Anda di halaman 1dari 13

MODUL PELATIHAN KAUM BAPAK GMIT

MODUL 1
PENGERTIAN BAPAK GMIT

Sub 1: Bapak GMIT Itu Laki

TUJUAN
• Peserta mampu merumuskan pengertian laki-laki.
• Peserta mampu mengidentifikasi aspek-aspek kelelakian yang sebenarnya menurut Alkitab.
• Peserta membangun komitmen untuk menjadi seorang laki-laki Alkitabiah.

WAKTU
30 menit

MATERI
• Materi Presentasi “Hakikat Laki-Laki”
• Matrik “Siapakah Laki-Laki?”

PERSIAPAN
Fasilitator mempelajari latar belakang peserta dan pengalaman berorganisasi mereka.

AKTIFITAS
1. Fasilitator meminta kepada para peserta untuk menulis pada secarik kertas
pengertian mereka tentang ciri-ciri LAKI-LAKI SEJATI dan LAKI-LAKI PALSU. Beri peserta waktu
sepuluh menit dan setelah itu kertas dikumpulkan dan dikelompokkan berdasar kemiripan
pengertian (10’).

Siapakah Laki-Laki?

Ciri dan Karakter Laki-Laki Sejati Ciri dan Karakter Laki-Laki Palsu
(Alkitab dan kehidupan sehari-hari) (Alkitab dan kehidupan sehari-hari)

2. Fasilitator merumuskan pengertian laki-laki berdasarkan pemahaman peserta (10’).


3. Fasilitator menyampaikan presentasi “Laki-Laki Asli dan Palsu” sambil merujuk pada pengertian
peserta tentang laki-laki menurut Alkitab. Fasilitator meminta peserta mengemukakan
pendapatnya terhadap materi presentasi (10’).

RINGKASAN
• Kita selaku laki-laki dewasa akan menganggap diri kita sebagai LAKI-LAKI. Namun jika kita
diminta untuk mendefinisikan apa artinya menjadi seorang laki-laki, kita akan memberikan
berbagai definisi yang bisa saja saling bertentangan.
• Jika ingin mendefinisikan kejantanan untuk diri sendiri, kita mungkin akan selalu menggunakan
kriteria kita sendiri atau kriteria yang berlaku umum dalam masyarakat dimana kita hidup.
• Tetapi jika kita ingin mendefinisikan laki-laki yang sebenarnya, kita perlu melihat ke dalam
Alkitab, dan berkonsultasi dengan Tuhan, Sang Pencipta.
• Tuhan memiliki banyak hal untuk dikatakan tentang hal itu. Dan jika kita laki-laki, kita harus
setuju dengan pandangan-Nya.
• Seberapa baik kita mengukur definisi laki-laki menurut Allah? Apakah kita melangkah sebagai
seorang laki-laki seperti yang Dia kehendaki? Apakah kita memenuhi tugas sebagai seorang laki-
laki di rumah bersama keluarga kita? Dalam pekerjaan kita? Untuk tetangga kita dan orang lain
dalam hidup kita? Dalam Gereja? Dalam masyarakat?
• Sejujurnya, hanya sedikit laki-laki yang “berani melihat wajah Pencipta” bila ingin menjawab
“ya” untuk pertanyaan-pertanyaan ini.
• Memenuhi standar Tuhan adalah sebuah tantangan — tantangan yang mulia — dan Ia
menginginkannya. Tetapi itu menjadi semakin sulit oleh kekuatan dalam masyarakat modern
yang bekerja melawan kita. Selama beberapa dekade, masyarakat telah menggunakan berbagai
alat dan senjata untuk mencegah manusia memenuhi peran yang ditentukan Allah. Hasilnya
adalah banyak dari kita gagal memahami sepenuhnya apa artinya menjadi seorang laki-laki,
apalagi mewujudkannya.
• Ketiadaan ciri laki-laki alkitabiah dewasa ini merupakan fakta dalam masyarakat modern. Dan
ketika kita benar-benar mengevaluasi dampaknya, kita akan melihat betapa bahayanya itu.
• Namun, Tuhan punya solusi. Dia bekerja dengan sekelompok orang dewasa ini – KAUM BAPAK
GMIT - orang-orang yang Dia persiapkan untuk membantu memulihkan laki-laki alkitabiah,
mengatur dunia yang terbalik ini menjadi normal kembali.
• KITA BISA MENJADI SALAH SATU DARI MEREKA.

TINDAK LANJUT
Peserta melakukan refleksi pribadi dengan mengisi matrik “Apakah Saya Laki-Laki Sejati?” dengan
ciri, kejadian atau peristiwa yang menunjukkan perilaku peserta sebagai laki-laki sejati.

Apakah Saya Laki-Laki Sejati?

YA TIDAK
(Alasannya) (Alasannya)

Upaya Yang Diperlukan Untuk Upaya Yang Diperlukan Untuk


Mempertahankan atau Meningkatkannya Memperbaikinya
Sub 2: Bapak GMIT dan Tantangan Zaman

TUJUAN
• Peserta mampu mengidentifikasi tantangan zaman yang dihadapi Kaum Bapak GMIT.
• Peserta mampu merumuskan tugas dan panggilan Kaum Bapak GMIT.

WAKTU
90 menit

MATERI
• Beberapa edisi koran dan majalah
• Matrik “Bapak GMIT dan Tantangan Zaman”

PERSIAPAN
Fasilitator mempelajari masalah-masalah politik, agama (internal dan eksternal gereja), sosial-
budaya (termasuk masalah keluarga), teknologi, ekonomi, lingkungan (PASTEL) yang ada di
sekitarnya.

AKTIFITAS
1. Fasilitator membagi peserta dalam 6 kelompok dan membagikan sejumlah edisi koran dan
majalah. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan dan menjawab pertanyaan
panduan. Waktu yang disediakan 30 menit dan hasil diskusi ditulis pada kertas plano:
a. Apa tantangan zaman dalam bidang: i) politik, ii) agama (internal dan eksternal gereja), iii) sosial
budaya (termasuk masalah keluarga), iv) teknologi, dan v) ekonomi, vi) lingkungan.
b. Apa yang menyebabkan tantangan itu berkembang dan apa keterkaitan atau hubungan sebab-
akibat antar berbagai tantangan tersebut (30’).
2. Fasilitator meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan memfasilitasi
klarifikasi dan diskusi antar kelompok (30’).
3. Fasilitator merumuskan jawaban semua kelompok dan menanyakan kepada peserta “Apakah
Kaum Bapak perlu berperan dalam menjawab tantangan zaman ini atau kita malah senang
macetnya pelayanan Kaum Bapak?” Fasilitator mendorong semua peserta mengemukakan
pendapatnya (20’).
4. Fasilitator merangkum pendapat peserta dan menegaskan berbagai masalah zaman ini.
Fasilitator mengajak peserta untuk turut menyelesaikan tantangan zaman ini melalui pelayanan
Kaum Bapak di jemaat masing-masing dan dalam lingkup yang lebih luas di klasis dan sinode (10’).

RINGKASAN
• Tantangan zaman ini baik dalam bidang politik, agama (internal dan eksternal gereja), sosial-
budaya, teknologi, ekonomi maupun lingkungan semakin komplek dan mengancam
keberlangsungan kehidupan dan peradaban manusia. Kita tidak bisa tinggal diam.
• Semua Kaum Bapak GMIT terpanggil untuk turut menyelesaikan tantangan zaman serta bersedia
melatih diri untuk tugas itu serta selalu membangun kerjasama dengan semua Kaum Bapak GMIT
dari jemaat atau klasis yang berbeda.

TINDAK LANJUT
Peserta melakukan refleksi pribadi dengan mengisi matrik “Bapak GMIT dan Tantangan Zaman”
dengan keprihatinan dan pemikiran untuk mengatasinya.

Bapak GMIT dan Tantangan Zaman

Tantangan Zaman Faktor Penyebab


Politik:
a. …………………………………………
b. …………………………………………
c. Dst
Agama:
a. Internal Gereja: .........................
b. Eksternal Gereja: ......................
c. Dst
Sosial-budaya
a. Keluarga: ………………………….
b. Kesehatan: ………………………..
c. Pendidikan: ………………………
d. Dst
Teknologi:
a. …………………………………………
b. …………………………………………
c. Dst
Ekonomi:
a. Kemiskinan: ……………………..
b. …………………………………………
c. Dst
Lingkungan:
a. …………………………………………
b. …………………………………………
c. Dst
MODUL 2
KEPEMIMPINAN KAUM BAPAK GMIT

Sub 1: Mengembangkan Kepemimpinan Kristiani

TUJUAN
• Peserta mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengembangkan kepemimpinan
Kristiani
• Peserta mampu mengenali karakteristik pengembangan kepemimpinan Kristiani
• Peserta merumuskan langkah-langkah pribadi yang akan dilakukan untuk mengembangkan
kepemimpinan Kristiani

WAKTU
90 menit

MATERI
• Alkitab
• Materi presentasi “Mengembangkan Kepemimpinan Kristiani”
• Matrik “Refleksi Persiapan Pemimpin Kristiani”

PERSIAPAN
Fasilitator membaca latar belakang organisasi peserta dan membuat catatan mengenai karakteristik
dan tantangan yang dihadapi oleh organisasi-organisasi tersebut.

AKTIFITAS
1. Fasilitator menanyakan kepada peserta “apa perbedaan kepemimpinan Kristiani dengan
kepemimpinan lainnya?” Setiap peserta diminta mengungkapkan pendapatnya

Kepemimpinan Kristen Kepemimpinan Lainnya

2. Setelah semua memberikan pendapat, fasilitator menegaskan perbedaan kepemimpinan Kristiani


dengan kepemimpinan lainnya adalah pada:
a. role model, kepemimpinan Kristiani menjadikan Yesus sebagai role model;
b. sumber, sumber kepemimpinan Kristiani adalah teladan Yesus seperti yang ditampilkan dalam
Alkitab dan Roh Kudus yang didengar dan dijadikan rujukan dalam doa, aksi dan refleksi orang
percaya (15’).
3. Fasilitator membagi peserta kedalam beberapa kelompok yang setiap kelompok beranggota lima
orang. Kepada setiap kelompok dibagikan sejumlah Kitab Suci. Kepada setiap kelompok diberikan
tugas “mencari perikop didalam Kitab Suci yang menunjukkan Yesus melatih diri untuk menjadi
pemimpin”. Waktu yang disediakan untuk setiap kelompok 15 menit dan setiap kelompok diminta
menuliskan perikop yang ditemukan dalam kertas plano (15’).
4. Setelah waktu kegiatan kelompok selesai, setiap kelompok diminta secara ringkas memaparkan
perikop yang mereka pilih dan alasan mereka (20’).
5. Fasilitator menyampaikan presentasi “Mengembangkan Kepemimpinan Kristiani” dan memandu
proses diskusi antar peserta terhadap materi presentasi (30’).
6. Fasilitator merangkum hasil diskusi dan menegaskan pentingnya kepemimpinan Kristiani dalam
menghadapi berbagai tantangan kehidupan pada tingkat individu, keluarga, masyarakat, negara,
dan dunia (10’).

RINGKASAN
• Kepemimpinan Kristiani adalah kepemimpinan yang didasarkan pada teladan Yesus sesuai
dengan apa yang tertulis di Alkitab dan yang terus dikembangkan berdasarkan panduan Roh Kudus
melalui doa, aksi dan refleksi yang terus menerus.
• Yesus memulai kepemimpinan-Nya dengan membangun komitmen untuk menjadi bagian dari
rencana keselamata Ilahi yang dilanjutkan dengan kesediaan untuk melatih diri dengan sadar dan
secara sengaja menerima tugas dan tantangan yang berat.
• Untuk mengembangkan kepemimpinan Kristiani Yesus melakukan tiga hal penting yaitu
mengalahkan badan, menundukkan kekuasaan, dan menjinakkan kekayaan.
• Setelah seseorang mampu menguasai ketiga hal dasar, maka seseorang sanggup mengemban tugas
Pemimpin Kristiani.

TINDAK LANJUT
Peserta melakukan refleksi dengan mengisi matrik “Refleksi Persiapan Pemimpin Kristiani”

Refleksi Persiapan Pemimpin Kristiani

Tema Bagaimana pandangan dan Apa yang akan kita lakukan?


sikap kita selama ini?
Membangun Komitmen
Masuk Pencobaan
(siap terima tugas dan
tantangan berat)
Mengalahkan Badan
Menundukkan Kekuasaan
Menjinakkan Kekayaan
Tugas Pemimpin Kristen

Materi “Tugas Pemimpin Kristiani”

Persiapan 1: KOMITMEN

1. Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan
olehYohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung
merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan.“ (Markus 1: 9-11)
2. Yesus secara sadar dan sengaja membiarkan dirinya dibaptis karena melalui baptisan, Yesus
menegaskan komitmen untuk menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah.
3. Mengikuti teladanYesus, setiap orang yang telah dibaptis dituntut untuk menyadari konsekuensi
dari baptis:
a. Komitmen menjadi anak Allah
b. Komitmen melaksanakan rencana keselamatan
c. Tanpa komitmen, tidak ada kepemimpinan

Persiapan 2: MASUK PENCOBAAN

1. MakaYesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (Matius 4: 1)
2. Secara sengaja Roh membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai iblis sehingga kualitas
kepemimpinan-Nya dimatangkan.
3. Seperti emas dimurnikan oleh panas dan berlian dibentuk oleh tekanan, kepemimpinan
berkembang dengan menghadapi masalah dan pencobaan.
4. Setiap pemimpin Kristiani akan menghadapi “padang gurun” dan “cobaan Iblis” masing-masing.
Bila ini terjadi, kualitas kepemimpinan kita sedang dimatangkan, dimurnikan, dan dikembangkan
5. Roh yang membawa pemimpin Kristiani ke padang gurun dapat mengambil bentuk:
a. Penugasan oleh pimpinan sesuai aturan dan nilai Kristiani
b. Kejadian yang dialami dalam hidup sehari-hari

Persiapan 3: MENGALAHKAN BADAN

1. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlahYesus. Lalu
datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya
batu-batu ini menjadi roti.“ TetapiYesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulutAllah (Matius 4:2-4).
2. Untuk menjadi pemimpin, godaan pertama yang perlu dikalahkan adalah fisik/badan. Yesus
melatih diri-Nya untuk tidak dikendalikan oleh keinginan badan, tetapi oleh keinginan
melaksanakan firmanAllah.
3. Pemimpin Kristiani menempatkan kehendak Allah mengatasi keinginan badan (makan, minum,
sex, kenyamanan, dsb).
4. Sangat penting bagi pemimpin Kristiani untuk terus menerus berlatih “mesu salira” mulai dari hal
yang kecil dan sederhana.

Persiapan 4: MENUNDUKKAN KEKUASAAN

1. Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu
berkata kepada-Nya: “Jika EngkauAnak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis:
Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang
Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.“ Yesus berkata kepadanya:
“Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!“ (Matius 4: 5-7)
2. Untuk menjadi pemimpin, godaan kedua yang perlu dikalahkan adalah kekuasaan. Yesus melatih
diri-Nya untuk tidak terobsesi oleh kekuasaan dunia, tetapi tunduk pada kuasa Tuhan.
3. Banyak orang berpikir menjadi pemimpin berarti harus berkuasa. Pemimpin Kristiani tidak
mengejar kekuasaan dan tidak melekatkan diri pada kekuasaan.
4. Bagi pemimpin Kristiani, sumber kekuasaan adalahAllah sendiri – kita adalah anakAllah –
sehingga kekuasaan dunia tidak akan membuat kita silau dan gentar. Kekuasaan adalah sarana
untuk melayani Allah.

Persiapan 5: MENJINAKKAN KEKAYAAN

1. Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya
semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalahYesus kepadanya: “Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembahTuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!“ (Matius 4: 8-10)
2. Untuk menjadi pemimpin, godaan ketiga yang perlu dijinakkan adalah kekayaan. Yesus
memberikan contoh bahwa pemimpin tidak berbakti pada kekayaan; sebaliknya, pemimpin
Kristiani hanya berbakti pada Allah.
3. Pemimpin Kristiani ditantang untuk bersikap lepas bebas terhadap kekayaan.
4. Kekayaan adalah sarana untuk menyembahAllah melalui tindak memimpin, tidak untuk yang lain.

Tugas Pemimpin Kristiani

1. “RohTuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapiAku, untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutusAku untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmatTuhan telah datang.“ (Lukas 4:18-19)
2. PersiapanYesus disempurnakan dengan menegaskan tugas yang akan diemban (secara harafiah
dan kiasan):
a. Menyampaikan kabar baik kepada orang miskin
b. Pembebasan kepada orang tawanan dan orang tertindas
c. Penglihatan kepada orang buta
3. Pemimpin Kristiani tidak melayani penguasa atau menjadi pemimpin yang memanipulasi,
memiskinkan, dan menindas orang lain, tetapi melayani orang miskin, tertawan, tertindas, dan buta
melalui tindakan nyata (menyampaikan kabar baik, pembebasan, penglihatan).
Sub 2: Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani

TUJUAN
• Peserta mengetahui pilar-pilar atau karakteristik utama dari kepemimpinan Kristiani
• Peserta mampu mengimplementasikan pilar-pilar kepemimpinan Kristiani dalam masalah sosial
• Peserta membangun komitmen pribadi untuk mengembangkan pilar-pilar kepemimpinan
Kristiani

WAKTU
120 menit

MATERI
• Matriks Hasil Kelompok “Bapak GMIT dan Tantangan Zaman” dari Modul 1 sub-modul 2
• Materi presentasi “Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani”
• Matrik “Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani”

PERSIAPAN
Fasilitator membaca hasil kelompok matriks “Bapak GMIT dan Tantangan Zaman” dan
mengidentifikasi beberapa masalah sosial dan membuat catatan penerapan lima pilar
kepemimpinan Kristiani dalam masalah sosial tersebut.

AKTIFITAS
1. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok beranggota lima
orang. Setiap kelompok diminta melengkapi matrik “Bapak GMIT dan Tantangan Zaman”
menambahkan penjelasan tentang “apa yang mesti dilakukan seorang pemimpin Kristen”. Waktu
yang disediakan untuk setiap kelompok 30 menit dan setiap kelompok diminta menuliskan hasil
kerja kelompok pada kertas plano (30’).

Bapak GMIT dan Tantangan Zaman

Tantangan Zaman Faktor Penyebab Apa yang mesti dilakukan


Politik:
a. …………………………………………
b. …………………………………………
c. Dst
Agama:
a. Internal Gereja: .........................
b. Eksternal Gereja: ......................
c. Dst
Sosial-budaya
a. Keluarga: ………………………….
b. Kesehatan: ………………………..
c. Pendidikan: ………………………
d. Dst
Teknologi:
a. …………………………………………
b. …………………………………………
c. Dst
Ekonomi:
a. Kemiskinan: ……………………..
b. …………………………………………
c. Dst
Lingkungan:
a. …………………………………………
b. …………………………………………
c. Dst

2. Setelah waktu kegiatan kelompok selesai, setiap kelompok diminta secara ringkas memaparkan
hasil kerja kelompok (30’).
3. Fasilitator menyampaikan presentasi “Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani”dan memandu proses
diskusi antar peserta terhadap materi presentasi (30’).
4. Fasilitator meminta setiap peserta untuk membahas ulang hasil diskusi dengan pertanyaan
panduan “Apa yang akan dilakukan seorang pemimpin Kristiani untuk mengatasi masalah sosial
sesuai teladan Yesus?” (30’).

RINGKASAN
1. Kepemimpinan Kristiani sesuai dengan ajaran Yesus didasarkan pada beberapa pilar, yaitu:
garam, terang, tamparan, ular & merpati, persisten.
a. Garam adalah tuntutan untuk berperan secara nyata tanpa memperhitungkan jumlah orang yang
mau berperan atau dukungan yang diperoleh.
b. Terang adalah tantangan untuk selalu mampu menjadi penunjuk jalan dan acuan bagi orang lain.
c. Tamparan adalah keberanian untuk terus maju meskipun menghadapai tantangan dan hinaan.
d. Ular dan merpati adalah kemampuan untuk pada saat yang bersamaan menjadi cerdik dan tulus.
e. Akhirnya persisten adalah sikap untuk terus menerus mengarahkan diri pada tujuan akhir dan
kemampuan untuk melampaui kebencian yang mungkin dialami dengan harapan dan iman.
2. Pilar-pilar kepemimpinan Kristiani berkembang dan dikembangkan ketika seorang pemimpin
Kristiani terlibat dan melibatkan diri dalam masalah sosial. Pilar-pilar kepemimpinan Kristiani akan
memampukan seorang pemimpin Kristiani untuk terlibatdan mengatasi masalah sosial secara
efektif.

TINDAK LANJUT
Peserta melakukan refleksi dengan mengisi matrik “Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani”

Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani

Pilar Pengalaman hidup yang Sejauh mana pilar pemimpin


menunjukkan saya pernah Kristiani menjadi bagian diri
menerapkan pilar saya?
pemimpin Kristiani 1 2 3 4 5
Garam
Terang
Tamparan
Ular dan merpati
Persisten

Keterangan:
Angka 1 2 3 4 5 menunjukkan skala keyakinan seseorang; semakin besar angkanya, semakin besar
keyakinannya. Beri tanda centang (√) pada angka yang menunjukkan level keyakinan saudara.

Materi “Pilar-Pilar Kepemimpinan Kristiani”

Pilar 1: GARAM

 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada
lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5:13)
 Yesus tidak mengharapkan mereka yang mengikutiNya akan banyak, karena itu Dia
menggunakan perumpamaan garam.
 Bagi Yesus, yang jauh lebih penting adalah PERANAN yang harus dimainkan oleh mereka yang
mengikuti Dia.
 Peranan ini harus nyata sehingga dapat dirasakan orang lain (dunia) khususnya orang miskin,
tertawan, tertindas, dan buta.
 Wujud dari peran nyata pemimpin Kristiani adalah mengambil inisiatif dan melaksanakan
tindakan yang beresiko tetapi diperlukan sesuai nilai-nilai Kristiani.
 Pemimpin Kristiani yang tidak berperan nyata atau perannya tidak terasakan akan “dibuang dan
diinjak orang”.
Pilar 2: TERANG

 “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas
kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di surga. “ (Matius 5: 14-16)
 Kepemimpinan bagiYesus adalah tindakan memberi arah dan penerangan bagi yang lain dan hal
ini harus dilakukan secara terbuka sehingga diketahui banyak orang.
 Sikap cari aman dengan berdiam diri atau mengisolasi diri ketika terjadi kegelapan dan kebutaan
bukan sikap Pemimpin Kristiani.
 Ketika tindakan “menerangi” dilakukan, Yesus menegaskan bahwa hal ini dilakukan tidak untuk
memegahkan diri tetapi untuk memuliakan Bapa.
 Pemimpin Kristiani bukan pemimpin kosmetik yang bertindak “baik” hanya untuk popularitas.

Pilar 3: TAMPARAN

 “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. TetapiAku berkata
kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun
yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:38-39)
 Yesus mengetahui ada godaan besar bagi mereka yang berbuat benar untuk membalas mereka
yang berbuat jahat dengan cara-cara yang sama jahat. Bila dilakukan, itu bukan tindakan pemimpin
Kristiani.
 Yesus meminta para pemimpin Kristiani bersetia dan konsisten pada niat dan inisiatif yang
diambil.
 Kesetiaan dan konsistensi ini tidak boleh hilang oleh reaksi orang yang berbuat jahat. Kena
tampar pipi kanan, maju terus; kena tampar pipi kiri, maju lagi, demikian seterusnya sampai tugas
pemimpin Kristiani terlaksana.

Pilar 4: ULAR & MERPATI

 “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu
cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16)
 Panggilan pemimpin Kristiani akan membuatnya menghadapi tantangan dan resiko besar. Untuk
itu, dibutuhkan kecerdikan dan ketulusan.
 Kecerdikan berarti adanya kewaspadaan diikuti dengan kreatifitas dan inovasi untuk
melaksanakan tugas
 Ketulusan menuntut adanya kejujuran terhadap diri sendiri dan ketulusan niat dalam
menjalankan tugas.
 Kecerdikan dan ketulusan adalah dua sisi dari keping uang yang sama. Kecerdikan tanpa
ketulusan adalah kelicikan. Ketulusan tanpa kecerdikan adalah kenaifan.

Pilar 5: PERSISTEN

 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai
pada kesudahannya akan selamat (Matius10:22)
 Yesus sejak awal mengingatkan bahwa menunaikan tugas sebagai pemimpin Kristiani dapat
menyebabkan dibenci orang. Sejarah dunia menunjukkan memang mereka yang menegakkan
nilai-nilai Kristiani seperti keadilan dan kebenaran justru dianiaya, dimarjinalisasi, dan dibunuh.
 Kepemimpinan Kristiani hanya akan terwujud bila terus menerus mampu bertahan dari
kebencian orang. Bertahan sampai kapan? “sampai pada kesudahannya”!
 Untuk mampu bertahan, mereka perlu memiliki keyakinan dan harapan akan keselamatan.
Keyakinan dan harapan menjadi kunci Kepemimpinan Kristiani.
Sub 3: Karisma Pemimpin Kristiani

TUJUAN
• Peserta mengetahui aspek strategis dan faktor-faktor pembentuk karisma pemimpin Kristiani
• Peserta mampu merumuskan langkah-langkah untuk mengembangkan karisma pemimpin
Kristiani
• Peserta membangun komitmen pribadi untuk mengembangkan karisma pemimpin Kristiani.

WAKTU
90 menit

MATERI
• Materi presentasi “Karisma Pemimpin Kristiani”
• Matriks “Karisma Pemimpin Kristiani”

PERSIAPAN
Fasilitator mengidentifikasi beberapa kemungkinan implementasi karisma pemimpin Kristiani pada
organisasi-organisasi dari para peserta dan masalah-masalah sosial yang relevan.

AKTIFITAS
1. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok beranggota lima
orang. Kepada setiap kelompok dibagikan Alkitab dan diberikan waktu selama 30 menit untuk
merumuskan jawaban atas pertanyaan “hal-hal apa yang menyebabkan kepemimpinan Yesus terus
berkembang dan diikuti semakin banyak orang”. Setiap kelompok diminta menuliskan hasil kerja
kelompok pada kertas plano (30’).

Karisma Pemimpin Kristen

Tindakan Yesus Perwujudan dalam kondisi Tantangan


saat ini di tempat saya
• Mengembangkan visi baru
• Menantang status quo
• Cara yang kreatif
• Berpihak pada yang hina
• Korban diri

2. Setelah waktu kegiatan kelompok selesai, setiap kelompok diminta secara ringkas memaparkan
hasil kerja kelompok. Fasilitator merangkum hasil kerja kelompok (30’).
3. Fasilitator menyampaikan presentasi “Karisma Pemimpin Kristiani”dan memandu proses diskusi
antar peserta terhadap materi presentasi (30’).

RINGKASAN
• Karisma pemimpin Kristiani berkembang karena kemauan dan kemampuan melakukan tindakan-
tindakan yang meneladan Yesus yaitu kemampuan mengembangkan visi baru, keberanian
menantang status quo, memiliki cara-cara yang kreatif, terus menerus berpihak pada yang
hina, dan kesediaan melakukan korban diri.
• Karisma pemimpin Kristiani berkembang seiring dengan kualitas tindakan seseorang untuk
menjawab masalah-masalah kehidupan berdasarkan teladan Yesus. Melalui tindakan yang
karismatis ini Yesus hadir dan berkarya di dunia.
• Seperti apa yang terjadi pada Yesus, seseorang yang mengembangkan karisma pemimpin Kristiani
akan mendorong dan memampukan orang lain melakukan tindakan yang serupa. Ketika semakin
banyak orang terinspirasi melakukan tindakan-tindakan karismatis maka pada dasarnya rencana
keselamatan Allah sedang bekerja.
TINDAK LANJUT
Peserta melakukan refleksi dengan mengisi matrik “Karisma Pemimpin Kristiani”

Karisma Pemimpin Kristiani

Tindakan Yesus Kejadian dalam hidup yang Apa yang akan saya lakukan
selaras dengan tindakan untuk semakin
Yesus mengembangkannya?
• Mengembangkan visi baru
• Menantang status quo
• Cara yang kreatif
• Berpihak pada yang hina
• Korban diri

Materi “Karisma Pemimpin Kristiani”

Visi Baru

 Kotbah di bukit (Matius 5: 3-12) adalah visi yang disampaikan oleh Yesus. Visi ini
memutarbalikkan tatanan dan keyakinan yang utama (mainstream).
 Visi ini sangat penting di dalam kepemimpinanYesus dan memiliki karakteristik:
a. Menegaskan nilai-nilai Kristiani
b. Menjelaskan arah yang harus ditempuh
c. Merangkul semua orang
d. Dapat dilakukan oleh setiap orang
 Visi Kristiani menggerakkan murid-murid untuk mengikuti Yesus dan menyebarkannya kepada
khalayak yang lebih luas sehingga menjadi visi bersama (shared vision).
Visi ini menggerakkan lebih banyak orang melampaui batas geografis, batas primordial, dan batas
zaman.
 Pemimpin Kristiani harus mampu mengembangkan visi Kristiani sesuai dengan konteks. Visi
tersebut disampaikan kepada orang banyak meskipun berbeda dengan yang umum.

Menantang Status Quo

 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam
hukumTaurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus
dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” (Matius 23:23)
 Yesus berulang kali secara terbuka menantang para penguasa yang mempertahankan kemapanan
sambil memanipulasi rakyat. Berhadapan dengan situasi seperti itu, Yesus memberikan teladan
dengan menjadi suara moral dan memperlihatkan keberanian moral melalui tindakan.
 Seringkali perubahan yang dibawa pemimpin Kristiani dilakukan dengan menantang status quo;
hal ini membutuhkan keutamaan moral melalui suara moral dan keberanian moral yang akan
menjadi inspirasi banyak orang.
 Pemimpin Kristiani tidak sekedar menantang tetapi dituntut untuk dengan jelas menunjukkan
aturan moral mana yang dilanggar dan ironi yang terjadi.

Cara yang Kreatif

 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata


kepada mereka dalam perumpamaan?” … “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan
kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka
tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Matius 13: 10 & 13)
 Menyadari bahwa masyarakat yang dihadapi adalah orang kebanyakan yang dibodohi dan
penguasa yang membodohi, Yesus menggunakan cara-cara yang kreatif untuk menyampaikan visi
dan membangun kesadaran.

 Cara-caraYesus misalnya adalah:


a. menggunakan perumpamaan sehingga dimengerti orang kebanyakan
b. mengajar di bukit bukan di sinagoga sehingga bisa dihadiri banyak orang
c. berkumpul dengan pemungut cukai dan “pendosa” sehingga tidak berjarak dengan mereka yang
dilayani

Berpihak Pada yang Hina

 “Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang
tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga
untuk Aku.” (Matius 25:45)
 Sangat jelas bahwa dalam keseluruhan hidup Yesus, orang yang dihinakan oleh masyarakat
seperti orang miskin, gila, sakit, pemungut cukai, dan pendosa lainnya terus menerus dibela,
disembuhkan, dipulihkan martabatnya (kesembuhan dan dignity).
 Yesus mengenali adanya relasi kekuasaan yang tidak seimbang dimana elit penguasa menindas
rakyat dengan memberi label pendosa. Yesus mengubah relasi itu dengan memberdayakan dan
memberi harapan mereka yang dihina.
 Keberpihakan pada yang hina bagi Yesus harus diwujudkan dalam tindakan konkrit yang
mencakup aspek sosial-kultural dan struktural.

Rela Berkorban

 Kepemimpinan dan karisma Yesus dimeteraikan oleh korban diri yang dilakukan melalui salib.
 Korban diri menjadi bukti paling nyata dari seorang pemimpin atas komitmen dan nilai-nilai yang
diyakini.
 Pemimpin yang melakukan korban diri menunjukkan kecerdasan moral dan terutama
kompetensi moral.
 Kecerdasan moral adalah kemampuan untuk mengenali prinsip-prinsip moral, implikasi prinsip
moral pada kehidupan sehari-hari, dan merumuskan tindakan yang paling sesuai dengan prinsip
moral
 Kompetensi moral merupakan kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan tindakan-
tindakan moral yang diperlukan untuk menegakkan prinsip moral.
 Korban diri yang dilakukan Yesus membuat kepemimpinan dan karisma Yesus bergerak
menyebar melampaui batas zaman, batas negara, dan belenggu primordial.
 Korban diri membuat Yesus menginspirasi orang-orang seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther
King, dan Nelson Mandela melakukan hal yang serupa untuk nilai moral yang juga serupa.

Anda mungkin juga menyukai