Anda di halaman 1dari 35

Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011

Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR


(GBM GPI dan Anggota PGI)

Jln. Perintis Kemerdekaan Kota Baru Telp. (0380) 826927 Fax. (0380) 832943
KUPANG – NTT – 85228

LAMPIRAN : KETETAPAN SINODE GMIT NO:5/TAP/SIN-GMIT/XXXII/2011 TENTANG


PERATURAN POKOK GMIT MENGENAI JABATAN DAN KEKARYAWANAN

PERATURAN POKOK GMIT


TENTANG
JABATAN DAN KEKARYAWANAN

BAB I
Hakikat

Pasal 1

(1) Jabatan gerejawi adalah salah satu wujut pemberian Kristus melalui gereja kepada
mereka yang terpilih dari antara anggota sidi untuk menjalankan fungsi khusus
dalam memperlengkapi anggota jemaat bagi pelaksanaan amanat kerasulan gereja.
(2) Kekaryawanan GMIT adalah sistem pengaturan kerja para pejabat maupun non
pejabat yang berkarya di dalam lingkup GMIT yang diatur dengan perjanjian kerja
dan imbalan tertentu.

BAB II
Maksud Dan Tujuan

Pasal 2
Maksud

(1) Jabatan gerejawi dimaksudkan untuk pembangunan Jemaat yaitu memperlengkapi


anggota Jemaat bagi pekerjaan pelayanan dalam gereja dan masyarakat.
(2) Kekaryawanan gereja dimaksudkan untuk keterlibatan dalam karya Allah demi
mendatangkan keselamatan bagi manusia dan seisi dunia.
(3) Maksud ditetapkannya Peraturan Pokok mengenai Jabatan dan Kekaryawanan
ialah adanya acuan penyelenggaraan Jabatan dan Kekaryawanan dalam lingkup
GMIT.

Pasal 3
Tujuan

(1) Tujuan diadakannya Jabatan ialah untuk mewujud-nyatakan kepemimpinan Kristus


dalam gereja dan masyarakat.
(2) Tujuan diadakannya Kekaryawanan ialah untuk menopang pelaksanaan amanat
kerasulan di dalam dan di luar gereja.
(3) Tujuan ditetapkannya Peraturan Pokok mengenai jabatan dan Kekaryawanan ialah:
a. Penataan fungsi dan struktur jabatan gerejawi pada setiap lingkup pelayanan
GMIT.
b. pendistribusian fungsi pelayanan dan terukurnya pelaksanaan pelayanan pada
setiap lingkup pelayanan GMIT.

174
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

BUKU KESATU
JABATAN
BAB III
Jabatan Pada Tiap Lingkup
Bagian Pertama
Umum
Pasal 4
Jenis-Jenis Jabatan

(1) Jenis-jenis jabatan gerejawi dalam lingkup GMIT terdiri atas:


a. Jabatan Pelayanan.
b. Jabatan Keorganisasian.
(2) Jabatan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) huruf a terdiri atas:
a. Pendeta.
b. Penatua.
c. Diaken.
d. Pengajar.
(3) Jabatan Pendeta sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) huruf a ialah Jabatan
seumur hidup.
(4) Jabatan Penatua, Diaken, Pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) huruf
b, c, d ialah Jabatan Periodik.
(5) Jabatan Keorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) huruf b, terdiri
atas:
a. Jabatan pada Kemajelisan.
b. Jabatan pada Badan Pembantu pelayanan (BPP).
c. Jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP).

Bagian Kedua
Jabatan Lingkup Jemaat

Pasal 5
Jabatan Pelayanan

(1) Jabatan pelayanan lingkup Jemaat terdiri atas Pendeta, Penatua, Diaken dan
Pengajar.
(2) Jabatan Pendeta, Penatua, Diaken dan Pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat
satu (1), berpola dan mencerminkan jabatan Kristus sebagai raja, nabi dan imam.
(3) Pejabat yang menjalankan jabatan pelayanan memiliki kedudukan yang setara
meskipun memiliki fungsi yang berbeda.

Pasal 6
Jabatan Keorganisasian

(1) Jabatan keorganisasian pada lingkup Jemaat terdiri atas:


a. Jabatan pada Kemajelisan.
b. Jabatan pada Badan Pembantu pelayanan (BPP).
c. Jabatan pada Unit Pembantu Pelayanan (UPP).
(2) Jabatan Kemajelisan berpola dan mencerminkan prinsip Presbiterial Sinodal yaitu
dilaksanakan secara kolektif dengan jiwa saling menunjang dan saling melengkapi
sebagai wujud tanggung jawab timbal balik di antara Jemaat, Klasis dan Sinode.
(3) Jabatan pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP) dibentuk oleh Persidangan Majelis
Jemaat atas rekomendasi Persidangan Jemaat untuk membantu penyelenggaraan
pelayanan oleh Majelis dalam bidang tertentu.

175
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(4) Jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP) dibentuk oleh Majelis Jemaat sebagai
Unit Pelayanan lingkup Jemaat untuk melaksanakan tugas-tugas Majelis Jemaat
pada kategori dan fungsi tertentu.
(5) Pejabat pada Kemajelisan dan pejabat pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP)
sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) dan ayat tiga (3) adalah presbiter.
(6) Pejabat pada Unit Pembantu pelayanan (UPP) sebagaimana dimaksud pada ayat
empat (4) dapat diangkat dari presbiter dan atau anggota sidi non-presbiter.

Bagian Ketiga
Jabatan Lingkup Klasis

Pasal 7
Jabatan Pelayanan

(1) Jabatan pelayanan lingkup Klasis terdiri atas Pendeta, Penatua, Diaken dan
Pengajar yang berasal dari Jemaat.
(2) Jabatan Pendeta, Penatua, Diaken dan Pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat
satu (1), berpola dan mencerminkan jabatan Kristus sebagai raja, nabi dan imam.
(3) Pejabat yang menjalankan jabatan pelayanan memiliki kedudukan yang setara
meskipun memiliki fungsi yang berbeda.

Pasal 8
Jabatan keorganisasian

(1) Jabatan keorganisasian pada lingkup Klasis terdiri atas:


a. Jabatan pada Kemajelisan.
b. Jabatan pada Badan Pembantu pelayanan (BPP).
c. Jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP).
(2) Jabatan Kemajelisan berpola dan mencerminkan prinsip Presbiterial Sinodal yaitu
dilaksanakan secara kolektif dengan jiwa saling menunjang dan saling melengkapi
sebagai wujud tanggung jawab timbal balik di antara jemaat, klasis dan sinode.
(3) Jabatan pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP) dibentuk oleh persidangan klasis
atas rekomendasi persidangan Klasis untuk membantu penyelenggaraan pelayanan
oleh Majelis dalam bidang tertentu.
(4) Jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP) dibentuk oleh Majelis Klasis sebagai
unit pelayanan lingkup klasis untuk melaksanakan tugas-tugas majelis klasis pada
kategori dan fungsi tertentu.
(5) Pejabat keorganisasian dan pejabat pada Badan Pembantu pelayanan (BPP)
sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) dan ayat tiga (3) adalah presbiter.
(6) Pejabat dalam jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP) sebagaimana
dimaksud pada ayat empat (4) dapat diangkat dari presbiter dan atau anggota sidi
non-presbiter.

Bagian Keempat
Jabatan Lingkup Sinode

Pasal 9
Jabatan Pelayanan

(1) Jabatan pelayanan lingkup sinode terdiri atas Pendeta, Penatua, Diaken dan Pengajar
yang berasal dari jemaat.
(2) Jabatan Pendeta, Penatua, Diaken dan Pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat
satu (1), berpola dan mencerminkan jabatan Kristus sebagai raja, nabi dan imam.
(3) Pejabat yang menjalankan jabatan pelayanan memiliki kedudukan yang setara
meskipun memiliki fungsi yang berbeda.

176
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Pasal 10
Jabatan keorganisasian

(1) Jabatan keorganisasian pada lingkup sinode terdiri atas:


a. Jabatan pada Kemajelisan.
b. Jabatan pada Badan Pembantu pelayanan (BPP).
c. Jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP).
(2) Jabatan Kemajelisan berpola dan mencerminkan prinsip sistem Presbiterial Sinodal
yaitu dilaksanakan secara kolektif dengan jiwa saling menunjang dan saling
melengkapi sebagai wujud tanggung jawab timbal balik di antara jemaat, klasis dan
sinode.
(3) Jabatan pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP) dibentuk oleh Persidangan Majelis
Sinode atas rekomendasi Persidangan Sinode untuk membantu penyelenggaraan
pelayanan oleh Majelis dalam bidang tertentu.
(4) Jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP) diadakan oleh majelis sinode sebagai
badan pelayanan lingkup sinode untuk melaksanakan tugas-tugas majelis sinode
pada kategori dan fungsi tertentu.
(5) Pejabat keorganisasian dan Pejabat pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP)
sebagaimana dimaksud pada ayat dua (2) dan ayat tiga (3) adalah presbiter.
(6) Pejabat dalam jabatan pada Unit Pembantu pelayanan (UPP) sebagaimana
dimaksud pada ayat empat (4) dapat diangkat dari presbiter dan atau anggota sidi
non-presbiter.

BAB IV
Pengangkatan Pejabat

Bagian Pertama
Syarat-Syarat Pengangkatan

Paragraf 1
Syarat-Syarat Pengangkatan Pejabat Pelayanan

Pasal 11
Syarat Pengangkatan Pendeta

(1) Mengakui Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah.
(2) Taat kepada pengakuan dan ajaran GMIT.
(3) Taat kepada Tata GMIT.
(4) Bersedia bekerja penuh waktu.
(5) Setia dan rajin melaksanakan tugas.
(6) Bersedia ditempatkan di mana saja dalam wilayah pelayanan GMIT.
(7) Bersedia berdomisili di tempat pelayanan.
(8) Bersedia mengikuti pendidikan/pelatihan pengembangan secara reguler.
(9) Mampu menjaga rahasia jabatan pelayanan.
(10) Bersedia dan mampu memimpin dan mengoordinasi tugas penilikan dan
pengajaran dalam Jemaat.
(11) Mampu membangun dan memelihara hubungan persaudaraan dan persekutuan.
(12) Memiliki kecakapan dan ketrampilan manejerial.
(13) Anggota sidi.
(14) Berijasah minimal sarjana (S1) teologi dari lembaga pendidikan teologi yang diakui
oleh GMIT dan yang telah mendapat rekomendasi dari Majelis Sinode GMIT.
(15) Telah menyelesaikan masa vikariat dengan baik.
(16) Memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagaimana tertulis dalam I Tim. 3:1-13 dan
Titus 1:5-9.
(17) Tidak sedang berada di bawah disiplin gereja.

177
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(18) Sehat jasmani dan rohani.


(19) Dapat menjadi teladan dalam hidup dan pelayanan termasuk hidup berumah-
tangga.
(20) Telah mengucapkan dan menandatangani akta kependetaan pada kebaktian
penahbisan.

Pasal 12
Syarat Pengangkatan Penatua

(1) Mengakui Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah.
(2) Taat kepada pengakuan dan ajaran GMIT.
(3) Taat kepada Tata GMIT.
(4) Terdaftar sebagai anggota jemaat GMIT di jemaat yang bersangkutan minimal 1
tahun.
(5) Telah menjadi anggota sidi.
(6) Tidak berada di bawah disiplin gerejawi.
(7) Mampu membangun dan memelihara hubungan persaudaraan dan persekutuan.
(8) Setia dan rajin melaksanakan tugas.
(9) Memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagaimana tertulis dalam I Tim. 3:1-13 dan
Titus 1:5-9.
(10) Memiliki kecakapan dan ketrampilan organisasi dan manajemen.
(11) Dapat menjadi teladan dalam hidup dan pelayanan termasuk hidup berumah-
tangga.
(12) Bersedia mengikuti pendidikan dan latihan bagi para penatua.
(13) Sehat jasmani dan rohani.
(14) Telah dipilih dalam suatu persidangan jemaat.
(15) Membuat pernyataan bersedia melaksanakan tugas sebagai penatua selama
periode pelayanan.
(16) Mampu memelihara rahasia jabatan pelayanan.

Pasal 13
Syarat Pengangkatan Diaken

(1) Mengakui Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah.
(2) Taat kepada pengakuan dan ajaran GMIT.
(3) Taat kepada Tata GMIT.
(4) Terdaftar sebagai anggota jemaat GMIT di jemaat yang bersangkutan minimal 1
tahun.
(5) Telah menjadi anggota sidi.
(6) Tidak berada di bawah disiplin gerejawi.
(7) Mampu membangun dan memelihara hubungan persaudaraan dan persekutuan.
(8) Memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagaimana tertulis dalam I Tim. 3:1-13 dan
Titus 1:5-9.
(9) Memiliki kepekaan, kecakapan dan ketrampilan untuk pelayanan diakonia dalam
jemaat.
(10) Dapat menjadi teladan dalam hidup dan pelayanan termasuk hidup berumah-
tangga.
(11) Setia dan rajin melaksanakan tugas.
(12) Bersedia mengikuti pendidikan dan latihan bagi para diaken secara reguler.
(13) Sehat jasmani dan rohani.
(14) Mampu memelihara rahasia jabatan pelayanan.
(15) Telah dipilih dalam suatu persidangan jemaat.
(16) Membuat pernyatan bersedia melaksanakan tugas sebagai diaken selama periode
pelayanan.

178
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Pasal 14
Syarat Pengangkatan Pengajar

(1) Mengakui Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai Firman Allah.
(2) Taat kepada pengakuan dan ajaran GMIT.
(3) Taat kepada Tata GMIT.
(4) Terdaftar sebagai anggota jemaat GMIT di jemaat yang bersangkutan.
(5) Telah menjadi anggota sidi.
(6) Tidak berada di bawah disiplin gerejawi.
(7) Sehat jasmani dan rohani.
(8) Setia dan rajin melaksanakan tugas.
(9) Mampu membangun dan memelihara hubungan persaudaraan dan persekutuan.
(10) Dapat menjadi teladan dalam hidup dan pelayanan termasuk hidup berumah-
tangga.
(11) Memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagaimana tertulis dalam I Tim. 3:1-13 dan
Titus 1:5-9.
(12) Memiliki kecakapan dan kemampuan mengajar.
(13) Bersedia mengikuti pendidikan dan latihan bagi para pengajar secara reguler.
(14) Telah dipilih dalam suatu Persidangan Jemaat.
(15) Membuat pernyataan bersedia melaksanakan tugas sebagai pengajar selama
periode pelayanan.

Paragraf 2
Syarat-Syarat Pengangkatan Pejabat Keorganisasian
Pasal 15

(1) Telah terpilih dalam persidangan masing-masing lingkup.


(2) Memiliki kemampuan untuk bertumbuh dalam iman, hikmat, pengetahuan,
kejujuran dan kerendahan hati.
(3) Meneladani Kristus dalam kata dan perbuatan.
(4) Mengutamakan kepentingan GMIT di atas kepentingan pribadi, keluarga dan
kelompok.
(5) Berjiwa mempersatukan.
(6) Mampu berkomunikasi dan memelihara persaudaraan dan persekutuan.
(7) Anggota sidi.
(8) Setia pada Tata Gereja.
(9) Memiliki etos kerja yang berorientasi pada tujuan dan sasaran pelayanan.
(10) Memiliki kecakapan dan ketrampilan tentang organisasi dan manajemen.

BAB V
Tata Cara Pengangkatan Pejabat

Paragraf 1
Tatacara Pengangkatan Pejabat Pelayanan
Pasal 16
Tatacara Pengangkatan Pendeta

(1) Telah menyelesaikan masa vikariat dengan baik.


(2) Mengikuti tata cara pengangkatan Pendeta sesuai dengan tata cara yang diatur.

Pasal 17
Tatacara Pengangkatan Penatua, Diaken, dan Pengajar

179
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(1) Setelah terpilih, Penatua, Diaken dan Pengajar mengikuti pembekalan yang
difasilitasi oleh Panitia Pemilihan dan Penahbisan Penatua, Diaken, dan Pengajar.
(2) Calon Penatua, Diaken, dan Pengajar mengikuti percakapan pastoral yang diadakan
oleh Majelis Jemaat.
(3) Penahbisan Penatua, Diaken, dan Pengajar dilakukan dalam suatu kebaktian Jemaat
oleh Pendeta GMIT dengan liturgi khusus yang ditetapkan oleh Sinode.
(4) Jika Penatua, Diaken, dan Pengajar berhalangan tetap atau tidak tetap maka
dilakukan pengangkatan pejabat pelayanan antar waktu.
(5) Mekanisme pengangkatan pejabat pelayanan antar waktu diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pokok.
(6) Pengangkatan sebagai Penatua, Diaken, dan Pengajar dinyatakan dengan Surat
Keputusan Majelis Jemaat.

Paragraf 2
Tatacara Pengangkatan Pejabat Keorganisasian

Sub Paragraf 1
Tatacara Pengangkatan Pejabat Keorganisasian Lingkup Jemaat

Pasal 18
Tatacara Pengangkatan Majelis Jemaat

(1) Majelis Jemaat terbentuk dalam persidangan pertama Pendeta Jemaat serta
Penatua, Diaken, Pengajar terpilih.
(2) Jika anggota Majelis Jemaat berhalangan tetap atau tidak tetap maka dilakukan
pengangkatan anggota Majelis Jemaat antar waktu.
(3) Mekanisme pengangkatan anggota Majelis Jemaat antar waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) di atas diatur dalam Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pokok.
(4) Majelis Jemaat diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Jemaat.
(5) Majelis Jemaat diperhadapkan dalam ibadah jemaat.

Pasal 19
Tatacara Pengangkatan Majelis Jemaat Harian

(1) Majelis Jemaat Harian terbentuk dalam Persidangan Majelis Jemaat.


(2) Majelis Jemaat Harian diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Jemaat.
(3) Majelis Jemaat Harian diperhadapkan dalam ibadah Jemaat.

Pasal 20
Tatacara Pengangkatan Badan Pembantu Pelayanan Jemaat

(1) Badan Pembantu Pelayanan Jemaat dibentuk dalam Persidangan Majelis Jemaat.
(2) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Jemaat dipilih dan diangkat dari antara para
presbiter dan Pendeta emeritus dalam Jemaat dengan Surat Keputusan Majelis
Jemaat.
(3) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Jemaat diperhadapkan dalam ibadah Jemaat.

Pasal 21
Tata cara Pengangkatan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat

(1) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat dibentuk dalam Persidangan Majelis
Jemaat.

180
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(2) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat dipilih dan diangkat dari antara
para presbiter dan atau anggota sidi dalam Jemaat dengan Surat Keputusan Majelis
Jemaat.
(3) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat diperhadapkan dalam ibadah
Jemaat.

Pasal 22
Tatacara Pengangkatan Majelis Mata Jemaat

(1) Majelis Mata Jemaat terbentuk dalam persidangan pertama Pendeta Jemaat serta
Penatua, Diaken, Pengajar terpilih.
(2) Jika anggota Majelis Mata Jemaat berhalangan tetap atau tidak tetap maka
dilakukan pengangkatan anggota Majelis Mata Jemaat antar waktu.
(3) Mekanisme pengangkatan anggota Majelis Mata Jemaat antar waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) di atas diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan
Pokok.
(4) Majelis Mata Jemaat diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Jemaat.
(5) Majelis Mata Jemaat diperhadapkan dalam ibadah Jemaat.

Pasal 23
Tatacara Pengangkatan Majelis Mata Jemaat Harian

(1) Majelis Mata Jemaat Harian terbentuk dalam Persidangan Majelis Mata Jemaat.
(2) Majelis Mata Jemaat Harian diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Mata Jemaat.
(3) Majelis Mata Jemaat Harian diperhadapkan dalam ibadah Jemaat.

Pasal 24
Tatacara Pengangkatan Badan Pembantu Pelayanan Mata Jemaat

(1) Badan Pembantu Pelayanan Mata Jemaat dibentuk dalam Persidangan Majelis Mata
Jemaat.
(2) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Mata Jemaat dipilih dan diangkat dari antara
para presbiter dan Pendeta emeritus dalam Mata Jemaat dengan Surat Keputusan
Majelis Mata Jemaat.
(3) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Mata Jemaat diperhadapkan dalam ibadah
Jemaat.

Pasal 25
Tatacara Pengangkatan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Mata Jemaat

(1) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Mata Jemaat dibentuk dalam Persidangan Majelis
Mata Jemaat.
(2) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Mata Jemaat dipilih dan diangkat dari
antara para presbiter dan atau anggota sidi dalam Mata Jemaat dengan Surat
Keputusan Majelis Mata Jemaat.
(3) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Mata Jemaat diperhadapkan dalam
ibadah Jemaat.

Sub Paragraf 2
Tatacara Pengangkatan Pejabat Keorganisasian Lingkup Klasis

Pasal 26
Tatacara Pengangkatan Majelis Klasis

(1) Majelis Klasis terbentuk dalam Persidangan Klasis.

181
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(2) Jika anggota Majelis Klasis berhalangan tetap atau tidak tetap maka dilakukan
pengangkatan anggota Majelis Klasis antar waktu.
(3) Mekanisme pengangkat anggota Majelis Klasis antar waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2) di atas diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
(4) Majelis Klasis diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Klasis..
(5) Majelis Klasis diperhadapkan dalam kebaktian penutupan Persidangan Klasis.

Pasal 27
Tatacara Pengangkatan Majelis Klasis Harian

(1) Majelis Klasis Harian terbentuk dalam Persidangan Klasis.


(2) Majelis Klasis Harian diangkat dengan Surat Keputusan Majelis Klasis.
(3) Majelis Klasis Harian diperhadapkan dalam kebaktian penutupan Persidangan
Klasis.

Pasal 28
Tatacara Pengangkatan Badan Pembantu Pelayanan Klasis

(1) Badan Pembantu Pelayanan Klasis dibentuk dalam Persidangan Majelis Klasis.
(2) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Klasis dipilih dan diangkat dari antara para
presbiter dan Pendeta emeritus dalam Jemaat-Jemaat Klasis tersebut dengan Surat
Keputusan Majelis Klasis.
(3) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Klasis diperhadapkan dalam ibadah pada
suatu Jemaat dalam lingkup Klasis tersebut.

Pasal 29
Tatacara Pengangkatan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis

(1) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis dibentuk dalam Persidangan Majelis Klasis.
(2) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis dipilih dan diangkat dari antara
para presbiter dan atau anggota sidi dalam Jemaat-Jemaat Klasis tersebut dengan
Surat Keputusan Majelis Klasis.
(3) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis diperhadapkan dalam ibadah
suatu Jemaat dalam lingkup Klasis tersebut.

Sub Paragraf 3
Tatacara Pengangkatan Pejabat Keorganisasian Lingkup Sinode

Pasal 30
Tatacara Pengangkatan Majelis Sinode

(1) Majelis Sinode terbentuk dalam Persidangan Sinode.


(2) Jika anggota Majelis Sinode berhalangan tetap atau tidak tetap maka dilakukan
pengangkatan anggota Majelis Sinode antar waktu.
(3) Mekanisme pengangkat anggota Majelis Sinode antar waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) di atas diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
(4) Majelis Sinode diangkat dengan Surat Keputusan Sinode.
(5) Majelis Sinode diperhadapkan dalam kebaktian penutupan Persidangan Sinode.

Pasal 31
Tatacara Pengangkatan Badan Pembantu Pelayanan Sinode

(1) Badan Pembantu Pelayanan Sinode dibentuk dalam Persidangan Majelis Sinode.

182
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(2) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Sinode dipilih oleh Majelis Sinode dan
diangkat dari antara para presbiter dan Pendeta emeritus dalam Jemaat-Jemaat
GMIT dengan Surat Keputusan pengangkatan dan pemberhentian Majelis Sinode.
(3) Anggota Badan Pembantu Pelayanan Sinode diperhadapkan dalam ibadah salah
satu Jemaat GMIT.

Pasal 32
Tatacara Pengangkatan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Sinode

(1) Unit Pembantu Pelayanan Majelis Sinode dibentuk dalam persidangan Majelis
Sinode.
(2) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Sinode dipilih dan diangkat dari antara
para presbiter dan atau anggota sidi dalam Jemaat-Jemaat GMIT dengan Surat
Keputusan Majelis Sinode.
(3) Anggota Unit Pembantu Pelayanan Majelis Sinode diperhadapkan dalam ibadah
salah satu Jemaat GMIT.

BAB VI
Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pejabat

Pasal 33
Wewenang, Tugas, dan TanggungJawab Pendeta

(1) Pendeta berwewenang untuk :


a. melayani Firman Allah dan sakramen;
b. menggembalakan umat dan melaksanakan perkunjungan rumah tangga;
c. melayani peneguhan sidi dan pemberkatan nikah;
d. menahbiskan pejabat gereja;
e. memperhadapkan karyawan gereja, BP, BPP, dan UPP ;
f. menjadi Ketua Majelis Jemaat;
g. memakamkan orang mati.
(2) Tugas Pendeta adalah melaksanakan panca pelayanan GMIT.
(3) Pendeta mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada Tuhan melalui Majelis
masing-masing lingkup di mana yang bersangkutan melayani.

Pasal 34
Wewenang, Tugas, dan TanggungJawab Penatua

(1) Penatua berwewenang untuk:


a. melaksanakan pemberitaan Firman Allah;
b. melaksanakan penilikan dan penilaian terhadap pemberitaan dalam Jemaat;
c. menegakkan disiplin hidup, disiplin ajaran, dan disiplin keorganisasian dalam
Jemaat;
d. memimpin kehidupan persekutuan dan pelayanan dalam Jemaat;
e. mengikuti Persidangan Jemaat dan turut mengambil keputusan;
f. mengemban jabatan keorganisasian dalam Majelis Jemaat.
(2) Tugas Penatua adalah:
a. bersama-sama dengan Pendeta melaksanakan panca pelayanan;
b. melaksanakan perkunjungan rumah tangga dan pelayanan pastoral secara
mandiri dan/atau bersama dengan pejabat pelayanan lainnya;
c. ikut menjaga dan memelihara keutuhan dan persekutuan Jemaat sebagai
keluarga Allah;
d. ikut melaksanakan pelayanan terhadap kelompok kategorial dan fungsional;
e. memimpin kebaktian-kebaktian dan pemahaman Alkitab di rumah tangga;
f. memimpin kebaktian penguburan orang mati. (dan sakramen)

183
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(3) Penatua mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada Tuhan dan melaporkan


pelaksanaan tugasnya melalui laporan Majelis Jemaat kepada Persidangan Jemaat.

Pasal 35
Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Diaken

(1) Diaken berwewenang untuk:


a. melaksanakan pelayanan kasih dalam berbagai bentuk yaitu diakonia karitatif,
reformatif, dan transformatif.
b. mengikuti Persidangan Jemaat dan turut mengambil keputusan;
c. mengemban jabatan keorganisasian dalam Majelis Jemaat.
(2) Diaken bertugas untuk:
a. bersama-sama dengan Pendeta melaksanakan panca pelayanan;
b. mendoakan, dan merawat anggota Jemaat yang sakit;
c. mengorganisasikan pemberian bantuan bagi kaum miskin di dalam dan di luar
Jemaat;
d. memfasilitasi pemberdayaan ekonomi anggota Jemaat;
e. mengorganisasikan bantuan bencana alam;
f. bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar Jemaat untuk
menyelenggarakan pendidikan formal dan informal dalam Jemaat;
g. mengorganisasikan bantuan hukum dan advokasi bagi korban kekerasan,
ketidak-adilan, dan penindasan, serta pemberdayaan dan pendampingan hak-
hak masyarakat baik yang berada di dalam dan di luar Jemaat.
(3) Diaken mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada Tuhan dan melaporkan
pelaksanaan tugasnya melalui laporan Majelis Jemaat kepada Persidangan Jemaat.

Pasal 36
Wewenang, Tugas, dan Tanggung jawab Pengajar

(1) Pengajar berwewenang untuk:


a. melaksanakan kegiatan pengajaran dalam Jemaat;
b. mengikuti Persidangan Jemaat dan turut mengambil keputusan;
c. mengawasi ajaran dalam Jemaat;
d. mengemban jabatan keorganisasian dalam Majelis Jemaat.
(2) Pengajar bertugas untuk:
a. bersama-sama dengan Pendeta melaksakan panca pelayanan;
b. mengorganisasikan pelayanan pengajaran dalam Jemaat;
c. melaksanakan pengajaran iman Kristen bagi anggota sidi dan kelompok
kategorial fungsional;
d. bersama Pendeta mempersiapkan dan membahas bahan-bahan pengajaran bagi
anggota Jemaat, terutama untuk PAR dan Katekisasi;
(3) Pengajar mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada Tuhan dan melaporkan
pelaksanaan tugasnya melalui laporan Majelis Jemaat kepada Persidangan Jemaat.

BAB VII
Hubungan Kerja antar Jabatan

Bagian Pertama
Hubungan Kerja Dalam Lingkup Jemaat
Pasal 37
Hubungan antar Jabatan dalam Jemaat

(1) Kedudukan setiap jabatan pelayanan dalam Jemaat adalah setara dan saling
menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar jabatan dalam Jemaat dikoordinasikan oleh Majelis Jemaat Harian.

184
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(3) Hubungan antar jabatan keorganisasian dalam Jemaat adalah bersifat penugasan
dan konsultasi.

Pasal 38
Hubugan antara Jabatan dalam Jemaat dengan Jabatan dalam Klasis

(1) Hubungan antar jabatan pelayanan dalam Jemaat dengan jabatan pelayanan dalam
Klasis bersifat setara dan saling menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar jabatan dalam lingkup Jemaat dan lingkup Klasis dikoordinasikan
oleh Majelis Jemaat dan Majelis Klasis.
(3) Hubungan antar jabatan keorganisasian di Jemaat dan jabatan keorganisasian di
Klasis diatur sebagai berikut:
a. Antar Badan Pelayanan bersifat setara dan saling menunjang/menopang;
b. Antara Badan Pelayanan dan Unit Pembantu Pelayanan bersifat penugasan dan
konsultasi.

Pasal 39
Hubugan antara Jabatan dalam Jemaat dengan Jabatan dalam Sinode

(1) Hubungan antar jabatan pelayanan dalam Jemaat dengan jabatan pelayanan dalam
lingkup Sinode bersifat setara dan saling menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar jabatan dalam lingkup Jemaat dan lingkup Sinode dikoordinasikan
oleh Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode.
(3) Hubungan antar jabatan keorganisasian di lingkup Jemaat dan jabatan
keorganisasian di lingkup Sinode diatur sebagai berikut:
a. Antar Badan Pelayanan bersifat setara dan saling menunjang/menopang.
b. Antara Badan Pelayanan dan Unit Pembantu Pelayanan bersifat penugasan dan
konsultasi.

Bagian Kedua
Hubungan Kerja Dalam Lingkup Klasis
Pasal 40
Hubugan antar Jabatan dalam Lingkup Klasis

(1) Kedudukan setiap jabatan pelayanan dalam Klasis adalah setara dan saling
menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar jabatan dalam Klasis dikoordinasikan oleh Majelis Klasis Harian.
(3) Hubungan antar jabatan keorganisasian dalam Klasis adalah bersifat penugasan.

Pasal 41
Hubugan antara Jabatan dalam Klasis dengan Jabatan dalam Sinode

(1) Hubungan antar jabatan pelayanan dalam lingkup Klasis dengan jabatan pelayanan
dalam lingkup Sinode bersifat setara dan saling menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar jabatan dalam lingkup Klasis dan lingkup Sinode dikoordinasikan
oleh Majelis Klasis dan Majelis Sinode.
(3) Hubungan antar jabatan keorganisasian di lingkup Klasis dan jabatan
keorganisasian di lingkup Sinode diatur sebagai berikut:
a. Antar Badan Pelayanan bersifat setara dan saling menunjang/menopang.
b. Antara Badan Pelayanan dan Unit Pembantu Pelayanan bersifat penugasan dan
konsultasi.

Bagian Ketiga
Hubungan Kerja antarjabatan Dalam Lingkup Sinode
Pasal 42

185
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(1) Kedudukan setiap jabatan pelayanan dalam lingkup Sinode adalah setara dan saling
menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar jabatan dalam Sinode dikoordinasikan oleh Majelis Sinode Harian.
(3) Hubungan antar jabatan keorganisasian dalam Sinode adalah bersifat penugasan
dan konsultasi.

BAB VIII
Pelaksanaan Tugas Jabatan
Pasal 43

(1) Pelaksanaan tugas para pejabat pelayanan bersumber pada panca pelayanan.
(2) Pelaksanaan tugas para pejabat pelayanan meliputi perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan monitoring, serta pertanggungjawaban.
(3) Hasil pelaksanaan tugas para pejabat pelayanan ditentukan oleh :
a. rujukan pada visi dan misi pelayanan;
b. kesesuaian antara perencanaan dan capaian;
c. kreatifitas dan kepekaan dalam menanggapi perkembangan yang berada
di luar perencanaan.
(4) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Badan Pembantu
Pelayanan masing-masing-masing lingkup yang melaksanakan fungsi pengawasan.
(5) Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas para pejabatan pelayanan meliputi
pertanggungjawaban periodik dan pertanggungjawaban akhir masa jabatan.

BAB IX
Pembinaan Pejabat
Bagian Pertama
Umum
Pasal 44
(1) Pembinaan pejabat pelayanan dilaksanakan dalam rangka pemuridan yang
misioner.
(2) Pembinaan pejabat keorganisasian dilaksanakan dalam rangka penataan,
penguatan, dan pengembangan keorganisasian.

Bagian Kedua
Pembinaan Pejabat
Pasal 45
Prestasi Kerja

Prestasi kerja pejabat pelayanan dan pejabat keorganisasian diukur dari:


a. kesesuaian antara capaian tugasnya dengan perencanaan;
b. pelaksanaan pelayanan dari tahap perintisan, penguatan, pengembangan;
c. perluasan cakupan pelayanan;
d. intensitas dan keberlanjutan pelayanan.

Pasal 46
Penghargaan

(1) Penghargaan diberikan kepada pejabat pelayanan dan pejabat keorganisasian


berdasarkan prestasi kerja.
(2) Pemberian penghargaan juga dapat diberikan kepada para Pendeta yang memasuki
masa emeritasi.
(3) Penghargaan diatur oleh Majelis masing-masing lingkup di mana pejabat yang
bersangkutan melayani.

186
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghargaan akan diatur dalam Peraturan
Pelaksana Peraturan Pokok.

Pasal 47
Disiplin

(1) Disiplin para pejabat pelayanan dan keorganisasian dimaksudkan untuk menata
kehidupan para pejabat agar hidup sebagai murid-murid Yesus Kristus.
(2) Ketentuan mengenai disiplin para pejabat pelayanan dan keorganisasian diatur
dalam Peraturan Pokok GMIT tentang Disiplin dan Ajaran GMIT.

Pasal 48
Pemberhentian

(1) Pemberhentian pejabat pelayanan GMIT terjadi karena:


a. melanggar disiplin;
b. berakhirnya masa jabatan;
c. meninggal dunia
(2) Pemberhentian pejabat GMIT dibedakan atas:
a. Permohonan sendiri.
b. Pemberhentian dengan hormat.
c. Pemberhentian tidak dengan hormat.
(3) Batas usia Pendeta sebagai pejabat keorganisasian adalah 60 tahun.
(4) Pemberhentian ditandai dengan serah-terima yang didahului dengan pemeriksaan
dan pengawasan oleh Badan Pembantu Pelayanan yang melaksanakan fungsi
pengawasan.

Pasal 49
Pemulihan

(1) Para pejabat pelayanan yang telah diberhentikan karena melanggar disiplin gereja
sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 ayat (1) huruf a, yang kemudian hari
meminta untuk diangkat kembali ke dalam jabatan semula di GMIT, hanya dapat
diterima setelah melalui masa pembinaan selama jangka waktu tertentu dan
setelah terbukti memperlihatkan tanda-tanda pertobatan.
(2) Penerimaan kembali pejabat gerejawi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di
atas dilaksanakan dalam suatu kebaktian khusus yang diselenggarakan oleh Majelis
masing-masing lingkup dan dipimpin oleh Pendeta dengan menggunakan liturgi
khusus yang ditetapkan oleh Sinode.
(3) Dalam kebaktian dimaksud pejabat gereja yang bersangkutan wajib mengucapkan
akta pertobatannya.
(4) Pendeta yang telah memasuki masa emeritasi dapat dikaryakan kembali sesuai
kebutuhan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengangkatan Kembali pejabat gerejawi diatur
dalam Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pokok.

BAB X
Pelayanan Umum
Pasal 50

(1) GMIT dapat mengutus para Pendeta GMIT untuk melayani di Badan Pembantu
Pelayanan GMIT tertentu maupun pada lembaga-lembaga mitra GMIT.
(2) Pengutusan ke BPP milik GMIT ataupun ke lembaga mitra tidak menghapuskan
jabatan pelayanan sebagai Pendeta GMIT.

187
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(3) Status kekaryawanan para Pendeta yang ditugaskan pada BPP milik GMIT dan
lembaga mitra adalah Karyawan GMIT yang melaksanakan tugasnya pada BPP atau
lembaga mitra tersebut.
(4) Pengutusan para Pendeta GMIT ke BPP milik GMIT atau lembaga-lembaga mitra
GMIT didasarkan pada suatu Perjanjian Kerjasama.
(5) Selama menjadi karyawan GMIT yang ditugaskan melayani pada lembaga
dimaksud, para Pendeta tersebut wajib tunduk pada aturan di lembaga-lembaga
tersebut.
(6) Usia pensiun para Pendeta sebagai karyawan GMIT yang diutus ke BPP milik GMIT
atau lembaga mitra adalah 60 tahun. /// Dosen harus 65/70 tahun.
(7) Selama menjadi karyawan gereja yang dipekerjakan atau menjadi karyawan
lembaga, gereja memiliki kewenangan untuk mengontrol pengajaran para Pendeta
utusan tersebut.
(8) Kemungkinan penarikan kembali para Pendeta yang diutus ke BPP milik GMIT atau
lembaga mitra GMIT diatur dalam Perjanjian Kerjasama antara gereja dan BPP atau
lembaga mitra tersebut.
(9) Pembinaan dan evaluasi terhadap kinerja pelayanan para Pendeta yang diutus ke
BPP milik GMIT atau lembaga mitra dilakukan bersama oleh Majelis Sinode dan
pimpinan lembaga di mana yang bersangkutan melayani.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengutusan dan atau penugasan Pendeta GMIT ke
BPP milik GMIT dan lembaga mitra diatur dalam Peraturan Pelaksana Peraturan
Pokok.

BAB XI
Sarana dan Prasarana Jabatan
Pasal 51

(1) Sarana dan prasarana jabatan dimaksud untuk menunjang pelayanan di masing-
masing lingkup dan bukan untuk sebagai pertanda status yang lebih tinggi atau
untuk meniru kebiasaan-kebiasaan sosial yang sia-sia.
(2) Sarana dan prasarana jabatan diadakan oleh lingkup masing-masing.
(3) Pengelolaan sarana dan prasarana jabatan diatur dalam Peraturan Pokok
Perbendaharaan.

BAB XII
Penyelesaian Masalah Jabatan Tiap Lingkup
Bagian Pertama
Umum
Pasal 52
(1) Yang dimaksud dengan penyelesaian masalah Jabatan dan Kekaryawanan adalah
upaya secara gerejawi untuk memulihkan relasi kemanusiaan dan relasi dengan
Tuhan.
(2) Penyelesaian masalah dilaksanakan dengan semangat pastoral.
(3) Penyelesaian masalah berkaitan dengan orang diselesaikan secara keorganisasian,
sedangkan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan program diselesaikan
dalam Persidangan.

Pasal 53
Penyelesaian Masalah Jabatan dalam GMIT
(1) Masalah jabatan dalam GMIT terdiri atas:
a. Pelaksanaan panca pelayanan.
b. Hak dan Kewajiban.
c. Mutasi.
d. Penilikan dan Disiplin.

188
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(2) Penyelesaian masalah jabatan dalam GMIT dilaksanakan oleh Badan Pelayanan di
masing-masing lingkup.

Pasal 54
Penyelesaian Masalah Jabatan dengan Pihak Lain

(1) Masalah jabatan dengan pihak lain ialah masalah yang timbul karena pelaksanaan
panca pelayanan.
(2) Penyelesaian masalah jabatan dengan pihak lain merupakan tanggungjawab Badan
Pelayanan masing-masing lingkup dalam koordinasi dengan lingkup yang lain.
(3) Penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh pihak lain merupakan tanggungjawab
Badan Pelayanan masing-masing lingkup sesuai karakteristik masalah.
(4) Dalam hal tertentu dapat dilimpahkan ke ranah hukum atas keputusan kemajelisan
lingkup yang bersangkutan.

Paragraf 1
Penyelesaian Masalah Jabatan Pelayanan dan Jabatan Keorganisasian

Pasal 55
Penyelesaian Masalah Jabatan Pelayanan dan Jabatan Keorganisasian
Lingkup Jemaat

(1) Masalah jabatan pelayanan lingkup Jemaat merupakan masalah yang berhubungan
dengan pelaksanaan panca pelayanan.
(2) Penyelesaian masalah jabatan pelayanan merupakan tanggungjawab Majelis Jemaat
dalam koordinasi dengan Majelis Klasis dan Majelis Sinode.
(3) Jika tidak bisa diselesaikan oleh Majelis Jemaat maka ditangani oleh Majelis Klasis
dalam koordinasi dengan Majelis Sinode.
(4) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Klasis maka merupakan tanggungjawab
Majelis Sinode atas permintaan Majelis Klasis.
(5) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Sinode maka dibawa ke Persidangan
Sinode.

Pasal 56
Penyelesaian Masalah Jabatan Pelayanan dan Jabatan Keorganisasian
Lingkup Klasis

(1) Masalah jabatan pelayanan lingkup Klasis merupakan masalah yang berhubungan
dengan pelaksanaan panca pelayanan yang tidak dapat diselesaikan di lingkup
Jemaat dan yang muncul dalam pelaksanaan program pelayanan di lingkup Klasis.
(2) Penyelesaian masalah jabatan pelayanan di lingkup Klasis merupakan
tanggungjawab Majelis Klasis dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat dan Majelis
Sinode.
(3) Jika tidak bisa diselesaikan oleh Majelis Klasis maka merupakan tanggungjawab
Majelis Sinode.
(4) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Sinode maka dibawa ke Persidangan
Sinode.

Pasal 57
Penyelesaian Masalah Jabatan Pelayanan dan Jabatan Keorganisasian
Lingkup Sinode

189
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(1) Masalah jabatan pelayanan lingkup Sinode merupakan masalah yang berhubungan
dengan pelaksanaan panca pelayanan yang muncul dalam pelaksanaan program
pelayanan di lingkup Sinode.
(2) Penyelesaian masalah jabatan pelayanan di lingkup Sinode merupakan
tanggungjawab Majelis Sinode dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat dan Majelis
Klasis.
(3) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Sinode maka dibawa ke persidangan
Sinode.

BAGIAN II
KEKARYAWANAN

BAB XIII
Kekaryawanan di Masing-Masing Lingkup
Bagian Pertama
Kekaryawanan Lingkup Jemaat
Pasal 58
(1) Kekaryawanan di lingkup Jemaat terdiri atas pekerjaan pelayanan yang
dilaksanakan oleh:
a. Pendeta.
b. Karyawan non-Pendeta.
(2) Pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan oleh Pendeta sebagaimana disebut dalam
ayat (1) butir a di atas terdiri atas:
a. Pelayanan Firman Allah.
b. Pelayanan sakramen.
b. Penggembalaan Jemaat.
c. Kepemimpinan Jemaat.
d. Penataan organisasi.
e. Pelayanan- pelayanan lainnya yang sesuai dengan jabatan yang dipercayakan
kepadanya.
(3) Pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan oleh karyawan non-Pendeta sebagaimana
disebut dalam ayat (1) huruf b di atas terdiri atas:
a. Pemeliharaan dan perawatan rumah ibada.
b. Ketata-usahaan.
c. Perbendaharaan.
d. Pelaksanaan program Unit Pembantu Pelayanan tertentu.
e. Pengamanan.

Bagian Kedua
Kekaryawanan Lingkup Klasis
Pasal 59
(1) Kekaryaaan di lingkup klasis terdiri atas pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan
oleh:
a. Pendeta.
b. Karyawan non-Pendeta.
(2) Pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan oleh Pendeta sebagaimana disebut dalam
ayat (1) huruf a di atas terdiri atas:
a. Penggembalaan Jemaat-Jemaat Klasis.
b. Kepemimpinan Klasis.
c. Penataan organisasi.
d. Pelayanan-pelayanan lainnya yang sesuai dengan jabatan yang dipercayakan
kepadanya.
(3) Pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan oleh karyawan non-Pendeta sebagaimana
disebut dalam ayat (1) huruf b di atas terdiri atas:
a. Pemeliharaan dan perawatan kantor Klasis.

190
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

b. Ketata-usahaan.
c. Perbendaharaan.
d. Pelaksanaan program Unit Pembantu Pelayanan tertentu.
e. Pengamanan.

Bagian Ketiga
Kekaryawanan Lingkup Sinode
Pasal 60

(1) Kekaryaaan di lingkup sinode terdiri atas pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan
oleh:
b. Pendeta.
c. Karyawan non-Pendeta.
(2) Pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan oleh Pendeta sebagaimana disebut dalam
ayat (1) huruf a di atas terdiri atas:
a. Penggembalaan Jemaat-Jemaat GMIT.
b. Kepemimpinan GMIT.
c. Penataan organisasi.
(3) Pekerjaan pelayanan yang dilaksanakan oleh non-Pendeta sebagaimana disebut
dalam ayat (1) huruf b di atas terdiri atas:
a. Pemeliharaan dan perawatan kantor Sinode.
b. Ketata-usahaan dan Perbendaharaan.
c. Pelaksanaan program Badan Pembantu Pelayanan tertentu.
d. Pelaksanaan program Unit Pembantu Pelayanan tertentu.
e. Pengamanan.

BAB XIV
Karyawan

Pasal 61
Umum

(1) Karyawan adalah anggota GMIT yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan, telah
diangkat dengan Surat Keputusan Majelis masing-masing lingkup pada berbagai
bidang pelayanan di lingkup Jemaat, Klasis, maupun Sinode dan digaji berdasarkan
Peraturan Gaji Karyawan.
(2) Jenis-jenis karyawan GMIT ialah :
a. Karyawan penuh waktu.
b. Karyawan periodik.
c. Karyawan kontrak.
(3) Yang dimaksud dengan karyawan penuh waktu dalam ayat (2) huruf a di atas
adalah mereka yang mengerjakan pekerjaan pelayanan di lingkup GMIT yang
memerlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu sebagai pekerjaan pokok dan
digaji berdasarkan peraturan gaji karyawan GMIT.
(4) Yang dimaksud dengan karyawan periodik dalam ayat (2) huruf b di atas adalah
mereka yang melaksanakan pekerjaan pelayanaan secara penuh waktu dalam
periode tertentu di lingkup Jemaat, Klasis, dan Sinode.
(5) Yang dimaksud dengan karyawan kontrak dalam ayat (2) huruf c di atas adalah
mereka yang mengerjakan pekerjaan pelayanan secara penuh waktu maupun tidak
penuh waktu dalam kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang bila dibutuhkan.

BAB XV
Pengadaan Karyawan
Bagian Pertama

191
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Pengadaan Karyawan Pendeta


Pasal 62
Perencanaan Pengadaan Pendeta

(1) Pengadaan Pendeta GMIT didasarkan pada perencanaan yang dibuat secara
periodik oleh Majelis Sinode.
(2) Perencanaan dimaksud didasarkan pada kebutuhan pelayanan.

Pasal 63
Penempatan
Penempatan karyawan Pendeta GMIT didasarkan pada kebutuhan pelayanan di Jemaat,
di BPP GMIT atau pada badan mitra yang khas dan kemampuan khusus Pendeta untuk
menjawab kebutuhan pelayanan tersebut.

Bagian Kedua
Pengadaan Karyawan Non-Pendeta
Pasal 64
Perencanaan Pengadaan Karyawan Non Pendeta
(1) Pengadaan karyawan GMIT non-Pendeta didasarkan pada perencanaan oleh
Majelis masing-masing lingkup.
(2) Perencanaan dimaksud didasarkan pada kebutuhan pelayanan.

Pasal 65
Syarat-syarat Pengangkatan

(1) Anggota GMIT.


(2) Memiliki ketrampilan yang dibutuhkan.
(3) Menaati Tata Gereja.
(4) Sehat jasmani dan rohani.
(5) Telah diangkat dengan Surat Keputusan Majelis masing-masing lingkup untuk
bekerja dalam berbagai bidang pelayanan.

Pasal 66
Tatacara Pengangkatan

(1) Membuat surat lamaran kepada Majelis masing-masing lingkup sesuai dengan
tempat di mana yang bersangkutan melamar.
(2) Mengikuti bimbingan khusus dan orientasi sebagai calon karyawan selama dua
tahun.
(3) Setelah memenuhi masa bimbingan khusus dan orientasi sebagai calon karyawan
diangkat dengan Surat Keputusan Majelis lingkup yang bersangkutan.
(4) Diperhadapkan dalam salah satu kebaktian di Jemaat GMIT.

BAB XVI
Wewenang, Hak, dan Kewajiban Karyawan
Pasal 67

(1) Setiap karyawan GMIT berwewenang untuk melaksanakan tugas sesuai


dengan bidang tugas dan tanggungjawabnya.
(2) Setiap karyawan memiliki hak atas:
a. Gaji/imbalan yang adil dan layak sesuai dengan jenjang pendidikan, beban
pekerjaan, besarnya tanggungjawab, dan kinerja pelayanan.
b. Penghargaan terhadap produktifitas dan prestasi kerja.
c. Cuti.

192
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

d. Biaya perawatan ketika sakit atau tertimpa kecelakaan; hak yang sama juga
untuk anggota keluarga inti yang menjadi tanggungan karyawan yang
bersangkutan.
e. Tunjangan karena cacat jasmani atau rohani yang dialami ketika sedang
melaksanakan tugas sehingga tidak dapat lagi bekerja secara tetap.
f. Uang duka bagi keluarganya apabila yang bersangkutan meninggal dunia ketika
sedang melaksanakan tugas.
g. Kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan dan latihan yang berkaitan
dengan jabatan atau pekerjaannya.
h. Fasilitas kerja yang menopang efektifitas dan produktifitas kerja.
i. Pensiun.
(3) Setiap karyawan berkewajiban untuk:
a. menjunjung tinggi pengakuan iman;
b. menaati Tata Gereja;
c. menjaga persekutuan dan keutuhan gereja;
d. melaksanakan semua tugas sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan
Pengangkatan dan dalam Perjanjian Kerja.
e. menyimpan rahasia jabatan dan rahasia pelayanan;
(4) Setiap karyawan mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada Tuhan melalui
Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode sesuai dengan lingkup
pelayanannya.
(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai wewenang, hak, dan kewajiban karyawan GMIT
diatur dalam Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pokok.

BAB XVII
Hubungan Kerja Antar Karyawan
Bagian Pertama
Hubungan Kerja Antarkaryawan Dalam Jemaat

Pasal 68
Hubungan kerja antarkaryawan dalam Jemaat

(1) Kedudukan setiap karyawan dalam Badan Pelayanan di lingkup Jemaat adalah
setara dan saling menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar karyawan dalam Unit Pembantu Pelayanan Jemaat bersifat
penugasan.

Pasal 69
Hubungan kerja antara Karyawan dalam Jemaat
dengan Karyawan dalam Klasis

Hubungan kerja antara karyawan di lingkup Jemaat dan karyawan di lingkup Klasis
bersifat dialektis, dialogis, koordinatif, konsultatif, dan pertanggungjawaban.

Pasal 70
Hubungan kerja antara Karyawan dalam Jemaat
dengan Karyawan dalam Sinode

Hubungan kerja antara karyawan di lingkup Jemaat dan karyawan di lingkup Sinode
bersifat dialektis, dialogis, koordinatif, konsultatif, dan pertanggungjawaban.

Bagian Kedua
Hubungan Kerja Dalam Lingkup Klasis
Pasal 71
Hubugan antar Karyawan dalam Lingkup Klasis

193
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(1) Kedudukan setiap karyawan dalam Badan Pelayanan di lingkup Klasis adalah setara
dan saling menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar karyawan dalam Unit Pembantu Pelayanan lingkup Klasis bersifat
penugasan dan konsultasi.

Pasal 72
Hubungan kerja antara Karyawan dalam Klasis
dengan Karyawan dalam Sinode

Hubungan kerja antara karyawan di lingkup Klasis dan karyawan di lingkup Sinode
bersifat dialektis, dialogis, koordinatif, konsultatif, dan pertanggungjawaban.

Bagian Ketiga
Hubungan Kerja Dalam Lingkup Sinode
Pasal 73
Hubugan kerja antar Karyawan dalam Sinode

(1) Kedudukan setiap karyawan dalam Badan Pelayanan di lingkup Sinode adalah
setara dan saling menunjang/menopang.
(2) Hubungan antar karyawan dalam Unit Pembantu Pelayanan Sinode bersifat
penugasan dan konsultasi.

BAB XVIII
Pelaksanaan Tugas Kekaryawanan
Pasal 74
(1) Setiap karyawan melaksanakan tugas berdasarkan uraian tugas yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
(2) Hasil pelaksanaan tugas para karyawan ditentukan oleh kesesuaian antara uraian
tugas dan capaian.
(3) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas para karyawan dilaksanakan
oleh Pimpinan Badan/Unit tempat ia ditugaskan dan Badan Pembantu Pelayanan
yang melaksanakan fungsi pengawasan.
(4) Setiap karyawan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemberi tugas.

BAB XIX
Pembinaan Karyawan

Pasal 75
Prestasi Kerja

Prestasi kerja karyawan GMIT diukur dari:


a. kesesuaian antara capaian dengan uraian tugas;
b. pelaksanaan pelayanan dari tahap perintisan, penguatan, pengembangan;
c. perluasan cakupan pelayanan;
d. intensitas dan keberlanjutan pelayanan.

Pasal 76
Pengembangan

(1) Pengembangan merupakan hak dan kewajiban karyawan GMIT.


(2) Pengembangan karyawan GMIT dilakukan dalam bentuk studi lanjut, bimbingan,
dan pelatihan sesuai kebutuhan pelayanan.

194
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(3) Pengembangan karyawan GMIT diselenggarakan dan/atau difasilitasi oleh Majelis


masing-masing lingkup.

Pasal 77
Mutasi Karyawan Pendeta

(1) Mutasi pendeta dilaksanakan dalam rangka penyegaran dan pengembangan diri
Pendeta dan Jemaat.
(2) Mutasi didahului oleh evaluasi pelayanan Pendeta yang bersangkutan.
(3) Mutasi dilaksanakan oleh Majelis Sinode berdasarkan rekomendasi Majelis Klasis
sambil terbuka pada pertimbangan Pendeta yang bersangkutan dan Jemaat
penerima.
(4) Periode pelayanan seorang Pendeta di suatu Jemaat adalah empat (4) tahun.
(5) Demi kepentingan pelayanan gereja, Majelis Sinode dapat:
a. mempercepat mutasi Pendeta;
b. memperpanjang masa pelayanan Pendeta bersangkutan.
(6) Batas maksimal pelayanan seorang Pendeta dalam satu Jemaat adalah dua periode
(8 tahun), dan dalam satu Klasis adalah tiga periode (12 tahun).
(7) Dalam pengaturan pemutasian perlu diperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan persiapan masa pensiun para Pendeta.
(8) Sebelum mutasi diadakan serah terima yang didahului pengawasan dan
pemeriksaan oleh Badan Pembantu Pelayanan yang melaksanakan fungsi
pengawasan di masing-masing lingkup.

Pasal 78
Mutasi Karyawan non-pendeta

(1) Mutasi karyawan dilaksanakan dengan tujuan penyegaran dan pengembangan diri
karyawan.
(2) Mutasi didahului oleh evaluasi terhadap kinerja pelayanan karyawan yang
bersangkutan.
(3) Mutasi karyawan dilaksanakan dalam lingkup masing-masing unit pelayanan.
(4) Mutasi dilaksanakan oleh badan pelayanan di masing-masing lingkup.

Pasal 79
Penilaian Kinerja

(1) Penilaian kinerja mengacu pada prestasi kerja sesuai dengan format penilaian
kinerja yang disediakan oleh Majelis Sinode.
(2) Untuk meningkatkan kinerja pelayanan, Pendeta yang bersangkutan wajib
mengisi secara jujur format penilaian kinerja.
(3) Penilaian kinerja karyawan non-Pendeta dilakukan oleh pimpinan Majelis di
lingkup masing-masing.

Pasal 80
Penghargaan

(1) Pemberian penghargaan diberikan kepada yang berhak menerimanya dan diatur
sebaik-baiknya oleh lingkup kerja masing-masing.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghargaan kepada karyawan akan diatur dalam
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pokok.

195
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Pasal 81
Disiplin

(1) Disiplin karyawan GMIT dimaksudkan untuk menata kehidupan para karyawan
agar hidup sebagai murid-murid Yesus Kristus.
(2) Ketentuan mengenai disiplin para karyawan diatur dalam Peraturan Pokok GMIT
tentang Disiplin dan Penilikan.

Pasal 82
Pemberhentian

(1) Pemberhentian karyawan GMIT terjadi karena :


a. melanggar disiplin;
b. berakhirnya masa bakti;
c. meninggal dunia.
(2) Selain pemberhentian sesuai ayat 1 huruf c di atas Pemberhentian karyawan GMIT
dibedakan atas:
a. Permohonan sendiri.
b. Pemberhentian dengan hormat.
c. Pemberhentian dengan tidak hormat.
(3) Batas usia karyawan Pendeta dan karyawan non-Pendeta adalah 60 tahun.

Pasal 83
Pemulihan

(1) Karyawan gereja yang telah diberhentikan karena melanggar disiplin gereja
sebagaimana dimaksud dalam pasal 82 ayat (1) huruf a, yang kemudian hari
meminta untuk diangkat kembali sebagai karyawan GMIT, hanya dapat diterima
setelah melalui masa pembinaan selama jangka waktu tertentu dan setelah terbukti
memperlihatkan tanda-tanda pertobatan.
(2) Penerimaan kembali karyawan gereja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di
atas dilaksanakan dalam suatu kebaktian khusus yang diselenggarakan oleh Majelis
masing-masing lingkup dan dipimpin oleh Pendeta dengan menggunakan liturgi
khusus yang ditetapkan oleh Sinode.
(3) Dalam kebaktian dimaksud karyawan gereja yang bersangkutan wajib
mengucapkan akta pertobatannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengangkatan Kembali karyawan gerejawi diatur
dalam Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pokok.

BAB XX
Sarana dan Prasarana Karyawan
Pasal 84

(1) Sarana dan prasarana karyawan Pendeta diadakan oleh masing-masing lingkup.
(2) Sarana dan prasarana karyawan non-Pendeta diadakan oleh masing-masing Unit
Pembantu Pelayanan.
(3) Pengelolaan sarana dan prasaranan karyawan diatur dalam Peraturan Pokok
Perbendaharaan.

BAB XXI
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan

Bagian Pertama
Umum
Pasal 85

196
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(1) Yang dimaksud dengan penyelesaian masalah kekaryawanan adalah upaya secara
gerejawi untuk memulihkan relasi kemanusiaan dan relasi dengan Tuhan.
(2) Penyelesaian masalah dilaksanakan dengan semangat pastoral.
(3) Penyelesaian masalah berkaitan dengan orang diselesaikan secara keorganisasian,
sedangkan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan program diselesaikan
dalam Persidangan.

Pasal 86
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan dalam GMIT

(1) Masalah kekaryawanan dalam GMIT terdiri atas:


a. Pelaksanaan panca pelayanan.
b. Hak dan kewajiban.
c. Mutasi.
d. Penilikan dan Disiplin.
(2) Penyelesaian masalah kekaryawanan dalam GMIT dilaksanakan oleh Badan
Pelayanan di masing-masing lingkup.

Pasal 87
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan dengan Pihak Lain

(1) Masalah kekaryawanan dengan pihak lain ialah masalah yang timbul karena
pelaksanaan panca pelayanan.
(2) Penyelesaian masalah kekaryawanan dengan pihak lain merupakan tanggungjawab
Badan Pelayanan masing-masing lingkup dalam koordinasi dengan lingkup yang
lain.
(3) Penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh pihak lain merupakan tanggungjawab
Badan Pelayanan masing-masing lingkup sesuai karakteristik masalah.
(4) Dalam hal tertentu dapat dilimpahkan ke ranah hukum atas keputusan Majelis
Sinode.

Paragraf 2
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan Di Tiap Lingkup
Pasal 88
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan
Lingkup Jemaat

(1) Masalah Kekaryawanan lingkup Jemaat meliputi masalah hak dan kewajiban,
mutasi, dan disiplin.
(2) Penyelesaian masalah Kekaryawanan di lingkup Jemaat merupakan tanggungjawab
Majelis Jemaat dalam koordinasi dengan Majelis Klasis dan Majelis Sinode.
(3) Jika tidak bisa diselesaikan oleh Majelis Jemaat maka ditangani oleh Majelis Klasis
dalam koordinasi dengan Majelis Sinode.
(4) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Klasis maka merupakan tanggungjawab
Majelis Sinode atas permintaan Majelis Klasis.
(5) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Sinode maka dibawa ke Persidangan
Sinode.
(6) Dalam hal tertentu dapat dilimpahkan ke ranah hukum atas keputusan Majelis
Sinode.

Pasal 89
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan
Lingkup Klasis

197
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

(1) Masalah Kekaryawanan lingkup Klasis meliputi masalah hak dan kewajiban, mutasi,
dan disiplin yang tidak dapat diselesaikan di lingkup Jemaat dan yang timbul dalam
pelayanan di lingkup Klasis.
(2) Penyelesaian masalah Kekaryawanan di lingkup Klasis merupakan tanggungjawab
Majelis Klasis dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat dan Majelis Sinode.
(3) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Klasis maka merupakan tanggungjawab
Majelis Sinode.
(4) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Sinode maka dibawa ke Persidangan
Sinode.
(5) Dalam hal tertentu dapat dilimpahkan ke ranah hukum atas keputusan Majelis
Sinode.

Pasal 90
Penyelesaian Masalah Kekaryawanan
Lingkup Sinode

(1) Masalah kekaryawanan lingkup Sinode meliputi masalah hak dan kewajiban,
mutasi, dan disiplin yang tidak dapat diselesaikan di lingkup klasis dan yang timbul
dalam pelayanan di lingkup Sinode.
(2) Penyelesaian masalah kekaryawanan di lingkup Sinode merupakan tanggungjawab
Majelis Sinode dalam koordinasi dengan Majelis Jemaat dan Majelis Klasis.
(3) Jika tidak dapat diselesaikan oleh Majelis Sinode maka dibawa ke Persidangan
Sinode.
(4) Dalam hal tertentu dapat dilimpahkan ke ranah hukum atas keputusan Majelis
Sinode.

BAB XXII
KETENTUAN PERALIHAN

Segala peraturan dan lembaga yang ada tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Peraturan ini.

BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP

Peraturan Pokok ini berlaku pada tanggal ditetapkan.


Agar semua anggota GMIT mengetahuinya, maka mewajibkan untuk ditempatkan dalam
warta gerejawi.

198
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Ditetapkan : di Jemaat GMIT Elim Naibonat


Oleh : Sinode Gereja Masehi Injili di Timor
Pada : Sidang Sinode XXXII GMIT
Tanggal : 1 Oktober 2011

Majelis Ketua Persidangan Sekretaris Persidangan,

1. Pdt. DR. Ebenhaizer I. Nuban Timo


Pdt. Bendalina Doeka-Souk, MM

2. Pdt. Aleida Y. Salean-Sola, M.Hum

3. Pnt. Drs. Sinsigus Pulingmahi

4. Dkn. Luther Sol’uf, SH

5. Pgj. Bertha A. Ludji-Lakusa, S.Pd

199
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

PENJELASAN
KETETAPAN SINODE GMIT NO:5/TAP/SIN-GMIT/XXXII/2011 TENTANG
PERATURAN POKOK GMIT MENGENAI JABATAN DAN KEKARYAWANAN

Pasal 1:
Ayat (1): Jabatan yang dimaksud di sini adalah jabatan khusus (Pendeta,
Penatua, Diaken, dan Pengajar). Jabatan khusus terpilih dalam Jemaat
sebagai persekutuan keimamatan untuk melengkapi orang-orang
kudus bagi pembangunan tubuh Kristus. Istilah jabatan dalam hal ini
tidak menunjuk pada status melainkan pada fungsi. Jabatan khusus
dibedakan dari jabatan umum yang merujuk pada imamat am orang
percaya.
Tugas melengkapi anggota Jemaat tersebut meliputi tugas
memperlengkapi secara individu maupun persekutuan.
Ayat (2): Kekaryawanan GMIT didasarkan pada pemahaman teologis mengenai
keterlibatan dalam karya Allah di panggung sejarah untuk
mendatangkan keselamatan bagi manusia dan seisi dunia (missio Dei).

Pasal 2: Cukup jelas.

Pasal 3:
Ayat (1): Dengan terwujudnya kepemimpinan Kristus dalam gereja maka
Jemaat dimampukan untuk terlibat dalam pekerjaan misi Allah bagi
kebaikan manusia dan segenap semesta. Ciri kepemimpinan Kristus
adalah kepemimpinan hamba (mengosongkan diri, kenosis). Karena
itu setiap pejabat gereja mesti meneladani kepemimpinan Kristus itu
dalam melaksanakan kepejabatan mereka (Markus 9:33-37; Filipi 2:5-
8).
Ayat (2): Hubungan antara para pejabat dan karyawan gereja adalah hubungan
saling melengkapi. Karyawan bukan bawahan para pejabat gereja dan
sebaliknya pejabat gereja bukan atasan karyawan gereja. Mereka
adalah kawan sekerja Allah.

Pasal 4:
Ayat (1): Kedua jabatan ini saling melengkapi. Jabatan pelayanan lebih berfokus
pada pelaksanaan amanat kerasulan gereja, sedangkan jabatan
keorganisasian berfokus pada penataan diri gereja. Kita membedakan
ini hanya untuk menunjukkan ada dua dimensi pelayanan tetapi pada
hakikatnya kedua saling melengkapi. Dua sisi dari satu mata uang.
Ayat (2): Pejabat pelayanan yang terdiri dari Pendeta, Penatua, Diaken, dan
Pengajar disebut presbiter.
Ayat (2) d: Untuk para Pengajar yang telah ditahbis sebagai Pengajar penuh
waktu dan karyawan GMIT lihat Tata Dasar pasal 30 ayat 2 dan
penjelasannya.
Ayat (3): Seseorang yang diberhentikan sebagai Pendeta GMIT karena
pengunduran diri atau pemecatan tetaplah berjabatan Pendeta,
namun tidak lagi sebagai Pendeta dan karyawan GMIT.
Ayat (4): Jabatan periodik artinya bukan jabatan seumur hidup melainkan
dalam kurun waktu tertentu, yaitu empat tahun.

200
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Ayat (5) Para pejabat keorganisasian pada Badan Pembantu Pelayanan (BPP)
adalah presbiter, sedangkan pejabat Unit Pembantu Pelayanan (UPP)
adalah presbiter dan atau non-presbiter.

Pasal 5:
Ayat (2): Tiga jabatan Kristus (raja, nabi, dan imam) menjadi sumber bagi
fungsi kepemimpinan, keimamatan, dan kenabian para pejabat gereja.
Pasal 6:
Ayat (5): Yang dimaksud dengan presbiter adalah pejabat pelayanan yang
terdiri atas Pendeta, Penatua, Diaken, dan Pengajar.

Pasal 7:
Ayat (1): Para pejabat pelayanan itu menerima jabatan pelayanannya di Jemaat
sebagai basis penyelenggaraan hidup dan pelayanan GMIT. Sebab
yang memilih para pejabat pelayanan adalah Jemaat, bukan Klasis dan
Sinode. Dengan demikian tidak ada Penatua, Diaken, Pengajar Klasis
atau Sinode.

Pasal 8: Cukup jelas.

Pasal 9: Cukup jelas.

Pasal 10: Cukup jelas.

Pasal 11:
Ayat (8): Setiap Pendeta wajib mengikuti pelatihan setiap tahun.
Pelaksanaannya melibatkan para Dosen Fak. Teologi dan pihak-pihak
lain yang berkompeten atau sesuai kebutuhan.
Ayat (11): Hubungan persaudaraan dan persekutuan tersebut dibangun dengan
anggota Jemaat maupun dengan sesama pejabat gereja.
Ayat (14): Peraturan ini tidak berlaku surut.
Ayat (15): Yang bersangkutan telah lulus ujian akhir vikariat. Materi ujian itu
dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan Eklesiologi GMIT, Tata
Gereja, dan kemampuan manejerial pelayanan.
Ayat (20): Dalam setiap kebaktian penahbisan Pendeta, setiap Pendeta harus
membaca piagam akta kependetaan yang memuat pengakuan dan janji
dan di hadapan Allah dan jemaatNya, dan isinya sebagai berikut:
1. Di hadapan Allah dan JemaatNya, saya mengaku dan percaya
bahwa Allah telah memanggil saya melalui gerejaNya ke dalam
pelayanan yang kudus ini sebagai Pendeta dalam pelayanan Gereja
Masehi Injili di Timor dan panggilan itu telah saya terima dengan
penuh kesadaran dan keikhlasan.
2. Di hadapan Allah dan JemaatNya saya berjanji bahwa saya akan
bertekun dalam iman kepada Yesus Kristus kepala gereja dan
FirmanNya, memelihara, mengembangkan, dan melaksanakan
pelayanan yang diamanatkan kepada saya dengan sebaik-baiknya
dan dengan penuh kesetiaan.
3. Di hadapan Allah dan JemaatNya saya berjanji bahwa saya akan
melaksanakan tugas dan tanggungjawab saya dengan menaati
pengakuan dan ajaran serta Tata GMIT.
4. Di hadapan Allah dan JemaatNya saya berjanji bahwa saya akan
senantiasa membangun diri, sehingga dapat menjadi teladan
dalam disiplin ajaran, disiplin, hidup, dan disiplin organisasi.

201
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

5. Di hadapan Allah dan JemaatNya saya berjanji bahwa saya


bersedia menerima tindakan disiplin oleh Gereja Masehi Injili di
Timor apabila saya mengingkari pengakuan dan janji saya.

Pasal 12:
Ayat (7): Hubungan persaudaraan dan persekutuan tersebut dibangun dengan
anggota Jemaat maupun dengan sesama pejabat gereja.
Ayat (12): Pendidikan dan latihan untuk para Penatua diselenggarakan oleh
Majelis pada masing-masing lingkup dalam koordinasi dengan Majelis
lingkup yang lain sambil melibatkan nara sumber lain seperti para
Pengajar fakultas Teologi dan IPTh UKAW serta pihak lain yang
berkompeten.

Pasal 13:
Ayat (7): Hubungan persaudaraan dan persekutuan tersebut dibangun dengan
anggota Jemaat maupun dengan sesama pejabat gereja.
Ayat (12): Pendidikan dan latihan untuk para Diaken diselenggarakan oleh
Majelis pada masing-masing lingkup dalam koordinasi dengan Majelis
lingkup yang lain sambil melibatkan nara sumber lain seperti para
Pengajar fakultas Teologi dan IPTh UKAW serta pihak lain yang
berkompeten.

Pasal 14:
Ayat (9): Hubungan persaudaraan dan persekutuan tersebut dibangun dengan
anggota Jemaat maupun dengan sesama pejabat gereja.
Ayat (13): Pendidikan dan latihan untuk para Pengajar diselenggarakan oleh
Majelis pada masing-masing lingkup dalam koordinasi dengan Majelis
pada lingkup yang lain sambil melibatkan narasumber lain seperti
para Pengajar fakultas Teologi dan IPTh UKAW serta pihak lain yang
berkompeten.

Pasal 15:
Ayat (6): Hubungan persaudaraan dan persekutuan tersebut dibangun dengan
anggota Jemaat maupun dengan sesama pejabat gereja.
Ayat (10): Bagi presbiter yang dipilih menjadi Majelis Jemaat Harian berhak dan
wajib mengikuti pembekalan sesuai bidang tugas masing-masing.

Pasal 16:
Penjelasan ayat:
 Menjalani masa orientasi
 Mengikuti pembekalan akhir
 Mengikuti pendalaman dan penguatan komitmen untuk menjadi seorang Pendeta
 Calon Pendeta mengikuti percakapan pastoral yang diadakan oleh Majelis Sinode
 Ditabiskan menjadi pendeta dalam satu kebaktian yang diselenggarakan oleh
Majelis Sinode.
 Mengucapkan dan menandatangani akta kependetaan
 Pengangkatan sebagai Pendeta dan karyawan GMIT dengan Surat Keputusan
Majelis Sinode
Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan diatur berdasarkan ketentuan yan
berlaku dalam Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pokok.

Pasal 17:
Ayat (4): Yang dimaksud dengan berhalangan adalah berhalangan tetap dan
tidak tetap. Berhalangan tetap adalah jika yang bersangkutan sakit

202
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

permanen atau meninggal dunia; berhalangan tidak tetap artinya


melepaskan tugas lebih dari satu tahun.

Pasal 18:
Ayat (4): Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan Majelis Jemaat yang diangkat
adalah Majelis Jemaat yang baru, sedangkan Surat Keputusan dibuat
oleh Majelis Jemaat yang lama. Periode Majelis Jemaat lama berakhir
pada saat serah terima di antara keduanya.

Pasal 19:
Ayat (1): Ketua Majelis Jemaat sekaligus merupakan Ketua Majelis Jemaat
Harian. Dalam Jemaat di mana terdapat lebih dari seorang Pendeta,
maka Pendeta yang bukan Ketua Majelis Jemaat menjadi Wakil Ketua
merangkap anggota Majelis Jemaat Harian.

Pasal 20: Cukup jelas.

Pasal 21:
Ayat (2): Untuk pemilihan UPPMJ, Majelis Jemaat dapat menciptakan forum
untuk menerima masukan masing-masing UPP tentang badan
pengurus dan program kerja.
Pasal 22: Cukup jelas.

Pasal 23: Cukup jelas.

Pasal 24: Cukup jelas.

Pasal 25:
Ayat (2): Untuk pemilihan UPP Majelis Mata Jemaat, Majelis Mata Jemaat dapat
menciptakan forum untuk menerima masukan masing-masing UPP
tentang badan pengurus dan program kerja.

Pasal 26:
Ayat (1): Ketua Majelis Klasis dipilih dalam Persidangan Klasis dan
diperhadapkan sebagai Ketua Majelis Klasis dalam Persidangan Klasis
tersebut. Selanjutnya Ketua Majelis Klasis sebagai anggota Majelis
Sinode ex-officio diperhadapkan dalam satu kebaktian khusus
bertepatan dengan Persidangan Majelis Sinode.

Pasal 27: Cukup jelas.

Pasal 28: Cukup jelas.

Pasal 29:
Ayat (2): Untuk pemilihan UPPMK, Majelis Klasis dapat menciptakan forum
untuk menerima masukan masing-masing UPP tentang badan
pengurus dan program kerja.

Pasal 30:
Ayat (1): Yang dipilih dalam Persidangan Sinode adalah Majelis Sinode Harian
dan anggota Majelis Sinode yang bukan Ketua Majelis Klasis (para
pakar). Dalam kebaktian khusus berkaitan dengan Persidangan Sinode
seluruh anggota Majelis Sinode termasuk para Ketua Majelis Klasis

203
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

sebagai anggota Majelis Sinode (ex officio) diperhadapkan. Hal ini


dilaksanakan kalau Ketua Majelis Klasis untuk periode yang baru telah
terpilih sebelum Persidangan Sinode.

Pasal 31: Cukup jelas.


Pasal 32:
Ayat (2): Untuk pemilihan UPPMS, Majelis Sinode dapat menciptakan forum
untuk menerima masukan masing-masing UPP tentang badan
pengurus dan program kerja.

Pasal 33:
Ayat (1) d: Jemaat merupakan persekutuan teologis yang perlu terus-menerus
berteologi untuk membangun dirinya dalam rangka memelihara
identitas dirinya sebagai Jemaat Allah yang mewujudkan misi Allah
bagi dunia. Pendeta adalah anggota gereja yang dipersiapkan khusus
untuk menjadi Pendeta yang memimpin dan mendampingi Jemaat
dalam proses berteologi. Itulah sebabnya sebaiknya Pendeta menjadi
Ketua Majelis Jemaat. Dari segi praktis Pendeta bekerja penuh waktu
dengan menerima pemeliharaan hidup atau gaji dari Jemaat. Dalam
menjalankan tugas kepemimpinan pertama-tama Pendeta memimpin
dan mendampingi Majelis Jemaat agar Majelis Jemaat mampu
mewujudkan kepemimpinan Kristus bagi Jemaat. Pendeta juga
mendampingi para Penatua, Diaken dan Pengajar dalam proses
berteologi untuk mewujudkan pelayanan bagi Jemaat. Hal ini penting
karena para Penatua, Diaken, dan Pengajar yang sekaligus anggota
Majelis Jemaat tidak memperoleh pelengkapan khusus sebelum
terpilih untuk berteologi bersama. Masing-masing mereka mempunyai
pengalaman dan cara pandang yang berbeda-beda mengenai Jemaat
dan pelayanan Jemaat. Kekayaan pengetahuan dan pengalaman
mereka dari bidang lain bisa menyebabkan mereka memimpin Jemaat
dengan cara yang tidak eklesiologis menuju tujuan yang membias dari
misi Jemaat. Secara teknis organisatoris, mereka tidak bekerja penuh
waktu dan tidak untuk jangka panjang.

Pasal 34: Cukup jelas.

Pasal 35: Cukup jelas.

Pasal 36: Cukup jelas.

Pasal 37: Cukup jelas.

Pasal 38: Cukup jelas.

Pasal 39: Cukup jelas.

Pasal 40: Cukup jelas.

Pasal 41: Cukup jelas.

Pasal 42: Cukup jelas.

Pasal 43:

204
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Ayat (5): Untuk pertanggungjawaban periodik dapat disampaikan secara


triwulan atau semesteran berdasarkan pengaturan lebih lanjut dalam
peraturan pelaksana peraturan ini.

Pasal 44: Cukup jelas.

Pasal 45: Cukup jelas.


Pasal 46:
Ayat (3): Pemberian penghargaan kepada para Pendeta emeritus diberikan dari
perbendaharaan GMIT yang ada di Jemaat, Klasis, dan Sinode
tergantung tempat di mana Pendeta tersebut melayani. Untuk para
Pendeta yang bekerja pada yayasan milik gereja, penghargaan pada
masa emiritasi dilakukan oleh Badan Pengurus Yayasan di mana yang
bersangkutan mengabdi.

Pasal 47: Cukup jelas.

Pasal 48:
Ayat (1) b: Khusus untuk Penatua, Diaken, dan Pengajar.
Ayat (2) : Pemberhentian karena permohonan sendiri artinya yang
bersangkutan mengundurkan diri sebagai karyawan GMIT;
pemberhentian dengan hormat artinya yang bersangkutan telah
selesai masa tugasnya/pensiun; pemberhentian dengan tidak hormat
artinya yang bersangkutan diberhentikan karena terbukti di
pengadilan melakukan pelanggaran hukum pidana akibat
perbuatannya sendiri.

Pasal 49:
Pemberhentian dan pengangkatan kembali pejabat gerejawi dilaksanakan oleh
Majelis masing-masing lingkup dalam koordinasi dengan Majelis di lingkup
lainnya.

Pasal 50:
Ayat (1): Yang dimaksud dengan BPP GMIT misalnya yayasan-yayasan, PT dan
badan-badan milik GMIT lainnya, sedangkan contoh lembaga mitra
adalah Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Sakit, Sekolah-Sekolah
Teologi di Indonesia yang diakui dan didukung oleh GMIT. Setiap
Pendeta yang diutus ke suatu lembaga tertentu karena status
kependetaannya. Secara operasional dia menjadi karyawan lembaga
di mana dia diutus tetapi dari segi jabatan dia tetap menjadi Pendeta
GMIT.

Pasal 51: Cukup jelas.

Pasal 52: Cukup jelas.

Pasal 53: Cukup jelas.

Pasal 54: Cukup jelas.

Pasal 55:
Ayat (2): Dalam penyelesaian masalah sebaiknya masalah ditulis sehingga
menjadi pembelajaran.
Ayat (4): Ketika masalah diserahkan kepada Majelis Sinode, peran Majelis
Klasis dan Majelis Jemaat tetap penting dalam penyelesaian soal.

205
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Pasal 56:
Ayat (2): Dalam penyelesaian masalah sebaiknya masalah ditulis sehingga
menjadi pembelajaran.

Pasal 57:
Ayat (2): Dalam penyelesaian masalah sebaiknya masalah ditulis sehingga
menjadi pembelajaran

Pasal 58:
Ayat (3) e: Pengadaan petugas keamanan (Satpam) disesuaikan dengan
kebutuhan Jemaat.

Pasal 59:
Ayat (1) b: Pengadaan karyawan non-Pendeta di lingkup Klasis disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan Klasis yang bersangkutan.

Pasal 60:
Ayat (1) b: Pengadaan karyawan non-Pendeta di lingkup Sinode disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan Sinode.
Ayat (3) c: Misalnya Badan Pertimbangan dan Pengawasan Pelayanan Sinode
(BPPPS) dan Badan Diakonia Karyawan Gereja (BDKG).

Pasal 61:
Ayat (1): Keputusan untuk calon karyawan dikeluarkan oleh Majelis masing-
masing lingkup di mana yang bersangkutan diangkat.
Ayat (5): Contoh dari karyawan periodik adalah karyawan non-Pendeta
maupun tenaga kontrak di lingkup Jemaat, Klasis, dan Sinode.

Pasal 62: Cukup jelas.

Pasal 63:
Hal ini didasarkan pada data base Jemaat-Jemaat GMIT dan data base Pendeta
yang dikelola oleh Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode.

Pasal 64: Cukup jelas.

Pasal 65: Cukup jelas.

Pasal 66: Cukup jelas.

Pasal 67:
Ayat (2) h: Pemberian fasilitas berupa tempat tinggal, angkutan, peralatan kerja
dll disesuaikan dengan beban kerja dan kemampuan pembiayaan
gereja.
Ayat (3) d: Hal ini tidak boleh dipakai untuk menutupi dan melanggengkan tindak
ketidak-adilan dan kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan dalam gereja.

Pasal 68: Cukup jelas.

Pasal 69: Cukup jelas..

206
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Pasal 70: Cukup jelas.

Pasal 71: Cukup jelas.

Pasal 72: Cukup jelas.

Pasal 73: Cukup jelas.


Pasal 74: Cukup jelas.

Pasal 75: Cukup jelas.

Pasal 76: Cukup jelas.

Pasal 77:
Ayat (2): Evaluasi dimaksud melibatkan Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan
Majelis Sinode.

Pasal 78: Cukup jelas.

Pasal 79: Cukup jelas.

Pasal 80: Cukup jelas.

Pasal 81: Cukup jelas.

Pasal 82:
Ayat (2): Pemberhentian karena permohonan sendiri artinya yang
bersangkutan mengundurkan diri sebagai karyawan GMIT;
pemberhentian dengan hormat artinya yang bersangkutan telah
selesai masa tugasnya/pensiun; pemberhentian dengan tidak hormat
artinya yang bersangkutan terbukti di pengadilan melakukan
pelanggaran hukum pidana karena perbuatannya sendiri.

Pasal 83: Cukup jelas.

Pasal 84: Cukup jelas.

Pasal 85: Cukup jelas.

Pasal 86: Cukup jelas.

Pasal 87: Cukup jelas.

Pasal 88:
Ayat (4): Ketika masalah diserahkan kepada Majelis Sinode, peran Majelis
Klasis dan Majelis Jemaat tetap penting dalam penyelesaian soal.

Pasal 89:
Ayat (3): Ketika masalah diserahkan kepada Majelis Sinode, peran Majelis
Klasis dan Majelis Jemaat tetap penting dalam penyelesaian soal.

Pasal 90:
Ayat (2): Ketika masalah diserahkan kepada Majelis Sinode, peran Majelis
Klasis dan Majelis Jemaat tetap penting dalam penyelesaian soal.

207
Sidang Sinode ke XXXII di Jemaat GMIT Elim Naibonat – Klasis Kupang Timur : 20 September – 2 2011
Oktober Tema : Berbahagialah Orang Yang Membawa Damai (Matius 5:9a)2011

Ketentuan Peralihan: Cukup jelas.

Ketentuan Penutup: Cukup jelas.

Ditetapkan : di Jemaat GMIT Elim Naibonat


Oleh : Sinode Gereja Masehi Injili di Timor
Pada : Sidang Sinode XXXII GMIT
Tanggal : 1 Oktober 2011

Majelis Ketua Persidangan Sekretaris Persidangan,

1. Pdt. DR. Ebenhaizer I. Nuban Timo


Pdt. Bendalina Doeka-Souk, MM

2. Pdt. Aleida Y. Salean-Sola, M.Hum

3. Pnt. Drs. Sinsigus Pulingmahi

4. Dkn. Luther Sol’uf, SH

5. Pgj. Bertha A. Ludji-Lakusa, S.Pd

208

Anda mungkin juga menyukai