Anda di halaman 1dari 4

HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) RESORT JAKARTA II

DAERAH VII PULAU JAWA-BALI-KALIMANTAN


Bahan Sermon Jemaat Untuk Minggu, 07 Januari 2024

ALLAH YANG MEMBEBASKAN


(Keluaran 6:1-7)
I. Pendahuluan
Kitab Keluaran adalah kisah sekelompok manusia budak di Mesir. Mereka adalah
manusia kelas dua. Mereka telah menikmati perbudakan itu, tetapi adakalanya mereka juga
mengerang. Tuhan berkehendak membebaskan manusia budak tersebut, dengan membawa
mereka keluar dari Mesir dan menjadikan mereka sebagai umat pilihanNya. Tuhan memilih
Musa untuk memimpin umat itu keluar dari Mesir, yang telah menyatakan diriNya kepada
Musa. Setiap penyataan atau penampakan Tuhan, maka Tuhan selalu memiliki pesan
tertentu. Tuhan menyatakan diri kepada Musa dan berpesan untuk memimpin umat yang
dipilihNya. Musa sesungguhnya menolak tugas tersebut karena menyadari kekurangannya
sebagai pemimpin. Musa tidak pandai berbicara. Namun, kehendak Tuhan tidak ada yang
dapat menghambat. Musa memulai misinya dengan meminta izin dari raja Firaun untuk
membawa umat itu keluar dari Mesir. Namun, bukan izin yang diberikan, Firaun malah
makin menindas dengan hebatnya. Musa mengalami guncangan dalam tugasnya. Musa
mengalami keputusasaan. Di sinilah Tuhan mengingatkan Musa, bahwa tugas yang diemban
bukan dalam kesendiriannya tetapi ada Tuhan, yang telah menampakkan diri kepadanya.
Tuhan pun memberikan kekuatan kepada Musa dengan mengisahkan masa lalu, yakni
hubungan Tuhan dengan nenek moyang mereka; Abraham, Ishak, dan Yakub. Tuhan telah
menampakkan diri kepada mereka, sebagai Allah Yang Mahakuasa. Dalam penampakan itu,
Tuhan mengikat janji untuk memberikan tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang
asing. Abraham setia kepada Tuhan. Ia menjalani kehidupan dengan berbagai pergumulan.
Sekalipun berjalan dalam ragam pergumulan berat, Abraham tetap setia. Tuhan memberkati
Abraham. Ia memperoleh berkat-berkat ; keturunan saat usia lanjut dan berkat jasmani yang
berkelimpahan. Kisah masa lalu itu juga boleh menjadi penguatan bagi Musa untuk
memimpin umat keluar dari Mesir. Tuhan telah mendengar erangan umatNya, dan membuat
Tuhan mengingat perjanjianNya. Tuhan akan membebaskan mereka dari perbudakan Mesir.
Menjadikan mereka sebagai umat pilihan Tuhan, dan membawa mereka ke negeri yang
dijanjikan Tuhan dan memberikan negeri itu menjadi milik umatNya. Tuhan mengembankan
tugas ini kepada Musa, yang telah menerima penyataan Tuhan. Sebuah tugas mulia.
II. Pembahasan
 Allah mengingatkan Musa tentang Penyataan DiriNya (6:1-4).
- Allah mengingatkan penyataan diriNya kepada Musa dengan nama baru : “Akulah
TUHAN” (6:1).
- Allah mengingatkan penyataan diriNya kepada para leluhur Israel dengan ikatan
perjanjian (6:2-3)
- Allah mengingatkan bahwa Ia mendengar kesengsaraan umatNya dan mengingat
perjanjianNya (6:4)
 Allah memerintahkan Musa melanjutkan tugasnya (6:5-12)
Musa harus mengatakan kepada umat Israel tentang diri Tuhan dan apa yang akan
diperbuatNya bagi mereka (ay 5-7). Penyataan “Akulah TUHAN” menegaskan bahwa apa
yang dikatakanNya itu juga yang akan dilakukanNya kepada Israel (ay 5-7). Namun tugas
Musa tidak berjalan mulus. Sebab respons umat Israel kali ini tidak positif. Walaupun
sebelumnya mereka sudah percaya. Namun karena perbudakan yang semakin berat, mereka
menjadi putus asa (6:8).Oleh karena umat tidak mendengarkan Musa, ia merasa gagal.
Ditambah lagi tugas yang sangat berat, yaitu menghadap Firaun untuk mengatakan agar
melepaskan umat Israel pergi dari Mesir (6:9-10, 27-28). Berangkat dari penolakan (6:8), ia
berkeberatan (6:11, 29). Hal ini memperlihatkan bahwa Musa lebih bersandar pada akal dan
kemampuannya dari pada percaya sepenuhnya kepada Tuhan.
Dalam tugas Musa yang berat Allah menegaskan beberapa hal:
- Tuhan menjamin Musa bahwa ia akan mempunyai fungsi yang bersifat ilahi (7:1-2).
Musa diangkat sebagai Allah bagi Firaun, sedangkan Harun diangkat menjadi nabi baginya.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak saja memberi tugas, tetapi membuatnya berhasil.
Allah juga menetapkan Harun mendampingi Musa sebagai juru bicaranya. Penetapan Allah
ini menegaskan bahwa kerja sama dalam pekerjaan Tuhan merupakan hal yang terbaik
karena akan terjadi saling mengisi, saling melengkapi, dan saling menguatkan.
- Allah memperlihatkan tanda & mujizat (7: 3-10). Allah sudah melihat bahwa tugas
tersebut akan disambut dengan kekerasan hati Firaun. Pada kenyataannya, Firaun memang
mengeraskan hati walau sudah melihat tanda dan mujizat Allah yang luar biasa. Akan tetapi,
kekerasan hati tersebut bukanlah tembok penghalang bagi tergenapinya rencana Allah,
melainkan batu loncatan bagi Musa untuk menyaksikan tanda dan kedahsyatan mujizat Allah
menaklukkan Firaun. Dengan perantaraan perbuatan serta ucapan Musa, kehadiran Tuhan
akan menjadi nyata bagi Firaun (Kel 6:5-6). Sebab Allah akan memampukan Musa dan
Harun membuat mujizat (ay 9,10).
Panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi hamba-Nya bersifat mulia.
Dalam menjalaninya, memang berat/sulit sebab berhadapan dengan kekerasan hati orang-
orang yang diikat ilah zaman ini (bdk. 2 Kor 4:4). Akan tetapi, janganlah takut dan putus asa,
ketika menghadapi semuanya itu. Belajar dari Musa, kita tahu bahwa Allah yang menyatakan
diriNya dengan memberitahukan NamaNya “Akulah TUHAN” adalah jaminan kepastian
penggenapan janjiNya kepada umat-Nya. Dialah TUHAN yang tetap sama, dulu, sekarang,
dan sampai selama-lamanya, akan tetap berkarya dan dan setia membaharui panggilan dan
kepercayaanNya kepada kita untuk melaksanakan tugasNya yang mulia.
Dalam perikop pagi ini (ayat 4-7) ada tiga kali pernyataan “Akulah TUHAN” dan berulang
kali Tuhan menyatakan “Aku akan”. Pernyataan-pernyataan itu Tuhan nyatakan kepada
Musa dalam rangka membangkitkan harapan dalam diri Musa yang bertubi-tubi dihujat oleh
orang-orang Israel. Musa diteguhkan bahwa Tuhan tidak lupa akan perjanjian-Nya dengan
Abraham tentang Kanaan (bdk. Kej. 15:18-21, Kej. 17:8). Tuhan juga menyatakan bahwa Ia
mendengar erangan Israel, mengatakan bahwa Ia mengingat perjanjian-Nya dengan para
leluhur Israel (ayat 4b).
Pernyataan “Akulah TUHAN” dan “Aku akan” hendak menyadarkan Musa dan
Israel bahwa Tuhan Allah bagi Israel seharusnya bukanlah Tuhan Allah yang mati (yang
sering digantikan oleh umat Israel dengan patung baal, patung lembu emas dll),
melainkan Tuhan Allah yang hidup, yang bekerja, yang penuh dengan dinamika.
Kehadiran-Nya mewujud dalam tindakan, karya-karya nyata. Israel akan mengenal Tuhan
Allah dari karya-karya-Nya bagi Israel. Di sepanjang sejarah umat Israel menyaksikan
bahwa Tuhan Allah menyatakan dan memperkenalkan diri-Nya dengan karya-karya-Nya.
Hal itu menjadi semakin jelas dan terbuka melalui kehadiran dan karya-karya Yesus Kristus
bagi manusia dan dunia ini. Bukankah kitapun mengenal dan percaya kepada “Yesus
Kristus” karena tindakan dan karya keselamatan serta teladah kasih yang disaksikan-
Nya? Dan semua itu yang kita layankan dan saksikan kepada sesama dan dunia.

III. Refleksi
1. Cara kerja Kerajaan Allah berbeda dengan yang dunia tawarkan. Dunia menawarkan
apa yang bisa kita lakukan, tetapi Allah menawarkan apa yang Dia bisa lakukan dari diri
kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Lukas 1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil." Bdk., Matius 19:26 "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah
segala sesuatu mungkin." Sekalipun kita terbatas kita memiliki Tuhan yang kuasanya
tak terbatas!
2. Serupa Allah memperkenalkan diri kepada Musa, bahwa Dia telah berkarya dalam
sejarah melalui Abraham, Ishak dan Yakub, melalui nama-Nya El-Shaddai, maka nama
tersebut juga masih berkuasa hingga saat ini. Roma 4:21b “...bahwa Allah berkuasa
untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” Allah kita adalah Allah yang
mengatasi sejarah. El-Shaddai selain menyatakan kemahakuasan Tuhan juga
menunjukkan kelembutan Tuhan dalam memelihara kita. Hal itu karena kata Shaddai
dan Shad dalam bahasa Ibrani mempunyai arti sama yaitu dada atau buah dada (Kej
49:25; Ayb 3:12; Mzm 22:10). Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan itu seperti seorang
ibu yang menyusui anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jadi El-Shaddai
adalah Tuhan yang Mahakuasa sekaligus lemah lembut dalam memelihara anak-anak-
Nya.
3. Tuhan sabar dan penuh kasih. Tuhan sama sekali tidak bermaksud keras terhadap Musa
maupun Israel. Bdk. Maz 103 : 8-14 Ya 42:3. Walaupun Musa terus-menerus menolak
pengugasan dari Tuhan dengan alasan pribadi, tetapi itu tidak Tuhan langsung murka
terhadap Musa. Untuk kita renungkan selagi masih ada kesempatan, mari kita datang
dan memberi diri kita untuk Tuhan. Yesaya 55:6 “Carilah TUHAN selama Ia berkenan
ditemui; ucapkanlah kepada-Nya selama Ia dekat!”
4. Mengenal Allah tidak hanya sebatas mengenal di otak saja ataupun sekedar dihafal saja
ataupun mengenal Allah bukan sesuatu yang terpisah dengan menyerahkan diri kepada
Allah. Untuk kita renungkan, banyak di antara kita yang menyatakan mengenal Allah
tetapi tidak menyerahkan diri kepada pimpinan Tuhan. Hanya Allah yang mampu
menyelamatkan kita, sehingga seperti diungkapkan di dalam Yeremia 17:5 “Beginilah
firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
memberdayakan kekuatan sendiri, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN!” dan
Yeremia 17:7 “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh
harapannya pada TUHAN!”

Anda mungkin juga menyukai