Anda di halaman 1dari 14

Nama : Gaudete EM Mandang

NIM : 20220212125

Mata Kuliah : Metode Hermeneutik Alkitab

Dosen Pengampu : Pdt. Mieke Sendow, M.PdK

SEJARAH TEORI SUMBER-SUMBER

I. Pendahuluan

Menurut penelitian para ahli kitab-kitab Pentateukh dari sejumlah materi yang berasal dari
berbagai sumber dalam zaman yang berbeda. Kitab-kitab Pentateukh tidak disusun secara
kronologis sehingga tidak dapat dipahami sebagai kitab sejarah. Para ahli meyakini bahwa
kitab-kitab Pentateukh diredaksi dengan suatu maksud dan tujuan tertentu. Artinya susunan
dari kitab Pentateukh mempunyai maksud dan tujuan bahkan dalam kitab-kitab internal
maupun eksternal.

Secara internal (Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan)


diceritakan dengan maksud tertentu. Oleh karena itu, setiap kitab dimulai dan diakhiri dengan
maksud tertentu. Namun secara eksternal kelima kitab tersebut saling mempengaruhi.
Misalnya Kitab Kejadian menjadi pendahuluan penciptaan dari kitab-kitab Pentateukh.
Bahkan juga menjadi pendahuluan kelas Keluaran, akhir dari kitab Keluaran menjadi
pendahuluan kitab Imamat, akhir kitab Imamat menjadi pendahuluan kitab Bilangan, akhir
kitab Bilangan menjadi pendahuluan kitab Ulangan. Begitu juga dengan akhir kitab Ulangan
menjadi pendahuluan kitab Yosua. Dengan adanya maksud dan tujuan sehingga kitab-kitab
Pentateukh diredaksi oleh berbagai redaksi oleh berbagai sumber redaktor sehingga
menghasilkan empat sumber terutama dalam penyusunan Pentateukh.

1. Sumber Yahwist (Y).

Yahwist membuat kitab-kitab Pentateukh dengan menyebut nama Allah dengan


Yahwe dalam kitab-kitab yang diperkirakan dibuat pada abad ke-X SM yang meliputi tentang
penciptaan, asal-usul sejarah Israel, perjanjian Tuhan dengan Israel dan penduduk tanah
Kanaan. Kitab ini menjadi kesaksian dalam kitab Pentateukh atau kitab Kejadian sampai
Ulangan, kemungkinan besar pada masa ini redaktor tinggal di wilayah Yehuda yaitu pada
masa pemerintahan Salomo demikian juga Yehuda merupakan tokoh yang menonjol dalam

1
kisah Yusuf (Kej. 37) yang merupakan satu ucapan berkat dan nubuat tentang Yehuda yang
disampaikan oleh Yakub (Kej. 49:8).

Penulis sumber Y muncul pada zaman Daud-Salomo, ketika merupakan satu Negara
kesatuan yang terlibat dalam kancah internasional. Dengan tulisan sumber Y itu
bangsa Israel diberitahu akan tugasnya yaitu menjadi berkat bagi segala bangsa yang ada di
sekitarnya. Jadi penulis sumber Y bukan hanya mengemukakan apa yang pernah terjadi pada
masa zaman dahulu, tetapi juga yang akan terjadi dengan dan melalui bangsa Israel pada
waktu itu dan pada waktu mendatang.

Beberapa ciri atau corak dari Yahwist yang dapat dikenal adalah :

a. Misalnya dalam pemberitaan Yahwist selalu menyebut nama Allah dengan YHWH, yaitu
suatu nama yang diperkenalkan oleh Musa kepada umat Israel Ketika Israel keluar dari
perbudakan Mesir. Dimana karena pada masa anak Yakub pergi ke Mesir, mereka sendiri
tidak mengetahui Yusuf memberlakukan saudaranya dengan baik, bahkan memberikan
tempat tinggal kepada saudaranya di Mesir yaitu di daerah Gosyen. Ketika Yusuf
meninggal maka lahirlah Firaun baru yang tidak mengenal Yusuf. Dengan bertambah
banyaknya penduduk Israel maka mereka diperbudak oleh Mesir. Jadi nama YHWH
sudah dikenal pada masa itu. Kita mengetahui bahwa Musa menikah dengan putri
Midian yang mengenal YHWH sebagai Tuhan mereka juga.

b. Yang selalu memperkenalkan Tuhan Allah sebagai pemilik dan penguasa alam semesta
yang selalu disebarkan Antropomorfis (Antropos artinya manusia dan Morf artinya
bentuk). Jadi kata Antrofomorfis adalah suatu penggambaran Allah sebagai manusia.

c. Yahwist menggambarkan Tuhan sebagai Allah universal yang memelihara dan


menyelamatkan seluruh ciptaan bukan Allah hanya satu golongan atau bangsawan tetapi
seluruhnya. Dalam hal ini sering menggambarkan Allah itu campur tangan dan berkarya
secara langsung atau nyata dalam sejarah dunia.

d. Yahwe adalah Tuhan Allah yang mengontrol perjalanan sejarah dimana kasih Yahwe
menghindarkan manusia dari kepunahan atas penghukumannya terhadap kejahatan
manusia. Contohnya ketika Tuhan memanggil Babel sebagai alat Tuhan untuk
menghukum Yehuda tetapi Tuhan juga membangkitkan Persia sehingga bangsa Yehuda
dibebaskan dengan perantaraan Persia.

2
e. Yahwist dalam pemberitaan memberikan perhatian luas kepada pemilihan bapak leluhur
Israel dan ikatan perjanjiannya merupakan inisiatif Allah. Dalam hal ini pemulihan Israel
sebagai umat pilihan Allah dimaksudkan untuk kepentingan seluruh bangsa di dunia.

Ketika Tuhan memilih umatNya Israel, yang menjadi perhatian bukanlah Israel tetapi justru
bangsa-bangsa (Goyim). Pemilihan itulah yang membuat umat pilihan Allah dituntut selalu
taat dan tergantung pada Yahwe. Jadi keistimewaan hubungan Israel kepada Tuhan terletak
pada ketaatan mereka terhadap Firman. Jika mereka tidak taat maka tidak ada hubungan itu
dimana kebaikan itu juga memberikan jaminan bahwa umat pilihan itu akan tetap menerima
janji Allah. Dengan demikian memiliki hubungan harmonis dengan bangsa-bangsa dan
lingkungan hidup. Pandangan sumber Y yang paling penting adalah panggilan Allah. Allah
memanggil Abraham untuk menjadi bapak Leluhur bagi suatu bangsa yang besar yang akan
mendiami suatu negeri yang akan dijanjikan kepadanya oleh Allah.

Dengan panggilan kepada Abraham ini maka semua bangsa di dunia akan mendapat berkat
(Kej. 12:1-3). Dalam rangka ini maka kelahiran Ishak, ceritera gurun, dilihat sebagai tanda-
tanda ajaib dari pihak Allah. Dengan kalimat lain bahwa Israel menjadi bangsa besar dan
bangsa Allah adalah anugerah Allah semata-mata. Panggilan janji dantanda ajaib Allah
menguasai seluruh sejarah Israel. Begitupun juga cerita kelepasan Israel dari Mesir mau
menyatakan dan memuliakan Allah sebagai Allah yang berkuasa dan memerintah atas
bangsa-bangsa lain, atas kuasa dan alam laut. Penulis Y menitikberatkan perbuatan-perbuatan
besar Yahwe dan kesetiaanNya kepada orang-orang yang lemah. Terhadap kesetiaan Allah
ini, bangsa Israel selalu menunjukkan sikap kurang setia dan kurang taat kepadaNya.

Pusat seluruh sejarah ini sebenarnya terletak pada wahyu atau penyataan Allah di Sinai dan
pada perjanjian-Nya. Dengan demikian penulis Y memfokuskan pemanggilan Israel untuk
menjadi bangsa (umat) Allah, dan janji Allah kepada mereka diteguhkan oleh anugerah-Nya.
Sumber ini diperkirakan muncul dan ditulis antara tahun 900-800 SM di daerah Selatan atau
Yehuda.

2. Sumber Elohist

Sumber yang dikenal Elohist berasal dari sekitar abad ke8-9 SM. Kemungkinan sekali
sumber ini berasal dari Israel Utara. Alasanya adalah sumber ini menempatkan Yusuf dan
Ruben sebagai tokoh yang menonjol di Israel Utara (Kej. 37). Bahkan secara khusus Efraim
ditampilkan sebagai suku yang berpengaruh. Demikian juga dengan kota Betel dan Sikhem

3
dinyatakan sebagai pusat ibadah resmi Israel Utara (kota suci). Israel Selatan kota sucinya
adalah Yerusalem.

Demikian juga hubungan Yakub dengan tempat suci di Betel dimana Yahwist
memberikan perhatian tentang penciptaan sementara Elohist sangat berbeda karena Elohist
langsung secara pemilihan. Cerita dari Elohist berhenti ketika bangsa Israel masuk ke Tanah
Perjanjian. Materi-materi Pentateukh khususnya dari kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, dan
Ulangan dapat dikenali dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Selalu menggunakan Elohim untuk menyebut nama Allah, khususnya pada masa-masa
sebelum Musa. Elohim seperti sengaja menghindarkan penggunaan nama Yahwe.

b. Menggambarkan Allah dengan kehendaknya lewat perantaraan misi melalui kehadiran


malaikat, lewat mimpi melalui penglihatan-penglihatan. Misalnya mimpi Yakub di Betel.

c. Elohist menekankan Partikularisme sebagai umat pilihan Allah. Jadi Israel adalah umat
yang khusus, umat yang diasingkan dari umat yang lain.

d. Elohist itu selalu memberikan penafsiran yang baru terhadap suatu tradisi. Artinya suatu
tradisi yang tua ataupun kuno sering diangkat kembali dan ditafsirkan secara baru.

e. Elohist memberikan perhatian besar terhadap tradisi kenabian. Itulah sebabnya banyak
ditemukan tentang penyataan Abiah sebagai nabiah. Padahal itu sendiri kurang dikenal
sebagai nabi.

Dalam Kejadian 20:7, disimpulkan bahwa menurut Elohist dimana Israel itu umat pilihan
Allah yang memiliki hubungan khusus dengan Allah. Kekhususan itu dapat dilihat dari berkat
Abraham yang diteruskan kepada Ishak dan sampai kepada Yakub. Elohist juga
menggambarkan bahwa Allah menggenapi segala yang dijanjikan kepada umat atau
hambanya. Itu sebenarnya adalah karena kedekatannya dengan tradisi kenabian. Sumber E ini
diperkirakan lahir di Kerajaan Utara (Israel) kira-kira antara tahun 800 dan 700 SM ketika
Sinkretisme melanda kehidupan agama Israel.

Saat itu timbullah gerakan nabi-nabi yang memprotes dan menentang sinkretisme tersebut,
terutama dengan peranan nabi Elia dan Elisa. Gerakan nabi-nabi ini memmpengaruhi
kelompok E dan menjadi dasar munculnya sumber ini. Sumber E memiliki kecenderungan
yang sama dengan sumber Y karena memfokuskan pada pemanggilan Israel tetapi di dalam

4
panggilan ini Israel diasingkan dari bangsa-bangsa lain. Karena itu pandangan theologia E
yang paling penting dan dominan ialah relasi yang khusus antara Allah dan bangsa Israel.

Begitu pentingnya konsep pemikiran tentang pemilihan leluhur dan bangsa Israel ini,
sehingga seluruh perhatian E ditunjukkan kepada orang-orang yang dipilih dan yang percaya
kepada Allah. Itu berarti bahwa sumber E ini bersifat partikularistis. Di dalam kerangka
pengertian ini, sumber E menggambarkan Abraham sebagai seorang nabi (Kej. 20:7) dan
Yakub (Israel) dilukiskan sebagai pejuang Allah (Kej. 32:23).

Perbedaan yang sangat menonjol antara sumber Elohist dan Yahwist adalah sumber Elohist
tidak mempunyai cerita tentang sejarah purbakala. Jadi sumber Elohist kurang memiliki
dimensi universal dan juga tidak menganggap Israel sebagai sarana berkat bagi bangsa-
bangsa. Sumber E ini berusaha untuk menunjukkan jarak yang jauh antara Allah dan
manusia. Bagi Elohist bahwa Allah adalah tokoh yang bersemayam di Sorga yang jauh dari
dunia manusia. Allah menyampaikan kehendaknya kepada manusia melalui perantara atau
pilihan Allah sendiri. Elohist juga menganggap Musa sebagai orang pertama yang
mengetahui nama Yahwe (Kel. 3). Jadi Musa menghubungkan Allah dengan manusia
sehingga Musa seperti seorang nabi.

3. Sumber Deuteronomist

Sumber D berkembang di Yerusalem sekitar abad ke-7 yang diperkirakan berasal dari Israel
Utara. Tetapi Israel Utara hancur sehingga mereka turun ke Selatan dan mengembangkan
theologinya. Pengaruh sumber D berkembang terutama pada masa pemerintahan Yosia.
Sumber D ini yang mendorong dilakukannya Reformasi Yosia (622-611 SM) disebut juga
dengan reformasi Deuteronomist. Ini didukung dengan suatu situasi dimana ditemukan
gulungan kitab Ulangan 36. kelompok Deuteronomist ini mengubah sejarah Israel dan
menafsirkannya untuk generasi baru Israel. Sejarah yang diubah ini dikenal dengan sejarah
Deuteronomist yang sangat tegas dalam kitab Yosia, II Raja-raja, dan kitab Ulangan.

Ciri-ciri dari pemberitaan Deuteronomist sebagaimana dilihat dari kitab Ulangan adalah:

a. Panggilan Allah kepada bangsa Israel sebagaimana umat pilihan menuntut ketaatan dan
kesetiaan terhadap hukum-hukum Allah atau Taurat.

5
b. Ini mengecam keras Sinkretisme dan penyembahan ilah-ilah lain karena itu akan
mendatangkan murka Allah. Umat Israel hanya akan menikmati kehidupan yang damai
apabila mereka setia beribadah hanya kepada Yahwe.

c. Sebagai upaya untuk menghadirkan Sinkretisme atau pengaruh agama Kanaan dan
penyembahan kepada Ilah-ilah lain, maka semua kuil-kuil penyembahan harus
dihancurkan dan Yerusalem ditempatkan sebagai pusat kultus bagi seluruh Israel.

d. Kesetiaan raja dan Israel dinilai berdasarkan ketaatan mereka terhadap hukum Allah.
Dalam penilaian tersebut, Daud lah sebagai raja yang ideal sehingga kerajaaannya yang
akan kekal.

Sumber ini muncul ketika Bait Allah sedang diperbaiki atas perintah raja Yosia. Pada saat
itulah tukang atau pekerja yang bekerja disana menemukan suatu naskah gulungan yang
disebut sebagai Taurat (II Raja 22:8) yang rupanya adalah sebagian dari kitab Ulangan yaitu
pasal 12-26. Kemudian naskah ini sangat mempengaruhi dan mendorong raja Yosia di
Yerusalem untuk melancarkan suatu pembaharuan atau reformasi di bidang agama yang
dikenal dengan nama Reformasi Yosia atau reformasi Deuteronomist pada tahun 622 SM.

Theologia sumber D bersifat antis-sinkretisme dan diperkirakan berasal dari Kerajaan Utara.
Anti-sinkretisme ini terlihat jelas dalam pembaharuan Deuteronomist dimana kuil-kuil di luar
kota Yerusalem diprotes dan ditutup, sebab kuil-kuil itu adalah pusat Sinkretisme.
Pandangan-pandangan sumber D yang paling menonjol adalah panggilan Allah kepada
bangsa Israel untuk menjadi bangsa pilihan-Nya. Karena Israel adalah bangsa yang terpilih
maka mereka diminta dan diwajibkan untuk hidup sebagai bangsa yang dipilih yaitu patuh
kepada segala perintah dan hukum-hukum Allah.

Jikalau Israel tidak berpaling dari Allah dan melupakan perintah-Nya untuk hidup sebagai
bangsa pilihan Allah, maka Allah akan menghukum dan menolak mereka. Sumber D ini
ternyata mempengaruhi kitab-kitab historis dari Kejadian sampai II Raja-raja. Sangat jelas di
dalam kitab historis bahwa Daud dilihat sebagai seorang raja Israel yang setia dan yang
menuruti kehendak Allah.

Peranan Daud, kota Yerusalem, dan Bait Allah di Yerusalem mendapat perhatian besar di
dalam sejarah Deuteronomist yang menekankan dan menempatkan peranan Bait Allah di

6
Yerusalem sebagai satu-satunya pusat peribadahan di Israel. Begitulah Yerusalem mendapat
peranan yang penting sebagai tempat dan pusat kegiatan agama di seluruh daerah Israel.

Ciri khas dari sumber Deuteronomist diantaranya adalah keberadaan hukum tentang raja yang
sangat penting untuk memberitahukan tentang apa yang menjadi ketentuan dari sistem
pemerintahan di Israel. Kemudian bagaimana bahaya atau ancaman yang akan dihadapi
bangsa Israel sebagai umat pilihan serta kepercayaan Israel sekalipun akan dipengaruhi oleh
kepercayaan kafir. Tekanan Deuteronomist adalah ke-esa-an Allah bahwa hanya Allah yang
memerintah sehingga menuntut umat harus hidup di dalam kekudusan (monoteisme).
Hukum-hukum yang direvisi oleh kelompok Deuteronomist, secara khusus pasal 17
mengandung prinsip kemerdekaan warga Israel sehingga menggariskan kewajiban raja
dengan taat kepada hukum Yahwe.

Sumber D ini banyak juga melihat bagaimana berjalannya roda pemerintahan atau sistem
kerajaan yang ada dalam bangsa Israel sebagai umat pilihan yang kudus. Karena permulaan
Kerajaan merupakan bagian dari sejarah Israel, lembaga demikian tidak bisa dimitologikan
seperti biasa terjadi dalam kebudayaan-kebudayaan Timur Tengah, sebagai bagian dari
kehendak Ilahi atas alam ciptaan. Israel mengetahui bahwa kerajaan didirikan sebagai akibat
dari prakarsa manusiawi. Ini memungkinkan pendekatan Ulangan.

Sumber D terus menyusun potongan-potongan atau gulungan-gulungan sampai akhir


kekuasaan raja-raja keturunan Daud. Pada masa periode Persia tiba, gulungan potongan-
potongan yang disatukan dalam kitab Ulangan terpisah dengan gulungan sejarah lainnya
sehingga menjadi penutup kelima gulungan Taurat. Ada kemungkinan para imam juga
berperan dalam penyusunan kitab ini sebagai keseluruhan hukum Musa. Walaupun sumber
D sangat menekankan konsep monoteisme dalam perjalanan sejarah Israel, namun sumber D
juga melihat bahwa Allah melanjutkan dan mempertahankan Israel sampai masa yang akan
datang (Hak. 4-5), bahkan Allah selalu menentukan orang-orang pilihan dan
memperlengkapinya untuk menyatakan kuasaNya di semua bangsa. Itu berarti sumber D juga
menekankan bahwa hanya Allah juga yang memerintah atas segala bangsa yang dimulai dari
bangsa Israel sebagai umat pilihan. Banyaknya hukum-hukum yang terdapat dalam mater-
materi sumber D ini dilihat dalam rangka menghangatkan kembali bahwa Israel sebagai umat
pilihan mengingatkan kembali perjanjian antara Allah dan Israel. Allah selalu turut dalam
perjalanan umat pilihan itu.

7
4. Sumber Priest

Sumber Priest ini diperkirakan berasal pada abad V SM. Latar belakang dari kelompok ini
adalah kaum Imam. Dalam pemberitaannya ini, mereka menggeluti persoalan-persoalan
rohani atau agama. Setelah terjadi pembuangan maka mereka menghembuskan suatu ajaran
tentang kehidupan agama yang kudus. Mereka meneruskan usaha ini dengan memakai
tulisan-tulisan yang mereka buat mencoba mengingatkan setiap generasi Israel untuk
memelihara kekudusan itu sebagai umat Allah. Kedekatan mereka dengan tradisi keimaman
juga mewarnai tulisan-tulisan yang berasal dari Priest.

Ciri dari pemberitaan Priest adalah:

a. Priest sangat anti dengan Antropomorfisme. Hal ini disebabkan karena pemahaman
Priest mengatakan bahwa Allah itu dapat dikenal melalui kemuliaan-Nya (kaved). Mereka
memahami hal itu terjadi di dalam Bait Suci yaitu ketika asap memenuhi Bait Suci (yang
terjadi ketika ada penyembahan kurban atau penyembelihan). Kehadiran Tuhan disimbolkan
dengan asap yang ada saat melakukan penyembelihan kurban itu. Jika dibandingkan dengan
peristiwa Keluaran (Kel. 40:30) maka awan juga menjadi simbol kehadiran Tuhan. Menurut
Priest sendiri bahwa Tuhan adalah bersifat Transenden (yaitu Tuhan yang jauh dimana tidak
mungkin dijangkau).

b. Priest sendiri sangat suka dengan bahasa yang formal dan angka-angka. Hal ini adalah
pengaruh tradisi Ibadah. Misalnya tentang penciptaan (Kej. 1:1-2; 4a). Dari pemberitaan
penciptaan Priest maka itu ingin menceritakan semua yang ada di bumi ini yang dimulai dari
hari 1-7 sebagai kemuliaan Tuhan saja.

c. Banyak memberi perhatian kepada kultus (persekutuan di sekitar Bait Allah), dimana
Priest menekankan fungsi jabatan imam di dalam kemah Bait Allah. Oleh karena itu Priest
banyak berbicara tentang ke-imaman termasuk peraturan-peraturan di sekitar ibadah,
peraturan-peraturan tentang Bait Suci, tentang imam, dan bahkan tentang kekudusan.

d. Sama halnya dengan kelompok Yahwist bahwa Priest juga memberi perhatian kepada
berita-berita penciptaan. Namun mereka tidak mengatakan bahwa umat Allah sudah
ditetapkan menjadi umat yang kudus dan peraturan-peraturan kekudusan dan peribadahan
umat itu sudah ditetapkan sejak dunia diciptakan. Itulah sebabnya Priest memulai dari berita
penciptaan.

8
e. Oleh karena Allah itu adalah Allah yang transenden, maka Priest menegaskan bahwa
imam adalah perantara Allah untuk menyampaikan firman dan perintah-perintahNya. Jadi
imam-imam berfungsi sebagai mediator, antara Allah dengan umat.

Redaktor kitab Pentateukh telah memiliki empat sumber. Materi yang bersumber dari yang
termuda ditempatkan di depan. Misalnya lihatlah Kej. 1:1-2; Kej. 4a (P)+Kej. 2:4b-25 (Y),
hal ini dikarenakan sumber Priest telah memilah-milah, menyunting mana yang cocok untuk
di tempatkan pada pendahuluan. Dengan demikian maka redaktor memilih cerita penciptaan
sebagai pendahuluan yaitu yang berasal dari sumber Priest. Memang situasi sebelum
pembuangan ke Babel memberi kemungkinan kepada imam untuk memelihara tradisi-tradisi
secara lisan.

Namun dengan diangkutnya bangsa Israel sebagai tawanan ke Babel dan hancurnya Bait
Allah di Yerusalem maka situasi ini telah berubah. Keadaan tanpa Bait Allah di Babel,
bahaya Sinkretisme di dalam kehidupan beragama, dan bangsa yang terancam punah diantara
bangsa-bangsa kafir itu telah mendorong para imam untuk menulis segala tradisi yang ada
dan mengumpulkannya supaya jangan hilang. Dengan demikian lahirlah sumber Priest
dengan tulisannya untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa merekalah bangsa kudus Allah.
Dalam rangka ini sangat menekankan kultus.

Dengan demikian tulisan-tulisan P banyak menyangkut aturan-aturan kebaktian dan semua


hal yang berhubungan dengan Imamat. Untuk memberikan kewibawaan kepada unsur-unsur
kultis ini maka penulis P memproyeksikan semuanya kembali kepada masa dimana Israel
masih berada di Padang Gurun antara lain persekutuan suku Israel di sekitar Bait Allah,
organisasi keimanan, Bait Allah diberi bentuk Kemah Suci. Aturan-aturan kultis P
teristimewa terdapat dalam kitab Imamat. Di samping itu juga P menulis suatu sejarah
dimana P menonjolkan tiga puncak yaitu:

a. Persekutuan perjanjian antara Allah dan Nuh dengan pelangi sebagai tanda perjanjian
itu.

b. Persekutuan perjanjian antara Allah dan Abraham dengan sunat sebagai tanda.

9
c. Persekutuan perjanjian antara Allah dan Musa (sebagai wakil bangsa Israel) dengan
sunat sebagai tanda.

Menurut P bahwa periode I pada masa sebelum persekutuan perjanjian antara Allah dan Nuh,
manusia dipanggil untuk berkuasa atas binatang, tetapi tidak boleh membunuh dan
memakannya. Setelah periode II sesudah air Bah, Nuh dan manusia diperbolehkan memakan
daging binatang tanpa darahnya. Periode III dimulai dengan persekutuan perjanjian antara
Allah dan Abraham. Periode IV adalah periode wahyu atau penyataan Allah yang sempurna,
dimana Yahwe menyatakan diri-Nya sebagai Allah Israel di Sinai dan memberikan hukum-
hukumNya kepada bangsa-Nya.

Harun diangkat menjadi imam besar dan dipanggil untuk mendamaikan bangsa Israel dengan
Allah. Bagi P kultus adalah alat atau medium untuk memelihara dan memperbaiki hubungan
antara Allah dan manusia. Walaupun P memfokuskan bangsa Israel sebagai bangsa yang
kudus, namun dalam tulisannya juga terdapat elemen-elemen universalistis. Misalnya dalam
Kejadian 1:1-2:4a Allah adalah pencipta seluruh dunia. Persekutuan perjanjian dengan Nuh
adalah persekutuan-persekutuan dengan manusia (Kejadian 9:8-17). Penulis P
mengumpulkan dan menyatukan unsur-unsur transendensi Allah dan persekutuan-Nya
dengan manusia, universalisme dan partikularisme, pandangan nabi-nabi dan kultus.

Baik tradisi Y maupun E, mulai dengan mencatat penderitaan umat dengan bahasa
ratapan (berseru). Di antara kedua tradisi ini ada perbedaan penekanan sehubungan dengan
peranan Musa. Tradisi Y menekankan bukan hanya pembebasan dari mesir , melainkan juga
tujuan dari campur tangan Allah itu. Bukti yang diminta oleh Musa dalam tradisi E
mempunyai arti tersendiri. Bahwa Musa di depan Firaun dan umat adalah umat nantinya akan
menyembah Allah di gunung itu. Hal ini merupakan kekecualian di dalam kisah
pemanggilan.

Tradisi P mengenal kisah panggilan tradisi Y dan E, namun tradisi P tetap mengajikan
versinya sendiri. Dalam tradisi P, pemanggilan adalah soal kesinambungan. Allah yang
berbicara dengan Musa adalah Allah yang menampakkan diri kepada para bapa bangsa.
Dimata tradisi P hanya ada satu perjanjian, yaitu perjanjian yang dibuat dengan Abraham
dalam Kej. 17. Karenanya, adegan ini menciptakan ketegangan: janji sudah lama
disampaikan, namun belum terpenuhi sampai kini. Dalam menyampaikan tugas kepada

10
Musa, tradisi P mengadaptasi kisah panggilannya yang pada dasarnya sama dengan yang
dipakai oleh tradisi Y.

· Jawaban ilahi atas dosa


· Janji Allah untuk menyelamatkan
· Penugasan
· Keberatan Musa
· Keberatan diatasi

Dengan latar belakang yang bersuasana pembuangan, nubuat seperti itu menumbuhkan
pengharapan dan meletakkan dasar baru iman Israel. Nubuat itu juga memperlihatkan bahwa
Allah yang mengadili adalah Allah yang membebaskan.

Tekanan sumber P juga sangat jelas dalam Kitab Imamat yang terlihat juga dari sisi
pendirian Kemah Suci walaupun hal itu terdapat dalam Kitab Keluaran yaitu pasal 25-31 dan
35-40, yang merupakan latar belakang banyak bahan dalam Kitab Imamat itu. Tetapi bagian
itu juga dianggap berasal dari sumber yang sama sehingga dapat ditemukan begitu banyak
sumber P di dalam kitab ini.

Dalam sumber P itu Israel dilihat hanya dari sudut pandang religius, kehidupan masyarakat
berdasarkan atas agama. Ibadah sangat ditekankan dan unsur-unsur kehidupan yang lain
disebut sebagai hasil dasar dari keagamaan itu. Hal politik, cara bagaimana Negara
seharusnya diperintah tidak diperhatikan. Dengan demikian pokok hukum-hukum dalam
kitab Imamat lebih terbatas daripada kumpulan-kumpulan hukum yang lain, misalnya
kesepuluh firman, kitab Perjanjian (Kel.20:22s/d 23:33), dan kitab Ulangan yang mengenai
semua unsur kehidupan bangsa itu.

Riwayat P yang dasariah biasanya dianggap sebagai yang disusun sesudah orang-orang Israel
kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel, mungkin kira-kira tahun 500 SM. Pada
zaman itu ada orang-orang yang percaya bahwa masyarakat Israel, terutama ibadah di Bait
Suci mungkin dipulihkan menurut tradisi-tradisi yang dihormati yang diterima dari masa
lampau, dan mereka mengatur dan menulis buku itu.

Kitab Imamat seolah-olah dinyatakan dan ditujukan kepada Musa dan melalui Musa
maka Israel memperoleh Imamat dikarenakan Musa dihormati sebagai yang memberi hukum
kepada Israel dan dialah yang meletakkan dasar hukum di Israel. Sebab itu semua intisari

11
dasar hukum terdapat dalam penyataan kepada Musa di Gunung Sinai dan setiap penunjuk
dan peraturan itu dihubungkan dengan penyataan itu.

Dengan demikian maka para Imam dapat mengajar hukum itu secara meyakinkan sebagai
yang menunjuk kepada kehendak Tuhan untuk umatNya. Dengan demikian terjadi proyeksi
semua tradisi keagamaan Israel ke dalam zaman Musa. Bait Suci sebagai yang dibangun dan
korban sebagai yang dipersembahkan padahal mereka mengembara di padang gurun. Jadi
seluruh benih kebiasaan Israel di bidang agama dan etika terdapat dalam pernyataan kepada
Musa sendiri.

II. Penutup

Memang secara awam, bahwa Thora (Pentateukh) dikarang dan ditulis oleh Musa. Pendapat
ini sendiri bertahan sampai abad yang ke-XVIII; sejak itu pendapat tersebut mulai diragukan
kebenarannya. Praduga ini dikemukakan oleh Jean d’Asatruc yang mengatakan bahwa dalam
menulis atau mengarang Pentateukh itu Musa menggunakan bahan-bahan dari uda sumber
kecil. Kedua sumber yang besar ini oleh d’Astruc dibedakan berdasarkan penggunaan
sebutan-sebutan bagi Allah, yaitu sumber yang menggunakan nama ”Elohim” dan sumber
yang menggunakan nama ”Yahwe”.

Dengan teori ini d’Astruc mengecam pandangan yang kritis dari pihak Spinoza. Kemudian
muncullah J.G. Eichhorn yang telah memahami teori d’Astruc dengan mengembangkannya
secara radikal dari teori itu. Eichhorn mengatakan bahwa sebenarnya bukanlah Musa yang
mengarang Pentateukh, melainkan seorang lain yang namanya tidak diketahui. Dengan
demikian Eichhorn kemudian menyatukan kedua sumber yang disebut d’Astruc tadi. Sampai
akhir abad ke-XIX penyelidikan terhadap Thora mengalami perkembangan pesat terutama di
bawah usaha-usaha A. Kuenen dan J. Wellhausen.

Jadi menurut pendapat-pendapat para ahli ada empat sumber dalam Pentateukh yaitu:

● Sumber yang menggunakan nama ”Yahwe” (Y).

● Sumber yang menggunakan nama ”Elohim” (E).

12
● Sumber yang khusus terdapat dalam Kitab Ulangan atau Deuteronomium (D).

● Sumber yang terutama dipelopori oleh imam-imam yang disebut dengan ”Priester

Codex” (P).

Penulisannya sendiri terlihat sumber Y memperlihatkan bentuk yang paling primitif dari
agama Israel sehingga diperkirakan tahun 900-800 SM. Sumber E adalah kesaksian dari suatu
stadium yang lebih maju sehingga diperkirakan tahun 800-700 SM. Sumber D sendiri
diperkirakan tahun 600 SM dan sumber P diperkirakan sekitar tahun 500 SM.

Pada akhir abad XIX maka teori sumber-sumber pada umumnya diterima oleh ahli-ahli
Perjanjian Lama, tetapi pada abad ke-XX secara khusus dengan pengaruh Gunkel maka
muncullah beberapa ahli yang bersifat kritis terhadap teori tersebut. Diantaranya adalah teori
dari seorang ahli yang bernama B.D. Eerdmans yang mengatakan penyataannya untuk
memprotes yang berusaha membagi-bagi ceritera yang seharusnya dipandang sebagai suatu
kesatuan.

Bahkan dirinya menolak sumber Priest sebagai suatu sumber yang berdiri sendir. Selain itu
dirinya juga tidak setuju dengan memisahkan atau membagi-bagi sumber Yahwist dan
Elohist atas dasar nama Allah. Sementara banyak ahli yang lain lebih banyak menaruh
perhatian kepada bagian-bagian yang paling kecil dari Pentateukh, kepada bentuk sistem
sastranya dan peranannya dalam kebudayaan bangsa Israel.

Ada juga ahli yang menguraikan keempat sumber yang besar itu atas anak-anak sumber yang
lebih kecil, misalnya sumber Yahwist (Y) diuraikan menjadi Y, Y1, Y2, Y3, dan sumber
Elohist (E) diuraikan menjadi E1, E2, E3. Seorang ahli yang bernama Bentzen mengatakan
bahwa sumber-sumber ini bukanlah merupakan karangan tertentu melainkan terdiri dari
banyak bahan yang berasal dari banyak zaman yang berbeda. Ahli yang bernama Engnell
ingin menggantikan teori sumber-sumber itu dengan keterangan yang memperhatikan tradisi-
tradisi lisan dan tulisan.

Menurut dirinya, sesudah proses perkembangan yang lama maka tradisi-tradisi ini
dikumpulkan oleh seseorang redaktor menjadi Kitab Kejadian sampai Bilangan dan seorang
redaktor lain mengumpulkannya menjadi kitab Ulangan sampai kitab Raja-raja. Dengan

13
demikian maka teori sumber itu belum diganti dengan suatu teori lain yang dapat diterima
oleh ahli-ahli.

14

Anda mungkin juga menyukai