Anda di halaman 1dari 15

YESUS

MEMBUKA
JALAN
MELALUI
TABIR
Lesson 10 for March 5, 2022
• Dengan naiknya Yesus ke sorga, para murid mendapatkan keyakinan yang luar biasa yaitu:
• 1. Mereka dipenuhi dengan sukacita dan kemenangan karena Guru mereka telah naik ke
posisi kekuasaan dunia dan telah mengundang mereka untuk mendekati Allah dalam
nama-Nya dengan keyakinan mutlak bahwa Allah akan menanggapi doa-doa mereka
dengan baik (Yohanes 14:13,14).
• 2. Para murid yakin bahwa Yesus telah naik ke sorga untuk menyediakan tempat bagi
mereka meskipun para murid tersebut masih tinggal di dunia dan menghadapi kuasa si
jahat (Yohanes 14:1-3).
• 3. Para murid mengetahui bahwa Yesus adalah Kapten dari keselamatan mereka dan
Yesus telah membuka jalan ke tanah air sorgawi melalui darah-Nya.
• Oleh sebab itu, kenaikan Yesus ke sorga adalah inti teologi kitab Ibrani. Ini adalah aawal
pemerintahan Yesus, duduk di sebelah kanan Bapa, dan pelayanan-Nya sebagai Imam
Besar.

• Ini juga menjadi awal perjanjian baru yang menyediakan sarana bagi manusia untuk
mendekati Bapa dengan keberanian oleh iman telah diresmikan.
Kitab Ibrani memperkenalkan Yesus sebagai
perintis dan wakil kita. Kita dapat datang kepada
Tuhan melalui Dia. Bait Suci dan pelayanan serta
perayaannya adalah suatu gambaran tentang Dia.
Kita dapat lebih memahami pekerjaan yang telah
Yesus lakukan di hadapan Bapa di Bait Suci
Surgawi sejak Dia naik ke surga dengan
mempelajari lambang-lambang di Bait Suci.

Bagaimana datang ke hadirat Allah


Apa yang dapat mencegah kita datang ke hadirat Allah:
Takut dihadapanNya
Tabir yang tidak dapat ditembus
Menghilangkan hambatan:
Jalan baru dan hidup
Datang ke hadirat-Nya
• Yesus di Hadapan Bapa.
• Ayat Ibrani 9:24.
• Yesus naik ke sorga menghdap hadirat Bapa demi kepentingan manusia. Dia membawa
pengorbanan-Nya sendiri dan sebagai perintis, pemimpin bagi manusia untuk masuk ke
dalam kerajaan sorga.
• Setiap laki-laki bangsa Israel paling tidak tiga kali setahun datang ke Bait Suci di Yerusalem
menghadap Tuhan yaitu hari raya Paskah dan roti tidak beragi; Hari raya Tujuh Minggu
(Pentakosta) dan hari raya Pondok Daun.
• Hari raya Paskah merayakan kelepasan Israel dari negeri Mesir dan lepasnya anak sulung
Israel dari kematian.

• Hari raya tujuh minggu merayakan panen jelai di mana di Perjanjian Baru
dikaitkan dengan pemberian hukum di Sinai.
• Hari raya Pondok Daud merayakan kepedulian Tuhan bagi Israel selama
perjalanan di padang gurun. Pekerjaan Yesus menggambarkan hari-hari raya
ini.
• Yesus datang menghadap Bapa sama seperti setiap laki-laki Israel harus datang mengahadap Tuhan di
Yerusalem. Yesus mati di kayu salib pada hari raya paskah, saat di mana domba paskah dipersiapkan
untuk dikorbankan (Yohanes 19:!4).

• Yesus dibangkitkan pada hari ketiga. Inilah saat ketika imam harus melambaikan berkas gandum yang
matang sebagai buah sulung.

• Kemudian Yesus naik ke sorga pada hari keempat puluh untuk duduk di samping kanan Bapa tanda
pengorbanan-Nya telah oleh Bapa lalu meresmikan Perjanjian Baru pada hari Pentakosta (hari raya
tujuh minggu).

• Israel selama empat puluh tahun mengembara di padang belantara untuk “melihat wajah Allah”
(Mazmur 42:3 agar mereka diperkenan oleh Tuhan (Mazmur 17:15). Ini juga berarti mencari wajah
Allah yang berarti mencari pertolongan Tuhan.

• Dalam kitab Ibrani ini adalah kenaikan Yesus ke sorga membawa pengorbanan-Nya yang sempurna.
Yesus naik ke sorga sebagai perintis bagi manusia menuju hadirat Allah. Yesus menjadikan janji tanah
air sorgawi itu menjadi nyata bagi semua orang.
BAGAIMANA DATANG “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan
tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari
KEHADIRAT ALLAH yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk
menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” (Ibrani
9:24)
Orang Israel harus menghadap Allah di tempat kudus tiga kali
setahun (Kel 34:22-23). Perayaan-perayaan itu mewakili momen-
momen tertentu ketika Yesus akan datang ke hadapan Bapa
sebagai perwakilan kita menggantikan kita:
Yesus mati pada hari pengorbanan Paskah, pada pengorbanan
Perayaan malam (Yoh 18:39, Luk 23:44-46)
Tujuh Minggu Yesus dibangkitkan pada hari berkas gandum matang (buah
(Paskah)
PENGEMBARAAN

sulung) dipersembahkan. Dia datang kepada Bapa untuk


diterima oleh-Nya (Im 23:10-11; Yoh 20:17)
PERAYAAN

Perayaan Setelah Yesus naik, Dia ditinggikan. Dia meresmikan Bait Suci
Buah Sulung Surgawi dan mengutus Roh Kudus (Kisah 2:33)
(Pentakosta)
Perayaan Dalam KedatanganNya Kedua, Yesus akan membawa kita bersama-Nya
Panen ke tempat yang sedang Dia persiapkan. Dia akan memperkenalkan kita
(Pondok kepada Allah (Yoh 14:2-3; 1Tes 4:17; Wah 22:3-4)
Daun)
• Undangan Tuhan.
• Ayat Ibrani 12:18-21.
• Israel mengalami pengalaman yang luar biasa saat mereka berada di kaki gunung Sinai.
Mereka mendengar langsung suara Tuhan, bunyi sangkakala. Mereka begitu takut
melihat kemuliaan Tuhan itu.

• Tuhan memanggil Israel dari Mesir untuk menciptakan hubungan pribadi yang dekat
dengan umat-Nya. Israel menjadi umat kesayangan-Nya di antara bangsa-bangsa lain.
Itu sebabnya Tuhan memberikan instruksi yang diperlukan Israel sebelum bertemu
Tuhan.

• Israel harus menguduskan diri mereka.


• Mereka yang akan naik ke gunung tanpa persiapan diri akan mati. Setelah proses
pembersihan diri selama dua hari, maka pada hari ketiga orang-orang boleh naik ke atas
gunung setelah bunyi sangkakala terdengar.
• Tuhan sesungguhnya menginginkan Israel memiliki pengalaman yang sama seperti Musa dan para tua-
tua yang makan dan minum, memandang Tuhan di hadapan hadirat-Nya (Keluaran 24:9-11). Namun
Israel juga menjadi takut dan kurang percaya.
• Musa menjelaskan bahwa mereka takut kepada api dan mereka tidak naik ke gunung (Ulangan 5:5).
Justru mereka meminta Musa untuk mewakili mereka.
• Manifestasi Tuhan di gunung Sinai mengajarkan dua hal:
• 1. Manusia harus belajar “takut” akan Tuhan, menghormati Tuhan. Takut akan Tuhan menuntun
kepada kehidupan, hikmat dan kehormatan.
• 2. Manusia belajar bahwa Tuhan penuh belas kasihan dan pemurah. Inilah persoalan Israel. Tuhan
ingin Israel datang dekat kepada-Nya dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan-Nya namun
Israel justru menjadi takut dan tidak percaya.
• Ini juga yang dijelaskan dalam kitab Ibrani agar manusia tidak perlu takut bertemu Tuhan karena
manusia mempunyai Imam Besar yaitu Yesus Kristus yang sekarang sedang duduk di samping kanan-
Nya.
• Di sini kurangnya iman menjadi penghalang manusia datang dekat kepada Tuhan dan Tuhan datang
dekat kepada manusia.
TAKUT DIHADAPAN-NYA
“Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga
Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat
gemetar.’” (Ibrani 12:21)
Paulus dengan jelas menggambarkan peristiwa ketika
Allah menunjukkan diri-Nya kepada Israel di Sinai
untuk berbicara kepada mereka (Ibr 12:18-21).
Meskipun batas keamanan telah ditetapkan,
pengalamannya masih mengerikan: “Kami mengerti
bahwa kami dapat mendengar Tuhan dan masih
hidup. Tapi tolong, berhenti bicara atau kita semua
akan mati.” (Ulangan 5:23-26, diparafrasekan)
Iman mereka goyah, sehingga mereka meminta Musa
untuk mengantarai antara Tuhan dan mereka (Ulangan
5:27). Itu bukan rencana awal Allah. Allah ingin umat-Nya
mendekat kepada-Nya dan membagikan kekudusan,
rahmat, dan belas kasihan-Nya (Kel 19:13b; 34:6-7).
• Perlunya Tabir.
• Ayat Imamat 16:1,2; 10:1-3.
• Tabir memiliki fungsi ganda dalam Bait Suci.
• Pertama merujuk pada layar pelataran, layar di pintu masuk ruang luar tempat kudus atau
tabis bagian dalam yang memisahkan Bilik Suci dan Bilik Maha Suci. Tabir-tabir ini adalah
pintu masuk dan batas yang hanya bisa dilintasi oleh beberapa orang. Tidak seorang pun
diizinkan melewati tabir yang ada di Bait Suci kecuali orang Lewi dan Imam keturunan
Harun.

• Tabir adalah pelindung bagi para imam saat mereka melayani di Bait Suci. Musa pernah
memindahkan kemah pertemuan ketika Israel berdosa dengan menyembah anak lembu
emas. Tuhan menolak untuk menuntun Israel memasuki negeri Kanaan. Musa memohon
kepada Tuhan untuk tetap bersama Israel dalam perjalanan ke negeri Kanaan.
• Tuhan setuju berada kembali di tengah-tengah Israel. Namun Tuhan memberikan aturan-
aturan untuk melindungi Israel saat Dia berada di tengah-tengah mereka. Syarat-syarat itu
ialah:
• 1. Perkemahan Israel diatur berbentuk bujur sangkar dan di tengah-tengah adalah kemah
suci.
• 2. Orang Lewi berkemah di sekitar kemah suci untuk melindungi tempat kudus dan
perabotannya dari gangguan orang asing.
• Demikianlah orang Lewi menjadi “tabir manusia” untuk melindungi orang Israel (Bilangan
1:53). Demikian pula dengan Yesus, sebagai Imam Besar, telah menjadi tabir bagi manusia.
• Melalui penjelmaan-Nya menjadi manusia Tuhan memasang kemah-Nya di tengah-tengah
manusia dan memungkinkan manusia untuk merenungkan kemuliaan-Nya (Yohanes 1:14-
18).
• Yesus menjadikan mungkin Tuhan yang suci tinggal di tengah-tengah orang yang berdosa dan
orang berdosa itu tidak mati. Yesus adalah tabir pelindung.
TABIR YANG TIDAK DAPAT DITEMBUS
“Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu
masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya
jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.” (Imamat 16:2)

Ada batas aman manusia di sekitar Bait Suci (orang Lewi)


sehingga orang tidak akan terlalu dekat dengan Tuhan dan mati.
Para imam adalah penghubung antara Tuhan dan umat. Kita
adalah imam hari ini, dan kita dipanggil untuk menghubungkan
Tuhan dengan mereka yang belum mengenal Dia.
Sebuah tabir mencegah para penyembah memasuki
Bait Suci (mereka hanya bisa masuk pada siang hari).
Tabir kedua hanya bisa dilintasi oleh mereka yang
memiliki perjanjian khusus dengan Allah, para imam.
Tabir ketiga mencegah semua orang kecuali imam
besar untuk berhubungan langsung dengan Allah.
Yesus adalah Tabir yang memungkinkan Allah untuk
hidup di dalam kita tanpa kita binasa (1Kor 3:16).
JALAN BARU DAN HIDUP
“Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk
ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi
kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,” (Ibrani 10:19-20)

Yesus bukan hanya Tabir yang memungkinkan Allah tinggal di


dalam kita. Dia juga merupakan Tabir terbuka yang menciptakan
jalan baru menuju hadirat Allah.
Jalan baru ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan Yesus
dengan darah-Nya (Mat 26:28).
Sebelum Yesus mati, Setan berada di hadirat Allah
untuk terus-menerus menuduh kita (Za 3:1).
Namun, setelah Dia naik, Yesus memulai
pelayanan imam besar-Nya di Bait Suci Surgawi.
Setan diusir secara permanen dari Surga, dan Yesus
datang ke hadapan Bapa sebagai pembela kita.
(Wahyu 12:7-11; 1Yoh 2:1).
DATANG KEHADIRAT-NYA
“Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem
sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,” (Ibrani 12:22)
Manifestasi Tuhan di Sinai dikelilingi oleh kegelapan. Dalam
ayat ini, Paulus memperkenalkan manifestasi yang berbeda,
kali ini penuh dengan kemuliaan dan terang: Gunung Sion,
Yerusalem Surgawi, paduan suara para malaikat yang memuji
Allah, Allah duduk di atas takhta-Nya dan menjadikan “anak-
anak sulung” yang Dia beli dengan darah-Nya benar, dan
Yesus sebagai perantara kita (Ibr 12:22-24).
Ini adalah penglihatan pada hari kita akan merayakan Pesta
Pondok Daun bersama Yesus di Surga. Tapi lebih dari itu, itu
juga adalah penglihatan untuk hari ini. Kita sudah ada di
sana! Kita telah datang ke hadirat Tuhan!
Perwakilan kita sudah ada di sana. Mari kita berjalan setiap
hari “seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan“ (Ibr 11:27).
“Pengantaraan Kristus bagi manusia di dalam tempat
yang kudus di atas adalah sama pentingnya kepada
rencana keselamatan seperti kematian-Nya di atas
kayu salib. Oleh kematian-Nya la memulaikan
pekerjaan itu yang sesudah kebangkitan-Nya Dia naik
untuk menyelesaikannya di surga. Oleh iman, kita
harus masuk ke dalam tabir (selubung), “di mana
Yesus sebagai Perintis bagi kita.” Ibrani 6:20 […] Yesus
telah membuka jalan ke takhta Bapa, dan melalui
pengantaraan-Nya keinginan sungguh-sungguh dari
semua yang datang kepada-Nya dalam iman boleh
disampaikan ke hadirat Allah.”

E. G. W. (The Great Controversy, cp. 28, p. 489)

Anda mungkin juga menyukai