Anda di halaman 1dari 12

Perjanjian Yahweh Di Gunung Sinai Kepada Bangsa Israel

Keluaran 19:1-25

Oleh:
Christoper Natalino
Florensius Risno
Jesly Nurlatu
Yakub Sozisokhi Hulu

Abstraksi:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gunung Sinai
dan mengapa Gunung Sinai menjadi salah satu tempat yang penting bagi umat Israel hingga
saat ini, dan penelitian ini pun mengungkap apa isi Perjanjian Sinai kepada bangsa Israel oleh
Yahweh dengan pengantara Musa sebagai jembatan yang menjadi penghubung antara
Yahweh dan bangsa Israel. Karena banyak kesimpangsiuran yang terjadi sampai saat ini
mengenai apa sebenarnya isi Perjanjian Sinai tersebut. Metode yang dipakai penulis adalah
eksegese tekstual dan suatu studi pustaka yaitu mencari, mengumpulkan, menganalisa dan
menyimpulkan data-data dan buku-buku yang berhubungan dengan pokok pembahasan,
kemudian disusun secara praktis dan sistematis.
Inti perjanjian Yahweh di Gunung Sinai adalah Perjanjian ini memiliki tujuan untuk
menciptakan hubungan-hubungan yang baru yaitu: a. Allah mengikat perjanjian dengan
bangsa Israel yang berarti Allah bertindak dalam bentuk upacara kebaktian. b. Allah memberi
hukum-hukum yaitu moral, hukum sipil, hukum upacaya. c. Allah menghapus dosa. Melalui
persetujuan perjanjian antara Allah dengan umat Israel membuktikan bahwa Israel memiliki
Allah yang hidup yang senantiasa menyertai umat-Nya dalam segala aspek kehidupan dan
mempengaruhi semua sistem yang ada dalam kedaulatan Israel sebagai bangsa pilihan Allah
atau Yahweh.
Kata Kunci: Perjanjian Sinai, YHWH, Keluaran 19

Pendahuluan
Keluaran 19:1-25 kitab Keluaran diringkasan di dua bagaian: pengutusan Musa (6:2-
9) dan pendahuluan pada upacara konvenan di Sinai (19:1-6). Tiga komponen pokok dari
berita itu meliputi (1) Hukuman atas Mesir, bangsa penindas, (2) Kelepasan Israel dari
perbudakan di Mesir, oleh “tangan yang kuat dari” Yahweh, dan (3) penetapan Israel sebagai
umat khusus kepunyaan Allah di antara semua bangsa. Kitab Keluaran dengan mudah diatur

1
ke dalam tiga kumpulan materi cerita yang didasarkan pada urutan lokasi geografis bagi
Israel sewaktu mereka mengadakan perjalanan dari Mesir ke Gunung sinai: kelepasan orang
Ibrani oleh Yahweh dari perbudakan di Mesir sebagaimana diceritakan dalam kitab keluaran
menghubungkan kelepasan marga Yakub oleh Yusuf (Kejadian 46-50) dan kelepasan bangsa
Israel oleh Musa menuju ke perbatasan negeri perjanjian (Bilangan dan ulangan). Keluaran
sebagai kitab penebusan Yahweh akan umat Perjanjian-Nya melengkapi Kejadian sebagai
kitab pengukuhan konvenan dan mengantisipasi Imamat sebagai kitab kekudusan bagi umat
perjanjian.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gunung Sinai?
2. Apa janji Yahweh di Gunung Sinai kepada bangsa Israel?
Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Gunung Sinai
2. Menjelaskan janji Yahweh di Gunung Sinai kepada bangsa Israel?

Metode Penulisan
Metode yang dipakai penulis adalah eksegese tekstual dan suatu studi pustaka yaitu
mencari, mengumpulkan, menganalisa dan menyimpulkan data-data dan buku-buku yang
berhubungan dengan pokok pembahasan, kemudian disusun secara praktis dan sistematis.

Latar Belakang Kitab Keluaran


Kitab Keluaran kitab kedua dari Pentateukh, atau Taurat Musa, berasal dari judul
perjanjian Lama Yunani Exodus, yang artinya “Keluar” atau “keberangkatan” (19:1). Judul
ini memang logis karena peristiwa keluarnya Israel dari Mesir merupakan tema yang
menonjol dari kitab ini. namun, orang Ibrani memberi judul yang berbeda pada kitab ini,
yaitu “inilah nama”. Sesuai dengan kebiasaan kuno nama ini diambil dari dua kata pertama
dalam ayat pembukaan (1:1). Kitab Keluaran melanjutkan catatan sejarah awal umat Ibrani
di Mesir sesudah kepindahan Yakub (1:1-7) sampai pada pengesahan Israel sebagai umat
Allah di Sinai (19:24). Kendatipun Musa merupakan tokoh manusia yang utama dalam kisah-
kisah keluaran, cerita yang sebenarnya adalah karya penebusan Yahweh dalam melepaskan
Israel dari perbudakan di Mesir dan menetapkan hubungan konvenan yang unik dengan
bangsa itu. kedua perbuatan Allah ini menunjukkan maksud baik Allah untuk menepati janji-
janji yang dibuat beberapa generasi lampau pada Abraham dan para bapa leluhur (3:7-16).

2
Peristiwa keluaran Israel dari Mesir merupakan konvenan di Sinai, merupakan titik tertinggi
dari sejarah keselamatan di Perjanjian Lama.
Menurut tradisi Yahudi dan Kristen, Musa menulis kitab Keluaran atas perintah Allah
dalam hubungannya dengan pengalaman konvenan Israel bersama Yahweh di Sinai (17:14;
24:4; 34:27). Orang lain lagi menganggap kitab Keluaran sebagai hasil penulisan pengganti
Musa, seperti Yosua, atau Imam Eleazer, berdasarkan tradisi lisan yang diterima dari Musa
dan Harun. Para pakar yang menerima Musa sebagai penulisnya untuk sebagian atau untuk
seluruh Keluaran memperkirakan bahwa karya penulisan itu dilakukan sekitar abad ke-15
atau ke-13 SM, bergantung pada pandangan yang diambil sehubungan dengan menentukan
tanggal terjadinya peristiwa keluaran. Kitab keluaran mencatat peristiwa-peristiwa dari
kelahiran Musa sampai penyelesaian dan penahbisan Kemah Suci dan sinai pada bulan
pertama tahun kedua sesudah peristiwa keluaran dari Mesir (Keluaran 1:1;2:1-14; 19:1;
40:17).
Persoalan utama untuk para sarjana adalah menentukan abad yang tepat dari peristiwa
Keluaran merupakan salah satu persoalan utama kronologis dari Perjanjian Lama, dan
permasalahan yang kompleks ini tetap merupakan topik yang diperdebatkan. Dua pendapat
dasar sudah muncul dari berbagai diskusi, yaitu pandangan tanggal dini dan tanggal
kemudian. Kronologi peristiwa keluaran menjadi semakin rumit karena kepindahan keluarga
Yakub ke Mesir sebagai akibat dari bencana kelaparan di Palestina juga tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Karena hanya ada dua firaun di Mesir yang memerintah lebih dari
empat puluh tahun (jangka waktu pengasingan Musa di padng gurun selama penindasan umat
Ibrani), pandangan Tanggal Dini menyebut Thutmose III (1504-1450) sebagai Firaun dari
masa penindasan dan Amenophis II (1450-1425) sebagai firaun dari peristiwa Keluaran.
Kedua-duanya memerintah selama Dinasti atau wangsa ke-18 dari periode sejarah Mesir
yang dikenal sebagai masa kerajaan baru dan zaman perungggu Akhir dari sejarah Timur
dekat Kuno.
Pendapat Tanggal kemudian menyebut Ramses I (1320-1318) dan Seti I (1318-1304)
sebagai Firaun yang menindas umat Ibrani dan Ramses II (1309-1237) sebagai Firaun yang
berkuasa pada saat terjadinya peristiwa Keluaran. Mereka semua adalah raja dari Dinasti ke-
19 dari masa kerajaan Baru Mesir dan ditarikkan pada masa peralihan antara Zaman
Perunggu Akhir dan zaman Besi Awal dari sejarah Timur dekat kuno.1 Keluaran umat Ibrani
menjadi semakin rumit oleh pertimbangan-pertimbangan geografis, rute yang tepat dari umat

1
Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama ( Gandum Mas) 1893-1980, hlm 168-179

3
Ibrani ketika melintasi padang gurun dan letaknya Gunung Sinai masih belum diketahui
dengan pasti.

Teks danTerjemahan :
Varian teks Yang Dipakai Adalah : ASV, KJV, NAS, NET, NKJ, RSV, BGT, WTT, BIS,
ITB
19:5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang
pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku2 sendiri dari antara
segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. 19:6 Kamu akan menjadi bagi-Ku
kerajaan imam 3dan bangsa yang kudus4. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan
kepada orang Israel." 5

2
didalam terjemahan WTT menterjemahkan kata harta kesayangan yaitu ‫ס ֻגּלָה‬ ְ “milik
property atau tanah milik” Dalam terjemahan BGT dan NKJ arti dari harta kesayangan adalah
περιούσιος, ον “pilihan atau yang istimewah”, dimana bangsa Israel menjadi bangsa pilihan Allah
yang istimewa , , karena bangsa Israel adalah bangsa yang pilihan Allah, sehingga bangsa Israel selalu
di sertai Allah. Terjemahan yang lain dari ASV, NAS, NET, NIV, RSV adalah kamu menjadi milik-
Ku, kata milik ku di sini adalah bahwa bangsa Israel bangsa milik-Nya Allah, dalam hal ini Allah
berbicara kepada Musa dia dan bangsa miliknya Allah, hal ini membuktikan ada janji Allah yang di
berikan kepada Musa mengenai dirinya maupun bangsa Isael. KJV yaitu menjadi harta aneh,
Penulis lebih menempatkan arti dari terjemahan dari BGT dan NKJ yaitu Pilihan atau yang
istimewah. Dalam perjemahan ini menjelaskan disini bahwa Tuhan mengatakan kepada apa yang
perintahkan-Nya kepada Musa, barang siapa yang berpegang teguh kepada Tuhan dan mendengarkan
Firman-Nya akan dipilihnya menjadi kesayangan-Nya, arti ada timbal balik antara manusia dengan
Allah.
3
WTT memberikan terjemahannya yaitu ‫“ ּכֹהֵן‬land of the priests : tanah para Imam”.
dalam hal ini menjelaskan bahwa Allah berjanji kepada Musa agar bangsa Israel menjadi bangsa
Allah bangsa yang kudus, sehingga Allah memberikan perintah kepada Musa untuk menyampaikan
kepada bangsa Israel bahwa mereka akan menjadi bangsa yang kudus.
Kerajaan imam dalam terjemahan ASV, NAS, NET, NIV, RSV, NKJ, KJV adalah kerajaan
imam, terjemahan BGT memberikan arti yaitu ἱεράτευμα “Imamat atau pemimpin”, dalam hal
perjemahan ini juga Allah memberikan janji kepada Musa untuk menjadi pemimpin bangsa Isarel agar
bangsa Israel bisa hidup di dalam perintah-Nya yang di berikan kepada bangsa Israel.
4
Arti bangsa yang kudus dalam terjemahan WTT adalah ‫“ קָדֹוׁש‬dipilih dan ditahbiskan
secara khusus untuk menjadi orang-orang yang kudus”, dalam hal ini Allah berjanji kepada
Musa bahwa bangsa Isarel menjadi bangsa yang Kudus, dan BGT memberikan terjemahan untuk
bangsa yang kudus yaitu ἅγιος “Dipisahkan untuk Tuhan untuk dikuduskan secara moral atau
seremonial (upacara)”. dalam hal ini Tuhan memberikan perintah kepada Musa, bagaimana hidup
bangsa Israel dalam kekudusan.
5

4
II. Bentuktur dan Struktur
Kiasmus Keluaran 19:1-25
a. TUHAN mempersiapkan umat Israel di gunung Sinai untuk menampakkan diri-Nya
(ayat 1-15)
b. TUHAN menampakkan diri-Nya di gunung sinai ( ayat 16-25)
Keluaran 19 adalah Perjanjian Lama Gunung Sinai disebut juga Gunung Horeb,
tempat ini Allah mengadakan Perjanjian dengan umat Israel Melalui Musa. sesudah melewati
Mara dan Elim orang Israel sampai di Sinai pada bulan ke-3 sesudah berangkat dari Mesir
(Keluaran 19:1), dan berkemah di dataran kaki gunung itu, dan dari situ puncak gunung dapat
dilihat (Keluaran 19:16-20). Yahweh menampakan diriNya kepada Musa di puncak gunung
ini dan memberikan kesepuluh Firman dan hukum -hukum lainnya.
Allah telah membebaskan Israel dari Mesir. sekarang Allah membawa mereka ke
Gunung Sinai. Allah menyatakan diri-Nya di gunung ini. penyataan Allah di gunung sinai ini
akhirnya menjadi credo umat Israel. Rumusan Credo ini diambil dari “doa Nehemia (pasal 9).
Di Gunung sinai Allah Tiga kali menyatakan diri-Nya secara berbeda (Keluaran. 19-20;
24:10-18; 34). Perjanjian yang Allah janjikan kepada bangsa Israel yaitu: Allah
menampakakn diri-Nya, Allah Berfirman, Allah menyangkupkan umat-Nya. Setiap
penyataan dihubungkan dengan pemberian hukum sebagai peraturan untuk mengatur
kehidupan umat, baik dalam kehidupan bersama maupun kehidupan beribadah. Hukum yang
dimaksud disini adalah Taurat. Dengan adanya Taurat, Israel lahir sebagai umat yang
berdasarkan pada iman kepada Yahweh. Jati diri Israel sebagai umat beriman diwujudkan. Ini
diwujudkan dalam ketaatan kepada Taurat-Nya, dan maksud inilah yang harus di jelaskan
kepada bangsa itu. 6Pemberian Taurat dimaksudkan sebagai pedoman bagi umat untuk
mengembangkan kehidupan dalam kemerdekaan dengan tanggung jawab dan kematangan
sikap moral. 7
Perjanjian sinai dalam kitab Keluaran ditemukan dalam Keluaran 19-24. Allah tidak
hanya mengingat janji-janjiNya kepada bapa leluhur Ibrani, tetapi sekarang sudah
menyatakan diri-Nya juga kepada Israel sebagai Yahweh. Di gunung Sinai Tuhan
mengukuhkan Perjanjian-Nya dengan bangsa Israel. Ia memberikan kepada mereka undang-
undang yang menjadi pedoman hidupnya. Perjanjijian yang diadakan Allah di situ dengan
umat-Nya sangat penting dalam mengikat suku-suku itu menjadi satu, dan menempa mereka
menjadi satu umat yang mengabdi kepada satu Allah.

6
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Kejadian-Ester, 168
7
V.M. Siringo-Ringo, Theologi Perjanjian Lama: Andi Yogyakarta, 2013, hlm 63-65

5
Meskipun janji yang jelas terlihat dalam perjanjian jaman Abraham tidak hilang,
penekatanan pada perjanjian Sinai ini adalah ada ketentuan-ketentuan yang dikenakan Allah
pada umat-Nya. Artinya, perjanjian diadakan dan diberlakukan atas dasar ketetapan Allah.
Tradisi tentang Sinai termasuk bagian yang tua dari kepercayaan orang Israel. dalam
perjanjian ini hadir ketentuan-ketentuan yang pasti. Hal berpegang pada perjanjian itu
diperluas artinya menjadi tanggapan ketaatan Israel pada inisiatif Allah (Keluaran 19:24; Ul
26:16-19). Peranan Gunung Sinai yang menonjol dalam Perjanjian Lama dan tradisi yang
kuat yang dihubungkan dengan gunung itu, memberikan banyak bukti dalam menopang
kebenaran sejarah. Kenyataan Allah memilih mereka sudah tetap.
Mereka adalah umat, milik pribadi Allah, maka mereka didorong untuk
mencerminkan dengan ketaatan mereka. dalam pasal ini menceritakan hukuman terhadap
Mesir dan kelepasan Israel dari perbudakan. Pertama-tama Musa diperkenalkan sebagai alat
ditugaskan dan dilengkapi untuk meninaikan tugas itu. panjang sabar Allah dan pentingnya
ketaatan kepada perintah-perintah-Nya dititik beratkan dalam pasal ini, sewaktu Yahweh
memberikan tanda-tanda yang memastikan tanda-tanda yang memastikan pada Musa.
Yahweh mengubah sekumpulan besar bekas budak menjadi “harta Kesayangan” sebagai
umat perjanjian-Nya, melalui persetujuan konvenan di sinai ( 19:1-6). Persetujuan konvenan
antara umat Ibrani dan Yahweh, sekarang ini diterima di mana-mana sebagai sejajar dengan
bentuk tertulis dari perjanjian dari raja bangsa Het pada Zaman perunggu Akhir.
Peranan Gunung Sinai yang menonjol dalam Perjanjian Lama dan tradisi kuat yang
dihubungkan dengan gunung itu, memberikan banyak bukti dalam menopang kebenaran
sejarah.kenyataan bahwa Allah memilih mereka sudah siap. Mereka adalah umat Allah, milih
pribadi Allah, maka mereka didorong untuk mencerminkan dengan ketaatan mereka.8

III. Literary-Historikal dan Biblika-Teologikal Konteks


Kitab Keluaran mencatat peristiwa-peristiwa dari kelahiran Musa sampai
penyelesaian dan penahbisan Kemah suci di Sinai pada bulan pertama tahun kedua sesudah
keluaran dari Mesir (1:1;2:1-14). Tujuan Historis kitab keluaran adalah pelestarian kisah-
kisah yang menjelaskan bagaimana umat Israel sampai menjadi budak di Mesir, kelepasan
mereka, dan kehadiran mereka di padang gurun Sinai. Cerita kitab Keluaran menghubungkan
kisah-kisah para bapa leluhur dengan bangsa teokratis yang menaklukkan Kanaan (6:4).
Kitab Keluaran dengan mudah diatur ke dalam tiga kumpulan materi cerita yang didasarkan
pada urutan lokasi geografis bagi Israel sewaktu mereka mengadakan perjalanan dari Mesir
8
Ibid, hlm 176

6
Gunung Sinai. Kelepasan orang Ibrani oleh Yahweh dari perbudakan di Mesir sebagaimana
diceritakan dalam kitab Keluaran menghubungan kelepasan bangsa Israel marga yakub oleh
Yusuf (Kejadian 46-50) dan kelepasan bangsa Israel oleh Musa nenuju ke perbatasan negeri
perjanjian (Bilangan dan Ulangan). Keluaran sebagai Kitab pengukuhan konvenan dan
mengantisipasi Imamat sebagai Kitab Kekudusan bagi Umat perjanjian.pertama-tama Musa
diperkenalkan sebagai alat Allah untuk mewujudkan pelepasan umat Ibrani, dan kemudian ia
ditugaskan dan dilengkapi untuk menunaikan tugas itu.
Teks-teks awal yang memberikan gambaran dan konsep tentang Yahweh dapat
terlihat dalam tradisi kitab keluaran; dimana teks nyanyian Laut dalam Keluaran 15:1-18
yang mengambarkan Yahweh sebagai pahlawan gagh berani dan kejam yang mengalahkan
kekuatan Mesir ketika Ia menenggelamkan pasukan Firaun ke dalam laut; telah dipercaya
sebagai referensi utama ketika berbicara mengenai Yahweh khususnya asa-muasal ilah ini
yang muncul dalam teks Ibrani. Tradisi kehadiran Yahweh juga dapat di temukan dalam
beberapa referensi lokal dimana Yahweh muncul: seperti Sinai, Seir, Paran (Ul.32:2), seir,
Edom (Hak 5:4-5),Teman, Gunung Paran (Hab.3;3), Kushan, Midian , dan lain sebagainya.
Teori Yahweh berasal dari kanaan berdasarkan asumsi bahwa penyembahan terhadap
Yahweh merupakan hasil adopsi Israel ketika berada diKanaan, dan bukan berasal dari era
Patriak atau Musa. Albright yang menetapkan suku-suku Israel yang masuk Kanaan tersebut
sebelum telah memiliki Allah Yahweh.9
Penulis setuju dengan pendapat atau argumennya Marthin Steven Lumingkewas yang
menyatakan bahwa Yahweh dari Kanaan ini tidak menunjukan bahwa Yahweh datang
bersama-sama dengan Israel ke Kanaan.10
Dalam penulisan Yahwis, ilah yang dikenal dengan nama Yahweh merupakan ilah
primitif atau telah hadir dari era patriak Israel. Namun dalam kepenulisan Elohis dan Priest,
sepakat menggambarkan Yahweh hanya Allah Israel pada saat peristiwa Keluaran semata-
sekaligus di perkenalkan oleh Musa. sebelumnya Yahweh tidak terkenal dalam kepenulisan
Elohis yang dibuktikan dengan banyaknya nama orang yang menggunkan atribut EL; jumlah
ini diperkirakan sangat banyak belum Musa memperkenalkan Yahweh sebagai Allah Israel
dalam peristiwa Keluaran.11

9
W.F. Albright, the Israelite Conquest of Cannaan in the Light of Archaeology, Basor (1939),11-12
10
Lumingkewas, Marthin S. 2020. “ Agama Monarki Israel.” OSF Preprints. March 24. doi:
10.31219/osf.io/uyszd. Hal 13
11
Marthin S. Lumingkewas. 2020. “ Agama Monarki Israel.” OSF Preprints. March 24. doi:
10.31219/osf.io/uyszd. Hal 22

7
Herbert Niehr kemudian memberikan kesimpulan bahwa YHWH merupakan Allah
orang Semit Barat Laut yang berasal dari selatan Palestina dan menduduki posisi utama
dalam sistem panteon Yerusalem dan Samaria. Penyebutan Yahweh dan El dalam catatan
Perjanjian Lama sering bertukar temapat. Kitab Ibrani sendiri mengindikasikan bahwa
penyebutan Yahweh dan El tidak konsisten. Sumber Elohis dan Priest memberi kesan para
Patriakh tidak mengenal nama Yahweh (Kel.3:13-15), bahkan para partriak menurut sumber
Priest hanya mengenal Allah dengan nama El-Shadday.
Penulis setuju dengan pendapat J. Wallhausen pernah mengidentikkan El dan Yahweh
12
sebagai ilah yang sama dari mulanya. Penulis setuju dengan hal ini karena memang dari
Mulanya El dan Yahweh itu sama, tetapi yang membuatnya bedanya adalah nama dan
tempat tetapi El dan Yahweh ini sama. Douglas J. Baker teks ini merupakan bentuk
penyataan di mana para patriak belum mengerti nama Yahweh, akan tetapi kemungkinan
besar mereka sudah mengetahui siapa sesungguhnya Yahweh-hanya saja mereka belum
memiliki penggalaman perjumpaan seperti yang dimiliki Israel melalui Musa. 13 El adalah
Allah para Patriark -El yang sama yang disembah oleh orang Kanaan berbeda dengan
Yahweh yang menampakan diri-Nya kepada Musa. perbedaan ini bahkan terus terjadi sampai
dengan periode para hakim; dimana El dan Yahweh selalu dibedakan.14

Perjanjian Gunung Sinai


Ikatan perjanjian Sinai dapat juga ditelusuri melalui ide pemberi tanah kepada Issrael
sebagai milik pusakanya. Dalam Hosea 8:1, teritori yang dimiliki Israel di pandang sebagai
“rumah Yahweh”. Disini Israel wajib mengakui Yahweh sebagai pemberi tanah dan Israel
sebagai penerimanya. Konsekuensinya Israel harus mengakui Yahweh sebagai satu-satunya
Allah penguasa sekaligus pemberi kesuburan (hidup) bagi Israel.15
Walaupun orang Israel untuk sementara sudah setuju untuk menerima syarat-syarat
perjanjian itu di dalam 19:8, upacaya perjanjian. Allah telah membebaskan Israel dari Mesir,
perjanjian Sinai adalah perjanjian yang diikat oleh Allah terhadap Israel. perjanjian ini
mengikat bukan kepada seorang pribadi (Musa), melainkan kepada satu umat (Israel).
perjanjian ini diadakan oleh Yahweh (Keluaran. 34:10,27) dan umat Israel saling

1212
J. Wallhausen, Prolegomena to the Historis of Israel, trans.J.s. Black and A. Mazies, (Edinburgh:A.&
C., 1885),hlm 433
1313
Douglas J. Baker, El Elohe Esrael? An Inquary into the Alleged Background of Early Israelite
Religion (Moody Biblie Institute, 2004), 55-56
14
Smith, The Origin of Biblical Monotheism, 141
15
Marthin S. Lumingkewas “ Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama “ OSF Preprint. March 24. doi:
10.31219/osf.io/kz5nd. Hal 25

8
mengikatkan diri. Dengan ikatan perjanjian ini di ketahui bahwa Tuhan adalah Allah Israel,
suatu persekutuan agemis yang terikat dalam kesetiaan kepada Allah yang telah memilih
mereka menjadi umat-Nya. Di gunung Sinai Allah berjanji: a. Allah mengikat perjanjian
dengan bangsa Isreal yang berarti Allah bertindak dalam bentuk upacara kebaktian. b. Allah
memberi hukum-hukum yaitu hukum moral, hukum sipil, hukum upacaya .
Hukum moral secara prinsip terdapat dalam “sepuluh Hukum” (kel. 20:2-17; Ul.5:5-
21). Kesepuluh hukum terdiri atas tanggung jawab umat yaitu hubungan manusia dengan
sesamanya dan juga hubungan manusia dengan Allah. Dalam hukum ini umat dituntut kudus,
artinya orang yang beribadah harus memenuhi syarat untuk menghadap Yahweh. Ada pun
maksud hukum ini diberikan adalah untuk mengatur dan menertibkan ke hidupan umat selaku
umat Yahweh. (kel. 20:12-17). Hukum Sipil merupakan hukum yang disebut juga sebagai
hukum Lex Talionis yang merupakan hukum yang diberikan Allah kepada manusia untuk
mengatur kehidupan sehari-hari karena hukum ini terdiri dari sebuah bentuk hukum
pembalasan atau yang dimaksud dengan “gigi ganti gigi dan mata ganti mata”. Juga dengan
barang siapa yang melakukan kesalaha ia harus diberikan hukuman yang sesuai dengan apa
yang diperbuatnya. Hukum ini didasarkan juga dengan keadilan yang membuat hukum ini
dapat digunakan untuk mengatur kehidupan bangsa Israel.

c. Allah menghapus Dosa , dalam rangka pengampunan dosa ini, Allah memanggil
Musa naik ke Gunung Sinai. Ia tinggal selama 40 hari 40 malam. Di Gunung Sinai, Musa
menerima perintah dan petunjuk untuk mendirikan kemah suci dan pertobatnya ( Keluaran.
25-31).16
Untuk meninggalkan kesan pada umat itu mengenai pentingnya keputusan mereka,
maka Allah menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya di Gunung Sinai membangkitkan rasa
hormat. Sementara bangsa itu berada di kaki Gunung Sinai, Allah turun ke atas puncak Sinai
di tengah-tengah guruh mengguntur dan kilat sabung-menyabung , gempa bumi, dan asap
menggelembung. Suara Allah dan bunyi guruh nyaris tak dapat dibedakan dan umat itupun
takut dan gemetar karena menyangka bahwa mereka semua akan mati pada saat itu juga.
mereka pun memohon agar Musa yang mendengarkan suara Tuhan bagi mereka, dan mereka
berjanji akan mendengarkan dia (kel.19:19; 20:18-19).
Api dan asap di gunung Sinai itu jugalah yang menyertai kehadiran Allah pada waktu
mengadakan Perjanjian Abraham (Kejadiwj. 15:17) dan ketika Allah menampakan diri
kepada Musa (Kel. 3:2). Namun, penyataan di Sinailah yang selamanya tertanam dalam
16
Ibid, 63-65

9
ingatan bangsa itu, dan dalam tahun-tahun berikutnya, mereka menyebut Tuhan sebagai
“Yang dari Sinai” pada setiap kesempatan mereka merenungkan kuasa-Nya dan cara
melindungi umat-Nya (Hak. 5:5; Mzm. 68:9).17

IV. Aplikasi
Pengalamaan Sinai akan mengukir kehidupan Rohani Israel sampai pada dasar paling
dalam: mereka itu mempunyai pengalaman akan akan Allah yang kemudian menata hidup
mereka, sehingga mereka tidak bisa lain kecuali mengikat janji setia Allah Yahweh.
Melepaskan umat itu dari perbudakan dan memungkinkan mereka beribadah kepada Allah
dalam kesucian dan kebenaran. Setelah keluar dari Mesir, orang-orang Israel sudah merdeka
dari perbudakan bangsa Mesir.

Original Setting:
Allah telah membebaskan Israel dari Mesir. sekarang Allah membawa mereka ke
Gunung Sinai. Allah menyatakan diri-Nya di gunung ini. penyataan Allah di gunung sinai ini
akhirnya menjadi credo umat Israel. Rumusan Credo ini diambil dari “doa Nehemia (pasal 9).
Di Gunung sinai Allah Tiga kai menyatakan diri-Nya secara berbeda (Keluaran. 19-20;
24:10-18; 34). Perjanjian yang Allah janjikan kepada bangsa Israel yaitu: Allah
menampakakn diri-Nya, Allah Berfirman, Allah menyangkupkan umat-Nya. Setiap
penyataan dihubungkan dengan pemberian hukum sebagai peraturan untuk mengatur
kehidupan umat, baik dalam kehidupan bersama maupun kehidupan beribadah. Hukum yang
dimaksud disini adalah Taurat. Dengan adanya Taurat, Israel lahir sebagai umat yang
berdasarkan pada iman kepada Yahweh. Jati diri Israel sebagai umat beriman diwujudkan.
Pemberian Taurat dimaksudkan sebagai pedoman bagi umat untuk mengembangkan
kehidupan dalam kemerdekaan dengan tanggung jawab dan kematangan sikap moral.
Perjanjian sinai dalam kitab Keluaran ditemukan dalam Keluaran 19-24. Allah tidak
hanya mengingat janji-janjiNya kepada bapa leluhur Ibrani, tetapi sekarang sudah
menyatakan diri-Nya juga kepada Israel sebagai Yahweh. Di gunung Sinai Tuhan
mengukuhkan Perjanjian-Nya dengan bangsa Israel. Ia memberikan kepada mereka undang-
undang yang menjadi pedoman hidupnya. Perjanjijian yang diadakan Allah di situ dengan
umat-Nya sangat penting dalam mengikat suku-suku itu menjadi satu, dan menempa mereka
menjadi satu umat yang mengabdi kepada satu Allah.
a. Aplikasi Teologis
17
Herbert Wolf, Pengenalan Pentateukh (Gandum Mas) 1998, hlm 205

10
Dalam perjanjian Yahweh kepada bangsa Israel dijelaskankan pertalian alkitabiah
antara Taurat dan kasih-Nya kepada bangsa Israel, dan perjanjian ini adalah
membuktikan bahwa Yahweh Israel adalah Yahweh yang Kudus, sehingga bangsa Israel
juga diajarkan untuk hidup dalam kekudusan yang di dinyatakan di Taurat.
b. Aplikasi Praktis
Dalam perjanjian Yahweh dan bangsa Israel, ada sesuatu yang di lakukan antara bangsa
Israel dengan Yahweh, dimana Yahweh mengasihi bangsa Israel untuk menghapuskan
dosa (penebusan)mereka, begitu juga sebaliknya bangsa Israel atau manusia harus
mengasihi Tuhan, dengan melakukan setiap perintah-Nya .

V. Kesimpulan
Inti perjanjian Yahweh di Gunung Sinai adalah Perjanjian ini memiliki tujuan untuk
menciptakan hubungan-hubungan yang baru yaitu: a. Allah mengikat perjanjian dengan
bangsa Israel yang berarti Allah bertindak dalam bentuk upacara kebaktian. b. Allah memberi
hukum-hukum yaitu moral, hukum sipil, hukum upacaya. c. Allah menghapus dosa. Melalui
persetujuan perjanjian antara Allah dengan umat Israel membuktikan bahwa Israel memiliki
Allah yang hidup yang senantiasa menyertai umat-Nya dalam segala aspek kehidupan dan
mempengaruhi semua sistem yang ada dalam kedaulatan Israel sebagai bangsa pilihan Allah
atau Yahweh.

Daftar Pustaka
Hill. Andrew E dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama ( Gandum Mas) 1893-1980,
Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Kejadian-Ester,

11
Siringo-Ringo. V.M, Theologi Perjanjian Lama: Andi Yogyakarta, 2013,
Albright.W.F, the Israelite Conquest of Cannaan in the Light of Archaeology, Basor (1939),
Lumingkewas, Marthin S. 2020. “Agama Monarki Israel.” OSF Preprints. March 24. doi:
10.31219/osf.io/uyszd.
Lumingkewas, Marthin S. “El dan Yahweh (Allah Israel).” OSF Preprint. March 24. doi:
10.31219/osf.io/vemz4.
Wallhausen. J, Prolegomena to the Historis of Israel, trans.J.s. Black and A. Mazies,
(Edinburgh:A.& C., 1885), Baker. Douglas J, El Elohe Esrael? An Inquary into the Alleged
Background of Early Israelite Religion (Moody Biblie Institute, 2004), Smith, The Origin of
Biblical Monotheism,
Lumingkewas, Marthin S. “Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama “ OSF Preprint. March
24. doi: 10.31219/osf.io/kz5nd.
Wolf Herbert, Pengenalan Pentateukh (Gandum Mas) 1998,

12

Anda mungkin juga menyukai