memberikan sumbangan bagi pengembangan literatur dan riset di bidang

pendidikan agama, pendidikan moral, dan studi keagamaan secara umum.

Temuan dan analisis dari penelitian ini dapat menjadi dasar untuk

penelitian lanjutan atau penerbitan artikel ilmiah.

5. Peningkatan Kesadaran Komunitas Keagamaan: Melalui penyebaran

hasil penelitian ini, akan terjadi peningkatan kesadaran dalam komunitas

keagamaan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Amsal dan

bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

dapat memperkuat pemahaman dan praktik keagamaan dalam masyarakat.

6. Kontribusi terhadap Pembangunan Karakter Masyarakat: Secara

keseluruhan, penelitian ini dapat berkontribusi pada pembangunan

karakter masyarakat yang lebih baik, yang didasarkan pada nilai-nilai

moral dan spiritual yang kuat. Dengan memperkuat pondasi moral

7
individu, diharapkan akan terjadi dampak positif yang lebih luas dalam

masyarakat secara keseluruhan.

F. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualaitatif.

Metode kualitatif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan beragam

pendekatan. Dan dalam pendekatan ini yang dipilih adalah pendektan deskripfif

melalui library research yang dianggap dapat mewakili riset yang dilakukan.

Penelitian kualitatif sangat dimungkinkan untuk meneliti terkait faktor-faktor

mengoptimalkan kecerdasan spiritual anak dengan cara menginterview para

partisipan untuk mendapatkan data yang valid dan dengan menggunakan beragam

litertur pendukung.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini diuraikan secara garis besar sebagai

berikut :

1. Bab I , Pendahuluan

2. Bab II , Tinjauan Pustaka

3. Bab III , Pendidikan Anak Dalam Konteks Takut Akn Tuhan

4. Bab IV, Konsep Hikmat dan Pengetahuan Menurut Amsal 1:1-7 Serta

Relevansinya Dengan Pendidikan Anak di Era Masa Kini

5. Bab V, Kesimpulan dan Saran

6. Daftar Pustaka.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Takut Akan Tuhan, Hikmat dan Pengetahuan Dalam Alkitab

A.1. Takut Akan Tuhan

Takut akan Tuhan adalah kesadaran akan kekudusan, keadilan dan

kebenaran-Nya sebagai rencanaNya terhadap kasih dan pengampunan- Nya, yaitu:

mengenal Dia dan memahami sepenuhnya siapakah Dia (bd. Ams 2:5). Takut akan

Tuhan berarti memandang Dia dengan kekaguman dan penghormatan kudus serta

menghormati-Nya sebagai Allah karena kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan

kuasa-Nya yang besar (Flp 2:12).

Orang-orang Kristen yang percaya kepada Tuhan memilki rasa takut yang

berbeda dengan rasa takut yang dimiliki oleh orang di luar Tuhan. Rasa takut yang

dimiliki oleh orang percaya lebih mengarah kepada “penghormatan” akan Dia

bukan takut karena adanya suatu “hukuman” yang akan diterimanya. Banyak

orang Kristen mempunyai persepsi yang salah tentang arti takut akan Tuhan,

mendefinisikan takut akan Tuhan dengan ketaatan melakukan perintah Tuhan

karena rasa takut akan hukuman. Padahal rasa takut akan Tuhan yang benar harus

9
lahir karena hubungan bukan karena rasa takut akan hukuman, bukan karena takut

Tuhan marah bila kita tidak taat, melainkan kita takut karena kita mengasihi Dia.

Kata takut akan TUHAN digunakan 19 kali di dalam kitab Amsal (Ams.

1:7,29; 2:5; 3:7; 8:13; 9:10; 10:27; 14:2,26,27; 15:16,33; 16:6; 19:23; 22:4; 23:17;

24:21; 28:14; 31:30). Kata ‘takut’ dalam kitab Amsal menggunakan kata “yara”

dan “yir’a” yang berasal dari kata dasar “yare” yang berarti ‘takut’ atau

‘menakuti’. Dalam bahasa inggris digunakan kata ‘fear’ sebuah kata benda yang

ketika berubah menjadi kata kerja, maka kata ini mengacu kepada suatu sikap

segan terhadap Allah. Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari memberikan

penjelasan yang lebih mudah dipahami, “untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-

tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan.

Kata “takut akan Tuhan” dalam kitab Amsal menggambarkan suatu sikap

‘hormat atau segan’ terhadap TUHAN, yang harus diaplikasikan oleh setiap orang

dalam kehidupannya setiap hari. Robert Alden mengatakan bahwa, “Terjemahan

‘takut’ di sini sebenarnya tidak berkonotasi negatif, malah seharusnya merupakan

sebuah sikap yang positif terhadap Tuhan. Kalau kita sudah berbuat salah maka

kita patut takut, tetapi kalau hubungan dengan Tuhan baik, maka istilah yang lebih

baik adalah hormat”.

Kitab amsal mendefinisikan takut akan TUHAN sebagai berikut:

1. Amsal 1:7 ”takut akan TUHAN” adalah permulaan pengetahuan (bdg.

1:29; 9:10; 15:33 Ayb. 28:28; Mzm. 111:10).

2. Amsal 2:4,5 ”takut akan TUHAN” digambarkan seperti harta terpendam.

10
3. Amsal 8:13 ”takut akan TUHAN” ialah membenci kejahatan (bdg. 3:7;

16:6).

4. Amsal 10:27 ”takut akan TUHAN” akan memperpanjang umur.

5. Amsal 14:2,26,27 orang yang berjalan dalam kejujuran adalah orang yang

“takut akan TUHAN” (ayt 2; bdg. 23:17), dalam “takut akan TUHAN” ada

ketenteraman yang besar (ayt 26; bdg. 15:16; 28:14), “takut akan

TUHAN” adalah sumber kehidupan (ayt 27; 19:23; 22:4).

6. Amsal 31:30 isteri yang “takut akan TUHAN” dipuji-puji. Banyak orang

Kristen mempunyai persepsi yang salah tentang arti takut akan TUHAN.

Kebanyakan orang Kristen mendefinisikan takut akan TUHAN dengan

ketaatan melakukan perintah Tuhan karena rasa takut akan hukuman.

“Takut akan TUHAN bukanlah sebuah karunia tetapi merupakan sebuah

pilihan (Amsal 1:29). Kitab Amsal menyamakan hal takut akan TUHAN

dengan pengetahuan akan Allah (Amsal 2:5-6)”.

Kata takut akan Tuhan dalam kitab Amsal mengacu kepada praktek hidup

sehari-hari untuk lebih lagi mengenal dan berusaha untuk mencari Tuhan dalam

kehidupan ini agar kehidupan yang setiap orang jalani sekarang ini bahkan selama

hidup tidak dijalaninya dengan sia-sia, tetapi senantiasa dijalaninya dalam takut

akan Tuhan. C. Hassell Bullock mengatakan, bahwa banyak orang yang

dipengaruhi oleh suatu pendekatan teoritis terhadap kekristenan mampu mendapat

“pegangan” tentang iman dengan membaca kitab Amsal. Ia menyentuh berbagai

kepentingan bersama dari semua orang yang dikaruniai kehidupan serta yang

berjuang bagaimana menjalaninya.

11
Takut akan Tuhan merupakan salah satu pekerjaan yang belum selesai

dilakukan dan masih terus berlangsung sampai sekarang. Ini adalah suatu perintah

yang harus dijalankan oleh setiap orang percaya. Sesuai dengan arti dari kata takut

(yare) ‘takut’ atau ‘menakuti,’ berarti mengacu kepada ‘takut’ atau ‘menakuti’

suatu objek yang lebih besar dalam hal ini (Tuhan). Ini merupakan perasaan takut

secara positif karena, kata ‘takut’ disini membawa orang kepada sesuatu yang

lebih baik. Membawa orang kepada pengetahuan yang lebih baik akan siapa

Tuhan atau objek yang perlu ditakuti itu. Perasaan takut yang demikian yang perlu

dimiliki oleh setiap orang yang mengaku percaya kepada Tuhan sehingga,

memiliki pengetahuan yang benar tentang segala sesuatu yang setiap orang

lakukan dan jalani selama hidup.

Kitab Amsal memberikan pengajaran tentang bagaimana sikap setiap

orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang senantiasa harus difokuskan

kepada pengenalan akan Tuhan sehingga, ketika setiap orang memperoleh

pengenalan akan Tuhan secara benar, maka sikap takut akan Tuhan akan selalu

menjadi gaya hidup setiap orang. Pengajaran dalam Amsal ini bukan saja hanya

ditujukan kepada orang-orang percaya saja, tetapi juga mencakup seluruh

masyarakat secara umum.

Dalam Kitab Amsal yang mendasari kehidupan seseorang ialah

hubungannya dengan Allah. Dari hubungan itulah tumbuh pengetahuan moral

serta kemampuan untuk menilai apa yang benar (2:6-22), sikap yang tepat

(pantas) terhadap harta benda (3:9-10), bekerja dengan rajin (6:6-11), perlunya

keseimbangan serta rasa aman hidup di dunia ini (3:21-26), dan hubungan yang

12
benar dengan sesama (3:27-29). Takut akan Tuhan merupakan motto kitab Amsal,

mengarahkan setiap orang kepada kehidupan yang lebih bermanfaat. Dalam kitab

Amsal sangat jelas digambarkan bagaimana keadaan orang-orang yang memilih

takut akan Tuhan dengan keadaan hidup orang-orang yang memilih untuk

mengabaikan Tuhan dalam hidupnya (Ams. 10:27; 14:2,26,27; 15:16). Penulis

kitab Amsal memberikan nasihat kepada setiap anak-anak muda untuk lebih

mendengarkan didikan dan menjauhi segala jalan orang-orang berdosa

disekitarnya.Penulis dalam hal ini Salomo memberikan teguran kepada orang-

orang bodoh atau bebal untuk lebih memilih pengetahuan daripada tetap berada

pada keadaan mereka yang tidak mau mengenal Tuhan, dan menolak didikan dan

pengetahuan dan lebih memilih untuk tetap ada diposisi mereka semula (Ams.

1:7; 2:29).

Dalam dunia ini, kehidupan setiap orang diperhadapkan kepada banyak

persoalan, tantangan, godaan, dan hambatan. Tanpa terkecuali setiap orang

Kristen pun menghadapi hal ini. Oleh sebab itu, diperlukan suatu keterampilan

untuk menghadapi kehidupan tersebut, dan kitab Amsal lebih tepat memberikan

solusi untuk menghadapi kehidupan dan segala persoalan yang ada di dalamnya

yaitu dengan memilih “takut akan Tuhan. “untuk memperoleh ilmu sejati,

pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada Tuhan.

Pada intinya, kitab Amsal mengajarkan bahwa, kehidupan yang setiap

orang jalani di dunia ini, segala sesuatu yang dilakukan harus berdasarkan takut

akan Tuhan, karena kehidupan ini sepenuhnya ada dalam kendali dan pengawasan

Tuhan semata.

13
A.2. Manfaat Takut Akan Tuhan

Dalam kitab Amsal terdapat manfaat dari takut akan Tuhan :

1. Hikmat : “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal yang

mahakudus adalah pengertian” (Amsal. 9:10); ”Takut akan Tuhan adalah

didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului

kehormatan” (Amsal 15:33). Seseorang akan berhikmat atau seseorang

yang akan memiliki hikmat harus didasarkan atau berlandaskan takut akan

Tuhan.

2. Amsal 1:1-7

 Kebijaksanaan dan pengajaran: Amsal dimulai dengan menyatakan

tujuan utama kitab ini, yaitu memberikan kebijaksanaan dan

pengajaran kepada pembaca agar mereka dapat memahami

perumpamaan, kata-kata bijak, dan perkataan para bijak (ayat 1-2).

 Menerima pengajaran dan hikmat: Orang yang bijak akan

mendengarkan dan meningkatkan pengetahuannya, sementara

orang yang bodoh akan mengabaikan pengetahuan dan pengajaran

(ayat 5-7).

 Permulaan pengetahuan: Amsal 1:7 menegaskan bahwa takut akan

Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Artinya, pengertian yang

benar tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan kebenaran dimulai

dengan pengakuan akan keagungan dan kekudusan Tuhan.

14
 Melindungi dari godaan dan kesalahan: Dengan memiliki takut

akan Tuhan, seseorang akan cenderung untuk menghindari jalan-

jalan yang salah dan godaan dosa karena mereka menghormati

perintah Tuhan.

Dengan demikian, berdasarkan Amsal 1:1-7, manfaat takut akan Tuhan

meliputi penerimaan pengajaran dan hikmat, permulaan pengetahuan

yang benar, serta perlindungan dari godaan dan kesalahan.

3. Kehidupan : “Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga

orang terhindar dari jerat maut”. (Amsal. 14:27)

4. Umur panjang : “Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-

tahun orang fasik diperpendek”. (Amsal. 10:27).

A.3. Hikmat

Asal kata "hikmat" dalam bahasa Ibrani berasal dari kata ‫( ָחְכָמ ה‬hokhmah),

yang merupakan kata maskulin dalam bahasa Ibrani. Kata ini berasal dari akar

kata ‫( ָחַכם‬hakham), yang artinya adalah "menjadi bijak" atau "berpengetahuan".

Dalam Alkitab Ibrani (Tanakh), termasuk dalam Kitab Amsal dan Kitab-Kitab

Puitis lainnya, kata ini sering digunakan untuk merujuk pada kebijaksanaan,

pengetahuan yang mendalam, dan pemahaman yang bermutu tinggi tentang

kehidupan dan kebenaran.

Dalam sejarah penciptaan hikmat mendapat peran yang sangat penting.

Amsal 3:19a menyebutkan “dengan hikmat Tuhan telah meletakkan dasar bumi”

menjelaskan bahwa Tuhan menciptakan hikmat sebagai permulaan penciptaan-

15
Nya. Hal ini menandakan bahwa hikmat sudah ada sebelum langit dan bumi, serta

segala isinya diciptakan. Tafsiran Alkitab masa kini memberikan penjelasan,

bahwa “Hikmatlah yang menjadi pedoman dasar waktu Allah menciptakan dan

tetap menjadi demikian dalam Allah memelihara alam semesta, baik dalam air bah

(diingatkan Kej. 7:11) maupun dalam selalu datangnya embun di bumi, dari mana

segala sesuatu dapat hidup.”

“Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal yang

mahakudus adalah pengertian” (Amsal. 9:10); ”Takut akan Tuhan adalah didikan

yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan”

(Amsal 15:33). Seseorang akan berhikmat atau seseorang yang akan memiliki

hikmat harus didasarkan atau berlandaskan takut akan Tuhan.

Hikmat merupakan manfaat terbesar yang pernah dimiliki oleh manusia

menurut kitab Amsal, bahkan salah satu penulis dari kitab Amsal tersebut

merupakan orang yang paling berhikmat. Firman Tuhan mencatat dalam 1 Raja-

Raja 3:12 demikian, “maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan

permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh

hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti

engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau.” Hikmat

yang dimiliki oleh Raja Salomo melebihi hikmat yang dimiliki oleh orang-orang

pada zamannya, bahkan hikmat yang ada padanya tersebut tidak dapat dimiliki

oleh siapapun juga baik sebelum dia ada maupun sesudahnya. Hikmat merupakan

hal utama yang harus kita cari (1:20-23; 2:1-22; 3:1-35; 4:1-27; 8:1-36; 22:17-

24:34). Hikmat merupakan salah satu wujud dari kemahahadiran Allah dalam

16
dunia dan bekerja melalui setiap manusia yang ada di dunia ini. C. Hassell

Bullock mengatakan, “tanpa hikmat itu maka dunia dan kehidupan manusia tidak

akan memiliki makna. Hikmat merupakan kemahahadiran Allah yang menembus

alam semesta dan tatanan kemasyrakatan manusia (Ams. 2:1-15; 8:22). Hikmat

merupakan cara Allah berbicara, yang tertulis dalam alam dan pengalaman

manusia.” Setiap orang harus memiliki hikmat dan mengejar hikmat.

Terkadang penulis kitab Amsal juga menggambarkan hikmat seperti suatu

pribadi yang dapat bergerak, berteriak, berdiri, bahkan berbicara kepada setiap

orang-orang yang ada di jalan-jalan, di lorong-lorong dan di lapangan-lapangan

(Ams. 1:20-33).

Hikmat sangat dibutuhkan oleh setiap orang untuk menjalani

kehidupannya dalam dunia ini. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang

berhikmat yang akan mampu menjalani dan menata kehidupan dengan baik dan

benar. Hanya hikmat yang akan membawa setiap orang menuju kepada kehidupan

yang sukses.

Hikmat dan takut akan Tuhan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.

Bila kita ingin mempunyai hikmat maka kita harus mempunyai dulu rasa takut

akan Tuhan. Ketika kita memilih untuk hidup takut akan Tuhan maka hikmat ilahi

akan kita dapatkan bila kita mencarinya dan mengejarnya seperti mencari harta

terpendam (Amsal 2:4-5).

A.4. Pengetahuan

17
Pengetahuan adalah "pemahaman atau kesadaran yang diperoleh seseorang

melalui proses berpikir, belajar, atau pengalaman; ilmu; kesadaran akan sesuatu."

Dengan kata lain, pengetahuan adalah kumpulan informasi, pemahaman, dan

kesadaran tentang suatu hal atau topik yang diperoleh melalui berbagai cara

seperti studi, observasi, dan pengalaman.

“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

menghina hikmat dan didikan.” (Amsal. 1:7); “Oleh karena mereka benci kepada

pengetahuan dan tidak memilih takut akan Tuhan.” (Amsal 1:29).

R.E. Harlow mengatakan bahwa, “Ada banyak dalam Amsal tentang

bagaimanapun untuk mendapatkan hikmat. Hal pertama adalah untuk

mendapatkan pengetahuan dan hal pertama untuk belajar adalah takut akan Tuhan.

Takut akan Tuhan juga merupakan awal dari kebijaksanaan.” Lebih lanjut Harlow

mengatakan, “Mereka membenci pengetahuan yang akan membawa mereka untuk

takut akan Tuhan”. Jadi, jelaslah dari apa yang dikatakan oleh R.E. Harlow

bahwa, dengan pengetahuan manusia akan dapat pengenalan yang benar akan

Allah dan setiap orang yang tidak suka atau membenci pengetahuan secara

langsung mereka tidak akan memiliki sikap takut akan Tuhan.

Dalam Alkitab pengetahuan bukanlah sekedar pemahaman intelektual.

Pengetahuan mencakup emosi dan hubungan-hubungan personal. Bangsa Israel

mempunyai pengetahuan tentang Allah atau pengenalan akan Allah yang tidak

dimiliki bangsa-bangsa lain (Yer. 10:25; Yes. 37:20).

Pengetahuan sejati hanya akan didapatkan oleh manusia ketika manusia

mempunyai rasa takut akan Tuhan, karena Tuhan itu sendiri adalah sumber

18
pengetahuan sejati yang diperlukan oleh setiap manusia. Notoatmojo mengatakan,

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Lebih

lanjut Notoatmojo mengatakan bahwa, “Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan

sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan

perilaku setiap hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan

fakta yang mendukung tindakan seseorang”. Untuk menjalani suatu kehidupan di

bumi ini, manusia membutuhkan pengetahuan yang akan menuntun manusia

dalam menghadapi segala permasalahan dan cobaan hidup. Tanpa pengetahuan,

maka manusia tidak akan dapat menjalani hidupnya dengan baik. Oleh sebab

itulah setiap manusia perlu mengenal siapa Allah dengan benar, sehingga melalui

pengenalan akan Allah tersebut pengetahuan yang sejati itu akan menjadi

bagiannya.

B. Interprestasi Tradisional dan Modern Terhadap Amsal 1: 1 – 7 dan

Pendidikan Anak Dalam Takut Akan Tuhan.

Interpretasi adalah kesimpulan pandangan seseorang terhadap sesuatu.

Interpretasi tradisional dan modern terhadap Amsal 1:1-7 serta pendidikan anak

19
dalam takut akan Tuhan dapat memiliki beberapa perbedaan, meskipun juga ada

kesamaan dalam prinsip-prinsip yang diterapkan.

Interpretasi Tradisional:

1. Amsal 1:1-7: Dalam interpretasi tradisional, pasal ini dianggap sebagai

pengantar Kitab Amsal dan sebagai pengenalan terhadap kebijaksanaan

yang diberikan oleh Allah kepada Salomo, yang merupakan penulis

sebagian besar Kitab Amsal. Ayat-ayat ini menegaskan pentingnya belajar

kebijaksanaan dan pengertian serta menolak pengetahuan yang sia-sia atau

palsu.

2. Pendidikan Anak dalam Takut akan Tuhan: Pendekatan tradisional

terhadap pendidikan anak dalam takut akan Tuhan menekankan

pentingnya mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual kepada anak-anak

sejak dini. Ini melibatkan pengajaran tentang hukum-hukum Allah,

prinsip-prinsip etis, dan pentingnya hidup yang taat kepada-Nya.

Pendidikan dalam takut akan Tuhan juga melibatkan penekanan pada

pertumbuhan rohani anak-anak dan hubungan pribadi mereka dengan

Allah.

Interpretasi Modern:

1. Amsal 1:1-7: Dalam konteks interpretasi modern, pasal ini masih

dianggap sebagai pengantar, tetapi mungkin ada penekanan lebih besar

pada relevansinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Ini mungkin

mencakup pemahaman tentang kebijaksanaan sebagai kecerdasan

20
emosional, pengambilan keputusan yang bijaksana, dan pengembangan

keterampilan sosial.

2. Pendidikan Anak dalam Takut akan Tuhan: Interpretasi modern

tentang pendidikan anak dalam takut akan Tuhan mungkin lebih inklusif

dan terbuka terhadap berbagai keyakinan agama. Ini dapat mencakup

pengajaran nilai-nilai universal seperti empati, integritas, dan tanggung

jawab, serta penghargaan terhadap keberagaman dalam keyakinan agama

dan budaya. Meskipun konsep takut akan Tuhan tetap relevan, penekanan

bisa lebih pada memahami nilai-nilai moral dan etika daripada aspek

keagamaan yang spesifik.

Dalam kedua interpretasi, penting untuk diingat bahwa pendidikan anak

dalam takut akan Tuhan atau kebijaksanaan adalah sebuah proses yang melibatkan

komitmen, pengajaran, dan teladan dari orang tua, guru, dan komunitas agama

atau budaya. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak tumbuh menjadi

individu yang baik, bertanggung jawab, dan penuh kasih, baik dalam hubungan

dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia.

21
BAB III

PENDIDIKAN ANAK DALAM KONTEKS TAKUT AKAN TUHAN

A. Pengenalan: Pentingnya Pendidikan Anak dalam Perspektif Takut akan

Tuhan

Pendidikan anak memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk

karakter dan masa depan anak-anak. Dalam konteks Alkitab, pendidikan anak

bukan hanya tentang transfer pengetahuan atau keterampilan praktis, tetapi juga

22
melibatkan pembentukan moral dan spiritual. Pengenalan ini akan menjelaskan

mengapa pendidikan anak yang berakar dalam takut akan Tuhan memiliki

relevansi yang besar dalam konteks pembentukan karakter anak-anak.

Relevansi Pendidikan Anak dalam Takut akan Tuhan:

 Landasan Moral: Pendidikan anak yang berfokus pada takut akan

Tuhan menanamkan nilai-nilai moral yang kokoh pada anak-anak.

Takut akan Tuhan memberikan landasan moral yang kuat untuk

mengambil keputusan yang benar dalam kehidupan sehari-hari.

 Pengembangan Karakter: Anak-anak yang diajarkan untuk takut

akan Tuhan cenderung mengembangkan karakter yang

bertanggung jawab, jujur, dan penuh kasih. Hal ini karena takut

akan Tuhan memotivasi mereka untuk hidup sesuai dengan

kehendak-Nya dan menghormati sesamanya.

 Perlindungan dari Pengaruh Negatif: Dalam dunia yang penuh

dengan godaan dan pengaruh negatif, takut akan Tuhan dapat

menjadi pembatas bagi anak-anak dalam menghadapi tekanan dari

lingkungan sekitarnya. Hal ini membantu melindungi mereka dari

jatuh ke dalam dosa dan kebiasaan buruk.

 Persiapan untuk Masa Depan yang Bermakna: Pendidikan anak

dalam takut akan Tuhan bukan hanya tentang kehidupan di dunia

ini, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk masa depan yang

kekal. Melalui pengenalan akan kebenaran Alkitabiah dan

23
hubungan yang intim dengan Allah, anak-anak dipersiapkan untuk

hidup yang berarti di dunia ini dan di akhirat.

Dengan pemahaman akan pentingnya pendidikan anak dalam konteks

takut akan Tuhan, orang tua dan pendidik dapat lebih memahami tanggung jawab

mereka dalam membimbing dan mendidik anak-anak agar tumbuh menjadi

pribadi yang berakhlak mulia dan beriman yang kuat. Hal ini juga menciptakan

fondasi yang kokoh bagi generasi mendatang untuk meneruskan nilai-nilai

Alkitabiah dalam kehidupan mereka

B. Tujuan dan Relevansi Pendidikan Anak dalam Konteks Amsal 1:1-7

Tujuan Pendidikan Anak dalam Amsal 1:1-7 adalah:

 Mendidik dalam Hikmat dan Pengetahuan: Tujuan utama pendidikan

anak dalam Amsal 1:1-7 adalah untuk mengajarkan anak-anak tentang

hikmat dan pengetahuan. Ini mencakup pembentukan karakter yang

bijaksana dan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kebenaran

moral dan spiritual.

 Memberikan Dasar yang Kokoh: Pendidikan anak dalam Amsal 1:1-7

bertujuan untuk memberikan dasar yang kokoh bagi kehidupan anak-anak.

Dasar ini bukan hanya berupa pengetahuan intelektual, tetapi juga

kebijaksanaan praktis yang berasal dari takut akan Tuhan.

 Membentuk Kehidupan yang Bermakna: Pendidikan anak dalam Amsal

1:1-7 bertujuan untuk membantu anak-anak memahami makna dan tujuan

24
kehidupan yang sejati. Ini melibatkan pembimbingan mereka untuk hidup

sesuai dengan kehendak Allah dan mencari kebijaksanaan-Nya dalam

setiap aspek kehidupan.

Relevansi Pendidikan Anak dalam Amsal 1:1-7:

 Penerapan Prinsip-Prinsip Hikmat: Amsal 1:1-7 menyediakan kerangka

kerja yang jelas untuk pendidikan anak yang berakar dalam hikmat dan

pengetahuan. Hal ini memberikan pedoman bagi orang tua dan pendidik

untuk mengajarkan nilai-nilai yang penting bagi perkembangan karakter

anak-anak.

 Pentingnya Takut akan Tuhan: Amsal 1:1-7 menekankan pentingnya

takut akan Tuhan sebagai dasar dari pengetahuan yang sejati. Oleh karena

itu, pendidikan anak dalam konteks ini harus menekankan pembentukan

hubungan yang kokoh antara anak-anak dan Allah, serta pengembangan

sikap hormat dan ketaatan kepada-Nya.

 Pencegahan Terhadap Kesalahan: Dengan mengajarkan anak-anak

untuk takut akan Tuhan, pendidikan anak dalam Amsal 1:1-7 juga

bertujuan untuk mencegah mereka jatuh ke dalam dosa dan kebiasaan

buruk. Hal ini membantu melindungi mereka dari konsekuensi negatif

yang mungkin timbul akibat perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak

Allah.

Dengan demikian, pendidikan anak dalam konteks Amsal 1:1-7 memiliki

tujuan yang jelas untuk membentuk karakter yang bijaksana dan memberikan

25
dasar yang kokoh bagi kehidupan yang bermakna. Hal ini relevan dengan prinsip-

prinsip hikmat dan pengetahuan yang diajarkan dalam Alkitab dan memberikan

arahan yang berharga bagi orang tua dan pendidik dalam mendidik anak-anak

mereka.

C. Penjelasan tentang Konsep Pendidikan Menurut Alkitab

Pendidikan anak dalam Alkitab tidak hanya berfokus pada transfer

pengetahuan atau keterampilan praktis semata, tetapi lebih luas mencakup

pembentukan karakter, moral, dan spiritual anak-anak. Konsep pendidikan dalam

Alkitab didasarkan pada prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Firman Allah dan

praktik hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.

 Pendidikan sebagai Pembentukan Karakter : Pendidikan anak dalam

Alkitab menekankan pembentukan karakter yang berdasarkan pada

prinsip-prinsip moral dan spiritual. Ini mencakup pengajaran nilai-nilai

seperti kejujuran, kasih, kerendahan hati, kesabaran, dan ketaatan kepada

Allah.

 Pendidikan sebagai Pengajaran Firman Allah: Firman Allah, yang

terdapat dalam Alkitab, adalah sumber utama ajaran dan pedoman bagi

pendidikan anak dalam perspektif Alkitab. Orang tua dan pendidik

diajarkan untuk mengajarkan Firman Allah kepada anak-anak dan

menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan sehari-hari.

 Pendidikan sebagai Pembinaan Hubungan dengan Allah: Pendidikan

anak dalam Alkitab juga bertujuan untuk membina hubungan yang erat

26
antara anak-anak dengan Allah. Ini meliputi pengajaran tentang pentingnya

doa, ibadah, dan ketaatan kepada-Nya, serta pengembangan rasa takut

akan Tuhan yang merupakan dasar dari kebijaksanaan.

 Pendidikan sebagai Persiapan untuk Masa Depan: Selain pembentukan

karakter dan hubungan spiritual, pendidikan anak dalam Alkitab juga

bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak untuk masa depan yang

bermakna. Hal ini meliputi pengajaran tentang tanggung jawab, kerja

keras, keadilan, dan kasih sayang terhadap sesama.

Dengan demikian, konsep pendidikan dalam Alkitab melibatkan

pembentukan karakter moral dan spiritual anak-anak, pengajaran Firman Allah,

pembinaan hubungan yang erat dengan Allah, dan persiapan untuk masa depan

yang sesuai dengan kehendak-Nya. Ini menciptakan fondasi yang kokoh bagi

pembentukan individu yang berakhlak mulia dan beriman yang kuat.

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak-anak

untuk takut akan Tuhan. Dalam Alkitab, orang tua diberikan tanggung jawab besar

untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang Allah, kehendak-Nya, dan jalan-

jalan-Nya.

Berikut adalah beberapa peran kunci orang tua dalam mendidik anak untuk

takut akan Tuhan:

1. Memberikan Teladan yang Baik: Orang tua harus menjadi teladan yang

baik dalam hidup mereka sehari-hari. Mereka harus menunjukkan kasih,

kesabaran, ketekunan, dan ketaatan kepada Allah dalam segala hal.

27
Dengan hidup yang konsisten sesuai dengan ajaran Alkitab, orang tua

memberikan contoh yang kuat bagi anak-anak mereka untuk diikuti.

2. Mengajar Firman Allah: Orang tua bertanggung jawab untuk

mengajarkan Firman Allah kepada anak-anak mereka. Mereka harus

membaca Alkitab bersama-sama, menceritakan kisah-kisah Alkitab, dan

mengajarkan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang terkandung di

dalamnya. Ini membantu anak-anak untuk memahami kehendak Allah dan

memperoleh pengertian yang mendalam tentang takut akan Tuhan.

3. Mengajarkan Doa dan Ibadah: Orang tua harus membimbing anak-anak

mereka dalam berdoa dan beribadah. Mereka harus mengajarkan anak-

anak untuk berbicara dengan Allah, memuji-Nya, dan memohon kepada-

Nya. Melalui praktik doa dan ibadah, anak-anak belajar untuk

mengembangkan hubungan yang intim dengan Allah dan menghormati-

Nya sebagai Tuhannya.

4. Memberikan Disiplin yang Bijaksana: Orang tua harus menggunakan

disiplin yang bijaksana dan kasih sayang dalam mendidik anak-anak

mereka. Mereka harus mengajarkan konsekuensi dari tindakan yang salah

dan mengarahkan anak-anak mereka ke jalan yang benar sesuai dengan

kehendak Allah. Disiplin yang diberikan dengan kasih sayang membantu

anak-anak untuk mengerti pentingnya takut akan Tuhan dan ketaatan

kepada-Nya.

5. Mendoakan Anak-anak: Orang tua harus berdoa secara teratur untuk

anak-anak mereka. Mereka harus memohon kepada Allah untuk

28
memberkati, melindungi, dan membimbing anak-anak mereka dalam

hidup mereka. Doa orang tua memiliki kekuatan spiritual yang besar

dalam membentuk karakter dan iman anak-anak mereka.

Dengan memainkan peran-peran ini dengan tekun dan penuh kasih, orang

tua dapat membantu anak-anak mereka untuk tumbuh dan berkembang dalam

takut akan Tuhan. Ini menciptakan fondasi yang kokoh bagi kehidupan spiritual

dan moral mereka yang akan membimbing mereka sepanjang hidup mereka.

D. Analisis Tentang Bagaimana Takut akan Tuhan Memengaruhi

Pendidikan Anak

Takut akan Tuhan memainkan peran penting dalam pendidikan anak,

mempengaruhi berbagai aspek dalam pembentukan karakter, moral, dan

spiritualitas anak. Berikut adalah beberapa cara bagaimana takut akan Tuhan

memengaruhi pendidikan anak:

1. Landasan Moral yang Kokoh: Takut akan Tuhan memberikan landasan

moral yang kokoh bagi anak-anak. Mereka memahami bahwa ada standar

moral yang ditetapkan oleh Allah, dan mereka bertanggung jawab untuk

hidup sesuai dengan standar tersebut. Hal ini membentuk karakter yang

kuat dan bertanggung jawab.

2. Pengambilan Keputusan yang Bijaksana: Anak-anak yang takut akan

Tuhan cenderung membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung

jawab. Mereka menyadari bahwa Allah melihat semua tindakan dan

29
pikiran mereka, dan mereka harus bertanggung jawab atas keputusan-

keputusan yang mereka buat.

3. Pencegahan Terhadap Kesalahan: Takut akan Tuhan memotivasi anak-

anak untuk menjauhi dosa dan perilaku yang tidak menyenangkan bagi

Allah. Mereka memahami bahwa dosa memiliki konsekuensi dan mereka

tidak ingin mengecewakan Allah yang mereka takuti.

4. Pembinaan Hubungan yang Intim dengan Allah: Takut akan Tuhan

membantu anak-anak untuk membina hubungan yang intim dengan Allah.

Mereka belajar untuk mengandalkan-Nya dalam segala hal, memercayai-

Nya sebagai sumber kebijaksanaan dan kekuatan dalam hidup mereka.

5. Pengembangan Rasa Hormat dan Ketaatan: Takut akan Tuhan

mengajarkan anak-anak untuk menghormati dan taat kepada otoritas, baik

itu orang tua, guru, atau pemimpin gereja. Mereka menyadari bahwa

ketaatan kepada Allah merupakan prioritas utama dalam hidup mereka.

6. Penerimaan Terhadap Pengajaran Alkitabiah: Anak-anak yang takut

akan Tuhan cenderung lebih terbuka terhadap pengajaran Alkitab dan

prinsip-prinsip moral yang terkandung di dalamnya. Mereka menganggap

Firman Allah sebagai otoritas tertinggi dalam hidup mereka dan siap untuk

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, takut akan Tuhan memiliki dampak yang signifikan

dalam pendidikan anak, membentuk karakter, moral, dan spiritualitas mereka

sesuai dengan kehendak Allah. Ini menciptakan fondasi yang kokoh bagi

30
perkembangan mereka sebagai individu yang berakhlak mulia dan beriman yang

kuat.

E. Studi Kasus Atau Contoh Konkret Dari Alkitab Tentang Dampak

Pendidikan Dalam Takut Akan Tuhan Terhadap Kehidupan Anak

Sebagai contoh konkret dari Alkitab tentang dampak pendidikan dalam takut

akan Tuhan terhadap kehidupan anak, kita dapat melihat kisah Salomo dalam

Perjanjian Lama. Salomo adalah seorang raja yang terkenal karena kebijaksanaan

dan kekayaannya. Namun, awalnya Salomo adalah seorang anak yang dibesarkan

dalam lingkungan yang dididik dalam takut akan Tuhan.

Ketika Salomo masih muda, ayahnya, Raja Daud, sangat memperhatikan

pendidikan dan pengajaran rohani yang diberikan kepada anak-anaknya. Dalam

Kitab Amsal, Salomo menyampaikan ajaran-ajaran hikmat yang diterimanya dari

ayahnya, termasuk nilai-nilai takut akan Tuhan. Daud mengajarinya untuk

menghormati dan mengasihi Allah serta hidup menurut kehendak-Nya.

Dampak dari pendidikan dalam takut akan Tuhan yang diterima Salomo

sangat nyata dalam kehidupannya. Ketika Allah menawarkan kepadanya apa pun

yang dia minta, Salomo meminta hikmat untuk memerintah bangsa Israel dengan

bijaksana. Pilihan ini menunjukkan bahwa Salomo memahami pentingnya takut

akan Tuhan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tanggung jawabnya

sebagai raja.

Bukti lain dari pengaruh pendidikan dalam takut akan Tuhan terhadap

kehidupan Salomo adalah konstruksi Bait Suci atau Bait Allah. Salomo

31
memimpin pembangunan Bait Suci dengan penuh hormat dan kesalehan kepada

Allah, menunjukkan dedikasinya dalam melayani dan memuliakan Tuhan.

Meskipun kemudian dalam hidupnya Salomo tergelincir dan melakukan

kesalahan-kesalahan, tetapi fondasi yang ditanamkan oleh pendidikan dalam takut

akan Tuhan membimbingnya kembali kepada-Nya dan memungkinkannya untuk

melayani Allah dengan bijaksana.

Dari kisah Salomo ini, kita dapat melihat bahwa pendidikan dalam takut

akan Tuhan memiliki dampak yang kuat dan positif dalam membentuk karakter

dan mengarahkan kehidupan anak-anak menuju kebijaksanaan dan ketaatan

kepada Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dan pendidik

dalam mendidik anak-anak dalam takut akan Tuhan, sesuai dengan prinsip-prinsip

Alkitab.

F. Strategi Pendidikan Anak yang Berbasis Takut akan Tuhan

Pendidikan anak yang berbasis takut akan Tuhan memerlukan pendekatan

yang holistik yang mencakup berbagai aspek kehidupan anak, termasuk spiritual,

moral, emosional, dan sosial. Berikut adalah beberapa strategi atau metode

pendidikan anak yang berfokus pada pengembangan takut akan Tuhan:

1. Pengajaran Firman Allah secara Teratur: Mengajarkan anak-anak

tentang Firman Allah secara teratur, baik melalui pembacaan Alkitab

bersama-sama, diskusi tentang kisah-kisah Alkitab, atau pelajaran rohani

di gereja atau sekolah Minggu. Ini membantu mereka memahami

kehendak Allah dan memperdalam hubungan mereka dengan-Nya.

32
2. Doa Bersama: Mendorong praktik doa bersama sebagai keluarga, baik

sebelum makan, sebelum tidur, atau dalam situasi-situasi tertentu. Ini

membantu anak-anak untuk mengembangkan kebiasaan berdoa dan

mengandalkan Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka.

3. Model Teladan yang Baik: Menjadi teladan yang baik dalam kehidupan

sehari-hari, menunjukkan kasih, kesabaran, ketekunan, dan ketaatan

kepada Allah dalam segala hal. Orang tua yang hidup sesuai dengan

prinsip-prinsip Alkitab memberikan contoh yang kuat bagi anak-anak

mereka untuk diikuti.

4. Pembinaan Karakter Melalui Kisah-Kisah Alkitab: Menggunakan

kisah-kisah Alkitab sebagai sarana untuk mengajarkan nilai-nilai moral

dan spiritual kepada anak-anak. Membiarkan mereka mempelajari tentang

karakter-karakter Alkitab dan bagaimana mereka hidup dalam takut akan

Tuhan.

5. Membina Hubungan yang Intim dengan Allah: Mendorong anak-anak

untuk membina hubungan yang intim dengan Allah melalui doa, ibadah,

dan refleksi rohani. Mengajarkan mereka untuk mengandalkan Allah

dalam setiap keadaan dan mempercayai-Nya sebagai sumber kekuatan dan

hikmat.

6. Pengajaran Tentang Konsekuensi dan Kasih Allah: Mengajarkan anak-

anak tentang konsekuensi dari tindakan mereka dan kasih Allah yang

melimpah. Menjelaskan bahwa takut akan Tuhan bukan hanya tentang

33
ketakutan akan hukuman, tetapi juga tentang penghargaan akan kasih dan

belas kasihan-Nya.

7. Pengalaman Spiritual Bersama: Melibatkan anak-anak dalam

pengalaman spiritual bersama seperti ibadah keluarga, khotbah bersama,

atau pelayanan sukarela. Ini membantu mereka merasakan kehadiran Allah

secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memperkuat iman mereka.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara konsisten dan penuh kasih,

orang tua dan pendidik dapat membantu anak-anak mereka untuk tumbuh dan

berkembang dalam takut akan Tuhan. Hal ini menciptakan fondasi yang kokoh

bagi kehidupan spiritual dan moral mereka yang akan membimbing mereka

sepanjang hidup mereka.

G. Implementasi praktis dari prinsip - prinsip Amsal 1:1-7 dalam

pembentukan karakter anak.

Implementasi praktis dari prinsip-prinsip Amsal 1:1-7 dalam pembentukan

karakter anak dapat dilakukan melalui berbagai cara yang mencakup aspek

pendidikan moral, spiritual, dan emosional. Berikut adalah beberapa implementasi

praktis dari prinsip-prinsip Amsal 1:1-7:

1. Mengajarkan Hikmat dan Pengetahuan: Menggunakan Amsal 1:1-7

sebagai dasar untuk mengajarkan anak-anak tentang hikmat dan pengetahuan

yang berasal dari takut akan Tuhan. Ini melibatkan pembacaan dan penjelasan

ayat-ayat tersebut serta pengajaran nilai-nilai moral dan spiritual yang

terkandung di dalamnya.

34
2. Menumbuhkan Rasa Takut akan Tuhan: Membantu anak-anak untuk

memahami arti sebenarnya dari takut akan Tuhan, yaitu rasa hormat, ketaatan,

dan pengabdian kepada Allah. Ini dapat dilakukan melalui pengajaran Firman

Allah, diskusi keluarga, dan contoh teladan yang baik dari orang tua.

3. Membangun Kebiasaan Spiritual: Mendorong anak-anak untuk membentuk

kebiasaan spiritual seperti doa, membaca Alkitab, dan berpartisipasi dalam

ibadah keluarga. Ini membantu mereka untuk memperdalam hubungan mereka

dengan Allah dan mengalami pertumbuhan rohani.

4. Mengajarkan Kebijaksanaan dalam Pengambilan Keputusan:

Menggunakan prinsip-prinsip hikmat yang terdapat dalam Amsal 1:1-7 untuk

membimbing anak-anak dalam pengambilan keputusan sehari-hari.

Melibatkan mereka dalam diskusi tentang bagaimana kebijaksanaan Allah

dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka.

5. Membentuk Karakter yang Bertanggung Jawab: Menggunakan nilai-nilai

moral yang terdapat dalam Amsal 1:1-7, seperti kejujuran, kasih, dan

kesabaran, untuk membentuk karakter anak-anak yang bertanggung jawab dan

mulia. Orang tua dapat memberikan contoh teladan yang baik dan

memberikan pujian ketika anak-anak menunjukkan perilaku yang baik.

6. Mendorong Keadilan dan Kebenaran: Mengajarkan anak-anak untuk

mencari keadilan dan kebenaran dalam segala hal, sesuai dengan ajaran

Alkitab. Ini melibatkan memberi mereka pemahaman tentang pentingnya

menghormati hak-hak orang lain dan bertindak secara adil dalam semua

situasi.

35
7. Pengembangan Hubungan yang Intim dengan Allah: Mendorong anak-

anak untuk mengembangkan hubungan yang intim dengan Allah melalui doa,

pujian, dan penyembahan. Memperlihatkan kepada mereka bahwa takut akan

Tuhan membawa berkat dan perlindungan dalam hidup mereka.

Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip Amsal 1:1-7 secara

praktis dalam kehidupan sehari-hari, orang tua dapat membantu membentuk

karakter anak-anak mereka sesuai dengan kehendak Allah dan memberikan

fondasi yang kokoh bagi perkembangan rohani dan moral mereka.

H. Tantangan Dalam Menerapkan Pendidikan Anak Berbasis Takut akan

Tuhan

Menerapkan pendidikan anak berbasis takut akan Tuhan dapat

menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi dengan bijaksana. Berikut

adalah beberapa tantangan yang mungkin dihadapi:

1. Pengaruh Lingkungan Sekular: Anak-anak terpapar dengan berbagai

pengaruh dari lingkungan sekular, termasuk media sosial, teman sebaya,

dan budaya populer yang mungkin tidak selaras dengan nilai-nilai takut

akan Tuhan. Tantangan ini memerlukan upaya ekstra untuk memfilter

pengaruh negatif dan memperkuat pengajaran nilai-nilai spiritual di

rumah.

2. Ketidaksetiaan terhadap Ajaran Alkitab: Tantangan lain adalah

ketidaksetiaan terhadap ajaran Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

Terkadang, orang tua mungkin mengalami kesulitan dalam konsistensi

36
menerapkan prinsip-prinsip takut akan Tuhan dalam pengasuhan anak-

anak mereka. Ini bisa disebabkan oleh kesibukan, tekanan dari lingkungan,

atau kurangnya pemahaman tentang ajaran Alkitab.

3. Pemahaman yang Terbatas: Orang tua atau pendidik mungkin

menghadapi tantangan karena pemahaman yang terbatas tentang ajaran

Alkitab dan cara mengajarkannya kepada anak-anak. Hal ini bisa menjadi

hambatan dalam memberikan pengajaran yang efektif dan membangun

fondasi yang kokoh bagi pendidikan anak dalam takut akan Tuhan.

4. Perlawanan dari Anak-anak: Beberapa anak mungkin menunjukkan

perlawanan terhadap pengajaran nilai-nilai spiritual atau penekanan pada

takut akan Tuhan. Ini bisa disebabkan oleh sikap skeptis, pengaruh dari

luar, atau ketidakmatangan spiritual. Menangani perlawanan ini

memerlukan kesabaran, doa, dan konsistensi dalam pengajaran.

5. Tantangan dalam Kehidupan Modern: Gaya hidup yang sibuk dan

tekanan dari pekerjaan atau sekolah dapat membuat sulit bagi orang tua

untuk memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan anak

berbasis takut akan Tuhan. Ini memerlukan manajemen waktu yang baik

dan prioritas yang jelas dalam hal pengajaran spiritual.

6. Pengaruh Budaya Sekuler: Budaya sekuler cenderung mengabaikan

nilai-nilai spiritual dan moral, dan bahkan seringkali menentangnya. Orang

tua perlu menghadapi tantangan ini dengan memperkuat pengajaran nilai-

nilai takut akan Tuhan di rumah dan memberikan pemahaman yang jelas

tentang perbedaan antara nilai-nilai dunia dan nilai-nilai Alkitab.

37
Menghadapi tantangan-tantangan ini memerlukan kesabaran, ketekunan,

dan kebijaksanaan. Orang tua dan pendidik perlu bekerja sama untuk mengatasi

hambatan-hambatan ini dan memastikan bahwa pendidikan anak berbasis takut

akan Tuhan tetap menjadi prioritas utama dalam pembentukan karakter dan moral

anak-anak.

I. Solusi untuk Mengatasi Tantangan dalam Menerapkan Pendidikan Anak

Berbasis Takut akan Tuhan

Mengatasi tantangan dalam menerapkan pendidikan anak berbasis takut

akan Tuhan memerlukan pendekatan yang holistik dan strategis. Berikut adalah

beberapa solusi atau saran untuk mengatasi tantangan tersebut:

1. Konsistensi dan Ketekunan: Penting bagi orang tua dan pendidik untuk

konsisten dan tekun dalam memberikan pengajaran tentang takut akan

Tuhan kepada anak-anak. Ini termasuk pembiasaan kebiasaan rohani,

seperti doa, pembacaan Alkitab, dan ibadah keluarga, secara teratur dan

konsisten.

2. Penggunaan Sumber Daya Spiritual: Manfaatkan sumber daya spiritual

yang tersedia, seperti gereja, kelompok kecil, atau seminar pendidikan

rohani, untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran Alkitab dan

mendapatkan dukungan dari komunitas iman.

3. Pembinaan Hubungan yang Kuat dengan Anak-anak: Bangun

hubungan yang kuat dengan anak-anak berdasarkan kasih sayang,

38
kepercayaan, dan komunikasi terbuka. Ini memungkinkan orang tua untuk

menjadi teladan yang baik dan membimbing anak-anak mereka dengan

efektif dalam perjalanan rohani mereka.

4. Penggunaan Teknologi dengan Bijaksana: Manfaatkan teknologi

dengan bijaksana sebagai alat bantu dalam pendidikan anak berbasis takut

akan Tuhan. Ada banyak aplikasi, situs web, dan sumber daya digital

lainnya yang dapat membantu orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai

spiritual kepada anak-anak dengan cara yang menarik dan relevan.

5. Pengajaran dengan Contoh Teladan: Orang tua dan pendidik perlu

menjadi contoh teladan dalam hidup mereka sehari-hari. Tindakan yang

konsisten dengan nilai-nilai takut akan Tuhan akan lebih berbicara

daripada kata-kata belaka. Anak-anak memperhatikan perilaku orang tua

mereka dan terinspirasi olehnya.

6. Mengajukan Pertanyaan dan Mendengarkan: Ajukan pertanyaan

kepada anak-anak tentang kehidupan rohani mereka, pendapat mereka

tentang ajaran Alkitab, dan bagaimana mereka merespons nilai-nilai yang

diajarkan. Mendengarkan dengan seksama akan membantu orang tua

memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi anak-anak mereka

dalam memahami takut akan Tuhan.

7. Doa dan Keterlibatan Rohani: Berdoa secara teratur untuk anak-anak

dan memohon kepada Allah agar memberikan kebijaksanaan, kekuatan,

dan perlindungan kepada mereka dalam perjalanan rohani mereka. Terlibat

39
secara aktif dalam kegiatan rohani bersama dengan anak-anak, seperti doa

bersama, ibadah keluarga, atau pelayanan sukarela.

Dengan menerapkan solusi-solusi ini secara konsisten dan penuh kasih,

orang tua dan pendidik dapat mengatasi tantangan dalam menerapkan pendidikan

anak berbasis takut akan Tuhan dan memastikan bahwa anak-anak mereka

tumbuh dan berkembang dalam kehidupan rohani yang kokoh dan berakhlak

mulia.

40
BAB IV

KONSEP HIKMAT DAN PENGETAHUAN MENURUT AMSAL 1:1-7

SERTA RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ANAK

DI ERA MASA KINI

A. Hikmat Dan Takut Akan Tuhan Menurut Amsal 1 : 1 - 7

Amsal adalah suatu kumpulan pernyataan singkat yang didalamnya secara

sengaja dimuat prinsip, nilai hidup, hasil observasi akan berbagai bentuk realita

kehidupan didalamnya yang diukur dari kacamata Allah. Amsal memuat berbagai

kunci untuk mengalami sebuah kehidupan yang tidak hanya sukses secara

jasmani, tetapi sukses, benar dan memiliki nilai dihadapan Tuhan.

Salomo menuliskan maksud dari mengapa ia menggubah – menulis begitu

banyak Amsal ini, Corneles Wim Kandou mengatakan “yang saya temukan

kurang lebih 8 hal penting – tujuan amsal ini ditulis”. Seberapa pentingnya amsal

tentang hikmat ini dapat kita lihat dari apa saja tujuan yang dimaksudkan oleh

Salomo hingga kemudian atas inspirasi Roh Kudus memberikan tulisan-tulisan

yang begitu berhikmat dan tepat guna.

Ams 1:2 untuk ¹mengetahui hikmat dan didikan, untuk ²mengerti kata-kata yang

bermakna,

Ams 1:3 untuk ³menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran,

keadilan dan kejujuran,

Ams 1:4 untuk ⁴memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman,

dan ⁵pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda–

41
Ams 1:5 baiklah orang bijak mendengar dan ⁶menambah ilmu dan baiklah

orang yang berpengertian ⁷memperoleh bahan pertimbangan–

Ams 1:6 untuk ⁸mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.

1. Mengetahui hikmat dan didikan

2. Mengerti kata-kata yang bermakna

3. Menerima didikan yang menjadikan pandai, benar, adil & jujur

4. Memberikan kecerdasan kepada yang tak berpengalaman

5. Memberikan kebijaksanaan kepada orang muda

6. Menambah ilmu bagi orang bijak

7. Memperoleh bahan pertimbangan bagi orang yang berpengertian

8. Mengerti amsal, ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak

Kitab Amsal 1 : 1 – 7 menyebutkan kata hikmat, takut akan Tuhan dan

pengetahuan. Merupakan Kitab yang mendahului Kitab Amsal ; dimulai dengan

pokok bahasan yang memaparkan maksud dan tujuan penulisan kitab Amsal.

Kitab ini membimbing pembaca untuk hidup dengan kebijaksanan, disiplin,

berpengetahuan, dan hidup dalam kebenaran. Tulisan-tulisan Amsal yang terfokus

pada hikmat yang muncul sampai 41 kali dalam kitab ini menunjukkan betapa

pentingnya untuk dicermati oleh pembacanya. Melalui kata-kata bijak yang ditulis

dalam bentuk syair, peribahasa, pernyataan-pernyataan pengajaran, penulis

mendesak pembacanya agar memiliki hikmat dalam seluruh aspek hidup.

Takut akan Tuhan, adalah tema dari seluruh tulisan kitab Amsal, dan

merupakan awal dari hidup berhikmat. "Takut" bukan berarti 'ngeri', 'seram', tetapi

lebih menunjukkan sikap hormat, menjunjung tinggi, menundukkan diri pada

42
kedaulatan Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Tuhan adalah sumber

hikmat tertinggi dan ilahi. Karena itu setiap orang perlu datang kepada Sang

Sumber hikmat dan memperoleh hikmat daripada-Nya. Setiap manusia harus

mengakui bahwa segala kepandaian dan kemampuan yang ada padanya berasal

dari Allah, Sumber hikmat. Siapa pun yang mau datang memperoleh hikmat

daripada-Nya akan memiliki hidup bijaksana, bermoral tinggi, dan selaras dengan

kehendak-Nya.

A.1. Takut Akan Tuhan Dalam Amsal 1: 1 – 7

Terdapat beberapa pendapat mengenai penafsiran frasa “takut akan

Tuhan” dalam Amsal 1:1-7. Menurut Ted Hildebrandt, "takut akan Tuhan" telah

disebut sebagai semboyan dan titik tolak utama dari literatur hikmat. Hilderbrandt

kemudian mendefinisikan rasa takut akan Tuhan sebagai suatu pengalaman

emosional yang bersifat kompleks yang terhubung dengan persepsi atau kesadaran

akan yang suci dan kemudian menghasilkan reaksi penolakan, ketertarikan, daya

tarik, kekaguman, penghormatan, cinta, kepercayaan, iman yang bersamaan

hingga pemujaan. Dengan kata lain, takut akan Tuhan mengacu pada pengalaman

emosional seseorang dan dihasilkan dari kesadaran akan kekudusan Tuhan yang

menghasilkan berbagai reaksi. Namun, ia juga menyadari bahwa frasa tersebut

perlu didiskusikan, karena dalam literatur hikmat Yahudi, frasa tersebut tidak

dimaknai secara tunggal. Kata "ketakutan" sendiri dapat dimaknai sebagai

ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi dan ketidakberdayaan yang

dirasakan seseorang dari bahaya. Kata ini juga dapat digunakan untuk

43
menunjukkan relasi antara seseorang yang berkuasa, seperti seorang raja, dengan

rakyat atau bawahannya.

Selanjutnya pendapat mengenai penafsiran “takut akan Tuhan”, dari

Risnawati Sinulingga, mengatakan bahwa Amsal 1:7 ini sebagai moto bagi

seluruh kitab Amsal yang mengandung pengertian dan prinsip yang mendasar

bagi usaha untuk memperoleh hikmat. Ungkapan “takut akan Tuhan” pada ayat 7a

yang berada pada bagian pendahuluan seluruh kitab Amsal, harus dipahami dalam

hubungannya dengan dua konotasi yaitu bahwa “takut akan Tuhan” merupakan

“elemen utama” dan “langkah pertama” dari pengetahuan.

Pendapat yang sama dari Matthew Henry yang mengatakan bahwa takut

akan Tuhan di dalam Amsal 1:7 adalah bagian utama dari pengetahuan. Takut

akan Tuhanlah yang memimpin pengetahuan. Pendapat yang berbeda

dikemukakan oleh Harris, dengan mengatakan bahwa takut akan Tuhan dalam

Amsal 1:7 merupakan suatu sikap atau suatu tindakan etis-moral yaitu dengan

membenci kejahatan.

A.2. Hikmat Dalam Amsal 1: 1 – 7

Sebagaimana dipakai dalam kitab ini, hikmat artinya hidup dan berpikir

sesuai dengan kebenaran, jalan, dan pola Allah. Hikmat artinya mendekati seluruh

kehidupan dari sudut pandangan Allah, percaya bahwa segala sesuatu yang

dikatakan Allah itu benar, dan merupakan satu-satunya standar hidup yang layak.

Memperoleh hikmat jauh lebih baik daripada memiliki emas dan perak (Ams

3:13-14). Hikmat ini hanya datang kepada mereka yang mencarinya melalui

hubungan yang benar dengan Allah (ayat Ams 1:7).

44
Sesuai doa yang ia minta kepada Tuhan, Allah benar-benar mengaruniakan

hikmat bagi Salomo untuk menimbang segala keadaan. (1 Raja-raja 3:5-14; 4:29-

32). Walaupun di kemudian hari kita menerima fakta bahwa orang seberhikmat

Salomo pun dapat jatuh dalam berbagai bentuk kesalahan. Tentu kesalahan bukan

pada hikmat yang ada pada Salomo, tetapi pilihan hidupnya yang tidak berpegang

pada hikmat yang ia terima dari Allah.

Secara garis besar hikmat dalam kitab Amsal ditujukan kepada 3 kalangan

yaitu untuk orang muda ((1:1 – 9:18), uutuk semua orang (10:1 – 24:34) dan

umtuk para pemimpin (25:1 – 31:31).

Hikmat bukanlah sekedar pengetahuan, kecerdasan, sesuatu yang dapat

dipelajari, bukan sekedar insting atau tebakan. Hikmat dunia berbeda dengan

hikmat Allah. Hikmat dunia hanya bertumpu pada keterbatasan penalaran

manusia, tetapi hikmat Allah bertumpu pada kemahakuasaan Allah dalam segala

kondisi dan perubahan.

Bagaimana kita memperoleh hikmat? Hikmat diperoleh dengan :

1. Sikap takut akan Tuhan

Ams 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi

orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

Kata ‘takut’ mengandung arti dalam bahasa Ibrani yaitu menghormati,

mengagumi, dan respek. Hormat melibatkan sebuah pilihan dan kesediaan

seseorang untuk menghormati sesuatu atau seseorang.

Ayat didalam bagian Alkitab lainnya juga mendukung :

45
 Kitab Ayub; Ayub 28:28 tetapi kepada manusia Ia berfirman:

Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan

itulah akal budi.”

 Kitab Mazmur; Mazmur 111:10 Permulaan hikmat adalah takut akan

TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-

pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.

Didalam hidup yang menghormati Tuhan, kita tahu siapa yang kita

hormati, kita mengenal apa yang kita hormati, kita paham hal mana saja yang Ia

sukai, yang Ia benci, apa yang Ia rindukan atau apa yang ia tolak.

Hidup takut – hormat kepada Tuhan bukan ditunjukkan dari sekedar

rangkaian kata yang indah, yang terdengar formal dan rapi, bukan sekedar

ditunjukkan dalam rupa ketaatan ritual agamawi, tetapi ditunjukkan lewat setiap

perilaku hidup dalam keseharian.

2. Sikap Takut Akan Tuhan Yang Dilakukan Sepanjang Waktu

Ams 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi

orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

Sikap Takut akan Tuhan dijelaskan oleh Salomo sebagai permulaan, yang

artinya sikap ini harus dilakukan secara berkelanjutan.

Dalam perjanjian baru Yesus mengajarkan bahwa kita memperoleh hikmat

dengan tetap tinggal dalam firman-Nya, dengan membiarkan firman-Nya tetap

tinggal di dalam diri kita (Yoh 15:7), dan dengan menyerahkan hati dan pikiran

46
kita kepada Roh Kudus yang mendiami kita (Yoh 14:16-26). Artinya ada suatu

hubungan yang dilakukan secara terus menerus.

Jadi, takut akan Tuhan itu tidak hanya diperlukan di awal, atau pada

“permulaan pengetahuan” saja. Takut akan Tuhan itu harus terus menerus dimiliki

oleh seseorang yang mencari hikmat. Ketika seseorang berhenti takut akan Tuhan,

maka secara otomatis, hikmat Allah sukar diterimanya.

Kehidupan manusia yang begitu terbatas, sarat akan dosa, rentan akan

penyelewengan, masa depan yang penuh misteri, belum lagi ditambah dengan

segala situasi kondisi yang berubah dengan cepat dan tak jarang dimanfaatkan

iblis untuk menjatuhkan kita;

Jika seseorang berhenti untuk hidup takut dan menghormati Tuhan maka

bisa dipastikan akhir atau konsekuensi seperti apa yang akan diterima oleh orang-

orang yang demikian.

Jika kita sadar betapa lemah, terbatas dan rapuhnya kita seharusnya kita

akan terus memilih untuk hidup takut akan Tuhan apapun harganya sebab kita

tahu terobosan hidup seperti apa yang Tuhan karuniakan bagi mereka yang hidup

takut dan menghormati-Nya dalam segala jalan dan tingkah laku.

3. Hikmat Diperoleh Dari Penerapan Pengetahuan Secara Tepat

Ams 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi

orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

Sepanjang kitab Amsal kita akan temukan banyak sekali hubungan antara

pengetahuan dan hikmat.

47
“Hikmat diperoleh dari kesanggupan untuk menerapkan pengetahuan

secara benar, hikmat diperoleh dari kesanggupan dalam menjalani kehidupan yang

sesuai kehendak Tuhan”

Dari sini kemudian kita dapat mengerti bahwa orang bodoh yang

menghina hikmat dan didikan adalah mereka yang banyak tahu tentang Tuhan,

mereka tahu apa yang Firman Tuhan katakan tentang kondisi mereka, mereka tahu

dari firman Tuhan apa yang seharusnya dilakukan, tetapi kenyataannya mereka

lebih tergiur untuk bertindak berdasarkan pertimbangan dan kehendak mereka

walau mereka tahu apa yang harus mereka lakukan sesuai intruksi firman Tuhan.

Orang-orang yang tidak menerima hikmat Allah adalah orang-orang yang

tidak mampu mengelola segala pengetahuan mereka tentang Allah, mereka

dengan sadar dan sengaja memilih mengabaikan Tuhan dan kehendak-Nya.

Ini harusnya menjadi bahan instropeksi tentang keadaan kita hari-hari ini,

kita mungkin merasa hidup kita stagnan, kehilangan tujuan dan arah hidup, segala

sesuatu yang dilakukan rasa-rasanya buntu dan tanpa gairah. Bisa jadi kita sedang

mengabaikan keberadaan, kehendak dan intervensi Tuhan dalam hidup kita.

B. Relevansi Hikmat Dan Pengetahuan Dengan Pendidikan Anak Di Era


Masa Kini

Dalam bahasa Ibrani kata didikan berarti “musar” yang paling banyak

digunakan dalam tulisan-tulisan hikmat, khususnya Amsal 1-9 dan juga

merupakan salah satu kata kunci. Istilah ini digunakan untuk didikan, disiplin, dan

koreksi praktis yang diterima oleh seorang murid dari guru atau orangtuanya,

48
tetapi juga didikan, disiplin dan koreksi moral dari hikmat. Istilah musar dalam

Perjanjian Lama digunakan untuk “didikan”, “disiplin” dan “koreksi” ini

ditunjukan Allah kepada pribadi seseorang atau bangsa Israel (Ul 11:2; Yer 17:23,

35:13; Zef 3:2,7 Mzm 50:17, Ayb 33:16; 36:10). Istilah musar mencakup didikan

praktis dan koreksi moral dari seorang guru atau orangtua, bahkan dari firman-

Nya akan membuat seseorang memiliki tata tertib hidup. Risnawaty juga

menguraikan: “Didikan ini akan mendisiplinkan seseorang untuk memiliki

kecerdasan spiritual atau kepribadian takut akan Tuhan sehingga ia mampu

menerima didikan bukan hanya dalam kepandaian yang bersifat teknis dan praktis

melainkan mereka mau dididik, didisiplinkan dan dikoreksi dalam hal moral yang

bersifat religius.”

Anak era masa kini mempunyai masa yang sangat labil dan sangat mudah

untuk dipengaruhi. Pengalaman keterasingan pada anak era masa kini yang sering

terjadi dapat meningkatkan ketidakstabilan mental dan emosional.

Diperkuat lagi oleh faktor perkembangan teknologi yang sangat pesat, para

anak era masa kini dapat memperoleh teladan yang negatif dari berbagai contoh

figur idola. Jika mereka tidak memiliki dasar takut akan Tuhan, maka tentunya

situasi ini dapat berpengaruh dengan permasalahan spiritualitas mereka.

Selanjutnya, adalah budaya konsumeristik yang merajalela. Sehingga anak era

masa kini dibujuk untuk percaya bahwa kebahagiaan bisa dibeli. Oleh karena itu

sangatlah penting bagi anak era masa kini untuk belajar dan memahami dengan

baik tentang takut akan Tuhan menurut Amsal 1:1-7.

49
Takut akan Tuhan yang dimaksud dalam kitab Amsal adalah dasar dari

pengetahuan atau kebijaksanaan. Beberapa implikasi praktisnya bagi kehidupan

spiritualitas anak era masa kini adalah, pertama, anak perlu untuk hidup dalam

firman Tuhan. Kedua, hidup dalam kekudusan. Ketiga, hidup dalam kasih kepada

Allah dan kasih kepada sesama.

Kurangnya pemahaman akan pentingnya mengoptimalkan kecerdasan

spiritual anak, baik di pihak orangtua, guru maupun gereja dari anak. Dimana

pada umumnya orangtua, guru dan gereja lebih memprioritaskan kecerdasan

intelektual dibandingkan dengan kecerdasan spiritualnya. Padahal Golleman

menjelaskan bahwa “kecerdasan spiritual menyumbang lebih banyak bagi

kesuksesan hidup seorang daripada kecerdasan lainnya.”

Kecerdasan spiritual Anak adalah sesuatu yang dipakai untuk

mengembangkan kemampuan dan kerinduan anak akan makna, visi, dan nilai

hidupnya. Secara konseptual “kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata

“kecerdasan dan spiritual”. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna

sebagai perkembangan akal budi untuk berpikir dan mengerti.”

Wahab menjelaskan bahwa: Spiritual bagi anak adalah dasar bagi

tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral. Suatu kesadaran yang menghubungkan

anak langsung dengan Tuhan. Dengan demikian, kecerdasan spiritual anak sangat

penting, karena kecerdasan spiritual merupakan dasar dari pembentukan pribadi

anak dan membawa anak memiliki hubungan yang dekat kepada Tuhan.

Kecerdasan spiritual anak dioptimalkan dengan memperlengkapi

kerohanian anak yang dimulai dari sejak usia dini, karena dengan

50
memperlengkapi kerohanian anak sejak dini berkenaan dengan keberadaan Tuhan

dan Firman Tuhan, maka anak memiliki dasar iman yang kokoh dalam hidupnya

dan tidak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang dapat merusak

dimasa depannya. Geoffrey W. Bromiley menjelaskan bahwa “Kecerdasan

Spiritual anak berkaitan dengan kepercayaan anak kepada Yesus Kristus dan

Anugerah-Nya.” Oleh sebab itu, kecerdasan spiritual anak sejak usia dini

merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena akan membawa anak pada

suatu upaya untuk mewujudkan kerohanian anak menjadi lebih baik sesuai dengan

firman Tuhan.

Orangtua adalah pendidik pribadi yang pertama dalam hidup anak.

Kepribadian orangtua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur

pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam

pribadi anak yang sedang tumbuh itu.

Salah satu tugas orang tua selain membesarkan anak adalah mendidik anak

dengan benar, baik dalam sikap, tingkah laku maupun perkataan. Orang tua

hendaknya menyadari dan dapat memiliki pemahaman yang benar akan

pentingnya peran mereka dalam mendidik anak untuk hidup dengan benar.

Oleh sebab itu, aspek utama yang mengajarkan ketetapan Allah atau

membentuk kecerdasan spiritual anak terlebih dahulu adalah orangtua, bukan

gereja, sekolah dan lain-lainnya yang juga turut menjadi pengajar anak. Anak

sejak dini harusdiajarkan untuk mengenal Tuhan, maka sampai dewasa akan

tertanam dalam dirinyadan ia tidak akan meninggalkan Tuhan, karena orang yang

mengenal Tuhan akanhidup dengan benar serta berhasil dalam hidupnya.

51
Kitab Amsal 1:1-7 memiliki relevansi terhadap pendidikan anak di era

masa kini. Bahwa anak perlu diperkenalkan bukan hanya pada pengetahuan

akademis, tetapi juga pada nilai-nilai spiritual dan moral yang akan membentuk

karakter mereka.

Amsal 1:1-7 mengajarkan nilai takut akan Tuhan yang perlu diterapkan

kepada anak era masa kini sehingga anak akan memiliki hikmat dan pengetahuan

untuk dapat membedakan hal yang baik dan benar.

52
53

Anda mungkin juga menyukai