Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

“ETIKA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER KRISTIANI”

DOSEN PENGAMPU:

Pdt. Dr. Luhut Simarmata, M.Th.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

 Kelvin Samuel Habeahan (5213230036)


 Martina Sirait (4213331019)
 Rodytona Sinaga (5213530016)
 Natasya Christie Sihombing (4212431007)
 Paul Andohar Sipayung (4213131010)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MARET 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama Kristen dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pdt. Dr. Luhut Simarmata, M.Th.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Kristen, yang telah memberikan arahan
serta bimbingan dalam penyusunan makalah ini dan juga pihak lain yang telah memberikan
dukungan dalam penyusunan makalah ini berupa materi terkait pembahasan pada makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembacanya terkait dengan “Etika dan Pembentukan Karakter Kristiani” dan kiranya
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini agar kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Medan, 04 Maret 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Dasar dan Sumber Perbuatan Baik ......................................................................................... 3
1. Agama-agama Suku ............................................................................................................. 3
2. Dalam Dunia Filsafat ........................................................................................................... 4
3. Menurut Agama Kristen ...................................................................................................... 5
B. Berbagai Isu Moralitas Sosial yang Relevan Dengan Masyarakat Indonesia ........................ 7
C. Penyalahgunaan Narkoba dan Obat-obat Terlarang ............................................................... 8
1. Pengenalan Tentang Narkoba: Sejarah Singkat................................................................... 8
2. Di Indonesia ......................................................................................................................... 9
3. Keadaan Sekarang ............................................................................................................. 10
D. Free Sex (Sex bebas) ............................................................................................................ 10
E. Hidup Porno .......................................................................................................................... 11
F. Tawuran dan Tindak Kekerasan ........................................................................................... 12
G. KKN – Suap – Sisip – Sogok ............................................................................................... 13
1. KKN Pada Bangsa Kuno ................................................................................................... 13
2. KKN Pada Bangsa Modern ............................................................................................... 14
3. Firman Tuhan Tentang KKN ............................................................................................. 14
H. Konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Kelompok) ................................................. 15
I. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial-Ekonomi ..................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap hari dan setiap saat dalam kehidupan yang sadar, kita selalu dihadapkan dengan
berbagai pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tentu saja pilihan-pilihan
tersebut terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Tidak dapat disangkal bahwa banyak sekali
pilihan yang kita hadapi adalah pilihan-pilihan dalam bidang etika yakni berkaitan dengan apa
yang baik, benar, bertanggung jawab atau sebaliknya. Seorang ahli etika yang bernama David W.
Gill mengatakan bahwa kini kita hidup dalam suatu masa yang sulit ketika orang tidak sepakat
mengenai apa yang baik dan buruk, bukan saja di kalangan akademis, filsuf, tetapi juga pada
akar rumput. Dalam ketidakpastian itu muncullah saling menyerang dan menyalahkan bahkan
dengan cara-cara yang kasar (Gill 2000, 12-13).

Penulisan makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat
memahami dan menghayati etika yang berhubungan dengan moralitas, dan etika Kristen. Melalui
pemahaman dan penghayatan tersebut diharapkan mahsiswa dapat berperilaku sessuai dengan
norma-norma yang sesuai dengan ajaran Kristen. Makna moral dan etika Kristiani sangat penting
bagi kehidupan orang Kristen. Manusia sebagai ciptaan Allah berimplikasi pada eratnya
hubungan antara iman dan perilaku manusia dalam rangka tanggung jawab pada pencipta. Etika
Kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi khusus dalam hidup manusia yakni petunjuk
dan penuntun tentang bagaimana manusia sebagai pribadi dan kelompok dan harus mengambil
keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan firman Tuhan.

Sebagaimana kita tahu, kita sebagai orang beragama haruslah memberi teladan yang baik
pada lingkungan sekitar kita. Dilansir dari benyaknya orang yang mengaku saya Kristen namun
kenyataanya pada hidupnya sama sekali tidak mencerminkan sikap, etika, dan moral sebagai
orang Kristen.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

 Bagaimana hakikat moralitas Kristiani serta hubungan timbal balik antara iman dan
moralitas?

 Bagaimana cara mahasiswa pendidikan agama Kristen bersikap kritis dan konstruktif
menghadapi tantangan arus global?

 Bagaimana membangun kesadaran dan sikap moral kristiani berhadapan dengan berbagai
isu moral sosial yang dihadapinya?

 Apa yang harus ditelaah untuk memiliki kesadaran etis sesuai dengan perkembangan
kepribadian dalam hidup keseharian?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:

 Mengetahui hakikat moralitas Kristiani serta hubungan timbal balik antara iman dan
moralitas.
 Memahami cara bersikap kritis dan konstruktif menghadapi tantangan arus global.
 Memiliki sikap membangun dan sikap moral kristiani berhadapan dengan berbagai isu
moral sosial yang dihadapinya.
 Memahami serta memiliki kesadaran etis sesuai dengan perkembangan kepribadian
dalam hidup keseharian.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar dan Sumber Perbuatan Baik

Masing-masing masyarakat mengajarkan perbuatan baik (moral atau moralitas). Dalam segi
bahasa baik adalah terjemahan dari kata good dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam
kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adlaah sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan. Sementara itu dalam Webster’s New Twentieth Century Dictionary, dikatakan
bahwa disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan,
kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Berdasarkan pendapat kami, baik adalah sesuatu hal
yang dilakukan dengan senang hati untuk menyenangkan hati orang lain.

Setiap masyarakat memiliki sumber dan dasar yang berbeda-beda dan berlain-lainan dalam
setiap penentuan apa dan bagaimana perbuatan itu dianggap baik. Berikut sumber perbuatan baik
bagi masyarakat yang berbeda-beda:

1. Agama-agama Suku

Bagi masyarakat suku kuno ada pengertian bahwa alam semesta ini diatur oleh tata tertib
kosmis (yakni hukum-hukum kosmis). Hukum inilah yang menentukan dan mengatur sifat,
perangai dan kelakuan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan segala sesuatu yang ada dalam
alam semesta. Sebutan untuk tata tertib kosmis bagi masing-masing suku berbeda satu dengan
lainnya: Pada masyarakat India kuno, tata tertib kosmis ini disebut: rata. Pada masyarakat
pengikut konfusionisme (Tionghoa), tata tertib kosmis ini disebut dengan: tao. Pada masyarakat
Budha disebut: daninta. Di Mesir kuno disebut dengan: maat. Di Jawa kuno, perbuatan baik
ditentukan oleh perbuatan hormat kepada raja, nenek moyang, guru, orang tua, dll. Masyarakat
suku Batak disebut dengan adat, Nias (hada), dan suku Gayo (Alas).

Adat adalah, pertama-tama sesuatu yang berulang-ulang terjadi, atau yang teratur datang
(Lothar Schreiner, Telah Kudengar Dari Ayahku, BPK Jakarta 1978 hal. 18). Bagi masyarakat
suku, adat merupakan tata tertib kosmis yang berasal dari nenek moyang, dan yang sekaligus
juga dipercayai dari Allah atau dewa. Oleh karena itu juga dipercayai sebagai sumber
pengetahuan untuk mebedakan yang baik dan yang jahat (buku pendidikan agama Kristen, tim

3
MPK pendidikan agama Kristen Universitas Negeri Medan hal. 54). Pengertian adat yaitu suatu
yang dianggap baik oleh manusia dalam masyarakatnya, kemudian hal itu dilakukan secara
berulang-ulang dan kemudian dijadikan menjadi aturan di dalam kehidupan masyarakat tersebut,
sehingga kehidupan dapat menjadi lebih teratur, sehingga lebih mudah mencapai kehidupan yang
adil, makmur, dan sentausa atau hidup damai (Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani vol. 2).

Berdasarkan pendapat kami, di dalam adat terdapat sebuah aturan yang harus ditaati
sekelompok orang yang diyakini jika mengikuti segala aturan tersebut akan menciptakan
kehidupan yang baik, baik kesesama mereka maupun kepada Tuhan mereka. Adat itu juga
mengatur bagaimana manusia dari masyarakat suku bangsa itu agar terhindar dari bahaya dan
agar mendapat berkat.

Rusaknya sumber-sumber hidup seperti pertanian, perikanan, peternakan, hasil-hasil hutan


dan lain sebagainya. Krena moral ditentukan oleh peraturan kosmis yang disebut dengan adat,
tradisi dan kebiasaan yang diterima secara tuurun-temurun, dapat kita bayangkan sekarang
kenapa begitu kaku, ketat, dan terikatnya masyarakat suku terhadap peraturan ata ini.

2. Dalam Dunia Filsafat

Menurut Sokrates (470 – 399 BC), etika atau moral adalah bertitik tolak dari “kebaikan”.
Kebaikan adalah pengetahuan dan pengenalan akan kebaikan. Orang yang baik adalah orang
yang mengetahui kebaikan serta mau menyelarasakan hidupnya dengan pengetahuan kebaikan
itu.

Menurut Plato (427 – 347 BC), kebaikan harus bertitik tolak dari adanya pengenalan dan
pengetahuan akan yang baik. Plato mengajarkan bahwa kebaikan mengandung dari tiga unsur:
Yang Menyenangkan, Yang Berguna, dan Yang Indah. Apapun pekerjaan dan perbuatan kita,
selalu harus diukur dari ketiga unsur ini: menyenangkan, berguna dan indah, baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain. Palto juga mengajarkan bahwa di dalam diri setiap manusia
selalu ada tiga unsur yang sangat penting, yakni:

1. Ratio : inilah unsur yang selalu diutamakan dan menjadi kunci pemahaman tentang
kebaikan menurut Plato.
2. Emosi tinggi : keberanian yang tinggi.

4
3. Emosi rendah : ketakutan, rasa malu, hawa nafsu.
Menurut Aristoteles (384 – 323 BC), segala sesuatu mempunyai nilai (values). Yang
dimaksudkan dengan segala sesuatu disini adalah semuanya, baik yang baik ataupun jelek, yang
buruk, keuntungan, kerugian, kehidupan atau kematian, dan lain-lain. Dalam pendirian
Aristoteles terdapat pendirian yang bersifat nisbih, relatif dan tidak ada kepastian terhadap
ukuran-ukuran kebaikan.

Berdasarkan aliran Stoikisme (aliran filsafat kuno abad ke-3 SM didirikan oleh Zeno dari
Citium, Kleanthes dari Assos, dan Chrysippus dari Soli) percaya bahwa kebahagiaan bersumber
dari kebaikan bukan dari kepemilikan atas benda-benda. Kebaikan dalam paham stoikisme terdiri
atas empat bagian, yaitu kebijaksanaan, pengendalian diri, keadilan, dan keberanian. Dengan
mengutamakan kebaikan, manusia bisa hidup lebih bahagia. Mengejar kebaikan akan membuat
seseorang lebih bahagia dibanding memiliki barang-barang tertentu. Dengan cara pandang
seperti ini, penganut stoikisme akan lebih mengutamakan tindakan kebaikan kepada orang lain
daripada bersikap konsumtif.

Seung Sahn, Zen master asal Korea, merumuskan empat bentuk berbuat baik. Yang pertama,
berbuat baik dalam bentuk pemenuhan kebutuhan fisik. Ketika ada orang lapar, kita beri makan.
Yang kedua, bertindak baik dengan memberika inspirasi pada orang lain untuk mandiri. Orang
lain memperoleh inspirasi, supaya ia selalu bisa bekerja sendiri. Ia juga bisa memotivasi dirinya
ketika keadaan menjadi sulit. Yang ketiga, berbuat baik dengan menjelaskan kepada orang lain
hakekat sesungguhnya dari kenyataan yang ada. Artinya, kita mengajarkan kepada orang lain
tentang kebenaran dari kenyataan sebagaimana adanya. Yang keempat, berbuat baik dengan
menjelaskan fungsi yang tepat dari segala sesuatu kepada orang lain, sehingga orang lain bisa
menggunakan segala hal yang ia punya untuk menolong semua makhluk. (Zen dan Jalan
Pembebasan 2017-2018).

3. Menurut Agama Kristen

Perbuatan baik adalah salah satu ajaran Kristen yang paling menonjol, namun harus diingat
bahwa motif perbuatan baik menurut iman Kristen sangant jauh berbeda dengan motif perbuatan
baik menurut masyarakat suku, aliran filsafat atau agama lain. Perbuatan baik yang dilakukan
oleh orang kristen lahir dari sebuah iman, kepercayaan, dan pembenaran oleh Kristus Yesus.

5
Orang Kristen yang sudah menerima keselamatan dari Yesus Kristus akan otomatis berbuat baik
tetapi hal itu bukan menumpuk amal atau pahala agar memperoleh keselamatan. Sebaliknya,
karena ia sudah diselamatkan, maka ia harus berbuat baik (buku pendidikan agama Kristen, tim
MPK pendidikan agama Kristen Universitas Negeri Medan hal. 57).

Hal yang sangat prinsipil dalam iman orang Kristen adalah karena dasar moralitas Kristen
adalah “Kasih”. 1 Yohanes 4:4 mengatakan: Allah adalah kasih. Jika kita berbuat baik, kita harus
terlebih dahulu menerima kebaikan itu sendiri, yakni Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus. Kita
harus terlebih dahulu percaya pada Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab. Semua perbuatan
baik kita harus kehendak Allah sebagaimana tertulis dalam kitab suci. Selain dasar kasih, kita
harus mengingat bahwa manusia diciptakan allah menurut gambar dan rupa Allah (Latin:
imaginem et similitudinem Dei: Kejadian 1:26, Roma 8:29, Korintus 3:18, Filipus 3:21).
Manusia yang tercipta menurut gambar dan rupa Allah itu adalah segambar dengan Allah di
dalam Roh dan Karakter (sifat).

Menurut iman Kristen, kita harus berbuat baik bukan karena mengharapkan agar Tuhan
membalas perbuatan kita, tetapi karena Tuhan sudah lebih dulu berbuat baik kepada kita,
terutama dengan mengirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa kita. Selain itu kita
harus berbuat baik karena itu diperintahkan Tuhan kepada semua umat-Nya agar orang yang
melihat perbuatan kita akan memuji Dia yang menyuruh kita. Perbuatan baik adalah bagian
hidup Kristen yang berfungsi untuk mengabarkan kasih Tuhan yang sudah lebih dahulu
mengasihi kita. Berbuat baik adalah bagian dari tugas mengabarkan injil keselamatan.,
sebagaimana diperintahkan Yesus kepada semua pengikut-Nya dalam amanat agung-Nya
(Matius 28:19-20).

Memang Tuhan yang mahakasih dan mahaadil, tidak akan melupakan perbuatan baik yang
kita lakukan untuk sesama kita. Yesus malahan mengajarkan kita untuk mengasihi semua orang,
termasuk orang non-Kristen, orang yang menderita, orang yang dikucilkan masyarakat.
Sekalipun kita mungkin tidak menyukai kelakuan dan cara hidup seseorang, kita harus tetap
mengasihinya. Untuk perbuatan baik kita, Tuhan akan memberikan upah, kalau tidak
menerimanya di dunia ini, kita pasti akan menerimanya di surga. Walaupun demikian, upah dari
Tuhan tidak seharusnya menjadi suatu intensif atau motivasi buat orang Kristen untuk berbuat
baik.

6
Mungkin ada yang bertanya orang-orang Komunis atau Atheis yang sama sekali tidak
mempercayai adanya Tuhan, kok sepertinya dapat berbuat baik, bahkan lebih baik daripada kita
yang beragama. Memang demikian, dan itulah kebesaran serta keagungan Tuhan Allah Pencipta
kita manusia ini. Pada hakekatnya Dia telah menciptakan seluruh manusia menurut rupa dan
gambar Allah sendiri sebagaimana penguraian di atas. Pada awal kelahiran manusia itu Allah
sendiri sudah menanamkan di dalam manusia itu kemampuan untuk mengenal berbagai
kebenaran baik, menakuti Tuhan, berbuat kasih, jujur dan berbagai kebenaran lainnya.

Berdasarkan pandangan kami sebagai mahasiswa Kristen, Tuhan Allah mengaruniai kita akal
dan pikiran untuk berbuat menurut insting kita yang mengacu pada cara pandang Allah itu
sendiri. Jika kita hidup di dalam Yesus maka kita akan melakukan segala hal seperti yang
dilakukan Yesus. Perbuatan yang tidak baik adalah perbuatan yang dilakukan karena
ketidakhadiran Allah dalam hidup kita. Roh Allah yang telah ada di dalam diri kita akan
menuntun kita dan mengajari segala perbuatan yang berkenan kepada Allah. Mengasihi diri-Nya
serta mengasihi sesama manusia.

B. Berbagai Isu Moralitas Sosial yang Relevan Dengan Masyarakat Indonesia

Budaya global yang dibangun dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi
khususnya media informasi telah membawa berbagai perubahan tata nilai dalam kehidupan
manusia. Perubahan tata nilai beraspek ganda, pada satu sisi membawa kemajuan yang
konstruktif tetapi pada bias lain membawa ragam kerusakan atau destruktif terhadap moralitas
manusia.

Syaiful Sagala (2013, hal.249) mengungkapkan bahwa suatu negara membutuhkan sumber
daya manusia (SDM) yang handal, mampu mengatasi masalah dirinya sendiri, mampu mengatasi
masalah dalam keluarga dan mampu mengatasi masalah dalam masyarakat. Pada tingkat tertentu
dibutuhkan SDM yang mampu mengatasi masalah negara maupun masalah antarnegara. Sejak
lama bangsa Indonesia terus mengalami keprihatinan kompleks. Masih banyaknya kasus korupsi
bahkan menjadi salah satu negara yang korupsinya pada level tertinggi, KKN melanda di
berbagai institusi, meningkatnya kriminal, kekerasan, anarchism, premanisme, narkoba di
kalangan pelajar, merosotnya displin, tumbuhnya budaya materialisme dan hedonism,

7
merosotnya sopan santun, tawuran pelajar dan mahasiswa (Abdullah Idi dan Jamali Sahrodi,
Jurnal Intizar vol. 23 2017).

Hal itu semua memperlihatkan bahwa proses degradasi moralitas sosial ini semakin
mengkhawatirkan dan memerlukan upaya untuk antisipasi, salah satunya dengan upaya
membangun mengembangkan pendidikan karakter atau pendidikan akhlak.

Emile Durkheim, dalam Education and Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan
merupakan kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri, yang dapat hidup konsisten dalam
mengatasi ancaman dan tantangan masa depan (Rosyadi, 2004, hal. 124). Dengan kemajuan
pendidikan diharapkan dapat mereduksi beragam fenomena sosial, bertalian dengan moralitas
sosial dalam masyarakat.

Berdasarkan pandangan kami, tingkat moralitas sosial di indonesia tergolong rendah seiring
dengan berkembangnya zaman. Budaya-budaya dari luar, contoh kecil seperti dengan memanggil
orang yang lebih tua dengan langsung memanggil namanya kerap ditemukan di Indonesia.
Padahal ajaran dari suku ataupun norma yang berlaku hal itu itu termaasuk perilaku yang tidak
sopan dan cenderung seperti merendahkan orang tersebut dan menganggap orang yang lebih tua
itu setara dengan kita. Masih banyak perilaku-perilaku yang menyimpang dengan etika yang
baik, yang harus dibenahi dalam bangsa ini. Salah satunya yaitu dengan meningkatkan kesadaran
diri masing-masing.

C. Penyalahgunaan Narkoba dan Obat-obat Terlarang

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan obat-obatan golongan narkotika, psikotoprika,


dan zat aiktif yang tidak sesuai dengan fungsinya. Kondisi ini dapat menyebabkan kecanduan
yang bisa merusak otak hingga menimbulkan kematian. Narkoba kini menjadi penyakit
masyarakat paling serius di zaman modern. Sasaran yang menjadi korban narkoba adalah anak-
anak, siswa sekolah, remaja, dan pemuda serta mahasiswa.

1. Pengenalan Tentang Narkoba: Sejarah Singkat

Jika ditarik ke belakang, terdapat sejarah panjang dalam menjelaskan fenomena


penyalahgunaan narkotika. Hal tersebut dimulai pertama kali pada 2000 SM pada masyarakat
Sumeria. Di masa itu terdapat bunga opium yang digunakan sebagai pengobatan, lebih tepatnya

8
sebagai obat tidur atau penghilang rasa sakit. Selain itu, opium digunakan sebagai alat berburu.
Dijelaskan pula bahwa nantinya opium ini menjadi dasar pembuatan narkotika.

Memasuki era yang lebih modern, terdapat beberapa turunan zat narkotika sintetis yang
dibentuk melalui beberapa senyawa kimia dan bahan organik. Salah satu contohnya ialah morfin.
Terdapatya morfin dapat dikatakan menjadi suatu penemuan besar di dunia anastesi, mengingat
morfin yang berperan besar dalam pengobatan besar terutama dalam aspek pembiusan.
Penyalahgunaan morfin pertama kali dilakukan pada tahun 1874 di Amerika dan Eropa.
Penyalahgunaan morfin dengan cara dibakar (putaw) sangat marak pada masa itu. Maraknya
penyalahgunaan morfin tersebut salah satunya disebabkan oleh para tentara perang dunia I
memiliki peran yang besar dalam meningkatkan jumlah penyalahgunaan.

Memasuki perang dunia ke II, penyalahgunaan narkotika sudah mulai masuk ke Indonesia
(Hindia Belanda) yang dibawa oleh orang-orang Belanda yang mengkolonialisasi Indonesia pada
masa itu. Dalam aturan pemerintahan Belanda terdapat pelegalan dalam menggunakan candu
atau menghisap candu. Hal ini menyebabkan penyebaran candu di Indonesia smeakin pesat pada
saat itu. Kondisi tersebut terus terjadi hingga kedudukan Jepang di Indonesia. Pada masa itu
mulailah diberlakukan pelarangan penggunaan candu. Aturan atau undang-undang yang memuat
pelegalan penggunaan candu dihapuskan dan diganti dengan pelarangan penggunaan candu.

2. Di Indonesia

Sebutan yang populer bagi kita dewasa ini adalah Narkoba, yakni singkatan dari Narkotik dan
obat-obatan berbahaya. Adapun yang termasuk dalam narkoba antara lain: narkotik dan zat-zat
aditif lainnya. Sehinggap dikenal dengan istilah: NAPZA singkatan narkoba dan zat-zat adiktif.
Meskipun narkotika dan psikotropika sangat bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun jika disalahgunakan tentu akan menimbulkan
akibat yang sangat merugikan bahkan mengerikan dalam kehidupan masyarakat khususnya bagi
generasi muda.

Kasus penyalahgunaan Narkoba di negara semakin hari semakin mengkhawatirkan, hal ini
terbukti dengan peningkatan jumlah pengguna narkoba di kalangan remaja secara signifikan.
Anak pada usia remaja merupakan fase usia yang rentan untuk terjerumus dalam penggunaan
narkoba yang dianggap sebagai sesuatu yang baru dan menantang. Remaja juga menjadi mudah

9
tergoda ketika dalam keadaan frustasi atau depresi sehingga mudah jatuh pada masalah
penyalahgunaan narkoba (Gilza Azzahra Lukman, Anisa Putri Alifah, Almira Divarianti, Sahadi
Humaedi, Jurnal Kasus Narkoba di Indonesia dan Upaya Pencegahannya di Kalangan Remaja,
vol. 2).

3. Keadaan Sekarang

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), ada 766 kasus penyalahgunaan narkotika
dan obat-obatan (narkoba) di Indonesia sepanjang 2021. Jumlah itu turun 8,04% dibandingkan
pada tahun sebelumnya yang sebanyak 833 kasus. Sementara, jumlah tersangka dalam kasus
narkoba sebanyak 1.184 orang sepanjang tahun lalu. Narkoba sudah meluas ke seluruh bidang
kehidupan masyarakat: mulai dari anak-anak, kalangan pemuda, remaja, siswa, mahasiswa, para
artis, bahkan olahragawan. Pengaruh zat mematikan ini bukan saja di kota-kota besar, tetapi juga
merambat hingga ke gang-gang kecil, lokasi-lokasi penting seperti kampus, perumahan, dan lain-
lain.

Melihat fenomena penyalahgunaan maupun korban penyalahgunaan narkotika yang semakin


hari semakin berjumlah banyak, sehingga sudah saatnya aparat penegak hukum harus
mempersamakan persepsi dan pandangan dalam menyikapi fenomena tersebut.

Menurut pandangan kami, penyalahgunaan narkoba terjadi karena berbagai latar belakang
yang beragam. Ada untuk kesenangan semata, terhasut rayuan orang lain, status ekonomi yang
kurang kurang memahami bahaya narkoba itu sendiri, dan sebagainya. Kita sebagai mahasiswa
Kristen tetap harus mengerti akan hal ini dan jangan sampai terlena agar kita tidak tersentuh sam
sekali dengan yang namanya narkoba. Kita harus menjaga diri kita sendiri sebagaimana Alkitab
mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Allah yang suci (1 Korintus 6:19-20).

D. Free Sex (Sex bebas)

Firman Tuhan menjelaskan bahwa seks hanya diperbolehkan dalam pernikahan, di luar
pernikahan itu sudah melanggar ketetapan Allah atau dosa. Rasul Paulus mengajarkan kepada
orang percaya bukan untuk menghindari seks tetapi menjauhi perbuatan seks yang tidak
bermoral (Freddy Siagian, Jurnal Penyalahgunaan seks dikalangan pemuda dalam perspektif
Alkitab menurut 1 Korintus 6:12-20, vol. 4 Mei 2019).

10
Faktor yang medorong orang menempuh jenis kehidupan seperti ini adalah sebagai berikut:
untuk menghindari tanggung jawab yang penuh baik dari pihak laki-laki maupun perempuan.
Mereka tidak perlu menikah secara resmi dengan upacara-upacara gereja serta ikatan-ikatan
hukum (catatan sipil) atau adat yang sah. Pokoknya, dalam menyalurkan tuntunan biologis
sexualitasnya mereka harus free (bebas) (buku pendidikan agama Kristen, tim MPK pendidikan
agama Kristen Universitas Negeri Medan hal. 62-63).

Faktor lain penyebab pergaulan bebas adalah kurangnya nilai-nilai keagamaan. Kurangnya
pendidikan agama yang tidak diberikan sejak kecil mengakibatkan mereka tidak mengetahui
norma-norma yang berlaku pada masyarakat, tidak memahami tingkah laku yang baik sesuai
dengan ajaran agama dan apabila kepribadian remaja dipenuhi oleh nilai-nilai agama maka akan
terhindarlah dari kelakuan yang seperti ini (Wahyu Hastuti Utami, dkk, Jurnal Penyebab
Terjadinya Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja).

Sex bebas sangat dilarang dalam Kristen. Sebagaimana dilihat dalam perintah Allah yang ke-
7 “Jangan Engkau Berzinah” (Keluaran 20:14). Perbuatan cabul ini sangat dibenci oleh Tuhan,
terlebih lagii keduanya belum terikat sebagai suami istri. Manusia harus menjaga kesuciannya
termasuk menjaga kesucian tubuhnya. Karena anggota tubuh kita dipergunakan untuk memuji
dan memuliakan nama Tuhan. Bukan untuk melakukan perbuatan cabul atau seksual.

Berdasarkan pandangan kami, free sex sangat menyimpang dari ajaran Kristen. Hal itu hanya
dapat merugikan diri kita sendiri dan Allah sangat tidak menyukai hal itu. Sebagai mahasiswa
Kristen, kita seharusnya lebih sadar dan lebih memahami konsekuensi yang akan kita dapatkan
apabila hal itu terjadi. Jadi kami harap kita harus menjadi contoh bagi orang lain bahwa kesucian
diri itu penting serta menjadi garam dan terang dimana pun kita berada.

E. Hidup Porno

Pengertian porno yakni sesuatu yang busuk, yang tidak sedap dipandang mata. Bentuk dan
penampilannya beragam: kata-kata, aksi, tulisan, gambar, film, tarian, goyangan, dll (buku
pendidikan agama Kristen, tim MPK pendidikan agama Kristen Universitas Negeri Medan hal.
64). Hal-hal porno ini selalu disukai, diinginkan dan diminati oleh kalangan-kalangan tertentu.
Itu sebabnya, jika nonton hal-hal berbau porno (film, tayangan, gambar, dll) maka orang yang
bersangkutan sedemikian asyik, lupa diri dan tidak ingat yang lain.

11
Menurut pandangan Kristen pornografi menggambarkan seks dalam cara berdosa,
merendahkan martabat manusia, menghancurkan komitmen perkawinan, dan menanmkan hawa
nafsu dan perzinahan (Yonatan Alex Arifianto, Jurnal Peran Guru Agama Kristen dalam Upaya
Preventif Pornografi, 2021). Pornografi dapat meyebabkan kecanduan dan menuntun manusia
kedalam perbuatan dosa. Ada 3 macam kategori dosa yang diambil dari ayat Alkitab yaitu
keinginan daging, keinginan mata, keangkuan hidup. Melihat pornografi jelas adalah keinginan
mata, dan dimulai dari keinginan mata akan timbul pula hasrat dan minat untuk melakukannya
atau keinginan daging. Jadi, memikirkannya saja sudah termasuk dosa.

Ketahuilah bahwa di balik pola hidup yang berbau porno ini, bergentayanganlah kuasa-kuasa
iblis, setan dan roh-roh jahat. Iblis hanya ingin menjauhkan kita dari Kristus dan melekatkan kita
pada kehidupan duniawi.

F. Tawuran dan Tindak Kekerasan

Tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh
sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Menurut Wikipedia tawuran (atau tubir) adalah
bentuk dari kekerasan antar geng sekolah dalam masyarakat urban di Indonesia. Wirumoto,
sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa tindakan tersebut sebagai salah satu cara untuk
menghilagkan stress selama ujian. W. D. Mansur juga berpendapat bahwa tindakan tersebut
terjadi bukan akibat dari pengaruh lingkungan di sekitar serta prasangka dari masyarakat.

Tawuran dan kekerasan kerap kali dipersaksikan di tengah-tengah masyarakat. Hampir di


semua lapangan hidup kedu hal ini dijumpai: anak-anak, remaja, dan para orang tua. Kerap
terjadi perkelahian antar gang, organisasi-organisasi kepemudaan, perguruan dengan perguruan
lain, dan masih banyak lagi.

Alkitab mengisahkan berbagai tindakan kekerasan yang terjadi. Pembunuhan, peperangan,


dan sejumlah orang yang mati martir sering disebutkan dalam kisah-kisah Alkitab. Dalam
perjanjian baru, Yesus tidak hanya menghukum pembunuh saja tetapi juga orang yang marah
kepada orang lain (Matius 5:21-23). Melalui khotbah di bukit, Yesus mengajarkan “jangan
menghakimi” atau sebaliknya kita akan dihakimi oleh kesalahan dan kelemahan kita sendiri
(Matius 7:1-5). Orang-orang percaya diajarkan untuk menghilangkan “Segala kepahitan,
kegemaran, kemarahan, pertikaian dan fitnah..., demikian pula segala kejahatan”. Kita diajarkan

12
untuk penuh kasih dan saling mengampuni seorang terhadap yang lain sebagaimana Allah dalam
Kristus telah mengampuni kita (Efesus 4: 31-32).

Jadi kita sebagai mahasiswa Kristen tahu menempatkan diri di tengah-tengah pergaulan
masyarakat majemuk. Jangan ada di antara mahasiswa dan generasi muda Kristen yang ikut-ikut
an dalam aksi kekerasan dan budaya tawuran yang marak saat ini.

G. KKN – Suap – Sisip – Sogok

KKN adalah singkatan dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme. Ketiga hal ini merupakan
penyakit sosial yang banyak melanda masyarakat dunia, terutama di negara-negara yang baru
berkembang termsuk Indonesia. Dalam Black Law Dictionary di modul Tindak Pidana Korupsi
KPK, korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sebuah maksud untuk mendapatkan
bebrapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas resmi dan kebenara-kebenaran lainnya.
Menurut Wikipedia kolusi adalah sikap dan tindakan tidak jujur dengan membuat kesepakatan
secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian
uag atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar. Menurut
Wikipedia nepotisme berarti memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan
berdasarkan kemampuannya.

1. KKN Pada Bangsa Kuno

Dalam masyarakat purba Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Cona, Yunani, Romawi, dll, KKN
muncul ke permukaan sebagai masalah. Dalam hukum-hukum Manu (India) ditetapkan agar raja
hendaknya jangan berbuat serakah, memeras dalam memungut pajak, sebaliknya harus
mengangkat pejabat yang jujur dalam pekerjaan perpajakan. Raja yang menindas masyarakatnya
harus dibunuh anggota keluarganya, sedangkan para pejabat yang KKN harus diusir dari
kerajaan dan harta kekayaannya harus disita bagi negara dan rakyat.

Dalam masyarakat Yunani dan Romawi, KKN lebih gawat lagi. Keruntuhan kekuasaan
Romawi adalah disebabkan oleh korupsi yang sangat fatal merongrong kehidupan masyarakat
dari abad ke abad.

13
2. KKN Pada Bangsa Modern

Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu negara. Jika sustu projek ekonomi dijalankan
sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme dalam
penunjukan pelaksana projek, penggelapan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi
dalam projek) maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan
tercapai (Lasmauli Noverita Simarmata, Jurnal Korupsi Sekarang dan Yang Akan Datang, vo.
11). Beberapa contoh negara yang sejumlah pejabat tinggi yang pemerintahannya tumbang
karena KKN seperti: Baby Dog Duvalier dari Haiti, Shah Reza Pahlevi dari Iran, Raja Farouk di
Mesir yang digulingkan oleh Jenderal Nazib, pemerintah Kuba yang non-komunis digulingkan
oleh golongan komunis dipimpin oleh Fidel Castro, Ferdinan Markos dar Filipina digulingkan
oleh kekuatan rakyat yang dipimpin oleh Corazon Aquino.

Di Indonesia sendiri salah satu kasus korupsi terbesar adalah dari mantan presiden kedua kita
yaitu Soeharto. Perkiraan harta negara yang telah dicuri adalah seitar 15 hingga 35 miliar dollar
AS atau sekitar 490 triliun rupiah. Kemudian pada kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Nak
Indonesia) yaitu pinjaman dari Bank Indonesia. Dan masih banyk lagi kasus-kasus KKN yang
terjadi pada bangsa modern khususnya Indonesia.

3. Firman Tuhan Tentang KKN

Sebagai orang percaya, perilaku korupsi adalah perilaku yang tidak pantas dilakukan. Karena
selain menyalahi aturan yang berlaku secara negara, juga ini bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Beberapa ayat Alkitab yang melarang KKN:

 Imamat 19:11
Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta
seorang kepada sesamanya.
 Ulangan 5:15,19
aku pada waktu itu berdiri antara Tuhan dan kepada kamu untuk memberitahukan firman
Tuhan kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kami tidak naik ke gunung dan Ia
berfirman ;.....Jangan mencuri.
 Efesus 4:28
Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baikllah ia bekerja keras dan

14
melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan
sesuatu kepada orang berkekurangan.
 Amsal 14:11
Rumah orang fasik akan musnah, tetapi kemah orang jujur akan mekar.
Dalam perjanjian lama, salah seorang nabi yang sangat tegas dan berani menolak sogok
adalah Samuel. Ketika ia meletakkan jabatannya sebagai hakim ia menentang masyarakatnya
dengan mengklaim dirinya bersih, jujur, dan tidak pernah menerima suap, sogok atau
membelokkan hukum. Dia berani mengatakan bahwa selam ia menjadi hakim ia bertindak adil,
tidak memperkosa hukum, tidak pernah menerima hadiah dalam bentuk sogok, sisip; ia tidak
pernah berkolusi demi kepentingan diri sendiri (1 Samuel 12: 3-5).

Dalam perjanjian baru, salah satu contoh KKN (suap) yang paling keji adalah tiga puluh
perak yang diterima Yudas untuk mengkhianati Tuhan Yesus. Salah satu efek langsung dari
suapan itu adalah penangkapan dan penyaliban Tuhan Yesus. Pada akhirnya, Yudas pun
menyadari bahwa suap itu jahat. Akan tetapi, ketika ia mencoba mengembalikan uang itu kepada
para imam kepala dan tua-tua, mereka menolaknya, dengan menjulukinya “uang darah” (Matius
27: 3-9).

Yesus sendiri pernah mengatakan “bertobatlah Kerajaan Allah sudah dekat”. Seharusnya kita
tidak mengincar harta serta kekayaan yang bersifat duniawi yang dibenci oleh Allah. Kita tidak
berlomba mencari kedudukan dan kehormatan tetapi menjadi pelayan dan kesiapan meminum
cawan Yesus sebagai gambaran dan penderitaan.

Kita sebagai mahasiswa Kristen harus bisa berikir jernih dan bijaksana dalam bersikap dan
bertindak. Jangan sampai jiwa KKN ini melekat pada kita walau hanya sedikit. Kita juga harus
memikirkan dampak apa yang terjadi kedepannya ketika kita diselimuti oleh nafsu duniawi.
Perbanyak mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus dan percaya segala rencana yang Dia berikan
itu baik dan semua indah pada waktunya.

H. Konflik SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Kelompok)

Secara bahasa, konflik adalah percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Adapun konflik
kebudayaan adalah persaingan yang terjadi antara dua masyarakat sosial yang mempunyai
kebudayaan hampir sama (KBBI). Teori konflik menurut Lewis A. Coser mengatakan bahwa

15
konflik dapat menjadi hal positif jika dapat dikelola dan diekspresikan sewajarnya. Menurutnya
konflik dibedakan menjadi dua jenis; 1.) Konflik realistis, konflik yang didasari oleh rasa
kekecewaan individu maupun kelompok dalam hubungan sosial, dan 2.) Konflik non-realistis,
lahir karena adanya kebutuhan untuk melepaskan ketegangan antara pihak yang terkait.

SARA adalah akronim dari Suku Agama Ras Antar Golongan/Kelompok. Menurut Johni
Najwan (2009:196) secara teori, adanya keragaman SARA bisa menjadi potensi yang dapat
mencerminkan jati diri bangsa. Multi budaya dapat menjadi unsur dalam pembentukan negara,
dimana hal tersebut dapat menjadi modal budaya (capital cultural) dan kekuatan budaya
(cultural power) yang dapat menggerakkan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun di sisi lain, banyaknya keanekaragaman tersebut dapat juga berpotensi menimbulkan
konflik yang dapat mengancam integritas bangsa dan negara. Beberapa contoh konflik SARA
yang pernah terjadi di Indonesia yaitu peristiwa SARA di Situbondo, Tasikmalaya, Surabaya,
Ambon (Maluku), Irian Jaya, Kalimantan (Sambas), Poso, dll.

Dalam ke Alkitab sendiri Allah tidak memandang bulu (Ulangan 10:17). Semua manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Orang Kaukasia, Afrika, Asia,
Indian, Arab, Yahudi, semuanya itu bukanlah ras-ras yang berbeda. Semua umat manusia
memiliki ciri-ciri fisik yang sama. Yesus sendiri mengajarkan kita untuk saling mengasihi
sesama kita seperti diri sendiri (Yakobus 2:8). Pada bagian akhir Matius 25, Yesus mengajarkan
bahwa apa yang diperbuat terhadap yang terkeil dari saudara-saudaranya, kita melakukan itu
untuk Dia. Jika kita menghina dan meremehkan seseorang karena sebuah perbedaan, sama saja
kita menghina Allah yang merupakan Sang Pencipta manusia itu sendiri.

Kepada korban konflik SARA, saudara perlu mengampuni. Efesus 4:32 “Tetapi hendaklah
kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih dan saling mengampuni, sebagaimana
Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Dan pelaku konflik SARA, saudara perlu
bertobat dan “serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi
yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi
senjata-senjata kebenaran.” (Roma 6:13).

Kiranya dalam pendidikan agama ini mahasiswa Kristen mampu menjadi garam dan terang
dunia di tengah-tengah masyarakat yang ditekankan dalam bentuk pendidikan nilai, memilikki

16
kesadaran untuk berani mengambil sikap positif demi masa depan bangsa yang bertujuan untuk
mewujudkan civil society (Sigit Dwi Kusrahmadi, Jurnal Pendidikan Agama Dalam Masyarakat
Majemuk, vol. 1). Berdasarkan pandangan kami, perbedaan bukanlah sebuah halangan bagi kita
untuk bertumbuh dan berkembang. Tidak ada alasan membenci orang lain karena perbedaan
SARA. Justru hal itu yang dapat membuat kita belajar hal baru, belajar dari pemikiran orang lain
yang berbeda agama dan suku, belajar untuk saling melengkapi dan saling merangkul satu sama
lain. Seperti Tuhan Yesus yang menebus dosa seluruh umat manusia tanpa terkecuali.

I. Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial-Ekonomi

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan (Wikipedia). Secara umum,
kemiskinan diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan
pokok sehingga kurang mampu untuk menjamin kelangsungan hidup (Suryawati, 2004: 122).
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau
kelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Menurut pendapat kami, kemiskinan adalah
kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok dan mengancam keberlangsungan hidupnya.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dan kesenjangan sosial antara lain:
kedaan alam yang tidak memberi kebutuhan hidup, banjir, musim kekeringan membuat hasil
pertaniannya rusak, kalah berjudi, kalah perang, dan sistem yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat (buku pendidikan agama Kristen, tim MPK pendidikan agama Kristen Universitas
Negeri Medan hal. 71-72).

Kita sebagai orang Kristen seharusnya menanggapi kemiskinan dan kesenjangan sosial ini
dengan belas kasihan. Memiliki belas kasihan yang sejati bagi mereka yang mebutuhkan, sepeti
yang dicontohkan oleh Yesus (Markus 8:2), berarti bahwa kita ikut menyadari kebutuhan
mereka. Memiliki belas kasihan kepada saudara kita yang berkekurangan merupakan bukti dari
kasih Allah di dalam kita (1 Yohanes 3:27). Kita memuliakan Allah ketika kita bermurah hati
kepada orang miskin (Amsal 14:31).

17
BAB III
KESIMPULAN
Etika dan pembentukan karakter Kristen haruslah didasari pada Alkitab yang merupakan
dasar dari segala apa yang ada. Banyak perilaku-perilaku dalam Alkitab yang mengajarkan kita
bagaimana seharusnya bertindak sebagai mahasiswa Kristen yang benar. Meskipun zaman terus
berkembang dan tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang semakin menjauh dari perilaku yang
baik dan benar, kita harus tetap teguh pada pendirian kita sebagai pengikut Kristus, yaitu menjadi
garam dan terang di tengah-tengah masyarakat. Menjadi garam artinya seorang mahasiswa dapat
membuat kehidupan sosial masyarakat menjadi damai dan sejahtera atau dengan kata lain dapat
memberikan cita rasa yang lebih baik. Menjadi terang artinya sebagai seorang mahasiswa yang
dapat memberikan contoh dan dapat menjadi panutan bagi orang lain agar tidak tersandung
dalam permasalahan-permasalahan yang akan merugikan diri sendiri atau orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. (1974). Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta: Indonesia.

Habeahan, S., Nainggolan, M., Manik, C., Sihombing, S., Sirait, B., Banjarnahor, M., et al.
(2020). Pendidikan Agama Kristen. Medan: CV. Permata Mitra Sari.

Lembaga, A. (2015). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Wikipedia. 2023. “Kemiskinan”.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan. 4 Maret 2023

Wikipedia. 2023. “Tawuran”.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tawuran. 4 Maret 2023

Sotiria. (2019). Pandangan Kristen tentang Kebudayaan dan Adat Istiadat di Dalamnya. Jurnal
Teologi dan Pelayanan Kristiani, 1-15

Idi, Abdullah., Sahrodi, Jamali., (2017). Moralitas Sosial dan Peranan Pendidikan Agama. Jurnal
Raden Fatah, 2477-3816

Simarmata, L. N., (2021). Korupsi Sekarang dan Yang Akan Datang. Jurnal Ilmiah Hukum dan
Dirgantara, 2656-4041

Utami, W. H., Sofiyanti, I., Apriani, T. A., Sartika, D. A., Yulia, Triyani, I., Eken, Y. S., Kasila,
C., et al. (2021). Jurnal Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja.

Kusrahmadai, S. D., (2008). Jurnal Pendidikan Agama Dalam Masyarakat Majemuk, vol. 1 no.9

19

Anda mungkin juga menyukai