Anda di halaman 1dari 11

“Kajian Hermeneutika Ulangan 6:1-25

Dan Tawaran Teologis Untuk Konteks Masa Kini”

OLEH
Nama : Rika Pakiding

NIRM : 2020164561

Kelas : D Teologi

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGRI (STAKN)


TORAJA
TAHUN 2019/2020
HERMENEUTIKA ULANGAN 6:1-25

(Kasih Kepada Allah adalah Perintah yang Utama)

A. Latar Belakang Kitab Ulangan


Kitab Ulangan merupakan kitab yang berisi mengenai amanat perpisahan Musa
di mana di dalamnya mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan
Israel untuk angkatan Israel yang baru. Jauh berbeda dengan kitab Bilangan, di mana
kitab Bilangan mencatat mengenai pengembaraan “angkatan keluaran” bangsa Israel
yang suka memberontak selama 39 tahun. Kitab Ulangan meliputi masa yang pendek
sekitar satu bulan pada satu tempat di dataran Moab sebelah Timur Yerikho dan Sugai
Yordan.

Tema dari kitab Ulangan “Syema Yisrael Yahwe Elohenu Yahwe Ehad” yang
artinya “dengarlah hai Israel , Yahwe itu Allah kita, Yahwe itu satu” (6:4) 1 kata-kata ini
merupakan pengakuan dari orang Israel dan yang mempunyai arti yang besar dalam
kehidupan rohani orang Israel sampai masa kini.

Kitab Ulangan merupakan sumber yang banyak memberikan pandangan


teologis yang memengaruhi pemikiran dan kehidupan orang Israel, Yahudi dan Kristen.
Karena usia kitab Ulangan yang tua dan pengaruhnya yang besar dalam pemikiran
Perjanjian Lama menjadi sebuah alasan baik untuk mempelajari gagasan-gagasan
teologis dalam kitab Ulangan,.
Dalam kitab Ulangan kita membaca pengulangan dan penekanan kembali dari
perjanjian yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel di Sinai. Sebelum Musa wafat ia
memperlihatkan tiga pidatonya untuk mengingatkan mereka apa arti menjadi umat
Allah. Tema pokok dari kitab Ulangan adalah perjanjian. Kewajiban-kewajiban orang
Israel diberitahukan dengan cara yang sederhana supaya orang Israel dapat dimengerti
dengan jelas, dengan kesadaran bahwa kelangsungan bangsa Israel sebagai umat
pilihan Allah itu bergantung pada ketaatannya secara teliti akan
peraturan-peraturan/hukum-hukum yang telah mereka setujui sebelumnya.
Dalam pasal 1 dilihat bahwa merupakan perkataan-perkataan yang diucapkan
ketika umat Israel berada di seberang sungai Yordan, pada saat itu umat Israel
berkemah di daratan Moab. Kitab Ulangan berisikan perkataan-perkataan Musa yang

1
Dr. J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2005), hal. 60
diucapkannya beberapa saat menjelang bangsa Israel akan masuk ke dalam tanah
Kanaan dan juga hampir dekat dengan kematian Musa. Musa mengingatkan bangsa
Israel tentang perbuatan-perbuatan Allah yang Mahakuasa, yang telah Allah kerjakan
bagi kepentingan bangsa Israel.
Kata Ulangan sendiri diartikan sebagai sesuatu yang diulangi, secara harafiah
kitab Ulangan dapat diartikan sebagai kitab pengualangan atau kitab yang mengulangi.
Kitab Ulangan juga sering diistilahkan sebagai “naskah perjanjian” atau juga disebut
sebagai kitab dokumen perjanjian, yang artinya bahwa bangsa Israel dipanggil untuk
mewujudkan secara penuh keterpilihannya menjadi umat Allah melalui ketaatannya
terhadap kewajiban-kewajibannya.
Ciri khas dari kitab Ulangan adalah terletak pada pola penulisnya di mana kitab
ini mencirikan kesamaan seperti sebuah dokumen perjanjian yang dibuat oleh raja-raja
terhadap daerah taklukkannya. Dalam tradisi orang Yahud, ke-5 kitab taurat dianggap
sebagai hasil dari Musa dan banyak pendapat yang mengatakan bahwa Musa adalah
penulis dark e-5 kitab Taurat. Kitab Ulangan ini ditujukan kepada kaum Israel sebagai
umat yang telah diikat Perjanjian dengan Allah. Pesan-pesan yang berikan oleh Musa
ditujukan bagi umat Israel dalam usaha untuk mempersiapkan diridan kepercayaan
umat Israel sebelum masuk kedalam tanah Kanaan.
Dalam kitab Ulangan 6:4-25 merupakan ringkasan pengakuan iman Israel yang
disebut syema oleh orang Yahudi. 2 Pengakuan iman itu adalah pengakuan yang
menyatakan keesaan dan keunikan Tuhan Allah Israel, secara khusus dalam hubungan
Allah dengan umat-Nya, serta bagaimana seharusnya umat Allah merespon Allah.

2
W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta:BPK
Gunung Mulia,2004), hal. 252
B. Analisa Struktur
Dalam kitab Ulangan 6:1-24 terdiri atas dua bagian yaitu pidato Musa “Dengarlah
Orang Israel” dan janji tentang surga. Dari kedua bagian ini masih terbagi dalam bagian-
bagian kecil. Pada bagian yang pertama (ayat 1-9) menjelaskan secara ringkas
bagaimana seharusnya umat Allah merespon Allah. Pada bagian ini kata “kekuatan”
ditambahkan untuk menekankan pentingnya perintah ini.
Dan pada bagian yang kedua (ayat 10-25) menjelaskan satu dari dua klimaks
yang mengejutkan tentang anugerah dalm kitab Ulangan.3
Adapun kerangka kitab Ulangan 6:1-24 yaitu:
1. Pidato Musa “Dengarlah Orang Israel” (ayat 1-9)
a) Pengantar pemberitahuan hukum (ayat 1-3)
b) Pengakuan tentang Tuhan itu Esa (ayat 4-9)
 Kasihilah Tuhan (ayat 5)
 Apa yang kuperintahkan (ayat 6)
 Mengajarkannya berulang-ulang (ayat 7)
 Mengikatkannya dan menuliskannya (ayat 8-9)
2. Janji tentang Surga (ayat 10-24)
a) Takut akan Tuhan, berhadapan dengan kebaikann-Nya (ayat 10-15)
 Yang dijanjikan (ayat 10)
 Ia mengganti (ayat 11)
 Dari rumah perbudakan (ayat 12)
 Takut akan Tuhan (ayat 13-14)
 Allah yang cemburu (ayat 15)
b) Janganlah mencobai Tuhan (ayat 16-19)
 Mencobai Dia di Masa (ayat 16-17)
 Melakukan apa yang benar (ayat 18-19)
c) Berilah kesaksian kepada anakmu (ayat 20-24)
 Di kemudian hari (ayat 20)
 Kita dahulu adalah budak (ayat 21-22)
 Kita dibawa-Nya keluar (ayat 23)
 Ia membiarkan kita hidup (ayat 24)4
3
Paul Barker, Kitab Ulangan, Allah yang Menepati Janji-Nya (Jakarta:PT. Suluh
Cendekia, IKAPI,2014),hal. 61-63
4
Dr. I.J. Cairns, Tafsiran Alkitab Kitab Ulangan Pasal 1-11 (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2003),hal. 131-140
C. Analisis Tafsir
1. Pidato Musa “Dengarlah Orang Israel” (ayat 1-9)
Musa melanjutkan memberi penjelasan kepada umat tentang perintah-perintah
itu, sama halnya ketika mereka mengajarkan anak-anak mereka. Penjelasan itu
sebagian harus ditulis (6:9) dan sebagian lagi secara lisan. Dalam ayat 3 ‘berlimpah-
limpah susu dan madu’ itu sebagai kata kiasan yang melambangkan kemakmuran
sama halnya dalam kitab Mazmur 81:17 di mana ‘gandum dan madu’ melambangkan
berkat-berkat Tuhan yang diberikan kepada umat-Nya yang taat kepada-Nya.
 Dalam tradisi Yudaism Ulangan 6:4 menjadi suatu pengakuan iman
yang wajib diucapkan tiap pagi dan tiap malam. Pengakuan ini disebut
syema.
Dalam ayat 4 disebutkan mengenai Tuhan itu Esa. Ungkapan
mengenai “Tuhan itu Allah kita” adalah merupakan ungkapan yang
Musa sampaikan samapaikan kepada bangsa Israel untuk meyakinkan
mereka bahwa Tuhan Allah adalah milik mereka bersama, di mana
Allah telah memperlihatkan kepada mereka kemuliaan dan
kebesaran-Nya.
 Kasihilah Tuhan (ayat 5), kasih dan ketaatan dikaitkan erat-erat.
Mengasihi Allah berarti menuruti segala perintah-Nya dengan segenap
hati. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati artinya menyerahkan
segala proses pemikiran kita, serta perasaan-perasaan dan keputusan-
keputusan kepada Tuhan untuk dituntun ke kehendak Allah.
Mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa artinya menundukkan serta
mengabdikan segala perasaan dan nafsu-keinginan kepada Tuhan.
Dalam ayat 5 ini terdapat perintah yang dapat dilihat dari ungkapan
“Kasihilah Tuhan Allahmu”. Kasih merupakan ketaatan pengabdian,
yang ditandai dengan mengakui Tuhan sebagai Allah yang Esa,
beribadat kepada-Nya, takut akan Dia, melakukan apa yang baik dn
benar di mata-Nya, tidak melupakan Tuhan, tidak mengkuti allah lain
dari antara allah bangsa-bangsa, dan tidak mencobai Tuhan.
 Apa yang kuperintahkan (ayat 6), ‘kuperintahkan’ yang artinya fiman
Allah menjadi jembatan antara kasih dan ketaatan.
 Mengajarkannya berulang-ulang (ayat 7), berulang-ulang berarti
mempertajamnya. Bangsa Israel dianjurkan untuk berusaha dengan
sekuat tenaga dan dengan keahlian yang ada, agar penyataan
kehendak Tuhan dihayati oleh generasi yang akan datang.
Pokok penting yang harus dilihat dalam hal ini adalah perintah
pengajaran yang harus dilakukan secara berulang-ulang. hal ini
dimaksudkan supaya segala ketetapan dan peraturan yang
dimaksudkan dalam bagian ini diajarkan secara berkelanjutan agar
dipahami dan dimengerti dengan baik oelh umat Israel.
Dalam ayat 6 dan ayat 7 menunjukkan bahwa apa yang menjadi
sisi perintah mau tidak mau harus dilakukan, di mana penerapannya
kepada anak-anak untuk mengetahui dan menuruti perintah tersebut
dengan melalui percakapan, baik berada di rumah yaitu waktu duduk,
waktu tidur atau waktu bangun pada waktu berada dalam perjalanan,
pengajaran itu dilakukan secara berulang-ulang, sepanjang waktu dan
dalam seluruh kegiatan. Di mana pengajaran yang isinya adalah
mengenai perintah mengasihi Allah itu harus dilaksanakan terhadap
anak-anak atau generasi berikut.

 Mengikatkannya dan menuliskannya (ayat 8-9), orang Yahudi pada


abad yang lebih kemudian menafsirkan secara harafiah dengan
maksud bahwa memasukkan bagian-bagian hukum tertulis kedalam
kotak kecil yang diikat pada tangan dan dahi mereka (bnd. Mat. 23:5).
Menulis adalah salah satu kesenian manusia yang paling tua. Pada
zaman Musa ada bermacam-macam bahasa yang dipakai untuk tujuan
komunikasi. Menulis pasti merupakan bagian dari pendidikan umu
Musa di Mesir (Kis. 7:22)5
Dalam Perjanjian Lama ada banyak tanda yang bisa ditemukan
sebagai lambang atau symbol yang menjadi bagian hidup dari
kehidupan bangsa Israel, di mana tanda/ lambang digunakanu untuk
menunjukkan aturan atau mengingatkan seseorang atau orang banyak
pada identitas atau peristiwa tertentu.

5
Dr. I.J. Cairns, Tafsiran Alkitab Kitab Ulangan Pasal 1-11 (Jakarta:BPK Gunung
Mulia,2003),hal. 131-135
Dalam ayat ini merupakan ungkapan yang menyatakan Kasih
terhadap Allah haruslah dijadikan sebagai peringatan yang selalu ada
pada tiap orang Israel. Hal ini menandakan hubungan mereka dengan
YHWH itu harus dilaksanakan dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun dalam persekutuan umat.

2. Janji tentang Surga (ayat 10-25)


Ayat-ayat selanjutnya merupakan satu dari dua klimaks yang mengejutkan
tentang anugerah dalam kitab Ulangan. Ayat 10-15 mendeskripsikan tanah yang akan
diwarisi Israel. Tanah itu diikralkan dengan sumpah kepada para leluhur Israel,
jaminan milik di masa depan (ayat 10), dan tanah itu adalah tanah yang luar biasa, kota-
kota besar yang indah, rumah-rumah yang penuh barang, sumur-sumur air yang sudah
digali. Dan pada akhir ayat 11 kekayaan tanah itu diperlihatkan . Ditekankan bahwa
harta-kekayaan itu milik Israel berkat anugerah, yakni berkat perjanjian. Pada ayat 12
dijelaskan bahwa kepuasan adalah hal yang berbahaya bagi iman, kemakmuran adalah
ancaman iman, dan kelimpahan membawa ketakwaspadaan dan kelalaian. ‘berhati-
hatilah’ artinya bahaya melupakan ketergantungan mereka kepada kebaikan Allah
diingatkan lagi kepada orang Israel. ‘dari rumah perbudakan’ rumah perbudakan ialah
tempat para budak ditahan atau dikurung supaya tidak dapat melarikan diri.
Tidak hanya ada peringatan tentang apa yang harus dilakukan , selalu ada
tindakan yang sesuai, pantas dan positif yang harus dilakukan. ‘demi nama-Nya
haruslah engkau bersumpah’ perintah ini tidaklah bertentangan dengan Titah III (lih Ul
5:11). Dalam rangka mengesahkan sumpah, orang mengangkat nama Instansi yang
paling disengani. Itu berarti bahwa pengangkatan sumpah secara implisit menyangkut
suatu pengakuan iman.
Dekatnya Tuhan dengan umat-Nya adalah sekaligus hiburan dan peringatan.
Imti iman PL adalah memang persekutuan dengan Allah dekat, tetapi justru anugerah
yang hebat itu membawa konsekuensi-konsekuensi yang berat. allah lain diulang dalam
Ul. 7:4; 13:6; 17:3; 28:36; ini bertujuan untuk menjelaskan ungkapan yang berlaku
mengenai ‘allah lain’ yang merupakan hasil buatan tangan manusia.
Mencobai Dia di Masa (ayat 16-17), masa berarti ujian atau pembuktian. Orang
dilarang mencobai Allah dengan mempersoalkan kuasa-Nya untuk melindungi (lih Mat.
4:7). Kata ‘mencobai’ berarti ‘menguji’ dengan tujuan untuk membuktikan apa yang
benar di tengah faktor-faktor yang meragukan. Akan tetapi sikap manusia yang
‘mencobai Tuhan’ (menentukan syarat-syarat sebelum mau taat kepada Tuhan ,
meragukan motivasi Tuhan, dan sebaginya) adalah kurang tepat, dan tidak beralasan
sama sekali. Karena sikap Allah konstan, selalu berisi kasih setia dan kebenaran.
Melakukan apa yang benar (ayat 18-19), benar artinya ‘lurus, tegak, maka yang
‘benar’ jika diukur dengan titik tolak YHWH adalah barang yang ternyata betul dan
lurus.
Di kemudian hari (ayat 20), dikemudian hari ‘besok’. Istilah ini merupakan
penyesuaian bahan perikop dengan rangkaian yang sudah di kenakan kepada bahan
kitab Ulangan pada umumnya yakni sebagai pidato Musa di padang Moab. Kenyataanya
ialah bahan itu sebetulnya terdiri dari catatan-catatan fragmen khotbah/uraian yang
berasal dari mazhab Ulangan ratus tahun setelah Israel memasuki tanah Kanaan. Maka
yang di bayangkan adalah perayaan-perayaan tahunan, dan proses katekisasi yang
tersangkut dengan perayaan-perayaan tersebut. Kita dahulu adalah budak (ayat 21-
22), jawaban yang diberikan atas anak itu, merupakan cerita tentang karya
penyelamatan oleh YHWH. Hokum Taurat terutama bukanlah polisi. Hukum Taurat
bukanlah jalan menuju Allah atau sarana mendapatkan hubungan baik dengan-Nya.
Memang dikatakan bahwa pada ayat-ayat ini pemberitaan Hukum Taurat adalah bagian
dari penebusan Allah yang membeli budak dari majikan lain, dalam hal ini Mesir.
Kita dibawa-Nya keluar (ayat 23), Musa mengaitkan kasih ilahi dalam kelepasan
dengan cara hidup yang ditunjukkan kepada Israel (bnd Roma 4:25).
Ia membiarkan kita hidup (ayat 24),bnd Kej. 7:3 “supaya hidupnya dipelihara”
secara harafiah di artikan “untuk menghidupi kita” yakni untuk menganugerahkan
hidup untuk kita. Ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang diperintahkan,
semua menjasi peraturan kepada suatu hidup yang bersih, adil dan kudus. Allah tahu
apa yang baik bagi kita .

3. Relevansi Dengan Konteks Masa Kini


Langkah pertama dalam mewujudkan kasih kepada Allah sebagai hal yang utama
ialah mengakui Tuhan itu Esa (ayat 4-9), mengasihilah Tuhan, apa yang diperintahkan
Tuhan diajarkan secara berulang-ulang bahkan mengikatnya dan menuliskannya.
Berikut ini adalah beberapa implikasi penting dari kitab Ulangan 6:1-24
1. Allah
Sebagai Yahweh yang telah membuat perjanjian dengan umat-Nya, Dia dikenal
sebagai Tuhan yang Mahabesar, Dia adalah Allah yang cemburu yang menuntut
kesetiaan dari umat-Nya. Sebagai Yahweh, Dia bertindak dalam sejarah umat-Nya pada
masa lampau, khususnya dalam membebaskan mereka dari Mesir dan menuntun
mereka selama perjanan di padang gurun.
2. Umat Allah
Sebagai umat Allah kita dituntut supaya takut akan Tuhan, mengasihi Tuhan, dan
menjadi takut akan Tuhan. Orang Israel adalah umat pilihan Tuhan, dipilih bukan
karena kebaikan, kelebihan atau jasa-jasanya tetapi karena kasih Allah dan janji-Nya
kepada nenek moyang mereka. Umat Allah disebut sebagai umat yang kudus yang
berarti ‘dikhususkan atau diasingkan’ bagi Tuhan. Tuhan menuntut kesetian yang utuh
dan tidak terbagi-bagi. Kesetiaan kepada Tuhan membawa berkat, tetapi
ketidaksetiaan membawa kemalangan dan kerugian.

3. Penyembahan
Kitab Ulangan menekankan bahwa penyembahan yang berkenan kepada
Allah bukan terutama upacara lahiriah yang formil saja, melainkan penyembahan yang
bersifat rohani dan pribadi. Menyembah dengan sikap berterima kasih kepada Tuhan
ditekankan dengan pengulangan dua ucapan yaitu ‘ingatlah’ dan ‘jangan lupa’. Berulang
kali orang Israel diperintahkan bukan hanya untuk melakukan segala peraturan yang
telah ditetapkan, melainkan juga untuk mengasihi Tuhan, karena Tuhan menginginkan
persekutuan yang intim dengan umat-Nya.
Persembahan korban dan upacara merupakan alat-alat pembantu untuk
penyembahan, tetapi bukanlah inti penyembahan yang sejati, yang harus bersumber
dari dalam hati manusia.6
Kasih dan ketakutan dinilai saling bertentangan. Tetapi dalam hal hubungan kita
dengan Tuhan, kasih dan ketakutan itu saling mempengaruhi dan saling menerangi, dan

6
Denis Green, Pembimbing pada Pengantar Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas), hal. 71-72
titik temu dari kedua hal ini adalah ketaatan dan yang akan menjadi kunci yang
membuka pintu-pintu kebahagian, panjang umur, turunan keluarga, kemakmuran,
perkembangan ekonomi, kesejahteraan.
Kita dituntut takut akan Tuhan bukan karena takut kalau-kalau Dia menghantam
yang tidak taat, melainkan karena kita yakin bahwa maksud-Nya bagi kita adalah
kebahagiaan yang murni.

Dalam era yang semakin modern pada zaman sekarang ini tingkat pendidikan
dalam keluarga semakin memprihatikan. Kita tahu bahwa keluarga adalah pengaruh
pertama bagi kepribadian anak dan keluarga merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh dalam proses pendidikan dan pengajaran anak. Segala pendidikan dan
pengajaran kepada anak, haruslah dilaksanakan oleh orang tua, dan orang tua bertugas
untuk mengajarkan kepada anak secara berulang-ulang sebagaimana yang telah
diamanatkan Musa kepada bangsa Israel yang akan dilaksanakan nantinya ketika
mereka berada di Tanah Perjanjian tanah Kanaan.
Ulangan 6:1-25 merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan dan pengajaran
kepada anak bersifat kontekstual dan juga dalam kitab ini memberikan sebuah perintah
mengenai Kasih yang pertama dan terutama yang harus di berikan kepada Allah.
Pendidikan dan pengajaran sebagai tugas dan tanggung jawab orang tua adalah sebuah
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang tua pada masa sekarang ini.
Dalam kehidupan masa kini keluarga Kristen, banyak keluarga yang
menyerahkan pendidikan anak kepada gereja dan juga kepada sekolah. Namun dalam
Ulangan 6:1-25 secara Alkitabiah menjelaskan mengenai pengajaran tentang kasih
dalam keluarga. Sebuah keluarga Kristen dalam kehidupan rumah tangganya haruslah
taat untuk mengajarkan seluruh anggota keluarganya tentang kasih agar anggota
keluarga pasti akan taat dalam menjalankan perintah Tuhan. Bahkan setiap keluarga
harus memiliki metode atau strategi pengajaran Kasih dalam anggota keluarga agar
anggota keluarga lebih memahami apa yang di ajarkan. Dan tak kala penting anggota
keluarga harus harus mempercayai bahwa hanya ada satu Tuhan yang boleh untuk
disembah, juga bahwa orang tua dalam keluarga Kristen haruslah menjadi saksi untuk
anak.7

7
KARINA, Abigail;BUSTHAN, Paskalinus. Kajian Biblika Tentang Pengajaran Kasih Dalam Keluarga
Berdasarkan Ulangan 6:1-25 dan Implikasinya Bagi Keluarga masa Kini. 2019.
Kitab Ulangan 6:1-25 jika dikaitkan dengan kehidupan masa kini mengenai
pendidikan bagi anak. Pendidik yang utama adalah para orang tua, di mana orang tua
memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anak mereka untuk mengenal Allah. Melalui
Musa, Allah memerintahkan agar orang tua yang ada di Israel untuk mengasihi Allah
dengan segenap hati dan juga tidak hanya terbatas pada hal itu, melainkan juga
mengajarkan anak-anak mereka tentang Allah. Metode yang diajarkan oleh Musa agar
orang tua mengajarkan hal tersebut kepada anak-anak secara berualang-ulang,
membicarakannya dalam segala waktu mengikatnya di tangan dan di dahi mereka serta
menuliskannya pada pintu rumah dan pintu gerbang. Sehingga dari ke empat metode ini
dapat disimpulkan bahwa Musa memberikan perintah orang-orang Israel untuk
mengasihi Allah dengan cara mengajarkannya secara berulang-ulang,
membicarakannya di segala waktu, mengikatnya pada tangan dan dahi, serta
menuliskannya pada pintu dan gerbang, maka setiap anak-anak Israel akan memandang
Allah melalui kehidupan, sehingga pengajaran tentang Allah dinyatakan dalam setiap
kehidupan. 8
Kasih kepada Allah harus diajarkan kepada anak-anak oleh orang tua dalam
keluarga yang dilakukan secara berulang-ulang agar dapat dipahami oleh anak dan
orang tua harus menjadi saksi utama kasih Allah itu.

8
Syani Bombongan Rantesalu, Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 1 (2), 153-163, 2018

Anda mungkin juga menyukai