Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

TENTANG

PEMUDA DAN SOSIALISASI

NAMA :

NURUL AMALIA
NIM : D1D016222

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemuda Dan Sosialisasi”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan terutama
dikalangan pemuda.
Amin yarobbal alamin.

Jambi, Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang...................................................................................... 1
B.   Rumusan masalah................................................................................ 1
C.   Tujuan.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pemuda Dan Permasalahannya............................................................ 2
B. Sosialisasi Pemuda............................................................................... 3
BAB III PENUTUP
A.   Simpulan.............................................................................................. 6
B.   Saran..................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Dapat disadari bahwa “Pemuda “ atau “Generasi Muda” merupakan konsep-
konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Hal ini sering lebih meupakan
pengertian ideologis dan kultural daripada pengertian ilmiah. Misalnya “Pemuda
Harapan Bangsa”, “pemuda pemilik masa depan”, dan sebagaimana yang
kesemuanya merupakan beban moral bagi pemuda tetapi dilain pihak pemuda
menghadapi persoalan-persoalan seperti ungkapan Frustasi, masa depan suram,
kecemasan, kenakalan pemuda, dan masalah lainnya. Kesemuaanya akibat adnya
kesenjangan antara keinginan dan harapan denga kenyataan yang mereka hadapi.
Dalam hubungan ini berkemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk protes,
baik yang terbuka maupun yang terselubung. Dalam pengertian sekarang gejolak
pemuda itu disebut Gerakan Mencari Identitas Pemuda.

B.      Rumusan Masalah


a.       Apa pengertian pemuda ?
b.      Peranan apa saja yang dilaksanakan oleh pemuda ?
c.       Seperti apakah pemuda dan permasalahannya ?
d.      Bagaimankah hubungan pemuda dengan masyarakat sosialisasi ?

C.      Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas dari mata kuliah “Ilmu
Sosial Dasar “ .Dan sekaligus untuk mengetahui pengertian dari pemuda, bagaimana
pengertian dari Sosialisasi Pemuda. Dan Bagaimana gambaran pemuda dan
identitasnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemuda Dan Permasalahannya


Pemuda sering kita sebut “Generasi muda”, merupakan Istilah sosiologis dalam
konteks tertentu. Beberapa litertur mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pemuda ialah :
a.       Mereka yang berumur antara 10-24 Tahun;
b.      Mereka yang berumur antara 15-30 Tahun;
c.       Mereka yang berumur antara 15-35 Tahun;
d.      Mereka yang secara psikologis mempunyai jiwa muda dan mempunyai identitas
kepemudaan.
Peranan pemuda dalam masyarakat dan bangsa telah digariskan dalam GBHN,
yaitu:
1.        Pengembang generasi muda dipersiapkan untuk kader penerus perjuangan
bangsa dan pembangunan nasional, dengan memberi bekal keterampilan,
kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, edialisme,
kepribadian dan budi yang luhur.
2.        Pengembangan Wadah pembinaan generasi muda, seperti sekolah, organisasi
fungsional pemuda seperti KNPI, Pramuka,Organisasi Olahraga, dan Lain-lain.
3.        Perlu diwujudkan suatu kebijaksanaan nasional tentang kepemudaan secara
menyeluruh dan terpadu.
Akan tetapi, apabila melihat peranan pemuda sehubungan dengan pembangunan,
peranan itu dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.       Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-
tuntutan lingkungannya. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus
tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku. Kebudayaan diwujudkan dalam
tingkah lakunya masing-masing. Usaha penyesuaian diri ini mungkin dilakukan
terhadap orang-orang atau golongan-golongan yang sebenarnya justru berusaha
mengubah tradisi. Hal ini tentu akan melahirkan perubahan dalam tradisi, dan
dap[at terjadi perubahan dalam masyarakat. Perubahan ini mengandung makna
sumbangan atau sebaliknya terhadap pembangunan.

2
b.      Didasarkan atau usaha menolak penyesuaian diri dengan lingkungan. Peranan
pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, Yaitu :
a.       Pemuda Pembangkit, Mereka adalah Pengurai Atau pembuka Kejelasan Dari
suatu masalah sosial.
b.      Pemuda Nakal, Mereka sekumpulan pemuda berniat mengadakan perubahan,
baik pada budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh
manfaat dari masyarakat dengan melakukan tindakan menguntungkan bagi
dirinya,sekalipun dalam kenyataannya merugikan pada lingkungannya.
c.       Pemuda Radikal, Mereka sekumpulan pemuda yang berkeinginan besar
mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara radikal, revolusioner.
Keradikalannya dalam tekad untuk mengubah sekarang, dan tidak peduli
bagaimana selanjutnya, atau tidak dipikirkan lebih jauh.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral,
mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral
kehidupan bangsa dan pengoreksi. Bertindak diatas kebenaran dengan landasan
hukum sebagai mahluk sosial Artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri hidup
bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan
pandangan hidup yang dianut masyarakat. Sebagai mahluk Individual artinya
tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai rasa tanggung
jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap tuhan Yang Maha
Esa.
B.     Sosialisasi Pemuda
Setiap individu pemuda dalam masyarakat yang berbeda mengalami proses
sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh
susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan, oleh karena itu
proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kedirian seseorang. Sebaagai suatu produk
sosialisasi merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya
pribadi orang lain diluar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya
sebutan “Aku” atau “Saya” sebagai kedirian subjektif yang sulit di pelajari.
Asal mula timbulnya kedirian :
a.       Dalam Proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan
cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ; dia tidak
disukai, tidak berharga, tidak dapat dipercaya atau sebaliknya, dan lain sebagainya.

3
b.      Dalam Proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus dia lakukan agar memperoleh
penghargaan oleh orang lain.
Melalui Proses sosialisasi seseorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat
diramalkan. Dengan Proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana dia mesti
bertingkah laku di tengah –tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dalam sosialisasi, perkembangan Individu-individu akan selalu tampak karena
mereka dapat menerapkan pengalaman baru dari perkembangan yang ada
disekelilingnya, berjalan terus dengan segala daya imitasinya.
Pembinaan yang ada dan sedang berjalan di lakukan melalui tiga jalur, yaitu :
a.       Jalur pendidikan
Jalur pendidikan meliputi :
  Pemuda Pendidikan
  Pemuda Non-Pendidikan
b.      Jalur organisasi fungsional.
Jalur yang meliputi organisasi pendidikan seperti Pramuka,KNPI dll.
c.       Jalur media massa.
Dengan menyajikan sebuah karangan artikel,yang mengandung Buday,bangsa,dan
agama.
Tidak disangkal lagi bahwa lembaga-lembaga masyarakat dituntut peranannya,
yang menampung aspirasi pemuda, dan senantiasa siap menghadapi dinamika
pemuda. Dari seluruh uraian diatas dapatlah diketahui, bahwa pemuda dan sosialisasi
merupakan suatu permasalahan peranan yang digariskan GBHN.
Sosialisasi pemuda mempunyai bebrapa hal yang perlu kita ketahui, Yaitu :
a.       Proses Sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat
manusia menjadi selaras dalam hidup di tenga-tengah orang lain. Proses
sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mestinya dia
bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari proses
tersebut, seseorang akan terwarnai cara berfikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.

4
Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa terkecuali dan kemampuan
untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku di
masyuarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan
melalui proses sosialisasi.
b.      Media Sosialisasi
Meliputi :
  Orang tuya dan keluarga
  Sekolah
  Masyarakat
  Teman bermain
  Media massa
c.       Tujuan pokok sosialisasi
 Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang bagi dibutuhkan
kehidupan kelak di masyarakat.
 Individu harus mampu berkomunikasi dengan efektif dan mengembangkan
kemampuannya.
 Pengendalian fungsi-fungsi organik yang di pelajari melalui pelatihan-pelatihan
introveksi diri yang tepat
 Bertingkahlaku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok
ada pada lembaga atau kelompok khususnya pad masyarakat umum
Sosialisi merupakan suatu proses yang membantu individu melalui media
pembelajaran dan penyesuaian diri,bagaiman bertindak dan berfikir agar dia dapat
berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupu sebagai anggota masyarakat.

5
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemuda merupakan tonggak terpenting dalam mahluk sosial, sehingga dapat kita
ketahui bahwa pemuda bisa dikatakan ; “Pemuda Harapan Bangsa”, “pemuda
pemilik masa depan” dan “Pemuda merupakan Harapan Hari Esok”.
Pemuda mempunyai peranan dalam masyarakat sosial yaitu :
a.       Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-
tuntutan lingkungannya.
b.      Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-
tuntutan lingkungannya, dalam peranan ini pemuda dapat dikategorikan menjadi
tiga bagian , Yaitu
  Pemuda Pembangkit
  Pemuda Nakal
  Pemuda Radikal
Dalam Jalur Pendidikan pemuda dibedakan menjadi dua :
a.       Pemuda Pendidikan
b.      Pemuda Non Pendidikan

B.     SARAN
Jadilah sosok insan pemuda yang agamis dan jadilah pemuda yang berguna
untuk diri sendiri, orang tua orang lain, dan NKRI. Dimulai dari hal klecil kita
jadikan bangsa indonesia menjadi negara maju.

6
DAFTAR PUSTAKA

M.Munandar soelaeman, “ Ilmu Sosial Dasar” PT. Refika Aditama ,Bandung 1986,
hal.163-171.
Arief Budiman, “Pemuda Dan Sosialisasi”, Lokakarya Penyusunan Kumpulan Minimal
Peragaan Mata Kuliah Ilmu Sosial DasarUniversitas Brawijaya, Malang, Tanggal
21-27 Januari, 1985.

7
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

TENTANG

KESENJANGAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

NAMA :

NOVITASARI
NIM : D1D016227

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kesenjangan Sosial Dalam
Masyarakat”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan terutama
dikalangan pemuda.
Amin yarobbal alamin.

Jambi, Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang...................................................................................... 1
B.   Rumusan masalah................................................................................ 1
C.   Tujuan.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesenjangan sosial............................................................................. 2
B. Faktor kesenjangan Sosial.................................................................. 3
C. Akibat Kesenjangan Sosial ................................................................ 4
BAB III PENUTUP
A.   Simpulan.............................................................................................. 5
B.   Saran..................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
          Indonesia memiliki jumlah penduduk yang tidak sedikit jumlahnya. Hal ini
dikarenakan Indonesia terdiri atas pulau-pulau dan beragam suku dan budayanya.
Jumlah penduduk yang banyak ini tentunya menimbulkan banyak masalah, antara
lain kemiskinan, masalah pendidikan, dan lain-lain.
            Hal-hal simpel yang seperti itulah, yang memicu timbulnya kesenjangan
sosial di dalam kehidupan masyarakat. Biasanya orang-orang yang berada di
kalangan atas lah yang membuat jarak dengan sesama. Kesenjangan sosial di
Indonesia sangatlah terlihat, apalagi antara rakyat dengan pejabatnya. Kesenjangan
sosial memuncak saat pemerintahan Presiden Soeharto karena TNI yang menguasai
pemerintahan. Keadaan rakyat kecil semakin tertindas dan tidak ada keadilan dalam
hal ini. Padahal dalam pembukaan dan isi Undang-undang Dasar 1945 telah
dikatakan bahwa kita harus berlaku adil terhadap seluruh rakyat Indonesia.
Kesenjangan ini dipicu oleh adanya kemiskinan yang merajalela dan kurangnya
lapangan kerja. Maka dari itu, pemerintah tidak boleh menyepelekan masalah yang
kompleks seperti ini. Kinerja pemerintah yang cepat dan tepat sangat diperlukan.
Dan dengan bantuan rakyat bersama-sama memberantas kemiskinan untuk mencapai
kesejahteraan sosial.

B.  Identifikasi Masalah  
          Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang memicu perilaku manusia seperti itu sehingga timbul kesenjangan
sosial?
2. Bagaimana mengatasi kesenjangan sosial di dalam masyarakat?

C. Perumusan Masalah
          Masalah yang akan dibahas pada karya tulis ini adalah:
            "Faktor apa saja yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan bagaimana
menanggulanginya?"

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Kesenjangan sosial
                Kesenjangan sosial adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat
Indonesia dan masyarakat di dunia yang disebabkan oleh perbedaan dalam hal
kualitas hidup yang sangat mencolok. Fenomena ini dapat terjadi pada negara
manapun. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek
misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin
sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut
terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya
makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama
ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan
yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan
bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor,jangankan menolong,sekedar melihatpun
mereka enggan.
            Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian yang tidak
layak mereka pakai,namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli pakaian
bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000
juta,dengan harga sebnyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang
miskin yang kelaparan.
                Pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah yang seperti
ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat kepada pemerintah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa,harusnya orang-orang
yang berada di pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa
yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka,tapi dari kasus-kasus yang
sekarang ini tentang para anggota pemerintahan yang melakukan korupsi dapat
menunjukan bahwa tidak sedkit dari mereka masih memikirkan kepentingannya
masing-masing,uang dan biaya yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat
dimakan oleh mereka sendiri.Kalaupun pada akhirnya mereka mendapatkan
hukuman itu bukanlah “hukuman” yang sebenarnya,banyak dari mereka masih tetap
hidup mewah walaupun mereka dalam kurungan penjara yang seharusnya memebuat
mereka jera.

2
            Kemiskian memang bukan hanya menjadi masalah di Negara Indonesia,
bahkan Negara majupun masih sibuk mengentaskan masalah yang satu ini.
Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan tetapi diselesaikan. Akan tetapi
kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la verite”. “ Dengan benturan sebuah opini
maka akan munculah suatu kebenaran “. Dengan kebenaran maka keadilan
ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan kesejateraan bukan lagi menjadi sebuah
impian akan tetapi akan menjadi sebuah kenyataan.

B. Faktor kesenjangan Sosial


Kesenjangan sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 1. Kemiskinan
               Kemiskinan adalah penyebab utama terjadinya kesenjangan sosial di
masyarakat. Banyak orang menganggap bahwa kemiskinan adalah suatu suratan
takdir atau mereka mereka miskin karena malas, tidak kreatif, dan tidak punya etos
kerja. Inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut perangkap kemiskinan.
Perangkap itu terdiri dari :
a) Kemiskinan itu sendiri
b) Kelemahan fisik
c) Keterasingan atau kadar isolasi
d) Kerentaan
e) Ketidakberdayaan

2.  Kurangnya lapangan kerja


                Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor terjadinya
kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan
pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan menyebabkan perekonomian
masyarakat bawah semakin rapuh. Salah satu karakteristik tenaga kerja di Indonesia
adalah laju pertumbuhan tenaga kerja lebih tinggi ketimbang laju pertumbuhan
lapangan kerja. Berbeda dengan negara-negara di Eropa dan Amerika, dimana
lapangan pekerjaan masih berlebih. Faktor-faktor penyebab pengangguran di
Indonesia:

3
a. Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan kerja
b. Kelebihan penduduk/pencari kerja
c. Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari kerja dengan pengusaha
d. Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha

C. Akibat Kesenjangan Sosial


                Kesenjangan sosial semakin hari semakin memprihatinkan, khususnya di
lingkungan perkotaan. Memang benar jika dikatakan bahwa yang kaya semakin kaya
dan yang miskin semakin miskin. Hal ini jelas-jelas mencederai rasa keadilan serta
bertolak belakang dengan kebersamaan dan kesetaraan sosial. Akibat dari semakin
meningkatnya kesenjangan sosial adalah:
a. Melemahnya wirausaha
                        Kesenjangan sosial menjadi penghancur minat ingin memulai usaha,
penghancur keinginan untuk terus mempertahankan usaha, bahkan penghancur
semangat untuk mengembangkan usaha untuk lebih maju. Hali ini dikarenakan
seorang wirausaha selalu di anggap remeh.

b. Terjadi kriminalitas
                             Banyak rakyat miskin yang terpaksa menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan uang, seperti mencopet, mencuri, judi, dll.
            Upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk pemecahan masalah
kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia:
a. Menomorsatukan pendidikan
b. Menciptakan lapangan kerja dan meminimalis Kemiskinan
c. Meminimalis KKN dan memberantas korupsi.
d. Meningkatkan system keadilan di Indonesia serta melakukan pengawasan yang
ketat terhadap mafia hukum. 

4
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
            Kesenjangan sosial terjadi akibat banyaknya rakyat miskin dan pengangguran
di Indonesia. Banyaknya kemiskinan inilah yang menjadi tombak bagaimana
kesenjangan sosial bisa terjadi. Pemberantasan kemiskinan, memaksimalkan
pendidikan, dan membuka lapangan kerja adalah beberapa solusi memberantas
kesenjangan sosial di Indonesia. Selain itu, kita juga harus meminimalisasikan KKN
dan memberantas korupsi dalam upaya meningkatan kesejahteraan rakyat.

B. Saran

            Dengan banyaknya permasalah yang terjadi akibat kesenjangan sosial seperti


kriminalitas, maka pemerintah benar-benar diharapkan ikut andil dalam masalah ini.
Pemerintah harus menegakkan hukum yang berlaku dan memberantas Kesenjangan
Sosial agar tercipta Negara yang satu yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5
DAFTAR PUSTAKA

http://cigadoggoblog.blogspot.com/2012/06/bab-i-pendahuluan.html
http://www.isomwebs.net/2013-04/contoh-makalah-tentang-kesenjangan-sosial/
http://catatankuliahfethamrin.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-kemiskinan-
dan.html

6
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

TENTANG

DAMPAK NARKOBA TERHADAP REMAJA

NAMA :

EKA NURTANTY
NIM : D1D016

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dampak Narkoba Terhadap Remaja”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan terutama
dikalangan pemuda.
Amin yarobbal alamin.

Jambi, Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang...................................................................................... 1
B.   Rumusan masalah................................................................................ 1
C.   Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba.............................................................................. 3
B. Macam – Macam Narkoba ................................................................... 4
C. Faktor yang Mendorong........................................................................ 5
D. Bahaya Narkoba................................................................................... 6
E. Penyelesaian atau Solusi....................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.   Simpulan.............................................................................................. 9
B.   Saran..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
   Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum
seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan
petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga
zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah
napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.
Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada
tiga jenis zat yang sama. 
       Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian
Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan”. 
      Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digukan dalam dunia kedokteran, namun
dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan muda tidak sedikit
yang menggunakan narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba
dengan alasan untuk kesenangan batin, namun sayangnya tidak banyak yang
mengetahuai bahaya narkoba. Oleh karena itu selain untuk menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Bhs. Indonesia, penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk
memberikan informasi betapa bahayanya Narkoba. 

B. Tujuan
       Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda
dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda
tersebut dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari.
Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin
hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda
tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang

1
tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba
ini adalah kaum muda atau remaja. Makalah ini bertujuan:
1. Sebagai pengetahuan bagi para remaja tentang bahasa narkoba bagi dirinya
2. Sebagai sebuah referinsi sehingga para remaja itu bisa mengerti tentang jenis-jenis
narkoba
3. tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia

C. Rumusan Masalah
       penulis membuat makalah ini dengan rancangan pertanyaan-pertayaan yang
timbul dari benak penulis, diantaranya:
1. Apa pengertian Narkoba?
2. Ada berapa macam Narkoba?
3. Apa bahaya Narkoba?
4. Bagaimana mengatasinya?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Narkoba
      Narkoba merupakan singkatan dari (Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
lainnya). Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum
seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan
petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga
zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah
napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.
Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada
tiga jenis zat yang sama. 
Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian dari:
         Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”. 
      Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”. 
      Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain bukan narkotika dan
psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan
ketergantungan” 
     Meskipun demikian, penting kiranya diketahui bahwa tidak semua jenis narkotika
dan psikotropika dilarang penggunaannya. Karena cukup banyak pula narkotika dan
psikotropika yang memiliki manfaat besar di bidang kedokteran dan untuk
kepentingan pengembangan pengetahuan. '
        Menurut UU No.22 Tahun 1997 dan UU No.5 Tahun 1997, narkotika dan
psikotropika yang termasuk dalam Golongan I merupakan jenis zat yang
dikategorikan illegal. Akibat dari status illegalnya tersebut siapapun yang memiliki,
memproduksi, menggunakan, mendistribusikan atau mengedarkan narkotika dan
psikotropika Golongan I dapat dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku. 

3
B. Macam – Macam Narkoba 

1. Morfin
        Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan
alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung
halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara
dihisap dan disuntikkan. 
2. Codeina
         Codein termasuk garam turunan dari opium dan candu. Efek codein lebih
lemah daripada heroin dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan. 
3. Heroin (putaw)
       Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada
akhir – akhir ini. Heroin yang secara farmakologis mirip dengan morfin
menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu.
Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi
diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena
efek analgesik dan euforik-nya yang baik. 
4. Methadon
       Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan
opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan
ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,
termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan
propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam
pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone
(Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane dan apomorphine. Sejumlah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan
senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine
(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah

4
suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis
opioid : putauw, etep, PT.
5. Demerol
      Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau
dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
6. Candu
       Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores)
buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai “Lates”.
Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat
kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal
lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar
mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu
masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan
kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak, burung elang,
bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

C. Faktor yang Mendorong

1. Motivasi dalam penyalahgunaan zat dan narkotika ternyata menyangkut


motivasi yang berhubungan dengan keadaan individu (motivasi individual)
yang mengenai aspek fisik, emosional, mental-intelektual dan interpersonal. 
2. Di samping adanya motivasi individu yang menimbulkan suatu tindakan
penyalahgunaan zat, masih ada faktor lain yang mempunyai hubungan erat
dengan kondisi penyalahgunaan zat yaitu faktor sosiokultural seperti di
bawah ini dan ini merupakan suasana hati menekan yang mendalam dalam
diri remaja antara lain: 

1) Perpecahan unit keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindah-pindah,


orang tua yang tidak ada/jarang di rumah dan sebagainya
2) Pengaruh media massa misalnya iklan mengenai obat-obatan dan zat. 
3) Perubahan teknologi yang cepat. 
4) Kaburnya nilai-nilai dan sistem agama serta mencairnya standar moral; (hal ini
berarti perlu pembinaan Budi Pekerti – Akhlaq) 
5) Meningkatnya waktu menganggur. 

5
6) Ketidakseimbangan keadaan ekonomi misalnya kemiskinan, perbedaan ekonomi
etno rasial, kemewahan yang membosankan dan sebagainya. 
7) Menjadi manusia untuk orang lain. 

D. Bahaya Narkoba
a. Menurut Efeknya
      Halusinogen, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam
sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan
melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain &
LSD .
        Stimulan, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan
seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang
pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu 
      Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa
membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw 
        Adiktif, Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan
ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung
bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf
dalam otak,contohnya ganja , heroin , putaw 
"Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ
dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan
overdosis dan akhirnya kematian".

Jadi dapat disimpulkan apabila narkoba dikonsumsi Oleh:


a. Remaja
     Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan
masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan
membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila
masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan
hancurlah masa depannya. 

6
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya
hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu
wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba
yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. 
     Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja
tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari
pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya
manusia bagi bangsa. 

b. Pelajar
       Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para
pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya
usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang
mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. 
      Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi
ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami
ketergantungan. 

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja adalah sebagai
berikut:
- Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
- Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
- Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
- Sering menguap, mengantuk, dan malas,
- Tidak memedulikan kesehatan diri,
- Suka mencuri untuk membeli narkoba.

7
E. Penyelesaian atau Solusi
     Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada
tiga tingkat intervensi, yaitu
1. Primer
Sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll.
Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai
bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga. 
2. Sekunder
Pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake) antara 1 – 3 hari
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi
komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk melakukan pengurangan
ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap. 
3. Tersier
Yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3 - 12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi
dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif, dll.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
       Dari makalah di atas bisa ditark kesimpulan bahwa:
1) Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf
yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk
2) Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan
ketentraman umu.
3) Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara
fisik maupun psikologis 

B. Saran
      Sebaiknya kalangan remaja sekarang harus dibina diluar dan didalam supaya
tidak terjerumus ke dalam narkoba dan yang paling berperan penting disini ialah
Orang Tua. Manakala orang tua tidak peduli dengan pergaulan anak-anaknya, maka
sudah dipastikan anak tersebut akan terjerumus kedalam narkoba dan apabila sudah
terjerumus akan sangat berbahaya, Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan
narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi
takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Luqman, 2008. Modul Dasar-Dasar Sosiologi&Sosiologi Kesehatan.


Jakarta: PSKM FKK UMJ. 
Kartono, Kartini, 1992. Patologi II Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali. 
Mangku, Made Pastika, Mudji Waluyo, Arief Sumarwoto, dan Ulani Yunus, 2007.
Pencegahan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta: Badan Narkotika
Nasional Republik Indonesia.
Nuradika Pradana Reeza, 2015. Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan Pelajar.
http://jogoyitnan-free.blogspot.com/2015/01/makalah-bahaya-
narkoba-bagi-remaja-dan.html (Diakses 16 januari 2015)
Shadily, Hassan, 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.

10
MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA

TENTANG

PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT

NAMA :

ADE AYU APRIANI


NIM : D1D016138

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KEHUTANAN
JURUSAN KEHUTANAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Permasalahan Sosial Masyarakat”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan terutama
dikalangan pemuda.
Amin yarobbal alamin.

Jambi, Oktober 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar belakang...................................................................................... 1
B.   Rumusan masalah................................................................................ 2
C.   Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Masalah Sosial................................................................. 3
B.       Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial................................................. 4
C.      Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial................................................. 5
D.      Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial..................................... 5
E.       Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial.............................................. 7
BAB III PENUTUP
A.   Simpulan.............................................................................................. 9
B.   Saran..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti
norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga
kemasyrakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta
perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara norml sebagaiman
dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki
merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis. Hal ini disebabkan karena
unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal
tersebut dinamkan maslah-masalah sosial.
Maslah-masalah sosial tersebut berbeda dengan problema-problema lainya di
dalam masyarakat karena masalah-masalah sosial tersebut berhubungan erat dengan
nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masalah tersebut bersifat
sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka
bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah karena
bersnagkut-paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam
masyarakat.
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan
atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau,
menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial
tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam keadaan normal
terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antar unsur-
unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi
bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu sehingga mungkin
terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.

1
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah masalah sosial ini adalah :
1.      Menjelaskan  apa yang dimaksud dengan masalah sosial
2.      Menjelaskan tentang kemiskinan sebagai masalah sosial
3.      Menjelaskan tentang kesenjangan sosial sebagai masalah sosial
4.      Menjelaskan tentang kriminalitas sebagai masalah sosial
5.      Menjelaskan tentang ketidakadilan sebagai masalah sosial

C.    TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah siswa mengerti dan memahami
pengertian masalah sosial, kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial, kriminalitas,
ketidakadilan sebagai masalah sosial.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Masalah Sosial


Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial. Kata
“sosial” membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, politik, fisika, kimia,
dan masalah lainnya. Meskipun bidang-bidang ini masih terkait dengan masalah
sosial. Kata “sosial” antara lain mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur
sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu kata “masalah” mengacu pada kondisi,
situasi, perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit.
Adanya berbagai pandangan para tokoh sosiologi tentang masalah sosial. Pandangan
itu antara lain, sebagai berikut :
1)        Arnold Rose mengatakan bahwa dapat didefinisikan sebagai suatu situasi yang
telah memengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga meraka percaya bahwa
situasi itu adalah sebab dari kesulitan mereka situasi itu dapat diubah.
2)        Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah
hubungan sosial yang menentang masyarakat itu sendiri atau menciptakan
hambatan atas kepuasan banyak orang.
3)        Richard dan Richard berpendapat bahwa masalah sosial adalah pola perilaku
dan kondisi yang tidak di inginkan dan tidak dapat diterima oleh sebagian besar
anggota masyarakat.
Ada 2 elemen penting terkait dengan definisi masalah sosial. Elemen yang
pertama adalah elemen objektif. Elemen objektif menyangkut keberadaan suatu
kondisi sosial. Kondisi sosial disadari melalui pengalaman hidup kita, media dan
pendidikan, kita bertemu dengan peminta-peminta yang terkadang datang dari rumah
ke rumah. Kita menonton berita tentang peperangan, kemiskinan, dan human
trafficking atau perdagangan manusia. Kita membaca diberbagai media, surat kabar,
bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.
Sementara itu elemen subjektif adalah masalah sosial menyangkut pada
keyakinan bahwa kondisi sosial tentu berbahaya bagi masyarakat dan harus diatasi.
Kondisi sosial seperti itu antara lain adalah kejahatan, penyalahgunaan obat, dan
polusi. Dan kondisi ini tidak dianggap oleh masyarakat tentu sebagai masalah sosial

3
tetapi bagi masyarakat yang lain, kondisi itu dianggap sebagai kondisi yang
mengurangi kualitas hidup manusia.

B.       Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial


Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tingkat
kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu:
a.  Secara absolut, artinya kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar tertentu.
Seseorang yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka dapat disebut
miskin. Namun, jika seseorang yang berada di atas standar dapat dikatakan tidak
miskin.
b.  Secara relatif, digunakan dalam masyarakat yang sudah mengalami
perkembangan dan terbuka. Melalui konsep ini, kemiskinan dilihat dari seberapa
jauh peningkatan taraf hidup lapisan terbawah yang dibandingkan dengan lapisan
masyarakat lainnya.
Selain itu, kemiskinan juga dapat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor.
Adapun faktor yang melatarbelakangi adanya sumber masalah kemiskinan, yaitu:
a. Faktor Biologis, Psikologis, dan Kultural
Kondisi individu yang memiliki kelemahan biologis, psikologis, dan kultural
dapat dilihat dari munculnya sifat pemalas, kemampuan intelektual dan
pengetahuan yang rendah, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan, dan
rendahnya kemampuan untuk menanggapi persoalan di sekitarnya.
b.     Faktor Struktural
Kemiskinan struktural biasanya terjadi dalam masyarakat yang terdapat
perbedaan antara orang yang hidup di bawah garis kehidupan dengan orang yang
hidup dalam kemewahan. Ciri-ciri masyarakat yang mengalami kemiskinan
struktural, yaitu:
1)   Tidak adanya mobilitas sosial vertikal.
2)   Munculnya ketergantungan yang kuat dari pihak orang miskin terhadap kelas
sosial-ekonomi di atasnya.

4
C.      Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial
Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah
semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum
pidana. Kriminalitas yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar individu. Tindakan kriminalitas yang
ada di masyarakat sangat beragam bentuknya, seperti pencurian, perampokan,
pembunuhan, dan lain sebagainya. Tindakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat
harus menjadi perhatian aparat polisi dan masyarakat sekitar. Ada beberapa tindakan
yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah kriminalitas di
lingkungan masyarakat, antara lain:
a.    Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum.
b.    Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah
lainnya yang saling berhubungan.
c.    Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan kriminalitas.
d.   Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya
tindakan kejahatan.

D.      Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial


Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di
masyarakat  yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal
kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek
keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedakan dalam
aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,
memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya, yang miskin makin
miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya
kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak
orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah, apalagi jika ia miskin
dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihatpun mereka enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur
dijalanan, namun masih banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang ,
banyak orang diluar sana yang kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-
anaknya tapi lebih banyak pula orang kaya sedang asyik menyantap berbagai

5
makanan enak yang harganya selangit. Disaat banyak orang-orang miskin
kedinginan karena pakaian yang tidak layak mereka pakai, namun banyak orang
kaya yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari
para designer seharga 250.000 juta, dengan harga sebanyak itu seharusnya sudah
dapat memberi makan orang-orang miskin yang kelaparan.
Kesenjangan sosial yang terjadi diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
a.     Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai
konteks sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam
masyarakat yang memiliki seperangkat kondisi:
1.    Sistem ekonomi uang, buruh upah dan sistem produksi untuk  keuntungan tetap
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak
terampil
2.    Rendahnya upah buruh 
3.    Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi
sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah
4.    Sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan
5.    Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan
sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai
hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah
kedudukannya.

Budaya kemiskinan bukanlah hanya merupakan adaptasi terhadap seperangkat


syarat-syarat obyektif dari masyarakat yang lebih luas, sekali budaya tersebut sudah
tumbuh, ia cendrung melanggengkan dirinya dari generasi ke generasi melaui
pengaruhnya terhadap anak-anak. Budaya kemiskinan cendrung berkembang bila
sistem-sistem ekonomi dan sosial yang berlapis-lapis rusak atau berganti, Budaya
kemiskinan juga merupakan akibat penjajahan yakni struktur ekonomi dan sosial
pribumi didobrak, sedangkan status golongan pribumi tetap dipertahankan rendah,
juga dapat tumbuh dalam proses penghapusan suku. Budaya kemiskinan cendrung
dimiliki oleh masyarakat serta sosial yang lebih rendah, masyarakat terasing, dan
warga korban yang berasal dari buruh tani yang tidak memiliki tanah.

6
Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi kebudayaan
kemiskinan mencakup pengertian bahwa semua orang yang terlibat dalam situasi
tersebut memiliki aspirasi-aspirasi yang rendah sebagai salah satu bentuk adaptasi
yang realistis.
Beberapa ciri kebudayaan kemiskinan adalah :
1.    Fatalisme,
2.    Rendahnya tingkat aspirasi,
3.    Rendahnya kemauan mengejar sasaran,
4.    Kurang melihat kemajuan pribadi ,
5.    Perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
6.    Perasaan untuk selalu gagal,
7.    Perasaan menilai diri sendiri negatif,
8.    Pilihan sebagai posisi pekerja kasar, dan
9.    Tingkat kompromis yang menyedihkan. 
b.    Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian
masyarakat, sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial.
Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat
besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.

E.       Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial


Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata
adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-wenang.
Sedangkan menurut istilah keadilan adalah penagkuan dan perlakuan yang seimbang
antara hak dan kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam
tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu :
a.    Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan tidak
sama yang tidak sama
b.    Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya digunakan
dalam hal hukum bisnis
c.    Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula, biasanya
digunakan dalam perkara gugatan ganti kerugian.

7
Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
a.    Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di pengadilan
dimana fokusnya adalah pelaku
b.    Keadilan restoratif, yaitu keadlian yang berlaku dalam proses penyelesaian
sengketa non-litigasi dimana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada kepentingan
“victims” (korban).
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia.
Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan
harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan
perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah
perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas
atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan
hukum. Ini jelas merupakan sebuah ketidakadilan.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai
kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka
pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa
seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya melakukan tindakan
pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang
pejabat negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat
berkeliaran dengan bebasnya.

8
BAB 3
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah masalah sosial ini adalah :
1.      Masalah sosial menyangkut nilai-nilai  sosial dan moral. Masalah tersebut
merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang inmoral, berlawanan
dengan hukum dan bersifat merusak.
2.      Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu:
secara absolut dan secara relatif
3.      Faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya sumber masalah kemiskinan, meliputi:
Faktor Biologis, Psikologis, dan Kultural dan Faktor Struktural
4.      Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah
kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain: Peningkatan dan pemantapan
aparatur penegak hukum, Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan
aparatur pemerintah lainnya yang saling berhubungan, Adanya partisipasi
masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan kriminalitas,
Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya tindakan
kejahatan.
5.      Kesenjangan sosial yang terjadi diakibatkan beberapa hal yaitu : Kemiskinan dan
Lapangan pekerjaan.
6.      Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga
macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu : Keadilan distributif, Keadilan
kommutatif, dan Keadilan remedial.
7.      Keadilan dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu: Keadilan restitutif dan Keadilan
restoratif.

B.  SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapakan siswa telah mengerti dan memahami
masalah sosial, sehingga dapat menerapkan nya dalam kehidupan masyarakat dan
mengurangi tingkat permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. 

9
DAFTAR PUSTAKA

http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-sosiologi-tentang-masalah-
sosial.html

10

Anda mungkin juga menyukai