Anda di halaman 1dari 16

PERANAN NABI YESAYA DALAM SEJARAH KESELAMATAN BANGSA ISRAEL

(Tinjauan Teologis Tentang Tugas Kenabian Yesaya Dan Tanggapan Yahwe Atas Bangsa Israel)

1
Afiliasi Penulis Pertama Krisanto Lafu Babu

Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana.

*E-mail: Babumutis010101@gmail.com

2
Afiliasi Penulis Ketiga Antonius Dennny Firmant,

Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana

*E-mail: rm_ deni@yahoo.com

Abstrak:

Kitab Yesaya menjadi salah satu komponen utama dalam peristiwa kehidupan bangsa Israel. Peranan nabi
Yesaya dalam sejarah keselamatan Bangsa Israel, ditopang oleh kuasa Allah. Hal ini Yesaya dipahami
sebagai suatu pengalaman iman yang luar biasa dalam peristiwa keselamatan Bangsa Israel. Adapun metode
penulisan yang digunakan dalam tulisan ini yaitu studi kepustakaan. Melihat hingar-bingar kehidupan
Bangsa Israel pada zaman itu ditandai dengan berbagai peristiwa. Nabi Yesaya hadir sebagai salah satu
mediator Allah dalam karya penyelamatan umat Israel. Sebab situasi kehidupan Bangsa Israel yang kurang
kondusif, menjadi catatan bagi Yahwe untuk memilih nabi yang pantas dan layak. Keterlibatan nabi Yesaya
membawa warna dan dampak baik bagi Bangsa Israel. Maka dalam pembahasan ini, penulis ingin menyoroti
beberapa poin menyangkut proses dan tindakan nabi Yesaya dalam karya penyelamatan Bangsa Israel.
Yesaya berjuang dengan mengandalkan firman Allah dan patuh pada perintah Yahwe. Hingga pada akhirnya
Yesaya dikenang dalam sebuah catatan sejarah Bangsa Israel yang cukup panjang dan tua usia penulisannya.

Kata kunci: Sejarah, Politik, Keselamatan, Bangsa Israel, Kerajaan.


LATAR BELAKANG

Asal-usul dan Proses Terjadinya Kitab Yesaya

Para Nabi adalah juru bicara Allah. Mereka bukan penulis, melainkan pewarta atau orang yang
berbicara tentang Firman Allah. Mereka menjadi nabi berdasarkan panggilan dan bukan pilihan sendiri.
pekerjaan mereka berasal dari kehendak dan maksud Allah, demi keselamatan umat manusia. Cara pewartaan
yang mereka gunakan ialah; secara langsung atau dalam bentuk lisan. Hal utama dalam pewartaan lisan ialah
mereka menunjukkannya dengan nyata dalam tindakan dan perbuatan hidup secara simbolis atau tanda.
Mereka menyampaikan firman Allah di manapun mereka berada tanpa menetap di satu tempat saja.
Prakteknya ialah; di semua tempat dimana manusia itu berkumpul atau menetap.
Hal ini mau mengungkapkan bahwa mereka tidak terikat pada tempat tinggal atau hanya pada tempat-
tempat kesukaan mereka. Dalam artian, bahwa; mereka dapat berbicara di tempat-tempat ibadat, di jalan
raya, di istana raja, di rumah sendiri atau di tempat lain lagi di mana firman itu perlu disampaikan. 1
Penulisan kitab Yesaya dapat dimengerti bahwa; kitab ini mempunyai kesaksian dan ciri penulisannya adalah
bentuk pertama. Yesaya diperintahkan oleh Tuhan Untuk menuliskan sejumlah pewartaannya. 2 Adakah
tulisan lain selain Kitab ini? Jawaban atas pertanyaan ini kemungkinan besar tidak menjamin kebenaran yang
valid.
Akan tetapi, Yesaya mempunyai murid atau pendengar (Yes. 8:16), yang secara garis besar
menuliskan pengalaman bersama sang nabi itu. Sebagai jawaban mengenai asal-usul terjadinya kitab ini, kita
diajak untuk melihat sepintas tentang bentuk penulisan Yesaya yang merupakan Proto (pertapa). Hal ini
menyatakan bahwa: kitab Yesaya tidak diturunkan langsung dari langit, tetapi melalui suatu proses yang
panjang.3 Para pakar studi Biblika memberikan nama yang berbeda-beda untuk masing-masing dari ketiga
bagian kitab ini. Pasal 1-39 dinamai Proto-Yesaya, pasal 40-55 dinamai Deutero-Yesaya, dan pasal 56-66
dinamai Trito-Yesaya. Mereka juga menduga bahwa masing-masing bagian itu ditulis oleh penulis yang
berlainan pula.

Namun, dugaan ini sekarang sudah dianggap tidak tepat lagi dengan ditemukannya "Gulungan Yesaya
Besar" di antara Gulungan Laut Mati. Gulungan itu memuat seluruh Kitab Yesaya dalam bahasa Ibrani
secara lengkap dan diperkirakan ditulis pada tahun 125 SM. Karena ini merupakan salinan lengkap dan tidak
1
Pareira, B, Anton, Kritik Sosial Politik Nabi Yesaya, Dioma: Malang, 2006.
2
Ibid. P. 42.
3
Ibid. 43.
ditemukan salinan sebagian, maka para ahli percaya bahwa kitab aslinya telah ditulis lengkap jauh
sebelumnya, yaitu sebelum pembuangan, kemungkinan besar oleh satu orang Yesaya, yaitu seorang nabi
dihormati pada zaman raja Hizkia, dan disalin terus semasa pembuangan sampai sekembalinya ke tanah
Israel lagi.
 Yesaya 1-12: Penglihatan Yesaya di zaman Raja Yotam dan Ahas.
 Yesaya 13-23: Ucapan ilahi terhadap bangsa-bangsa.
 Yesaya 24-27: Wahyu besar Yesaya.
 Yesaya 28-33: tentang seruan Yehuda pada zaman Hizkia.
 Yesaya 335: Wahyu kecil Yesaya.
 Yesaya 36-39: Lampiran Sejarah.

Sumber lain menggambarkan sebagai berikut: Seluruh kitab ini dapat dibagi dalam tiga bagian :

 Pasal 1-39 berasal dari zaman ketika Yehuda, kerajaan selatan, diancam oleh Asyur, negara tetangga
yang sangat kuat. Yesaya menyadari bahwa yang sesungguhnya mengancam kehidupan
Yehuda bukanlah kekuatan Asyur, tetapi dosa bangsa Yehuda sendiri, karena bangsa itu tidak taat
dan kurang percaya kepada Tuhan. Baik dengan kata-kata, maupun dengan perbuatan, Nabi Yesaya
mendorong rakyat serta para pemimpin mereka untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan berlaku
adil. Ia mengingatkan bahwa umat Tuhan akan celaka dan binasa kalau tidak mau mendengarkan
Tuhan. Yesaya juga meramalkan perdamaian dunia dan kedatangan seorang keturunan Daud yang
akan menjadi raja yang diidam-idamkan.
 Pasal 40-55 ditujukan kepada orang-orang Yehuda akan hidup dalam pembuangan di Babel. Mereka
dalam keadaan hancur tanpa harapan. Yesaya memberitakan bahwa tak lama lagi Tuhan
membebaskan umat-Nya dan membawa mereka pulang ke Yerusalem, untuk memulai suatu hidup
baru. Tema penting bagian ini adalah bahwa Tuhan itu Tuhan yang menguasai sejarah, dan bahwa Ia
merencanakan untuk mengutus umat-Nya ke segala bangsa yang akan diberkati melalui Israel. Ayat-
ayat tentang "Hamba Tuhan" merupakan salah satu bagian yang paling terkenal dari Perjanjian Lama.
 Pasal 56-66 sebagian besar ditujukan kepada bangsa yang sudah kembali di Yerusalem. Mereka perlu
diyakinkan lagi bahwa Tuhan akan memenuhi janji-janji-Nya kepada bangsa itu. Perhatian khusus
diberikan kepada cara hidup yang benar dan keadilan; juga kepada cara merayakan hari Sabat,
mempersembahkan kurban dan doa. Ayat-ayat penting ialah 61:1-2 yang dipakai Yesus untuk
menyatakan panggilan-Nya ketika Ia memulai tugas-Nya di dunia.
 Yesaya dan Situasi Kehidupan Bangsa Israel
Allah mewahyukan Firman-Nya kepada manusia melalui karya dan peranan penting dari Para Nabi.
Untuk memahami isi pewartaan para Nabi, kita mestinya memahami situasi kehidupan yang mereka alami
pada saat itu. Hal utama yang patut dimengerti ialah: kehidupan sejarah yang melekat dan merupakan bagian
penting dari kehidupan mereka. Dengan kata lain, kita harus ikut menelusuri latar belakang sosial politik dan
gaya hidup dalam rentetan atau periode waktu yang terjadi, maka dengan mudah kita memahaminya. Itulah
kekhasannya.

Warta Nabi
Pewartaan Nabi Yesaya dan Nabi Yeremia secara gamblang mau menunjukkan kepada kita tentang
tanggapan dan sikap kebijaksanaan yang adalah ciri khas para pemimpin Israel dalam menghadapi situasi-
situasi politik yang kurang stabil. Tentunya kita sering berkomentar bahwa: Dapatkah seorang nabi atau
utusan Allah menggolongkan diri dan pelayanannya kepada situasi politik, budaya, dan kebiasaan-kabiasaan
lainnya? Tanggapan atau komentar ini seringkali diutarakan tanpa menyadarinya. Mereka bukanlah pemikir
yang hidupnya jauh dari persoalan-persoalan atau fenomena sosial politik, melainkan pewarta atau pelayan
firman Allah untuk membawa banyak orang keluar dari kungkungan tersebut.4
Pada masa baktinya Yesaya menyadarkan orang-orang fasik di antara bangsanya dalam hal
peribadatan. Dengan tegas ia mengajak Yehuda untuk tidak menggabungkan diri dengan bangsa-bangsa lain,
melainkan percaya kepada Tuhan. Pokok pemberitaannya adalah umat yang percaya kepada Tuhan
mempertahankan kedudukannya sebagai bangsa yang kudus bagi Tuhan (Yesaya 7:9). Ia mendeklarasikan
bahwa seisi dunia berada dalam pengendalian Tuhan, dan memperingatkan masyarakatnya bahwa negeri
mereka akan dimusnahkan apabila mereka berpaling dari Tuhan.
Yesaya menitikberatkan kepercayaan kepada Allah dalam keadaan yang paling sukar. Ia tidak hanya
bernubuat bagi para raja, tetapi ia aktif dalam bidang politik. Yesaya menggunakan dua kata penting untuk
Allah, yaitu: Yahwa Sebaot (Tuhan semesta alam yang mempunyai segala kuasa di langit dan dibumi)
dan Kadosy Israel (Sang Kudus Israel). Yesaya meyakini bahwa Allah hadir secara aktif. Yesaya mengetahui
bahwa Allah memakai kekuasaan dan kekuatan Asyur untuk menghukum orang Israel, tetapi iapun tahu
bahwa kekuatan dan kekuasaan Asyur dibatasi pula oleh kekuasaan Allah. Selain itu, Yesaya menantikan
seorang Mesias dari keturunan Daud.5

4
P Pareira, B, Anton, Kritik Sosial Politik Nabi Yesaya, Dioma: Malang, 2006. 35.
5
Https://Id.Wikipedia. Yesaya. Diakses pada Senin, 09/10/2022: Pkl. 17:17
Yesaya dipanggil menjadi Nabi Allah pada tahun wafatnya raja Uzia (740 SM) dan berkarya selama
pemerintahan raja-raja Yotam, Ahas, dan Hizkia. Dalam situasi politik internasional, kemarahan Asyur
mencapai puncak kejayaannya pada zaman itu. Asyur merupakn satu-satunya raja yang mempunyai sistem
pemerintahan dan kekuasaan bersifat imperialisme dan momok bagi semua kerajaan Timur- Tengah Purba.
Situasi Kerajaan Yehuda mengalami kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Uzia yang merupakan raja
besar dan termasyur. Kepemerintahannya antara tahun (767-740 SM), menjadikan bangsa Yehuda sebagai
wilayah dengan kekuatan politik dan kemakmuran yang sangat luar biasa, (2 Taw. 26:6-15; 2 Raj. 14: 21-
22). Akan tetapi ia tidak mengikuti tradisi yang telah diwariskan dalam artian ia tidak menjauhkan bukit-
bukit pengurbanan di daerah Yehuda, (2 Raj. 15:4).
Oleh karena itu ia dikenai tulah atau penyakit kusta, maka Yotam, Anaknya, mengambil alih Kerajaan
pada tahun 750 SM atau 10 tahun setelah wafatnya. Yotam ( 740-734 SM) memperkukuh kekuatan militer
dan pertahanan Yehuda ( 2 Taw. 27:4) dan mengalahkan kerajaan bani Amon dan seberang sungai Yordan (2
Taw. 27: 5). Untuk menjaga dan menjamin keamanan kerajaan yang sangat besar dan dari ancaman Tiglat-
Pileser III (745-727 SM), maka Yotam memberi perhatian fokus pada pertahanan. Untuk menghentikan
serbuan Tiglat-Pileser, maka beberapa kerajaan, seperti Raja Tirus, Damsyik, Samaria dan Gaza melakukan
koalisi anti-Asyur. Damsyik dan Samaria mendesak Yerusalem supaya ikut ambil bagian dalam koalisi ini,
tetapi ditolak oleh raja Yotam (2 Raj. 15: 37).
Namun, pada tahun 734 SM, Tiglat- Pileser kembali melakukan ekspedisi ke wilayah barat dan
menaklukan kerajaan-kerajaan yang membentuk koalisi itu kecuali Damsyik dan Samaria. Penyalahgunaan
kekuasaan dan ketidakadilan sosial yang memprihatinkan, Yotam menghancurkan kemakmuran kerajaannya
dari sistem pemerintah yang diwariskan oleh ayahnya. Hal ini, menjadi fokus dan ditulis dalam Kitab Yesaya
dan Mikha, yang pada saat itu berkarya di kerajaan Yehuda. Ringkasan ini dapat kita lihat dalam; Yes. 1:10-
17, 21-28, 29-31; 2:6-4:1 5: 1-7, 8-24+ 10:1-4a dan Mi. 2:1-3; 6:9-16 dan 7:1-6 kemungkinan besar
mengisahkan tentang zaman pemerintahan Uzia dan Yotam (2 Taw. 26:22) meskipun nama kedua raja itu
tidak pernah disebut dalam teks-teks tersebut.

Kekuasaan Allah atas Yesaya.


Ketika berita persiapan perang Suriah-Efraim sampai ke Yerusalem dan menimbulkan kepanikan
yang sangat hebat di dalam kota dan seluruh kerajaan (Yes.7:2), Yesaya mendapat peringatan dari Tuhan
agar tidak mengikuti jalan bangsa ini dalam suatu pengalaman yang istimewa. “Tangan Tuhan menjadi
kuat”6 dan terus membimbing Yesaya menuju jalan kehidupan yang selayaknya. Hal yang sangat menarik
ialah, bahwa: Yesaya tidak menjadikan hal tersebut sebagai suatu kesombongan. Tetapi ungkapan ini dapat
dijumpai dalam kesusasteraan kenabian untuk menyatakan pengalaman kekuatan dan kekuasaan Allah ( 1
Raj. 18:46; Yer. 15:17). Tangan Tuhan ialah lambang kekuasaan Allah (Ul. 32:39). Yesaya tidak mengatakan
bagaimana dia mengalami kekuasaan ini.

Peranan Yesaya Bagi Para Tawanan Di Babel


Yesaya dipanggil menjadi nabi ketika bersama oarang-orang Yehuda tinggal di Babel. Kisah
panggilannya ditampilkan dengan gambaran mengenai sidang surga, yang dipimpin oleh Yahwe dan dihadiri
oleh para makhluk surgawi.7 Keputusan Yahwe akan umat Israel mulanya terjadi dalam sidang itu. Nabi
yang diutus oleh Yahwe untuk memberikan jalan keselamatan dan penghiburan bagi umat Israel yang berada
di pembungaan. Amanat atau perintah Yahwe kepada nabi Yesaya tentunya sangat berbeda dengan perintah
kepada nabi yang lain. sebab perintah Yahwe kepada Nabi-nabi yang lainnya ialah untuk menekan kejahatan
Israel dan hukumannya, sedangkan nabi Yesaya diperintahkan untuk menyerukan pengampunan,
pengharapan, dan penghiburan kepada orang Israel di tanah pembuangan.
Walaupun pada dasarnya Yahwe sendirilah yang mendatangkan kebahagian, penghiburan, dan warta
keselamatan kepada umat-Nya. Ia tidak mengirimkan murka atau celaka, namun Ia mendatangkan kasih dan
cinta yang tidak terbatas kepada umat-Nya. Ketika Yehuda dikalahkan oleh Babel, maka secara paksa
mereka harus ditawarkan di Babel. Mereka merasakan siksaan yang sangat mengerikan di tanah pembuangan
seperti; kerja paksa, dan taat penuh kepada bangsa penjajah. Namun, Yahwe memperhatikan fenomena
kehidupan mereka dan melalui utusan-Nya Ia mengatakan bahwa perhambaan sudah berakhir. Ia datang
membawa kemerdekaan kepada tawanan yang sekaligus adalah budak.
Ia mengampuni kesalahan umat-Nya, sebab mereka telah mengenal jalan kebenaran yang berasal
daripada-Nya, dan Ia telah menghukum mereka dua kali lipat atas kesalahan mereka. Pembuangan dan
perbudakan yang mereka alami merupakan hukuman dari tangan Allah, (Yes. 42:24-25; 43: 22-28; 47:6;
48:8-11; 50:1;51:22). Hukuman yang mereka terima lebih besar “dua kali lipat.” Dengan demikian sangat
jelas bahwa “hutang” mereka dengan Allah telah dilunasi sepenuhnya, maka tidak ada lagi tuntutan lainya
lagi. Rencana keselamatan akan umat Israel telah dipersiapkan oleh Allah, melalui perantaraan nabi Yesaya.
6
Pareira, B, Anton, “Kritik Sosial Politik Nabi Yesaya”, (Dioma:Malang. 2006) hlm. 231

7
Marsunu, Y, M, Seto, “Suara Ilahi: Pengantar Kitab-Kitab Kenabian”, (Kanisius: Yogyakarta, 2012) hlm. 137
Ia mendengar “ada suara yang berseru-seru.” Yesaya meyakini bahwa suara yang berseru itu adalah suara
para Malaikat Surgawi yang senantiasa berdiri di depan Allah untuk menjalankan kehendak-Nya (“para
serafim, anak Allah.” Ia tidak mendefinisikan secara mendetail tentang siapa yang berseru, ia hanya
menyampaikan isi seruan mereka, yaitu perihal mempersiapkan jalan di padang gurun untuk Allah Yahwe.
Seperti pada zaman dahulu Yahwe memimpin umat Israel dari Mesir melintasi padang gurun menuju
tanah air mereka: suatu keluaran baru. Peristiwa keluarnya dari Mesir disertai dengan mukjizat-mukjizat,
misalnya: penyeberangan laut Teberau, Keluaran dari Mesir, peristiwa Keluaran dari Babel ini akan disertai
dengan tanda-tanda yang akan menampakan kemuliaan Allah (Yes. 35). Dosa merupakan suatu hal yang
tidak diinginkan oleh banyak orang. Seperti yang diketahui bahwa dosa berpotensi buruk atas kelangsungan
hidup manusia, maka semua orang berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menjauhi dosa. Dosa itu
menyentuh hakikat manusia, maka dosa dapat mencelakakan manusia itu sendiri.

Dosa Menjauhkan Dari Allah


Yesaya mengutarakan bahwa: sesudah dosa, maka tentu segera datanglah kecelakaan kemanusiaan
(bdc. Renckens Nabi Yesaya Dan Kehadiran Allah. 1987. P .23). Apa yang diperbolehkan manusia,
dinyatakan oleh Nabi Yesaya dalam suatu gambaran: kepala sakit sama sekali, hati layu dan merana: dari
telapak kaki sampai kepalanya, setitik pun tidak ada yang sehat; bengkak dan belur-belur, luka-lukanya
menganga; kota-kotamu menjadi lautan api; sawah-sawahmu di abadi orang, (bdc. Yes. 3:5-7).

Hal serupa dikecam oleh Yang Maha Kuasa, Sang Kudus Israel: Awaslah, Aku membuat perhitungan
dengan lawan-lawanKu, dan Aku akan membalas dendam pada musuh-musuhKu, (bdc. Yes.3:24). Walaupun
Allah menghajar, namun Ia akan menyembuhkan juga. Malapetaka yang didatangkan kepada manusia,
sebagai bentuk penyandaran dan untuk membersihkan manusia. Ia melepaskan dan berusaha menanggalkan
manusia lama kita dan membentuk pribadi yang baru.

Kemurkaan Allah begitu hebat setelah mengetahui bahwa; manusia yang diciptakan-Nya, jatuh
kedalam dosa. Namun, Ia berbelas kasih dan menghimpunkan manusia, serta menjadikannya sebagai
manusia baru. Figur manusia baru sebagai sarana Allah, ialah Maria Sang perawan yang Suci murni. Tetapi
jika manusia tidak bertobat, maka ia akan berjalan menuju lembah kebinasaan. Kepada bangsanya: jika kamu
rewel dan mogok, maka kamu akan menjadi umpan pedang, (bdc. Yes.6: 20). Kepada kotanya: para
pengkhianat dan para penjahat akan binasa, dan barangsiapa meninggalkan Yahwe, dia akan sirna, (bdc. Yes.
6: 28). Pengamatan Kitab Suci akan kehidupan manusia, berasal dari sinar dan cahaya Ilahi dalam pengadilan
Allah. Dan hal itu merupakan, pengadilan akhir yang merangkum segala masalah di dunia. Oleh karena itu,
sering kali dikatakan sebagai waktu eskatologis, menurut kata Yunani eskatos,berarti: yang terkahir (bdc.
Renckens Nabi Yesaya Dan Kehadiran Allah. 1987, P.24). Pengadilan Allah yang pada dasarnya ialah
terakhir, kini nyata dan sedang berlabuh dalam kehidupan manusia.

Peran Yesaya Dalam Situasi Politik Yehuda


Pada tahun 714 SM, terjadi perubahan politik besar-besaran di luar kerajaan Yehuda. Hizkia yang
sejak tahun itu mulai memerintah dan tidak lagi diwakili oleh walinya ingin melepaskan diri dari kekuasaan
Asyur yang pada saat itu dikuasai oleh pemimpinnya, Sargon II (721-705 SM). Hizkia adalah seorang raja
yang saleh dan tidak ingin membiarkan kekafiran terus menguasai Yerusalem (2 Raj. 18: 3-7). Keinginannya
direspon baik ketika 713 SM dia menerima suatu delegasi dari Babel yang datang untuk mengucapkan
selamat atas kesembuhannya (Yes. 38-39). Namun, setelah ditelusuri secara lebih dalam, ternyata kedatangan
Babel ialah untuk mendesak Hizkia memberontak melawan Asyur.
Babel sendiri membutuhkan bantuan dari kerajaan-kerajaan lain untuk melindungi dirinya dari
ancaman Sargon II yang pada saat itu mengalahkan Urartu. Yesaya, Nabi Allah yang telah mengetahui hal
itu ia datang dan memberikan peringatan keras kepada Hizkia (2 Raj. 20: 12-19). Sikap penolakan yang
sama terhadap persekutuan juga ditunjukkan oleh Yesaya ketika sebuah delegasi besar dari Mesir dan
Ethiopia datang ke Yerusalem pada tahun 713 SM untuk membujuk Hizkia masuk dalam koalisi tersebut dan
memberontak melawan Asyur (Yes. 18:1-6).
Yehuda hendaknya menantikan dengan sabar akan rencana keselamatan yang datang dari Tuhan
sebab “Demikianlah Firman Tuhan kepadaku: Aku mau tenang dan melihat dari tempat-Ku,” (Yes. 18: 4).
Empat tahun terakhir masa perutusan Yesaya (705-701 SM ), merupakan tahun-tahun yang tidak kalah
tegangnya dengan peristiwa perang antar Suriah-Efraim. Yesaya makin lantang menyuarakan pandangannya
tentang situasi politik yang terjadi pada saat itu. Hizkia makin aktif dalam kegiatan-kegiatan politik untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Asyur. Persiapan secara rahasia untuk memberontak diadakan. Walaupun,
dicemooh, dicaci-maki dan diremehkan oleh para pemimpin Yehuda, Yesaya terus-menerus tampil
menyampaikan firman Tuhan sebagai bentuk tanggapannya atas situasi politik zaman itu (Yes. 28: 7-13, 14-
22, 23-29; 29: 1-5a, 9-12, 13-14, 15-16). Secara terbuka, Yesaya mengecam persiapan-persiapan rahasia itu
sebagai “perjanjian dengan dunia maut”, dan “membuat bohong dan dusta sebagai perlindungan” (Yes.
28:15,17,18). Rencana mereka hanyalah rencana mabuk (Yes. 28:7-13). Lalu apa yang harus dikerjakan oleh
pemimpin ini? tidak lain daripada” menantikan waktu Tuhan” dengan penuh kesabaran dan kepercayaan
(Yes. 28:23-29). Tuhan sendiri telah meletakan sebuah batu yang teruji, batu penjuru bagi Sion, “
Barangsiapa yang percaya, tidak akan tergesa-gesa” (Yes. 28:16).
Sikap dan pandangan yang serupa ditunjukkan pula oleh Yesaya ketika Hizkia secara terbuka
mengirim utusan-utusan ke Mesir dan suku-suku bangsa lain untuk meminta bantuan alat-alat perang dan
tenaga dalam rencana pemberontakannya (Yes. 30: 1-5, 6-7, 8-17; 31: 1-3). Mesir itu manusia dan bukan
Allah, kuda-kuda perang mereka itu makhluk yang lemah dan buka roh yang berkuasa. Hanya Tuhan, Allah
Yang Mahakudus, Allah Israellah yang berkuasa. Kepada-Nyalah manusia harus percaya dan mentikan
waktu Dia melaksanakan rencana keselamatan-Nya dengan penuh kesabaran. Keadaan sosial di Yehuda pada
masa nabi Yesaya lebih kurang sama dengan keadaan sosial di Kerajaan Israel (Utara), masa raja Yerobeam.
Intervensi Yesaya dalam bidang politik berakhir dengan kegagalan. Hizkia dan para pemimpin Yehuda tidak
mau mendengarkan kata-katanya, mereka memberontak dan betapa mengerikan akibatnya! Sanherib datang
pada tahun 701 SM dan menghancurkan semua kubu pertahanan Yehuda (Yes. 1:4-9; 22:1-14). Hanya
Yerusalem yang luput setelah Hizkia menyerah dengan membayar upeti (2 Raj. 18: 19, 37; Yes. 36-37). Apa
yang diwartakan Yesaya setelah malapetaka ini, masih menjadi perbedaan pendapat di antara para ahli.

Kasih Dan Kenabian Yesaya


Pengalaman hidup yang seringkali terjadi, adalah; kenyamanan. Nilai kenyaman jauh lebih penting
daripada esensi kehidupan manusia. Kasih akan Kerajaan Yehuda, membuat Yesaya memperdebatkan nilai
kesakralan dan dan tugas kemanusiaan (dimensi politik) yang melanda wilayah tersebut. Karir kenabian
Yesaya yang cukup panjang, mau menggambarkan dan memperlihatkan sejumlah tindakan-tindakan anarkis
di Yerusalem.8 Dalam era kekuasaan raja Ahaz dari Yehuda (736-716 SM), Asiria muncul kembali dari
Timur dekat dengan Kerajaan Damaskus dan Israel membentuk koalisi baru untuk mencegah orang-orang
Asiria, dibawah pimpinan Tiglat-Pileser III, menguasai daerah itu. Ketika raja Ahaz menolak untuk
bergabung dalam konfederasi ini, orang-orang Israel dan damaskus berpawai ke Selatan untuk mengepung
Jerusalem. Yesaya berusaha untuk membujuk Ahaz supaya berdiri pada tumpuannya: Putra yang ratunya
akan segera melahirkan akan memulihkan kerajaan Daud; dia akan disebut Emanu-El (“Tuhan bersama
kita”), karena dia akan menegakkan kembali pemerintahan damai, ketika sekali lagi laki-laki dan perempuan
hidup dalam keharmonisan Tuhan.

Tindakan Kenabian

8
Armstrong, Karen, “Jerusalem Satu Kota Tiga Iman”, (Risalah Gusti: Surabaya. 2004) hlm 84
Nabi dan Anak-Anaknya (Yesaya 7:3). Tindakan Yesaya membawa anak-anaknya menuju saluran air
merupakan isyarat bagi raja Ahas, bahwa rencana TUHAN tidak boleh dibandingkan dengan rencana
manusia. Persekongkolan Aram dan Israel tidak akan terjadi, sedangkan rencana TUHAN berkat janjinya
kepada Daud akan terjadi. Yesaya membawa anak-anaknya menuju saluran adalah jaminan aman bila Ahas
mau beriman dan menyatakan kesediaannya terhadap TUHAN secara tulus.
 Nabi Menuliskan Nama Anaknya sebagai Isyarat (Yesaya 8:1-4)

Kisah penulisan nama dan pemberian nama yang menjadi isyarat kenabian ini jelas menunjukkan
makna tindakan Yesaya sebagai peringatan akan karya TUHAN yang bertindak kepada bangsa saat
ini. Dengan kisah ini, diingatkan kembali bahwa Allah yang menentukan rencananya. Manusia dapat
merencanakan tetapi Tuhan yang menentukannya.
 Nabi Membuka Kain Kabung (Yesaya 20:1-6)

Tindakan Yesaya membuka kain kabungnya itu, jelas merupakan peringatan yang tegas, jelas dan
konkret akan nasib para tawanan perang pada saat ditawan lawan. Hal ini mengingatkan umat secara
nyata agar tidak terlibat dengan pemberontakan yang sedang terjadi. Ia memberikan isyarat yang
mudah dipahami dan dapat dilihat mata.
Namun, Yesaya menaruh kebencian dengan Raja Ahaz, sebab ia tidak mendengarkan nasehatnya;
sang raja lebih memilih tunduk kepada Tiglat-Pileser dan menjadi Vasal Asiria, yang segera menyerbu
wilayah-wilayah Damaskus dan Israel serta mendeportasi banyak bangsa. Maka, tahun 733 SM, kerajaan
Israel jatuh dan merosot menjadi kerajaan yang berpenduduk mayoritas bangsa Samaria, dengan raja boneka
dan kepemimpinan yang tidak valid. Ahaz tampaknya ingin membuat simbol pemujaan berhala yakni tuan
penguasa barunya. Yesaya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Raja Ahaz, sehingga enggan untuk
meluangkan waktunya bersama dengan Ahaz, tetapi raja setidaknya telah menyelamatkan bangsa dan
daerahnya. Anak yang disebut sebagai Emanu-El tidak lagi dibicarakan. Hezekiah menggantikan ayahnya
pada tahun 710 SM, dan mempunyai tujuan utama untuk mengabdikan bangsanya kepada Allah Yahwe saja.
Penulis kitab Tawarikh mengatakan bahwa: para pendeta mengambil peran dan menjadi pelopor dalam
reformasi tersebut dan membuang paraphernalia (atribut) pemujaan-pemujaan asing yang merayap ke
Haekel itu.

Pencipta dan Penguasa sejarah


Nabi telah menyatakan bahwa Yahwe akan datang membebaskan orang-orang Yehuda dari tanah
pembuangan. Pewartaan nabi Yesaya tidak dapat diterima begitu saja oleh bangsanya sendiri. Oleh karena
itu, ia berusaha untuk menyakinkan mereka bahwa Yahwe berkuasa untuk membebaskan dan membawa
bangsanya kembali ke Yehuda. Dalam usahanya untuk meyakinkan bangsanya itu, ia menyampaikan dua hal
mendasar yang bertolak dari pengakuan iman umat Israel akan Allah mereka. Pertama, Yahwe adalah
pencipta langit dan bumi; Ia tidak dapat disamaratakan dengan siapapun. Kedua, Dia adalah Allah yang
berkuasa atas sejarah manusia dan dunia.9

Penciptaan (Yes. 40: 12-31)


Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang
membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman…” ( Yes. 40:22). Ungkapan
Yesaya mau menjelaskan bahwa; semesta alam berawal dari tindakan penciptaan Allah. Ini berarti
“singularitas,”10 maka hal tersebut tidak secara acak. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa Kitab Suci telah
lama mewartakan dan para (Yesaya) telah mengajarkan kepada umat Israel tentang Sang Pencipta itu sendiri.
Allah melakukan salah satu hal yang sangat baru. Dengan demikian alam semesta tidak muncul dari sebagai
hasil ribuan kejadian yang saling berhubungan. Melainkan alam semesta muncul karena hasil karya dan
ciptaan dari Allah
Dalam rentan waktu yang begitu lama Israel telah mendengar, mengetahui, dan meyakini Yahweh
sebagai pencipta semesta. Dalam ibadat mereka, umat Israel seringkali memuji Yahwe sebagai pencipta
semesta. Yahweh yang menjadikan langit dan bumi. Ia bersemayam di tahta kerajaan yang tinggi dan
berkuasa sebagai Raja. Prinsip dan Roh-Nya yang tidak dapat dijangkau oleh manusia, Ia menjadi model
Allah yang benar dan dapat dipercaya oleh umat Israel, “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk
tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-
gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?” (Ayb. 12).
Segala usaha untuk mengukur-Nya adalah sia-sia, seperti orang yang menakar air laut dengan lekuk
tangan atau mengukur langit dengan jengkal atau menimbang gunung dengan dacing. Sebab tidak ada
seorang pun memiliki ukuran untuk memberikan penilaian atas rencana dan karya Allah.oleh karena itu,
tidak ada seorang pun yang dapat memberikan nasehat kepada-Nya atau menentukan bahwa Ia harus
melakukan hal ini atau melakukan hal itu. Yahwe pun tidak memerlukan nasehat, petunjuk, atau pengajaran

9
. Marsunu, YM, Seto, hlm.139
10
Stibbe Mark, “Panduan Memahami Iman Kristen”, (Kanisius: Yogyakarta, 2009) hlm
tentang apa yang harus dilakukan-Nya. Yahwe tidak dapat dibandingkan, “Jadi dengan siapa hendak kamu
samakan Allah dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia”? (Ayb. 18).
Ia tidak dapat disamakan dengan apapun juga atau dengan siapa pun dan tidak ada sesuatupun yang
dapat dianggap serupa dengan Dia. Karena, Yahwe adalah penyelenggara hidup dan penguasa yang bertakhta
di atas singgasana Kerajaan Surgawi. Ia tidak dapat disamakan dengan dewa-dewa Babel. Dewa matahari,
bulan, dan sebagainya adalah dewa-dewa alam.11 Bagi orang Israel, matahari dan bulan bukanlah Allah yang
harus disembah, melainkan benda yang diciptakan Yahwe untuk membantu manusia (Kej. 1: 14-16;
Mzm.74:16; 136:7). Maka, kedudukan Allah jauh melebihi segala yang ada di muka bumi.

Penguasa Sejarah (Yes. 41:1-5)


Selain dikenal sebagai pencipta, Yahwe adalah penguasa sejarah manusia, yang tidak dapat
dibandingkan dengan siapa dan apa pun. Ia tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ada di muka bumi
dan yang ada di atas langit. Bgi orang Israel yang berada di pembuangan Babel, langit adalah tempat kudus.
Dari tempat itu tentara langit, yakni bintang-bintang, menentukan kehidupan dunia. Orang-orang Babel tidak
berani melakukan sesuatu kecuali jika bintang-bintang itu mengizinkan. Para ahli astrologi memeriksa,
apakah waktunya tepat untuk berperang atau bepergian, untuk menikah, atau untuk memulai suatu usaha,
dan sebagainya. Bagi mereka benda-benda yang ada di langit adalah dewa, tetap bagi orang Israel semua
benda langit itu dijadikan oleh Yahwe untuk melayani manusia.
Nabi mengingatkan orang-orang Yehuda bahwa mereka tidak merasa ditinggalkan atau tidak
diperhatikan oleh Yahwe. Ia sama sekali tidak kelelahan dan kalah dalam peperangan melawan dewa-dewa
Babel. Kuasa-Nya menjangkau segala ujung bumi karena Dialah yang menciptakannya. Allah akan
mengembalikan kekuatan dan semangat kaum buangannya yang kelelahan dan kehilangan harapan. Yahwe
sedang membangkitkan seorang pembebas bagi mereka, yakni Koresh.12 Ia membangkitkakn raja Persia itu
bukan untuk mmukul dan menghukum umat Israel seperti Sanherib dan Nebukadnezar, melainkan untuk
membebaskan umat Israel dari penindasan dan pembuangan di Babel.
Dalam Yesaya. 41:1-5, ia memberitakan gerak maju dan kehebatan Koresh dan pasukannya. Dari
timur, yakni dari Persia ( kini Iran), dia mengadakan invasi ke Asia kecil dan menaklukkan banyak kerajaan.
Koresh dan pasukannya itu begitu hebat sehingga membuat para lawannya sama sekali tidak berdaya

11
Marsunu, YM, Seto, Suara Ilahi: Pengantar Kitab-Kitab Kenabian, Kanisius: Yogyakarta, 2012.
hlm 141

12
Ibid: P. 142
menghadapinya. “Pedangnya membuat mereka seperti debu dan panahnya membuat mereka seperti jerami
yang tertiup” (Ayb.2). Mereka melarikan diri, pasukan Koresh mengejar dan menghancurkan mereka.
Bahkan, di tempat-tempat yang belum dikenalnya pun, ia berhasil mendapatkan kemenangan. Namun, hanya
satu hal yang perlu untuk diketahui, bahwa Koresh tidak melakukan semuanya itu berdasarkan kekuatannya
sendiri.
Ada kekuatan lain yang menggerakkannya sehingga dia dapat memperoleh kemenangan yang
demikian besar. Bukan para dewa yang menggerakkan dia karena wilayah kekuasaan terbatas. Tidak ada
yang selamanya, Yahwe adalah penguasa sejarah, yang membangkitkan Koresh, menggunakannya,
memberinya kekuatan, dan memberinya banyak kemenangan. Koresh adalah alat yang dipakai Yahwe untuk
mengalahkan para musuh dan mewujudkan tata dunia yang dikehendaki-Nya. Dialah yang akan
mengalahkan Babel, membebaskan umat Israel dari tanah pembuangan, membawa mereka kembali ke
Yehuda, dan memerintahkan pembangunan Bait Allah (Yes. 44:28).

Membangun kembali Bait Allah


Setelah pembuangan, Kekaisaran Babel diambil alih oleh Kekaisaran Persia pada abad ke-6 SM dan
orang-orang Yahudi didorong untuk kembali ke tanah air mereka di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia.
Sebagian orang kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali tembok Yerusalem; sebagian lain
memilih untuk tetap tinggal dan menetap di pembuangan. Kita Ezra mulai dengan suatu keputusan dari Raja
Koresy, raja Persia, sesudah merebut babel tahun 539 SM. Ia menghubungkan kemenangan tentaranya
dengan Yahwe, “Tuhan, Allah semesta alam”, dan menyatakan bahwa Yahwe, “meminta saya untuk
mendirikan sebuah ruang di Yerusalem.”13
Hal inilah yang mendasrkan pembangun Bait Allah yang kedua, untuk menggantikan Bait Allah yang
dibangun oleh Salomo, dan ia memimpin umat kembali dari pembuangan untuk memulai karya ini. Ezra
memberikan informasi kepada kita bahwa, menurut ketentuan raja, rombongan kaum buangan yang kembali
ke Yehuda kira-kira 50.000 orang jumlahnya. Kemungkinan besar kepulangan mereka dibagi menjadi
beberapa kelompok. Ezra dan Nehemia kembali dari Yerusalem ketika Persia di bawah kepemimpinan Raja
Artahsasta I (464-423 SM). Ezra, seorang imam, mendapati bahwa banyak orang laki-laki yang tetap tinggal
di Yerusalem selama masa pembuangan telah kawin dengan kaum perempuan dari negeri asing.
Ia merasa hal ini sangat mengganggu, dan ia menyerukan kepada mereka untuk kembali ke iman
yang benar dan jika perlu, meninggalkan istri dan anak mereka. Nehemia yang menjadi pengurus kebun

13
Keene, Michael. “Alkitab Sejarah, Proses Terbentuk, Dan Pengaruhnya”, (Kanisius:Yogyakarta, 2006) hlm 24
anggur Artahsasta di kota Susan, Persia, kembali ke Yerusalem untuk memulai pekerjaan pembangunan
kembali tembok-tembok kota. Ia mengorganisir karya besar ini dengan menentukan bagian- bagian tembok
spesifik untuk keluarga-keluarga berbeda dan rekonstruksi tersebut selesai dalam 52 hari di tengah sukacita
umum.

KESIMPULAN
Sejarah keselamatan Bangsa Israel merupakan salah satu peristiwa yang benar-benar terjadi pada zaman itu.
Sejarah itu terus bertumbuh dan berkembang karena adanya keterlibatan Allah sebagai mediator utama
penyelamatan Bangsa Israel. Dalam peristiwa peyelamatan itu merupakan perjumpaan Bangsa Israel dengan
Allah melalui perantara nabi Yesaya. selain daripada itu, tugas dan tanggung jawab yang diberikan Yahwe
kepada Nabi Yesaya, bukan hanya terbatas pada konteks religiusitas atau pada situasi keagamaan.
Namun, ia diutus untuk membawa warta keselamatan kepada bangsa Israel yang berada di Yehuda
dan yang berada di pembuangan Babel. Kehidupan di daerah pembuangan dan di Yehuda tidak berjalan
dengan mulus. Dampak politik bagi kerajaan dan situasi perang yang terus mencekam, sehingga allah ikut
terlibat lewat secara fisik lewat nabi Yesaya dalam kehidupan Israel. Bukanlah peristiwa mudah yang
dialami oleh bangsa israel pada zaman itu. Nabi Yesaya tampil sebagai Nabi yang bijaksana dalam
melakukan karya dan rencana keselamatan Yahwe terhadap bangsa israel.
Oleh karena itu, nabi yesaya selalu berpegang teguh pada kekuatan Allah dan firman-Nya. Nabi
Yesaya memberikan jalan yang terbaik bagi mereka untuk patuh dan takut kepada Allah yang adalah jalan
kehidupan mereka. Ungkapan ini, sebagai sebuah nasihat dan ajakan bagi bangsa Israel untuk
mengutamakan Tuhan dalam segala jalan kehidupan. Kepercayaan akan Tuhan merupakan hal utama yang
mendorong bangsa Israel untuk melangkahkan kaki ke dalam dekapan kasih Allah itu sendiri.
Jikalau mereka mendekatkan diri dengan Tuhan, patuh pada perintah-Nya, dan melakukan Firman-
Nya, mereka tentunya tidak bertegar hati dengan situasi-situasi yang mencekam. Dalam ziarah atau
perjalanan bersama Tuhan, terkadang kita diundang untuk turut merasakan suasana perjalanan dan
membiarkan hati kita lapang dalam semangat yang luhur. Maka kita akan membiarkan Tuhan, menjadi
Tuhan, dan diri kita menjadi diri kita sendiri apa adanya-sesuai dengan gambar, rupa dan rencana Tuhan.
Penting untuk menjaga keseimbangan yang benar, antara sifat Tuhan yang imanen dan transenden
dalam doa. Musa merasa bahwa: dirinya tidak berharga dimata Allah. Hal itu membuatnya kehilangan kata-
kata dan terperangah kagum ketika melihat semak terbakar dan peristiwa yang terjadi di Gunung Sinai. Hal
serupa dialami juga oleh Nabi Yesaya. Ia mengakui dirinya tidak sempurna dihadapan Tuhan, apalagi mau
dijadikan sahabat atau rekan (partner) kerja Allah dalam karya keselamatan-Nya.
Oleh karena itu, Ia berseru: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan
aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan
semesta alam! Yesus adalah Gembala yang baik dan sekaligus Tuhan yang bangkit. Rasa hormat yang
sesungguhnya terhadap Tuhan menghadirkan keharmonisan dan relasi yang akurat bagi semua orang. Hal
pertama dan yang paling utama dalam kehidupan ini, kita semestinya membiarkan Kuasa Allah merasuki
kekalutan, kecemasan, dan dunia fantasi kita. Agar kita mengerti dan turut merasakan betapa indahnya Jalan
Tuhan.

REFERENSI

Buku- Buku

AK, Lisieux. “Kasih Melampaui segala Kerapuhan Diri.” Obor: Jakarta. 2015.
Armstrong, Karen. Jerusalem Satu Kota Tiga Iman Risalah Gusti: Surabaya. 2004.
Huijbers, Theo. Ulasan-Ulasan Mengenai Allah dan Agama. (Kanisius: Yogyakarta. 1977).
Iriana, Stephanie. Derita Cinta Tak Terbalas. (Yogyakarta: Jalasutra: 2005).
Keene, Michael, Alkitab (Sejarah, Proses Terbentuk, Dan Pengaruhnya), Kanisius: Yogyakarta, 2006.
Leteng, Hubertus. Spiritualitas Pertobatan Pintu Masuk Kerajaan Allah. Obor: Jakarta. 2010.
Masribani, Wirawan, Gregorius (penerjemah), Kedamaian Hati, Obor: Jakarta, 2012.
Marsunu, YM, Seto, Suara Ilahi: Pengantar Kitab-Kitab Kenabian, Kanisius: Yogyakarta, 2012.

Pareira, B, Anton, Kritik Sosial Politik Nabi Yesaya,Dioma: Malang, 2006.


______________, Nabi Yesaya Dan Kehadiran Allah, Kanisius: Yogyakarta, 1976.
Riyanto, Armada. Menjadi- Mencintai.Kanisius: Yogyakarta. 2017.
_______________, Remah dan Daun Kering Meditasi Spiritual- Teologis.Widya Sasana
Tari, Ignas, Cinta Yang Membesarkan Hati, (Jakarta: Fidei Press, 2008).

Tinambunan, E. R. L. Dan Kristoforus Bala, ed, Di Mana Letak Kebahagiaan, (Malang: Stft. Vol. 24.
No. Seri 23, 2014).
Vanier Jean. “Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus”, Kanisius: Yogyakarta, 2009.
Majalah:
Kumpulan Karangan Driyarkara, Driyarkara Tentang Manusia, Kanisius: Yogyakarta, 1980.
Café Rohani ( Karmelindo;Juli; 2010, Tahun C/Ii; 15). Sihotang, 2013.

Internet

Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Yesaya.(Senin, 9 Oktober 2022: Pkl. 17:17).

Anda mungkin juga menyukai