Anda di halaman 1dari 45

DI PADANG GURUN

 Kitab Bilangan, Bamidmar: di padang gurun,


merupakan buku yang paling sulit di dalam
Pentateuk dilihat dari segi isi dan sumbernya.
 Dari segi isi, setelah Israel melakukan sensus
dan persiapan-persiapan, di pasal 10:10, Israel
meninggalkan gunung Sinai dan menuju ke
tanah perjanjian. Bagian utama di dalam
buku, pasal 11-25 menggambarkan insiden-
insiden di dalam perjalanan mereka dan
akhirnya sejumlah tambahan yang
menyajikan sejumlah instruksi akhir oleh
Musa dan Yahweh dalam rangka memasuki
tanah Kanaan.
 Yang menjadi permasalahan di sini adalah
bahwa buku ini memiliki isi yang campur aduk
bahkan kadang bertentangan satu dengan
yang lainnya yang dihubungkan secara
bersama-sama oleh cerita dan kronologi.
 Selain adanya sumber Y, E, dan P,
kemungkinan ada sumber lainnya yang
digunakan yang sudah sangat tua.
 Sebelum menuju ke tanah perjanjian,
diadakanlah sensus daftar keturunan Israel,
mulai dari generasi pertama (pasal 1) yang
keluar dari Mesir hingga generasi kedua
(pasal 26) yaitu mereka yang lahir setelah
keluaran.
 Angka diberikan kepada laki-laki yang berusia
2o tahun ke atas, umur yang cocok untuk
melakukan pengabdian militer. Mereka terdiri
dari 603. 550 (generasi pertama) dan 601.730
(generasi kedua).
 Jumlah ini sama dengan jumlah laki-laki yang
berpartisipasi di peristiwa keluaran di dalam
Kel 12:37. Jumlah angka yang tinggi ini
kemungkinan adalah usaha P untuk
menggunakan keterangan dari sumber yang
terdahulu yang menguatkan janji Allah untuk
membuat keturunan Israel beranak cucu dan
bertambah banyak.
 Setelah itu terjadi pengaturan kemah-kemah
(Bil 2). Hal ini merupakan skema ideal yang
dibayangkan oleh sumber P mengenai Israel
kuno sehingga tidak ada hubungannya
dengan letak geografis.
 Tenda pertemuan ada di tengah, dengan
rumah para imam sementara tenda para suku
diatur mengelilinginya, merefleksikan
kekudusan. Bait Allah yang dibangun oleh
Salomo pada abad ke-10 SZB memiliki pintu
masuk di timur, dan demikian pula di dalam
pengaturan sumber P. Di bagian timur ini,
Musa, Harun dan anak-anak Harun berdiam.
Setelah mereka ada suku Yehuda yang
merupakan suku yang paling dominan pada
sejarah kerajaan Israel. Lalu ada suku Zebulon
dan Isaskar, saudara-saudara Yehuda menurut
tradisi keturunan. Rumah para imam dan
suku-suku yang lain diatur di tiga sisi yang
lainnya.
Asyer Dan Naftali
Kaum Lewi
(Merari)

Benyamin Kaum Para Isaskar


Kemah
Efraim Lewi PertemuanIman Yehuda
Manaseh Zebulon
Kaum Lewi
(Kohath)
Gad Ruben Simeon
 Di dalam Bilangan terdapat sejumlah tradisi
menyangkut Paskah (Bil 9:1-14) dan kalender
ritual (28-29); berbagai jenis pengorbanan
(5:5-10; 15); hak dan kewajiban para Imam
dan kaum Lewi (18); obyek-obyek ritual
seperti lampu berdiri (8:1-4) dan trompet
perak (10:1-10); penyucian (5:1-4; 19:10-22);
dan penggambaran “kemuliaan Tuhan” yang
ditandai dengan awan yang menutupi tabut
perjanjian (9:15-23). Materi yang baru juga
muncul yaitu yang berasal kebanyakan dari P.
 Hukum  istri yang dituduh melakukan
penyelewengan/persinahan (Bil 5:11-31).
 Kota-kota perlindungan  Bil 35
menetapkan pemberian 48 kota kepada
kaum Lewi karena mereka tidak memiliki
teritori.
 6 di antaranya adalah kota-kota
perlindungan, tiga di setiap bagian sungai
Yordan. Fungsinya: memberikan tempat bagi
seseorang yang telah mengambil nyawa
orang lain hingga kesalahannya diatasi. Jika
jemaat berpikir bahwa kematian itu terjadi
secara tidak sengaja maka pembunuhnya
diijinkan untuk tinggal di kota tersebut dan
tidak ada seorangpun yang dapat melakukan
pembalasan dendam. Jika si pembunuh
meninggalkan kota itu maka ia dapat saja
dibunuh oleh saudara korban. Hal ini
berlangsung hingga kematian imam besar.
Setelah sang imam meninggal maka ia dapat
kembali ke kotanya tanpa ada seorangpun
yang berhak untuk mengambil nyawanya.
 Namun jika pembunuhan itu adalah disengaja
maka pembunuhnya harus dihukum mati
setelah adanya dua orang saksi
yang menunjukkan bukti pelanggarannya.
 Hal hak waris dengan tidak adanya ahli waris
laki-laki kasus anak-anak Zelofehad (Bil
27:1-11).
 Nazar  Bil 6: orang yang bernazar
mengabdikan diri kepada Allah baik melalui
puasa meminum alkohol, membiarkan
rambutnya tidak dipotong, seperti para
imam, tidak bersentuhan dengan mayat. Bil
30: nazar seorang anak perempuan dapat
dicabut oleh ayahnya ketika belum menikah.
Jika telah menikah maka oleh suaminya
karena korban persembahan
berada di bawah kontrol kedua pihak ini.
Janda atau perempuan yang bercerai bebas
dari larangan ini.
 Berkat keimaman  Bil 6:24-26 merupakan
doa yang sangat tua.
 Hak mutlak keimaman yang diberikan
ekslusif kepada Harun dan pengrendahan
status kaum Lewi. Peninggian status Harun
(Bil 18:1, 8, 20; Kel 4:27; Im 10:8).
 Salah satu hal yang menarik adalah tentang
perjanjian garam yang menjamin hak para
imam di dalam persembahan (Bil 18:19).
 Bilangan juga mengungkapkan sejumlah
peristiwa pemberontakan umat terhadap
Musa yaitu oleh Israel (Bil 11:4-6) dan juga
oleh Harun dan Miriam oleh sumber E
walaupun tidak semuanya (Bil 12). Musa
diberikan status khusus, ia bertemu muka
dengan muka dengan Allah (Bil 12:8). Di sini E
mengembangkan salah satu tema utama.
Pentingnya nubuat sebagai bentuk
penyataan Allah tetapi juga mengenai peran
Musa yang bukanlah nabi sembarang. Tujuan
cerita ini: Musa lebih tinggi dari Harun dan
Mirian.
 Pemberontakan yang lain  12 mata-mata
sesuai dengan 12 suku. Hanya Kaleb yang
mengatakan bahwa Israel mampu
mengalahkan orang-orang Kanaan (di dalam
P: Kaleb dan Yosua). Israel mengikuti
perkataan 10 mata-mata hingga Allah
menghukum mereka namun Musa tampil
sebagai penengah antara Allah dan umat
Israel. Di sinilah sebagai hukuman Israel harus
mengembara selama 40 tahun di padang
gurun.
 Tujuan cerita ini adalah untuk menjelaskan
mengapa Israel mengembara sangat lama di
padang gurun dan pendominasian dari Selatan
Yehuda keturunan Kaleb yang adalah orang
Kenisit, bukan Israel asli (Bil 32:12; Yos 14:6). P
membuat Kaleb sebagai bagian dari 12 suku (Bil
13:6; 34:19). Juga untuk menjelaskan mengapa
Yosua akan menggantikan Musa (karena Musa
termasuk generasi yang akan mati di padang
gurun sehingga harus digantikan).
 Pemberontakan juga dilakukan oleh para imam
(Bil 16-17)  pemberontakan Dathan dan
Abiram; Korah yang berasal dari keturunan Lewi.
Di sini status Musa ditinggikan
sedangkan status Harun direndahkan. Nanti
status ini akan dipulihkan pada pasal 17. Pasal
18 mengatur tentang pembagian kewajiban
dan hak para imam.
 Air di Meribah (Bil 20)  alasan mengapa
Musa tidak bisa masuk ke Kanaan.
 Ular perunggu (Bil 21:4-9)  Israel
bersungut-sungut sehingga Allah
mengirimkan ular untuk menghukum Israel,
lalu Allah menyuruh Musa membuat ular
perunggu untuk menyembuhkan mereka
yang tergigit ular  menjelaskan ritual ular
perunggu di bait Allah pada jaman Salomo
Akhir Perjalanan ke Tanah
Perjanjian
 Deuteronomi  bahasa Yunani “hukum kedua.”
Bahasa Ibrani “Debarim” artinya kata-kata (Ul
1:1).
 Berisi pidato Musa sebelum kematiannya yang
menyerupai khotbah. Musa menyimpulkan
sejarah awal Israel termasuk janji kepada leluhur,
pelarian dari Mesir, pengembaraan di padang
gurun, penyataan di Horeb. Namun buku ini juga
berisi pemberian hukum-hukum. Ada versi lain
dari 10 hukum. Di pasal 12-26 berisi hukum
Israel terutama tentang masalah kriminal,
kemasyarakatan dan masalah keagamaan
yang merupakan modifikasi dari yang telah
ditemukan di Pentateuk.
 Sumber yang menulis adalah D yang hanya
ditemukan di sini dan tidak ditulis oleh Musa.
Kemungkinan ditulis pada abad ke-8 SZB dan
disempurnakan kemudian di dalam sejarah
Israel.
 Beberapa jenis kesustraan yang muncul di
sini: ucapan selamat tinggal diucapkan oleh
pemimpin sebelum kematiannya : Musa.
 Gaya D: retorika  bertujuan untuk
membujuk dengan menggunakan sejumlah
bahasa dan konsep untuk meyakinkan
pembaca: perintah-perintah, ketetapan-
ketetapan, peraturan-peraturan. Israel
diharuskan untuk mencintai Allah mereka
dengan segenap hati dan jiwa. Ia telah
memilih mereka dari sekian banyak bangsa,
membebaskan mereka dari penindasan
karena ia mengasihi mereka. Oleh karena itu
Israel harus menyembahNya saja. Ia akan
memberkati mereka dengan umur panjang di
tanah yang telah diberikan utk mereka. Di
tempat ini, Ia akan memilih tempat bagiNya
di mana Ia akan berdiam. Dan di sanalah
mereka harus berkumpul secara berkala guna
merayakan perayaan keagamaan yang
khusus pula di mana hukum akan dibacakan.
 Hukum ini berbeda dengan yang diberikan di
Sinai. Jika di Sinai Allahlah yang berbicara
maka di Ulangan, Musa. Ulangan adalah
upaya penafsiran hukum yang ada.
 Dengan memberikan Musa sebagai pemberi
hukum maka penulis D menyadari perlunya
hukum Tuhan untuk ditafsirkan dan
diadaptasikan di dalam berbagai konteks.
 Pidato Musa:
Pidato Musa yang pertama: 1:1-4:43.
Pidato Musa yang kedua: 4:44-11:32
Musa memproklamasikan ulang pemberian
hukum Ilahi Allah: 12-26
Instruksi Musa mengenai pembaharuan
perjanjian di Shikem: 27-28.
Pidato ketiga Musa: 29-30
Materi tambahan: narasi (31; 32:45-52), puisi
(Nyanyian Musa, 32:1-44) dan pemberkatan
dari Musa, 33) dan laporan di pasal 34 tentang
kematian Musa.
 Ada beberapa tahap penulisan: bagian tertua
adalah pasal 12-26, ditulis pada awal abad ke-
8 SZB. Koleksi ini telah digabungkan ke
dalam pidato Musa di pasal 5-11 dan 28 dan
didata pada abad ke-8 atau 7. Kemudian
ditambahkan materi pada awal dan akhir
buku ini. Pasal-pasal pembukaan (1:1-4:43)
adalah pidato perkenalan yang kedua didata
pada abad ke-6 merefleksikan pengalaman
pembuangan di Babilonia setelah kehancuran
Yerusalem pada 586 SZB. Tahap terakhir dari
D diatur oleh sumber P sebagai editor Torah
secara keseluruhan kemungkinan pada abad
ke-6.
 Inti dari Ulangan ditemukan di pasal 12-26 
berhubungan dengan berberbagai topik yaitu
upacara keagamaan dan ritus penyucian,
kemasyarakatan dan hukum kriminal, dan
aturan peperangan. Namun hukum-hukum
itu tidaklah lengkap karena belum merangkul
semua kebutuhan suatu masyarakat...
 Kapan munculnya hukum ini tidaklah jelas .
Kebanyakan hukum ini berasal dari koleksi
awal dari hukum-hukum, seperti
Kode/Ketetapan Perjanjian (Kel 20:22-23:33)
dan ritual Dekalog (kel 34: 10-26). Dan pada
kenyataannya beberapa hukum yang terletak
di dalam Ulangan merupakan dukpilat langsung
dari hukum-hukum yang terdapat di dalam
Keluaran: Kel 23:19; 34::26: Ul 14:21. Jadi jelaslah
bahwa Ul mengambil sumber-sumber yang telah
ada lalu memodifikasi itu untuk menyesuaikan
dengan kepentingannya.
 Kode/Ketetapan Deuteronomik jelas muncul
untuk merepresentasikan masyarakat utopia dari
pada masyarakat yang nyata.
 Di saat yang sama Ulangan harus menampilkan
realitas sejarah di dalam laporan mereka. Hukum
yang mengatur tentang kerajaan dan hak
kekuasaan raja harus dibatasi. Keadilan diatur di
konteks lokal dari pada oleh raja. Sama halnya
dengan urusan peperangan, raja tidak disebut
meskipun para imam, para pegawai kerajaan,
dan para panglima perang disebutkan dan diatur
peranannya.
 Hal lain yang diatur adalah tentang “herem/ban”:
pemusnahan atau penghapusan secara total
orang-orang Kanaan di tanah perjanjian (Ul 20:
16-18) dan juga kota-kota Israel yang memiliki
patung-patung penyembahan berhala (13:12-16).
Penggunaan istilah “pemusnahan” menunjuk
pada sikap ekslusif dari Ulangan terhadap
penyembahan terhadap Yahweh meskipun tidak
secara pasti dilaksanakan di dalam prakteknya.
 Kode Deuteronomis juga memiliki konsern
yang khusus kepada masalah-masalah
kemanusiaan terutama berhubungan dengan
konsep umat Israel sebagai budak/ orang
asing di Mesir (Kel 22:21; 23:9) Di dalam Ul,
pengalaman Israel ini diulang-ulang dan
diperluas sehingga menunjukkan perhatian
khusus terhadap orang-orang yang tidak
memiliki kekuasaan di dalam masyarakat
seperti para budak, janda, orang-orang yang
membutuhkan/pengemis, kaum miskin, dan
juga orang asing.
 Contoh penekanan terhadap unsur
kemanusiaan yang merupakan modifikasi
dari Keluaran adalah Ul 15: 12-15
dibandingkan dengan Kel 21:2 . Sama halnya
dengan konsep pemeliharaan Sabat di akhir
dari penciptaan yang tertuang di dalam Kel
20:11 yang dimodifikasi di dalam Ul 5: 12-15
guna membela hak para budak.
 Namun di dalam beberapa kasus tertentu,
kitab Ulangan jauh lebih ketat. Misalnya
berhubungan dengan hukum yang berkenaan
dengan hilangnya atau jatuhnya hewan di
dalam Kel 23:4-5 yang mengkhususkan
hukum ini pada hewan-hewan kepunyaan
musuh sementara di dalam Ulangan
dikatakan hanya “suadara laki-laki” (Ul 22:1-
4; tetangga).
 Perbedaan utama di antara Kode/Ketetapan
Deuteronomik dan tradisi para imam adalah
terletak pada hak yang diberikan kepada
orang-orang Lewi yang juga disebut dengan
“para imam Lewi” dan “para imam, orang-
orang Lewi.” Prinsip utama adalah bahwa
seluruh suku Lewi adalah suku imam, yang
dipercaya untuk bertanggung jawab baik
tabut perjanjian meskipun mereka tidak
mempunyai wilayah yang dimiliki (Ul 10:8-9).
 Oleh karena itu di dalam teori, kaum Lewi
mengalami peningkatan status sebagai para
imam yang memanggul tabut dan
mengajarkan hukum. Hal ini
mengidentifikasikan kelompok Deutoronis
awal. Penurunan status dari kaum Imam
kemungkinan adalah bagian dari reformasi
Deutonomis yang mana semua
penyembahan terhadap Yahweh hanya
dilakukan di tempat peribadahan pusat.
Banyak kelompok Lewi yang memperoleh
penghasilan melalui kegiatan memimpin
tempat-tempat peribadahan lokal kehilangan
pekerjaan. Hal ini diperparah dengan
pendominasian dari sebuah kelompok dari
suku Lewi yang asli yaitu para imam yang ada
di bait Allah di Yerusalem. Hingga di sini jelas
bahwa terlepas dari segala upaya Deuteromis
untuk membuat semua suku Lewi menjadi
setara sebagai guru dan penafsir hukum,
namun para Iman di Yerusalem yang dapat
dilacak garis keturunannya pada masa Harun,
adalah mereka yang dapat memelihara
supremasi hirarki. Di dalam Imamat misalnya
kaum Lewi disebut hanya di dalam satu
konteks yaitu yang berhubungan dengan
“Kota-kota Lewi” (Im 25:32-22).
 Di dalam Kode/Ketetapan Deuteronomis juga
terdapat hukum tentang raja yang terdapat di
dalam Ul 17:14-20 yang berhubungan dengan
kerajaan. Raja adalah seseorang yang dipilih
khusus oleh Allah, seorang Israel dan bukan
seorang asing. Dia dilarang untuk memiliki
secara berlebihan tiga hal: kuda-kuda, yang
kemungkinan berhubungan dengan tujuan
peperangan, khususnya yang diperoleh
melalui perdagangan dengan Mesir; banyak
istri, karena nanti hatinya akan berbalik dari
penyembahan terhadap Yahweh; dan emas
dan perak.
 Hukum ini jelas ditulis dan ditujukan secara
khusus bagi raja terutama mereka yang tercatat
di dalam kitab Raja-raja (Salomo dengan segala
kemewahannya 1 Raja 3:1; 4:26; 9:28; 10:14-
11:8). Namun perdagangan dan kerja sama
dengan Mesir juga ditujukan untuk raja selain
Salomo dan seorang gundik merupakan bagian
yang wajar dari suatu pemerintahan kerajaan.
 Meskipun raja ditetapkan oleh Allah namun
kerajaan sangatlah dibatasi. Berkat Allah untuk
semua orang tidak ditentukan oleh raja tetapi
oleh kepatuhan seluruh bangsa terhada hukum
dan ketetapan Allah.
 Penulis Deuteronomist tentu saja
mempromosikan tindakan reformasi yaitu
bentuk ideal yang ada pada masa pramonarki
digabungkan dengan realitas monarki.
Seperti halnya para nabi, Deuteronomist
adalah para reaksionaris (mereka yang
memimpikan kembalinya keadaan yang
lampau pada masa pramonarki) namun
menerjemahkan nostalgia mereka tentang
masa lampau pada program yang terperinci
bagi masa sekarang dan akan datang.
 Perhatian lainnya yang dikemukakan oleh
Deuteronomist adalah hukum dan undang-
undang tentang nubuat. Ini tercantum di
dalam sikap Deuteronomist terhadap nabi-
nabi palsu. Pertanyaannya adalah:
bagaimana seseorang membedakan seorang
nabi palsu dan nabi yang benar?
 Hal ini terdapat di dalam Ul 18:21-22. Kriteria
yang lebih rumit namun realistis telah lebih
dahulu ditulis di dalam pasal 13:1-3.
 Kode/Ketetapan Deuteronomis juga mengatur
tentang masalah perempuan yang kurang ketat
dibandingkan dengan hukum di bagian kitab
lainnya. Di dalam Kode/Ketetapan Perjanjian,
budak perempuan dapat dimiliki selamanya (Kel
21:7); di dalam Ul, mereka juga ikut dibebaskan
setelah 6 tahun sama dengan budak laki-laki (Ul
15:17). Di dalam masalah perzinahan, ketika hal
itu terjadi di luar kota, di wilayah terbuka,
seorang perempuan dianggap tidak bersalah
karena teriakan meminta tolongnya tidak dapat
didengar (Ul 22:25-27); di dalam kasus yang sama
di Im 20:10, tidak ada pengecualian yang
dilakukan sehingga baik sang pria maupun
perempuan akan dihukum.
 Siapa sebenarnya kelompok Deuteronimist ini?
Kemungkinan mereka adalah kelompok yang
berasal dari Utara yang bekerja sebelum
kejatuhan Israel Utara tahun 722 SZB. Kelompok
ini menekankan pada kembalinya pada
perjanjian yang telah disampaikan melalui Musa
– persatuan di dalam penyembahan terhadap
Yahweh di satu-satunya pusat peribadahan
nasional dan pelaksanaan secara setia hukum-
hukum yang diberikan oleh Musa. Kelompok ini
kemungkinan melarikan diri ke Yerusalem pada
saat kejatuhan Utara dan mereka membawa
serta bersama mereka tradisi yang telah mereka
tulis. Di Yerusalem mereka menjalin kerjasama
dengan para juru tulis dan kaum imam dan
kemungkinan berperan aktif di dalam
reformasi Hizkiel pada tahun 715-687 SZB.
Tulisan mereka inilah yang kemudian
disimpan di perpustakaan bait Allah dan
ditemukan pada masa reformasi Yosia.
 Hukum-hukum di dalam Ulangan ini
menunjukkan keterkaitan erat dengan hukum
perjanjian yang dimiliki oleh bangsa Asiria
yang merupakan super power yang berkuasa
pada abad ke-8 SZB. Pengaruh Asiria dapat
nyata di dalam hukum yang dibuat namun
perlu diingat bahwa Kaum Deuteronomist
tidak hanya mengopi hukum Asiria.
Di dalam mengopi merekapun menunjukkan
sikap perlawanan mereka bahwa hanya Yahweh
saja yang merupakan penguasa tunggal
sehingga hanya kepadaNyalah mereka tunduk
bukan kepada Asiria.
 Ada tiga konteks di mana formasi Deuteronomis
dapat dipetakan pada masa sebelum
pembuangan: awal kemunculan kelompok
Deuteronomis di Utara di pertengahan abad ke-8
SZB kemungkinan di dalam hubungannya
dengan gerakan para nabi. Konteks kedua:
formulasi yang lengkap di kerajaan Selatan
Yehuda terjadi pada masa pemerintahan
reformasi Hizkia dan yang terakhir adalah
formulasi ulang setelah penemuan edisi awal
pada masa reformasi Yosia.
 Karakter dan personaliti Musa. Musa adalah
sosok yang mendominasi empat kitab
Pentateuk yaitu Keluaran, Imamat, Bilangan,
dan Ulangan. Musa dan peristiwa-peristiwa
yang dihubungkan dengannya – Keluaran dari
tanah Mesir, pembuatan perjanjian, dan
penyataan nama Allah, pengembaraan di
padang gurun – adalah sangat sentral bagi
pendefinisian siapa diri Israel kuno. Peristiwa-
peristiwa ini terus disebutkan di dalam kitab-
kitab sejarah dan para nabi sebagai yang
memiliki otoritas dan bentuk. Itulah sebabnya
maka Musa terus dipikirkan sebagai penulis
kitab-kitab Pentateuk.
 Namun tentu saja pembaca modern telah
mengetahui bahwa bukan Musa penulis
Pentateuk melainkan oleh sumber-sumber yang
berbeda sehingga setiap kontradiksi yang
disajikan di berbagai tempat di Pentateuk
menyangkut pribadi Musa dapat dipahami.
 Salah satu contoh kontradiksi yang adalah
menyangkut hubungan di antara Musa dan
Harun. Di dalam sumber yang mula-mula, Musa
digambarkan sebagai yang lebih tinggi
kedudukannya dari pada Harun. Namun di dalam
sumber P, Harun, bapa leluhur dari keimaman
yang berada di Yerusalem, adalah lebih penting
dari pada Musa. Meskipun demikian, Sumber P
tidak dapat memungkiri peranan Musa sebagai
yang utama karena ia menerima instruksi-
instruksi dari Yahweh mengenai keimaman dan
ritual-ritual dan ia jugalah yang meneguhkan
Harun sebagai imam tinggi yang pertama.
 Ketidakkonsistenan yang berikut adalah
menyangkut komunikasi Musa dengan Allah. Di
dalam tradisi Israel menyatakan bahwa tidak
seorangpun yang dapat melihat wajah Allah dan
hidup. Namun Musa diberikan posisi yang unik
karena Ia berbicara muka dengan muka dengan
Allah (Bil 12:6-8).
 Namun ketika menggambarkan perjumpaan
Musa dengan Allah maka terdapat beberapa
keragu-raguan. Di dalam Kel 33, Musa bertanya
kepada Yahweh untuk menunjukkan
kemuliaanNya (v. 18) namun Yahweh menolak itu
(Kel 33:21-23). Musa hanya diperbolehkan untuk
melihat punggung Allah yang dijelaskan dengan
detail di Kel 34:5-9.
 Di dalam narasi Alkitab, Musa muncul sebagai
tokoh yang memiliki karakter yang kompleks.
Meskipun ia adalah seorang yang gagap namun
ia juga adalah seorang nabi (Kel 4:10), ia adalah
nabi (Ul 34:10) dan bahkan lebih dari pada
seorang nabi (Bil 12:6-8). Dia berdiri seorang diri
sebagai mediator antara umat dan Yahweh
namun karakteristiknya yang bersifat
ambivalent/tidak pasti pada saat ia dipanggil (Kel
3-4) terus ditunjukkan setelah itu.
 Kehadirannya yang dominan mendorong kita
untuk berpikir bahwa ia sosok yang benar-benar
ada. Namanya adalah nama Mesir dan ia
menikah dengan perempuan non-Israel; ia
bahkan tidak disunat waktu lahir.
Kepemimpinannya terkadang dilawan dan
kemarahannya seringkali dicatat, demikian pula
kemarahan Yahweh terhadapnya. Hal ini tentu
mendorong kita untuk mempertimbangkan
Musa sebagai karakter yang real karena di sini
karakter Musa adalah kompleks dan dalam, ia
memiliki kekurangan dan kelebihan tidak
seperti tokoh seperti Yosua dan Daud yang
digambarkan tidak bercacat bercela seperti
yang digambarkan di Tawarik. Musa dengan
demikian adalah sosok sejarah, ia adalah
penemu agama di Israel kuno yang
mendasarkan ide pada pemikiran bahwa
Israel adalah umat Yahweh. Hubungan
mereka didasari oleh perjanjian dengan Allah
secara metafora dimengerti sebagai suami,
penguasa, dan orang tua.
 Di dalam Bilangan dan Ulangan digambarkan
alasan mengapa Musa tidak dapat memasuki
tanah Kanaan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu karena dosa Israel dan
dosanya sendiri sehingga Allah menghukumnya
(Bil 20:1-13; Ul 32:51).
 Kematian Musa digambarkan secara luar biasa
yaitu Musa mati pada mulut Yahweh,
menggambarkan hubungan yang spesial di
antara Yahweh dan Musa. Yahweh
mengetahuinya dari mulut ke mulut (Bil 12:8; Ul
34:10). Tradisi rabinik menyatakan bahwa Musa
meninggal ketika Allah menciumnya. Ia mati dan
kuburkan (Ul. 34:6) kemungkinan oleh Yahweh
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai