OLEH
Nama : Rika Pakiding
NIRM : 2020164561
Kelas : D Teologi
Tema dari kitab Ulangan “Syema Yisrael Yahwe Elohenu Yahwe Ehad” yang
artinya “dengarlah hai Israel , Yahwe itu Allah kita, Yahwe itu satu” (6:4) 1 kata-kata ini
merupakan pengakuan dari orang Israel dan yang mempunyai arti yang besar dalam
kehidupan rohani orang Israel sampai masa kini.
1
Dr. J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2005), hal. 60
diucapkannya beberapa saat menjelang bangsa Israel akan masuk ke dalam tanah
Kanaan dan juga hampir dekat dengan kematian Musa. Musa mengingatkan bangsa
Israel tentang perbuatan-perbuatan Allah yang Mahakuasa, yang telah Allah kerjakan
bagi kepentingan bangsa Israel.
Kata Ulangan sendiri diartikan sebagai sesuatu yang diulangi, secara harafiah
kitab Ulangan dapat diartikan sebagai kitab pengualangan atau kitab yang mengulangi.
Kitab Ulangan juga sering diistilahkan sebagai “naskah perjanjian” atau juga disebut
sebagai kitab dokumen perjanjian, yang artinya bahwa bangsa Israel dipanggil untuk
mewujudkan secara penuh keterpilihannya menjadi umat Allah melalui ketaatannya
terhadap kewajiban-kewajibannya.
Ciri khas dari kitab Ulangan adalah terletak pada pola penulisnya di mana kitab
ini mencirikan kesamaan seperti sebuah dokumen perjanjian yang dibuat oleh raja-raja
terhadap daerah taklukkannya. Dalam tradisi orang Yahud, ke-5 kitab taurat dianggap
sebagai hasil dari Musa dan banyak pendapat yang mengatakan bahwa Musa adalah
penulis dark e-5 kitab Taurat. Kitab Ulangan ini ditujukan kepada kaum Israel sebagai
umat yang telah diikat Perjanjian dengan Allah. Pesan-pesan yang berikan oleh Musa
ditujukan bagi umat Israel dalam usaha untuk mempersiapkan diridan kepercayaan
umat Israel sebelum masuk kedalam tanah Kanaan.
Dalam kitab Ulangan 6:4-25 merupakan ringkasan pengakuan iman Israel yang
disebut syema oleh orang Yahudi. 2 Pengakuan iman itu adalah pengakuan yang
menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, secara khusus dalam hubungan
Allah dengan umat-Nya, serta bagaimana seharusnya umat Allah merespon Allah.
2
W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta:BPK
Gunung Mulia,2004), hal. 252
B. Analisa Struktur
Dalam kitab Ulangan 6:1-24 terdiri atas dua bagian yaitu pidato Musa “Dengarlah
Orang Israel” dan janji tentang surga. Dari kedua bagian ini masih terbagi dalam bagian-
bagian kecil. Pada bagian yang pertama (ayat 1-9) menjelaskan secara ringkas
bagaimana seharusnya umat Allah merespon Allah. Pada bagian ini kata “kekuatan”
ditambahkan untuk menekankan pentingnya perintah ini.
Dan pada bagian yang kedua (ayat 10-25) menjelaskan satu dari dua klimaks
yang mengejutkan tentang anugerah dalm kitab Ulangan.3
Adapun kerangka kitab Ulangan 6:1-24 yaitu:
1. Pidato Musa “Dengarlah Orang Israel” (ayat 1-9)
a) Pengantar pemberitahuan hukum (ayat 1-3)
b) Pengakuan tentang Tuhan itu Esa (ayat 4-9)
Kasihilah Tuhan (ayat 5)
Apa yang kuperintahkan (ayat 6)
Mengajarkannya berulang-ulang (ayat 7)
Mengikatkannya dan menuliskannya (ayat 8-9)
2. Janji tentang Surga (ayat 10-24)
a) Takut akan Tuhan, berhadapan dengan kebaikann-Nya (ayat 10-15)
Yang dijanjikan (ayat 10)
Ia mengganti (ayat 11)
Dari rumah perbudakan (ayat 12)
Takut akan Tuhan (ayat 13-14)
Allah yang cemburu (ayat 15)
b) Janganlah mencobai Tuhan (ayat 16-19)
Mencobai Dia di Masa (ayat 16-17)
Melakukan apa yang benar (ayat 18-19)
c) Berilah kesaksian kepada anakmu (ayat 20-24)
Di kemudian hari (ayat 20)
Kita dahulu adalah budak (ayat 21-22)
Kita dibawa-Nya keluar (ayat 23)
Ia membiarkan kita hidup (ayat 24)4
3
Paul Barker, Kitab Ulangan, Allah yang Menepati Janji-Nya (Jakarta:PT. Suluh
Cendekia, IKAPI,2014),hal. 61-63
4
Dr. I.J. Cairns, Tafsiran Alkitab Kitab Ulangan Pasal 1-11 (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2003),hal. 131-140
C. Analisis Tafsir
1. Pidato Musa “Dengarlah Orang Israel” (ayat 1-9)
Musa melanjutkan memberi penjelasan kepada umat tentang perintah-perintah
itu, sama halnya ketika mereka mengajarkan anak-anak mereka. Penjelasan itu
sebagian harus ditulis (6:9) dan sebagian lagi secara lisan. Dalam ayat 3 ‘berlimpah-
limpah susu dan madu’ itu sebagai kata kiasan yang melambangkan kemakmuran
sama halnya dalam kitab Mazmur 81:17 di mana ‘gandum dan madu’ melambangkan
berkat-berkat Tuhan yang diberikan kepada umat-Nya yang taat kepada-Nya.
Dalam tradisi Yudaism Ulangan 6:4 menjadi suatu pengakuan iman
yang wajib diucapkan tiap pagi dan tiap malam. Pengakuan ini disebut
syema.
Dalam ayat 4 disebutkan mengenai Tuhan itu Esa. Ungkapan
mengenai “Tuhan itu Allah kita” adalah merupakan ungkapan yang
Musa sampaikan samapaikan kepada bangsa Israel untuk meyakinkan
mereka bahwa Tuhan Allah adalah milik mereka bersama, di mana
Allah telah memperlihatkan kepada mereka kemuliaan dan
kebesaran-Nya.
Kasihilah Tuhan (ayat 5), kasih dan ketaatan dikaitkan erat-erat.
Mengasihi Allah berarti menuruti segala perintah-Nya dengan segenap
hati. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati artinya menyerahkan
segala proses pemikiran kita, serta perasaan-perasaan dan keputusan-
keputusan kepada Tuhan untuk dituntun ke kehendak Allah.
Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa artinya menundukkan serta
mengabdikan segala perasaan dan nafsu-keinginan kepada Tuhan.
Dalam ayat 5 ini terdapat perintah yang dapat dilihat dari ungkapan
“Kasihilah Tuhan Allahmu”. Kasih merupakan ketaatan pengabdian,
yang ditandai dengan mengakui Tuhan sebagai Allah yang Esa,
beribadat kepada-Nya, takut akan Dia, melakukan apa yang baik dn
benar di mata-Nya, tidak melupakan Tuhan, tidak mengkuti allah lain
dari antara allah bangsa-bangsa, dan tidak mencobai Tuhan.
Apa yang kuperintahkan (ayat 6), ‘kuperintahkan’ yang artinya fiman
Allah menjadi jembatan antara kasih dan ketaatan.
Mengajarkannya berulang-ulang (ayat 7), berulang-ulang berarti
mempertajamnya. Bangsa Israel dianjurkan untuk berusaha dengan
sekuat tenaga dan dengan keahlian yang ada, agar penyataan
kehendak Tuhan dihayati oleh generasi yang akan datang.
Pokok penting yang harus dilihat dalam hal ini adalah perintah
pengajaran yang harus dilakukan secara berulang-ulang. hal ini
dimaksudkan supaya segala ketetapan dan peraturan yang
dimaksudkan dalam bagian ini diajarkan secara berkelanjutan agar
dipahami dan dimengerti dengan baik oelh umat Israel.
Dalam ayat 6 dan ayat 7 menunjukkan bahwa apa yang menjadi
sisi perintah mau tidak mau harus dilakukan, di mana penerapannya
kepada anak-anak untuk mengetahui dan menuruti perintah tersebut
dengan melalui percakapan, baik berada di rumah yaitu waktu duduk,
waktu tidur atau waktu bangun pada waktu berada dalam perjalanan,
pengajaran itu dilakukan secara berulang-ulang, sepanjang waktu dan
dalam seluruh kegiatan. Di mana pengajaran yang isinya adalah
mengenai perintah mengasihi Allah itu harus dilaksanakan terhadap
anak-anak atau generasi berikut.
5
Dr. I.J. Cairns, Tafsiran Alkitab Kitab Ulangan Pasal 1-11 (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2003),hal. 131-135
Dalam ayat ini merupakan ungkapan yang menyatakan Kasih
terhadap Allah haruslah dijadikan sebagai peringatan yang selalu ada
pada tiap orang Israel. Hal ini menandakan hubungan mereka dengan
YHWH itu harus dilaksanakan dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun dalam persekutuan umat.
3. Penyembahan
Kitab Ulangan menekankan bahwa penyembahan yang berkenan kepada
Allah bukan terutama upacara lahiriah yang formil saja, melainkan penyembahan yang
bersifat rohani dan pribadi. Menyembah dengan sikap berterima kasih kepada Tuhan
ditekankan dengan pengulangan dua ucapan yaitu ‘ingatlah’ dan ‘jangan lupa’. Berulang
kali orang Israel diperintahkan bukan hanya untuk melakukan segala peraturan yang
telah ditetapkan, melainkan juga untuk mengasihi Tuhan, karena Tuhan menginginkan
persekutuan yang intim dengan umat-Nya.
Persembahan korban dan upacara merupakan alat-alat pembantu untuk
penyembahan, tetapi bukanlah inti penyembahan yang sejati, yang harus bersumber
dari dalam hati manusia.6
Kasih dan ketakutan dinilai saling bertentangan. Tetapi dalam hal hubungan kita
dengan Tuhan, kasih dan ketakutan itu saling mempengaruhi dan saling menerangi, dan
6
Denis Green, Pembimbing pada Pengantar Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas), hal. 71-72
titik temu dari kedua hal ini adalah ketaatan dan yang akan menjadi kunci yang
membuka pintu-pintu kebahagian, panjang umur, turunan keluarga, kemakmuran,
perkembangan ekonomi, kesejahteraan.
Kita dituntut takut akan Tuhan bukan karena takut kalau-kalau Dia menghantam
yang tidak taat, melainkan karena kita yakin bahwa maksud-Nya bagi kita adalah
kebahagiaan yang murni.
Dalam era yang semakin modern pada zaman sekarang ini tingkat pendidikan
dalam keluarga semakin memprihatikan. Kita tahu bahwa keluarga adalah pengaruh
pertama bagi kepribadian anak dan keluarga merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh dalam proses pendidikan dan pengajaran anak. Segala pendidikan dan
pengajaran kepada anak, haruslah dilaksanakan oleh orang tua, dan orang tua bertugas
untuk mengajarkan kepada anak secara berulang-ulang sebagaimana yang telah
diamanatkan Musa kepada bangsa Israel yang akan dilaksanakan nantinya ketika
mereka berada di Tanah Perjanjian tanah Kanaan.
Ulangan 6:1-25 merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan dan pengajaran
kepada anak bersifat kontekstual dan juga dalam kitab ini memberikan sebuah perintah
mengenai Kasih yang pertama dan terutama yang harus di berikan kepada Allah.
Pendidikan dan pengajaran sebagai tugas dan tanggung jawab orang tua adalah sebuah
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang tua pada masa sekarang ini.
Dalam kehidupan masa kini keluarga Kristen, banyak keluarga yang
menyerahkan pendidikan anak kepada gereja dan juga kepada sekolah. Namun dalam
Ulangan 6:1-25 secara Alkitabiah menjelaskan mengenai pengajaran tentang kasih
dalam keluarga. Sebuah keluarga Kristen dalam kehidupan rumah tangganya haruslah
taat untuk mengajarkan seluruh anggota keluarganya tentang kasih agar anggota
keluarga pasti akan taat dalam menjalankan perintah Tuhan. Bahkan setiap keluarga
harus memiliki metode atau strategi pengajaran Kasih dalam anggota keluarga agar
anggota keluarga lebih memahami apa yang di ajarkan. Dan tak kala penting anggota
keluarga harus harus mempercayai bahwa hanya ada satu Tuhan yang boleh untuk
disembah, juga bahwa orang tua dalam keluarga Kristen haruslah menjadi saksi untuk
anak.7
7
KARINA, Abigail;BUSTHAN, Paskalinus. Kajian Biblika Tentang Pengajaran Kasih Dalam Keluarga
Berdasarkan Ulangan 6:1-25 dan Implikasinya Bagi Keluarga masa Kini. 2019.
Kitab Ulangan 6:1-25 jika dikaitkan dengan kehidupan masa kini mengenai
pendidikan bagi anak. Pendidik yang utama adalah para orang tua, di mana orang tua
memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka untuk mengenal Allah. Melalui
Musa, Allah memerintahkan agar orang tua yang ada di Israel untuk mengasihi Allah
dengan segenap hati dan juga tidak hanya terbatas pada hal itu, melainkan juga
mengajarkan anak-anak mereka tentang Allah. Metode yang diajarkan oleh Musa agar
orang tua mengajarkan hal tersebut kepada anak-anak secara berualang-ulang,
membicarakannya dalam segala waktu mengikatnya di tangan dan di dahi mereka serta
menuliskannya pada pintu rumah dan pintu gerbang. Sehingga dari ke empat metode ini
dapat disimpulkan bahwa Musa memberikan perintah orang-orang Israel untuk
mengasihi Allah dengan cara mengajarkannya secara berulang-ulang,
membicarakannya di segala waktu, mengikatnya pada tangan dan dahi, serta
menuliskannya pada pintu dan gerbang, maka setiap anak-anak Israel akan memandang
Allah melalui kehidupan, sehingga pengajaran tentang Allah dinyatakan dalam setiap
kehidupan. 8
Kasih kepada Allah harus diajarkan kepada anak-anak oleh orang tua dalam
keluarga yang dilakukan secara berulang-ulang agar dapat dipahami oleh anak dan
orang tua harus menjadi saksi utama kasih Allah itu.
8
Syani Bombongan Rantesalu, Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 1 (2), 153-163, 2018