Dalam KSPL, periode kitab para nabi merupakan periode penafsiran Hukum Tau
rat supaya tetap aktual dan dihidupi oleh bangsa Israel. Para nabi mengingatkan bangsa
Israel agar tetap ingat akan Taurat dan perjanjian mereka dengan Allah.
Permasalahannya adalah bahwa bangsa Israel tidak menaati dan tidak setia pada
perjanjian dengan Allah. Ketidaksetiaan itu membawa Israel pada penderitaan: pembua
ngan ke negeri lain. Allah murka terhadap umat-Nya. Kemurkaan itu secara nyata memb
awa Israel pada kehancuran dirinya. Di sinilah, pembaruan janji melalui nubuat itu mun
cul melalui perantaraan para nabi. Allah menjanjikan sebuah kehidupan yang baru, kera
jaan Israel yang kekal di mana Allah yang akan meraja. Dalam janji itu, tersirat sebuah h
arapan akan kehidupan yang ideal, inilah yang dimaksudkan sebagai Kerajaan Allah dal
am periode kitab para nabi. Janji itu terpenuhi dan memuncak pada diri Yesus Kristus S
ang Mesias yang menghadirkan Kerajaan Allah secara eksplisit.
1
Ibid., John Feullenbach, 54-63.
“Aku hendak membuat sesuatu yang baru” (Yesaya 43:19). Segala sesuatu harus
dinantikan dari masa yang akan datang. Penantian Israel akan janji Allah menjadi warta
pokok nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Hosea.2 Kerajaan Allah
Segala seuatu yang “Baru” sebagai pemenuhan janji Allah kepada Israel mengarti
kan bahwa yang lama harus berakhir dan memberikan jalan kepada yang baru. Konsep
kebaruan dalam kehidupan ini pertama-tama merupakan sebuah kenyataan baru dalam
realitas sosial-politik Israel. Namun, hal ini juga termasuk di dalamnya perubahan dari d
alam diri orang-orang Israel: hati yang baru (Yehezkiel 36: 24-28), perjanjian baru (Y
eremia 31:31-34), Umat Allah yang Baru yang merangkum seluruh umat manusia sepert
i yang diungkapkan di dalam penglihatan Yesaya: tentang ziarah bangsa-bangsa ke Yeru
salem (Yesaya 2:1-5, 19, 16-25), orang mati akan bangkit untuk mengambil ciptaan baru
(Yesaya 26:19, Yehezkiel: 37).3
C. Harapan Apokaliptis
Kitab Daniel ditulis pada masa pembaruan Helenis dan berkait dengan usaha Hel
enis di bawah Antiokhus Epiphanes. Kitab Daniel ditulis dengan latar belakang pengejar
an, teror dan kematian. Di dalam situasi penuh keputusasaan (penganiayaan dan penind
asan), bangsa Yahudi dengan penuh harap mencari “wahyu ilahi”. Harapan apokaliptis
menekankan suatu campur tangan Allah yang akan membuat dunia berubah rupa. Masa
kini dan masa yang akan datang dipertentangkan secara lugas, bahwa Kerajaan Allah itu
akan sama sekali berbeda dengan situasi yang memenderitakan saat ini. 4
2
Ibid., 62.
3
Ibid., 63.
4
Ibid., 64.
A. Sekilas Tentang Nabi Yesaya & Kitab Nabi Yesaya
Yesaya melayani sebagai nabi dalam kerajaan Yehuda (selatan) selama masa
pemerintahan raja Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia (Yes.1:1). Yesaya menyampaikan pesan
Allah kepada bangsa Yahudi selama kira-kira 40 tahun, dari tahun 740 sampai 700 SM.
Menurut Bernard Duhm, Kitab Yesaya terbagi dalam tiga kategori:
1. Proto-Yesaya (Yesaya Pertama) mulai pasal 1-39 (th. 740-690 SM).
2. Deutero-Yesaya (Yesaya Kedua) mulai pasal 40-55 (th. 597-538 SM dihitung sejak
masa pembuangan di Babylonia).
3. Trito-Yesaya (Yesaya Ketiga) mulai pasal 56-66 (selama dan pasca-pembuangan
sekitar abad ke-6 SM).5
Menurut Groenen, Kitab Yesaya Bab 40-66 memang berasal dari nabi-nabi lain
yang berkarya pada zaman lain pula. Meskipun ditulis oleh nabi yang berbeda, namun
nadanya serupa sehingga semua dipersatukan menjadi satu Kitab Yesaya. Deutero-
Yesaya dan Trito-Yesaya terpengaruh oleh pemikiran dan gaya penulisan nabi Yesaya
sehingga dianggap sebagai pengikut atau pendukung Yesaya juga.6
5
John J. Collins, Introduction to The Hebrew Bible (Minneapolis: Fortner Press, 2004), 379.
6
C. Groenen, Op.Cit., 216-217.
7
Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris (Ed.), The Collegeville Bible Commentary (Minnesota: The Litur
gical Press, 1989), 509-514.
1. Bab 1-39 berasal dari zaman ketika Yehuda, kerajaan selatan, diancam
oleh Asyur, negara tetangga yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang
sesungguhnya mengancam kehidupan Yehuda bukanlah kekuatan Asyur, tetapi
dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat dan kurang percaya
kepada Tuhan. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan, Nabi Yesaya
mendorong rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut
kehendak Tuhan dan berlaku adil. Ia mengingatkan bahwa umat Tuhan akan celaka
dan binasa kalau tidak mau mendengarkan Tuhan. Yesaya juga meramalkan
perdamaian dunia dan kedatangan seorang keturunan Daud yang akan
menjadi raja yang diidam-idamkan.
2. Bab 40-55 ditujukan kepada orang-orang Yehuda akan hidup dalam pembuangan
di Babel. Mereka dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan
bahwa tak lama lagi Tuhan membebaskan umat-Nya dan membawa mereka
pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup baru. Tema penting bagian
ini ialah bahwa Tuhan itu Tuhan yang menguasai sejarah, dan bahwa Ia
merencanakan untuk mengutus umat-Nya ke segala bangsa yang akan diberkati
melalui Israel. Ayat-ayat tentang "Hamba Tuhan" merupakan salah satu bagian yang
paling terkenal dari Perjanjian Lama.
3. Bab 56-66 sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali
di Yerusalem. Mereka perlu diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi janji-
janji-Nya kepada bangsa itu. Perhatian khusus diberikan kepada cara hidup yang
benar dan keadilan; juga kepada cara merayakan hari Sabat,
mempersembahkan kurban dan doa. Ayat-ayat penting ialah 61:1-2,
“Roh Tuhan ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku…”,
dipakai Yesus dalam Perjanjian Baru untuk menyatakan panggilan-Nya ketika
memulai tugas-Nya di dunia.
10
Raymond E. Brown, dkk. (Ed.), The New Jerome Biblical Commentary (London: Geoffrey Chapman, 198
9), 246.
11
Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris (Ed.), Op. Cit., 544.
Janji Daud merupakan dasar teologi Yesaya (Mazmur 2:6,7). Oleh karena itu,
konsep bahwa Allah berada di Kenisah (Gunung Sion, Yerusalem) sangat kuat. Ini juga
mempengaruhi adanya hubungan Bapa dengan Anak antara Allah dengan Raja Israel
(Mazmur 110:1; 45:7), bahkan raja disebut sebagai allah. 12 Hal ini dikarenakan Yesaya
—walaupun lebih terlihat dalam Deutero-Yesaya—dipengaruhi oleh tradisi ibadah
Israel di dalam kultus bait Allah sebelum pembuangan.
Pada zaman Yesaya, umat Tuhan terdiri dari dua kerajaan. Kerajaan Israel, yaitu
sepuluh suku dengan pusatnya di kota Samaria di Israel Utara yang sering disebut
sebagai Efraim, dan Kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua suku dan berpusat di kota
Yerusalem di Israel Selatan. Yesaya tinggal dan melayani di kerajaan Yehuda, tetapi
nubuatannya ditujukan kepada kedua kerajaan itu bahkan juga ada nubuatan yang
ditujukannya kepada bangsa-bangsa lain.
Keselamatan bagi Yesaya tidak identik dengan kekayaan dan kemakmuran,
tetapi dengan ibadat murni kepada Allah YHWH. Teologi kerajaan Yesaya mencetuskan
kerajaan ideal yang digambarkan dalam Yesaya 11.13 Kerajaan yang ideal bukanlah
kerajaan yang penuh kuasa, melainkan penuh kesederhanaan dan damai. Konsep inilah
yang mendasari pemahaman orang Kristen perdana mengenai konsep “Kerajaan Allah”.
Kerajaan Allah terwujud dalam tempat-tempat yang memperjuangkan kesederhanaan
dan kedamaian, namun masih di lingkup sekitar Bangsa Israel saja. Misalnya, bangsa-
bangsa yang mengelilingi Israel, yaitu Babel (Yes. 13-14:23), Asyur (14:24-27), Filistia
(14:28-32), Moab (15-16), Damsyik (17), Etiopia (18), Mesir (19-20), Babel untuk kedua
kalinya (21:1-10), Duma atau Edom (21:11-12), Arabia (21:13-17), Yerusalem (22), dan
Tirus (23). Kendatipun mereka sempat dihancurkan oleh murka Allah, namun sekaligus
dikasihani. Maka, mewujudlah “Kerajaan Allah” atas tanah mereka.
F. WHY: Mengapa Kitab Yesaya Begitu Penting dalam Kaitannya dengan Warta
Kerajaan Allah?
Kitab Yesaya sangatlah penting dan relevan karena membuka rahasia Injil bahwa
segala bangsa akan menemukan keselamatan dalam Anak Daud, Mesias, yang akan
membawa damai sejahtera. Hukuman dan pembalasan Tuhan akan dosa dan kejahatan
pun pasti akan datang. Juga, di dalam kitab inilah ada begitu banyak janji mulia tentang
kasih dan anugerah-Nya bagi manusia. Dalam Yesaya 13-23, misalnya, terdapat berita
khusus bagi bangsa-bangsa. Ada 12 bangsa yang diberi pesan dan nubuatan dari Tuhan,
yang akan digenapi pada hari Tuhan .Tuhan berjanji akan memelihara Israel (14:1-2),
memberi kebebasan dari Asyur (14:25), meletakkan dasar di Sion (14:22), memulihkan
kerajaan dan kemah Daud (16:5), membawa bangsa lain ke Sion (18:7), mengadakan
persatuan antara Mesir, Asyur dan Israel (19:23-25), dan memulihkan kunci rumah
Daud kepada Dia yang akan membuka dan tidak ada yang dapat menutup (22:20-23).
Sion diperlihatkan sebagai kota perlindungan, bukit Tuhan, tempat kerajaan dan
tempat kediaman Tuhan. Semua nubuatan itu merupakan sebagian rahasia Allah yang
disembunyikan dalam Perjanjian Lama, yang digenapi dalam Perjanjian Baru. Inilah
rahasia Sion sebagai gambaran umat Tuhan, yaitu jemaat Kristus (Ibr. 12:22). Kristus
adalah batu dasar di Sion (1 Ptr. 2:16), Yesus akan duduk di kemah Daud (Kis. 15:16),
dan Yesus memegang kunci Daud (Why. 3:7). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
penggenapan tulisan Nabi Yesaya tampak di dalam Kristus dan JemaatNya.
Kitab Yesaya juga menjadi penting karena menekankan “kekudusan” sebagai
unsur pokok perwujudan “Kerajaan Allah”. Pusat teologi Yesaya dikenal dengan visinya
mengenai Allah sebagai ‘Yang Kudus dari Israel’ yang dikemukakan secara hidup dalam
Yesaya 6.15 Karena hal inilah, Yesaya bersikap sangat kritis terhadap raja-raja Yehuda
dalam peranan politiknya. Ia tidak mau keputusan ‘Yang Maha Kudus Israel’
bertentangan dengan para bijak dan penasihat profesional raja, melainkan harus
sinkron. Yesaya tidak naif berpendapat bahwa Allah wajib melindungi umat-Nya
sekalipun mereka telah hidup baik, melainkan tetap mengakui bahwa penderitaan dan
kehancuran akan datang. Tema ini dikumandangkan dalam nama anaknya ‘Syear-
14
Op. Cit., C. Groenen, 224.
15
Collins, op.cit., 379.
Yashub’ yang berarti ‘sebuah sisa akan kembali’ (Yes. 7). Menurut Collins, dari sisa
inilah diharapkan muncul ‘kerajaan ideal’ (Kingship) di masa mendatang (Yes. 11)
dan Gunung Sion akan ditinggikan bagi semua bangsa pada waktu yang akan datang
menjadi sebuah ‘kerajaan Ideal’ (Kingdom) dalam Yesaya 2.
16
Bdk. “Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput , singa akan makan jerami seperti
lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di
segenap gunung-Ku yang kudus," firman TUHAN.“ (Yesaya 65:25). Bdk. Raymond E. Brown, dkk. (Ed.), Op.
Cit., 233.
Tuhan akan membalut luka umatNya dan menyembuhkan bekas pukulannya (30:18-26).
Seorang raja akan memerintah dengan kebenaran dan akan ada perlindungan (32:1-3).
Roh akan dicurahkan dan akan datang keadilan, kebenaran, damai sejahtera, ketenangan
dan ketenteraman. (32:15-20). Akhirnya, orang akan memandang Raja dalam
kemuliaanNya, dan Sion, kota pertemuan raya, akan menjadi rumah yang kekal tempat
kediaman yang aman (33:16-24).
Deutero Yesaya dalam penglihatannya tentang masa depan Israel, memberi gam
baran bahwa Israel kembali ke zaman non-kerajaan. Yahwe akan menjadi raja atas Israe
l, tidak ada raja duniawi. Yahwe juga bukan hanya akan meraja bagi Israel, namun bagi s
emua bangsa.17
Kerajaan yang akan datang itu secara spiritual dapat dilihat dalam kenyataan ba
hwa Roh dari tempat yang tinggi akan dicurahkan kepada semua orang yang percaya (Y
esaya 32: 15). Hidup yang baru itu menemukan pengungkapannya dalam penyembahan,
syukur, dan pujian (Yesaya 43:21).
1. Nabi Yesaya, Deutero Yesaya, dan Trito Yesaya menubuatkan tentang Kerajaan Allah
kepada Bangsa Israel.
2. Kitab Yesaya mengajarkan tentang kekudusan Allah, sekaligus Allah juga menuntut
hidup yang kudus dari umat-Nya. Kekudusan=”unsur dasar” Kerajaan Allah (Bdk. Why
21:27).
3. Kitab Yesaya mengajarkan bahwa kelahiran dan penderitaan dari Mesias (Tuhan
Yesus) sudah menjadi rencana Allah. Yesaya menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah
perwujudan daripada Allah yang perkasa, Penasihat yang Ajaib, Bapa yang kekal, dan
Raja Damai (Yes. 7-11). Dia-lah yang menjadi korban dari dosa-dosa manusia (Yes. 53).
4. Kitab Yesaya mengajarkan bahwa dunia akan mengalami masa penghukuman atau
kehancuran. Sebab, Tuhan tidak dapat membiarkan dosa tanpa dihukum (Yesaya 1:2;
2:11-20; 5:30; 34:1-2; 42:25). Yesaya menggambarkan penghakiman Allah yang akan
datang sebagai "api yang tidak dapat dipadamkan" (Yesaya 1:31; 30:33). Namun, pada
waktu bersamaan, Yesaya mengerti bahwa Allah memiliki belas kasih, pengampunan,
dan rahmat (Yesaya 5:25; 11:16; 14:1-2; 32:2; 40:3;
III. WARTA KERAJAAN ALLAH DALAM KITAB YEREMIA
A. Sekilas Tentang Nabi Yeremia dan Kitab Yeremia (ditulis 627-586 BC)
Nabi Yeremia lahir di sekitar tahun 650 SM. Ia berasal dari sebuah keluarga
imam yang berkediaman dekat kota Yerusalem. Ia dipanggil Allah sebagai nabi-Nya
pada tahun 626 yaitu pada tahun ke-13 pemerintahan raja Yosia. Pada waktu itu
Yeremia masih muda. Walaupun demikan, Ia tetap menunaikan tugasnya dalam zaman
yang tragis bagi bangsa Israel, dalam zaman yang mendahului (sekaligus menyaksikan)
kehancuran kerajaan Yahudi.
Kitab Yeremia ditulis oleh nabi bernama Yeremia dengan tujuan mengajak
bangsa Israel untuk berpaling dari dosanya dan kembali kepada Allah. 18 Yeremia
17
John Feulleunbach, p. Cit., 66.
18
Bdk. Life Application Study Bible, NIV (USA: Tyndale House Pub. Inc., 1997), 573.
melakukan pelayanannya kira-kira 80 atau 100 tahun sesudah nabi Yesaya, suatu
pelayanan yang berlangsung kira-kira 40 tahun19, selama pemerintahan 5 orang raja
Yehuda yang terakhir (Yer 1:1-3).20 Selama pelayanannya, Yeremia tidak pernah
disambut dengan ucapan terima kasih. Sebagai juru bicara Tuhan, ia sendirian, tidak
berkawan, suaranya tidak diindahkan, bahkan, ia dihina, namun ia tetap teguh dan
berani.21
C. Nubuat Yeremia tentang Kedatangan Kerajaan Allah dan Pemulihan Israel Seba
gai Suatu ‘Perjanjian Baru’
Yeremia meramalkan seorang penguasa keturunan Daud, yaitu Mesias (Yeremia
23: 5-6).22 Yeremia muncul sebagai nabi ketika Israel berada dalam masa pembuangan.
Ia termasuk dalam salah satu dari nabi-nabi besar dalam sejarah bangsa Israel. Yeremia
adalah seorang anak dari Hilkia, imam di Anatot (Yer.1:1). Sebagai anak dari seorang
imam, Yeremia dibesarkan dengan pemahaman yang cukup mengenai Allah 23. Nubuat
Yeremia berisi tentang hukuman dari Allah dan keselamatan setelah hukuman itu
19
Bdk. J. Sidlow Baxter, Explore The Book, (London: Marshall Morgan & Scott Ltd, 9952), terj. Sastro
Soedirjo, Manggali Isi Alkitab 2 Ayub - Maleakhi (Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993), 213.
20
Lima raja tersebut adalah Yoahas, Yosia, Yoyakim, Yoyakin, dan Zedekia. (lih. Raj 21-25).
21
J. Sidlow Baxter, op.cit, 216.
22
Bdk. C. Groenen, Op. Cit., 51.
terjadi. Dalam kenyataannya, pembuangan di Babel adalah bentuk hukuman yang telah
terjadi dan pertanyaan yang muncul kemudian adalah “apakah keselamatan akan
terjadi?”. Pertanyaan itu mendorong kita untuk menemukan bagaimana pemahaman
Yeremia tentang Allah serta di mana dan bagaimana Kerajaan Allah itu terjadi (Lih. Yer.
29-33).
Pewartaan penghukuman yang pahit getir itu mengandung janji yang gilang
gemilang. Kasih Yang Kekal, walaupun tertutup oleh tirai-tirai kegelapan penghukuman,
namun senantiasa bercahaya dan berulang-ulang memancarkan sinar gilang gemilang
dalam janji-janji yang menakjubkan. Tidak ada firman Allah yang disampaikan oleh nabi
lainnya yang lebih indah daripada janji pemulihan dan penyempurnaan yang terdapat
dalam Kitab Yeremia. Janji itu berkali-kali dikatakan dalam kitab ini laksana sinar
hangat mentari yang memancar dari balik awan mendung. Janji itu merupakan
Perjanjian Baru (Injil)- suatu kabar kesukaan tentang hari mulia yang akan datang
kelak. Suatu pembebasan yang layak dinantikan.
Tunas adil; raja ini akhirnya dan sepenuhnya akan melakukan apa yang benar dan adil (bd. Za 3:8).
Nubuat ini menunjuk kepada Mesias, Yesus Kristus. 2) Pelaksanaan hukuman sepenuhnya akan terjadi
setelah kedatangan-Nya yang kedua dan sebelum pemerintahan-Nya seribu tahun di dunia. 3) Ia akan
disebut "Tuhan keadilan kita" (ayat Yer 23:6). Kaum sisa yang percaya akan "berada dalam Dia bukan
dengan kebenaran (mereka) sendiri karena menaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena
kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan" (Fili
3:9).
26
Bdk. Raymond E. Brown, dkk. (Ed.), Op. Cit., 284.
27
Bdk. Henk Ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 250.
28
Bdk. Sidlow Baxter, op.cit. 226-227
586 SM. Akibatnya penduduk negeri diasingkan ke Babel. 29 Yehezkiel tampil sebagai
nabi di tengah kaum buangan di Babel pada th. 593 SM (Lih. Yeh. 1: 1 – 3). Ia berkarya
hingga tahun 571 SM (Yeh. 29: 17).
Nabi Yehezkiel berkarya pada masa awal pembuangan. Ia termasuk dalam
kelompok 10.000 orang Ibrani yang ditawan oleh Raja Nebukadnezar dari Babilonia
pada tahun 597 SM.30 Yehezkiel dan para tawanan yang masih hidup dalam perjalanan
sebagai tawanan ke Mesopotamia menetap di dekat sungai Kebar di Babilonia. Sebelum
kota Yerusalem hancur pada th. 586 SM, kaum buangan di Babel yakin bahwa
pembuangannya hanya sementara saja. Tampaknya mereka tidak menyadari bahwa
peristiwa pembuangan yang dialami adalah sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka.
Kemerosotan nilai-nilai kehidupan dalam berbagai aspek seperti politik, agama, dan
akhlak merupakan dasar dan akar dari kedosaan bangsa Israel. 31 Namun, hal yang
paling menyentuh Yehezkiel adalah tentang pemujaan berhala-berhala dan dewi-dewi
yang merajalela sampai dalam Bait Allah sendiri (Yeh. 8).32
Kitab Yehezkiel memuat 48 bab yang terbagi dalam lima (5) bagian. Bagian
pertama, bab 1-3 menceritakan panggilan nabi, bagian kedua, bab 4-24 berisikan
tentang nasib Yerusalem sebelum kejatuhannya pada tahun 587 SM, pada bagian ketiga,
di bab 25-32 berisikan nubuat melawan bangsa-bangsa asing, di bagian keempat pada
bab 33-39 mengisahkan tentang pegharapan akan pembangunan kembali (restorasi)
sesudah kejatuhan Yerusalem, dan pada bagian terakhir dari bab 40-48 menyajikan
sebuah penglihatan akan kenisah yang baru dan pembaharuan kehidupan religius dan
politik umat di tanah Israel.33
Tema-tema utama kitab Yehezkiel menurut Andrew E. Hill dan John H. Walton
ada tiga tema utama dalam kitab Yehezkiel:34
1. Anak manusia
Tuhan menyapa Yehezkiel dengan sebutan “Anak manusia” sebanyak 90 kali.
Sebutan ini dimaksudkan untuk menekankan kemanusiaan dari pembawa pesan
dibandingkan dengan asal-usul dan otoritas Ilahi dari pesan yang disampaikan. Ia
memerankan “hal-hal aneh” bagi Allah karena kehidupannya merupakan
pelajaran peraga yang hidup bagi seisi rumah Israel yang memberontak. Pada
akhirnya Israel menyadari bahwa nabi Allah sudah berada di tengah-tengah
mereka.
1. Konsep tentang apa itu Kerajaan Allah digambarkan sebagai sebuah suasana
yang mengagumkan.35 Hal tersebut tampak pada mimpi yang didapat oleh nabi
Yehezkiel sewaktu kisah pemanggilannya sebagai seorang nabi. Dalam mimpi tersebut
tampak gambaran tentang kerajaan Allah yang muncul dari segumpal awan dengan
nyala api yang berkilat (Yeh. 1: 4). Tampak pula empat makhluk hidup menyerupai
manusia yang masing-masing memiliki empat muka dan juga empat saya serta tangan
yang berada di bawah tangannya (Yeh. 1: 5 – 8). Ada pula tampak sebuah roda yang
berkilauan seperti permata pirus. Roda-roda itu selalu berada disamping keempat
makhluk hidup sebab roh-roh makhluk hidup itu berada di dalam roda-rodanya (Yeh. 1:
15 – 21). Lalu diatas kepada makhluk-makhluk hidup tersebut ada yang menyerupai
cakrawala (Yeh. 1: 22). Di atas cakrawala itulah tampak ada yang menyerupai seperti
takhta seperti permata lazurit dan diatas takhta tersebut ada yang kelihatan
menyerupai manusia (Yeh. 1:26). Apa yang tampak dalam mimpi Yehezkiel mau
memberikan gambaran suasana tentang Kerajaan Allah itu sendiri. Keempat makhluk
hidup seolah seperti penjaga sebagaimana Yehezkiel yang kemudian mendapat pesan
nabi untuk menjadi penjaga bagi bangsa Israel. Dalam keseluruhan isi kitabnya, hal atau
pesan yang paling menonjol yang hendak disampaikan Allah melalui Yehezkiel adalah
tentang kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan tersebut tampak pada kisah panggilan
dirinya terutama ketika ia mendapat mimpi dari Allah sebagaimana tertulis dalam bab
pertama kitab ini.
2. Pewartaan tentang Israel dan Bait suci yang baru. Mengapa baru? Karena Israel
dan Bait Suci yang lama sudah hancur sebagai akibat dari dosa yang dilakukan oleh
manusia yang diantaranya adalah penyembahan berhala, persundalan, dsb. Pewartaan
35
Bdk. Otto Eissfeldt, The Old Testament: An Introduction (New York: Harper & Row Publichers, 1976), 3
50-351.
tentang Israel dan Bait suci yang baru tampak pada 9 bab terakhir dari kitab. Pada
bagian bab 34 tampak tentang keinginan Allah untuk memimpin bangsa Israel dimana
Allah mengkritik para gembala Israel yang hanya menggembalakan dirinya sendiri saja.
Pada bab ke 37, gambaran tentang Israel yang baru semakin jelas. Disana diperlihatkan
bagaimana Allah membawa Yehezkiel ke suatu lembah yang dipenuhi dengan tulang-
tulang. Tulang itu adalah gambaran Israel yang lama, bangsa yang telah mati yang
hendak dibangkitkan kembali oleh Allah: “Aku akan memberi nafas kehidupan ke dalam
kamu supaya kamu hidup lagi. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan
daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas
kehidupan supaya kamu hidup dan mengetahui bahwa Akulah Tuhan” (37: 5 – 6).
Tentang Bait Suci yang baru tampak pada bab ke 41 hingga ke 48. Bait Suci merupakan
representasi kehadiran Allah bagi kehidupan bangsa Israel. Allah hadir dalam setiap
peribadatan bangsa Israel yang dilakukan di dalam Bait Suci tersebut. Bait Suci yang
baru hendak mengembalikan fungsinya seperti sedia kala yakni menjadi tempat
berkumpul dan beribadat. Kemuliaan-Nya tampil dari pintu gerbang Bait Suci yang
menghadap ke sebelah timur. Pada pintu tersebut tampak di mata Yehezkiel kota
Yerusalem yang telah dimusnahkan dan dibangun kembali oleh Allah (43: 1 – 5). Pada
bagian ini Yehezkiel juga banyak membahas tentang kegiatan peribadatan seperti
tentang kurban persembahan, petunjuk mengenai kebaktian bagi para imamukuran-
ukuran mezbah dan pentahbisannya, persembahan dalam hari raya dsb. Pembaruan
Bait Suci beserta segala hal peribadatannya tidak terlepas dari status Yehezkiel yang
juga adalah seorang imam. 36
36
Ibid., 352.
37
Ibid., 354.
Kerajaan Allah di mana Yehezkiel melihat sinar yang mengelilingi busur pelangi yang ia
katakan sebagai gambar kemuliaan Tuhan (1:28).
Berdasarkan penglihatan itu, maka Yehezkiel bersembah sujud dan pada saat itu
Allah berfirman kepada Yehezkiel untuk memanggil dia menjadi nabi yang berbicara
kepada orang buangan tentang maksud Allah. Dalam Kerajaan-Nya, Allah yang adalah
Raja selalu melihat semua tindakan manusia dari atas langit (terbukalah langit Yeh.
1:1). Apa yang dilihat Allah membuat Ia murka karena bangsa Israel di tanah
pembuangan melakukan tindakan-tindakan yang jauh dari harapan-Nya (sungguh,
mereka berkelakuan tak senonoh di hadapan-Ku), maka digambarkan dalam kitab ini,
Allah ingin membalas di dalam kemurkaan-Nya atas perilaku bangsa Israel tersebut.
B. KITAB DANIEL
Kitab Daniel (Ibr. Daniyyel; Allah adalah Hakimku) merupakan kitab yang terken
al dan juga paling rumit di antara kitab-kitab Perjanjian Lama. Kitab ini berisi mengenai
seorang pemuda Israel yang diambil secara paksa dari tanah airnya agar dididik untuk
tugas diplomatik di kota Babel.41 Dengan cepat ia naik pangkat dan menjadi salah
seorang pejabat yang sangat dihormati dalam pemerintahan Babilonia. Reputasinya
tetap bertahan ketika Kerajaan Babilonia runtuh. Bahkan ketika ia sudah semakin tua,
karirnya mencapai puncaknya pada waktu ia ditetapkan sebagai salah satu pejabat
tinggi tiga serangkai yang menduduki jabatan kedua sesudah raja (6:29) dalam
Kerajaan Media-Persia yang sedang berkembang.
Kitab Daniel ditulis dan mulai beredar di masa pemerintahan raja Antiokhus IV
Epifanes, yakni pada abad ke-6 SM.42 Pada zaman ini, kepercayaan sejati umat Israel
kepada Allah terancam oleh semaraknya kebudayaan Yunani dan juga yang sedang
mengalami penindasan serta penganiayaan dari pihak pemerintahan. Pemerintah
memaksakan kebudayaan Yunani kepada bangsa Israel dan menjadikan agama sebagai
sasaran penganiayaan. Dengan situasi seperti itu, menyebabkan banyak umat yang
menjadi putus asa dan kehilangan kepercayaan kepada Allah.
Pengaruh budaya Hellenis dan situasi penindasan yang terjadi pada saat itu,
akhirnya mendorong penulis untuk menghibur dan meneguhkan iman kepercayaan
umat kepada Allah. Iman umat semakin goncang dengan adanya penghancuran
Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 586 sM dibawah pimpinan raja Nebukadnezar. 43
Dengan melihat situasi yang demikian, penulis mau mengajak umat Israel untuk tetap
berpegang teguh pada Allah dan apabila mereka tetap berpegang teguh pada Allah
maka Allah akan menyelamatkan dan memberikan hikmat kepada mereka (3:16-18). 44
40
Bdk. Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2: Ayub - Maleakhi (Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF: Jakarta, 1976), 547.
41
Andrew E. Hill dan John H. Walton, Op. Cit., 575.
42
C. Groenen, Op. Cit., 248.
43
Andrew E. Hill dan John H. Walton, Op.Cit., 578.
44
John J. Collins, Tafsir Deuterokanonika 4: Daniel (Kanisius: Yogyakarta, 1990), 14-15.
Wujud nyata dari kesetiaan Allah kepada umat-Nya, yakni dengan kehadiran Kerajaan-
Nya yang mengatasi segala kerajaan di dunia ini (2:44).
Kitab Daniel merupakan kitab khusus yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
kitab-kitab kenabian seolah-olah memiliki kesamaan sifat dengan kitab Yesaya,
Yeremia, Yehezkiel, dan kita nabi-nabi kecil lainnya. Bagian pertama kitab Daniel (bab
1-6), merupakan sekumpulan cerita mengenai tokoh utama seluruh kitab, yaitu Daniel
dan ketiga temannya, yakni Hananya, Azarya, dan Misael (1:6). Dikisahkan dalam kitab
ini terjadi dalam pembuangan di Babel di zaman Raja Nebukadnezar, Belsyasar, dan
Darius yang disebut “orang Media”. Jadi menurut cerita dalam Kitab Daniel, semua
peristiwa itu terjadi antara th. 605 dan 556 SM.45 Daniel dalam cerita-cerita itu bukanlah
seorang nabi, tetapi lebih pada seorang berhikmat, seorang berilmu ala Babel. Ia pun
bertindak sebagai penafsir mimpi dan peramal (Dan. 2, 4).
Bagian kedua Kitab Daniel (bab 7-12) memiliki sifat yang berlainan. Bagian ini
mengumpulkan sejumlah penglihatan. Ia mendapat penglihatan pada masa
pembuangan di Babel-Persia. Penglihatan itu berupa ramalan tentang masa depan,
termaksud akhir zaman. Ramalan-ramalan itu sangat berbeda dengan nubuat-nubuat
yang disampaikan oleh nabi-nabi Israel.46
1. Kerajaan Allah. Tema tentang Kerajaan Allah memang kuat diperlihatkan dalam
Kitab Daniel yang memiliki latar belakang penindasan. Kerajaan Allah menjadi
tanda kehadiran Allah yang mendatangkan keselamatan dan pembebasan yang
memiliki kuasa yang tak terkalahkan dari kuasa dunia apa pun. Dengan mengangkat
tema ini penulis ingin mengutkan iman umat dalam penindasan untuk senantiasa
berpegang teguh pada karya penyelamatan Allah melalui tanda Kerajaan-Nya yang t
idak akan binasa.
2. Keangkuhan dan Pemberontakan. Sebuah tema lain yang diangkat dalam kitab
ini, yakni berkaitan dengan keangkuhan para raja yang pada akhirnya membawa
mereka pada kejatuhan mereka. Patung emas Nebukadnezar, kepongahan
Balsyazar, dan Darius yang memiliki sikap mudah terpengaruh dan ambisius,
merupakan bukti nyata keangkuhan yang ditunjukkan para raja dalam kitab Daniel.
Surat 1 Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Kasih Allah adalah dasar dari
semua kebenaran. Kita diperintahkan untuk mengasihi Allah karena Allah lebih dahulu
mengasihi kita, dengan jalan mengutus Yesus Kristus agar menjadi pendamaian bagi dosa-
dosa manusia (4:9-10). Surat Yohanes yang Pertama (disingkat Surat 1 Yohanes) adalah
salah satu surat yang terdapat di dalam Alkitab Perjanjian Baru yang merupakan sebuah surat
yang dikirim dan diedarkan kepada kelompok lain, di mana tulisan itu berupa sebuah
wejangan untuk membina iman yang sejati. Sebetulnya 1 Yohanes tidak benar-benar berupa
surat, karena nama penulis, alamat dan ciri-ciri lazim dalam sebuah surat pada zaman kuno
tidak ada. Hal ini dapat terlihat dalam 1 Yohanes 2:1, pembaca langsung disapa dengan "anak-
anak" dan "yang terkasih".
II. PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
1.1. Penulis Surat-Surat Yohanes:
Surat-surat Yohanes dikarang dan ditulis oleh Yohanes “murid yang dikasihi Yesus”.
Dalam surat pertama Yohanes tidak ada sapaan pembuka. Meskipun demikian, ada kesamaan
yang erat antara surat kedua dan surat pertama Yohanes. Banyak ahli mengemukakan bahwa
surat pertama Yohanes merupakan khotbah kepada Gereja umumnya, dan bukan surat yang
sesungguhnya karena tidak ada sapaan pembuka, sedikit singgungan pribadi kepada penerima
surat, gaya bahasa yang tidak personal dan sulit dipahami. Sementara beberapa bagian
lainnya bersifat khotbah. Para penerima surat sebanyak tujuh kali disapa sebagai “anak-
anakku”.
1.2. Waktu Penulisan
Surat Yohanes yang pertama ditulis oleh Yohanes Penginjil ketika berada di Efesus
sekitar tahun 100 M. Orang yang paling awal mengutip isi surat ini adalah Bapa Gereja
Polikarpus yang merupakan uskup dari Smirna.53 Polikarpus sendiri menjadi Kristen karena
pemberitaan dari para rasul yang kemudian menahbiskannya menjadi uskup. 54 Ketika melihat
surat kedua dan ketiga Yohanes, isinya lebih pendek. Kedua surat tersebut tidak banyak
dikutip seperti surat pertama Yohanes dalam Gereja purba. Surat kedua Yohanes telah
dikenal dalam tulisan sejak abad II dan surat ketiga Yohanes sejak abad III. Kedua surat
tersebut telah diakui secara resmi oleh Gereja dalam konsili Hippo dan Karthago sejak abad
IV.55 Apabila disimak dalam Surat Pertama Yohanes terdapat 5 Bab (Bab 1:10, Bab 2: 29,
Bab 3: 24, Bab 4: 21, Bab 5: 21), Surat Kedua Yohanes terdapat 1 Bab, 13 ayat, dan Surat
Ketiga Yohanes 1 Bab, 15 ayat.
53
Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, ed. Salomon Yo, terj. Irwan Tjulianto (Surabaya:
Momentum, 2013), hlm. 245.
54
Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, terj. Lanna Wahyuni & Selena Christa Wijaya, edi. Irwan
Tjulianto (Surabaya: Momentum, 2007), hlm. 124.
55
Dr. Grant R. Jeffrey, Perjalanan Menuju Kekekalan Mencari Kekekalan (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil
Immanuel, 2001), hlm. 133.
Masalah di gereja adalah guru palsu yang menyesatkan orang-orang dalam ajaran
yang tampaknya dipengaruhi oleh pandangan dunia Yunani. Mari lihat apa yang Yohanes
katakan :
2:18 – Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah
kamu dengar, seorang antikristus akan datang,sekarang telah bangkitbanyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
Memang mereka berasal dari antara kita,tetapi mereka tidak sungguh-sungguh
termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya
mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata,
bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.
2:26 –Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha
menyesatkan kamu.
4:1-6 –Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi
ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu
yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah:
setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal
dari Allah, dan setiap roh yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu
adalah roh anti-kristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan
sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan
kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu,
lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab
itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami
berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa
tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran
dan roh yang menyesatkan.
Kita bisa melihat bahwa guru-guru palsu itu baru saja keluar dari gereja. Yohanes
bahkan memanggil mereka anti-kristus atau anti-mesias karena mereka menyangkal
Yesus datang sebagai manusia. Mereka mencoba menipu orang-orang percaya melalui
pengajaran mereka. Mereka tampaknya telah menganut prinsip atau nilai-nilai dari dunia.
Dan mereka sama sekali tidak mau mendengarkan Yohanes.
Apa yang diajarkan guru-guru palsu ini? Kemungkinan mereka mengajarkan sebuah
bentuk kekristenan yang telah dibentuk berdasarkan dari sudut pandang Yunani. Kita perlu
mengerti bahwa setiap budaya memiliki sudut pandang, cara kita melihat dunia, asumsi
mendalam tentang kebenaran dan cara dunia bekerja. Kita bahkan mungkin tidak memikirkan
itu atau kenapa kita mempercayai itu. Kita melakukannya seolah-olah itu benar. Setiap
budaya memiliki cara pandang dunia, dan penting untuk kita memeriksa cara pandang dunia
dari budaya kita, dan mana bagian dari budaya kita yang bertentangan dengan budaya
Kerajaan Allah yang digambarkan dalam Firman-Nya.
Komponen kunci dari cara pandang dunia Yunani adalah pemisahan antara rohani dan
jasmani. Yang rohani itu bagus, yaitu surga, kesanalah kita ingin pergi. Jasmani itu buruk,
rusak, gelap, dan jahat. Dalam pandangan dunia mereka, mereka ingin melarikan diri dari
dunia jasmani ini dan pergi ke dunia spiritual (rohani). Bagi mereka, dunia jasmani ini jahat,
tetapi Allah adalah roh dan Dia kudus, kudus, kudus dan benar-benar terpisah dari ciptaanya.
Dia tidak akan pernah menyentuh atau datang ke dalam dunia jasmani ini sama sekali. Dia
tidak akan pernah datang sebagai manusia.
Cara pandang Yunani yang diajarkan oleh ‘guru-guru palsu’ tentang pemisahan antara
rohani dan jasmani ini mirip dengan idealismenya Plato tentang ultimate reality, bahwa
Forma itu ultimate, tidak bisa dipahami dengan sesuatu yang biasa. Paling akhir dan jauh di
sana. Tuhan itu hanya dipahami dengan ide, tidak perlu wujudnya. Pemikiran atau cara
pandang dunia Yunani ini sangat bertentangan dengan pemikirannya Aristoteles, yang
mengatakan bahwa segala sesuatu itu ada esensinya. Dan juga sangat bertentangan dengan
paham panteisme yang percaya bahwa segala sesuatu adalah bagian dari Allah. Melalui alam
manusia bisa menuju kepada Yang Mahakuasa dan mendapatkan keselamatan dalam
hidupnya, memandang alam semesta sama seperti kita memandang Allah, yang dikatakan
oleh Spinoza “Deus Sive Natura”. Allah adalah alam. Allah hadir dalam ciptaan-Nya. Oleh
karena itu, jangan melawan alam sebab kamu melawan Allah sendiri.56
Bagi guru-guru palsu ini, mereka percaya bahwa roh mereka diselamatkan, tetapi
tubuh mereka adalah bagian dari dunia yang jahat dan gelap ini. Jadi, tidak penting apa
yang mereka lakukan dengan tubuh mereka. Tubuh mereka memiliki keinginan, dan tidak
apa-apa untuk menyerah pada keinginan daging karena roh mereka telah diselamatkan. Ini
berarti bahwa guru-guru palsu terlihat sangat tidak bermoral, tidak jujur, dan tidak kudus.
Mereka akan mengatakan bahwa mereka tidak berdosa namun mereka hidup di dalam dosa.
Hidup mereka tidak terlihat seperti Kristus.
Aspek lain dari padangan dunia Yunani adalah mereka menghargai pengetahuan
spesial atau pengetahuan khusus. Anda diselematkan jika anda memiliki pewahyuan khusus
dari Tuhan. Dan pewahyuan ini tidak tersedia untuk semua orang, hanya beberapa orang yang
mendapat pencerahan khusus. Jadi, guru-guru palsu sangat sombong dan angkuh. Mereka
sangat tidak menyukai orang lain. Mereka memandang diri mereka lebih tinggi dan lebih
rohani dari orang lain. Jadi, pandangan dunia mereka yang salah menyebabkan doktrin
yang salah, yang menyebabkan ahklak atau perilaku yang salah (dosa), yang menyebabkan
hubungan masyarakat yang rusak (perpecahan, dan kurangnya kasih). Hal ini menunjukan
kepada kita bahwa penting untuk memahami dan memastikan akar atau cara pandang dunia
kita baik atau benar supaya kita bisa menghasilkan buah yang baik di keluarga, komunitas
dan di masyarakat kita.
56
Catatan Mata Kuliah Metafisika dari Romo Fabianus, di Fakultas Filsafat UNPAR, Tahun 2019.
Bagaimana dengan daftar kata-kata yang berlawan? Bandingkan dengan daftar yang di bawah
ini:
Guru-guru palsu memiliki pandangan dunia Yunani yang membagi antara alam rohani
dan jasmani, atau suci dari sekuler, atau rohani dari materi, yang pada intinya surga dari
dunia. Roh itu baik, jasmani itu buruk, jahat, rusak dan berkeinginan untuk terpisah dari itu.
Yohanes mengatakan memang ada pembagian, tapi bukan yang itu. Tuhan menciptakan
semuanya baik yang ditulis dalam Kitab Kejadian. Paulus mengulangi kebenaran ini dalam
Perjanjian Baru. Dan Yesus teguhkan ini karena dia datang sebagai manusia (Yohanes 1:14, 1
Yohanes 4:2).
Yohanes mengatakan ini bukan dunia jasmani yang gelap. Inilah roh yang ada dalam
dunia, yaitu kegelapan – dosa dan kekuatan roh kegelapan yang diperdayakan oleh dosa. Jadi
pembagian yang dijelaskan oleh Yohanes adalah antara kerajaan terang dan kerajaan
kegelapan, dan pembagian ini terjadi di dalam hati manusia. Apakah kita anak-anak terang,
atau anak-anak dari dosa dan kegelapan? Apakah kita mengasihi Bapa atau mengasihi dunia?
Apakah kita berjalan di dalam kasih atau di dalam kebencian? Semua ini yang menentukan
apakah kita anak Allah atau anak iblis. Yohanes membantu para pembacanya untuk
mengetahui mana guru-guru palsu itu.
3.
4.1. Kerangka Surat Yohanes yang Pertama
1:1-4 : Pembukaan
1:5 - 2:27 : Bagian Pertama – Berjalan Dalam Terang Allah
2:28 - 4:6 : Bagian Kedua – berjalan sebagai anak-anak Allah pengasih
Bagian pertama dan kedua secara garis besar memiliki pembagian yang sama. (1:5-7)
Berjalan dalam terang = Anak-anak Allah (2:28-3:3).
4:7 - 5:12 : Bagian Ketiga – Kasih dan Iman (4:7-5:4), Iman (5:5-12)
5:13-21 : Kesimpulan dan Penutup
Untuk mengerti 1 Yohanes, kita akan perlu untuk mengerti kasih. Apakah kasih
‘agape’ itu? Orang Yunani menggunakan beberapa kata berbeda untuk menjelaskan kasih.
Pertama adalah ‘eros’ berarti secara seksual atau kasih romantik. Ini adalah biasanya jenis
kasih yang kita lihat tergambarkan melalui film atau Hollywood. Ini sangat berhubungan
dengan perasaan, emosi dan konsep ini adalah ‘jatuh cinta’, yang berarti bahwa orang dapat
saja dengan mudah keluar dari cinta. Yang lain adalah ‘storgeo’ yang berarti pengabdian
kepada keluarga. Yang ketiga adalah ‘phileo’ yang berarti persahabatan.59
Tetapi ‘agape’ berbeda dari semua ini. ‘Eros’, ‘storgeo’ and ‘phileo’ adalah bentuk-
bentuk kasih yang biasanya diekspresikan oleh manusia berdosa. Kasih ‘agape’ tidak, itu
tidak muncul secara alami. Kasih ‘agape’ adalah tidak layak, kamu tidak bisa mendapatkan
itu. ‘Agape’ adalah jenis kasih yang dilakukan atas kehendak, bukan kasih yang dikemudikan
59
Richard Price. AGUSTINUS. Ed. Peter Vardy, Yogyakarta: Kanisius, 2000, hlm. 103-104.
oleh emosi kita. Bagaimanapun yang kita rasa, dan bagaimanapun keadaan kita, Alkitab
menantang kita untuk mempraktekan kasih ‘agape’ kepada orang lain.60
Kasih ‘agape’ adalah kasih yang berkorban yang memberikan hidup kita kepada
orang lain. Itu adalah kasih yang mencari yang terbaik bagi orang lain, bahkan mengorbankan
diri kita sendiri. Itu didemonstrasikan dalam menunjukan kebaikan kepada orang asing dan
memberikan keramahtamahan. Kasih ‘agape’ adalah berketetapan hati, komitmen untuk
teguh dan tidak menyerah bagaimanapun keadaannya. Bahkan ketika keadaan berubah,
komitmen dari kasih ‘agape’ tidak berubah. Jenis kasih ini tidak mencari keuntungan bagi
diri sendiri atau apa yang bisa didapat dari hubungan itu, tetapi hanya memperhatikan
bagaimana dapat memberi.61
Kasih ini bukanlah kasih dari dunia ini. Itu bukanlah kasih manusia. Itu kesemuanya
berbeda, kesemuanya radikal sehingga sulit bagi kita yang telah dibesarkan dalam dunia yang
hancur untuk memahami kasih ini. Dunia dimana kita harus berjuang untuk diri kita sendiri,
melindungi diri kita sendiri, bergumul untuk menjadi nomor satu. Kita hidup di dunia dimana
kita belajar untuk mementingkan diri sendiri. Tetapi kasih ‘agape’ adalah berlawanan dengan
mementingkan diri sendiri. Itu adalah panggilan untuk tidak mementingkan diri sendiri secara
penuh.62 Untuk bahkan menyerahkan hidup kita bagi orang lain. Ini radikal, kasih yang gila
yang bahkan memanggil kita untuk mengasihi musuh-musuh kita!
Tidak ada agama lain sampai kepada yang paling radikal yang bahkan mengasihi
musuh-musuh kita. Ini adalah kasih Tuhan. Ini bukan kasih manusia. Kita dipanggil untuk
mengasihi musuh-musuh karena Tuhan mengasihi semua orang bahkan yang jahat, bahkan
mereka yang melawan Dia. Kita mendapat pewahyuan yang baru tentang yang besar dan
sifat yang tak bersyarat dari kasih ini ketika kita membaca tulisan Paulus dari buku Roma.
Kita melihat apa yang dilakukan Tuhan ini bagi mereka yang membenci Dia, mereka yang
menantang Dia, bagi mereka yang layak penghukuman. 63 Dia menyerahkan hidupnya bagi
mereka! Dia mati bagi kita! Dan Dia mengalami bukan hanya setiap kematian, tetapi yang
mengejutkan, brutal, penderitaan yang mengerikan karna mati di kayu salib! Ini adalah kasih
radikal yang bukan dari dunia ini:
Roma 5:6-10 – Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-
orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 7 Sebab tidak mudah seorang
mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang
yang berani mati.8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya (agape) kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. 9 Lebih-lebih,
karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan
dari murka Allah.10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan
Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan,
pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!64
Kasih manusia mungkin dapat untuk mengerti menyerahkan hidup kita bagi orang
yang baik. Tetapi menyerahkan hidup kita bagi orang jahat? Bagi orang yang layak untuk
60
Ibid., hlm. 104-105.
61
Ibid., hlm. 105-108.
62
Ibid., hlm. 75.
63
Ibid., hlm. 76.
64
Lembaga Biblika Indonesia. Alkitab Deuterokanika. op. cit., hlm. 180.
mati? Bagi orang yang membenci kita dan melukai kita? Dapatkan anda bayangkan
menyerahkan hidup anda bagi Adolf Hitler, Joseph Stalin? Kasih manusia tidak dapat
mengerti hal in, itu tidak masuk akal. Tapi ini adalah kasih yang ditunjukan dalam Tuhan dan
dalam Yesus, bahwa waktu kita masih tetap menjadi musuh-Nya, Kristus mati bagi kita.
Inilah mengapa Yohanes dapat membuat ini pernyataan sederhana dan tegas dalam
meringkaskan siapa Tuhan itu. Tuhan itu kasih. Jika anda ingin mengerti hati Tuhan dan apa
itu pusat bagi karakter-Nya dan segala sesuatu tentang Dia, mengetahui bahwa Dia adalah
kasih ‘agape’ (1 Yohanes 4:8, 4:16). Ketika kita mendapat pewahyuan tentang kasih ini, kita
akan mendapat pewahyuan tetang Allah sendiri.65
Allah berdiri dalam perbedaan dengan tuhan-tuhan yang lain dan dewa yang
disembah di masa itu. Tuhan-tuhan itu berlaku dengan cara sangat mementingkan diri sendiri,
bahkan memberikan pertolongan dan berkatnya berdasarkan apa yang mereka terima dari
orang-orang yang menyembah mereka. Ini adalah pandangan yang umum bagi dewa-dewa di
dunia Romawi. Tetapi Tuhan orang Kristen sangatlah berlawanan dengan ini. Dia adalah
kasih ‘agape’, dan kasih ini disimpulkan sebagai menjadi tidak mementingkan diri secara
penuh, kasih yang mengorbankan diri sendiri, kasih yang memberi secara tak bersyarat. 66
Bagi orang yang hidup di dunia Romawi, untuk mendengar bahwa Tuhan adalah kasih
‘agape’ akan sangat mengejutkan. Tuhan ini sesungguhnya tidak ada yang seperti dewa-dewa
dan dewi yang mereka sembah.
Menurut sifat alami manusia kita, sangatlah sulit bagi kita untuk membandingkan
jenis kasih ini. Ini adalah jenis kasih yang melawan kepentingan diri kita sendiri,
kesombongan kita dan kedagingan kita. Jika kita membaca jenis buku apa saja atau tulisan
dari dunia Romawi 2000 tahun lalu, kita akan dengan sulit melihat kata ini “agape” bahkan
disebutkan. Orang Romawi sering menulis kasih “eros”, kasih ‘storgeo”, dan kasih ’phileo’,
tetapi jarang apapun tentang kasih ‘agape’. Kasih ‘agape’ adalah konsep yang tidak masuk
akal dalam dunia Romawi. Dunia Romawi adalah tempat kuasa dan penindasan. Mereka
bersuka cita dalam menghancurkan musuh-musuh mereka, dalam kemenangan, dalam
kesuksesan. Perbudakan tersebar luas. Orang dapat membeli dan menjual manusia
sebagaimana jika mereka adalah benda. Saling dapat memakai dan melecehkan.
Tidak ada kasih ‘agape’ dalam pernikahan. Pria dapat menikah sehingga istri mereka
memiliki anak dan memelihara mereka. Tetapi para suami akan sering memiliki gundik yang
dapat mereka ikatkan dalam kasih ‘eros’ mereka. Ini dianggap normal dalam pernikahan
Romawi. Imoralitas di mana-mana, bahkan diakukan di kuil-kuil dengan wanita tuna susila.
Ada sedikit dorongan untuk menahan keinginan dari daging. Dan setiap orang yang melawan
kuasa mutlak dari Romawi akan dipaku di kayu salib, bentuk dari siksaan dan penderitaan
dirancang untuk menakuti kependudukan menjadi penundukan. Kekuasaan dan kepentingan
sendiri sangatlah dihargai.
Sehingga itulah mengapa di dunia Romawi kasih ‘agape’ sangat sulit disebutkan.
Tidaklah masuk akal bagi mereka! Itu sangat mengejutkan bagi mereka! Kasih yang melayani
orang lain. Kasih yang tidak mengejar keinginan daging. Kasih yang menolak kuasa. Kasih
yang memperlakukan setiap orang dengan nilai yang besar. Kasih yang menyerahkan
65
Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002,
hlm. 465.
66
Richard Price. AGUSTINUS. Ed. Peter Vardy, op. cit., hlm. 105-107.
hidupnya kepada orang lain. Walaupun sulit bagi kita untuk mengerti kasih ‘agape’ ini, ada
sesuatu yang sangat dalam yang penuh kuasa dan sangat dalam menarik ketika kita sendiri
mengalaminya. Kita sesungguhnya tidak layak untuk itu, dan seseorang menggunakan pilihan
bebas mereka untuk memperpanjang kasih ‘agape’ terhadap kita. Dan itu akhirnya kasih ini
yang membawa kehidupan, kesembuhan dan kebebasan dalam hubungan kita, keluarga kita,
komunitas kita, dan bangsa kita. Ketika kita mendapatkan pewahyuan dari kasih ‘agapenya’
Allah kepada kita ini dalam hati kita, itu mengubahkan kita.
Yohanes diubahkan oleh kasih ‘agape’ ini. Diawal hidupnya dia lebih dikenal karena
gampang marah dan kemarahannya. Dia sangat mudah tersinggung, sulit mengampuni, dan
berkeinginan balas dendam melawan mereka yang melukai dia. Kita bisa melihat ini
ditunjukan ketika mereka ditolak oleh desa Samaria, respon Yohanes dan saudaranya
Yakobus adalah meminta Yesus jika mereka bisa meminta api dari surga untuk
menghancurkan desa ini (Lukas 9:54). Mereka dikenal sebagai putra-putra Guntur (Markus
3:17), yang mana mungkin itu ditujukan kepada cepat marah dan kemarahan mereka. Mereka
juga memiliki nafsu akan kekuasaan. Mereka mengatur ibu mereka untuk mencoba dan
meminta Yesus untuk memberi mereka tempat tertinggi dalam kerajaan-Nya, untuk duduk
pada sisi tangan kanan dan kiri-Nya (Matius 20:21). Mereka berpikir Yesus akan
mempersiapkan kerajaan bumi dengan pemerintahan dan bahwa mereka dapat menjadi wakil
presiden atau yang ke-2 dalam memimpin. 67 Jadi Yohanes lebih banyak dikenal karena
kemarahan dan mementingkan diri sendiri di awal hidupnya.
Tapi itu terlihar bahwa kasih ‘agape’ Tuhan mengubahkan dia. Meskipun kesalahan
dan kekurangannya, meskipun kegagalannya, meskipun meninggalkan Yesus ketika Dia
memerlukan. Tuhan masih tetap memperpanjang kasih ‘agape-Nya’ bagi Yohanes. Ketika
dia melihat Yesus bangkit dari kematian, dia menyadari bahwa bahkan kematian tidak dapat
memisahkan kita dari kasih Allah. Ketika Yohanes mengerti apa yang Yesus lakukan di kayu
salib, dia menyadari bahwa itu adalah kasih ‘agape’ dari Tuhan dalam Yesus menyerahkan
hidupnya bagi Yohanes – seorang yang meninggalkan Dia, seorang yang bergumul dengan
kemarahan dan dendam, seorang yang memilik nafsu untuk kuasa. 68 Ketika Yohanes
menerima kuasa dari Roh Kudus pada pantekosta, dia dapat merasakan kasih ‘agape’ ini di
dalam hatinya. Dan itu mengubahkan dia. Dia dulunya anak Guntur. Sekarang dia dikenal
sebagai Rasul Kasih. Dalam surat ini, semua yang dapat dia tuliskan adalah ini, kasih
‘agape’.69 Dalam injil ini, dia sering menulis tentang kasih agape ini. Dikatakan bahwa
kemudian dalam hidupnya, waktu dia menjadi sangat tua, mereka membawa dia keluar
dengan kursi untuk berkotbah kepada gereja, dan semua yang dapat dia katakan dalam
pesannya adalah “ Anak-anak, kasihilah satu dengan yang lain.”70
Allah itu kasih, karena itu kasih adalah pusat bagi kekristenan. Kasih adalah pusat
untuk mengikuti Yesus. Yesus bahkan mengatakan kepada kita tentang dua Perintah Terbesar
adalah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita dan untuk
67
Dallas Willard, Renovation of The Heart (Malang: Literatur Saat, 2005), hlm. 324-327.
68
Tony Evans, Teologi Allah (Malang: Gandum Mas, 1999), hlm. 88.
69
Matthew Henry, Tafsiran Surat Ibrani, Yakobus, 1&2 Petrus, 1-3 Yohanes, Yudas dan Kitab Wahyu (Surabaya:
Momentum 2016), hlm. 639.
70
Sadhu Sundar Selvaraj, Menjadi Serupa dengan Dia ter. Gordon Hutabarat (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000),
hlm. 22.
mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:36-40). Jika ini adalah Perintah
terbesar, terus-menerus memeriksa hidup kita, motivasi dan pilihan dan menanyakan diri kita
sendiri.71 “Apakah ini mengasihi ? Apakah saya mengasihi orang lain?” Paulus bahkan
membuat beberapa pernyataan yang berani bahwa ketika kita mengasihi orang lain, kita
menggenapi hukum :
Roma 13:8-10 – Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi
hendaklah kamu saling mengasihi (agapao). Sebab barangsiapa mengasihi (agapao)
sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.9 Karena firman: jangan
berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain
manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah (agapao)
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! 10 Kasih (agape) tidak berbuat jahat
terhadap sesama manusia, karena itu kasih (agape) adalah kegenapan hukum
Taurat.72
Galatia 5:14 – Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu:
“Kasihilah (agapao) sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”73
Ada banyak orang di dunia yang membenci orang Kristen. Banyak orang ini
membenci orang Kristen karena mereka telah bertemu dengan orang Kristen yang tidak
menunjukan dua Perintah Utama ini. Mereka telah bertemu orang Kristen yang tidak
mengasihi! Ini adalah paradoks, ini menjadi masuk akal sebagaimana api yang dingin atau es
yang panas. Tidak mengasihi dan Kristen tidak berjalan bersama! Ketika saya bertemu
dengan orang yang bukan percaya seperti ini, saya katakan kepada mereka bahwa sebagai
seorang Kristen Guru Besar kita, Raja kita, Tuhan kita mengajarkan kepada kita bahwa ada
dua Perintah Besar untuk “mengasihi Tuhan dan mengasihi orang lain”. Jadi kali berikut
mereka bertemu dengan orang Kristen yang tidak menunjukan kasih dan tidak mewakili
Kristus, mereka dapat mengingatkan mereka akan dua Perintah Utama yang diberikan oleh
Guru Besar mereka.
Yohanes menulis surat ini berhubungan dengan guru-guru palsu yang mengganggu
gereja dengan pengajaran palsu mereka. Salah satu masalah yang besar adalah dosa. Guru
yang palsu tidak mempercayai dosa karena mereka percaya bahwa roh mereka telah
diselamatkan. Sehingga kehidupan mereka bisa terlihat sangat tidak bermoral, penuh dosa,
dan tidak mengasihi. Yohanes banyak menulis surat ini untuk menolong kita mengetahui apa
artinya menungikut Yesus. Orang yang mengikuti Yesus seharusnya mempunyai moralitas
dan berproses untuk memiliki buah, atau perbuatan baik, sikap hati, keputusan, tindakan yang
jelas dalam hidup bersama Kristus. Pemikiran Yohanes ini lebih sistematik dalam Filsafat
Proses yang dikatakan oleh filsuf Alfred North Whitehead, bahwa seharusnya manusia
memiliki moralitas. Karena moralitas sangat “importance” bagi manusia untuk “berproses”
menuju cita-cita yang nyata.74
Dibawah ini adalah daftar dari 1 Yohanes. Ini diatur menurut tema-tama utama di
dalam surat Yohanes, bahwa Tuhan adalah terang dan Tuhan adalah kasih. Katagori ketiga
71
Richard Price. AGUSTINUS. Ed. Peter Vardy, op. cit., hlm. 105-106.
72
Lembaga Biblika Indonesia. Alkitab Deuterokanika. op. cit., hlm. 188.
73
Ibid., hlm. 222.
74
Dr. J. Sudarminta. Filsafat Proses. Sebuah pengantar sistematik filsafat Alfred North Whitehead.
Yogyakarta: Kanisius, 1991, hal. 77-78.
berbicara tentang kita dipanggil untuk hidup sama seperti Kristus hidup, untuk mencerminkan
hidup-Nya kepada mereka yang berada disekitar kita. Kita dipanggil untuk menjadi serupa
dengan gambaran Kristus. Pertanyaan reflektif, mari kita menyusuri dan lihat bagaimana
keadaan kita…?
6.4. Apakah saya mengikuti, saya taat dan saya terlihat seperti Yesus?
Apakah saya menjaga perintah-Nya/firman-Nya? (2:3-5, 3:22, 3:24, 5:2-3)
Apakah saya berjalan seperti Yesus berjalan? Apakah saya hidup seperti Yesus
hidup?
Apakah saya terlihat seperti Yesus diluar dalam keputusan-keputusan saya, kelakuan
saya, sikap saya, dan tindakan saya? (2:6)
Apakah saya mengasihi dunia? (2:15-17)
Apakah saya melakukan kehendak Tuhan? (2:17)
Apakah saya tinggal dalam Anak dan Bapa? (2:24, 2:27)
Apakah saya melakukan apa yang menyenangkanNya? (3:22)
Apakah saya percaya dalam (menyerahkan hidup saya kepada) Yesus? (3:23)
Apakah saya berjalan dalam ketakutan? (4:18)
Melalui daftar ini bukanlah dibentuk untuk menuduh kita tetapi untuk menantang kita.
Akan sangat tidak mungkin kalau seseorang melakukan semua ini dengan sempurna. Tetapi
berharap ini bisa menunjukkan area-area pertumbuhan dimana kita bisa lebih menyerahkan
hidup kita kepada Yesus dan belajar untuk lebih mencerminkan Dia kepada orang lain.
Mengikuti Yesus adalah suatu proses, sesuatu yang akan terus kita lakukan sepanjang hidup
kita. Ini adalah suatu hubungan, dan hubungan itu tidak pernah statis. Ada dinamis,
melibatkan pewahyuan terus-menerus, pertumbuhan yang terus-menerus dan perubahan yang
terus-menerus. Inilah kebenaran secara khusus yaitu hubungan dengan Tuhan. 75 Jika kita
memperhatikan kehidupan kita dan melihat ada kekurangan dalam pertumbuhan dan
75
Ibid., hal. 77.
perubahan di dalam kehidupan kita, mungkin ini adalah suatu indikasi bahwa kita
memperlakukan iman kita lebih sebagai latihan agamawi dan bukan hubungan yang dinamis
dengan Tuhan yang hidup.
Jadi, mari kita menantang diri kita untuk bisa bertumbuh dan mengaplikasikan area-
area ini yang sudah didaftar oleh Yohanes. Kabar baik tentang Tuhan adalah ketika kita
mendapat pewahyuan dan bertobat, sebagaimana kita mengubah pemikiran kita dan
berserah kepada-Nya lebih lagi, Dia setia dan benar untuk mengampuni dosa kita dan untuk
membersihkan kita dari semua ketidakbenaran dan memperbaharui kita lebih serupa dengan
gambaran-Nya (1 Yoh 1:9). Dia juga setia untuk memberikan kepada kita kuasa-Nya yang
besar untuk mengubahkan kita dari dalam keluar, mengatasi dosa, dan menghasilkan karakter
yang Yohanes gambarkan di atas.
Surat ini ditujukan kepada “ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku
kasihi.” Ini bisa merujuk pada figur wanita penting di Gereja atau merupakan kode yang
merujuk pada gereja lokal dan jemaatnya. Di masa-masa ketika orang Kristen sedang dikejar-
kejar dan dianiaya dengan kejam, kode seperti ini sering digunakan.
Surat ini banyak berisikan peringatan dan kecaman terhadap guru-guru palsu yang tidak
mengajarkan dokrin Kristus yang benar. Mereka malah mengajarkan kalau Yesus tidak
sungguh-sungguh bangkit dalam rupa daging, tapi hanya dalam rupa Roh saja. Yohanes
mengingatkan orang Kristen untuk berhati-hati terhadap guru-guru palsu ini dan jangan
sampai disesatkan mereka.
Secara umum, surat Yohanes yang pertama banyak mengikuti kebiasaan Yahudi di
Asia Kecil. Dalam tulisan surat 1 Yohanes, terdapat permasalahan yaitu adanya peperangan
melawan bidat. Maksud dari penulisan surat ini adalah untuk melawan ajaran sesat yaitu
Gnostikisme, terutama Doketisme. Ciri utama ajaran sesat yang dilawan adalah penyangkalan
bahwa Yesus adalah Kristus. Oleh karena itu, Tujuan Penulisan surat ini juga menyerukan
pembacanya untuk mengasihi Allah dan anak-Nya Yesus Kristus, dengan mematuhi perintah-
Nya untuk saling mengasihi dan hidup berdasarkan petunjuk Alkitab. Surat ini juga
mengecam guru-guru palsu yang mengajarkan kalau Kristus tidak sungguh-sungguh bangkit
dalam bentuk daging.
77
Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen,terj. Lanna Wahyuni & Selena Christa Wijaya, edi. Irwan Tjulianto,
op. cit., hlm. 120-121.
1:11 Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam
perbuatannya yang jahat.
Perikop ini sedikit menggambarkan bagaimana situasi dan suasana Kerajaan Allah.
Situasi Kerajaan Allah dapat dirasakan ketika umat beriman Kristiani hidup di dalam kasih,
saling mengasihi satu sama lain dan hidup menurut perintah Allah. Kasih persaudaraan yang
muncul di tengah-tangah kehidupan manusia yang saling mengasihi sudah cukup
menggambarkan bagaimana suasana Kerajaan Allah kelak. Ketika orang-orang hidup dalam
kasih dan saling mengasihi sebagaimana Kristus mengasihi manusia, sesungguhnya sudah
menampakkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah tidak hanya melulu dalam kaitan dengan
keselamatan kelak yang sifatnya eskatologis, tetapi dirasakan juga di dalam kehidupan umat
manusia. “Hidup di dalam kasih” (2Yoh. 1:6) yang menjadi ciri khas Yohanes, menjadi poin
penting bagaimana menghadirkan kerajaan Allah di dunia.78
Ketika manusia hidup dalam situasi perang, saling bermusuhan, saling menjatuhkan,
ini tidak memancarkan situasu kerajaan Allah sama sekali. Situasi kerajaan Allah terpancar
jelas ketika manusia hidup rukun, akur, saling membantu, saling menolong yang lemah,
menghargai martabat pribadi setiap orang, dan sikap solidaritas di dalam masyarakat. Itulah
situasi dimana manusia mengalami hidup di dalam kasih Allah. Ubi Caritas, Deus ibi est!
dimana ada Cinta Kasih, disitulah Allah hadir. Kerajaan Allah, ternyata masih perlu
diperjuangkan oleh manusia yang masih berjuang di dunia. Kerajaan Allah adalah situasi
ideal yang menjadi harapan indah bagi semua makhluk hidup, khususnya manusia. Oleh
karenanya, manusia perlu setia dan percaya pada yang benar yakni Yesus Kristus.
When = Kapan Kerajaan Allah Terwujud?
2 Yohanes 1:6 Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-
Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih,
sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
2 Yohanes 1:8-9 Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami
kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa
maupun Anak. Yohanes mengajarkan kalau kasih itu bukan sekedar emosi dan perasaan saja,
tetapi merupakan kepatuhan terhadap perintah Allah. Yesus menekankan pentingnya perintah
ini, terutama mengenai “perintah yang pertama dan terutama,” kasihilah Tuhan Allah-mu (Ul
6:5) dan perintah yang kedua—kasihilah sesamamu manusia (Mat 22:37-40; Imamat 19:18).
Bukannya meniadakan hukum Taurat, Yesus justru datang untuk menggenapinya.79
Sangatlah penting untuk menguji segala sesuatu yang kita lihat, dengar, dan baca dari
orang yang mengaku dirinya “orang Kristen.” Hal ini harus kita camkan baik-baik karena
melalui orang seperti itulah Iblis berupaya menipu dan menyesatkan kita. Sangat gampang
untuk terjerat dan tertipu doktrin yang sepertinya alkitabiah, tapi setelah dipelajari lebih
mendalam, justru sangat jauh dari Firman Tuhan yang sejati. Jika tidak sesuai dengan
Alkitab, berarti itu pasti ajaran palsu dan tidak berasal dari Roh Kudus. Karenanya, kita tidak
perlu berurusan dengannya.
78
Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. op. cit., hlm. 468.
79
Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmyer, dan Roland E. Murphy (Ed.). The New Jerome Biblical
Commentary, op. cit., 115
Why = Mengapa Kerajaan Allah diwujudkan?
Umat Allah harus berusaha bersekutu dengan Kristus dan dengan demikian juga
bersekutu dengan Allah.80 Maksud bersekutu disini adalah berada dalam hubungan yang erat
dan benar dengan Allah. Orang beriman dipanggil agar tidak mengasihi dunia ini, tidak
berjalan dalam kegelapan, tidak menuruti keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan
hidup, sebab semua itu tidak berasal dari Allah (2:15-16). Sebaliknya, kita dipanggil untuk
mengikuti terang dan kebenaran karena dengan berbuat demikian, orang percaya boleh
disebut sebgai orang-orang yang lahir dari padanya (2:29).81
Dalam 1 Yoh 4:7-21 menegaskan bahwa kasih Allah dinyatakan kepada manusia
dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia “supaya kita hidup oleh-Nya.” Hidup
yang dimaksudkan di sini bukanlah hidup dunia, melainkan kehidupan kekal di surga. Di
sana manusia akan hidup dalam persekutuan kasih yang sempurna dengan Allah.
Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan yang tertinggi karena di dalamnya kita akan melihat
Allah yang menciptakan dan mengasihi kita. Kehidupan surgawi berarti “hidup bersama
dengan Kristus dan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya. Allah adalah kasih. Kasih
Allah adalah dasar dari semua kebenaran. Kita diperintahkan untuk mengasihi Allah karena
Allah lebih dahulu mengasihi kita, dengan jalan mengutus Yesus Kristus agar menjadi
pendamaian bagi dosa-dosa manusia (4:9-10). Kasih itu berasal dari Allah, jadi untuk
mengenal Allah, manusia harus mengasihi Allah dan saling mengasihi satu sama lain (4:7-
8).82
III. PENUTUP
Allah adalah kasih. Iman Kristiani didasarkan pada kenyataan bahwa Allah mengasihi
manusia, yang diciptakan-Nya. Untuk memahami kebenaran mengenai Allah ini, kita perlu
memahami bagaimana mengasihi. Orang yang mengasihi orang lain memiliki dua ciri: 1).
menghendaki orang yang dikasihinya berbahagia dan 2). rela berkurban demi kebahagiaan
orang yang dikasihinya. Terdorong oleh kasih-Nya kepada manusia, Allah menghendaki
manusia berbahagia bersama Dia di surga selamanya.
Dalam 1Yoh 4:7-21 menegaskan bahwa kasih Allah dinyatakan kepada manusia
dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia “supaya kita hidup oleh-Nya.” Hidup
yang dimaksudkan di sini bukanlah hidup dunia, melainkan kehidupan kekal di surga. Di
sana manusia akan hidup dalam persekutuan kasih yang sempurna dengan Allah.
Kebahagiaan itu adalah kebahagiaan yang tertinggi karena di dalamnya kita akan melihat
Allah yang menciptakan dan mengasihi kita. Kehidupan surgawi berarti “hidup bersama
dengan Kristus dan mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya.
Pengantar
Paulus dalam perjalanannya juga memberikan surat kepada jemaat di Korintus sebagai
upaya untuk pembinaan jemaat. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus
menyampaikan inti yang harus dilakukan oleh jemaat disana. Melihat dari perkembangan
situasi kota dan iman, Paulus ingin mengarahkan jemaat kepada Allah bukan hanya
83
Dianne Bergant dan Robert J. Karris (Ed.). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. op. cit., hlm. 471.
berdasarkan iman tetapi juga berdasarkan perbuatan. 84 Oleh karenanya pada tulisan ini
ingin membahas bagaimana cara pandang dan ajakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat
di Korintus mengenai Kerajaan Allah.
Uraian
Latar Belakang
Sejauh bagaimana yang diketahui bahwa Paulus adalah sosok yang dikenal dalam
lingkungan Gereja dan juga lingkungan orang Yahudi. 85 Tokoh yang pada awalnya menjadi
orang yang memburu pengikut Yesus, pada akhirnya menjadi alat bagi Kristus untuk
mewartakan Kabar Sukacita. Cara Paulus selain mewartakan secara langsung atau
berhadapan, ia juga mewartakan melalui surat yang ditujukan kepada jemaat atau pribadi
tertentu berdasarkan situasi dan kondisi yang sedang bergejolak pada tujuan surat tersebut.
Oleh karenanya terdapat 13 surat Paulus yang ditujukan untuk jemaat atau orang tertentu
dari jumlah total 23 surat yang ada dalam Perjanjian Baru. 86 Karangan surat tersebut
berbeda bentuknya dengan Injil, karena surat memiliki ciri khasnya sendiri. Dalam surat
pada umumnya memiliki bentuk sususan yang sama seperti pembukaan, syukur, bagian
pokok, anjuran dan penutup.87 Inti pokok dari surat yang buat berisikan dengan bahan
tradisi yang sudah dibahasakan lebih mudah agar dapat lebih mudah dipahami pembaca
dan perkembangan tradisi. Maksud dari perkembangan tradisi adalah ada kaitannya dengan
konteks situasi yang berlangsung yaitu lebih bersifat misioner. Artinya dimana para pewarta
berperan penting untuk berkeliling menyampaikan kabar gembira tentang karya
keselamatan Kristus keberbagai penjuru dunia. Dengan situasi tersebut menjadikan surat
yang ditujukan memiliki ciri khasnya masing-masing. Menyampaikan sesuai dengan ciri khas
tempat dimana surat tersebut dituju artinya juga mengembangkan tradisi pokok yang hanya
disampaikan oleh Yesus kepada 12 murid. Maka, surat-surat yang dibuat oleh Paulus
memiliki karakter yang berbeda tergantung tujuan surat dengan memperhatikan situasi dan
kondisi yang sedang terjadi.
Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus
Dalam pembahasan kali ini akan lebih menyoroti berkatian dengan surat Paulus kepada
jemaat di Korintus. Maka perlu untuk mengetahui bagaimana situasi yang terjadi di kota
Korintus begitu juga dengan jemaat yang ada di kota tersebut.
Kota Korintus88
84
Bdk. Yak 2:20 : “Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan
adalah iman yang kosong?”
85
St. Darmawijaya Pr, Sekilas bersama Paulus, (Yogyakarta;Kan isius,1992), 11
86
Dr. T. Jacobs S.Y., Siapa Yesus Kristus Menurut Perjanjian Baru, (Yogyakarta;Kanisius, 1982), 31
87
Idem hal 32
88
A.S. Hadiwiyata, LBI, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,(Yogyakarta;Kanisius, 2002), 273-276
Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus sekitar tahun 56-58 M, dalam hal tata kota
Korintus merupakan kota yang terkemuka di Yunani, akan tetapi menjadi mundur
peranannya dalam bidang politik dan ekonomi. Dari letaknya, Korintus berada di selat
sempit yang menghubungkan daratan Yunani dengan Peloponnesus. Dengan demikian
Korintus memegang peranan penting dalam sejarah Yunani dan dunia laut Tengah karena
menjadi pintu gerbang antara bagian timur dan barat. Korintus merupakan ibu kota Provinsi
Akhaya Romawi, yang merupakan kota perdagangan. Kota perdagangan itu bercirikan
masyarakat yang campuran dan aktif. Sebagai kota perdagangan dan terkemuka, Korintus
memiliki segala hal yang positif maupun negatif. Hal positif dari Korintus adalah tempat
dimana bercampurnya berbagai budaya di kota tersebut, akan tetapi itu juga menimbulkan
dampak yang negatif bagi kota tersebut. Dampak tersebut menimbulkan banyak
permasalahan berkaitan dengan kebudayaan seperti sinkretisme keagamaan.
Paulus di Korintus
Pewartaan Paulus di Korintus dilakukan sekitar 18 bulan 89, peran yang diambil olehnya
adalah sebagai pengkhotbah. Pada awalnya Paulus mewartakan Injil di antara penduduk
Yahudi dan mengajar di sinagoga, tindakan tersebut dirasa cukup berhasil. 90 Selama berada
di Korintus, Paulus hidup dan bekerja bersama Akwila dan Priskila, yang merupakan sahabat
Yahudi Kristen yang termasuk dalam anggota dari misinya. Setelah berjalan beberapa lama,
orang-orang Yahudi malah terus menerus menyerang Paulus. 91 Kemudian Paulus
mengevaluasi kembali prioritasnya, lalu ia kembali memulai prioritasnya untuk mewartakan
Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Pada saat di Korintus, ternyata ada pewarta lainnya
yakni Apolos yang memiliki kepandaian berbicara dibandingkan dengan Paulus yang masih
takut dan gentar.92 Ada hal positif juga negatif berkaitan dengan pewartaan yang dilakukan
oleh seorang rasul. Positifnya adalah adanya pengajaran yang saling melengkapi satu
dengan yang lain. Akan tetapi efek negatifnya adalah adanya persaingan atau perbandingan
antar kelompok yang ada diantara pengikut mereka. Hal tersebut tidak akan membuat
kesatuan jemaat di Korintus sendiri. Kekacauan tersebut akan berdampak dan merugikan
pewartaan yang dilakukan oleh Paulus.
Jemaat di Korintus
Jemaat di Korintus dimulai oleh Akwila dan Priskila yang merupakan anggota terkemuka dari
jemaat. Pasangan tersebut yang menyelesaikan pengajaran dari Apolos sesudah Paulus
menuju Efesus.93 Setelah itu, jemaat semakin bertambah dan terdiri dari orang-orang
Kristen, baik orang Yahudi maupun orang Yunani. Dalam jemaat bahaya yang sering terjadi
adalah perpecahan, hal tersebut diakibatkan oleh karena adanya pengaruh kekafiran yang
menyebabkan salah paham berkaitan dengan hal-hal Yudaisme seperti makan daging,
89
Bdk. Kis 18:11
90
Bdk. Kis 18:14
91
Bdk. Kis 18:5-6, 12-17
92
Bdk. 1Kor 2:3
93
Bdk. Kis 18:24-28
melayani ibadat, pakaian yang layak, dan sikap dalam liturgi. 94 Ciri jemaat di Korintus dapat
dikatakan sebagai penggemar. Maksudnya adalah mereka bersemangat, akan tetapi tidak
mendalam. Hal tersebut nampak dalam tindakan mereka. Contohnya seperti secara samar-
samar mereka mengerti bahwa iman harus dipraktekan, akan tetapi mereka
mempraktekkan hal-hal yang salah. Maka semangat mereka yang keliru harus diarahkan dan
dikendalikan tetapi bukan dihilangkan. Kondisi jemaat dapat dikatakan kacau dan banyak
jemaat yang rewel, akan tetapi itulah kondisi jemaat di Korintus.95
94
Bdk. 1Kor 11:2-34
95
Dr.C. Groenen OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta; Kanisius,1984) 226-229
96
Bdk. 1Kor 1:18
b. Contoh Lain Ketidakdewasaan c. Pemecahan Krisis Kabar Gembira
jemaat Korintus : Kekacauan Moral dari Paulus (7:5-16)
(5:1-6:20) III Kolekte untuk Yerusalem (8:1-9:15)
III Jawaban atas Pertanyaan Orang Korintus a. Permohonan akan Kemurahan Hati
(7:1-11:1) Orang-Orang Korintus (8:1-24)
a. Pertanyaan mengenai Kedudukan b. Permintaan kedua kepada Orang
Sosial (7:1-40) Akhaya (9:1-15)
b. Perjuangan dalam Lingkungan Kafir IV Pembelaan Paulus akan Pelayanannya
(8:1-11:1) (10:1-13:10)
IV Problem dalam Pertemuan Liturgi (11:2- a. Paulus membantah Lawan-
14:40) Lawannya (10:18)
a. Pakaian Liturgi dan Sikap (11:2-16) b. Alasan Paulus untuk Berbangga
b. Perayaan Perjamuan Tuhan (11:17- (11:1-12:21)
34) c. Peringatan Akhir (13:1-10)
c. Karunia Roh dan Jemaat (12:1- V Penutup (13:11-13)
14:40)
V Kebangkitan (15:1-58)
a. Kebangkitan Kristus (15:1-11)
b. Kebangkitan Orang Mati (15:12-34)
c. Cara Kebangkitan (15:35-58)
VI Konklusi (16:1-24)
97
Tom Jacobs, Paulus: Hidup, Karya, dan Teologinya, (Yogyakarta Kanisius, 1983) 126-127
Ayat 4:20 : “Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa”
Ayat 6:9-10 : “Atau tidak tahukan kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul,
penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang
kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah.”
Ayat 15:50 : “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa
daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa
yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”
Kemudian ada terminologi lain yang terkait dengan Kerajaan Allah yakni kata Kerajaan dan
Raja yang merupakan salah satu ciri dari keagungan Allah :
Ayat 15:24-25 : “Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan
kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan,
kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai
Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.”
Berdasarkan 2 Korintus
Terminologi Kerajaan Allah berdasarkan 2 Korintus tidak dituliskan secara eksplisit.
Walaupun demikian ada terminologi yang terkait dengan warta tentang Kerajaan Allah
seperti kuasa.
a. Terdapat 8 ayat yang menunjukkan kata kuasa pada kuasa Allah seperti 2Kor 10:4 ;
10:8; 12:9 (2x); 12:12 ; 13:4 (2x) dan 13:10
Ayat 10:4 : “karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi,
melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk
meruntuhkan benteng-benteng.”
Ayat 10:8 : Bahkan, jikalau aku agak berlebih-lebihan bermegah atas kuasa, yang
dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan
kamu, maka dalam hal itu aku tidak akan mendapat malu.
Ayat 12:9 : Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih
suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Ayat 12:12 : Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul,
telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda,
mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa.
Ayat 13:4 : Karena sekalipun Ia telah disalibkan oleh karena kelemahan, namun Ia
hidup karena kuasa Allah. Memang kami adalah lemah di dalam Dia, tetapi kami
akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah.
Ayat 13:10 : Itulah sebabnya sekali ini aku menulis kepada kamu ketika aku
berjauhan dengan kamu, supaya bila aku berada di tengah-tengah kamu, aku tidak
terpaksa bertindak keras menurut kuasa yang dianugerahkan Tuhan kepadaku untuk
membangun dan bukan untuk meruntuhkan.
b. Ada 1 ayat dengan menggunakan kata dikuasai, 2 Kor 1:12
Ayat 1:2 : Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi
kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan
kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh
hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.
c. Ada 1 ayat dengan menggunakan kata kekuasaan, 2 Kor 6:7
Ayat 6:7 : “dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan
menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela...
“
d. Ada 1 ayat dengan menggunakan kata Mahakuasa, 2 Kor 6:18
Ayat 6:18 : “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku
laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang
Mahakuasa."
e. Ada 1 ayat dengan menggunakan kata berkuasa, 2 Kor 13:3
Ayat 13:3 : Karena kamu ingin suatu bukti, bahwa Kristus berkata-kata dengan
perantaraan aku, dan Ia tidak lemah terhadap kamu, melainkan berkuasa di tengah-
tengah kamu.
f. Ada 3 ayat dengan menggunakan kata kekuatan, 2 Kor 1:6 ; 1:12 ; 4:7
Ayat 1:6 : Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu;
jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu
beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti
yang kami derita juga.
Ayat 1:12 : Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi
kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan
kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh
hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.
Ayat 4:7 : Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa
kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Dalam 2 Korintus walaupun tidak ditemukan kata Kerajaan Allah akan tetapi dapat
dianalogikan bahwa Kerajaan Allah sebagai tempat dimana Allah meraja atau Pribadi yang
Mahakuasa.
98
John Fuellenbach, SVD, “Kerajaan Allah Pesan Inti Ajaran Yesus bagi Dunia Modern” (Ende, Penerbit
Nusa Indah, 2006), 219-221
99
Redemtoris Missio art 8
100
Bdk. 2 Kor 13:11
101
1 Kor 8:4-6 “…tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa. Sebab sungguhpun ada apa yang disebut
‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang
demikian – namum bagi kita hanya ada satu Allah saj, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala
sesuatu dan yang untu Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala
sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”
Ada dua makna berkaitan dengan dimana terwujudnya Kerajaan Allah yakni Kerajaan Allah
terwujud sekarang dan akan datang.
a. Kerajaan Allah itu terwujud sekarang dan hal tersebut mengindikasikan berkaitan
dengan keadaan di bumi. Dimensi ruang dan waktu saat ini yang ingin diwujudkan
dalam Kerajaan Allah. Kondisi ideal dari Kerajaan Allah seperti damai dan sukacita
sudah dapat dirasakan oleh manusia apabila dapat menyingkirkan ketidakselaran
dan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Allah. Apa saja yang dijauhi oleh
manusia tertulis dalam 1 Kor 6:9-10
b. Kerajaan Allah terwujud akan datang yakni Kerajaan Allah akan terwujud nanti. Pada
2 Kor 12:1-4, Paulus memberikan penjelasan mengenai bahwa Kerajaan Allah akan
terwujud bahwa Kerajaan Allah itu merujuk pada sorga atau firdaus. Dimana firdaus
terdapat damai dan sukacita berlimpah didalamnya.
Why : Mengapa Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus Memiliki Peran Penting dalam
Kaitannya dengan Warta Kerajaan Allah?
Warta Kerajaan Allah menjadi suatu ajakan bagi para pengikut Kristus di Korintus yang
membutuhkan suatu pegangan iman ditengah situasi yang tidak menentu. Gambaran
Kerajaan Allah menjadi patokan bagi jemaat dalam bertindak dan berperilaku. 102 Kemudian
warta Kerajaan Allah adalah warta dari kerinduan jemaat yang mengeluh dengan dunia dan
merindukan kediaman surgawi (firdaus). Lalu warta Kerajaan Allah adalah warta sukacita. 103
Oleh karenanya, Paulus mengajak jemaat untuk bersukacita dengan warta yang telah
disampaikannya. Warta Kerajaan Allah membuat jemaat meciptakan ciptaan baru. 104 Artinya
102
Bdk. 1 Kor 6:9-10
103
Bdk. 2 Kor 2:3
104
John Fuellenbach, SVD, “Kerajaan Allah Pesan Inti Ajaran Yesus bagi Dunia Modern” (Ende, Penerbit
Nusa Indah, 2006), 335-337
dimana kondisi manusia berada dalam Kristus, menerima Kristus sebagai pegangan dalam
hidupnya.105
Penutup
Kerajaan Allah adalah gambaran dari terciptanya rasa damai dan sukacita dimana Allah yang
berkuasa sebagai Raja. Gambaran tersebut tercipta pada saat ini dan yang akan datang.
Maksudnya adalah gambaran Kerajaan Allah hadir saat ini dalam kehidupan manusia dan
akan mencapai kepenuhannya setelah tubuh fisik ini binasa. Oleh karenanya setiap manusia
memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan gambaran Kerajaan Allah didunia ini.
Latar belakang situasi yang dialami oleh jemaat di Korintus menyebabkan gambaran
Kerajaan Allah itu sebagai suatu tanggung jawab moral bagi setiap orang. Bukan hanya
membina tubuh rohani tetapi juga harus membina tubuh fisik.
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan
kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang
Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang
Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika
mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi
berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina.
Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari
Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada
105
Bdk. 2 Kor 5:27
106
Thomas H. Tobin, Warta Rohani Rasul Paulus (Ende, Nusa Indah, 2001), 100-112
107
Bdk. 1 Kor 6:9-10
108
Bdk. 1 Kor 15:35-58
orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia
yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok
persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di
antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan
kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Ada beberapa nama yang diajukkan sebagai pengarang surat ini seperti Paulus, Lukas,
Barnabas, Apollos, Silas, Philip, Pricilia dan sebagainya. Sebab, Sangat sulit untuk menetapkan siapa
pengarang surat ini karena tidak disampaikan dalam surat ini. Tetapi diakhir bab ini nama Timotius
disebut, sebagai “saudara” (2Tim 13:23). Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat
dipastikan: penulis menulis dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang
rasuli. Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah
pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis
sebelum tahun 70 M.
Surat Ibrani memberikan penguatan dan peneguhan serta mengingatkan mereka supaya
tetap beriman kepada Yesus dan tinggal tetap dalam Kekristenan. Untuk itulah dalam kitab Ibrani
diperlihatkan kesempurnaan Kristus sebagai keselamatan dan kehidupan yang jauh lebih unggul dan
sempurna dari siapapun dalam dunia ini. Sang penulis menyatakan identitas sejati Yesus sebagai
Allah. Dialah penguasa tertinggi (Christ is Superior). Bahwa Yesus Kristus lebih besar daripada para
malaikat (1-2), daripada Musa (3), daripada imam-imam perjanjian lama (4-7), perjanjian baru
(Kristus) lebih tinggi daripada perjanjian lama (8-10).
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis
menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri atas tiga bagian
utama.
Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai
penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para nabi (Ibr 1:1-3),
malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu
peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin
menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).
Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr 4:14--
5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang sempurna dan abadi.
Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani
atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12). Bagian yang
terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya agar tetap tabah dalam
keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.
What?
Ibr 1:8 : “TakhtaMu ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu
adalah tongkat kebenaran.
Dari perikop bacaan ini, dapat ditemukan bahwa Kerajaan Allah itu ialah Kerajaan yang tak-
berkesudahan. Yang meraja adalah Allah. Bahwa Allah berkuasa atas segala-galanya. Dia adalah Raja
diatas segala raja dan tongkatNya adalah tongkat kebenaran. (Allah meraja dan berkuasa dengan
tongkat kebenaranNya). Dalam surat ini menegaskan bahwa “Melkisedek adalah pertama-tama raja
kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera” (bdk. Ibr 7:2). Engkau (Kristus) adalah
Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek (Ibr 5:6).
Ditegaskan bahwa, Kristus adalah imam agung untuk selama-lamanya (Ibr 7:26: “Sebab
Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang
terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga”). Berarti kita
mempunyai seorang kepala yakni Yesus Kristus (bdk. Ibr 10:21: “dan kita mempunyai seorang Imam
Besar sebagai Kepala Rumah”) yang datang ke dunia untuk menunjukkan sesuatu yang benar dan
baik demi keselamatan kita kelak (bdk. Ibr 9:11: “tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar
untuk hal-hal yang baik yang akan datang”).
Dan Dialah jaminan akan tanah air sorgawi (bdk. Ibr 7:22: “Yesus adalah jaminan dari suatu
perjanjian yang lebih kuat”), (bdk. Ibr 8:1: “inti segala yang kita bicarakan itu ialah kita mempunyai
Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga”),
sehingga melalui Dia kita percaya dan berharap akan tanah air sejati yakni Kerajaan Surga (bdk. Ibr
11:16: “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi”).
When?
Ibr 10:37: “sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia akan datang dan sudah akan ada,
tanpa menangguhkan kedatanganNya” (He who is coming will come and He will not delay)
Dari perikop ini mau menekankan bahwa Allah telah datang dalam diri Yesus Kristus sebagai
imam agung yang menderita demi dosa umat manusia (bdk. Ibr 9:26: “tetapi sekarang Ia hanya satu
kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh KorbanNya”).
Tetapi Dia akan kembali untuk menyatakan diriNya (bdk. Ibr 2:8: “Segala sesuatu telah Engkau
taklukkan di bawah kakiNya…..tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah
ditaklukkan kepadaNya”); takhluknya semua hal kepada Kristus masih merupakan hal yang akan
datang, tetapi prosesnya telah mulai dengan peninggian Yesus ke surga sesudah kematianNya (bdk.
Ibr 8:1: “inti segala yang kita bicarakan itu ialah kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang
duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga”).
Dengan demikian, oleh darah Yesus Kristus kita punya jaminan bahwa kita akan
mendapatkan tempat yang kudus bersama Dia di dalam KerajaanNya (bdk. Ibr 10:19: “Jadi, saudara-
saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus”).
Di bumi ini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum
Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga (bdk. Ibr 8:4-5)
ayat ini mengutip Kel. 25:40, yang mengingatkan bahwa Musa diperintahkan untuk membangun
dipadang gurun kemah pertemuan sesuai dengan rencana ilahi. Pengarang mau mengatakan bahwa
kenyataan sejati ada di dunia surgawi milik Allah, dan yang di bumi hanyalah tiruan dan bayang-
bayang darinya. Apakah seperti dunia ideal Plato? Dengan demikian terkait kapan terpenuhinya
Kerajaan Allah itu, surat Ibrani secara eksplisit mengatakan bahwa sudah terjadi dalam diri Yesus
Kristus Sang Imam Agung yang mempersembahkan diri, wafat demi menebus dosa manusia dan kini
telah berada di sisi kanan Allah Bapa, tapi sungguh suasana kerajaanNya kita cicipi ketika kita
berekaristi (para imam mempersembahkan korban tubuh Kristus), dan yang akan datang Dia akan
kembali untuk bertahta, di surga atau di bumi tidak dikatakan. Kalau sekarang Yesus Kristus jelas
bertahta di surga tapi untuk kelak tidak disampaikan.
Who?
Ibr 13:8: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (bdk.
Ibr 6:20).
Yesus Kristus adalah Kerajaan Allah itu. Bahwa Allah yang adalah Yesus Kristus telah
menyatakan diriNya sebagai imam yang memberikan hidup yang tak binasa, yang percaya dan
berharap padaNya akan memperoleh hidup yang kekal, kelak (bdk. Ibr 7:15: “yang menjadi imam
bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat
binasa”). Hari ini (mungkin maksudnya, ketika Yesus naik ke surga) “bdk. Ibr 5:9: “dan sesudah Ia
mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang
taat kepadaNya” dan Dia mengutus RohNya untuk bersama dengan kita untuk selama-lamanya
(sampai Ia kembali menyatakan diriNya).
Where?
Ibr 13:14: “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal tetap; kita mencari kota yang akan
datang”.
Kota yang akan datang adalah “kota Allah yang hidup” (bdk. Ibr 12:22). Kota yang akan
datang itu lebih baik daripada apa yang ditawarkan oleh zaman ini dan itu akan berlangsung
selamanya, dan yang terbaik dari semua itu adalah bahwa Allah akan ada disana, sempurna dalam
kemuliaan (Ibr 12:23).
How?
Ibr 12:14: ”Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa
kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan”
Surat ini mengajak kita agar mencari kekudusan sebab hanya melalui kekudusan kita akan
berjumpa dengan Tuhan. Ibr 10:25: “marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat” Ibr 4:1: “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada
seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam
perhentianNya masih berlaku”
Why?
Sesuai dengan tujuan penulisan surat Ibrani ini, kita diingatkan oleh Tuhan supaya kita yang
percaya pada Yesus Kristus di dorong untuk tetap tabah dan setia di dalam iman, semakin dewasa
secara rohani dan mempertahankan kekudusan sebagai umat pilihan Allah. Sebab kekudusan adalah
syarat mutlak untuk bertemu dengan Tuhan.
Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose merupakan salah satu bagian dari surat-
surat penjara. Surat ini dialamatkan kepada jemaat Kristen di Kolose yang terletak di Asia
Kecil dekat sungai Likus, kira-kira 110 mil sebelah Timur Efesus dan 10 mil Barat Daya
Laodikia.109 Surat ini ditulis karena munculnya ajaran-ajaran yang membingungkan di antara
jemaat Kristen, yakni gerakan sinkretisme Yahudi-pre-Gnostik. Pengajar-pengajar palsu yang
menyarankan bahwa ‘dewa-dewa’ dan kekuatan langit harus diberi tempat. mereka juga
menganjurkan untuk menggunakan kekuatan gaib, astrologi, dan praktik-praktik sekte-sekte
rahasia.110. Dari alasan tersebut, Rasul Paulus menyatakan bahwa ajaran-ajaran yang
dipraktikan tadi bertentangan dengan kekristenan. Hal ini memperjelas tujuan surat yang
ditujukan kepada jemaat di Kolose bahwa keyakinan Kristen yang paling mendasar adalah
percaya kepada Kristus sebagai penyelamat dan Tuhan dan juga sebagai kepala Gereja.
Surat ini menunjukkan pentingnya sura-surat rasul yang diedarkan dari jemaat ke
jemaat (4:16) dan memberikan gambaran tentang persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
orang-orang Kristen di Asia Kecil. Waktu dan tempat penulisan surat ini, menjelaskan
tentang penekanan kekuasaan Kristus atas kosmis (1:15-17; 2:8-10.15-19.20-23). Dalam surat
ini ada tiga tema pokok; pertama, pribadi dan karya Kristus dilihat dari segi pandangan
universal. Kristus tidak hanya kepala Gereja, yang anggota-anggotanya merupakan tubuh
mistik-Nya, melainkan Ia juga kepala dari segala ciptaan. Dalam hal ini, Rasul Paulus
menggunakan istilah Pleroma untuk menyebut keseluruhan ciptaan. Kedua, menunjukkan
keunggulan Kristus, Rasul Paulus menunjuk kepada kehadiran Ilahi-Nya yang disebut
sebagai ‘gambar Bapa’. Kemudian, Rasul Paulus mengaitkan kekuasaan Kritus atas alam
semesta dengan menggunakan sebutan ‘Tubuh Kristus’. Terakhir, Rasul Paulus meyebut
ikatan rencana Ilahi, rahasia yang sudah lama tersembunyi dan sekarang dinyatakan kepada
semua orang.
Keseluruhan isi surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose terdiri dari 4 bab, antara
lain;
112
Ibid.
113
Willian W. Klein, David E. Gerland, etc, (editors), The Expositor’s Bible Commentary: Ephesians,
Philippians, Colossians, Philemon. (Amerika : The Lockman Foundation, 1995), 457.
adalah subjek dari Kerajaan Allah, bukan sebagai timekeeper yang mencari tahu apakah
Kerajaan Allah sudah datang atau belum.
Kerajaan Allah merupakan pokok pewartaan yang diupayakan Yesus yang terungkap dalam
pelbagai karya publik-Nya, baik yang berbentuk pengajaran maupun mukjizat-mukjizat yang
dikerjakan-Nya. 118 Karena tugas itu menjadi pokok pewartaan Yesus, Yesus sendirilah yang menjadi
‘pelayan Kerajaan Allah yang sekarang sudah hadir (Mat.12:28; Luk.11:20; 17:21) dan masih akan
datang (Mat.8:11).’119 Seusai peristiwa kebangkitan dan kenaikan-Nya (lih. Mrk.16:19-20; Luk.24:46-
51; Kis.1:1-8), karya Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah diserahkan kepada Para Rasul dan
dilanjutkan oleh mereka. Pelbagai kisah tentang upaya Para Rasul melanjutkan karya Yesus ini
tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul. Oleh karena itu, jika empat tulisan awal (keempat injil) dalam
Kitab Suci Perjanjian Baru (KSPB) berkisah tentang riwayat hidup dan karya Yesus, tulisan kelima ini
berisikan tentang kisah para pengikut-Nya, yakni Para Rasul. 120
Namun, jika diperhatikan, ada perbedaan pokok terkait dengan apa yang diwartakan Yesus
dalam Injil dan apa yang diwartakan oleh Para Rasul dalam Kisah. Mrk.1:14-15 dan Mat.4:12-17
menyampaikan secara jelas tentang yang diwartakan Yesus, yakni Kerajaan Allah atau Kerajaan
Sorga. Sedangkan dalam Kisah, seperti yang tertulis dalam Kis.1:8 bahwa Para Rasul akan menjadi
saksi Yesus, warta yang disampaikan oleh Para Rasul tidak lain adalah tentang diri Yesus. Hal ini
menjadi semakin jelas jika Kis.1:8 dikaitkan dengan Luk.24:46-47, yakni bahwa Para Rasul harus
mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa kepada segala bangsa atas nama Yesus, Mesias
yang menderita dan bangkit dari antara orang mati. Dengan demikian, yang menjadi pertanyaan
pokok adalah apakah pewartaan para Rasul tentang diri Yesus dalam Kisah memiliki segi
paradigmatis tentang Kerajaan Allah?
Namun, sebelum sampai pada pembahasan itu, bagian pertama makalah ini hendak
membahas secara ringkas pemahaman tentang kitab Kisah. Di bagian ini, beberapa hal yang akan
dibahas adalah pemahaman umum Kisah seperti nama, penulis, sumber penulisan, tujuan penulisan,
struktur penulisan, serta isi pokok kitab. Pada bagian kedua, pembahasan tentang Kerajaan Allah
dalam Kisah akan sampaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk menemukan paradigma tentang
Kerajaan Allah dalam Kisah melalui pewartaan Para Rasul dengan diri Yesus sebagai pokok
118
Bdk. Gerald O’Collins, SJ dan Edward G. Farrugia, SJ, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 139.
119
Lih. Ibid.
120
Bdk. Dr. C. Groenen, OFM, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 174.
pewartaannya. Dalam bagian terakhir akan disampaikan suatu simpulan guna memberikan benang
merah tentang konsep Kerajaan Allah dalam kitab Kisah.
Kisah Para Rasul adalah kitab yang mengisahkan suatu narasi tentang kelanjutan karya Yesus
yang dilakukan oleh Para Rasul. Hal ini dapat dimengerti mengingat dalam Alkitab bagian Perjanjian
Baru121, kitab ini ditempatkan setelah keempat injil yang memiliki inti narasi tentang hidup dan karya
Yesus berserta sengsara, wafat, dan kebangitan-Nya. Oleh karena kitab ini memiliki dimensi
keberlanjutan dari kitab-kitab Injil, pemahaman terhadapanya perlu untuk diupayakan. Maka dari
itu, bagian ini akan mendeskripsikan beberapa hal pemahaman tentang kitab ini secara ringkas dan
padat.
A. Nama Kitab
Kitab Kisah Para Rasul (selanjutnya disebut Kisah) dalam bahasa Yunani memiliki nama
praxeis apostolon.122 Sedangkan dalam bahasa Latin, sebagai hasil terjemahan dari judul bahasa
Yunani, kitab ini bernama Acta Apostolorum.123 Akan tetapi, secara historis, penamaan kitab ini tidak
begitu saja diberikan seusai kitab ini selesai disusun. Hal ini kiranya sesuai dengan tradisi literatur
Yunani, yaitu bahwa tulisan-tulisan yang dihasilkan para penyusun, pengarang, atau penulisnya
selalu tanpa disertai dengan judul atau nama.124 Nama kitab ini baru diketahui kemudian sebagai
Kisah Para Rasul berdasarkan dari tulisan Irenaeus dalam Against Heresies dan dalam penggunaan
nama yang sama dalam Kanon Muratori.125
Dengan merujuk secara sekilas terhadap nama tersebut, kitab ini sepertinya memberikan
suatu narasi lengkap tentang hidup dan karya para Rasul. Namun, kitab yang berisikan 28 bab ini
tidak mengisahkan para Rasul yang hidup dan tinggal bersama dengan Yesus. Sekalipun dalam
Kis.1:12-14 nama para Rasul disebutkan dengan jelas, kitab ini hanya memberikan narasi tentang
Petrus, Yohanes, dan Yakobus serta memberikan secara dominan narasi tentang hidup dan karya
121
Yang dimaksudkan di sini adalah Alkitab terbitan Lembaga Alkibat Indonesia (LAI) dan Lembaga Biblika
Indonesia (LBI) yang isinya terdiri dari kitab-kitab Perjanjian Lama, kitab-kitab Deoterokanonika, dan
kitab-kitab Perjanjian Baru.
122
Ruben Rene Dupertuis, “The Acts of the Apostles, Narratives, dan History”, The Oxford handbook of
biblical narrative (New York, NY: Oxford University Press, 2015), 331.
123
St. Darmawijaya, Pr, Kisah Para Rasul (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), 8.
124
Bdk. Johannes Munck, The Anchor Bible: The Acts of the Apostles, Introduction, Translation, and Notes
(New York: Doubleday & Company, 1967), xvi.
125
Bdk. Ibid., xvii.
Paulus dengan dirinya sebagai tokoh sentral. 126 Berdasarkan hal ini, pemberian nama Kisah Para
Rasul terhadap kitab ini kiranya memberikan ketidaksesuaian. Akan tetapi, dengan mengingat bahwa
penamaan ini diberikan bukan oleh pengarangnya, melainkan oleh para pembaca atau penyalin kitab
ini untuk suatu hasil karya historis yang memuat catatan-catatan saksi mata127 tentang tindakan para
rasul - termasuk Paulus – nama kitab ini tidak lebih dari tafsiran atau interpretasi.128
B. Penulis Kitab
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa dalam tradisi literatur Yunani, penulis
kita tidak pernah mengungkapkan namanya, hal ini pun berlaku pada kitab Kisah. 129 Namun,
menurut pernyataan Klemens dari Alexandria, Origenes, dan Tertulianus dari abad ketiga masehi,
penulis kitab ini dikenal dengan nama Lukas.130 Sejumlah literatur dalam Perjanjian Baru, identitas
Lukas ini dikenal sebagai teman sekerja Paulus dan seorang tabib seperti yang tertulis dalam Flm.24,
Kol.4:14, dan 2Tim.4:11.131 Bahkan, identitas lainnya tentang Lukas dengan mengacu pada Kol.4:11-
14 adalah bahwa Lukas itu sendiri bukanlah seorang Yahudi. Dengan demikian, identitas Lukas
sebagai penulis Kisah ini adalah bahwa ia merupakan seorang tabib, teman sekerja Paulus, dan
seorang non-Yahudi.132
Data lainnya yang menunjukkan bahwa penulis Kisah adalah Lukas yang merujuk pada Lukas
sang penulis Injil adalah adanya beberapa teks yang saling berkaitan. Pertama, teks Luk.1:3 dan
Kis.1:1 dengan adanya keterangan nama ‘Teofilus’ di dua kitab ini dan frasa ‘dalam bukuku yang
pertama…’ yang merujuk pada Injil Lukas. Kedua, keterkaitan teks bagian awal Kisah dan teks bagian
akhir Injil Lukas, seperti Kis.1:4 dengan Luk.24:29, Kis.1:8 dengan Luk.24:47, dan Kis.1:9 dengan
Luk.24:51.133 Dengan adanya keterangan tersebut, Lukas-Kisah dapat dikatakan sebagai satu karya
utuh, dengan Injil Lukas sebagai bagian pertama dan Kisah sebagai bagian keduanya134 atau
kelanjutannya.135
126
Bdk. H. v.d. Brink, Tafsiran Alkitab: Kisah Para Rasul (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2008), 10.
127
Bdk. Johannes Munck, loc.cit., xvii.
128
Bdk. Donald A. Carson and Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids,
Michigan: Zondevan Publishing House, 2005), 285, 300-301.
129
Bdk. William S. Kurz, SJ, “Kisah Para Rasul”, Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM (ed.),
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 205.
130
Lih. Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Perjanjian Baru 5: Kisah Para Rasul (Yogyakarta: Kanisius,
1981), 9.
131
Bdk. William S. Kurz, SJ, op.ci., 206.
132
Bdk. William Barclay, The Daily Study Bibles: The Acts of The Apostles, revised edition (Edinburgh: The
Saint Andrew Press, 1976), 2.
133
Lih. Lembaga Biblika Indonesia, op.cit, 9.
134
Bdk. Johannes Munck, op.cit., xv.
135
Bdk. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, SJ, “Acts of The Apostles”, Raymond E. Brown, S.S.,
Joseph A. Fitzmyer, SJ, & Roland E. Murphy, O.Carm (eds), The Jerome Biblical Commentary – Two
Volumes (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1968), 165.
C. Sumber Penulisan
Kisah sebagai kelanjutan dari Injil Lukas kiranya hendak menyampaikan beberapa peristiwa
yang terjadi pasca peristiwa Yesus. Peristiwa itu terkait dengan awal keberadaan jemaat perdana,
karya para rasul, dan berlangsungya penyebarluasan iman dan ajaran tentang Kristus. Dengan kata
lain, penulis Kisah kiranya ingin memberikan suatu hasil laporan tersusun dan tertulis sejarah
perkembangan Gereja baik secara lokal maupun universal. Karena dalam Luk.1:4, Lukas
menyampaikan bahwa laporannya ini ‘sungguh benar’ dan kenyataan bahwa Kisah adalah kelanjutan
karyanya, penulis pun memiliki beberapa sumber yang dapat mendukung karya bagian keduanya ini
sebagai yang sungguh benar. Setidaknya, sumber penulisan Kisah ini dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok.
Pertama, sumber berasal dari laporan yang sudah beredar atau dari pengalaman personal
narasumbernya. Sumber ini merujuk pada laporan yang diberikan oleh jemaat-jemaat Gereja lokal,
seperti Jemaat Yerusalem (Kis.1-5, 15-16), Jemaat Kaisarea (Kis.8:26-40; 9:3-10:48), dan Jemaat
Antiokhia (Kis.11:19-30, 12:25-14:28).136 Selain itu, sumber juga merujuk pada laporan-laporan
tentang kisah dan karya Petrus (Kis.5:1-11; 9:32-34; 10-11; 12:1-19), Yohanes (Kis.3:1-10, 4:1-31),
Filipus (Kis.8:4-40), dan Stefanus (Kis.6:8-7:60), termasuk juga tentang Paulus. 137
Kedua, sumber penulisan berasal dari pengalaman personal penulis Kisah. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kata ganti orang pertama jamak, yaitu ‘kami’, seperti dalam Kis.16:10-
17, 20:5-16, 21:1-18, 27:1-28:16.138 Teks-teks yang menunjukan ‘we-sections’ ini sering digambarkan
sebagai kutipan yang diambil dari jurnal perjalanan, yang ditulis oleh rekan Paulus.139 Rekan itu tidak
lain adalah teman seperjalanan Paulus, yaitu Lukas.
Ketiga, sumber penulisan yang merujuk pada kitab-kitab Perjanjian Lama. Dengan
menggunakan sumber-sumber dari kitab-kitab Perjanjian Lama, penulis ingin menunjukkan tidak
hanya betapa pentingnya penciptaan nuansa dalam narasi, tetapi juga memberikan pesan-pesan
teologis kepada para pembacanya melalui peristiwa yang dikisahkan. 140 Penggunaan sumber-sumber
ini dapat ditemukan dalam pidato atau kotbah atau diskursus seperti yang dilakukan oleh Petrus
(Kis.2:14-39; 3:11-26; 4:8-12; 5:29-32, dan seterusnya) dan Paulus (13:16-41; 17:22-31).
136
Lih. William Barclay, op.cit., 6.
137
Lih. Dr. C. Groenen, OFM, op.cit., 181.
138
Lih. William Barclay, loc.cit.
139
Bdk. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitmyer, SJ, op.cit., 166.
140
Bdk. Henry Wansbrough, O.S.B, “Acts of the Apostles”, A New Catholic Commentary on Holy Scripture
(Hong Kong: Thomas Nelson LTD, 1975), 1075.
D. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan yang dapat diungkapkan dari penulisan kitab Kisah ini.
Pertama, dengan disusun atau ditulisnya Kisah ini, penulis hendak menunjukkan bagaimana
berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa dalam nama Yesus Kristus dapat menyebar luas
dan diterima oleh bangsa-bangsa Yahudi dan non-Yahudi oleh para Rasul melalui kesaksian mereka.
Hal ini merupakan perwujudan dari perintah Yesus sendiri kepada para Rasul. Pada teks Kis.1:8
tertulis “… dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi.” Teks Luk.24:47-48 juga menyampaikan bahwa “… dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini.”
Kedua, tujuan penulisan ini adalah untuk menunjukkan bahwa Kisah bukanlah sekedar buku
historis, meskipun penulisannya didasarkan pada data-data historis. Dengan digunakannya sumber-
sumber dari Perjanjian Lama, penulis Kisah hendak menunjukkan adanya kesinambungan antara
peristiwa dalam Kisah dengan apa yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. 141 Oleh karena itu,
penulis pun menempatkan setiap peristiwa dalam bukunya ini sebagai peristiwa iman di mana Allah
melalui Roh yang telah dijanjikan hadir, menyertai, dan memberikan kekuatan pada para Rasul 142
guna menyampaikan kembali nubuat dalam Perjanjian Lama itu.
141
William S. Kurz, SJ, op.cit., 207.
142
Bdk. Ibid.
143
Lih. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, SJ, op.cit., 167-168.
c. Misi di Yudea dan Samaria (Kis.8:4-9:43): narasi tentang Fililpus, pertobatan dan
panggilan Paulus, Paulus di Yerusalem, dan misi Petrus di Palestina (Lida, Saron, dan
Yope);
2. Misi ke Ujung Bumi (Kis.10:1-28:31)
a. Peresmian Misi kepada Bangsa-bangsa Non-Yahudi (Kis.10:1-15:35): Narasi Petrus
dan Kornelius, misi di Antiokhia, persekusi dan kematian Herodes, perjalanan misi
pertama Paulus (Siprus, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe), Konsili
Yerusalem;
b. Misi Universal Paulus (Kis.15:36-28-31): perselisihan Paulus dan Barnabas,
perjalanan misi kedua (Siria dan Kilikia, Derbe dan Listra, penyeberangan ke
Makedonia, penginjilan di Filipi, Tesalonika, Beroea, Atena dan diskursus di
Areopagus, Korintus, dan kembali ke Siria Antiokhia), perjalanan misi ketiga (Galatia
dan Frigia, kisah Apolos di Efesus dan Akhaya, Paulus di Efesus, Makedonia, Korintus,
Filipi, Troas, Miletus, dan kembali ke Yerusalem melalui Kos, Rodos, Patara, Siria,
Tirus, Ptolemais, Kaisarea), Paulus di Yerusalem dan di Kaisarea, Perjalanan Paulus
ke Roma, Paulus di Roma.
Berdasarkan struktur penulisan Kisah tersebut di atas, Kisah memuat dua bagian pokok isi,
yaitu berupa narasi dan diskursus/wacana (kotbah atau pidato). Narasi dalam Kisah kiranya menjadi
motor penggerak alur Kisah atau program narasi (narrative program)144 seperti yang tertulis dalam
Kis.1:8, yaitu mulai dari Yerusalem (Kis.2:14-8:3), lalu ke Yudea dan Samaria (Kis.8:4-9:43), dan
akhirnya sampai ke ujung bumi (Kis. 10:1-28:31). Ada beberapa narasi yang dapat dijadikan sebagai
contoh, antara lain narasi tentang situasi para murid pasca Kebangkitan dan Kenaikan Tuhan, narasi
hidup jemaat Perdana, narasi tentang persekusi, narasi tentang ketebukaan terhadap bangsa-bangsa
non-Yahudi (Filipus dan Sida-sida Ethiopia, Petrus dan Kornelius), narasi tentang hidup Paulus dan
perjalanan misinya.
Selain narasi, Kisah juga memuat beberapa diskursus, lebih tepatnya wacana145 berupa
kotbah, pidato, atau pengajaran. Dengan adanya wacana ini, alur narasi dalam kisah dan tokoh-
tokoh yang ditampilkannya menjadi lebih hidup. Selain itu, adanya wacana ini juga menandai
bagaimana para Rasul melaksanakan tugasnya menjadi saksi Yesus, yaitu mewartakan pertobatan
144
R.F. Bhanu Viktorahadi, “Kornelius, Sang Pribadi Transisi Sebagai Tawaran Model Dialog”, Fides et Ratio
Vol.02, No. 02, Juli 2018, 3: Yang dimaksud dengan narrative program adalah arah atau garis besar kisah
yang selanjutnya dikembangkan dalam keseluruhan kisah besar
145
Wacana memiliki sejumlah pengertian. Pertama, ucapan; percakapan; tutur. Kedua, keseluruhan perkataan
atau ucapan yang merupakan suatu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada
bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, atau artikel, pada pidato atau kotbah. Keempat, kemampuan
dan prosedur berpikir yang sistematis. Kelima, pertukaran gagasan secara verbal. Lih. Kamus Bahasa
Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1612.
untuk pengampunan dosa dalam nama-Nya. Jumlah dari wacana ini sendiri dalam Kisah terhitung
sebanyak 36 wacana. 146 Berikut ini adalah beberapa contoh wacana yang terdapat dalam Kisah.
146
Marion L. Soards, The Speeches in Acts: Their Content, Context, and Concern (Louisville-Kentucky:
Westminster/John Knox Press, 1994), 18.
147
Lih. M. Dibelius, Studies in the Acts of the Apostles (London: SCM, 1956), 141.
program narasi dalam Kis.1:8. Inti pokok pewartaan para Rasul adalah berupa kesaksian kristologis,
yakni tentang Yesus yang sengsara, wafat, dan bangkit, dan undangan untuk pertobatan demi
keselamatan. Namun, jika diperhatikan, tema “Kerajaan Allah” pun sempat beberapa kali
dimunculkan sebagai yang diajarkan oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya (lih. Kis.1:3) dan diwartakan
oleh para Rasul (lih. Kis.14:22; 19:8; 28:31). Selain itu, kata ‘raja’ pun muncul sebanyak tiga kali
dengan salah satunya merujuk pada Yesus (Kis.17:7). 148
Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah ada unsur-unsur lain dalam
Kisah yang dapat menjelaskan ajaran atau paradigma penulis Kisah tentang Kerajaan Allah?
Berdasarkan pada pertanyaan tersebut di atas, bagian ini akan menggali paradigma tentang Kerajaan
Allah dalam Kisah. Upaya itu dilakukan dengan menggunakan kerangka berpikir berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan dasar, seperti apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Bagian
berikut ini adalah penjabarannya.
A. Kerajaan Allah sebagai Yesus yang bangkit dan hidup sekalipun menderita dan wafat
1). Apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah tampak dalam peristiwa sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus. Seperti dalam Injil, inti dari ajaran Yesus adalah mengenai Kerajaan Allah. 149
Karena para Rasul akan mendapatkan tugas perutusan menjadi saksi Yesus sesudah kenaikan-Nya
dan pencurahan Roh Kudus (Kis.1:8), para Rasul pun dipersiapkan terlebih dahulu untuk tugas
perutusan itu. 2). Kapan Kerajaan Allah itu dialami oleh Para Rasul? Kerajaan Allah dialami oleh para
Rasul ketika Yesus mempersiapkan para Rasul selama 40 hari dengan cara menampakan diri-Nya dan
mengajar mereka tentang Kerajaan Allah (Kis.1:3b). Dalam hal ini, maksud dari Kerajaan Allah yang
diajarkan Yesus bagi penulis Kisah adalah peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus sendiri.
Hal ini didasarkan pada peran utama para Rasul sebagai saksi Tuhan, yaitu saksi atas kebangkitan-
Nya150 seperti yang dimaksudkan oleh penulis, baik dalam Kis.1:3 maupun dalam Injil Luk.24:44-48..
Dengan demikian, 3). Siapa itu kerajaan Allah? Dengan adanya intensi penulis bahwa para Rasul
adalah saksi Yesus yang tetap hidup sesudah kematian-Nya, inti dari pemberitaan Kerajaan Allah
tidak lain merujuk atau mengacu pada Yesus yang hidup (bdk. misalnya Kis.2:23-24; Kis.3:15;
Kis.4:10; Kis.10:39-41; dan Kis.17:31).
148
Lih. Dr. D.F. Walker, Konkordasi Alkitab (Yogyakarta: Kanisius; Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 306-
307.
149
Lih. Dennis Hamm, S.J., “Kisah Para Rasul”, Daniel Durken (ed.), Tafsir Perjanjian Baru (Yogyakarta:
Kanisius, 2018), 608.
150
Bdk. Henry Wansbrough, O.S.B, op.cit., 1079.
Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan lebih lanjut adalah 4) mengapa Kerajaan Allah
dalam artian Yesus yang hidup itu perlu diwartakan oleh para Rasul? Selain demi menunjukkan
kelanjutkan karya Yesus dengan para Rasul sebagai penerus-Nya, sebagai “saksi”, penulis Kisah
melalui Kis. 4:12 menyampaikan bahwa “… keselamatan tidak ada di dalam siapapun selain di dalam
Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan.” Lalu, 5) bagaimana Kerajaan Allah yang menyelematakan itu
dapat diperoleh oleh para pendengar pewartaan para Rasul? Jawabannya tidak lain adalah dengan
bertobat, percaya, atau memberikan diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus supaya dosa-dosa
diampuni (bdk. Kis.2:38; 3:19; 5:31). Dan demi semua itu, (dimana saja warta Kerajaan Allah itu
disampaikan oleh para Rasul) warta Kerajaan Allah ini diwartakan oleh para Rasul mulai dari di
hadapan orang-orang sebangsanya, yang oleh karena penolakan mereka (bdk. 13:46-47), pewartaan
pun beralih ke bangsa-bangsa lain. (lih. Kisah Petrus dan Kornelius dan Perjalanan Misi Paulus).
a. Kis.1:6-8, 10-12
- Teks Kis.1:6-7 menarasikan kisah tentang para Rasul yang menginginkan pemulihan kerajaan bagi
Israel (ay. 6). Hal ini dapat dimengerti karena para Rasul sendiri masih memahami pemulihan
152
kerajaan sebagai tindakan mesianis yang sifatnya “duniawi, nasionalistik” . Namun, jawaban
Yesus kiranya bertolak belakang dengan keinginan para Rasul. Ia menjawab bahwa mereka tidak
perlu tahu “masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya” (ay. 7). Adanya
keterangan “masa dan waktu” ini menunjukkan bahwa ketidaktentuan Parousia itu pun menjadi
persoalan.
151
Gerald O’Collins, SJ dan Edward G. Farrugia, SJ, op.cit., 73.
152
Lih. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, S.J., op.cit, 169.
- Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Yesus justru memberikan jawaban atas pertanyaan itu dengan
janji Roh Kudus yang akan diterima para Rasul. 5) Mengapa jawaban Yesus justru mengarah pada
Roh Kudus? Kiranya, Roh Kudus ini adalah pengganti dari Parousia dan menjadi jawaban yang
diberikan Lukas atas ketertundaan Parousia dan keberlanjutan sejarah, yakni Gereja dan
misinya.153 Hal ini kiranya sesuai dengan teologi sejarah penyelamatan Allah milik Lukas bahwa
rencana keselamatan Allah itu dimulai dari tahap Israel, digenapi pada tahap Yesus, dan
dilanjutkan pada tahap Gereja, seperti yang tertuang dalam Kisah.154
- Gambaran lainnya terdapat dalam Kis.1:9-12. Para Rasul menyaksikan dengan mata kepala
mereka sendiri bagaimana Yesus naik ke surga (ay. 9). Ketika sosok Yesus mulai hilang dari
pandangan mereka, para Rasul melihat dua malaikat (ay. 10) yang berkata bahwa Yesus pun
“akan datang kembali dengan cara yang sama” (ay.11) seperti yang disaksikan oleh para Rasul
ketika Ia naik ke surga. Hal ini menunjuk bahwa Parousia itu terjadi seperti saat kenaikan Yesus ke
sorga, yakni di atas awan-awan seperti tulis Lukas dalam Luk.21:27 155.
b. Kis.3:12-26 (20-23)
- Kis.3:20-21 merupakan teks yang ditempatkan oleh penulis Kisah sebagai motif eskatologis bagi
pertobatan156 seperti yang tertulis dalam ay.19. Dengan adanya pertobatan, “waktu kelegaan”
dan Yesus sebagai Kristus pun akan datang. Namun, seperti yang tertulis dalam ay.21, Kristus itu
sendiri akan datang pada “waktu pemulihan segala sesuatu” dan sebelum itu terjadi, Kristus
masih berada di sorga (bdk. Kis.1:9-12). Hal ini pun ditegaskan kembali dengan menempatkan
Yesus dalam dimensi eskatologis warta kenabian Musa bahwa Allah akan membangkitkan nabi
yang wartanya harus didengarkan (ay. 22) dan yang akan memberikan pengadilan (ay.23). Oleh
karena itu, “waktu kelegaan” atau “waktu pemulihan segala sesuatu” yang diikuti dengan
kedatangan Kristus menunjukkan Kerajaan Allah terkait dengan Parousia dan berdimensi
eskatologis-apokaliptik.157
c. Kis. 10:42 (34-43) dan Kis.17:31 (22-31)
- Teks Kis.10:42 ditempatkan dalam konteks wacana Petrus di hadapan Kornelius. Petrus
mengawali wacananya dengan memberikan kesaksian Kristologis (hidup, sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus) bahwa Kerajaan Allah sudah hadir dalam diri Yesus (ay. 34-41). Kerajaan Allah
itu pun akan hadir kembali dengan kedatangan Yesus yang bangkit, yakni Tuhan (Kyrios), yang
telah ditentukan Allah sebagai hakim untuk orang hidup dan mati.158
153
Bdk. Ibid.
154
Bdk. I. Suharyo, Pr, Pengantar Injil Sinoptik (Yogyakarta: Kanisius, 1989), 121-122.
155
Bdk. William S. Kurz, SJ, op.cit., 213.
156
Lih. Ibid., 177.
157
Bdk. Lembaga Biblika Indonesia, op.cit., 44.
158
Bdk. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, S.J., op.cit., 189.
- Hal serupa pun disampaikan dalam Kis.17:22-31, terutama ay.31, yakni narasi dan wacana Paulus
di Areopagus, Atena. Ay. 31 menjelaskan bahwa Allah telah “menetapkan suatu hari” untuk
menghakimi dunia secara adil. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus mewartakan suatu
penghakiman eskatologis Allah.159 Namun, tugas penghakiman itu tidak dilakukan oleh Allah,
melainkan oleh seseorang yang telah ditentukan Allah dengan bukti kebangkitan orang itu. 6).
Siapakah orang yang sudah ditentukan Allah untuk menjadi hakim dengan bukti kebangkitan-
Nya? Orang itu adalah Yesus. Maka, penghakiman eskatologis itu merujuk pada Kerajaan Allah
dalam pengertian Tuhan yang bangkit dan datang kembali ke dunia, dengan peran-Nya sebagai
hakim.
Namun, dengan demikian, Allah justru menggenapi apa yang telah disampaikan-Nya lewat
para nabi-Nya (lih. Kis. 3:18) dan dengan kebangkitan-Nya, Allah menjadikan Yesus Tuhan dan Kristus
(lih. Kis.2:36). Berdasarkan pada hal itu, kesaksian kristologis ini pun diikuti dengan ajakan untuk
bertobat, beriman, dan memberikan diri dibaptis dalam nama-Nya (bdk. Kis.2:38; 3:19; 5:31; 10:48;
17:30). Alasannya adalah karena keselamatan, pengampunan atau pembebasan dari dosa, dan
159
Bdk. Ibid., 200.
160
Lih. Lembaga Biblika Indonesia, op.cit., 22.
kehidupan kekal hanya ada di dalam nama-Nya (bdk. Kis.2:38; Kis.3:19-20; Kis.4:12; Kis.5:31;
Kis.10:43; Kis.13:46, 48). Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah 6). Dimana Kerajaan
Allah sebagai keselamatan, pengampunan dosa, dan kehidupan kekal itu terwujud? Oleh karena
Kerajaan Allah merujuk pada hadirnya kuasa Allah yang memberi keselamatan, pengampuanan dosa,
dan kehidupan kekal yang “dikerjakan dalam nama Tuhan Yesus yang telah bangkit”161, semua itu
terjadi hanya di dalam nama Yesus.
D. Kerajaan Allah adalah kehadiran Roh Kudus sebagai pemenuhan janji Bapa.
1). Apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah adalah kehadiran Roh Kudus sebagai pemenuhan
janji Bapa. Dalam Kis.1:1-5, Yesus yang bangkit menyampaikan bahwa para Rasul akan menerima
“janji Bapa”. Maksud dari “janji Bapa” di sini dapat mengacu pada pengertian dalam Injil Lukas, yaitu
“Roh Kudus” (Luk.11:13), Kerajaan Allah (Luk.12:32), dan “kekuasaan dari tempat tinggi”
(Luk.24:49).162 Janji Bapa ini, oleh Kisah, diperjelas sebagai Roh Kudus karena adanya perbandingan
antara baptisan dengan air dan baptisan dengan Roh Kudus. Janji Bapa akan Roh Kudus ini pun telah
diwartakan oleh nabi Yehezkiel bahwa saat pemulihan Israel itu pun ditandai dengan pemberian Roh
Ilahi (Yeh.36:24-27).163 Karenanya, jawaban Yesus atas pertanyaan para Rasul (Kis.1:6) bahwa para
Rasul akan menerima kuasa saat turunnya Roh Kudus (Kis.1:8) menunjukkan turunnya Roh Kudus
yang kemudian diterima para Rasul saat Pentakosta merupakan tanda “pemakluman Kerajaan
Allah.”164
2). Bagaimana Kisah menggambarkan turunnya Roh Kudus sebagai Pemakluman Kerajaan
Allah? Pemakluman ini ditunjukkan dengan gambaran yang terjadi saat turunya Roh Kudus atas diri
para Rasul saat Pentakosta, yaitu dengan adanya “suatu bunyi seperti tiupan angin yang keras” dan
“lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran” (Kis.2:2-3) atau seperti yang terdapat dalam Kis.4:31:
“… goyanglah tempat mereka berkumpul itu…” Kata seperti angin, lidah-lidah, dan api ini kiranya
merujuk pada tradisi Perjanjian Lama tentang peristiwa teofani atau penampakan Allah seperti yang
terjadi di Gunung Sinai.165 Jika angin dalam tradisi Perjanjian Lama dimaknai sebagai Roh166, lidah-
lidah api itu sendiri “melambangkan kenyataan agung kehadiran Allah yang diungkapkan dalam kata-
kata manusia”167. Karenanya menjadi masuk akal ketika kata-kata yang diucapkan oleh para Rasul itu
161
Lih. Dennis Hamm, S.J., op.cit., 623.
162
Lih. Ibid., 608.
163
Lih. Ibid.
164
Lih. Ibid.
165
Bdk. Ibid., 613; Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, S.J. op.cit., 171.
166
Lih. Willam S. Kurz, SJ, op.cit., 215.
167
Dennis Hamm, SJ, loc.cit.
dipahami sebagai “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis.2:11) oleh para
pendengarnya.
3). Kapan dan 4). Dimana turunnya Roh Kudus sebagai pemakluman Kerajaan Allah
berlangsung? Sebelum Roh Kudus yang dijanjikan itu diterima oleh para Rasul, para Rasul terlebih
dahulu harus tinggal di Yerusalem dan “bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis.1:12-
14). Peristiwa Pentakosta itu pun kemudian terjadi saat “semua orang berkumpul di satu tempat”
yang kiranya berada di Yerusalem (Kis.2:1, 5-6). Pola ini pun kembali terulang dalam Kis.4:23-31 –
sebagai suatu gema dari Pentakosta168 atau Pentakosta kedua169 – yakni bahwa Roh Kudus
memenuhi para Rasul dan teman-temannya saat mereka berdoa di suatu tempat yang digunakan
untuk berkumpul setelah peristiwa persekusi yang dialami Petrus dan Yohanes (bdk. Kis.4:1-3).
Berkat kuasa Roh Kudus itu, para Rasul dimampukan untuk “melanjutkan tugas Yesus: mewartakan
hadirnya Kerajaan dengan mengusir setan, menyembuhkan yang sakit, dan mengampuni orang
berdosa. Singkatnya, mereka dimampukan untuk menunjukkan tanda-tanda Kerajaan yang sama
dengan yang Yesus telah kerjakan…”170, selain dengan memberikan kesaksian kristologis (bdk.
Kis.2:16-20) guna menunjukkan “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis.2:11). Inilah
yang menjadi alasan 5). mengapa para Rasul perlu menerima Roh Kudus sebagai janji Bapa yang
memampukan mereka menjadi saksi Yesus.
Kisah pun menarasikan daya Roh Kudus dengan menunjukkan bagaimana Roh itu bekerja.
Dalam peristiwa Pentakosta, sesudah para Rasul menerima Roh Kudus, mereka “mulai berkata-kata
dalam bahasa-bahasan lain,…” sesuai dengan yang diberikan Roh Kudus (Kis.2:4) dan yang mereka
katakan dapat dimengerti oleh pendengarnya (Kis.2:11). Hal ini menandakan, seperti yang tertulis
dalam Kis.2:16-18 tentang kemampuan untuk bernubuat, bahwa Roh Kudus memberikan “karunia
kenabian dengan segi misioner”171, yaitu mewartakan Tuhan ke seluruh dunia sebagai misi yang akan
melampaui segala jenis bangsa. 172 Peran lainnya adalah bahwa Roh Kudus memberikan keberanian
kepada para Rasul seperti yang dialami oleh Petrus (Kis.4:8, 31) untuk memberitakan Yesus yang
bangkit di hadapan orang-orang Yahudi. Kisah pun melanjutkan peran Roh Kudus itu, sebagai yang
memimpin Filipus dan Petrus (Kis.8:29; 10:19-21), yang memberikan komando kepada Paulus
(Kis.16:6, 7), dan sebagai yang menetapkan (Kis.20:28)173 atau memberikan keputusan. Berkat Roh
Kudus yang berkarya dalam diri para Rasul, Kerajaan Allah itu pun tetap hadir 174, terus diwartakan,
168
Lih. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, S.J., op.cit., 181.
169
Lih. William S. Kurz, SJ, op.cit., 221.
170
Lih. John Fuellenbach, SVD, Kerajaan Allah, Pesan Inti Ajaran Yesus bagi Dunia Modern (Ende: Penerbit
Nusa Indah, 2006), 336.
171
Lih. William S. Kurz, SJ, op.cit., 215.
172
Bdk. Richard J. Dillon dan Joseph A. Fitzmyer, S.J., op.cit., 172.
173
Lih. Billy Graham, Roh Kudus (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1985), 16.
174
Lih. John Fuellenbach, SVD, loc.cit.
dan diterima oleh bangsa-bangsa (lih. Kis.4:31; 8:15-17; 10:44; dan 19:6). Dengan demikian,
jawaban atas pertanyaan 6). kepada siapa warta bahwa Kerajaan Allah tetap berlangsung berkat
karya Roh Kudus dalam diri Para Rasul diberikan adalah kepada bangsa-bangsa sesuai dengan Kis.1:8
dan Kis.13:46-47.
Simpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, berikut ini dapat ditarik beberapa poin kesimpulan
tentang paradigma Kerajaan Allah dalam Kisah Para Rasul. Beberapa poin kesimpulannya adalah
sebagai berikut:
1. Apa? Kerajaan Allah itu adalah a). Yesus yang Hidup, b). merujuk pada kedatangan Yesus
untuk kedua kalinya (Parousia), c). keselamatan, pengampunan dosa, dan kehidupan kekal,
d). kehadiran dan karya Roh Kudus
2. Siapa? Kerajaan Allah adalah Yesus yang Hidup dan Roh Kudus yang memberikan kuasa
untuk para Rasul mewartakan Kerajaan Allah demi keselematan manusia (bangsa Israel dan
bangsa-bangsa non-Yahudi) sesuai dengan Kis.1:8
3. Kapan? Kerajaan Allah sudah hadir dalam diri Yesus yang hidup, sekalipun menderita dan
wafat. Kerajaan Allah itu pun akan datang kembali saat Parouasia seperti peristwia Yesus
naik ke sorga. Namun, sebelum itu terjadi, berkat karya Roh Kudus dalam diri Para Rasul,
Kerajaan Allah pun sudah terpenuhi sekalipun belum sempurna. Kesempurnaan Kerajaan
Allah terjadi saat Parousia.
4. Dimana? Kerajaan Allah mulai terjadi dihadapan para Rasul saat Yesus menunjukkan diri-Nya
hidup, kemudian beranjak ke hadapan para bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain saat
diwartakan para Rasul dengan diikuti pertobatan, sikap percaya, dan pembaptisan dalam
nama-Nya.
5. Mengapa? Kerajaan Allah terkait dengan Yesus yang hidup karena menjadi inti pewartaan
para Rasul seperti yang tertulis dalam Luk.24:44-48 dan Kis.1:3, 8. Kerajaan Allah terkait
dengan Roh Kudus karena Pentakosta itu sendiri melambangkan kehadiran Allah dan
gambaran bahwa pemulihan Israel sendiri akan diikuti dengan pemberian Roh Ilahi (lih.
Yeh.36:24-27). Kerajaan Allah berdimensi eskatologis-apokaliptik karena Kerajaan Allah itu
harus masih dipenuhi dengan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya untuk mengadili
manusia. Kerajaan Allah terkait dengan keselamatan, pengampunan dosa, dan kehidupan
kekal karena merujuk pada kuasa Allah sendiri.
6. How? Kisah Para Rasul menampilkan paradigma Kerajaan Allah dengan narasi tentang
penampakan Yesus, perisitwa Pentakosta, dan pelbagai kisah tentang kesaksian para Rasul
(Petrus dan Paulus) tentang Tuhan yang hidup melalui kesaksian kristologisnya.
Pengantar
Surat kepada jemaat di Efesus meruapkan satu dari beberapa surat yang dituliskan oleh Paulus
pada jemaat-jemaat di beragam tempat seperti Galatia, Filipi, Kolose, Tesalonika serta Efesus. Efesus
yang merupakan salah satu tempat yang "disurati" oleh Paulus merupakan sebuah kota pelabuhan.
Pada tahun 129 Sm merupakan salah satu kota pelabuhan di Asia dengan pengaruh yang cukup besar
di Asia kecil saat itu, pada zaman Paulus kota Efesus masuk dalam wilayah kekuasaan Roma. 175
Efesus terletak sekitar tiga mill dari tepi pantai Sungai Kayster, yang pada waktu itu dapat dilayari.
Lembah Sungai Kayster yang melandai hingga jauh ke pedalaman kerap dijadikan sebagai jalur
perjalanan para kafilah ke daerah Timur. Selain itu dari Efesus terdapat jalan-jalan raya yang
menghubungkan Efesus dengan kota-kota besar lainnya di provinsi tersebut serta terdapat jalur
perdagangan yang menghubungkannya dengan wilayah Utara dan Timur, Karenanya Efesus
merupakan salah satu kota penting bukan hanya secara perekonomian saja namun juga menjadi kota
penting guna mewartakan Injil karena kota tersebut terhubung dengan seluruh wilayah pedalaman
Asia saat itu.176
Secara tradisional surat-surat yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Filipi, Kolose,
Filemon, dan Efesus dikelompokkan bersama karena keempatnya masuk dalam surat-surat yang
dituliskan oleh Paulus ketika ia berada di dalam penjara. 177 Dalam bagiaan awal bab 3 Efesus kita
175
John Eadie, D.D., LL.D., , Commentary On The Greek Text Of The Epistle Of Paul To The Epesians ,
(London: Griffin, Bohn, And Company, Stationers Hall Court, 1861), IX.
176
Diakses dari https://www.sarapanpagi.org/efesus-vt1665.html, Pada 16 April 2021.
177
W.R.F. Browning, Oxford Dictionary of The Bible, (United Kingdom: Oxford University Press, 2000), 372.
dapat melihat Paulus yang dipenjarakan. 178 Selain itu surat Paulus kepada Jemaat di Efesus kerap
dipandang sebagai buah karya para pengikut Paulus yang berisikan ringkasan teologi Paulus
ketimbang buah tanngannya sendiri.179 Namun jika kita melihat bagian awal dari surat ini yakni pada
bagian salam, maka kita akan menemukan salam yang disampaikan oleh Paulus. 180 Karenanya tidak
mengherankan jika ada pula yang berpendapat jika Surat kepada Jemaat di Efesus merupakan buah
karya tangan Paulus sendiri.
Selain itu pada bagian salam yang disampaikan oleh Paulus terdapat permasalahan lain. Jika
kita memperhatikan surat-surat Paulus ketika ia menjadi tahanan lainnya maka kita akan dapat
menemukan kepada siapa surat tersebut ditujukan, misal kepada Timotius. Namun dalam surat ini,
dalam teks aslinya tidak disebutkan kepada siapa surat ini ditujukan, hanya tertera "bagi mereka yang
dipanggil Allah untuk menjadi Kudus dan yang menjawab panggilan-Nya dengan iman." Tidak
terteranya penerima surat ini memberikan kesan bahwa surat ini sebagai surat edaran kecil bagi orang-
orang di Asia Kecil yang telah bertobat.181
Dalam surat ini, Paulus menekankan bahwa Gereja merupakan tubuh Kosmis Kristus.
Paulus juga tidak membuat suatu perbedaan antara kepala dan tubuh saat berbicara mengenai
Tubuh Kristus. Pengarang di sini menekankan kesatuan orang-orang Kristen (entah itu
Yahudi maupun bukan Yahudi) dalam tubuh Kristus yaitu Gereja.
Dalam surat ini, pengarang lebih banyak menyebut kata Roh Kudus daripada di
tulisan lain. Sehingga nampak jelas pula bahwa Paulus lebih menekankan kesatuan dalam
menjalin relasi antar sesama. Dan dalam tulisan ini pula, Paulus selalu mengungkapkan
kasihnya dengan berdoa dan juga memberikan nasehat-nasehat.
Dalam bagian pengantar di sampaikan bahwa surat ini ditujukan Paulus kepada Jemaat di
Efesus. Seperti yang telah kita ketahui Efesus merupakan salah satu kota pelabuhan yang sangat
strategis sehingga menjadi jalur perdangan dan kekalifaan yang strategis. Efesus yang merupakan
bagian kekuasaan kerajaan Roma karenanya tidak mengherankan jika orang-orang di sana
menyembah dewa-dewi Romawi ataupun Yunani. Pada zaman itu Efesus juga dikenal sebagai kota
178
Raymond E. Brown, Joseph A. Frtzmyer, Roland E. Murphy, The New Jerome Biblical Commentary, (New
Jersey: Prentice Hall, Inc), 884.
Bdk. Surat Paulus Kepada Jemaat Di Efesus 3:1 "Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan
karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah."
179
Ibid, 1537.
180
Bdk Surat Paulus Kepada Jemaat. di Effesus 1:1 "Dari Paulus, Rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah,
kepada orang-orang di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus"
181
Lembaga Biblika Indonesia, Surat-surat Paulus 3, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 86.
182
bagi dewi Artemis yang dikenal sebagai dewi kesuburan . Sebagai sebuah kota yang menyembah
seorang dewi orang-orang di Efesus melakukannya dengan cukup radikal. Radikalisme ini dapat
dijumpai dari banyaknya orang yang terjebak dalam rutinitas ibadah ataupun penyembahan terhadap
dewi Artmetis entah itu di kuilnya maupun di gedung kesenian. 183 Pemujaan yang terlalu berlebihan
ini jelas menjadi tantangan tersendiri bagi Paulus yang saat itu berusaha mewartakan Kerajaan Allah
di Efesus. Selain itu Kota Efesus dikenal pula sebagai kota dengan kebiasaan amoral dan perbuatan
bejatnya.184
Sebagai kota yang menyembah Dewa-dewi maka tidak mengherankan pula jika kota ini
mengenal ilmu gaib yang kerap diperaktekan oleh tukang-tukang sihir yang ada pada saat itu.
Kebiasaan orang-orang Efesus yang percaya akan sihir menjadi tantangan lain yang perlu dihadapi
oleh Paulus.
Dalam Suratnya kepada Jemaat di Efesus lebih tepatnya pada Ef. 5 :5 : “Karena ingatlah ini
baik-baik, tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah artinya penyembah berhala, yang
mendapat bagian dalam Kerajaan Kristus dan Allah”. dan Ef 5:8-10 "memang dahulu kamu adalah
kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. sebab itu hiduplah seabgai anak-anak
terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang
berkenan kepada Tuhan." Melalui pernyataan Paulus tersebut kita dapat melihat bahwa sebagai
seorang Pengikut Kristus atau waga negara kerajaan surgawi seseorang dituntut agar dapat hidup
secara saleh dan benar serta hidup sebagai terang. Karenanya dapat dikatakan pula bahwa Kerajaan
Surga perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kenyataan di dunia ini.
Kerajaan Allah ialah sesuatu yang ada di dunia ini karenanya perlu diusahakan di dunia ini.
Kerajaan Allah merupakan sesuatu yang terkesan abstrak dan sulit digapai, namun dalam
suratnya kepada jemaat di Efesus Paulus menyampaikan bahwa Kerajaan Allah merupakan sesuatu
yang perlu diejawatahkan di dunia ini. Dalam Efesus, Kerajaan Allah dapat dilihat sebagai sesuatu
yang seharusnya nampak dalam relasi kebertubuhan. Seperti dalam Bab 5: 29-30 "Sebab tidak pernah
orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena
kita adaalah anggota tubuhnya." Selain itu dalam 6: 1-9 dapat dijumpai bahwa kerajaan Allah adalah
suatu kondisi di mana terdapat relasi yang sehat antara orang tua dan anak serta orang merdeka
dengan seorang hamba.
Dari apa yang disampaikan oleh Paulus (khususnya pada Ef 5:29-30) kita dapat menjumpai
bahwa Kerajaan Allah kerap diumpamakan dengan suatu bentuk kesatuan dengan Kristus. Suatu
182
Diakses dari https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Artemis, pada 17 April 2021.
183
Diakses dari https://www.sarapanpagi.org/efesus-vt1665.html, pada 17 April 2021.
184
Ibid.
kesatuan di mana jemaat menjadi tubuh dan Kristus menjadi kepala-Nya. 185 Kebersatuan yang
dimaksud di sini ialah kebersatuan seperti suami-istri yang berarti suatu bentuk kebersatuan yang total
dan instens. Jika kita melihat hal tersebut maka kita dapat melihat bahwa Kerajaan Allah bukan
semata-mata suatu sistim pemerintahan ataupun bagunan. Lebih daripada itu Kerajaan Allah ialah
suatu kondisi di mana manusia dapat bersatu ataupun hidup sesuai dengan apa yang diajarkan Allah
kepada manusia melalui Yesus. Atau dengan kata lain hidup sesuai Kehendak Allah.
Siapa yang meraja? Dalam keagamaan, khususnya dalam Kristianitas hal ini merupakan suatu
pertanayan yang dapat dikatakan sebagai suatu pertanyaan yang menyaratkan harapan akan Allah
sebagai sosok yang kelak ataupun telah meraja di dalam Kerajaannya. Dalam surat kepada jemaat di
Efesus jawaban atas pertanyaan ini dapat dijumpai dalam Ef. 1:3 “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan
kita Yesus Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di Surga.”, Ef. 1:20 “yang
dikerjakan-Nya didalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukan
Dia sebelah kanan-Nya di Sorga.”, Ef 4:4-6 "satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah
dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu
baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam
semua." Ef 6:9 " Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah
ancaman. ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di Sorga dan Ia tidak memandang
muka."
Melalui beberapa kutipan ayat dari Surat Paulus kepada jemaat di Efesus ini kita dapat dengan jelas
melihat bahwa yang memimpin Kerajaan Allah ialah Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.
Siapa saja yang termasuk kedalam warga kerajaan Allah? Dalam bagain salam yang
disampaikan Paulus dalam suratnya Ef 1"Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah,
kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.", Ef 2:11-13 "karena
itu ingatlah, bawha dahulu kamu sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut
orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang
dikerjakan oleh tangan manusia bawha waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan
Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan
tanpa Allah di dunia. tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu yang dahulu "jauh", sudah menjadi
"dekat" oleh darah Kristus.", Ef. 2:19 : “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”, Ef 5:1-2 "
Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih,
185
Loc. Cit, Surat-surat Paulus 3, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 111.
sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita
sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.", Ef 6:24 "Kasih karunia menyertai semua
orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa."
Tentu kita mengetahui bahwa pada zaman sebelum Paulus suatu kepercayaan ataupun
keselamatan seolah-olah hadir bagi mereka yang berada di mana juru selamat yang mereka percaya
hadir dan berkarya. Demikian pula dalam Kristianitas, Awalnya Keselamatan hanya ditujukan bagi
bangsa Israel yang merupakan bagsa terpilih saja. Namun dalam suratnya kepada jemaat di Efesus,
Paulus menyamapikan teologi keselamatannya. Suatu teologi yang menyatakan bahwa keselamatan
tidak ditentukan oleh kebangsaan ataupun oleh "sunat." Seseorang dapat menjadi warga Kerajaan
Allah ketika ia di baptis dan bertobat sehingga menjadi manusia baru yang mengasihi Tuhan Yesus
sehingga memiliki hak yang sama sebagai warga Krajaan Allah yang hidup dalam terang dan sesuai
jalan Allah yakni keselamatan.186
Kerajaan Allah jelas merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap orang. Dalam
Kristianitas kehadiran Kerajaan allah kerap dipandang sebagai sesuatu yang bersifat eskatologis.
Namun dalam surat Kepada Jemaat di Efesus Paulus menyampaikan betapa pentingnya pertobatan
sehingga dengan pertobatan tersebut seseorang dapat masuk kedalam Kerajaan Allah. Jika kita
melihat beberapa pesan yang disampaikan Paulus kepada Jemaat di Efesus yang dimulai dari 3:14-21
(berisikan doa Paulus), 4:1-16 (Kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda), 4:17-32 (Manusia
baru), 5:1-21 (Hidup sebagai anak-anak terang), 5:22-33) (Kasih Kristus adalah dasar hidup suami
istri), 6:1-9 (Taat dan kasih), serta 6:10-20) (perlengkapan rohani). Melalui bagian-bagian dalam Surat
Paulus kepada Jemaat di Efesus ini kita dapat menjumpai bawha sebagian besar isinya merupakan
pesan agar orang-orang di Efesus bertobat, dan hidup sesuai dengan jalan Tuhan entah itu melalui
hidup pribadi dengan pasangan, maupun hidup bersama entah dengan anak-anak maupun budak. Jika
kita melihat hal ini maka kita akan menjumpai bahwa Kerajaan Allah sesuatu yang harus
diperjuangkan sehingga sejatinya Kerajaan Allah hadir pada saat ini di dunia ini.
Jika kita melihat latar belakang kota di mana surat ini ditujukan yakni Efesus yang merupakan
salah satu kota terpenting di Asia Kacil saat itu sekaligus menjadi kota yang amoral, mursal dan bejad
186
Loc.Cit, The New Jerome Biblical Commentary, 889.
maka kita dapat melihat bawha Kerajaan Allah merupakan suatu yang perlu hadir untuk memperbaiki
moralitas yang bobrok tersebut.
Dalam Ef 1:15-23; 3:14-21187 Paulus berdoa agar orang-orang di Efesus dapat dengan
sungguh memahami dan menghargai kasih yang diberikan Kristus kepada kita manusia. Hal ini
ditujukan karena Paulus mengetahui bahwa Efesus merupakan sebuah kota dengan moralitas yang
begitu bobrok karenanya dia mengingatkan jemaat di Efesus bahwa pertobatan merupakan sesuatu
yang penting agar seseorang dapat masuk dalam Kerajaan Allah. Betapa pentingnya pertobatan agar
seseorang dapat masuk dalam Kerajaan Allah diperkuat dalam Ef. 5:5 “ Karena ingatlah ini baik-baik,
tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah artinya penyembah berhala, yang mendapat
bagian dalam Kerajaan Kristus dan Allah”. Ayat tersebut merupakan sebuah peringatan agar hidup
sebagaimana orang kristen yang lazim yaitu dengan hidup penuh kasih , seperti halnya Kristus yang
telah mengorbankan diri bagi kita. Kata kerajaan Kristus dan Allah tidaklah dapat dibedakan satu
sama lain.
Kerajaan Allah jelas merupakan suatu situasi yang didambakan dan dinati-nantikan dan
bahkan perlu diwujudnaytakan. Dalam Surat kepada jemaat di Efesus, Paulus menyampaikan
beberapa cara agar Kerajaan Allah dapat hadir di dunia ini.
Perlu diingat bahwa Kerajaan Allah dalam surat kepada Jemaaat di Efesus ialah
kebersatuan dengan Allah dalam suatu tubuh rohani. 188 Karenanya diperlukan beberapa
hal agar seseorang dapat masuk dan ambil bagian sebagai anggota tubuh mistik Kristus
sehingga Kerajaan Allah dapat sungguh hadir di dunia ini. Hal yang perlu dilakukan agar
seseorang dapat masuk dan menjadi bagian Tubuh Mistik Kristus ialah dengan:
Mengikuti Kristus sebagai teladan sehingga dapat lahir sebagai manusia yang baru
(4:17-32),
Berusaha bersikap rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Menunjukan kasih dalam hal
saling membantu. Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan
187
Doa untuk pengertian tentang kemuliaan Kristus dan Doa Paulus
188
Bdk Ef 4:1-6 "Sebab itu aku menasihati kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya
hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaknya kamu
selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukanlah kasihmu dalam hal saling membantu.Dan
berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana
kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman,
satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua, dan di dalam
semua."
yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah
dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua, dan di dalam
semua."(4:2-6)
Meneladani Allah dan mengejawatahkan Kasih Allah du dunia kita berada (5:1-2)
Mejauhi tuturkata dan tingkah laku amoral (5:3-14)
Memberi waktu untuk memuji Allah (5:15-20)
Menghormati dan menghargai pasangan, anak, dan hamba (5:21-6:9)
Mengenakan seluruh perlengkapan senjata rohani (6:1-9)189
Kesimpulan
Kerajaan Allah menurut Surat Kepada jemaat di Efesus bukan hanya sebuah janji
Allah yang diberikan kepada mereka yang mau bertobat dan hidup seturut dengan apa yang
menjadi kehendak Allah. Kerajaan Allah hadir dalam kehidupan jemaat di efesus melalui
pewartaan rasul Paulus. Ia menginginkan jemaat Efesus hidup sesuai dengan norma
kebenaran atau dengan kata lain sesuai dengan kehendak Allah. Paulus juga berharap orang-
orang di Efesus hidup menjadi manusia baru dan juga menjadi anak-anak terang dengan
mengikuti segala norma yang baik seingga dapat sungguh menjadi bagian dalam Tubuh
Mistik Kristus yang juga menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini.
189
Loc. Cit, Surat-surat Paulus 3, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), 114.
Yang dimaksudakn dengan Persenjataan Rohani ialah doa, karena kekuatan manusiawi saja tidak cukup
dalam melawan kekuatan jahat.
Paulus menggambarkan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan jiwa dengan mempergunakan istilah
peralatan serdadu Romawi dan berbagai persenjataan yang menurut para nabi dimiliki Mesias.