Anda di halaman 1dari 3

Kitab yosua dan hakim-hakim

Pengantar

IR soekarno Pernah memakai sebuah istilah dalam salah satu pidato kebangsaannya seperti ini : “Jas
Merah” jangan pernah melupakan sejarah. Sprit ini yang mau di gambarakan dari kedua kitab ini.
Yaitu jangan pernah melupakan sejarah, karena dengan sejarah kitab tahu siapa kita sebenarnya,
sejarah juga bisa menentukan sikap kita di masa sekarang dan masa depan.

Yosua

Kitab Yosua disebut sesuai dengan nama pelaku utamanya, yaitu Yosua, anak Nun.[1] Perlu diketahui
bahwa Yosua adalah pembantu Musa yang kemudian menggantikannya sebagai pemimpin umat
Israel. Dalam bahasa Ibrani, nama Yosua berarti YHWH menyelamatkan atau semoga YHWH
menyelamatkan.[2] Tema dalam kitab Yosua yaitu perebutan tanah sebelah Barat Sungai Yordan.
Berdasarkan tema tersebut, kitab Yosua dibagi menjadi tiga bagian.[3] Pertama, perebutan Kanaan
(bab 1-12). Kedua, pembagian tanah (bab 13-21). Ketiga, kembalinya suku-suku dari seberang
Yordan dan pidato perpisahan Yosua (bab 22-24).

Yosua 1-12 mengisahkan perebutan Kanaan.[4] Yosua memimpin bangsa Israel menyeberangi sungai
Yordan, seperti dahulu ketika Musa memimpin mereka menyeberangi laut Teberau dan merebut
kota Yerikho. Usaha tersebut disusul dengan perebutan wilayah di bagian Tengah, Selatan, dan
Utara. Dalam Yosua 13-21, Yosua membagikan tanah yang baru ditaklukkan kepada suku-suku Israel.
[5] Sedangkan Yosua 22-24 menceritakan akhir kepemimpinan Yosua, pidato perpisahan dengan
bangsanya, dan pembaruan perjanjian secara meriah di Sikhem.[6]

Jika membaca kitab Yosua dengan teliti, maka kita akan memeroleh kesan bahwa tanah Kanaan
dalam waktu singkat direbut orang-orang Israel.[7] Ilmu purbakala menunjukkan bahwa pada waktu
itu terjadi serangan bersenjata dan tempat-tempat penting direbut. Namun, tidak semua keterangan
yang terdapat dalam kitab Yosua (termasuk direbutnya kota Yerikho) cocok dengan data arkeologi.
Di bawah pimpinan Yosua, orang-orang Israel mampu merebut tempat-tempat strategis dari orang-
orang Kanaan. Tempat-tempat tersebut merupakan basis pertahanan yang sangat kuat, sekaligus
basis untuk mengembangkan wilayah. Tetapi mereka masih harus berjuang mempertahankan
keberadaan mereka.

Latar belakang penulisan kitab Yosua

Dalam Alkitab Ibrani, kitab Yosua adalah kitab pertama dari kumpulan kitab yang disebut Nabi-Nabi
Terdahulu.[8] Disebut demikian karena pentingnya sabda-sabda kenabian yang terdapat dalam kitab
Yosua. Selain itu, kitab Yosua dilihat sebagai jilid pertama dari kumpulan sejarah Deuteronomis
(Ulangan).

Konteks Penulisan kitab Deutronomis adalah, Pada 721 SM, orang-orang Asyur menghancurkan
Kerajaan Utara, Israel. Selanjutnya, pada 587 SM, orang-orang Babel menghancurkan Kerajaan
Selatan, Yehuda. Sedangkan ketika Yerusalem pada 587 SM jatuh, ada beberapa tempat yang
dihancurkan, yaitu kota, Bait Suci, dan istana. Selain itu, pemimpin-pemimpin umat dibuang ke
Babel. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa masa pembuangan merupakan masa tanpa harapan.
Hal ini kemudian memunculkan berbagai macam pertanyaan dari umat Allah.[10] Karena Allah telah
berjanji menjaga, melindungi, dan memimpin mereka. Namun sekarang semuanya telah lenyap.

Tujuan Penulisan kitab Yosua


Dalam konteks sejarah Deuteronomis, tujuan khusus dari penulisan kitab Yosua (dengan tekanan
pada perebutan dan pembagian tanah), yaitu menunjukkan kesetiaan Allah akan janji-janji yang
dibuat kepada para bapa bangsa dan Musa. Terutama janji akan tanah. Perlu diketahui bahwa tema
utama dalam pentateukh adalah janji akan tanah. Janji tersebut terpenuhi dalam kitab Yosua,
tujuannya untuk membangkitkan kepercayaan dalam hati umat akan janji Allah. Selain itu, Israel
yang berada ditengah-tengah pembuangan dapat percaya pada penyelenggaraan dan kehadiran
Allah. Pada saat yang sama, ketaatan pada Taurat merupakan sesuatu yang penting. Jika tidak,
sesudah diampuni dan dikembalikan ke tanahnya, Israel akan menderita kehancuran.

Kitab Hakim Hakim

Pengantar hakim-hakim

Seperti dalam penjelasan Pengantar Perjanjian Lama dijelaskan bahwa ada beberapa kanon Alkitab,
antara lain: Kanon ibrani, kanon Samaria, kanon Yunani, Kanon Yahudi dan Kristen. Kitab hakim-
hakim tidak mengalami permasalahan dalam proses pengkanonan Alkitab. Namun dalam proses
pengkanonan Alkitab dalam kanon Septuaginta terjadi perubahan sehingga kitab hakim-hakim ada di
dalam kumpulan Kitab - Kitab Sejarah. Padahal sebelumnya kitab Hakim-hakim masuk dalam bagian
kitab-kitab nabi-nabi terdahulu. Namun dapat disimpulkan bahwa Kitab Hakim-hakim tetap masuk di
dalam kumpulan Kitab yang telah lulus dalam proses pengkanonan Alkitab.

Penulis

Ada beberapa anggapan-anggapan yang berbeda mengenai penulis kitab Hakim- hakim. Menurut
tradisi daripada orang-orang Yahudi menyakini bahwa Kitab hakimhakim ditulis oleh Samuel. Namun
dalam pandangan sekarang sangat berbeda dengan tradisi orang-orang Yahudi. Dalam pandangan
kaum liberal menganggap bahwa penulis dari pada Kitab Hakim-hakim terdiri dari beberapa penulis.
Namun hal ini sangat ditentang oleh kaum Injili. Ada beberapa argumentasi yang dapat
menunjukkan bahwa penulis kitab Hakim-hakim bukan terdiri dari orang-orang yang hidup pada
masa-masa yang berbeda seperti yang telah dijelaskan kaum liberal tersebut. Pertama, Hal ini
dibuktikan dengan pengulangan kata-kata yang menunjukkan satu penulis yang sama (band. Hak.
2:11; 3:7; 3:12; 4:1; 6:1; 10:6;13:1, 17:6 dan 21:25). Kedua, adanya bukti penceritaan yang
berkelanjutan meskipun tidak semua cerita disusun secara kronologis waktu (band. Hak. 3:31; 4:1;
20:28).

Ada indikasi yang menunjukkan bahwa penulis kitab Hakim-hakim hidup pada zaman kerajaan Israel
(band.Hak.1:21;1:29; 18;1;19:1 21:25). Namun ada penyangkalan terhadap hal ini. Dengan tanda-
tanda yang menunjukkan bahwa penulis mengetahui tentang pembuangan Israel yang diperkirakan
terjadi pada masa Tiglat Pilezer yang mengalahkan Israel (band. Hak. 18:30). Namun hal ini tidak
dapat menjadi suatu bukti yang kuat karena dapat dibantah dari konteks ayat-ayat tersebut yang
menjelaskan bahwa, patung yang dibuat Mikha ada di Dan sampai penduduk negeri itu diangkut di
pembuangan atau patung tersebut ada selama rumah Allah masih di Silo (band. Hak. 18: 30-31).
Oleh sebab itu tidak ada bukti yang kuat tentang nama penulis kitab Hakimhakim namun penulis
hidup pada zaman raja-raja Israel.

Tanggap Penulisan

Ada beberapa pandangan yang menyatakan tentang tanggal penulisan Kitab hakimhakim. Seperti
dalam penjelasan F. Duane Lindsey menjelaskan bahwa:”Kitab hakimhakim ditulis sekitar tahun
1040-1020 BC ”6 sedangkan dalam penjelasan Charles F. Pfeifer menyatakan bahwa: “Bukti dari nats
sendiri dengan demikian menunjukkan tanggal penulisan Kitab Hakim-hakim adalah pada awal
berdirinya kerajaan (k.l. 1050- 1000 sM) mungkin pada zaman pemerintahan Saul atau pada awal
pemerintahan Daud.”7 Pernyataanyang cukup berbeda yaitu seperti pandangan Denis Green
menyatakan bahwa penulisan kitab ini terjadi pada masa pemerintahan Yosia ( + 621 sM). Hal ini
tidak benar menurut penulis karena adanya alasan bahwa hal ini ditulis pada masa Saul memerintah
sampai kepada masa Daud memerintah Israel. Oleh sebab itu dapat disetujui bahwa mungkin kitab
ini ditulis pada masa 1050-1000 sM.

Anda mungkin juga menyukai