Anda di halaman 1dari 5

Minggu PASKAH IV

08 Mei 2022

Warna Liturgis : Putih

Pembc. Alkitab : Kisah Para Rasul 9: 36-43 – Yohanes 10 : 22 – 33

Penulis : Pdt. A. Radja, M.Th.

A. Latar Belakang

Setelah peristiwa Damsyik di mana Saulus bertobat, keadaan di seluruh wilayah Yudea, Galilea dan
Samaria berada dalam keadaan damai dan orang percaya semakin diberkati (Kis. 9:31). Keadaan ini
dimanfaatkan Petrus untuk berkeliling mengadakan kunjungan di mana-mana. Untuk beberapa saat
Paulus menjadi pusat perhatian, tetapi sekali lagi Petrus menjadi sorotan utama. Cerita tentang Dorkas
dibangkitkan hendak menunjukkan sumber kekuatan Petrus yang diawali dengan penyembuhan
Eneas di Lida. Ketika menyembuhkan Eneas, dia tidak mengatakan “Aku menyembuhkan engkau”
tetapi “Yesus Kristus menyembuhkan engkau...” (Kis. 9:34a). Sedangkan dalam cerita
membangkitkan Dorkas Kis. 9:36-41, Petrus berdoa lebih dulu sebelum memanggil dengan kekuatan
yang ada pada dirinya. Keadaan damai dan dari mana sumber kekuatan Petrus inilah yang menjadi
latar bacaan Kis. 9:36-43.

Tampilnya Petrus yang sanggup membuat hal-hal takjub dilansir berasal dari kuasa Yesus Kristus.
Nama Yesus sebelum tampilnya Petrus memang telah menjadi perdebatan khususnya di kalangan
orang Yahudi. Ketika Yesus memelekkan mata orang buta, menjadi pertanyaan dapatkah setan
berbuat seperti itu? (Yoh. 10: 21). Ketidak jelasan mengenai siapa Yesus membuat orang Yahudi
semakin penasaran dan bertanya terus mencari tahu, siapa Dia. Demikian juga perkataan Yesus:
“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal
Aku” (Yoh. 10 : 14) mirip dengan perkataan Allah dalam Yehezkiel 34:11 “sebab beginilah firman
Tuhan Allah: dengan sesungguhnya Aku sendiri yang akan memperhatikan domba-domba-Ku dan
akan mencarinya”, membuat orang Yahudi tersengat karena bagi mereka ucapan Yesus yang
menyebut diri-Nya gembala sama artinya Dia menyamakan diri-Nya dengan TUHAN yang mereka
sembah. Dan hal ini sangat bertentangan dengan paham mereka tentang Allah Sang Pencipta adalah
Allah yang Esa, mutlak, absolut Satu (band. Ul.6:4). Itulah sebabnya mereka mencari kesempatan
untuk meminta pertanggung jawab-Nya, dan waktu itu pada hari raya Pentahbisan Bait Allah.

B. Pokok Pikiran

 Kis. 9 : 36-37 Dorkas murid perempuan Yesus di Yope, sakit dan meninggal
 Kis. 9 : 38-41 Petrus dijemput di Lida dan bergegas ke Yope, melakukan tindakan dengan
kuasa Yesus membangkitkan Dorkas
 Kis. 9 : 42-43 Bangkitnya Dorkas, banyak orang jadi percaya dan Petrus yang tinggal di
rumah Simon penyamak kulit.
 Yoh. 10 : 22 – 30 Yesus menjawab tudingan orang Yahudi di serambi Salomo pada hari raya
pentahbisan Bait Allah.
 Yoh. 10 : 31 – 33 Yesus dilempari batu oleh orang Yahudi karena dianggap telah
mmenghujat Allah

C. Uraian Teks

 Kis. 9 : 36 – 37 Dorkas murid perempuan Yesus di Yope, sakit dan meninggal

Yope, sebuah kota di tepi laut, sekitar 10 mil di sebelah barat laut Lida. Sebelum Petrus tiba, sudah
ada orang Kristen di sana. Sebagai kota yang memiliki pelabuhan strategis untuk pasokan kayu dari
pegunungan Libanon ke Yerusalem (lih. 2 Tawarikh 2:16), tidak heran apabilah ada banyak
perempuan janda yang berjuang untuk mempertahankan hidup. Sebagai murid Yesus, Dorkas tahu apa
yang harus dilakukannya. Ia menolong para janda di Yope. Dorkas satu-satunya perempuan yang
namanya disebut sebagai murid. Dorkas (Yunani) atau Tabita (Ibrani) yang berarti rusa. Seperti arti
namanya, ia seorang perempuan gesit, segesit rusa dan tekun dalam menabur kebaikan yang nyata
yang dirasakan oleh para janda di Yope. Ketika jatuh sakit dan meninggal, dia dimandikan menurut
aturan Yahudi oleh mereka yang pernah merasakan sentuhan kasih dan kebaikannya. Mayatnya lalu
ditempatkan di sebuah ruang atas untuk menunggu dikuburkan.

 Kis. 9 : 38 - 41 Petrus dijemput di Lida dan bergegas ke Yope, melakukan tindakan dengan
kuasa Yesus membangkitkan Dorkas.

Kesembuhkan Eneas di Lida yang dilakukan Petrus, menjadi berita tersiar sampai di Yope. Kematian
Dorkas memukul hati banyak orang yang pernah menikmati kasihnya. Orang-orang kecil, miskin
merasa kehilangan. Rasa dukacita yang amat dalam itu menggerakkan hati para murid yang
bersepakat agar menjemput Petrus di Lida yang berdekatan dengan Yope. Yope merupakan kota yang
kental dengan budaya Yunani. Bergegasnya Petrus ke Yope didorong oleh belas kasihan atas tuntunan
Roh Kudus. Allah kita merancang segala sesuatu dengan melibatkan belas kasih-Nya. Mujizat
hidupnya Dorkas adalah menunjukan belas kasihan Allah kepada mereka yang sedang berduka. Allah
selalu berbelaskasihan kepada umat-Nya hal ini tidak terbantahkan. Dia selalu berbelaskasihan kepada
umat-Nya di dalam segala penderitaan. Belas kasihan Allah dinyatakan melalui Petrus dengan kuasa
kebangkitan Yesus. Walaupun hidupnya Dorkas bukanlah kebangkitan final yang menaklukkan maut
dengan sempurna (1 Kor. 15: 52 – 55) akan tetapi kuasa itu dipercayakan kepada para murid sebagai
rasul untuk meneruskan pekerjaan yang Yesus kerjakan ketika berada di bumi. Dengan berlutut dan
berdoa khusuk tanpa harus ada yang lain sebagai tanda kesungguhan dan pengakuan ketiadaan
kesanggupan berbuat terhadap harapan mereka yang berduka Petrus meminta belaskasihan Allah.
Tabita, bangkitlah! Maka jelas mujizat yang terjadi adalah rangkaian pekerjaan Allah untuk
dilanjutkan oleh Petrus dan kawan-kawan memengaruhi dunia dalam keselamatan Allah.

 Ayat 42-43 Bangkitnya Dorkas, banyak orang menjadi percaya dan Petrus yang tinggal di
rumah Simon penyamak kulit.

Dampak dari tindakan Petrus membangkitkan Dorkas/Tabita, memperlihatkan suatu perubahan besar
sebab banyak orang dinsafkan akan kebenaran Injil. Bahwa Injil berasal dari sorga dan bukan dari
manusia, dan mereka percaya kepada Tuhan. Karena Yope kota pelabuhan maka dengan cepatnya
peristiwa itu tersiar sampai ke negeri-negeri lain. Tetapi Petrus masih tinggal beberapa saat di Yope,
di rumah Simon seorang penyamak kulit. Memilih menumpang bukan di rumah Tabita yang kaya
memperlihatkan kerendahan dan kesahajaan hati. Semua yang dilakukan Petrus menyatakan pekerjaan
kuasa Roh Kudus yang bergerak dari Yerusalem menjangkau tempat lain.

 Yoh. 10 : 22 -33
 Yoh. 10 : 22 – 30 Yesus menjawab tudingan orang Yahaudi di serambi Salomo pada hari
raya Pentahbisan Bait Allah.

Serambi Salomo adalah bangsal pertemuan umum, maka orang Yahudi memanfaatkan tempat itu
bertanya kepada Yesus yang waktu itu juga hadir. Siapa Mesias? Sejak dulu orang Yahudi menanti
Mesias (yang di urapi) yang dijanjikan Tuhan kepada Daud (Maz. 89: 5). Pertanyaan diatas jika
dianalisis, kemungkinan dilatari dua sikap. Pertama, ada yang sungguh-sungguh ingin mengetahui,
sebab mereka sudah amat menatikan. Kedua, hanyalah jebakan karena ingin suatu pernyataan Yesus
supaya dibelokkan menjadi dasar tuduhan penghujatan. Dan ini terbukti pada pernyataan Yesus
kepada perempuan Samaria bahwa, Dia mesias (Yoh 4: 26). Hal yang sama juga ketika Yesus
mengatakan bahwa Dia Anak Allah kepada orang yang terlahir buta (Yoh 9:37). Memang sulit
diterima perkataan Yesus tentang kamu bukan domba dan Yesus adalah Gembala yang mengenal
domba-Nya dan mereka akan mengikuti-Nya. Dalam PL kata Gembala adalah Allah, mana mungkin
Yesus Allah. Lalu Yesus berbicara, Dia akan memberikan hidup yang kekal (28), otoritas hanya ada
pada Allah tetapi kenapa Yesus dengan pasti mengatakan itu? Puncak kejengkelan orang Yahudi ayat
30, Ia dan Bapa adalah satu. Dalam teks ini kata satu dipakai kata “Hein” (Yunani). Dengan
memperhatikan ayat-ayat sebelumnya Yesus dan Bapa adalah “satu hakekat sebagai Allah” oleh
karena satu hakekat dengan sendirinya Bapa dan Yesus memiliki tujuan dan perbuatan yang sama. Ini
yang diperkuat dalam doa Yesus untuk murid-murid-Nya menjelang kematian, “Ya Bapa yang kudus
peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu yaitu yang telah Engkau berikan kepada-Ku: supaya
mereka menjadi satu sama seperti kita” (Yoh. 17 : 11). Semua yang disampaikan Yesus pada saat itu
dianggap penghujatan kepada Allah. Inilah yang memicu orang Yahudi menuding Yesus pada
perayaan Pentahbisan Bait Allah. Suatu perayaan memperingati kemenangan yang mengembalikan
posisi Bait Suci yang telah dinajiskan sebagai tempat pelacur dan mezbah besar korban bakaran
dibakar dijadikan mezbah Zeus dari Olympus.

 Yoh. 10 : 31 – 33 Yesus dilempari batu oleh orang Yahudi karena dianggap telah menghujat
Allah.

Tidak ada lagi pikiran sehat pada orang-orang Yahudi saat itu. Bagi mereka Yesus telah benar-benar
menghujat Allah, mengatakan Dia adalah Allah. Kebencian dan dendam semakin terpupuk. Dengan
luapan emosi yang tidak terkendalikan lagi mereka melakukan kekerasan melempari Yesus dengan
batu sebagaimana tradisi penghukuman Yahudi.

D. Makna Teologis

1. Petrus melakukan mujizat dengan kuasa Yesus dan oleh belaskasihan Allah.
.
2. Kehadiran Petrus adalah representasi Allah ditengah duka, pergumulan dan masalah.
3. Dalam keadaan damai penuh kasih di sana Tuhan hadir melalui orang-orang yang kepadanya
Ia berkenaan
4. Pekerjaan Allah dilanjutkan Petrus sebagai rasul dengan kuasa Roh Kudus untuk
memengaruhi dunia agar keselamatan dari Allah dinyatakan.
5. Orang yang percaya dan melakukan karya nyata dalam kesehariannya seperti Dorkas, Allah
berbelaskasihan.
6. Yesus adalah Anak Allah, sehakekat dengan Bapa, yang memiliki kuasa di bumi dan di
Sorga.
7. Kebenaran adalah hakekat hidup mengajarkan kebaikan sebuah keselamatan umat.

E. Relevansi
1. Jangan pernah goyah dalam iman bahwa Yesus adalah Allah dan berkuasa.
2. Dengan memiliki keyakinan sungguh kepada Tuhan sambil merendahkan diri dan berserah
dalam doa maka kita akan merasakan kelegaan dan sukacita
3. Dalam predikat sebagai orang-orang kudus maka cara hidup orang beriman harus berbeda
dengan mereka yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan.
4. Perbuatan kasih seseorang selama hidup akan dikenang berharga meski dia telah pergi
selamanya.

KHOTBAH IBADAH KELUARGA

Minggu Paskah IV

Kisah Rasul 9 : 36 – 43 - Yohanes 10 : 22 – 33

Pdt. A. Radja, M.Th.

Saudara-saudara yang kekasih

Pembacaan kita yang pertama menceritakan tentang kisah seorang murid perempuan di Yope bernama
Tabita (Dorkas dalam bahasa Yunani). Ia dikenal sebagai perempuan yang murah hati dan penuh
kebaikan. Sebagian besar penduduk Yope kala itu mata pencaharian adalah melaut, yang beresiko
dialami oleh para pria adalah karamnya kapal. Itulah sebabnya adalah hal yang umum di Yope banyak
janda atau anak yatim. Bagi Tabita keadaan ini bukanlah semata keadaan yang lazim. Imannya dapat
melihat bahwa ada kebutuhan khusus yang perlu ditanggapi dan dari talenta yang dimilikinya dia
melakukan apa yang dapat dilakukan untuk menolong para janda. Kemampuan menjahit diyakini
sebagai pemberian Allah yang adalah sumber kratifitas, ia pun melayani mereka dengan membuat
baju. Jarum dan benang adalah alat yang dipakai Tuhan dalam tangan Tabita untuk mendatangkan
kerajaan Allah dilingkungannya.

Sebagai murid Tuhan, Tabita puas dengan keberadaannya dan tahu bahwa dia berharga karena Tuhan
yang membuatnya berharga. Janda-janda miskin yang dibuatkan pakaian oleh Tabita tentu merasakan
hal yang sama. Sehingga ketika ia sakit lalu meninggal dan mereka mendengar bahwa Petrus
mengunjungi sebuah kota dekat Yope (Lida), maka dua orang dari kumpulan orang kudus (jemaat)
pergi menemui Petrus dan memintanya datang ke Yope. Jadilah nyata bukti dari kebaikan Allah.
Ketika Petrus tiba, para janda yang pernah ditolong Tabita menunjukkan bukti kebaikannya “semua
baju dan pakaian yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup” (ay 39). Tidak jelas apakah mereka
meminta Petrus untuk melakukan sesuatu? Namun yang pasti Petrus menyaksikan mereka menangisi
Dorkas. Dan secara psikologi Petrus larut dalam duka mereka, turut merasakan apa yang dirasakan,
berempati bukan sekedar simpati lalu ia pun bertindak dalam kasihnya yang tulus, tentu atas dorongan
Roh Kudus, Petrus pun berdoa setelah menyuruh mereka keluar. Dalam doa, Petrus berelasi dengan
Allah secara intim dan Allah pun membangkitkan Tabita. Dampak dari kebaikan Allah tersebut
adalah “peristiwa itu tersebar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan (ay
42).

Sementara pembacaan yang kedua menceritakan Yesus ditolak oleh orang Yahudi. Saudara-saudara
yang kekasih! Tepatnya di serambi Salomo di Bait Allah terjadi debat antara Yesus dengan orang-
orang Yahudi yang hadir dalam perayaan Pentahbisan Bait Allah. Mereka mepertanyakan apakah
Yesus adalah Mesias? Dan Yesus memberi jawab yang diakhiri dengan pernyataan “Aku dan Bapa
adalah satu” (ay 30) mempertegas hubungan Yesus dan BapaNya. Pernyataan itu membuat orang
Yahudi mau melempari Yesus dengan batu dapat dibaca pada ayat selanjutnya (ay 31). Mengapa
mereka begitu marah? Karena bagi mereka pernyataan Yesus itu berarti penyamaan diriNya dengan
Allah. Mereka tidak mau percaya kepada Yesus yang adalah Anak Allah (ay 36).

Pernyataan kesatuan-Nya dengan Bapa-Nya, menandakan ada hubungan yang sangat erat antara
Yesus dan Bapa. Hubungan ini menjadi analogi hubungan Yesus dengan orang-orang percaya. Yesus
mengenal domba-dombaNya dan domba-dombaNya mengenal Yesus (ay 27 bnd.ay 14). “Mengenal”
menandakan adanya relasi yang sangat intim dan bersifat pribadi. Relasi ini sedemikian intimnya
sehingga kedua pihak yang saling mengenal dapat dikatakan sejiwa (satu). Karena Yesus dan Allah
saling mengenal secara sempurna maka Yesus menyatakan dirinya satu dengan Allah dalam arti yang
melihat Yesus berarti melihat Allah.

Kualitas hubungan yang demikian ini terjadi juga di antara orang-orang percaya sebagai milik Yesus
dengan Yesus sendiri. Ini sekaligus menjadi jaminan bahwa siapa yang menjadi milik Yesus sekaligus
milik Bapa, dipelihara dalam kemahakuasaan Anak dan Bapa, dan dalam kekekalan (ayt 28-29).
Kualitas hubungan seperti itu akan menjadi kesaksian bagi orang lain bahwa di dalam Yesus dan di
dalam Bapa ada kasih sejati yang mempersatukan dan yang intim.

Melalui dua bagian Alkitab saat ini kita boleh belajar dari sikap Petrus yang tetap mengandalakan doa
dalam berelasi dengan Allah. Tabita/Dorkas sebagai murid Tuhan yang menggunakan talenta yang
dimilikinya untuk menolong orang yang berkekurangan. Dan seperti Yesus yang selalu menampakan
kesatuan dengan Bapa-Nya dalam perbuatan dan perkatanNya. Demikian halnya kita hendaknya
menampilkan hal-hal yang baik sebagai orang-orang yang sudah diselamatkan. Supaya Kerajaan
Allah dinyatakan dalam kehidupan dan lingkungan di mana kita berada. Amin

Anda mungkin juga menyukai