Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KETERAMPILAN AGAMA

“Nabi Besar & Nabi Kecil”

D
I
S
U
S
U
N

O
L
E
H

Nama : Benedictus Herdyawan Purba

Kelas : XII IPA 2

No. Urut : 06
A. Definisi Nabi

Nabi umumnya diartikan sebagai seseorang yang berbicara atas nama Tuhan dan
menyampaikan apa yang menjadi pesan Tuhan kepada manusia, entah pesan itu yang sudah
lampau, saat itu atau masa yang akan datang. Maka umumnya nabi adalah seseorang yang
diterangi atau dikaruniai Tuhan untuk memberikan nubuatan, berkhotbah menyampaikan
pesan, petunjuk, perintah Tuhan dan kehendak-Nya kepada umat-Nya, secara khusus pesan
nubuatan rencana kasih karunia keselamatan Allah di dalam Kristus. Selain menyampaikan
nubuatan, para nabi juga menegur umat Tuhan jika mereka menyimpang dari kehendak
Tuhan.

B. Nabi Besar

Nabi besar (major prophets) ada empat orang, yaitu Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan
Daniel. Terdapat dua kitab lainnya yang tergolong ke dalam kitab nabi besar, yaitu Ratapan
dan Barukh.

1. Kitab Yesaya

Ketika Yesaya memulai pelayanannya, kerajaan utara Israel


berada di ambang kehancuran. Selama beberapa dekade
berikutnya, kerajaan Asyur terus-menerus melemahkan
kerajaan utara. Pada tahun 722, kerajaan utara jatuh ketika
Samaria direbut.
Meskipun kerajaan Israel terbagi pada saat ini, terjadi banyak
persatuan di antara orang-orang. Jadi, kerajaan selatan masih
sangat terpengaruh. Pelayanan Yesaya setelah tahun 722
berfokus pada upaya membuat orang Yudea percaya kepada
Allah dalam menghadapi ancaman Asyur yang mengerikan.
Akan tetapi, orang Yudea ingin mempercayai Mesir, bukan
Allah. Pada saat kritis terakhir, setelah semuanya gagal, Raja
Hizkia berdoa kepada Allah, dan dia mempertaruhkan hidup
dan kerajaannya pada Allah yang menepati firman-Nya. Dan,
Allah memang menepati firman-Nya.
Manusia rupanya sudah akrab dengan dosa dan setiap kali jatuh lagi ke dalam dosa
yang sama. Demikian pula yang dialami oleh umat Israel. Namun demikian Allah senantiasa
mencintai mereka dan mengutus para nabi untuk mengingatkan umat Israel untuk berbalik
pada Allah.
Setelah masa kejayaan bangsa Israel yang dipimpin oleh raja Daud dan Salomo,
bangsa Israel mengalami berbagai bencana karena mereka tidak setia kepada Allah.
Mereka menyembah berhala kepada dewa-dewa dari bangsa-bangsa lain.
Allah sebenarnya tidak menginginkan umat-Nya sengsara dan menderita. Allah
mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan bagi manusia sebagai pelajaran untuk mendidik
manusia.
Dalam kemunduran iman orang Israel, nabi Yesaya diutus Allah untuk bernubuat.
Nubuat itu berisi ancaman dan janji-janji yang memberi harapan bahwa Allah akan selalu
menyertai mereka dalam menghadapi setiap musuh dan juga akan mengirimkan kepada
mereka Juru Selamat.
Nabi Yesaya berasal dari keluarga bangsawan di Yerusalem. Ia lahir pada tahun 765
sebelum Masehi. Ia menjadi penasihat para raja di Kerajaan Yehuda. Nabi Yesaya dipanggil
menjadi nabi pada tahun 740 sebelum Masehi dalam usia kurang lebih 25 tahun. Ia berkarya
selama 40 tahun di antara bangsa Israel. Pada zaman nabi Yesaya berkarya, bangsa Israel
mengalami Kemerosotan moral. Terjadi ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan.
Rakyat kecil menjadi tumbal kekuasaan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Nabi Yesaya diutus untuk mengajak orang Israel bertobat dari ketidakadilan. Yesaya
menyadarkan mereka agar percaya kepada Allah. Yesaya juga mendorong para pemimpin
untuk hidup menurut ajaran Allah dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Allah akan
celaka dan binasa kalau tidak mendengarkan Allah. Yesaya kemudian meramalkan
perdamaian dunia dan kedatangan seorang mesias yang lahir dari keturunan Daud.

2. Kitab Yeremia

Kitab Yeremia memuat nubuatan, penglihatan, doa,


kata-kata nasihat, dan catatan sejarah. Tujuan dan tema
kitab ini adalah peringatan karena dosa serta hukuman yang
akan datang, disertai panggilan untuk kembali kepada
Tuhan. Di dalam kitab ini kita juga membaca tentang
kedatangan perjanjian baru (Yer. 31-33). Dalam perjanjian
baru itu, hukum-hukum Tuhan tidak akan ditulis di loh batu
lagi, tetapi akan terukir di hati dan pikiran manusia. Tetapi
sebelumnya, kita dapat menelusuri proses panggilan dan
pengutusan Tuhan kepada Yeremia, serta isi pesan-pesannya
di dalam seluruh kitab ini.
Menjalani panggilan ini, Yeremia pun kemudian dikenal
sebagai “nabi yang menangis”. Dia menangis dan
berkeluh-kesah karena kejahatan yang dibuat oleh umat Tuhan. Dia juga mengalami banyak
penderitaan dan aniaya. Bahkan orang sekampungnya sendiri pun ingin membunuhnya (Yer.
11:18-23). Pasyur, seorang imam yang adalah kepala di rumah Tuhan, memukul dan
memasung Yeremia di pintu gerbang rumah Tuhan (Yer. 20:1-6). Suatu kali saat Yeremia
menyampaikan Firman Tuhan di pelataran rumah Tuhan, semua imam, nabi dan seluruh
rakyat menangkap dia dan berteriak, “Engkau harus mati!” (Yer. 26:8). Yeremia juga
ditantang oleh nabi-nabi palsu. Nabi Hananya menjanjikan damai sejahtera demi
menyenangkan pendengarnya, tetapi itu adalah nubuatan dusta (Yer. 28). Raja Yoyakim pun
membakar gulungan kitab Yeremia, sehingga juru tulis harus menuliskannya lagi (Yer 36).
Raja Zedekia tidak mau mendengar pemberitaannya dan membuang Yeremia ke dalam
penjara dan kemudian ke dalam sebuah sumur. Yeremia dilepaskan dari sumur itu hanya
karena pertolongan Ebed-Melekh, seorang Etiopia yang merasa iba kepadanya (Yer. 37-38).
Yeremia menghadapi bangsa Yahudi sebagai umat Allah yang tidak setia. Semua
orang di bangsa itu tidak setia, termasuk para raja, para imam, para nabi, dan seluruh rakyat.
Mereka menyembah berhala dan tidak mendengarkan suara Tuhan (Yer. 2:13-37); mereka
memilih jalan yang sesat dan melupakan Tuhan (Yer. 3:21); mereka bodoh dan tolol, tanpa
pengertian, pintar berbuat jahat tetapi tidak tahu berbuat baik (Yer. 4:22); mereka tidak mau
menerima ajaran dan tidak mau bertobat (Yer. 5:3); mereka pendurhaka, pemfitnah dan
berlaku busuk (Yer. 6:28); mereka mencuri, membunuh, berzinah, bersumpah palsu,
membakar korban kepada Baal, dan mengikuti allah lain (Yer. 7:9). Rumah Tuhan menjadi
sarang penyamun (Yer. 7:11), karena umat Tuhan terus melangkah dari kejahatan satu kepada
kejahatan berikutnya dan tidak mau mengenal Tuhan (Yer. 9:3).
Yeremia memperingati umat Tuhan tentang kebinasaan yang akan datang yang akan
dicurahkan atas mereka akibat dosa-dosa yang sangat besar itu. Pada waktu dipanggil,
Yeremia melihat dua penglihatan. Yang pertama adalah sebatang dahan pohon badam, yang
bermakna bahwa Tuhan siap melaksanakan FirmanNya (Yer. 2:11-12). Yang kedua, dia
melihat periuk yang mendidih yang datang dari sebelah utara, yang bermakna malapetaka
yang akan menimpa Yehuda dari utara (Yer. 2:13-14). Malapetaka itu adalah kedatangan raja
Babel, Raja Nebukadnezar, untuk menghukum dan membinasakan Yerusalem serta Rumah
Allah dan membawa orang Yahudi sebagai tawanan ke Babel. Inilah tema utama dari seluruh
nubuatan Yeremia. Tuhan berkata melalui Yeremia, “Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan
suatu bangsa dari jauh menyerang kamu, hai kaum Israel,” (Yer. 5:15); “Sesungguhnya, Aku
akan mendatangkan malapetaka kepada tempat ini, sehingga telinga orang yang
mendengarnya, mendenging!” (Yer. 19:3). Yeremia bernubuat bahwa tawanan Yehuda akan
berlangsung selama 70 tahun, lalu barulah Tuhan akan mengembalikan mereka ke Yerusalem
(Yer. 25:9-12; 29:11). Dalam seluruh masa penyerangan Babel terhadap Yehuda, ada tiga
tahap yang juga diuraikan dalam kitab sejarah, Kitab Raja-Raja.
Yeremia bernubuat bahwa Raja Zedekia, raja terakhir dalam kerajaan Yehuda, akan
ditangkap dan matanya dibutakan, lalu diikat dan ditarik ke Babel, kemudian anaknya akan
dibunuh. Nubuatan itu digenapi tepat pada tahun 587 SM. Penggenapan nubuatan itu
menandai kesudahan kerajaan Yehuda.
Walaupun pesan yang diberitakan Yeremia banyak menegaskan dosa dan hukuman
yang pasti, namun ia juga membawa berita yang baik. Yeremia mengemukakan pemberitaan
tentang perjanjian baru dan harapan baru bagi umat Tuhan sesudah mereka dimerdekakan
dari tawanan. Yeremia menubuatkan bahwa Tuhan akan membawa kesehatan, pemulihan,
pentahiran, kegirangan, keselamatan, dan pemulihan kerajaan Daud serta penggenapan
perjanjianNya. Tuhan akan mengikat perjanjian yang baru, perjanjian yang kekal, dan akan
menaruh roh takut kepada Tuhan di dalam hati umat yang dikasihiNya. Kerajaan Daud akan
dipulihkan (Yer. 30-33).
Nebukadnezar akan mengalahkan Mesir. Mesir akan mengalami pembuangan dan
bencana. Semua dewa Mesir dan raja-raja dan yang percaya kepada para dewa itu akan
mengalami hukuman, tetapi Tuhan akan memelihara Israel. Tentang orang Filistin dikatakan
akan ada banjir dari utara dan kebinasaan dari pedang Tuhan. Moab akan dibinasakan dan
semua kotanya diserang karena keangkuhan dan kesombongannya. Amon akan hancur. Edom
akan menjadi kengerian dan akan ditunggangbalikkan seperti Sodom dan Gomora. Damsyik
akan dihanguskan. Kedar dan Hazor juga akan dipukul kalah oleh Nebukadnezar. Elam akan
dipatahkan dan orang-orangnya akan berserakan di antara bangsa-bangsa. Pada akhirnya,
bangsa Babel juga akan dikalahkan dan dibinasakan. Pedang akan menimpa mereka, dan
bangsa Babel akan direbut, jatuh dan pecah. Itulah pembalasan Tuhan kepada orang fasik,
pembalasan karena bait suciNya (Yer. 51:11).
Seluruh isi kitab Yeremia mengingatkan kita bahwa dosa memedihkan hati Tuhan dan
pada akhirnya hanya membawa hukuman atas mereka yang melakukannya, karena dosa
adalah meninggalkan Dia, FirmanNya, dan perintahNya. Dengan pengertian ini, marilah kita
berlomba-lomba meninggalkan dosa dan mengejar kekudusan, agar pada akhirnya nanti kita
bisa menghadap Tuhan yang Maha Kudus itu dengan menyenangkan hatiNya.

3. Kitab Ratapan

Kitab Ratapan merupakan kelanjutan dari kitab Yeremia. Isi kitab Ratapan adalah
kata-kata ratapan tentang kejatuhan Yerusalem dan pembinasaan rumah Allah pada waktu
serangan Babel, kira-kira pada tahun 586 SM. Bait Allah sudah berdiri selama 400 tahun,
namun dengan serangan dari Babel, bangunan itu dihancurkan. Itu adalah suatu peristiwa
tragis dalam sejarah Israel, yang sebenarnya sebelumnya telah dinubuatkan juga.
Penghancuran Yerusalem dan Bait Allah itu sudah dinubuatkan Yeremia sebelum terjadinya,
dan bahkan juga dialaminya langsung secara pribadi (2 Taw. 35:25; 36:21-22; Yer. 39:1-18).
Karena nyanyian ratapan ini, dia disebut “nabi yang menangis”.
Kerajaan Israel yang di utara, yaitu yang terdiri dari sepuluh suku, ditawan oleh Asyur
(721 SM) karena dosanya yang sangat besar. Kerajaan Yehuda yang di selatan, yaitu suku
Benyamin dan Yehuda, bertahan lebih lama, namun mereka tidak belajar dari pengalaman
kerajaan utara itu. Mereka menjadi semakin jahat, semakin meninggalkan Tuhan, dan makin
menyembah berhala. Walaupun ada kegerakan rohani yang membawa pemulihan
sewaktu-waktu untuk beberapa tahun (seperti pada zaman Yosia yang tercatat di 2 Raja-Raja
22-23), mereka kembali jatuh lagi dalam dosa sampai akhirnya saat penghakiman tiba.
Tiga kali Yerusalem diserang oleh raja Babel, Nebukadnezar. Pada serangan yang
ketiga kalinya, Yerusalem dikepung oleh tentara Babel selama 18 bulan sampai makanan
habis. Akhirnya, tentara Babel masuk dan alat-alat dari rumah Tuhan dibawa ke Babel,
sedangkan rumah Allah dibakar dan tembok Yerusalem dan kotanya dihancurkan. Peristiwa
yang sangat tragis inilah yang menjadi konteks kitab Ratapan.
Pada Ratapan 1, membahas tentang “Perkabungan bagi kota Yerusalem”, Ratapan 2
membahas tentang “Perkabungan karena apa yang dibuat Tuhan kepada Sion”, Ratapan 3
membahas tentang “Perbuatan Tuhan kepada nabi Yeremia”, Ratapan 4 membahas tentang
“Yeremia menangisi kehancuran kota Sion dan bait Allah”, dan Ratapan 5 membahas tentang
“Doa untuk pertobatan dan pemulihan umat Tuhan”.
Kitab Ratapan berakhir dengan pertanyaan. “Apakah Engkau sudah membuang kami
sama sekali? Sangat murkakah Engkau terhadap kami?” Kitab ini mengajar kita semua untuk
berfokus kepada Tuhan. Dialah sumber dan yang berdaulat atas segala sesuatu, yang baik dan
juga yang tidak baik. Di dalam penderitaan dan sengsara, kita tahu bahwa Dia menghukum
perbuatan dosa tetapi juga memberi kemurahan.
4. Kitab Yehezkiel

Tujuan utama dari kitab Yehezkiel adalah supaya umat


Tuhan sadar akan dosa dan bertobat serta kembali kepada
Tuhan. Yehezkiel bernubuat kepada mereka yang dilahirkan
dalam penawanan supaya mereka mengaku dosa yang sudah
membawa hukuman berat atas Israel serta untuk menguatkan
imannya dengan janji tentang pengembalian ke tanah
mereka, pemulihan kerajaan Daud, dan pembalasan kepada
musuh. Tuhan menegur dan mengancam umatNya karena
dosa mereka, tetapi pada akhirnya Dia menjanjikan
penghiburan dan rahmat. Janji tentang kedatangan Injil dan
Mesias juga termasuk di sini.
Kitab ini diawali dengan persiapan Yehezkiel untuk
pelayanannya. Dia melihat Tuhan dalam kemuliaannya di Bait Allah yang surgawi. Di
sepanjang sejarah, Tuhan memanggil hambanya dengan cara berbeda-beda. Musa melihat
belukar yang menyala-nyala, Yesaya melihat Allah dalam baitNya, Paulus melihat visi sosok
Yesus, Yohanes melihat ruang takhta Allah, dan Yehezkiel sendiri melihat visi tentang empat
makhluk hidup dan takhta Allah serta mendengar panggilan untuk menyampaikan
perkataan-perkataan Tuhan kepada bangsanya. Dia diperintahkan untuk makan sebuah
gulungan kitab yang rasanya manis di mulut tetapi pahit di perut, sama seperti Rasul Yohanes
(Why. 10:9-10). Dia diutus kepada orang buangan dan ditetapkan sebagai penjaga kaum
Israel. Tanggung jawabnya adalah memberitakan peringatan, entah mereka menerima atau
menolak peringatan itu. Dia melihat kemuliaan Tuhan dan dipenuhi Roh Allah dan
demikianlah dia diperlengkapi dan diurapi sebagai nabi (Yeh. 1-3).
Yehezkiel disuruh memberitakan Firman dan juga melakukan tindakan profetis.
Pertama, Yerusalem dilambangkan dengan sebuah batu bata yang dikepung dengan alat
pendobrak. Yerusalem akan dikepung. Sesudah itu, Yehezkiel mencukur rambutnya dan
membagi rambut itu menjadi tiga bagian, yang melambangkan bagaimana Yerusalem akan
ditimbang sesudah dikepung lalu sepertiga bagian akan dibakar dengan api, sepertiga lainnya
akan dibunuh dengan pedang, dan sepertiga sisanya akan dihamburkan ke dalam angin dan
dicerai-beraikan. Hukuman diumumkan atas gunung-gunung Israel. Kesudahan Israel akan
terjadi dengan bencana, malapetaka, dan huru-hara karena murka Allah (Yeh. 4-7).
Yehezkiel bukan hanya bernubuat tentang umat Tuhan, tetapi juga tentang
bangsa-bangsa yang di sekeliling Israel. Yehezkiel sudah menyatakan bahwa Yehuda berdosa
dan akan dihukum oleh Babel (Yeh. 1-24). Ini peringatan untuk bangsa-bangsa tentang
hukuman yang akan datang. Pasal-pasal ini menyatakan peristiwa pada masa antara serangan
mula-mula oleh Nebukadnezar dan serangan terakhir waktu Yerusalem jatuh. Dalam
pasal-pasal ini, Allah menyatakan bahwa Dia bukan saja menghukum umatNya tetapi juga
akan membawa hukuman atas bangsa-bangsa di dunia.
Dalam sembilan pasal terakhir, Yehezkiel melihat penglihatan-penglihatan ilahi. Dia
melihat tanah Israel dan kota Yerusalem yang baru. Dia juga melihat Bait Suci yang baru.
Ada penjelasan tentang temboknya, biliknya, pintunya, jendelanya, tangganya dan lain
bersama dengan ukurannya. Kemuliaan Allah memenuhi Bait Suci yang ditetapkan sebagai
tempat takhtaNya dan tempat tapak kakiNya, yaitu tempat Dia akan diam di tengah-tengah
umatNya selama-lamanya. Tidak lagi akan ada dosa, pemberontakan, kekerasan, kenajisan
atau kekejian. Inilah gambaran umat Tuhan yang sempurna.
Demikianlah Yehezkiel membawa panggilan pertobatan bagi kita, umat Tuhan yang
hidup pada akhir zaman. Marilah kita sadar dan bertobat dan meninggalkan segala dosa dan
hidup menurut Perjanjian Baru supaya kita lepas dari hukuman Allah. Dengan demikian,
kekudusan dan kemuliaan Tuhan akan dinyatakan di tengah kehidupan kita dan segala bangsa
akan mengetahui bahwa Dialah Tuhan, Dialah Allah.

5. Kitab Daniel

Ada banyak kesamaan tema antara kitab Daniel


dengan kitab Wahyu. Baik Daniel maupun Yohanes
bernubuat tentang akhir zaman. Keduanya melihat
Yesus. Keduanya bernubuat tentang tiga setengah
tahun terakhir. Keduanya melihat kebangkitan orang
mati dan hukuman yang terakhir. Serta, keduanya
menulis tentang waktu dan zaman. Dalam artikel ini,
kita akan mempelajari isi bagian 1 dalam kitab
Daniel.
Pada Daniel 1, membahas tentang “Pembuangan ke Babel: Tuhan sanggup
melindungi umatnya”, Daniel 2 membahas tentang “Mimpi Nebukadnezar tentang patung:
Tuhan sanggup menerangkan masa depan manusia”. Mimpi itu adalah tentang patung besar
dengan bagian kepala dari emas, bagian dada dari perak, bagian pinggang dari tembaga,
bagian paha dari besi, serta bagian kaki sebagian dari besi dan sebagian lainnya dari tanah
liat. Lalu sebuah batu terungkit lepas dari gunung dan menimpa patung itu sampai jatuh dan
remuk. Ini adalah wahyu penting sebagai nubuatan tentang sejarah manusia dari saat itu.
Makna dari mimpi itu adalah:
- Kepala emas adalah raja Babel, Nebukadnezar, dan kerajaan Babel.
- Dada perak adalah Raja Koresy dari Farsi, Raja Darius dari Media, dan kerajaan
Medo-Farsi.
- Pinggang tembaga adalah Raja Iskandar Agung dan kerajaan Yunani.
- Paha besi adalah kaisar Roma dan kerajaan Roma.
- Kaki yang sebagian besi dan sebagian tanah liat adalah sepuluh kerajaan akhir zaman
yang bergabung dengan Antikristus.
- Batu yang lepas dari gunung adalah Kerajaan Kristus dan umatNya, yaitu Gereja.
Pada Daniel 6, menceritakan tentang “Daniel dibuang ke dalam gua singa: Tuhan
sanggup melepaskan orang kudusnya dari bahaya”. Darius mengangkat 120 wakil-wakil raja
atas kerajaannya dan tiga pejabat tinggi, termasuk Daniel. Yang lain menjadi iri hati
kepadanya. Mereka mencari alasan dakwaan terhadap Daniel tetapi karena tidak dapat
menemukan kesalahan atau kelalaian padanya, mereka bermufakat untuk membinasakan dia.
Orang-orang yang iri hati itu tahu bahwa Daniel setia dalam berdoa kepada Tuhan, maka
mereka membujuk raja untuk mengeluarkan perintah supaya selama 30 hari ada larangan
menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada raja.
Perintah ini disertai dengan sanksi. Siapa yang melanggar akan dilemparkan ke dalam gua
singa.
Ketika didengar Daniel bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah dia ke
rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem. Tiga
kali sehari dia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Pada
waktu itu Daniel sudah berumur kira-kira 90 tahun. Selama dia hidup, Daniel setia. Dia tidak
bersembunyi atau berhenti dari kebiasaannya berdoa.
Musuh-musuhnya mendapati Daniel sedang berdoa, lalu menghadap raja untuk
menuntut supaya Daniel dibuang ke dalam gua singa. Raja itu sangat sedih, tetapi tidak bisa
menolong Daniel. Daniel dilemparkan ke dalam gua singa.
Keesokan paginya, raja menemukan Daniel masih hidup. Raja bersukacita,
mengeluarkan Daniel, dan membuang para musuhnya ke dalam gua singa itu. Selain itu, raja
itu mengeluarkan perintah supaya semua orang harus takut kepada Allahnya Daniel dan
mengaku bahwa “Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya;
pemerintahanNya tidak akan binasa dan kekuasaanNya tidak akan berakhir.”
Dari pasal ini, kita melihat sekali lagi bahwa Tuhan adalah Raja diatas segala raja dan
Tuhan atas segala tuhan. Dia sanggup memelihara orang yang setia dari maut. Untuk kedua
kalinya dalam kitab ini kita melihat kebenaran yang diucapkan Yesus, “Karena barangsiapa
mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya (Mat. 16:25).

6. Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia

Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia atau hanya Kitab Barukh
merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kelompok
kitab-kitab kenabian, khususnya dalam kelompok nabi-nabi
besar, dan menjadi bagian dari golongan Deuterokanonika pada
Perjanjian Lama bagi kanon Kitab Suci Katolik. Kitab Barukh
dan Surat Nabi Yeremia tidak dianggap kanonik oleh Alkitab
Ibrani (Tanakh) dan dianggap sebagai apokrifa dalam kanon
Alkitab Protestan.
Nama "Barukh" merujuk pada tokoh Barukh bin Neria, yaitu
teman dekat, yang juga menjadi juru tulis dan murid, dari nabi
Yeremia yang hidup pada abad ke-6 SM. Nama "Surat Nabi Yeremia" diterjemahkan dari
nama kitab/bagian kitab ini yang merujuk pada tema surat ini yang berbentuk surat dan tradisi
yang menyebutkan bahwa surat ini ditulis oleh Nabi Yeremia.
C. Nabi Kecil

Dalam Perjanjian Lama pada Alkitab Kristen, kitab-kitab tersebut (minor prophets)
tetap dalam bentuk dua belas kitab terpisah, dan dikumpulkan dalam kelompok bernama
nabi-nabi kecil atau dua belas nabi kecil, yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih
besar, yaitu kitab-kitab kenabian. Letak kitab-kitab ini adalah pada akhir Perjanjian Lama.
Istilah "kecil" di sini merujuk kepada isi kitab-kitab tersebut yang lebih pendek atau tipis
daripada kitab-kitab yang dikelompokkan dalam nabi-nabi besar, bukan karena pencapaian
atau kepentingan dari nabi dalam kitab-kitab tersebut.

1. Hosea

2. Yoël
3. Amos

Amos adalah seorang nabi di Israel pada abad ke-8 SM.


Tidak ada yang dapat diketahui mengenai nabi Amos di luar
tulisannya. Ia penduduk Tekoa wilayah Yehuda, yang
terletak kira-kira 16 km sebelah selatan Yerusalem dan 6 km
sebelah selatan Bethlehem. Desa Tekoa terletak di
perbukitan kurang lebih seribu meter di atas permukaan
laut. Wilayah pertaniannya subur, memiliki beberapa
sumber air, dan menjadi tempat pengintaian yang penting
dalam pertahanan wilayah Yehuda. Amos dipanggil dari
desa tersebut untuk menyampaikan warta di tempat
peziarahan Betel. Ia bukan nabi profesional yang terikat
pada salah satu tempat peziarahan atau ibadah, tetapi sesuai
dengan pengakuannya, ia adalah seorang peternak dan
pemelihara pohon kurma atau pencari buah hutan. Sehingga, kemungkinan besar ia tidak
diasuh dalam golongan para nabi dan tidak melalui pendidikan untuk menjadi nabi di sekolah
atau perkumpulan.
Menurut catatan (Amos 1:1), Amos berkarya pada masa pemerintahan raja Uzia, dari
Kerajaan Selatan dan dalam zaman Yerobeam II, anak Yoas, Kerajaan Utara. Pada masa itu,
Kerajaan Utara mengalami masa-masa kejayaannya, terutama di bidang ekonomi, militer dan
politik. Akan tetapi, Amos menjumpai banyak ketidakadilan sosial yang marak dalam
masyarakat; perdagangan internasional yang luas untuk keuntungan para penguasa;
praktik-praktik bisnis yang penuh tipuan terhadap orang miskin dan tak berdaya; dan
perampasan tanah milik orang yang miskin. Pada saat itu upacara-upacara keagamaan terus
dipelihara, tetapi hal itu dilaksanakan beriringan dengan sifat kefasikan. Korban persembahan
yang mahal diberikan, namun merupakan uang pemberian mereka yang miskin.
Sebagai seorang gembala yang dipilih Allah, Amos bertugas untuk mewartakan
tanda-tanda penghakiman dan bahwa kesudahan Kerajaan Utara segera datang. Ia
mewartakan pengadilan yang amat keras dan kuat bagi raja dan bagi umat Israel, bahwa tanah
mereka akan hilang, umat akan diusir dan para pemimpin akan hancur karena perang. Ia
menekankan wibawa kekuasaan dan kasih Allah yang harus dinyatakan bagi kehidupan
bersama dalam kasih dan keadilan, terutama bagi mereka yang tersisih dan tertindas. Amos
menghubungkan ketidakadilan yang terjadi di sekelilingnya dengan kecenderungan
memperkaya diri dan mengabaikan perintah Allah untuk memperhatikan kepentingan
bersama. Amos juga menyampaikan kritik, peringatan dan ancaman terhadap kebiasaan hidup
masyarakat yang hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri dan tidak mengingat karya
kasih Allah terhadap mereka. Dalam hal keagamaan, Amos menyampaikan kritiknya bahwa
ibadat mereka tidak akan berkenan jika tidak didasari sikap hati bertobat dan iman yang
hidup, serta tercermin dalam kehidupan manusia dengan sesamanya. Sebab, Allah
mengerjakan keselamatan tidak hanya bagi Israel tetapi juga bagi segala bangsa. Selain itu,
salah satu yang menarik dalam pewartaan Amos adalah hilangnya peringatan terhadap
penghormatan dewa/dewi, yang menjadi ciri khas kritik nabi-nabi sezamannya. Sehingga,
Allah diakui sebagai Allah yang universal, Tuhan yang Esa. Sikap dan paham monoteisme
yang akan berkembang dalam apa yang disebut "deutero Yesaya". Gaya bahasa Amos
sederhana namun sangat keras dan tajam, berisi kecaman dan ancaman, sebab israel terlena
akan statusnya sebagai umat pilihan Allah. Keseluruhan dari pewartaan Amos dapat
digambarkan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: lima penglihatan yang menjadi
isyarat akan nasib kerajaan Utara; pertikaian Amos dengan imam Amazia; dan diskusi Amos
dengan para pendengar mengenai relasinya dengan Allah.
Jika disejajarkan dengan nabi-nabi yang hidup sezaman dengannya, Amos
memberikan arah pemikiran yang baru, yaitu bahwa Yahweh tidak lagi dilihat sebagai Allah
nasional Israel yang secara khas menjadi Allah bangsa yang melindungi dan menjaga
terhadap serangan bangsa lain, tetapi sebagai Allah yang kekuasaan dan kewibawaannya
melingkupi dan untuk segala bangsa. Allah dipandang secara esa dan universal. Amos juga
memiliki pemikiran yang khas bahwa keadilan merupakan ciri moral yang paling penting dari
sifat ilahi, sehingga jika Allah itu adil maka ketidakadilan, ketidakjujuran, kebejatan moral
tidak dapat ditolerir oleh Allah dan harus mendapat pembalasan yang keras dari Allah.

4. Obaja

5. Yunus
6. Mikha

7. Nahum

8. Habakuk
9. Zefanya

10. Hagai

11. Zakharia

12. Maleakhi

Anda mungkin juga menyukai