Anda di halaman 1dari 15

Allah Musa dan Konsep Perjanjian Sinai (Keluaran 19:1-25)

Martinus Usior & Alton Perejon Tahya


Usiormarthinoes28@gmail.com
seanaltn@gmail.com

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keluaran orang Israel dari Mesir adalah peristiwa utama sejarah keselamatan dalam
Perjanjian Lama. Melalui peristiwa itu Allah menggenapi janji-janji-Nya kepada para leluhur
Israel, bahwa Ia menjadi akan memberikan tanah kepada mereka dan keturunan mereka akan
menjadi bangsa besar. Keluaran melanjutkan kisah yang dimulai dalam Kejadian. Judul kitab
ini diambil dari kata Yunani exodos (judul yang dipakai di Septuaginta, yaitu PL dalam
bahasa Yunani) yang artinya "keluaran" atau "keberangkatan." Kata ini menunjuk kepada
pembebasan bangsa Israel secara luar biasa dari perhambaan di Mesir oleh Allah dan
keberangkatan mereka dari negeri itu sebagai umat Allah. Dimana Musa mendapat perintah
dari Allah untuk membebaskan umat Israel dari mesir saat perjumpaannya dengan Allah
berwujud semak belukar yang terbakar. Dan Allah yang sama yang membawa mereka
berjalan keluar dari tanah mesir.

Setelah umat Israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir dengan perantaraan nabi
Musa, Allah membuat perjanjian dengan umat Israel di Gunung Sinai. Di mana, Allah
berjanji akan selalu menjaga dan mengikuti umat pilihan-Nya sampai ke tanah perjanjian, dan
sampai selama-lamanya. Bahkan Allah berperang melawan musuh-musuh Israel, pasca
Perjanjian di Gunung Sinai, ketika bangsa Israel melewati daerah-daerah bangsa “kafir”
menuju tanah perjanjian.

Respon dari bangsa Israel terhadap tindakan Allah itu tidak mengecewakan. Bangsa
Israel sendiri berjanji untuk memenuhi kehendak Allah berdasarkan janji yang mereka
putuskan, yakni bangsa Israel akan hidup sebagai bangsa pilihan Allah. Ikatan Perjanjian itu
bisa dikatakan sebagai pusat dari seluruh kehidupan religius bangsa Israel sebagai bangsa
pilihan dan bangsa yang merdeka Musa. Disini kami akan menjelaskan sebagai berikut.

A. Rumusan Masalah
1. Siapa Allah yang bertemu dengan Musa?
2. Konsep Perjanjian Allah kepada bangsa Israel di gunung Sinai?

B. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Allah yang bertemu dengan Musa
2. Menjelaskan konsep Perjanjian Allah kepada bangsa Israel di gunung Sinai
C. Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah eksegese tekstual dengan mengumpulkan data dan
menganalis dengan logis dan sistematis.
BAB II

Landasan Teori

Menurut Marthin Steven Limungkewas, Yahweh terlihat dalam tradisi kitab Keluaran.
Yang dimana Yahweh digambarkan sebagai pahlawan gagah berani dan kejam yang
mengalahkan kekuatan Mesir ketika Ia menenggelamkan pasukan Firaun ke dalam laut. Allah
memperkenalkan diri sebagai “ehyeh aser ehyeh” artinya “AKU ADALAH AKU”. Pada
mulanya mayoritas sarjana ANET memiliki consensus menempatkan Yahweh
sebagai/merupakan gelar (appellation) atau julukan (epitet) dari Allah Israel itu sendiri.1

Menurut R.E. Clemen, nama Yahweh juga diketahui merupakan epitet kuno tentang
Allah Israel yang mampu memberikan penghiburan, ancaman dan janji, sekaligus Allah atas
segala Allah. 2

Teori Yahweh dari Keni, dalam teori ini orang-orang Keni dipercaya sebagai
kelompok masyarakat penyembah Yahweh sebelum Israel, sekaligus dari merekalah Musa
mendapat pewahyuan bahwa Allah suku Keni yang bernama Yahweh ini merupakan Allah
yang sama yang disembah oleh Abraham, Israel dan Yakub dengan nama lain “El shadday”. 3

Yahweh yang menyatakan diri-Nya kepada Musa dan melepaskan bangsa Israel dari
tanah mesir, disamakan dengan “Allah bapaku” yang dikenal bapak-bapak leluhur Israel, dan
bangsa Israel mengakui-Nya sebagai Allah mereka.4

Menurut V.M. Siringo-ringo, Gunung Sinai (Horeb) disebut juga gunung Allah, yang
berarti tempat Allah memberikan hukum, ketetapan, peraturan, dan perintah (Neh. 9:13).
Tekanan utama pada peristiwa Gunung Sinai adalah pemberian firman dan penyataan. 5 tidak
ada definisi yang Pasti tentang gunung Sinai itu sendiri; ada yang menginterpretasikannya
sebagai Babylonian moon-god Sin.6

Perjanjian di Sinai menjadi dasar fundamental bagi umat Israel. Namun, perjanjian
ini berkesinambungan dengan semua perjanjian Allah yang lebih awal, yaitu dengan Nuh
(Kej. 6:18), Abraham (Kej. 15 dan 17), bahkan tersirat dengan perjanjian Adam dan Hawa

1
Marthin Steven Lumingkewas.EL dan YAHWEH.(Diandra).Hlm.73
2
Ibid. 75
3
Ibid. 80
4
D. A. Hubbard, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Penerbit
5
Ibid. 81
6
(Kej. 3:15). Umat Israel memandang perjanjian sebagai dasar kehidupan beragama dan sosial.
kata berît merupakan sebuah peraturan atau hukum, yang menandai atau menggambarkan
identitas bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah yang merdeka.7

Perjanjian di Sinai adalah yang diikat oleh Allah terhadap Israel. Perjanjian ini
mengikat bukan kepada seorang pribadi (Musa), melainkan kepada suatu umat (Israel).
Dengan perjanjian ini, Allah dan umat Israel saling mengikat diri. Dengan ikatan perjanjian
ini diketahui bahwa Tuhan adalah Allah Israel, dan Israel adalah umat Tuhan.

Menurut Stephen L. Cook, ikatan perjanjian Sinai dapat ditelusuri melalui ide
pemberian tanah kepada Israel sebagai milik pusakanya. Dalam Hosea 8:1, teritori yang
dimiliki Israel wajib mengakui Yahweh sebagai pemberi tanah dan Israel sebagai
penerimanya. Jadi, Israel harus mengakui Yahweh sebagai satu-satunya Allah penguasa
sekaligus pemberi kesuburan (hidup) bagi Israel. Israel harus mengupayakan dan
mengusahakan tanah yang sudah diberikan Allah, sebab perjanjian yang dibuat Yahweh
ternyata memiliki sederat pasal penghukuman bagi yang melanggar.

Varian Teks yang dipakai adalah: ASV, KJV, NET, NIV, NKJ, BIS.

5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku8, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala
bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
10 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka
menguduskan9 diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya.

7
Bdk. McRaw-Hill. New Catholic Encyclopedia, vol. IV Com-Dys. (New York: The Catholic University of
America, Washington, 1967). Hlm, 401-403.
8
Kata perjanjian–Ku dalam bahasa aslinya, digunakan kata ‫( אֶת־ ְּברִי ִ ֑תי‬ed-berit) yang berarti pact, compact,
covenant, treaty, alliance, league, constitution, ordinance, agreement dan pledge. Tetapi, NKJV, NIV, ASV dan
NET menterjemahkan kata ini menjadi My covenant. dari semua terjemahan kata berit di atas, saya lebih
mengarah kepada kata aliiance dan agreement sebagai terjemahan yang paling cocok untuk ayat ini. Yang
diterjemahkan menjadi aliansi dan persetujuan. Dimana antara Allah dan manusia bukan hanya membuat
perjanjian tetapi ada sebuah ikatan yang memiliki tujuan dimana jika digambarkan seperti dua negara yang
membuat aliansi (penggabungan) dan bersatu menjadi sekutu dekat atau lingkaran inti untuk menentukan dan
mengendalikan arah yang akan dituju.
9
Kata yang digunakan ‫ַׁש ָ ּ֥תם‬
ְ ‫ וְ ִקּד‬verb piel waw consec perfect 2nd person masculine singular suffix 3rd person
masculine plural, kata kerja piel artinya kata yang bersifat aktifitas yang sering dilakukan. Jadi, Tuhan berfirman
kepada Musa, agar Musa menyampaikan kepada orang-orang Israel untuk menguduskan diri, ini adalah aktifitas
yang dilakukan hari ini dan besok.
24 Lalu TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah, turunlah, kemudian naiklah pula, engkau
beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki
menghadap10 TUHAN, supaya mereka jangan dilanda.
III. Bentuk dan Struktur
A. Keberangkatan umat Israel (19: 1-2)
B. Allah berfirman kepada Musa (19: 3-11)
C. Kekudusan Allah (19: 12-17)
D. Peringatan Allah kepada umat 19: 18-25)

Keluaran 19:1-2 menjelaskan bahwa pada bulan yang ketiga mereka sampai di
padang gurun Sinai, disana mereka berkemah mendirikan tempat untuk mereka tinggal dan
beristirahat disana. Kemudian dalam ayat 4 mengatakan bahwa Allah juga dapat
memperhatikan Israel dan menuntun mereka dan bukan saja ke Sinai, tetapi juga kepada diri-
Nya sendiri. Ungkapan ini menunjukan kasih Allah dan berlaku sebagai dasar dari ketaatan
dan kewajiban perjanjian Israel kepada Allah. Dan di ayat yang ke 5 dalam terjemahan NIV,
adalah “sungguh-sungguh menaati Aku” yang kesinambungan pemilihan Israel sebagai umat
Allah bergantung pada ketaatan mereka kepada-Nya. Dalam ayat ini Allah mengharapkan
agar mereka taat, menjadi hal yang begitu penting dalam mewujudkan maksud-maksud-Nya
kelak bagi mereka. selain itu Allah menginginkan agar Israel harus menjadi harta
kesayangan-Nya Allah dalam Ul. 4:10 Amos 3:2. Sebagai bagian dari maksud Allah di ayat
yang ke 12-17 , ketika Allah mengeluarkan Israel dari Mesir “mereka harus menjadi kerajaan
imam” yaitu dipisahkan dan dikhususkan untuk pelayanan Allah dan suatu bangsa yang
kudus. Dalam ayat selanjutnya Allah mengatakan kepada para tua-tua Israel dan Musa bahwa
seluruh Gunung Sinai akan ditutupi asap, karena TUHAN segera turun ke atasnya dalam api.
Dan asap itu mengepul seperti asap dari tempat pembakaran, dan seluruh gunung goncang.
Lalu TUHAN turun atas gunung Sinai dan memanggil Musa ke puncak itu. Di ayat 18-25
Lalu TUHAN berfirman kepada Musa untuk turun dan memperingatkan bangsa itu agar
mereka tidak mencoba menerobos untuk mendapatkan Tuhan atau melihat-Nya, sebab
10
‫ ְל‬particle preposition ‫ עלה‬verb qal infinitive construct dari akar kata ‫ ָעלָה‬adalah “to go” yang artinya (pergi).
ASV, KJV, NET, NIV, NKJ menterjemahkan kata “menghadap” dalam terjemahan bahasa Inggris yaitu “come”
yang artinya “datang”. BGT menterjemahkan dalam bahasa Yunani sebagai “ἀναβῆναι” verb infinitive aorist
active dari akar kata “ἀναβαίνω” yang artinya (datang). Kemudian BIS menterjemahkan kata menghadap
sebagai kata “untuk datang” atau “datang”. Dari seluruh varian teks di atas maka penulis mengambil kesimpulan
atau dapat menyimpulkan bahwa kata “menghadap” memiliki arti “datang”. “tetapi para imam dan rakyat tidak
boleh menembus untuk mendaki datang kepada Tuhan…”.
banyak di antara mereka akan mati bila mereka mendekat gunung itu dan para Imam juga
harus menguduskan diri supaya mereka tidak dibinasakan. Setelah Musa mendengarkan
perkataan dari Tuhan Ia pun dengan segera turun dari puncak itu lalu pergi kepada bangsa
itu dan ia memberitahukan kepada mereka.
BAB III
Literary-Historikal dan Biblika-Teologikal Konteks

Kitab Keluaran merupakan kitab yang berisi lanjutan catatan sejarah awal umat Ibrani
di Mesir keluar dari Mesir sampai pengesahan Israel sabagai umat Allah di Sinai. Kitab
Keluaran di tulis sekitar abad ke-15 atau ke-13 SM. Setelah itu, kitab Keluaran di revisi dan
di tulis kembali antaraa abad ke-9 sampai abad ke-5 SM. Kitab Keluaran menjadi naskah
yang lengkap pada periode pembuangan atau pasca pembuangan (sekitar tahun 600-400 SM).
Menurut D.A. Hubbard menyatakan bahwa: penulisan kitab Keluaran demi kesinambungan
dan kelengkapannya, ringkasa berikut akan dimulai dengan akhir “zaman bapak-bapak
leluhur” kira-kira tahun 1550 SM dan di lanjutkan sampai kira-kira tahun 1200 SM, ketika
bangsa Israel sudah memasuki Palestina.

1. gramatikal

Keluaran 19:1-24

a. Kata yang digunakan ‫ ְּברִית‬noun common feminine singular construct suffix 1st person
common singular, kata benda yang bersifat feminim singulier construct yaitu perjanjian yang
harus dijalankan oleh bangsa Israel, jika mereka melakukan perjanjian yang Tuhan berikan
maka mereka akan menjadi anak kesayangan Tuhan, sebab Tuhan yang mempunyai
segalanya.

b. Kata yang digunakan ‫ַׁש ָ ּ֥תם‬


ְ ‫ וְ ִקּד‬verb piel waw consec perfect 2nd person masculine
singular suffix 3rd person masculine plural, kata kerja piel artinya kata yang bersifat aktifitas
yang sering dilakukan. Jadi, Tuhan berfirman kepada Musa, agar Musa menyampaikan
kepada orang-orang Israel untuk menguduskan diri, ini adalah aktifitas yang dilakukan hari
ini dan besok.

c. Kata yang digunanakan ‫ עלה‬verb qal infinitive construct, kata kerja yang dapat
mengungkapkan tujuan yang dimana tujuan itu pasti. Jadi Tuhan berfirman kepada Musa
dengan tujuan yang jelas bahwa manusia atau rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki
menghadap Tuhan, jika hal itu terjadi maka mereka akan mati.
Pada pasal yang telah didiskusikan ini adalah terjadi pada saat Musa memimpin
bangsa Israel dari Mesir. Dalam perjalanan Allah membawa bangsa Israel ke Gunung Sinai,
kejadian ini terjadi pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari Mesir. Setelah tiba di
padang gurun Sinai mereka berkemah di depan gunung itu dan Musa naik ke gunung itu
untuk menghadap Tuhan dan Tuhan berfirman kepada Musa, bahwa jika mereka sungguh-
sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, dalam terjemahan
WTT perjanjian-Ku diterjemahkan ‫ ְּברִית‬yang bersifat noun common feminine singular
construct suffix 1st person common singular artinya bentuk kata benda yang tunggal dan
harus dijalankan. Perjanjian terjadi jika kedua belah pihak sama-sama menyetujui, perjanjian
yang terjadi antara Yahweh dan umat Israel terjadi di Gunug Sinai, perjanjiani ini
menandakan adanya hubungan antara Yahweh dan umat Isarel. Dari perjanjian ini yang
menjadi dasar bagi bangsa Israel untuk menjamin keselamaatan hidup bangsa Israel dan
untuk memberikan arahan bagi bangsa Israel. Secara umum diterima bahwa Kesepuluh
Hukum atau Dasa Titah berasal dari masa ketika orang-orang Israel berada di Gunung Sinai,
ini adalah perjanjian yang Yahweh berikan kepada Musa ketika berada di atas Gunung Sinai,
perjanjian ini terdapat dalam Keluaran 20:2-16, perjanjian ini diberikan kepada umat Israel
agar mereka menjalankannya. Dalam Bahasa Ibrani, kata covenant adalah berit. Sedangkan
dalam LXX dan Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Yunani, kata covenant adalah
sunatheke (perjanjian antara dua pihak yang sederajat) dan diatheke (perjanjian antara dua
orang yang tidak sederajat). Dan diatheke merupakan apa yang kita miliki dengan Allah.11
Perjanjian itu sering didefinisikan sebagai Perjanjian Vasal yang berarti sebuah perjanjian
diplomatik antara seorang maharaja dengan raja-raja bawahannya.12 Dalam perjanjian ini
Yahweh memperkenalkan diri-Nya sebagai ‘pribadi’ yang mahadasyat, yang mampu
menepati janji-Nya dengan membawa bangsa Israel untuk mendiami tanah perjanjian dimana
kata Clemen: Allah Israel Allah atas segala Allah yang mampu menepati setiap janji-Nya.
Yang dikehendaki-Nya ialah bagaimana bangsa Israel mampu dan setia dalam menjalankan
perjanjian mereka dengan Yahweh13. Perjanjian yang diadakan oleh Yahweh merupakan
usaha pertama untuk menuliskan kehendak Allah bagi seluruh umat manusia di dalam kata-
kata manusia.14 Dalam perjanjian ini secara umum ada tiga unsur yaitu, tindakan Yahweh,
tanggapan Israel dan kewajiban Israel. Dalam perjanjian ini Yahweh terlebih dahulu
11
Amstutz, John. “Sebuah Survey dari Alkitab” dalam Hidup dalam Kristus, Vol 14 No.4. Solo: Yayasan Pusat
Hidup Baru. 4.
12
Lih. Dr. Wim van der Weiden, MSF dan Mgr. I. Suharyo. PengantarKitab Suci Perjanjian Lama. (Yogyakarta:
Kanisius, 2000). Hlm, 21.
13

14
David F. Hinson.sejarah Israel.1993.(Jakarta:Gunung Mulia).Hlm.86
mengasihi bangsa Israel dan terlebih memilih, buktinya sebelum bangsa Israel sampai kepada
Gunung Sinai banyak hal yang Yahweh sudah buat dalam kehidupan mereka selama mereka
di Mesir dan akhirnya Yahweh berinisiatif untuk membebaskan mereka dari perbudakan di
Mesir, Yahweh menyertai mereka hingga menyeberang Laut Teberau hingga sampai pada
Gunung Sinai. Kejadian yang terjadi di Gunung Sinai merupakan pertama kalinya Yahweh
bertemu dengan orang-orang Israel.

Banyak sarjana mengakui bahwa akar kata YHWH adalah hyh (ada). Dan kata
tersebut, diucapkan oleh umat Allah dengan sebutan Yahweh: yaitu kata ganti orang ketiga,
yang artinya: “Dia yang membawa menjadi ada”. Ketika Allah memperkenalkan Diri, Allah
pakai kata ganti orang pertama. Tapi ketika umat Allah menyebut nama tsb. umat Allah
memakai kata ganti orang ke-3. Akar kata hyh atau haya atau hawa. Artinya: “ada” atau
“menjadi”. Nama Yahweh berasal dari akar kata: Hawa artinya: keberadaan (eksistensi) Dia
adalah pribadi yang aktif dan berasal dari diriNya sendiri. Refleksi dari pengertian akar kata
tsb. adalah ditolaknya animisme. Setiap orang harus percaya bahwa Allah ada dan aktif. Akar
kata hawa juga berarti “Menjadi dan Tetap” Ungkapan: “heweh gebir leaheka”, Kejadian
27:29 diterjemahkan dengan kata: “Jadilah tuan atas saudara-saudaramu”. Ishak memberkati
Yakub bahwa ia akan “menjadi tuan atas saudara-saudaranya”. Nama YHWH tidak pernah
disebut oleh orang-orang Yahudi kecuali dalam acara liturgi ibadah. (Mereka takut salah
menyebut nama yang sangat sakral itu). Biasanya mereka menggantinya dengan “Adonay”
artinya: Tuan, tapi nama ini jarang disebut. Setelah pembuangan penyebutan nama tersebut
hampir terlupakan. Ketika nama itu diangkat kembali, terjadi perbedaan penyebutan.
Pengertian nama yhwh sebagai berikut: “Yahweh = Aku adalah Aku”, yaitu Menekankan
keberadaan diri Allah yang tidak berubah dan kekal, Allah hadir dan aktif (Ia menjamin
kehadiranNya di tengah umatNya) Keluaran 3:12; 6:1-8. Dihubungkan dengan kuasa Allah
untuk memelihara dan menebus umatNya, Keluaran 6:6. Dalam naskah-naskah tentang asal-
usul Yahweh namum Pentateuk memberikan gambaran yang jelas mengenai Musa yang
sedang menggembalakan kawanan domba milik mertuanya Yitro seorang imam Midian yang
kemudian dilanjutkan dengan cerita munculnya Yahweh dan menyatakan dirinya yang
dilanjutkan dengan keterangan dari pasal-pasal selanjutnya tentang bagaimana Musa dengan
Yitro bersama-sama memberikan korban persembahan yang diduga ditujukan kepada
Yahweh (Kel. 18). Pada saat itu Musa sedang menggembalakan ternak ayah mertuanya Yitro,
ia menyaksikan sebuah fenomena unik : semak yang menyala namun tidak terbakar. Menurut
Marthin Steven Limungkewas, Yahweh yang dimana Yahweh digambarkan sebagai pahlawan
gagah berani. Dengan adegan semak belukar kehadiran Yahweh sedang memperlihatkan
Kemahakuasaan-Nya (Ibr: ceneh, “a bush,” LXX: batos, “blackberry bush”) yang menyala
dimana Yahweh dengan api disebutkan empat kali dalam Alkitab (Kel 3:2; 13:21; 19:18; juga
2 Tes 1:8). Semak belukar yang menyala ini disebutkan juga di lain tempat (Ul 33:16; Mrk
12:26; Luk 20:37; Kis 7:30,31).15 Fenomena unik itu menimbulkan rasa ingin tahu yang
akhirnya mendorong Musa untuk menyimpang dan memeriksanya. Dalam peristiwa dimana
Musa pertama kali bertemu dengan Yahweh yang hadir.

Ciri Yahweh Dinamika

Jika Yahweh ini harus disebut ciri-Nya dalam satu kata saja, maka pastilah kata yang
tepat ialah “kuasa”atau “dinamika”. Segala sesuatu di sekitar Yahweh terkena pengaruh
kuasa-Nya itu. Seolah-olah Yahweh “mengstrom” (mengaliri dengan arus listrik) keadaan
sekitarnya.

Kekudusan Yahweh

Konsep lain yang tidak terdapat dalam riwayat para patriakh ialah tentang kedudusan
Allah, walaupun kadang-kadang disebut juga (mis. Kej. 28:10 dyb.) adanya rasa taat
dihadapan Allah. Tetapi dalam riwayat patriakh, rasa taat dihadapan Allah jarang di sebut.
Tetapi agama dan mentalitas Yahwisme betul-betul di gambarkan dengan kesadaran akan
kekudusan Yahweh. Segala sesuatu yang berkaitan dengam Yahweh adalah penuh
kekudusan, yaitu mencakup tentang kuasa dan kemuliaan yang melampaui segala sesuatu
yang berkenaan atau berhubungan dengan manusia dan dunia ini. Sekalipun hubungan
Yahweh dengan Israel dekat, tetapi ada sebuah jarak yang tidak bisa di jembantani antara
Yahweh dengan manusia.

Yahwisme tidak mungkin kompromi dengan ini, karena aspek dari agama Kanaan
yang disebut Baalisme. Bentrokan itu kemungkinan tidak timbul pada periode patriarch
karena pola kehidupan para partriakh masih bersifat semi-nomadis. Yahwisme tidak dapat
berkompromi dengan Baal, karena tabiat Yahweh, kemutlakan-Nya, dan kemuliaan-Nya
bertentangan dengan seksualitas. Yahweh tentunya bisa mengambil alih beberapa sifat Baal,
peranannya sebagai pemberi kesuburan akan tetapi, Yahweh tetap tidak bisa di indentikan
dengan Baal. Tabiat Yahweh ini melampaui tabiat allah gurun. Yahweh berkuasa atas seluruh
alam raya. Di padang gurun dan di luar padang gurun, Dia juga menyelamatkan kaum

15
] M. G. Kyle, Burning Bush, ISBE Bible Dictionary, dalam BibleWorks 2001
tertindas, Dia berhubungan baik dengan bangsa maupun individu dan membela orang yang
menjadi korban ketidakadilan.

Kemutlakan Yahweh

Kepercayaan kepada Yahweh mencakup beberapa unsur yang baru dan gambaran
baru tentang tabiat Allah. Bentrokan antara Yahweh dan Baal tidak dapat terelakan, tetapi
dalam perjuangan itu Yahwehlah yang menjadi pemenang, sekalipun kaum yang percaya
kepada-Nya jauh lebih lemah di bandingkan dengan kaum pengikut Baal, baik dibidang
kebudayaan maupun dibidang politik.

Konsep Perjanjian (Covenant)

Dalam Israel Kuno, ada sebuah pandangan dimana segala perjanjian yang diadakan
Allah dengan umat – Nya di dasarkan kepada perjanjian kekal dan segala sesuatu akan
berlangsung dalam perjanjian kekal tersebut. Itulah sebabnya, para teolog berpandangan
bahwa hubungan Allah dengan umat – Nya disepanjang Alkitab dilukiskan dalam satu kata,
yaitu cobenant. Itulah yang menjadi dasar tindakan Allah terhadap sejarah perjalanan umat –
Nya.

Konsep ini menjadi sangat penting untuk dipahami karena secara faktanya, sejak akhir
abad kedua, Alkitab kita dibagi menjadi dua yaitu perjanjian lama dan baru. Istilah ini berasal
dari kata dalam bahasa Latin testamentum. Dan kemudian muncullah bahasa Inggris
“Testament”. Di sisi lain, covenant inilah yang menjadi inti dari pemahaman orang Israel
mengenai hubungan antara mereka dengan Allah. Allah senantiasa membuat ikatan covenant
dengan umat – Nya. Dan hal ini bertumpu kepada janji – janji Allah, yang dimulai dari
penciptaan sampai kepada masa para nabi

Dalam Bahasa Ibrani, kata covenant adalah berit. Sedangkan dalam LXX dan
Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Yunani, kata covenant adalah sunatheke
(perjanjian antara dua pihak yang sederajat) dan diatheke (perjanjian antara dua orang yang
tidak sederajat). Dan diatheke merupakan apa yang kita miliki dengan Allah.

Perjanjian Allah dengan Musa

Covenant ini memiliki karakteristik yang mirik dengan yang ada di Timur Tengah
Kuno dimana Tuhan memberikan janji – janji kepada Israel: Dia akan menjadi Allah mereka,
Dia akan melindungi mereka dan Dia akan membawa mereka masuk ke tanah perjanjian yang
sudah dijanjikan – Nya kepada nenek moyang mereka (Keluaran 6:5-7). Dalam perjalanan
bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka dituntun oleh Allah dengan berbagai cara menuju
kepada tanah perjanjian (the promised land). Ketika mereka sampai di gunung Sinai,
disanalah Allah menunjukkan diri – Nya sebagai Allah mereka dan bertemu dengan orang
Israel yang menjadi umat Tuhan. Allah juga membangkitkan kerelaan hati orang Israel untuk
menyanggupi panggilan dan tugasnya sebagai umat Tuhan dan Allah mengikat covenant
dengan Israel di gunung tersebut.

Covenant ini dibuat dengan beberapa tujuan yang dituliskan dalam Keluaran 19:5-6
supaya bangsa Israel menjadi kerajaan imam bagi Tuhan dan supaya mereka menjadi bangsa
yang kudus. Juga sebagai pemberitahuan bahwa Allah akan memakai bangsa Israel sebagai
pengantara dan saluran berkat juga keselamatan bagi bangsa lain.

Oleh karena itu covenant ini memiliki persyaratan karena penggenapannya di satu sisi
menuntut kesetiaan orang Israel untuk memeliharanya. Dan Keluaran 20 merupakan
ungkapan janji Allah dimana Ia akan menjadi Allah bagi bangsa Israel dan diikuti dengan
adanya hukum yang diberikan kepada mereka yang disebut dengan hukum Taurat. Hal ini
menunjukkan natur moral Allah juga mengungkapkan kewajiban orang Israel mengenai
bagaimana mereka harus hidup dalam persekutuan dengan Allah sesuai dengan covenant
yang telah dibuat dan dengan itu status umat Israel di hadapan Allah tidaklah lagi sebagai
seorang budak, melainkan sebagai umat pilihan Allah yang dibawa masuk kepada tanah yang
telah dijanjikan – Nya. Maka covenant Allah di sinai berkaitan dengan erat dengan hukum
atau yang bisa disebut the Sinai Covenant and the Law.16 Dan yang paling penting dari
semuanya itu ialah Israel harus mengupayakan dan mengusahakan tanah yang sudah
diberikan Allah, sebab perjanjian yang dibuat Yahweh memiliki sederet pasal penghukuman
bagi yang melanggar.

16
Smith. Ralph L. Covenant and Law in Exodus Southwestern Journal of Theology Vol. XX No.1, 1977. 33.
BAB IV

Aplikasi

A. Aplikasi Teologis

Allah menunjukkan kuasa-Nya dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan untuk
menjadikan mereka umat-Nya dan membuat perjanjian dengan mereka supaya mereka hidup
sesuai dengan yang diperintahkan-Nya. Karena Allah itu kudus maka merekapun harus hidup
kudus dihadapan-Nya dengan menaati perintah-Nya, jika mereka berlaku menyimpang dari
hadapan-Nya maka mereka akan kehilangan berkat yang Allah yang disediakan bagi mereka
yaitu tanah yang dijanjikan oleh Allah.

B. Aplikasi Praktis

Suatu hal yang menjadi dasar yang baik adalah hidup dalam kekudusan di situasi dunia
mengkesampingkan perihal kekudusan hidup. Dimana kita perlu untuk hidup sesuai firman
Tuhan. Sebagai orang yang mengakui bahwa dirinya beriman tetapi tidak melakukan perintah
Tuhan makan sia-sialah hidupnya. Karena itu, kita perlu menata hidup dalam terang dan
ketaatan kepada firman Allah sebagai konsekuensi anugerah Allah yang telah diberikan
kepada kita.
BAB V

Kesimpulan

Kita adalah umat Allah. Kepada kita, Allah telah memberikan diri-Nya dan juga
perjanjian kasih-Nya. Sebagai tanggapannya, kita perlu menjaga kualitas kekudusan kita.
walaupun kadangkala hal itu terasa berat untuk dilakukan. Allah kita yang setia selalu siap
mendukung kita. Penggenapan janji Tuhan kepada umat-Nya merupakan kehendak Tuhan
sejak awalnya, maka kita di bawa untuk datang kepada Allah. Untuk itu kita harus menaati
setiap ketetapan-ketetapan-Nya. Oleh karena itu perjanjian memiliki persyaratan karena
penggenapannya di satu sisi menuntut kesetiaan untuk memeliharanya. Ia menjadi Allah bagi
kita dan diikuti dengan adanya perintah yang diberikan kepada kita. Hal ini menunjukkan
natur moral Allah juga mengungkapkan kewajiban kita bagaimana kita harus hidup dalam
persekutuan dengan Allah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dan dengan itu status
kita di hadapan Allah tidaklah lagi sebagai seorang berdosa, melainkan sebagai umat pilihan
Allah yang dibawa masuk kepada rencana yang telah dijanjikan–Nya.
Daftar Pustaka

Marthin Steven Lumingkewas.EL dan YAHWEH.(Diandra)


D. A. Hubbard, Pengantar Perjanjian Lama 1
Amstutz, John. “Sebuah Survey dari Alkitab” dalam Hidup dalam Kristus, Vol 14 No.4. Solo:
Yayasan Pusat Hidup Baru
Dr. Wim van der Weiden, MSF dan Mgr. I. Suharyo. PengantarKitab Suci Perjanjian Lama.
(Yogyakarta: Kanisius, 2000)
David F. Hinson.sejarah Israel.1993.(Jakarta:Gunung Mulia)
M. G. Kyle, Burning Bush, ISBE Bible Dictionary, dalam BibleWorks 2001
Smith. Ralph L. Covenant and Law in Exodus Southwestern Journal of Theology Vol. XX
No.1, 1977

Anda mungkin juga menyukai