Ajaran tentang monoteisme merupakan salah tema besar dari kitab Yesaya.1
Monoteisme berasal dari bahasa Yunani, monos yang berarti satu dan Theos yang berarti
Allah. Monoteisme kemudian diartikan sebagai sebuah kepercayaan bahwa hanya ada satu
Allah yang layak untuk disembah dan tidak ada yang lain selain Allah yang layak untuk
disembah itu.2 Adapun konsep monoteisme dalam deutero Yesaya ini terkait dengan
keselamatan bangsa Israel di dalam Allah yang satu, yang dipercayai oleh mereka. Oleh
karena itulah, monoteisme dalam deutero Yesaya ini disebut juga monoteisme soteriologi.3
Konsep monoteisme soteriologi yang dijelaskan di dalam deutero Yesaya tentu tidak
bisa dipisahkan dari latar belakang atau konteks penulisan kitab ini. Umumnya, Kitab
Yesaya dibagi menjadi tiga bagian yaitu proto Yesaya (pasal 1-39), deutero Yesaya (pasal
40-55) dan trito Yesaya (pasal 56-66).4 Pembagian ini menghantar kepada sebuah
pemahaman bahwa waktu dan tujuan penulisan dari ketiga bagian kitab Yesaya ini diyakini
berbeda-beda. Menurut Andrew E. Hill dan John H. Walton, tujuan penulisan dari deutero
Yesaya (Pasal 40-55), yaitu sebagai ucapan-ucapan ilahi yang ditujukan kepada orang-
1
. W.S. Lassor, D. A. Hubbard, dan F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat, terj.
Lisda Tirtapraja dan Lily W. Tjiputra(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 281.
2
. Robin Routledge, Old Testament Theology: A Thematic Approach (Downers Grove, Illinois: IVP
Academic, 2008), 94.
3
. David G. Firth dan H.G.M. Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches (Downers Grove,
Illinois: IVP Academic, 2009), 59.
4
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 43.
5
. Andrew E. Hill dan John H. Walton, A Survey of The Old Testament (Grand Rapids, Michigan:
Zondervan Publishing House, 1991), 527.
Pada masa itu, mulai muncul sebuah konsep peperangan para ilah. Setiap bangsa
yang berhasil menaklukan bangsa lainnya, menjadi penanda bahwa ilah-ilah bangsa
tersebut jauh lebih hebat dibandingkan ilah-ilah bangsa yang dikalahkannya. Dengan
demikian, maka ilah-ilah dari bangsa yang dikalahkan tersebut akan disingkirkan dari
dalam kuil-kuil yang ada dan kemudian ilah-ilah dari bangsa yang menang tersebut yang
akan menggantikan posisi ilah-ilah yang telah disingkirkan tersebut. Hal ini juga menjadi
pertanda bahwa hanya ilah-ilah bangsa yang menang tersebut yang berkuasa di daerah
tersebut.6 Dengan adanya konsep ini, maka peperangan antara bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain bukan hanya sekedar adu kekuatan militer tetapi juga menjadi kontes
latar belakang penulisan deutero Yesaya adalah untuk memberikan sebuah pemahaman
kepada orang-orang Israel yang diduga percaya bahwa kehancuran kuil dan akhir dinasti
Daud menjadi sebuah pertanda kemenangan para dewa Babel atas YHWH. Oleh karena itu,
deutero Yesaya yang berisi ucapan-ucapan ilahi tersebut bertujuan menegaskan bahwa
YHWH tetap berdaulat dan tidak kalah dari para dewa-dewa atau ilah-ilah Babel dan
meminta para pendengarnya untuk meninggalkan penyembahan kepada para Baal dan
Terkait dengan monoteisme dalam deutero Yesaya, apa yang menjadi dasar konsep
monoteisme di dalam deutero Yesaya menurut Clliford adalah kedaulatan Allah atas sejarah
6
. Lassor, Hubbard, dan Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat, 282.
7
. Joel Kaminsky dan Anne Stewart, “God of All the World: Universalism and Developing Monotheism
in Isaiah 40-66,”Harvard Theological Review,99:2 (2006): 139-163, 143.
dan bagaimana setiap kehendak Allah selalu terjadi.8 Senada dengan Clliford, Routledge di
dalam kesimpulannya, menyimpulkan bahwa ada dua faktor penting yang menjadi
penekanan YHWH ketika mengklaim diri-Nya sebagai satu-satunya Allah yang benar di
dalam deutero Yesaya yaitu YHWH adalah Pencipta dari segala sesuatu dan Tuhan dari
sejarah kehidupan.9 Dengan dua penekanan ini, sesungguhnya dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa YHWH berkuasa atas segala sesuatu karena YHWH adalah pencipta
segala sesuatu dan segala sesuatu akan terjadi sesuai kehendak-Nya. Kesimpulan ini
memberikan penegasan tentang konsep YHWH sebagai Allah yang monoteis di dalam
deutero Yesaya.
tentang YHWH sebagai Allah yang monoteis itu:10 YHWH adalah satu-satunya Allah (Yesaya
43:10, 44:6, 45:5-6, 21, 46:9), tidak ada satupun yang bisa disandingkan dengan Allah
(Yesaya 40:18, 25, 46:5), dan ilah-ilah lain bukanlah Allah, mereka hanya merupakan
berhala (Yesaya 40:18-20, 44:9-20, dan 46:1-2). Dengan lebih kuat, Yesaya 46:9-10
memberikan sebuah penekanan bahwa hanya ada satu Allah yaitu Allah YHWH. 11
jaminan kepada bangsa Israel sekaligus memberikan keyakinan kepada mereka untuk
8
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 48.
9
. Routledge, Old Testament Theology: A Thematic Approach, 100.
10
. Routledge, Old Testament Theology: A Thematic Approach, 99-100.
11
. Routledge, Old Testament Theology: A Thematic Approach, 101.
Dalam penyajian yang kontras antara Allah YHWH dan ilah-ilah lain, deutero Yesaya
secara gamblang menyatakan bahwa ilah-ilah lain hanyalah gambar yang dibuat oleh
manusia dan mereka hanya merupakan objek. Ilah-ilah yang dibuat oleh manusia itu
seperti tidak ada (41:24), mereka hanya karya-karya kosong (41:29). Hal inilah yang
membuat ilah-ilah buatan manusia itu tidak dapat dibandingkan dan bahkan tidak layak
dibandingkan dengan YHWH (40: 18-19). Mereka tidak dapat melakukan apa-apa sehingga,
para pembuatnya akan diejek dan dihina (41: 7; 42:17; 44: 9-20; 45:16). 12 Pemaparan yang
diberikan tentang keadaan dari ilah-ilah lain ini, bertujuan untuk memperkuat keyakinan
bangsa Israel kepada YHWH sebagai satu-satunya Allah dan sekaligus menyatakan
ketidakmungkinan YHWH sebagai Allah Israel akan kalah dari ilah-ilah lain, karena YHWH
Berdasarkan pemahaman tentang YHWH sebagai Allah Israel yang superior atas
ilah-ilah lain, deutero Yesaya juga memberikan sebuah pemahaman tentang bagaimana
pada akhirnya semua bangsa akan mengakui YHWH sebagai Allah yang berdaulat, yang
kemudian akan berimplikasi terhadap status ilah-ilah lain. Deutero Yesaya menggambarkan
yang dibuat oleh manusia.13 Bagaimana penggambaran tentang YHWH yang tidak bisa
disandingkan dengan ilah-ilah buatan manusia, di dalam deutero Yesaya dilakukan sama
seperti yang ada di dalam kitab Keluaran yaitu dengan formula kalimat “Akulah Dia” dan
“Aku adalah YHWH”, formula ini sekaligus menyatakan superioritas YHWH atas ilah-ilah
yang lain.14
12
. Kaminsky dan Stewart, “God of All the World: Universalism and Developing Monotheism in Isaiah
40-66,”142.
13
. Kaminsky dan Stewart, “God of All the World: Universalism and Developing Monotheism in Isaiah
40-66,” 140.
14
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 49.
Firth dan Williamson, mengutip perkataan de Boerd menyatakan bahwa konsep
monoteisme di dalam deutero Yesaya bukanlah konsep tentang adanya YHWH sebagai
satu-satunya Allah tetapi merupakan proklamasi YHWH tentang kekuatan unik yang
dimiliki oleh YHWH yang tidak dimiliki oleh ilah-ilah buatan manusia. Dengan demikian,
ketika YHWH berkata bahwa tidak ada seorangpun selain Aku, semestinya dipahami di
dalam pemahaman bahwa tidak ada satupun yang dari ilah-ilah buatan manusia yang bisa
menjadi kompetitor atau rivalnya YHWH.15 Apabila tidak ada yang dapat menjadi
kompetitor atau rivalnya YHWH, maka jaminan keselamatan bangsa Israel sekalipun
Dengan konsep ini maka K. Holter yang dikutip oleh Firth dan Williamson,
YHWH dan ilah-ilah lain melainkan YHWH dan pembuat ilah-ilah tersebut. 16 Hal ini
kemudian dikembangkan untuk mengontraskan antara ilah-ilah bangsa Babel dan Israel.
Para ilah tersebut dipilih dan dibuat oleh para pembuatnya (ilah bangsa-bangsa lain
ditentukan untuk menjadi ilah), sedangkan Israel dipilih dan diciptakan oleh YHWH
(YHWH yang memilih mereka). Kemudian, ketika para pembuat berhala tersebut menyebut
berhala (ilah-ilah) mereka yang mati itu sebagai allah mereka (44:7), YHWH memanggil
Israel sebagai hamba-Nya (44:21).17 Kenyataan ini semakin memperjelas konsep Allah yang
monoteis di dalam deutero Yesaya yang kepada-Nya bangsa Israel menaruh pengharapan
untuk keselamatan.
15
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 50.
16
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 53.
17
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 53.
Dengan demikian maka YHWH sebagai satu-satunya Allah yang semestinya
dipercaya oleh bangsa Israel adalah Allah yang superior atau jauh lebih unggul
dibandingkan dengan ilah-ilah atau berhala-berhala buatan manusia yang dianggap sebagai
“allah” oleh para pembuatnya. Superioritas YHWH inilah yang menjadi jaminan bahwa
bangsa Israel pasti akan diselamatkan karena YHWH sebagai Allah mereka adalah Allah
yang menciptakan segala sesuatu dan yang berkuasa atas segala sesuatu. Superioritas
YHWH inilah yang kemudian menjadi sebuah alasan untuk percaya hanya kepada-Nya.
menciptakan segala sesuatu, yang mengontrol kehidupan dan yang superior atas allah-
allah bangsa lain, maka dampak bagi bangsa Israel di pembuangan adalah jaminan untuk
keselamatan mereka. Ada jaminan bagi bangsa Israel bahwa jika para pembuat berhala
mengambil pohon dan membentuk berhala mati yang tidak dapat melihat atau mendengar,
YHWH mengambil Israel (orang percaya) yang tidak dapat melihat atau mendengar dan
membentuk kehidupan baru.18 Pengambilan ini merujuk kepada pembebasan bagi bangsa
deutero Yesaya setidaknya sebanyak sepuluh kali; Yesaya 41: 8-10, 11-20; 42: 14-17; 43: 1-
7, 16-21; 44: 1-5; 48:17-19; 49: 7-12, 14-26 dan 54; 4-6.19 Masifnya ayat-ayat yang
jaminan keselamatan mereka. YHWH sebagai Allah mereka akan menjadi penyelamat bagi
mereka.
18
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 53.
19
. C. Barth dan M. C. Barth Frommel, Teologi Perjanjian Lama, vol. 4 (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993), 101.
Melihat pada apa yang Allah tunjukkan dan kerjakan melalui berbagai penjelasan di
dalam deutero Yesaya maka semakin jelas dilihat bahwa monoteisme di dalam deutero
atas segala sesuatu itu terus menuntun kehidupan bangsa Israel. Superioritas-Nya atas
ilah-ilah lain membuat bangsa Israel memiliki jaminan untuk tetap selamat.
Jaminan keselamatan yang dimiliki oleh bangsa Israel yang bersumber dari YHWH
sebagai Allah mereka membuat bangsa Israel tidak perlu takut dan memiliki pengharapan
akan keselamatan yang nantinya akan mereka terima. Adanya jaminan keselamtan ini juga
akan membuat bangsa Israel beralih ke YHWH untuk menunggu keselamatan, dan di lain
Jaminan ini dapat dipercayai bukan hanya karena apa yang telah dijelaskan di dalam
Allah akan menebus Israel bukan hanya karena Dia adalah Allah atas semua
bangsa, tetapi karena kasih Allah yang khusus kepada umat-Nya: "Karena Akulah TUHAN,
Allahmu, Yang Mahakudus Israel, Juru Selamatmu ... Karena engkau sangat berharga dalam
pandanganku, dan dihormati dan aku mencintaimu, aku memberikan imbalan kepada
orang-orang, bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu "( Yesaya 43: 3-4). Kasih dari Allah
yang monoteis itu menjadi alasan dibalik penebusan atau keselamatan bangsa Israel.
Pemahaman ini juga semakin mempertegas identitas YHWH yang superior atau tidak
tertandingi sebagai Allah dan Juru Selamat yang sejati (Yes 45:21).
20
. Firth dan Williamson, Interpreting Isaiah: Issues and Approaches, 59.
21
. Kaminsky dan Stewart, “God of All the World: Universalism and Developing Monotheism in Isaiah
40-66,” 144.
Dengan demikian, maka bangsa Israel di dalam pembuangan semestinya
kekalahan atau ketidakmampuan YHWH sebagai Allah mereka untuk melepaskan mereka
atau membuat mereka memang melainkan sebagai penekanan kepada kedauatan Allah.
Oleh karena itu, bangsa Israel semestinya tetap memiliki pengharapan sebab rencana ilahi
YHWH tetap dilaksanakan dan segala sesuatu berada di bawah pengawasan-Nya, 2) Bangsa
Israel memiliki keyakinan penuh kepada YHWH dan rencana ilahi-Nya bahwa sesudah
periode pembuangan ini, Allah akan mendatangkan keselamatan bagi mereka melalui
pembebasan mereka.
setidaknya ada tiga dampak konsep monoteisme soteriologi bagi bangsa Israel pada masa
pembuangan yaitu; adanya jaminan keselamatan bagi bangsa Israel, pembuangan yang
dialami oleh bangsa Israel bukan lambang kekalahan YHWH melainkan bagian dari rencana
ilahi-Nya, dan yang ketiga YHWH sebagai Allah Israel akan menjadi penyelamat mereka.
22
. Hill dan Walton, A Survey of The Old Testament, 532.