Anda di halaman 1dari 223

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan


kepada TuhanYang Maha Esa atas rahmat
dan berkatnya kami dari kelompok 2
dapat menyelesaikan buku ini
yangberjudul “Peran Pemuda dalam
membangun bangsa”. Tujuan kami
membuat buku ini ialah sebagai
tugasbesar kami dalam Mata Kuliah
Pancasila dan sebagai penilaian untuk
Mata Kuliah Pancasila agar kami dapat
lulus pada Mata Kuliah Pancasila. Dalam
penyusunan buku ini kami selaku
kelompoksatu banyak mendapatkan
referensi dari buku, majalah, jurnal, dan
artikel sehingga kami dapat
menyelesaikan buku ini.
Maka dari itu dalam kesempatan
ini, kami kelompok 2 ingin mengucapkan
terima kasih atas bantuan dari orang-
orang yang terlibat. Dari situlah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua
ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan
bagi yang membacanya dan dapat
menuntun pambaca pada langkah yang
lebih baik lagi. Meskipun kami kelompok
2 berharap isi dari buku ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, kami
mengharaapkan kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca agar buku ini
dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………...
……………….. 1
DAFTAR
ISI…………………………………………..….. 3
BAB I Hakikat Pemuda dalam Membangun
Bangsa……………………………………….…1
A. Definisi Pemuda
……………………………………………….… 1
B. Pemuda Sebagai Wajah
Bangsa……………………………………….… 2
C. Peran Pemuda Dalam Masyarakat...
………………………………...… 3 D. Faktor
Penyebab Permasalahan Generasi
Mud……………………………………………. 4
E. Dekadensi Moral bagi Generasi Muda dan
Cara Menanggulanginya………………………. 5
F. Potensi dan Sasaran Generasi
Muda…………………..………………………. 6
G. Peran Pemuda Indonesia Dalam membangun
kehidupan bangsa………………..
………………….……. 7
BAB II Hak dan Kewajiban Pemuda dalam
Membangun
Bangsa……………………………………….…1
A. Pengertian Pemuda
……………………………………………….… 1
B.Peran Pemuda dalam Masyarakat dan Faktor
penyebab permasalahan generasi
muda……………………………………….… 2
C.Potensi-potensi Generasi Muda...
……………………………………...… 3
D. Usaha untuk menanggulangi masalah generasi
muda dan Upaya penyelesaiaan melalui
sosialisasi menjadi focus
utama…………………………………………. 4
E. Hak dan Kewajiban Pemuda Sebagai penerus
bangsa………………………………………... 5

BAB III Mewujudkan sikap nasionalisme dan


patriotism dikalangan Pemuda.
…………………………………….…1
A. Definisi serta ciri, tujuan, dan bentuk
Nasionalisme……………………………….… 1
B. Peran pemuda dalam mewujudkan jiwa
nasionalisme di
Indonesia…………………………………….… 2
C. Definisi serta ciri-ciri, dan tujuan
patriotisme…………………………………...… 3
D. Peran patriotisme pemuda di Indonesia.…...
…………………………………. 4
E. Contoh sikap patriotisme pemuda sebagai
penerus bangsa Indonesia.
……………………………………... 5
E. Penumbuhan nilai patriotisme dan
nasionalisme pada kalangan pemuda di era
globalisasi.……………………………………... 5
BAB IV Mewujudkan sikap nasionalisme dan
patriotism dikalangan Pemuda.
…………………………………….…1
A. Definisi Paradigma…...
……………………………….… 1
B. entuk dan Prinsip Pola Pikir Generasi
Muda…………...…………………………….… 2

C. Perwujudan Paradigma dalam Berbagai


Aspek………………………………………...… 3

D. Dinamika Paradigma.…..
…………………………………. 4
E. Tantangan yang Harus Dihadapi Para Generasi
Muda…………………………………………... 5
F. Upaya yang dilakukan Generasi Muda dalam
Menghadapi Berbagai Tantangan dengan
Paradigma.……………………………………... 5

BAB V Mewujudkan sikap nasionalisme dan


patriotism dikalangan Pemuda.
…………………………………….…1
A. Pengenalan Peran Pemuda
……………………………………………….… 1
B. Peran Pemuda dalam Membangun Masa
Depan Bangsa
……………………………………………….… 2

C. Tantangan dan Peluang bagi Pemuda


…………..…………………………………...… 3
D. Langkah-Langkah Menuju Masa Depan yang
Lebih Baik.…...………………………………. 4

BAB VI Strategi Generasi Muda dalam


Mewujudkan dan juga mempertahankkan
integrasi bangsa.
…………………………………….…1
A. Definisi integrasi nasional
……………………………………………….… 1
B. Faktor-faktor dalam integrasi nasional
……………………………………………….… 2
C. Integrasi nasional berperan penting bagi
Indonesia …………..
…………………………………...… 3
D. Perkembangan Intergrasi Nasional Indonesia.
…...………………………………. 4
E. Dinamika integrasi nasional.…...
………………………………. 4
F. Tantangan dalam membangun integrasi.…...
………………………………. 4
G. Strategi generasi muda dalam
mempertahankan generasi nasional pada era
modern saat ini…….
BAB VII Strategi Generasi Muda dalam
Mewujudkan dan juga mempertahankkan
integrasi bangsa.
…………………………………….…1
A. Pengertian dan pentingnya integrasi
……………………………………………….… 1
B. Disintegrasi yang terjadi di
Indonesia…………………………………….… 2

C. Peran Generasi muda Indonesia dalam


mengatasi ancaman disintegrasi di Indonesia
…………..…………………………………...… 3
BAB VIII Mewujudkan sikap nasionalisme dan
patriotism dikalangan Pemuda.
…………………………………….…1
A. Definisi Serta bentuk dan tujuan penguatan
karakter dan kepemimpinan..
………………………….… 1

B. Faktor-faktor pembentuk sikap kepemimpinan


pemuda. ……...…………………………….… 2

C. Pengembangan Karakter Pemuda…...


………………………………...… 3
D. Pentingnya Kepimpinan Pemuda Dalam
Membangun Bangsa…..
…………………………………. 4
E. Upaya Penguatan Karakter
Pemuda……………………………………... 5
BAB 1

HAKIKAT PEMUDA DALAM


MEMBANGUN BANGSA

Pemuda adalah individu yang sedang


mengalami perkembangan fisik dan
perkembangan psikologis emosional, sehingga
generasi muda merupakan sumber daya bagi
pembangunan manusia saat ini dan di masa yang
akan datang. Sebagai generasi penerus yang
mungkin menggantikan generasi sebelumnya.

Generasi muda merupakan segmen yang


muda dan mempunyai banyak potensi. Pemuda
adalah harapan bangsa. Generasi muda saat ini
adalah pemimpin masa depan. Perannya dalam
masyarakat sangat strategis, mempunyai potensi
yang sangat besar baik lahir maupun batin. Tugas
dan peran tersebut, tentu memerlukan model
pelatih dasar. Penanaman nilai-nilai keagamaan
pada generasi muda sangatlah mendesak. Ketika
generasi muda menghadapi banyak tantangan
dalam hidupnya, maka pendidikan yang mereka
alami menjadi modal dan pedoman untuk
menghadapi berbagai tantangan tersebut.

Pemuda merupakan penyambung


perjuangan utama generasi terdahulu dalam
mencapai cita cita bangsa. Pemuda adalah
harapan dalam sebuah bangsa. Pemudalah yang
dapat mengubah pandangan orang terhadap suatu
bangsa dan menjadi tumpuan para generasi
terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa
dengan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu,
wawasan yang luas, serta berdasarkan pada nilai-
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
“Masa depan bangsa ada di tangan permuda”
Ungkapan ini memiliki integritas struktural untuk
pembangunan dan perubahan menjadi lebih baik.

Peran pemuda masa kini dalam sosialisasi


ke masyarakat sudah menurun drastis. Mereka
lebih suka bersenang-senang dan lebih sering
bermain bersama kelompoknya. Bahkan, para
pemuda dulunya lah yang aktif berpartisipasi
dalam mensukseskan kegiatan-kegiatan sosial
seperti acara keagamaan, perayaan hari
kemerdekaan, pengabdian masyarakat, dan lain-
lain.Oleh karena itu, untuk memodifikasi budaya
Bangsa yang berjangka panjang, diperlukan pola
pikir yang baru, sederhana, dan bersih serta
semangat para generasi pemuda sekarang, yang
paling penting nasib bangsa Indonesia baik
buruknya di masa yang akan mendatang akan ada
dalam genggaman dengan tanggung jawab besar

generasi sekarang atau generasi muda saat ini.

Adapun uraian materi dalam bab ini


adalah:

1. Definisi Pemuda
2. Pemuda Sebagai Wajah Bangsa
3. Peranan Pemuda Dalam Masyarakat
4. Generasi Muda & Permasalahannya
5. Faktor Penyebab Permasalahan
Generasi Muda
6. Dekadensi Moral bagi Generasi
Muda dan Cara Menanggulanginya.
7. Potensi dan Sasaran Generasi Muda
8. Peran Pemuda Indonesia Dalam
membangun kehidupan bangsa
A. DEFINISI PEMUDA
Pemuda mengacu pada individu yang
menjalani periode perkembangan fisik dan
emosional yang biasanya dikaitkan dengan masa
remaja. Bahasa Indonesia (KBBI), "pemuda"
didefinisikan sebagai kelompok dalam rentang
usia 15 hingga 30 tahun. Namun, definisi
"pemuda" dapat berbeda-beda tergantung pada
konteks sosial, budaya, dan politik suatu negara
atau komunitas tertentu.

Di Indonesia, kata 'pemuda' sering dikaitkan


dengan dinamisme, optimisme, dan potensi
berkontribusi terhadap pembangunan dan
kemajuan social. Istilah “generasi muda” juga
mencakup gagasan bahwa mereka dinamis,
optimis, dan berpotensi mempengaruhi
masyarakat. Pemuda dalam arti luas dapat
dipandang sebagai kelompok yang mempunyai
potensi memberikan kontribusi terhadap
pembangunan dan kemajuan nasional.

Tahun Pemuda Internasional tahun 1985


mendefinisikan ``pemuda'' sebagai individu
dengan karakteristik dinamis dan optimis yang
tidak memiliki kontrol emosi yang stabil dan
dihadapkan pada perubahan sosial dan budaya

Istilah “pemuda” yang juga dikenal dengan


sebutan “generasi muda” atau “pemuda”
dikaitkan dengan semangat reformatif dan
progresif.

Dengan demikian, “pemuda” mempunyai


arti yang luas, mulai dari definisi teknis
berdasarkan usia hingga definisi yang lebih
fleksibel yang mencakup individu-individu
dengan semangat reformasi dan kemajuan.

Istilah ini penting dalam konteks yang berbeda


dan mewakili potensi dan aspirasi generasi muda
di masyarakat.
B. PEMUDA SEBAGAI WAJAH BANGSA
Pemuda memiliki peran penting sebagai
wajah bangsa dalam konteks kehormatan suatu
negara. Mereka dianggap sebagai tonggak agama
dan penerus bangsa yang harus menjaga
eksistensi bangsa di kancah dunia. Pemuda juga
diharapkan menjadi penggerak peradaban,
menjaga identitas bangsa, serta memberikan
kesan yang baik di mata dunia. Mereka memiliki
tanggung jawab untuk melestarikan kesuksesan
yang diwarisi dari generasi sebelumnya, menjaga
eksistensi bangsa, dan memberikan kontribusi
besar pada masyarakat dengan berbagai sumber
daya yang dimiliki. Selain itu, pemuda juga
diharapkan memiliki semangat juang yang tinggi
serta tanggung jawab penuh terhadap
kelangsungan agama, nusa, dan bangsa.

Pemuda juga dianggap sebagai kunci dari


pembangunan dan perubahan yang terjadi pada
suatu bangsa, sehingga peran mereka sangat
penting dalam mewujudkan masyarakat yang
berdaya. Dengan adanya peran pemuda yang
signifikan, seperti peran generasi muda dalam
mengisi kemerdekaan, dapat menjadi langkah
awal bagi bangsa untuk lebih maju dan
berkembang di masa depan.

Dengan demikian, pemuda memiliki peran


yang sangat penting dalam membentuk wajah
bangsa, menjaga eksistensi bangsa di kancah
dunia, serta menjadi penggerak peradaban dan
perubahan yang positif dalam masyarakat.

C. PERAN PEMUDA DALAM


MASYARAKAT
Generasi muda mempunyai peran penting
dalam masyarakat, baik sebagai agen perubahan
maupun sebagai agen pembangunan. Hal-hal
tersebut dianggap sebagai tonggak kemajuan dan
pembangunan bangsa serta menjadi harapan bagi
segala kemajuan bangsa. Peran generasi muda
dalam masyarakat mencakup berbagai aspek
seperti:
1. Agen Perubahan : Generasi muda
diharapkan mampu membawa perubahan
positif dalam lingkungan sosial baik di
tingkat nasional maupun daerah dalam
mendukung masa depan yang lebih
baikHal ini juga diharapkan dapat
mengatasi segala tantangan yang
dihadapi.
2. Petugas Pembangunan: Pemuda
memainkan peran dan tanggung jawab
dalam melaksanakan berbagai jenis
pembangunan, baik di tingkat nasional
maupun local. Mereka juga bertanggung
jawab mengembangkan potensi generasi
muda lainnya.
3. Peran Sosial: Pemuda juga memainkan
peran sosial di berbagai bidang seperti
pendidikan agama, organisasi, seni,
keterampilan, dan olahraga. Hal ini juga
diharapkan dapat membantu
memecahkan permasalahan yang muncul
pada masyarakat lokal dan lingkungan
Dengan demikian, pemuda memiliki
tanggung jawab besar dalam membangun
masyarakat yang berdaya, berkontribusi dalam
pembangunan nasional, serta menjadi agen
perubahan yang membawa perubahan positif
dalam lingkungan masyarakat.

D. GENERASI MUDA DAN


PERMASALAHANNYA
Generasi muda dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang memengaruhi kehidupan
mereka dalam masyarakat modern. Beberapa
permasalahan yang sering dihadapi generasi
muda antara lain:
 Berkurangnya Jiwa Idealisme,
Patriotisme, dan Nasionalisme:
Generasi muda sering dihadapkan pada
tantangan dalam mempertahankan jiwa
idealisme, patriotisme, dan nasionalisme
dalam menghadapi dinamika masyarakat
modern
 Pergaulan Bebas: Fenomena pergaulan
bebas menjadi salah satu permasalahan
yang dihadapi generasi muda, di mana
kebebasan berpendapat semakin masif
dan mudah didapatkan, yang dapat
berdampak pada nilai-nilai moral dan
sosial
 Sikap Apatis: Sikap apatis juga menjadi
permasalahan yang dihadapi generasi
muda, di mana mereka cenderung acuh
terhadap isu-isu sosial dan politik yang
terjadi di sekitar mereka
 Overthinking, Overwork, dan Over
Screentime: Generasi muda sering
dibayangi oleh tiga permasalahan "over",
yaitu overthinking, overwork, dan over
screentime, yang dapat memengaruhi
keseimbangan hidup, kesehatan mental,
dan fisik mereka.
 Kecenderungan Sikap Ketidakjujuran
dan Berkembangnya Rasa Tidak
Hormat: Generasi muda juga
dihadapkan pada permasalahan seperti
kecenderungan sikap ketidakjujuran yang
makin membudaya dan berkembangnya
rasa tidak hormat
Permasalahan-permasalahan ini
menunjukkan kompleksitas tantangan yang
dihadapi generasi muda dalam menghadapi
dinamika masyarakat modern. Upaya untuk
mengatasi permasalahan ini memerlukan peran
serta dari berbagai pihak, termasuk keluarga,
pendidikan, pemerintahp, dan masyarakat secara
luas.

E. Faktor Penyebab Permasalahan Generasi


Muda
Faktor-faktor penyebab permasalahan pada
generasi muda yang teridentifikasi adalah:
1. Iklim lingkungan yang tidak sehat:
Iklim lingkungan yang tidak sehat dapat
berdampak negatif terhadap
perkembangan generasi muda dan dapat
mengakibatkan kehidupan yang tidak
menyenangkan, stres dan depresi. Dalam
keadaan seperti ini, banyak generasi
muda yang menyikapinya dengan sikap
dan perilaku yang tidak pantas bahkan
tidak bermoral, seperti kriminalitas,
penyalahgunaan narkoba, pergaulan
bebas, dan pergaulan bebas
2. Dampak Media Sosial dan Teknologi:
Era globalisasi dan kemajuan teknologi
membawa dampak positif dan negative.
Penggunaan media sosial yang tidak
terkontrol dapat mempengaruhi perilaku
dan pola pikir generasi muda,
meningkatkan kecenderungan mereka
untuk melakukan pergaulan bebas dan
konsumsi konten yang tidak sehat
3. Kurangnya Pengawasan Orang Tua:
Kurangnya pengawasan orang tua dapat
mengakibatkan terjadinya penyimpangan
perilaku pada generasi muda dan merusak
akhlak dan akhlak anak. Pengawasan
yang kurang dapat memungkinkan
pergaulan bebas dan pengaruh negatif
dari lingkungan sekitar
4. Kurangnya Kebutuhan Fisik dan
Sosial yang Terpenuhi: Generasi muda
membutuhkan kasih sayang, rasa cinta,
dan rasa memiliki. Adapun kekurangan
pemenuhan kebutuhan sosial dan
kekurangan fisik ini dapat memengaruhi
perkembangan generasi muda.
Dengan memahami faktor-faktor ini, kita
dapat mengambil langkah-langkah untuk
mengatasi permasalahan sosial dan memperkuat
peran generasi muda dalam mengatasi tantangan
yang mereka hadapi.
F. DEKADENSI MORAL BAGI GENERASI
MUDA DAN CARA
MENANGGULANGINYA

Pesatnya perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi di bidang
informasi, seperti media sosial, menimbulkan
permasalahan baru. Ketidaksiapan
masyarakat khususnya generasi muda
terhadap perkembangan saat ini telah
memunculkan perilaku-perilaku seperti
perundungan, pergaulan bebas, pencurian,
perkelahian, minuman keras dan narkoba,
ketakutan terhadap media sosial, bahkan
kematian akibat kekerasan sehingga
menimbulkan distorsi. Hal ini merupakan
gejala dekadensi moral yang banyak
menimpa generasi muda di Indonesia. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, pendekatan
ini telah berkembang menjadi pendekatan
yang dapat digunakan oleh para pendidik,
orang tua, atau fasilitator untuk
meminimalisir kemerosotan moral yang
semakin menjadi permasalahan di
masyarakat. Fokusnya menggali makna hidup
agar lebih bernilai, mengembangkan potensi
menjadi manusia berkualitas, dan
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan

Peradaban dunia semakin hari semakin


komprehensif karena berbagai kemajuan yang
dicapai manusia dari zaman dahulu hingga saat
ini. Eksistensi manusia sebagai makhluk cerdas di
muka bumi menjadi inti pergerakan transformasi
dunia. Kemajuan teknologi memegang peranan
yang sangat berpengaruh terhadap komposisi
kehidupan

Berbagai inovasi teknologi dikembangkan sesuai


fungsinya untuk memudahkan tugas manusia.
Teknologi informasi dan komunikasi telah
menjadi akses terpenting di abad ke-21.Teknologi
informasi dan komunikasi memberikan tantangan
nyata di era digital yang semakin hari semakin
kompleks, karena mempengaruhi banyak bidang
kehidupan dan berpotensi mengubah segala
aspek. Perkembangan teknologi informasi
menyesuaikan dengan kebutuhan aktivitas
manusia. Fungsi yang digunakan beragam untuk
menyesuaikan dengan pola gaya hidup.
Teknologi informasi dan komunikasi berpotensi
mengubah setiap aspek kehidupan secara
mendasar dan memberikan tantangan nyata di era
digital yang semakin kompleks.

Perkembangan teknologi informasi


menyesuaikan dengan kebutuhan aktivitas
manusia. Fungsi yang digunakan beragam untuk
menyesuaikan dengan pola gaya hidup.

Selain kemampuan cerdas memanipulasi


perangkat lunak dan perangkat keras dalam
teknologi informasi dan komunikasi, masyarakat
khususnya generasi muda juga perlu cerdas dalam
menyerap informasi dunia dari berbagai aspek
ekonomi, sosial, dan budaya. Generasi muda
dikenal sebagai generasi yang sejak dini telah
mengenal teknologi informasi, khususnya
Internet, yang telah menjadi budaya global, dan
merupakan salah satu generasi yang pandai
menggunakan gadget dan dapat melakukan
banyak aktivitas dalam waktu bersamaan
(multitasking). Dilihat dari sisi lain, Generasi
muda merupakan generasi yang mengandalkan
internet, khususnya media social Dia populer dan
mengunggah di media sosial untuk
mengumpulkan pengikut dan suka. Rata-rata
waktu yang dihabiskan dalam menggunakan
media sosial adalah sekitar 6-7 jam per hari,
dengan 44% di antaranya memeriksa media sosial
hampir setiap jam.

Kemerosotan moral di kalangan generasi


muda merupakan permasalahan kompleks yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
pengaruh lingkungan, keluarga, dan media sosial
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi dekadensi moral generasi muda adalah
sebagai berikut:

1. Pendidikan nilai-nilai moral : Untuk


membentuk generasi muda yang
berakhlak mulia, perlu dilakukan
peningkatan pendidikan karakter dan
nilai-nilai moral baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan rumah
2. Pengawasan Orang Tua : Peran orang
tua dalam memberikan pengawasan dan
bimbingan yang baik kepada anaknya
sangat penting untuk mencegah
kemerosotan moral.
3. Penggunaan teknologi secara
bijaksana: Generasi muda perlu
disadarkan tentang cara menggunakan
teknologi secara bijak dan bertanggung
jawab, serta cara menyadarkan mereka
akan dampak negatif dari konten yang
mereka konsumsi
4. Peran Ulama/Umat Beragama: Ulama
dan tokoh agama berperan penting dalam
memberikan pemahaman agama yang
benar dan memberikan edukasi tentang
dampak negatif perkembangan teknologi
dan keterbukaan informasi. Bekerja sama
dengan sekolah, keluarga, dan
masyarakat: Bekerja sama dengan
sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam
menanamkan pemahaman nilai-nilai
moral dan memberikan contoh perilaku
yang baik kepada generasi muda
Langkah-langkah ini sebaiknya
dilaksanakan. Hal ini akan membantu
mengatasi kemerosotan moral generasi muda
dan menciptakan generasi yang berakhlak
baik.

G. POTENSI DAN SASARAN GENERASI


MUDA
Generasi muda mempunyai potensi besar
sebagai agen perubahan dan pembangunan
nasional. Memiliki kreativitas tinggi, tanggap
terhadap perubahan, serta semangat inovasi dan
kemajuan. Namun generasi muda menghadapi
beberapa permasalahan, antara lain:
Kecenderungan menggunakan teknologi secara
tidak produktif dan berlebihan, pergaulan bebas,
apatis, kecenderungan berbuat curang, dan
kecenderungan tidak menghormati orang tua,
guru, dan penyelenggara.

Untuk memaksimalkan potensi generasi


muda, pendidikan yang tepat dan komprehensif
merupakan elemen kunci dalam membantu
mereka mengeksplorasi potensi mereka

Pendidikan harus mampu mengembangkan


keterampilan yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat di era social, seperti: Keterampilan
digital, kreativitas, inovasi, kepemimpinan dan
kolaborasi. Selain itu, pengawasan dan bimbingan
yang baik dari orang tua serta kerjasama dengan
sekolah, keluarga, dan masyarakat juga penting
dalam menanamkan nilai-nilai moral dan
memberikan contoh perilaku yang baik kepada
generasi muda. Mengatasi permasalahan yang
anda hadapi.

Ada beberapa saran yang harus diperhatikan


oleh generasi muda:

1. Pendidikan dan pengembangan


potensi: Generasi muda hendaknya
memperhatikan pendidikan dan
pengembangan potensi. Mereka perlu
dikembangkan agar mampu mewujudkan
potensinya dan menjadi sumber daya
manusia berkualitas yang mampu
memberikan kontribusi bagi bangsa
2. Pendidikan Karakter: Perhatian khusus
harus diberikan pada pendidikan karakter
generasi muda. Hal ini penting untuk
menghasilkan generasi muda yang
memiliki nilai moral yang baik dan siap
memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat
3. Nilai Positif dan Ideologi Kebangsaan:
Generasi muda harus memperhatikan
adaptasi terhadap ideologi nasional.
Standar mutu suatu generasi tidak lepas
dari ideologi bangsa itu sendiri. Ideologi
inilah yang menjadi pedoman atau poros
generasi muda seperti apa yang ingin
kita lahirkan untuk memimpin negara di
masa depan
4. Kompetensi dan Daya Saing Global:
Untuk mengembangkan kompetensi dan
daya saing global, generasi muda harus
diperhatikan
Generasi muda yang mampu diharapkan
mampu berdaya saing dan berdaya saing
global sehingga negara dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan
posisi perekonomiannya dalam
persaingan perdagangan internasional
Dengan berpegang teguh pada cita-cita
tersebut, generasi muda diharapkan dapat
berkembang menjadi individu-individu yang
berkualitas, berkarakter sehat, dan mempunyai
keinginan untuk memberikan kontribusi positif
bagi masyarakat dan bangsa.

H. PERAN PEMUDA INDONESIA DALAM


MEMBANGUN KEHIDUPAN BANGSA
Pemuda Indonesia mempunyai peranan yang
sangat penting dalam membangun penghidupan
negara. Merekalah penerus perjuangan para
pendahulunya dalam mewujudkan cita-cita
bangsa, dan menjadi harapan bagi segala
kemajuan bangsa. Sejarah mencatat upaya
pemuda Indonesia seperti Bung Tomo, Bung
Hatta, dan Iru untuk memerdekakan negara.
Sukarno, Sutan Shahrir, dan lainnya rela
mengorbankan harta bahkan nyawanya demi
kebaikan bersama kemerdekaan Indonesia
Oleh karena itu, generasi muda diharapkan
dapat membangkitkan semangatnya yang
membara dan bersatu membangun negeri tercinta,
sejalan dengan Sumpah Pemuda yang
mengikrarkan “satu darah, satu bangsa, satu
bahasa”.

Peran generasi muda dalam membangun


kehidupan berbangsa juga mencakup berbagai
aspek seperti, semangat juang yang kuat, dan
peran sebagai agen regenerasi nasional. Potensi
dan produktivitasnya juga diharapkan dapat
dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembangunan bangsa Indonesia. Generasi muda
juga dipandang sebagai kekuatan moral, kontrol
sosial, dan agen perubahan, yang mewujudkan
fungsi, peran, karakteristik, dan posisi strategis.

Oleh karena itu, peran pemuda Indonesia


sangat penting dalam kemajuan negara, baik
dalam pembangunan fisik maupun non fisik, serta
dalam menjaga semangat pemuda dan persatuan
bangsa
Pemuda Indonesia diharapkan menjadi sumber
daya manusia pembangunan yang mampu
menganalisis perubahan zaman dan menunjukkan
semangat juang yang kuat dalam pembangunan
bangsa.

BAB 2: HAK DAN KEWAJIBAN PEMUDA


DALAM MEMBANGUN BANGUN BANGSA
A. Pengertian pemuda
Definisi awal menyatakan bahwa
pemuda adalah mereka yang sedang
mengalami perkembangan fisik dan
emosional, dianggap sebagai sumber
daya manusia yang berpotensi
memberikan kontribusi positif dalam
konteks saat ini maupun masa depan.
Secara global, World Health
/Organization (WHO) menggunakan
istilah "young people" untuk merujuk
kepada kelompok usia 10-24 tahun Pada
tahun 1985, International Youth Year
mengartikan kelompok pemuda sebagai
individu yang berusia antara 15-24 tahun.
Definisi berikutnya
menggambarkan pemuda sebagai
individu yang menunjukkan sifat yang
dinamis, penuh semangat, dan optimis,
namun belum memiliki kendali
emosional yang sepenuhnya stabil.
Kelompok muda pada saat ini tengah
menghadapi fase perubahan budaya dan
sosial yang signifikan. Dari perspektif
usia, masa remaja dianggap sebagai
periode perkembangan biologis dan
psikologis. Maka dari itu, sering kali
generasi muda memiliki harapan dan
tujuan yang berbeda dengan mayoritas
masyarakat. Dalam suasana yang positif,
dorongan untuk menunjukkan perbedaan
ini sering disebut sebagai semangat
reformasi. Dalam bahasa Indonesia,
Istilah "pemuda" sering digunakan untuk
merujuk pada generasi muda, dan sering
kali terminologi seperti pemuda, generasi
muda, atau generasi muda memiliki
makna yang beraneka ragam.
Pemahaman sebelumnya tentang pemuda
cenderung bersifat teknis, terkait dengan
kelompok usia tertentu, sementara
definisi yang lebih fleksibel
menggambarkan pemuda, generasi muda,
atau dewasa muda sebagai kelompok
yang ditandai oleh semangat reformasi
dan hasrat untuk mencapai kemajuan.
B. Peranan pemuda dalam Masyarakat
dan factor penyebab permasalahan
generasi muda
Anda telah menyampaikan
kembali dengan jelas bahwa sejarah
mengonfirmasi peran krusial pemuda
dalam kemajuan atau kemunduran
suatu negara. Hal ini mengindikasikan
bahwa kontribusi positif dan
pemikiran generasi muda dapat
memiliki dampak yang signifikan.
Dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, pemuda diakui
sebagai identitas potensial dalam
struktur sosial, pengaruh terhadap
pemuda diartikan sebagai kendali
terhadap masa depan, di mana siapa
pun yang memiliki pengaruh terhadap
pemuda akan memiliki peran dalam
mengendalikan arah masa depan
tersebut.
Pada dasarnya, alasan-alasan
tersebut melekat pada generasi muda,
dan apabila kesadaran mereka dibina
dan ditingkatkan, generasi muda
secara alami akan mengambil peran
sebagai pionir dan pemimpin dalam
mengoptimalkan potensi serta sumber
daya masyarakat untuk kemajuan
bangsa. Menurut Ginandjar
Kartasasmita, kepemimpinan dan
kepeloporan mungkin memiliki
makna yang serupa, yakni berada di
garis depan dan memberikan teladan
bagi orang lain. Akan tetapi, keduanya
juga dapat memiliki makna yang unik
dan berdiri sendiri.
Menjadi pionir dengan jelas
mencerminkan sikap berada di garis
depan, melakukan perintisan,
memimpin, dan memulai suatu
inisiatif yang nantinya akan diikuti,
dilanjutkan, dikembangkan, dan
direfleksikan oleh orang lain. Menjadi
pionir juga mengandung arti
mengambil risiko. Kepemimpinan
bisa berada di muka, bisa di Tengah,
dan bisa di belakanng, seperti
ungkapan’’ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun kkarso, dan tut wuri
handayani,
Pemimpin tidak terbatas oleh usia;
sebaliknya, pengalaman yang
bertambah seiring dengan usia dapat
meningkatkan kebijaksanaan
kepemimpinan. Dalam pandangan
Ginandjar, tipe kepemimpinan yang
terjadi di lapangan adalah
kepemimpinan yang secara aktif
terlibat dalam pelaksanaan proyek
pembangunan di tengah Masyarakat.
Dan Masyarakat membutuhkan
kepemimpinan yang dinamis untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Memang benar bahwa seiring
bertambahnya usia, kepemimpinan
cenderung menjadi lebih bijaksana
melalui akumulasi pengalaman, tetapi
kemungkinan hal ini disertai dengan
penurunan dinamisme. Oleh karena
itu, diharapkan agar sumber
dinamisme dapat terus muncul dari
kalangan kepemimpinan muda.
Sumber dinamis ini mampu
mengembangkan kreativitas,
menghasilkan ide-ide inovatif,
mengatasi hambatan, menemukan
solusi untuk permasalahan, dan
bahkan dapat mengatasi hambatan
pemikiran konvensional.

Keberadaan generasi muda di


Indonesia dapat dianggap sebagai
modal berharga bagi masa depan
negara, menuju arah masa depan yang
lebih cerah, dan mampu bersaing
sejajar dengan negara-negara lain di
berbagai bidang.
Di sisi lain, generasi muda
memiliki potensi besar untuk berperan
aktif dalam kemajuan negara ini
dengan mengambil tindakan positif
untuk membuat masyarakat yang
progresif dan mendukung program
pemerintah guna mencapai visi
Indonesia yang sejalan dengan nilai-
nilai Pancasila.
Namun, tantangan yang
dihadapi oleh generasi muda
seringkali ditandai oleh dua ciri yang
bertentangan. Pertama, dorongan
untuk melawan (seperti yang terjadi
dalam bentuk radikalisme, dll.), yang
mungkin timbul karena kekhawatiran
bahwa perilaku menyimpang dapat
merusak masyarakat. Kedua, sikap
acuh tak acuh (seperti adaptasi buta
terhadap standar moral generasi tua),
yang seringkali diiringi oleh perasaan
kecewa secara sosial. Memahami dan
menanggapi kedua ciri ini dengan
bijak dapat membantu merumuskan
solusi yang lebih efektif untuk
mendukung perkembangan positif
generasi muda.
Generasi muda seringkali
menghadapi tantangan baik dari segi
sosial maupun biologis. Saat
mencapai usia remaja, seseorang telah
mencapai kematangan fisik, tetapi
untuk dianggap matang secara sosial,
diperlukan faktor-faktor tambahan.
Di Masyarakat yang sederhana, ini
mungkin tidak menjadi masalah
signifikan karena anak-anak
dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang memberikan
pendidikan sosial.
Pentingnya pemahaman nilai
dan norma sosial dapat membantu
generasi muda mengatasi
permasalahan sosial yang mungkin
mereka hadapi dan mendukung
perkembangan kematangan sosial
mereka di tengah masyarakat.
Dalam masyarakat ini,
tidak hanya kemampuan fisik
yang menjadi faktor penentu
bagi pembagian kerja,
melainkan juga kemampuan di
bidang ilmiah, seperti
pengetahuan dan
keterampilan.

tidakseimbang nya anara kesiapan


ssosial dan biologis Dalam keadaan
ini, seorang individu muda mungkin
mengalami kematangan biologis,
namun belum sepenuhnya merasa
matang secara sosial. Ini
mencerminkan adanya
ketidaksesuaian antara perkembangan
fisik dan perkembangan sosial dalam
proses modernisasi masyarakat
kompleks.
Benar, di dalam masyarakat
sederhana, seringkali terdapat
pandangan bahwa meningkatnya usia
membawa peningkatan kebijaksanaan,
dan hal ini dianggap sebagai ukuran
dari sejumlah pengalaman yang
dimiliki seseorang. Oleh karena itu,
dalam masyarakat seperti itu,
seringkali posisi-posisi penting
dipegang oleh individu yang telah
mencapai usia lanjut.
Di lingkungan yang lebih
modern dan canggih, penilaian
terhadap seseorang lebih berfokus
pada keahlian, pengetahuan, dan
keterampilan yang dimiliki daripada
hanya berdasarkan usia atau
pengalaman hidup. Hal ini
mencerminkan pergeseran paradigma
dalam masyarakat yang lebih maju.
Generasi tua mungkin belum menyadari
bahwa ukuran keberhasilan bukan lagi
semata-mata usia, melainkan
kemampuan.
Namun, tantangan utama yang
dihadapi oleh generasi muda adalah
kurangnya kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya,
setidaknya menurut pandangan
merekaMasa ini dianggap sebagai krisis
karena belum ada arah yang jelas selama
kepribadian masih dalam tahap
pembentukan. Pada saat ini, bimbingan,
terutama dari orang tua, menjadi sangat
penting untuk membantu generasi muda
menghadapi tantangan dan
mengembangkan potensi mereka.
C. potensi potensi generasi muda
Generasi muda memiliki potensi
yang perlu dikembangkan, dan
beberapa di antaranya mencakup:

1. Idealisme dan Daya Kritis:


Generasi muda sering kali
belum terikat secara kuat pada
tatanan yang ada,
memungkinkan mereka untuk
melihat kekurangan dalam
sistem dan mencari
gagasan/baru
2. Dinamika dan Kreativitas:
Idealsme yang dimiliki oleh
generasi muda mendorong
mereka untuk
mengekspresikan potensi
dinamis dan kreativitas.
Mereka memiliki kapasitas
dan semangat untuk
menyelenggarakan perubahan,
inovasi, serta memperbaiki
kelemahan yang ada, sambil
mengusulkan ide-ide baru.
3. Keberanian Mengambil
Risiko:
Generasi muda perlu
memiliki keberanian untuk
mengambil risiko jika ingin
mencapai kemajuan.
Keterlibatan generasi muda
dalam usaha-usaha yang
melibatkan risiko memerlukan
kesiapan dalam pengetahuan,
perhitungan, dan
keterampilan, sehingga
mereka dapat memberikan
kontribusi berkualitas dan
berani menghadapi tantangan.

D. Usaha untuk menanggulangi masalah


Generasi muda dan upaya
penyelesaian melalui sosialisasi
menjadi fokus utama.
Dianjurkan untuk mengawasi
perkembangan teknologi yang pesat,
karena peningkatan teknologi dapat
mengakibatkan risiko
penyalahgunaan. Selain menyediakan
informasi, perkembangan teknologi
juga membawa dampak negatif.
Pentingnya menanamkan sikap mental
yang positif pada generasi muda,
karena beberapa pemuda mungkin
kurang memiliki rasa cinta terhadap
tanah airnya sendiri. Penting juga
memberlakukan sanksi, meskipun
kecil, terhadap pelanggaran hukum
agar tidak dicontoh oleh generasi
muda. Mendidik tentang kejujuran
sejak dini menjadi kunci, mengingat
generasi muda adalah calon pemimpin
bangsa, dan diharapkan bahwa
korupsi tidak akan terjadi di masa
depan.
Jadi, generasi muda dianggap
sebagai generasi peralihan, dan dalam
pandangan orang tua, mereka
merupakan penerus bangsa yang
harus dipersiapkan untuk mencapai
cita-cita bangsa. Jika generasi muda
memperoleh kepercayaan dan
memiliki tanggung jawab tinggi
dalam memperjuangkan amanah
tersebut, pendidikan bagi generasi ini
tidak akan sia-sia. Oleh karena itu,
nilai-nilai yang dibangun untuk
membentuk generasi muda bertujuan
untuk menyiapkan penerus bangsa,
melanjutkan perjuangan para
pahlawan yang gugur membela dan
membangun bangsa.
Meskipun membangun
generasi muda sebagai penerus
bangsa bukan tugas yang mudah,
optimisme diperlukan untuk meyakini
bahwa persiapan yang dilakukan akan
menghasilkan pencapaian yang
maksimal. Masa muda yang penuh
kesenangan dan keceriaan tidak boleh
dibiarkan tanpa kendali, karena tanpa
arahan yang jelas, dampaknya
mungkin tidak menguntungkan. Oleh
karena itu, pada masa tersebut, nilai-
nilai yang dapat membantu dan
mendorong generasi muda perlu
diperkenalkan, agar mereka dapat
memberikan kontribusi terbaiknya
kepada keluarga, sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Berdasarkan fokus penelitian,
penulis memilih untuk
mengeksplorasi upaya guru agama
dalam membentuk mental generasi
muda. Generasi muda sering kali
dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang mereka sendiri
mungkin tidak dapat mengatasi dalam
kehidupan sehari-hari. Fenomena ini
termanifestasi dalam perilaku mereka
yang menjadi topik pembicaraan, baik
dalam media cetak maupun media
elektronik.
Potensi-potensi yang terdapat
pada generasi muda yang perlu
dikembangkan adalah sebagai
berikut :

 Idealisme dan//Daya Kritis:


Dari sudut pandang
sosiologis, generasi muda
umumnya belum terikat pada
struktur yang sudah ada,
memungkinkan mereka untuk
mengenali kelemahan dalam
susunan yang ada dan dengan
wajar mencari ide-ide baru.
Untuk menopang manifestasi
idealisme dan kritisisme ini,
diperlukan landasan tanggung
jawab yang seimbang.
 Dinamika dan//Kreativitas:
Keberadaan idealisme di
kalangan generasi muda
menghasilkan potensi untuk
dinamika dan kreativitas.
Mereka menunjukkan
kemampuan dan kesiapan
untuk membawa perubahan,
melakukan pembaharuan, serta
memperbaiki kekurangan yang
ada, bahkan mengusulkan ide-
ide inovatif.
 Keberanian//Mengambil
Risiko:
Perubahan//dan
pembaharuan, termasuk dalam
konteks pembangunan,
seringkali membawa risiko
kegagalan. Namun, keberanian
mengambil risiko menjadi hal
yang diperlukan untuk
mencapai kemajuan. Generasi
muda dapat terlibat dalam
upaya yang berisiko, dan
untuk itu, mereka perlu
memiliki pengetahuan,
perhitungan, dan keterampilan
yang cukup sehingga dapat
memberikan kontribusi
berkualitas dan berani
menghadapi risiko tersebut.
 Upaya Pemecahan Masalah
Melalui Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses
bantuan bagi individu untuk
belajar dan menyesuaikan diri,
membentuk cara bertindak dan
berpikir sehingga individu
dapat berperan dan berfungsi
baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Proses sosialisasi biasanya
dimulai di lingkungan
keluarga, namun juga
melibatkan lembaga sosialisasi
lainnya.
Dalam konteks perkembangn
individu dari masa anak
hingga dewasa, terdapat
beberapa media sosialsasi, di
antaranya:

 Orang tua atau keluarga:


Hubungan keluarga dan peran
orang tua dalam membentuk
individu menjadi bagian
penting dari proses sosialisasi.
Dalam kehidupan barat,
terdapat kecenderungan agar
hubungan keluarga dan anak
segera berakhir dan anak dapat
mandiri tanpa tergantung pada
orang tua. Namun, realitas
tersebut tidak selalu berlaku
dalam masyarakat Indonesia,
di mana nilai-nilai keluarga
dan ketergantungan pada
orang tua sering kali dijunjung
tinggi.
suasana kehidupan keluarga
juga memainkan peran penting
dalam membentuk sikap anak
di masa mendatang. Temuan
penelitian menunjukkan
bahwa keberadaan prasangka
dalam lingkungan keluarga
dapat menciptakan sikap
prasangka pada anak-anak.
 Teman Bermain:
Ketika seorang anak tumbuh
menjadi remaja, peran teman
sebaya sering kali memiliki
pengaruh yang lebih besar
dibandingkan peran orang tua.
Dalam masyarakat,
Seringkali, kesulitan dalam
mengendalikan anak terkait
eratnya ikatan atau solidaritas
mereka dengan teman sebaya,
yang menjadi faktor utama
pembentukan perilaku.
 Sekolah:
Sekolah memainkan peran
penting dalam membentuk
karakter dan perilaku anak
melalui interaksi dengan guru,
teman sekelas, dan lingkungan
pembelajaran formal.
 Media Massa:
Kemajuan teknologi, terutama
di bidang media massa, telah
mengubah persepsi dunia yang
sebelumnya terasa sempit.
Media massa memegang peran
kunci dalam proses sosialisasi,
memungkinkan seseorang
untuk memperoleh
pengetahuan dan informasi
melalui berbagai saluran
komunikasi. seperti televisi,
radio, internet, dan media
cetak.
 Masyarakat:
Masyarakat yang majemuk
dapat menyulitkan proses
sosialisasi karena adanya
perbedaan norma dan aturan
antar kelompok etnis atau
sosial. Dalam masyarakat
majemuk, norma yang berlaku
di satu kelompok tidak selalu
sejalan dengan norma di
kelompok lain. Upaya
sosialisasi harus
mempertimbangkan
keragaman ini untuk
menciptakan pemahaman dan
harmoni di antara berbagai
kelompok dalam masyarakat.

 Upaya/Pemecahan Masalah
Melalui Sosialsasi:
Sosialisasi adalah suatu proses
yang membantu individu
dalam mempelajari dan
beradaptasi. Upaya pemecahan
masalah melalui sosialisasi
harus mempertimbangkan
keragaman masyarakat
majemuk dan melibatkan
berbagai lembaga sosialisasi
untuk menciptakan
pemahaman dan nilai bersama
di antara individu dalam
Masyarakat.
E. Hak dan kewajiban pemuda sebagai
generasi penerus bangsa
Hak dan kewajiban pemuda
sebagai generasi penerus bangsa
memiliki peran penting dalam
membangun masa depan suatu negara.
Berikut adalah beberapa hak dan
kewajiban yang umumnya dihadapi
oleh pemuda:
Hak Pemuda:
 Hak Pendidikan:
Mendapatkan akses
pendidikan yang layak dan
berkualitas.
Kesempatan untuk
mengembangkan potensi diri
melalui pendidikan formal dan
non-formal.
 Hak Partisipasi:
Berpartisipasi dalam kegiatan
politik dan sosial.
Hak untuk menyuarakan
pendapat dan berkomunikasi.
 Hak Pekerjaan dan
Pengembangan Karir:
Mendapatkan kesempatan
untuk bekerja dan berkembang
dalam karir.
Dapat berpartisipasi dalam
pelatihan dan program
pengembangan keterampilan.
 Hak Kesehatan:
Mendapatkan akses layanan
kesehatan yang baik.
Hak untuk hidup sehat dan
berpartisipasi dalam upaya
promosi kesehatan.
 Hak Rekreasi dan Budaya:
Memiliki waktu luang untuk
rekreasi dan kegiatan budaya.
Partisipasi dalam kegiatan
seni, olahraga, dan budaya.
Kewajiban Pemuda:
 Kewajiban Pendidikan:

Menyelesaikan pendidikan
dengan tekun.
Mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan untuk
kontribusi yang lebih baik.
 Kewajiban Partisipasi:
Berpartisipasi dalam proses
demokrasi dan pemilihan
umum.
Aktif dalam kegiatan sosial
yang membangun masyarakat.
 Kewajiban Kontribusi Positif:
Berkontribusi pada
pembangunan sosial dan
ekonomi.
Mengembangkan inovasi dan
kreativitas untuk kemajuan
bangsa.
 Kewajiban Kesehatan:
Menjaga kesehatan pribadi
dan berpartisipasi dalam upaya
kesehatan masyarakat.
Mendukung kampanye
kesehatan dan gaya hidup
sehat.
 Kewajiban Menghormati
Nilai-Nilai Kebangsaan:
Memahami, menghormati, dan
mempromosikan nilai-nilai
kebangsaan.
Menjaga keutuhan dan
keberagaman budaya bangsa.
BAB 3. MEWUJUDKAN SIKAP
NASIONALISME DAN PATRIOTISME DI
KALANGAN PEMUDA

A. Definisi serta ciri, tujuan, dan bentuk


Nasionalisme

Nasionalisme adalah semangat dan kesadaran


yang berkobar terhadap tanah air, dengan tekad
untuk memelihara kehormatan bangsa, merasa
bangga sebagai bagian dari komunitas bangsa,
dan memiliki solidaritas terhadap sesama warga
bangsa dan negara. Secara etimologi, kata
“nasionalisme” berasal dari bahasa Latin “natio,”
yang mengandung konsep kelahiran. Istilah ini
berkembang menjadi “nation” dalam bahasa
Inggris, Jerman, dan Belanda, mencerminkan
makna “bangsa.” Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), nasionalisme diartikan sebagai
pandangan yang mencintai tanah air dan negara
sendiri.

Definisi nasionalisme menurut para ahli yaitu


antara lain :

1. Hans Kohn, Definisi nasionalisme adalah


proses formalisasi (pembentukan bentuk) dan
rasionalisasi dari kesadaran nasional terkait
identitas bangsa dan negara sendiri.

2. Benedict Anderson, Nasionalisme diartikan


sebagai suatu entitas politik yang
direpresentasikan dan dipikirkan sebagai sesuatu
yang memiliki batasan dan kedaulatan.

3. Otto Bauar, Nasionalisme merupakan kesatuan


karakter atau perilaku yang muncul karena
adanya perasaan kesamaan nasib.

4.L.Stoddard, Nasionalisme merupakan


keyakinan yang dianut oleh mayoritas
masyarakat, di mana mereka menyatakan rasa
kebangsaan sebagai perasaan bersama yang
dimiliki dalam suatu bangsa.

5. Dr. Hertz, Nasionalisme adalah dorongan untuk


mencapai kesatuan, keinginan untuk merdeka,
aspirasi untuk mencapai keaslian, dan semangat
untuk berbagi cita-cita bersama.

Nasionalisme ditandai dengan penggabungan


kepentingan individu dan kelompok di bawah
bendera kepentingan nasional, menunjukkan
tekad untuk berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan bangsa. Fokus tujuannya dalam
ranah sosial-politik berorientasi pada
kesejahteraan nasional, dengan usaha yang
berkesinambungan untuk memperkuat kekayaan
dan kesejahteraan nasional. Sikap nasionalisme
juga termanifestasi dalam ketaatan dan kepatuhan
terhadap kebijakan serta hukum negara.

Sebagai elemen integral dari semangat


nasionalisme, peranannya memegang peranan
kunci dalam merawat dan menjaga persatuan
bangsa. Lebih dari itu, nasionalisme mendorong
usaha untuk mempertahankan keunggulan dan
kesejahteraan bangsa. Kesemuanya ini
mencirikan semangat dan dedikasi terhadap
identitas nasional.

Tujuan Nasionalisme yaitu antara lain :

Cinta Tanah Air: Mengembangkan rasa cinta yang


mendalam terhadap tanah air sebagai ekspresi
kasih sayang dan kebanggaan terhadap identitas
nasional.

Rela Berkorban: Bersedia mengorbankan diri


demi kepentingan negara dan bangsa,
menunjukkan kesiapan untuk berkorban demi
kelangsungan dan kemajuan bersama.

Prioritas Kepentingan Bangsa: Menempatkan


kepentingan bangsa dan negara di atas segala
kepentingan pribadi atau kelompok, menegaskan
komitmen untuk memberikan kontribusi pada
kesuksesan bersama.

Mendorong Persatuan dan Kesatuan: Merangsang


upaya untuk memajukan persatuan dan kesatuan,
membangun solidaritas dalam keberagaman
bangsa sebagai dasar kekuatan bersama.

Kebanggaan Kebangsaan: Membangun rasa


kebanggaan sebagai bagian dari satu bangsa, serta
berperan dalam menjaga ketertiban dan
kedamaian dunia.

Bhinneka Tunggal Ika: Mendorong persatuan


Indonesia sambil tetap menghormati keragaman
budaya dan agama, memperkokoh persatuan di
tengah perbedaan.

Bentuk bentuk nasionalisme yaitu antara lain:

Nasionalisme kewarganegaraan adalah


nasionalisme di mana negara memperoleh
kebenaran politik dari peran aktif rakyatnya.
Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela.

Nasionalisme etnis adalah nasionalisme di mana


negara memperoleh kebenaran politik dari budaya
asal atau etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan
suatu bangsa bersifat turun temurun.
Nasionalisme romantik/organik/identitas terjadi
ketika negara memperoleh kebenaran politik
secara organik, melalui identitas suatu bangsa
atau ras sesuai dengan semangat romantisme.

Nasionalisme budaya terjadi ketika negara


mendapatkan legitimasi politik dari kesamaan
budaya, tidak didasarkan pada atribut keturunan
seperti ras, warna kulit, dan faktor lainnya.

Nasionalisme kenegaraan terjadi ketika


masyarakat memiliki sentimen nasionalistik yang
kuat dan memberikan prioritas lebih tinggi
daripada hak-hak universal dan kebebasan.
Nasionalisme kenegaraan juga sering terkait
dengan nasionalisme etnis.

Nasionalisme agama terjadi ketika negara


mendapatkan legitimasi politik dari kesamaan
dalam keyakinan agama.

B. Peran pemuda dalam mewujudkan


jiwa nasionalisme di Indonesia
Peran pemuda dalam gerakan nasional tercermin
melalui kemunculan organisasi pemuda dengan
ciri kedaerahan dan keagamaan. Setelah itu,
pemuda terlibat dalam isu-isu politik nasional.
Kesadaran nasional mendorong upaya pemuda
untuk mendapatkan pendidikan. Mereka Pada
tahun 1908, pemuda pelajar STOVIA membentuk
gerakan politik dan sosial-budaya, seperti Budi
Utomo, dengan fokus memperbaiki kehidupan
masyarakat dalam bidang budaya dan pendidikan
(Hatta, 1980: 9). Setelah Budi Utomo, muncul
organisasi pemuda lainnya, seperti Tri Koro
Dharmo yang bertransformasi menjadi Jong Java,
serta organisasi daerah seperti Jong Sumateranen
Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong
Ambon, Jong Batak, pemuda Betawi, Sekar
Rukun, dan pemuda Timor. Tujuan mereka adalah
memperluas persaudaraan dan mengembangkan
kebudayaan daerah masing-masing. Organisasi
berbasis kebangsaan, seperti PI, PPPI, dan
Pemuda Indonesia, juga turut berperan dalam
menciptakan kesadaran nasional. Peran pemuda
dalam berbagai organisasi tercermin dalam upaya
menyatukan mereka menjadi entitas nasional,
yang mencapai puncaknya pada Kongres Pemuda
I pada 30 April-2 Mei 1926, yang diberi nama
Pemuda Indonesia (Pringgodigdo, 1994: 24). Ini
menjadi tonggak penting dalam sejarah,
menggambarkan kolaborasi pemuda dalam
membentuk kesadaran Kongres Pemuda II pada
26-28 Oktober 1928, dihadiri oleh semua
organisasi pemuda, berhasil menyatukan
kekuatan nasional. Melalui kongres-kongres ini,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia semakin
diperkuat, terutama dengan lahirnya Sumpah
Pemuda. Pelaksanaan kongres tersebut
mencerminkan usaha keras pemuda Indonesia
dalam memajukan nilai-nilai kebangsaan dan
meneguhkan eksistensinya dalam gerakan
nasional Indonesia, yang didasarkan pada prinsip
persatuan dan kesatuan. Generasi muda
Indonesia memegang peran penting sebagai
pewaris dan penerus bangsa. Kemajuan bangsa
ini sangat tergantung pada tingkat nasionalisme di
kalangan pemuda. Namun, perkembangan zaman
yang semakin canggih membawa dampak negatif
terhadap semangat nasionalisme, terutama karena
pengaruh Barat yang merajalela di kalangan
generasi muda Indonesia. Nasionalisme menjadi
aspek krusial dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai wujud cinta dan kehormatan
terhadap tanah air. Oleh karena itu, pemuda
memiliki peran aktif dalam menjaga nilai-nilai
nasionalisme tersebut. keutuhan persatuan bangsa
dan meningkatkan citra bangsa di dunia.
Sayangnya, merosotnya semangat nasionalisme
dapat menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan
bangsa Indonesia. Ketidakmampuan ini dapat
memperlemah ketahanan nasional, membuatnya
rentan terhadap penetrasi pihak asing. Secara
tidak langsung, generasi muda Indonesia dapat
dianggap sebagai penjajah mental dan ideologis
terhadap bangsanya sendiri. Diperlukan upaya
nyata untuk menghidupkan semangat
nasionalisme, terutama di kalangan pelajar
sebagai pemimpin masa depan. Ada banyak cara
yang dapat ditempuh untuk meningkatkan rasa
nasionalisme, seperti melalui pembelajaran nilai
Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah.
Selain itu, kegiatan seperti menyanyikan lagu
nasional, menghormati bendera merah putih, dan
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik juga
dapat menjadi cara efektif. Pentingnya upaya ini
terletak pada konsistensinya dan dilakukan secara
berkelanjutan. Dengan demikian, semangat
nasionalisme dapat tumbuh dan berkembang
dalam diri pelajar/generasi muda secara
berkesinambungan.

Sikap nasionalisme yang harus contoh pemuda


Indonesia di era globalisasi.

Menghargai Keanekaragaman Budaya

Memahami Kekayaan Budaya Indonesia


mengenalkan keberagaman budaya yang sangat
luas, mencakup bahasa, tradisi, kuliner, pakaian
adat, seni, dan sastra. Kekayaan budaya ini
menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia
yang harus dijaga dengan baik. Memelihara
keberagaman budaya tidak hanya berarti
menghargai keberadaannya, tetapi juga
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketika setiap individu di Indonesia menghargai
keanekaragaman budaya, akan tercipta suasana
saling menghormati dan menghargai sesama. Hal
ini esensial untuk membangun fondasi persatuan
dan kesatuan bangsa yang kuat, menjadikan
Indonesia sebagai negara yang mandiri dan
berdaulat. Menghargai keanekaragaman budaya
juga dapat meningkatkan pemahaman dan
toleransi terhadap perbedaan.

Memperkuat Persatuan dan Kesatuan

Indonesia adalah negara yang dihuni oleh


berbagai suku, agama, dan budaya yang beragam.
Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan
menjadi hal yang krusial untuk mempertahankan
integritas negara Indonesia. Dalam memperkuat
persatuan dan kesatuan, salah satu langkah yang
esensial adalah menghargai keragaman. Sebagai
negara yang beraneka ragam, Indonesia
mengalami berbagai perbedaan, termasuk dalam
aspek suku, agama, dan budaya. Meskipun
demikian, perbedaan ini tidak seharusnya menjadi
penghalang dalam upaya membangun persatuan
dan kesatuan. Sebaliknya, perbedaan tersebut
sebaiknya dianggap sebagai sumber kekuatan
untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa.

Meningkatkan Kualitas Hidup

Indonesia, sebagai negara yang memiliki beragam


suku, agama, dan budaya, menekankan
pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan
untuk mempertahankan integritasnya. Dalam
memperkuat persatuan dan kesatuan, penting
untuk memberikan nilai pada perbedaan. Sebagai
negara yang kaya akan keragaman, Indonesia
mengalami berbagai variasi, termasuk perbedaan
suku, agama, dan budaya. Meskipun adanya
perbedaan, hal ini seharusnya tidak menjadi
penghambat dalam upaya membangun persatuan
dan kesatuan. Sebaliknya, perbedaan tersebut
seharusnya dianggap sebagai sumber kekuatan
untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa.

Menghormati Simbol-Simbol Negara

Simbol-simbol negara yang dimaksud melibatkan


lambang negara, bendera, lagu kebangsaan, dan
motto negara. Lambang negara menjadi
gambaran yang merefleksikan identitas bangsa
Indonesia, terwujud dalam Garuda Pancasila,
yang mencerminkan kekuatan, keberanian,
keadilan, dan kebijaksanaan. Bendera, dalam
bentuk Merah Putih, memiliki makna penting dan
patut dihormati oleh semua warga negara. Merah
Putih mengartikan semangat dan tekad dalam
perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia.
Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” juga menjadi
simbol yang patut dihargai oleh seluruh warga
negara. Lirik dan melodi lagu ini mengandung
makna filosofis yang mendalam. Oleh karena itu,
adalah penting bagi seluruh warga negara
Indonesia untuk menghargai dan menyuarakan
lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dengan
semangat dan kebanggaan.

C. Definisi serta ciri-ciri, dan tujuan


patriotisme

Definisi patriotisme Menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia (KBBI), patriotisme adalah
sikap seseorang yang bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran
tanah airnya.

Suprapto, menyatakan bahwa patriotisme adalah


semangat cinta tanah air atau sikap seseorang
yang rela mengorbankan segalanya untuk
kejayaan dan juga kemakmuran tanah airnya.
Patriotisme merupakan jiwa dan semangat cinta
tanah air yang melengkapi eksistensi
nasionalisme.

Bakry, menegaskan bahwa patriotisme tidak


hanya menjadi komponen penting, melainkan
juga bagian tak terpisahkan dari konsep
kebangsaan dalam nasionalisme Indonesia.
Staub, dalam pandangannya mengartikan
patriotisme sebagai ikatan kuat seseorang
terhadap kelompoknya, baik itu suku, bangsa,
atau partai politik. Dalam analisisnya, Staub
membedakan dua bentuk patriotisme yang
menonjol:

1. Patriotisme Buta. Sebagai bentuk keterikatan


pada negara tanpa mempertimbangkan apapun.
Ciri khasnya adalah loyalitas tanpa keraguan dan
kurang toleransi terhadap kritik.

2. Patriotisme Konstruktif Merupakan patriotisme


yang mendorong kritik dan pertanyaan dari
anggota kelompok, dengan tujuan mencapai
perubahan positif demi kesejahteraan anggota.

Pandangan Richard Aldington menambah


dimensi pada pemahaman patriotisme sebagai
tanggung jawab kolektif yang esensial dalam
kehidupan bersama, baik di tingkat lokal maupun
internasional.

Sikap patriotisme mencakup aspek-aspek berikut:


1. Pemahaman Identitas Diri: Menerima,
memahami, dan memperkaya karakter serta
kepribadian bangsa.

2. Membangun Solidaritas, Dengan sesama untuk


mencapai kesejahteraan bangsa.

3. Cinta Tanah Air, Menyematkan nilai budaya


sebagai modal penting dalam perjuangan
mencapai cita-cita bangsa.

4. Keterbukaan Global, Bersedia belajar dari


bangsa lain demi kemajuan bersama.

5. Analisis Kekuatan dan Kelemahan, Menilai


kekuatan dan kelemahan negara dan bangsa
dengan keterbukaan dan realisme.

6. Solidaritas dan Tanggung Jawab, Patriotisme


menunjukkan tanggung jawab terhadap seluruh
bangsa, mencintai bangsa dan negara untuk
kesejahteraan bersama, bukan hanya tujuan
pribadi.
7. Sikap Realistis, Bersedia melihat kekuatan dan
potensi yang dapat merugikan baik bangsa sendiri
maupun bangsa lain.

8. Pembawa Modal Budaya, Patriotisme


membawa modal dan warisan budaya rohani
bangsa, menjadi kekuatan dalam perjuangan
untuk mewujudkan cita-cita yang telah ditetapkan
(Aldington).

Sikap patriotisme memiliki tujuan yang sangat


penting bagi warga negara Indonesia. Beberapa
tujuan dari sikap patriotisme antara lain:

1. Menciptakan hubungan yang harmonis dan


rukun, serta mempererat tali persaudaraan antar
sesama warga negara.

2. Menjaga persatuan dan integritas negara dari


segala ancaman, baik yang berasal dari dalam
maupun luar.

3. Mengurangi tuntutan yang berlebihan atau


ekstrem dalam hak dan kewajiban warga negara,
baik secara individu maupun kelompok.
4. Menumbuhkan rasa cinta tanah air di setiap
warga negara, sehingga mampu menghadapi
berbagai tantangan.

D. Peran patriotisme pemuda di


Indonesia.

Memahami pentingnya warisan Sumpah Pemuda


bagi peran pemuda saat ini adalah kunci untuk
memastikan bahwa komitmen dan integritas terus
menjadi landasan dalam membangun masa depan
bangsa. Tanggung jawab generasi muda, terutama
di ranah eksekutif, legislatif, dan yudikatif, harus
diperkuat agar peran mereka sesuai dengan
semangat persatuan yang dinyatakan pada 28
Oktober 1928. Untuk para generasi muda
menunjukkan potensi mereka, Bung Karno dan
sejumlah tokoh lainnya memegang peranan kunci
dalam perjuangan merebut kemerdekaan
Indonesia. Riwayat mencatat bahwa gerakan
besar dan revolusioner juga didorong oleh
pemuda Indonesia. Semangat nasionalisme dan
patriotisme pada kalangan generasi muda berhasil
membimbing mereka melewati berbagai tahap
semangat anti penjajahan. Pada periode 1966,
1974, dan 1998, peran pemuda diakui sebagai
“The Agent Of Social Control.” Perjuangan
mereka berfungsi sebagai saluran aspirasi
masyarakat yang terpinggirkan di bawah
pemerintahan tertentu. Walaupun begitu,
organisasi pergerakan pemuda menghadapi
tantangan internal, terutama terkait kekurangan
kader baru. Peran kader sebagai sumber daya
manusia organisasi sangat penting dan juga
berdampak besar pada kelangsungan hidup
organisasi. Faktor tersebut dipengaruhi oleh
kebijakan kurikulum pendidikan di Indonesia
yang dimana cenderung menuju arah kapitalisme
dan juga liberalisme.

E. Contoh sikap patriotisme pemuda


sebagai penerus bangsa Indonesia.

Keterlibatan dalam Pembangunan Lokal:


Partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan
infrastruktur lokal, seperti sekolah, jalan, dan
fasilitas umum, mencerminkan semangat
patriotisme. Hal ini menunjukkan tanggung jawab
terhadap perkembangan daerah mereka.

Mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat


lokal melalui dukungan terhadap produk dan
usaha kecil-menengah menunjukkan semangat
patriotisme ekonomi. Selain itu, menghormati dan
memelihara warisan budaya leluhur melalui
penghargaan terhadap tradisi lokal merupakan
bentuk konkret penghormatan terhadap akar
budaya bangsa, memperkuat semangat
patriotisme budaya. Pemanfaatan dan
peningkatan popularitas bahasa nasional juga
mencerminkan apresiasi terhadap identitas
linguistik dan keseragaman bahasa. Partisipasi
aktif dalam pemilihan umum bukan hanya
pemenuhan kewajiban kewarganegaraan,
melainkan juga kontribusi penting dalam
membentuk arah negara. Keseluruhan tindakan
ini bersama-sama menciptakan kemandirian,
memperkuat identitas, dan merawat keberlanjutan
komunitas kita. Menunjukkan semangat
demokrasi dan kepedulian terhadap nasib bangsa
bisa diwujudkan melalui tindakan konkret.
Menghormati bendera, lambang negara, dan lagu
kebangsaan adalah langkah simpel yang
mencerminkan kasih sayang pada negara. Terlibat
dalam perayaan hari kemerdekaan, Hari
Pahlawan, atau peristiwa bersejarah lainnya
menunjukkan keterikatan pada sejarah nasional.

Keterlibatan dalam kegiatan sosial, seperti bakti


sosial atau donasi, tidak hanya membantu sesama
warga negara, tetapi juga memupuk semangat
kebersamaan. Pengembangan dan pelestarian
keahlian lokal tradisional, seperti kerajinan
tangan atau seni rupa, menjadi cara menjaga
identitas budaya dan semangat patriotisme.

Partisipasi dalam isu lingkungan, seperti


menanam pohon atau mengurangi plastik,
mencerminkan cinta pada tanah air dan keinginan
untuk melestarikan alam. Selain itu, mendukung
dan menggunakan teknologi buatan dalam negeri
adalah bentuk dukungan pada inovasi lokal dan
menunjukkan semangat patriotisme di bidang
teknologi. Keseluruhan tindakan ini bersama-
sama menciptakan keterlibatan aktif dan
komitmen pada pembangunan positif bagi negara.

Contoh sikap patriotisme yang dapat diwujudkan


oleh pemuda:

Sikap patriotisme di sektor ekonomi mencakup


dukungan dan penggunaan produk domestik,
keterlibatan dalam kegiatan usaha yang produktif,
serta pengembangan keterampilan kepemimpinan
dan manajemen.

Dalam ranah hukum, sikap patriotisme mencakup


kepatuhan terhadap hukum dan norma yang
berlaku, penghormatan terhadap asas praduga tak
bersalah, menjauhi praktek main hakim sendiri,
dan saling memberikan peringatan ketika terjadi
pelanggaran hukum.

Sikap patriotisme dalam domain sosial budaya


melibatkan upaya pelestarian adat daerah,
memberikan bantuan kepada sesama yang
mengalami musibah, menjaga kebersihan sarana
umum, berkontribusi pada pelayanan umum yang
adil, dan bijak dalam mengadopsi unsur budaya
asing yang memberikan dampak positif.

Dalam aspek pertahanan dan keamanan,


patriotisme tercermin dalam dukungan terhadap
aparat yang bertugas menjaga keamanan,
memberikan informasi yang dapat mengancam
masyarakat kepada pihak berwajib, dan menolak
paham-paham yang bisa merugikan bangsa.

Di lingkungan keluarga, sikap patriotisme dapat


terlihat melalui pengibaran bendera merah putih
pada Hari Kemerdekaan RI, membaca buku
dengan tema perjuangan, dan berkontribusi
membantu pekerjaan orang tua.

Dalam perspektif patriotisme berbangsa dan


bernegara, partisipasi dalam menjaga keamanan
dan ketertiban di masyarakat, menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
mengikuti kegiatan yang diadakan oleh tokoh
masyarakat atau pihak kampung, serta siap
memberikan bantuan kepada teman atau tetangga
yang membutuhkan, semuanya mencerminkan
sikap konkret dari patriotisme. Selain itu,
menolak budaya asing yang tidak sesuai dengan
karakter bangsa juga menjadi aspek penting
dalam menjaga identitas dan nilai-nilai nasional.

F. Penumbuhan nilai patriotisme dan


nasionalisme pada kalangan pemuda
di era globalisasi

Globalisasi, sebagai fenomena dalam evolusi


peradaban manusia, terus berkembang sejalan
dengan kemajuan teknologi. Dampaknya tidak
dapat dihindari bagi manusia, baik dengan
kesadaran atau tanpa disadari. Khususnya,
generasi muda sangat dipengaruhi oleh fenomena
ini. Meskipun membawa dampak positif seperti
akses mudah terhadap informasi dan kemudahan
berbelanja online, kita perlu waspada terhadap
dampak negatifnya.
Fasilitas teknologi dapat menciptakan krisis nilai-
nilai kepahlawanan, sementara peningkatan
tingkat pengangguran karena otomatisasi
dianggap sebagai dampak negatif yang signifikan.
Kejahatan melalui media sosial juga mengalami
peningkatan, mengancam reputasi seseorang
secara tidak adil. Selain itu, kecintaan terhadap
budaya lokal dapat terkikis, dan produk dalam
negeri dianggap kurang modern.

Permainan daring yang populer di kalangan


generasi muda, meskipun menjadi tren, dapat
mengurangi semangat nasionalisme. Semua
tantangan ini harus dihadapi oleh generasi muda,
yang diharapkan menjadi harapan bangsa.
Mereka perlu memahami perjuangan para
pahlawan yang membentuk kemerdekaan dan
melihat nasionalisme sebagai kunci untuk
mempertahankan identitas di tengah arus
globalisasi.

Keberhasilan meningkatkan semangat


nasionalisme menjadi fokus utama, terutama
melalui pendidikan dan pelestarian nilai-nilai
kepahlawanan. Generasi muda harus menjadi
pelopor dalam memajukan bangsa Indonesia,
menyaring dampak negatif dari globalisasi, dan
menjaga jati diri bangsa. Penting untuk
mengingat bahwa Indonesia berakar dari
perjuangan gigih para pahlawan yang penuh
semangat cinta tanah air, rela berkorban, dan
bersatu padu.

Peran generasi muda menjadi kunci untuk


mencapai cita-cita bangsa dan meneruskan
pembangunan. Mereka perlu menjadi inovator
yang merawat nilai-nilai lokal dan memajukan
sistem pendidikan. Revitalisasi nilai-nilai
kepahlawanan menjadi langkah penting dalam
menghadapi arus globalisasi yang terus
berkembang. Semua upaya ini dilakukan untuk
memperkuat identitas bangsa dan negara
Indonesia di panggung dunia yang terus berubah.
BAB 4: PARADIGMA GENERASI MUDA
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
BAIK DALAM NEGERI MAUPUN LUAR
NEGERI

A. Pengertian Paradigma
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), paradigma
memiliki beberapa pengertian,
salah satunya adalah suatu pola
pikir atau model dasar yang
menjadi pandangan atau landasan
seseorang terhadap sesuatu.
Paradigma adalah kerangka
berpikir atau model dasar yang
memandu cara seseorang
memahami dan menginterpretasi
dunia. Ini mencakup keyakinan,
nilai, dan asumsi yang membentuk
perspektif seseorang terhadap
suatu topik atau fenomena.
Paradigma dapat memengaruhi
cara seseorang merumuskan
pertanyaan, mengumpulkan data,
dan menyusun penjelasan tentang
suatu masalah.

Konsep model mempunyai banyak


penafsiran yang berbeda-beda
oleh para ahli yang berbeda-beda.
Beberapa definisi para ahli
antara lain:
1. Thomas Kuhn: Thomas Kuhn,
seorang filsuf sains,
menyatakan bahwa paradigma
adalah kerangka kerja umum
yang diterima oleh suatu
komunitas ilmiah pada suatu
periode tertentu. Ia
mengemukakan konsep
“revolusi ilmiah” di mana
paradigma dapat berubah
secara mendalam ketika terjadi
perubahan besar dalam cara
kita memahami dunia.

2. Fritjof Capra: Fritjof Capra,


fisikawan dan penulis,
mengatakan bahwa paradigma
adalah pola berpikir yang
mencakup pandangan dunia,
nilai-nilai, dan keyakinan yang
menjadi landasan suatu
masyarakat atau suatu ilmu
pengetahuan.

3. Stephen Covey: Stephen


Covey, penulis buku "The 7
Habits of Highly Effective
People," menganggap
paradigma sebagai lensa atau
pola pemikiran yang
mempengaruhi cara kita
melihat dan memahami dunia,
serta bagaimana kita
bertindak.

4. Peter Berger dan Thomas


Luckmann: Dalam sosiologi,
Berger dan Luckmann
menyebut paradigma sebagai
“struktur sosial dari realitas”
yang dibentuk melalui proses
sosialisasi dan interaksi sosial.

Masing-masing definisi ini


menekankan bahwa paradigma lebih
dari sekedar visi atau model dasar; ini
mencakup nilai-nilai, keyakinan, dan
pemahaman yang membentuk cara
kita memandang dan berinteraksi
dengan dunia
B. Bentuk dan Prinsip Pola Pikir
pada Generasi Muda
Generasi milenial dan generasi Z
saat ini menjadi sorotan utama
dalam masyarakat. Dengan
potensi luar biasa yang dimiliki
oleh generasi ini, mereka
diharapkan menjadi pemimpin
masa depan yang mampu
menghadapi berbagai tantangan.
Namun, untuk mencapai potensi
mereka yang maksimal, generasi
muda harus dapat mengubah
karakter mereka. Revolusi
karakter adalah langkah awal yang
penting untuk membentuk
generasi muda menjadi pemimpin
yang tangguh dan inovatif.
Prinsip-prinsip yang sering
diasosiasikan dengan paradigma
generasi muda melibatkan sikap,
nilai, dan pandangan yang
umumnya diadopsi oleh generasi
tersebut. Nilai-nilai tersebut
seringkali dikaitkan dengan
keteladanan generasi muda yang
mempengaruhi sikap, nilai dan
pemikiran generasi ini. Beberapa
prinsip paradigma generasi muda
atau remaja mungkin termasuk:

1. Keterbukaan terhadap
keberagaman: Menghargai
perbedaan budaya, pendapat,
dan latar belakang, serta
mendorong inklusivitas.

2. Kebebasan dan Kreativitas:


Mendorong kemandirian,
inovasi, dan kreativitas dalam
pemecahan masalah.

3. Pentingnya Keseimbangan:
Memahami arti keseimbangan
antara pekerjaan, kehidupan
pribadi, dan kesejahteraan
mental.

4. Advokasi untuk keberlanjutan:


Kesadaran terhadap isu-isu
lingkungan dan dukungan
terhadap praktik
berkelanjutan.

5. Teknologi sebagai alat, bukan


sekedar hobi : Memahami dan
menggunakan teknologi
sebagai alat untuk mencapai
tujuan, bukan hanya sebagai
hiburan semata.

6. Keterlibatan Sosial: Gunakan


platform sosial untuk
membicarakan isu-isu sosial
dan berpartisipasi dalam
perubahan positif.

7. Pembelajaran seumur hidup:


Kecenderungan untuk terus
belajar sepanjang hidup dan
mengadopsi pendekatan
pembelajaran sepanjang hayat.

8. Jiwa wirausaha : Memiliki


semangat berwirausaha,
menciptakan peluang baru dan
menghadapi tantangan dengan
percaya diri.

9. Pentingnya Kesehatan Mental:


Memahami pentingnya
kesehatan mental dan
mengurangi stigma terkait
dengan masalah kesehatan
mental.

10. Keterlibatan aktif: Terlibat


dalam politik dan politik serta
berpartisipasi dalam kegiatan
yang mendukung perubahan
positif. Ingatlah bahwa ini
adalah gambaran umum dan
bahwa setiap remaja mungkin
memiliki nilai dan standar
yang berbeda.

Tantangan yang harus dihadapi oleh generasi


muda adalah paradigma yang ketinggalan zaman.
Banyak pemikiran konvensional yang harus
diubah agar sesuai dengan perkembangan zaman
yang cepat. Generasi muda harus siap untuk
mengubah paradigma tersebut dan
menghadapinya dengan kepala tegak. Dalam era
digital ini, mereka harus memiliki kemampuan
beradaptasi dengan perkembangan teknologi,
memahami kebutuhan masyarakat yang beragam,
dan memiliki pemikiran yang inovatif.
Pemuda mempunyai potensi bagi negara untuk
menjadi motor penggerak kemajuannya. Peran
pemuda sangat penting dalam menjamin
pembangunan dan menjaga kemandirian nasional.
Di era globalisasi saat ini, peran mahasiswa
mempunyai pengaruh yang besar terhadap
negara. Baik secara keilmuan maupun etika,
pelajar akan mengubah harkat dan martabat suatu
bangsa, karena pelajar adalah ulama yang
melaksanakan kegiatan pendidikan pada jenjang
tertinggi. Jika etika mahasiswa tidak baik maka
nama baik negara pun akan tercoreng. Jika
mahasiswa berpikir positif, Indonesia akan
dengan mudah menemukan penemuan-penemuan
baru yang akan membantu nama Indonesia
dikenal hingga ke seluruh dunia membawa NKRI
berubah menjadi lebih baik.
C. Perwujudan Paradigma dalam
berbagai Aspek
Paradigma dapat menciptakan
perwujudan yang khas dalam
berbagai aspek bidang. Berikut
adalah beberapa contoh
perwujudan paradigma dalam
beberapa bidang khusus:

1. Teknologi:
- Model inovasi terobosan
- Perwujudan: Perkembangan
teknologi baru mengubah cara
tradisional dalam melakukan
sesuatu. – Contoh: kesuksesan
startup teknologi yang berpotensi
mengubah industri, seperti Uber di
bidang transportasi.
2. Pendidikan:
- Paradigma Pembelajaran Seumur
Hidup:
- Perwujudan: Fokus pada
pendidikan yang berkelanjutan
sepanjang hidup, bukan hanya
selama masa sekolah.
– Contoh: Platform daring untuk
kursus daring dan inisiatif
pembelajaran komunitas.

3. Bisnis:
- Paradigma Berkelanjutan:
- Perwujudan: Memasukkan
keberlanjutan sebagai elemen inti
dalam strategi bisnis.
– Contoh: Perusahaan yang
mengadopsi praktik ramah
lingkungan dan memperhatikan
dampak sosialnya.

4. Seni dan budaya:


- Metode ekspresi pribadi:
- Perwujudan: Mendorong
ekspresi kreatif yang unik dan
individual.
– Contoh: Seniman menggunakan
berbagai media untuk
menyampaikan pesannya dengan
cara yang orisinal.

5. Kesehatan:
- Model kesehatan yang
komprehensif:
- Perwujudan: Melibatkan aspek
fisik, mental dan sosial dari
pendekatan terhadap kesehatan.
– Contoh: Merupakan metode
pengobatan yang memadukan
pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif.

6. Lingkungan:
- Model konservasi alam:
- Prestasi : Mengutamakan
kelestarian alam dan sumber daya
alam.
– Contoh: program konservasi,
pengembangan energi terbarukan
dan gerakan melawan sampah
plastik.

7. Kebijakan:
- Model partisipatif:
- Perwujudan: Mendorong
partisipasi aktif warga negara
dalam pengambilan keputusan
politik
. – Contoh: Proses pengembangan
kebijakan melibatkan partisipasi
masyarakat dan partisipasi
masyarakat.

8. Hukum:
- Model hukum pidana restoratif:
- Perwujudan: berfokus pada
rekonsiliasi dan penyembuhan
dalam menangani kejahatan.
– Contoh: Program mediasi
antara pelaku dan korban untuk
mencapai kesepakatan rehabilitasi.
Perwujudan model ini
mencerminkan perubahan nilai,
pandangan dunia, dan cara
berpikir yang membentuk
berbagai aspek masyarakat.

Penerapan suatu model dapat


membentuk evolusi dan
perubahan di berbagai bidang.

D. Dinamika paradigma mencakup


perubahan dan perkembangan
dalam cara kita memahami,
memandang, dan menghadapi
dunia. Ini melibatkan pergeseran
pandangan, nilai, dan keyakinan
dalam masyarakat atau kelompok
tertentu. Dalam konteks generasi
muda, dinamika paradigma
mencerminkan evolusi dalam cara
mereka melihat diri mereka, relasi
sosial, tanggung jawab, serta
respon terhadap perubahan
lingkungan dan teknologi.
Perubahan ini dapat mencakup
penyesuaian terhadap nilai-nilai
baru, aspirasi, dan pola pikir yang
memandu tindakan mereka.

Dinamika paradigma generasi


muda terus berkembang seiring
perubahan zaman, teknologi, dan
nilai-nilai sosial. Generasi muda
cenderung lebih terbuka terhadap
keragaman, inovasi, dan isu-isu
global. Perubahan ini dapat
memengaruhi pandangan mereka
terhadap pekerjaan, hubungan,
dan kontribusi sosial.

Beberapa pendorong paradigmatik


yang mempengaruhi generasi
muda antara lain:
1. Teknologi dan digitalisasi:
Pesatnya penggunaan teknologi
mengubah cara generasi muda
berinteraksi, bekerja, dan
mengumpulkan informasi.

2. Keberagaman dan inklusi:


Generasi muda cenderung lebih
menghargai keberagaman dan
mengupayakan inklusi dalam
berbagai aspek kehidupan

3. Keseimbangan kehidupan
kerja: Ada peningkatan kesadaran
akan pentingnya keseimbangan
karir dan kehidupan.

4. Kesadaran lingkungan:
Perhatian terhadap permasalahan
lingkungan hidup, keberlanjutan
dan tanggung jawab sosial
semakin menjadi prioritas.

5. Pendidikan non-tradisional:
Munculnya metode pendidikan
yang lebih fleksibel seperti
pembelajaran online dan pelatihan
mandiri.
6. Kesadaran akan kesehatan
mental: Generasi muda semakin
sadar akan kesehatan mental dan
mendukung pentingnya perawatan
kesehatan mental.
7. Keteladanan gender:
Mengubah sikap mengenai peran
gender dan meningkatkan
dukungan terhadap kesetaraan
gender.

8. Ekonomi Berbagi: Menerapkan


konsep ekonomi berbagi dan
kolaboratif, seperti berbagi
kendaraan atau perumahan.

Dinamika model ini mencerminkan perubahan


nilai, prioritas, dan perilaku yang mungkin
membedakan generasi muda dengan generasi
sebelumnya. Terlepas dari itu, dinamika
paradigma juga memiliki faktor-faktor yang bisa
memengaruhi generasi muda yang sedang
menghadapi tantangan diluar sana. Faktor-faktor
yang mempengaruhi dinamika model melibatkan
beberapa aspek, antara lain:

1. Teknologi: Perkembangan
teknologi yang pesat dapat
menyebabkan perubahan
dalam cara kita berpikir
dan berinteraksi dengan
dunia.
2. Budaya: Nilai, norma, dan
tradisi suatu budaya dapat
menjadi paradigma
dominan di kalangan
generasi muda.

3. Pendidikan: Sistem
pendidikan dan nilai-nilai
yang diterapkan selama
proses pembelajaran dapat
berperan penting dalam
membentuk pandangan
dunia generasi muda.

4. Ekonomi: Kondisi ekonomi


dapat mempengaruhi
aspirasi dan prioritas
generasi muda, seperti
pandangan terhadap karir
dan kepemilikan rumah.

5. Politik: Perubahan lanskap


politik dan kebijakan
pemerintah dapat
membentuk sikap generasi
muda terhadap partisipasi
politik dan isu-isu sosial.

6. Lingkungan sosial :
Interaksi dengan rekan
kerja, keluarga dan
masyarakat sekitar
berperan dalam membentuk
pandangan dan nilai-nilai
generasi muda.

7. Media Massa: Media


massa, termasuk jejaring
sosial, mempunyai
pengaruh yang besar dalam
membentuk opini, tren dan
persepsi generasi muda.

8. Perubahan Sosial: Isu-isu


seperti perubahan iklim,
globalisasi dan perubahan
sosial dapat merangsang
perubahan paradigma
dalam cara pandang
generasi muda terhadap
dunia.
9. Peristiwa sejarah: Sejumlah
peristiwa sejarah, baik
lokal maupun global, dapat
mempengaruhi pandangan
hidup generasi muda.
Kombinasi faktor-faktor tersebut membentuk
pola kompleks yang dinamis dan terus
berkembang seiring berjalannya waktu.

E. Permasalahan yang Timbul Akibat


Paradigma Generasi Muda
Bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang beraneka ragam
karena terdiri dari atas berbagai
suku bangsa, adat istiadat, bahasa
daerah, serta agama yang berbeda-
beda. Begitu pula dengan para
generasi-generasi nya, generasi
zaman sekarang juga memiliki
berbagai macam ragam dan pola
pikir yang berbeda-beda. Namun
dibalik keberagaman itu, terdapat
masalah yang datang karena
perbedaan pola pikir dari para
generasi muda yang disebabkan
faktor dari dalam negeri maupun
luar negeri.

Beberapa permasalahan yang


dapat timbul akibat dinamika
model generasi muda antara lain:

1. Kesenjangan generasi:
Perbedaan cara pandang antara
generasi muda dan generasi
tua dapat menimbulkan
perselisihan dan konflik antar
generasi.

2. Tantangan Ketenagakerjaan:
Generasi muda mungkin
mengalami kesulitan dalam
mencari pekerjaan atau
beradaptasi dengan perubahan
dinamika pasar tenaga kerja
yang terus berkembang.

3. Isu Kesehatan Mental:


Tekanan dari tuntutan sosial,
pekerjaan, dan ekspektasi
dapat menyebabkan
peningkatan masalah
kesehatan mental di kalangan
generasi muda.

4.Ketergantungan pada
Teknologi: Generasi muda
yang terlalu tergantung pada
teknologi mungkin
menghadapi masalah terkait
kesehatan mental, kurangnya
interaksi sosial langsung, dan
masalah ketergantungan.

5. Kesenjangan Ekonomi:
Tantangan ekonomi dapat
mempengaruhi generasi muda,
termasuk kesulitan dalam
kepemilikan rumah,
membayar utang pendidikan,
dan mencapai stabilitas
keuangan.

6. Konsumisme: Paradigma
konsumsi yang kuat dapat
menyebabkan perilaku
konsumtif, utang, dan
kurangnya kesadaran terhadap
keberlanjutan lingkungan.
7. Kurangnya Keseimbangan
Hidup: Fokus pada karir dan
keberhasilan dapat
menyebabkan kurangnya
keseimbangan antara
kehidupan profesional dan
pribadi.

8. Ketidakpastian mengenai
masa depan: Faktor-faktor
seperti perubahan iklim,
permasalahan ekonomi global
dan krisis kesehatan dapat
menimbulkan rasa
ketidakpastian mengenai masa
depan bagi generasi muda.

Penting untuk diingat bahwa


meskipun terdapat beberapa
permasalahan yang mungkin
timbul, generasi muda juga
menawarkan potensi perubahan
dan inovasi positif dalam
masyarakat.
F. Upaya Generasi Muda dalam
Menghadapi Berbagai Tantangan
dengan Paradigma
Perubahan merupakan bagian tak
terpisahkan dari perkembangan
dunia, termasuk di dalamnya
dunia pendidikan tinggi. Era
globalisasi dan kemajuan
teknologi telah mengubah lanskap
pendidikan, dan mahasiswa harus
siap menghadapi perubahan
tersebut. Generasi muda harus
menyadari bahwa perubahan
adalah hal yang tidak dapat
dielakkan. Dalam dunia yang terus
berkembang, mahasiswa harus
terbuka terhadap perubahan dan
beradaptasi dengan cepat agar
dapat meraih keberhasilan di masa
depan.
Meskipun memiliki berbagai
masalah, tentu saja ada upaya dan
solusi yang dilakukan para
penerus bangsa untuk menghadapi
tantangan dari dalam maupun luar
negeri. Hal ini dilakukan agar
Bangsa Indonesia tetap menjadi
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Generasi muda melakukan


berbagai upaya untuk
memecahkan tantangan terkait
model yang mereka hadapi.
Beberapa upaya tersebut antara
lain:

1. Inovasi dan kreativitas:


Generasi muda kerap mendorong
inovasi dan kreativitas untuk
menemukan solusi baru terhadap
permasalahan, terutama dalam
menghadapi perubahan teknologi
dan lingkungan.

2. Pendidikan dan keterampilan:


Meningkatkan pencapaian
pendidikan dan mengembangkan
keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan pasar tenaga kerja
modern merupakan upaya penting
untuk mengatasi tantangan
perekonomian.

3. Aktivisme sosial dan


lingkungan: Banyak generasi
muda berpartisipasi dalam
aktivisme sosial dan lingkungan
untuk mendukung perubahan
positif terkait isu-isu seperti
perubahan iklim, kesetaraan dan
hak asasi manusia.

4. Pemberdayaan pribadi dan


kewirausahaan: Beberapa generasi
muda memilih jalur kemandirian
dan menjadi wirausaha. Mereka
menciptakan peluang, lapangan
kerja, dan memberikan dampak
positif bagi komunitasnya.

5. Pemanfaatan teknologi untuk


pemberdayaan: Generasi muda
sering kali memanfaatkan
teknologi untuk menumbuhkan
pengetahuan, menyampaikan
pendapat, dan menggalang
dukungan untuk menciptakan
perubahan positif.

6. Kesadaran kesehatan mental:


Meningkatnya kesadaran akan
kesehatan mental menyebabkan
generasi muda mencari bantuan
dan angkat bicara mengenai
masalah kesehatan mental,
sehingga mengurangi stigma
seputar masalah tersebut.

7. Mengembangkan jaringan
sosial dan profesional:
Menciptakan jaringan sosial dan
profesional membantu kaum muda
mendapatkan dukungan, peluang
untuk berkolaborasi, dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk
mengatasi tantangan.

8. Partisipasi politik dan sosial:


Generasi muda yang berpartisipasi
dalam politik dan masyarakat
dapat menentukan arah politik dan
memperjuangkan hak-haknya.
Semua upaya tersebut
mencerminkan respon positif
generasi muda terhadap tantangan
yang mereka hadapi, dengan tetap
menjaga nilai-nilai dan aspirasi
yang menjadi teladan mereka.

BAB 5
PERAN PEMUDA SEBAGAI WAJAH MASA
DEPAN BANGSA

A. Pengenalan Peran Pemuda

1. Identifikasi Pemuda

Definisi dan cakupan usia pemuda.


Definisi dan cakupan usia pemuda
memiliki fokus pada masa peralihan yang krusial
dalam pembentukan masyarakat yang
berkelanjutan. Dalam konteks membangun
bangsa, pemuda sering diartikan sebagai individu
yang memiliki peran penting dalam proses
pembangunan ekonomi, sosial, dan politik.
Definisi dan cakupan usia pemuda untuk
membangun bangsa dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Definisi Pemuda untuk Membangun Bangsa


>Fase Peralihan: Pemuda merujuk pada
individu yang berada dalam fase transisi antara
masa remaja dan dewasa muda.
>Pemuda sebagai Agen Perubahan:
Mereka dianggap sebagai agen perubahan yang
memiliki potensi besar dalam mendorong
kemajuan, inovasi, dan transformasi positif dalam
masyarakat.

Cakupan Usia Pemuda untuk Membangun


Bangsa
>Rentang Usia: Rentang usia pemuda
dalam konteks membangun bangsa dapat
bervariasi, namun sering kali meliputi individu
dalam usia 15 hingga 30 tahun, bergantung pada
definisi yang digunakan dalam kebijakan dan
program pembangunan.
>Keterlibatan Aktif: Pemuda dianggap
memiliki peran krusial dalam menciptakan
perubahan positif melalui partisipasi mereka
dalam kegiatan sosial, ekonomi, politik, dan
budaya.

Peran Pemuda dalam Pembangunan Bangsa


>Kreativitas dan Inovasi: Pemuda
membawa kreativitas dan inovasi yang diperlukan
untuk memecahkan tantangan dan mengejar
peluang dalam membangun masyarakat yang
berkelanjutan.
>Kepemimpinan Masa Depan: Mereka
merupakan calon pemimpin yang dapat
membawa perubahan progresif untuk masa depan
bangsa.
Remaja merupakan manusia yang sedang
mengalami pertumbuhan baik fisik maupun
psikis, sehingga menjadikannya sebagai sumber
daya manusia untuk berkembang baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. sebagai calon
generasi yang akan datang setelah generasi
sekarang. WHO menyebut mereka yang berusia
antara 10 dan 24 tahun sebagai “kaum muda”
secara internasional, sedangkan remaja atau
“adolescenea” adalah mereka yang berusia antara
10 dan 19 tahun. Ini adalah usia dimana manusia
dapat menciptakan pemikiran dan perencaan baru
untuk kedepannya. Masa-masa emas bagi pemuda
adalah kesempatan yang harus kita kembangkan
dan mempersiapkan untuk kedepannya dalam
menghadapi masalah-masalah dari Masyarakat
itu sendiri maupun dari pengaruh buruk dari luar,
pemuda inilah yang menjadikan kuda perang
untuk bangsa Indonesia.

Pemuda sebagai pilar penting dalam


pembangunan bangsa.

Peran pemuda Indonesia dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dapat
diragukan lagi untuk saat ini. Sumpah Pemuda
merupakan hasil yang sangat gemilang saat itu.
Dimana pada tahun 1928 bangsa Indonesia masih
dalam keterkungkungan suku dan kedaerahan,
bahkan dalam kehidupan beragama. Saat itu para
pemuda tampil kompak dengan lagu Indonesia
Raya karya WR yang diputar Supratman. Dan
dengan diproklamirkannya tanggal 28 Oktober
1928, maka seluruh tanah dari Kota Sabang
sampai Merauke, bagaikan satu kesatuan, Satu
persahabatan, satu bahasa, dan satu persaudaraan
meski dipisahkan oleh berbagai selat dan lautan
kita tetap Bersatu dalam membangun bangsa
yang lebih baik, yaitu itu Bangsa Indonesia yang
menjadi peran penting dalam membangun bangsa
Indonesia.

2. Misi Pemuda

Pemuda sebagai agen perubahan.


“Perjuanganku lebih mudah karena
mengusir penjajah, namun perjuanganmu akan
lebih sulit karena melawan rakyatmu sendiri.”
Seperti halnya Soekarno. Ir. Bung Karno
meramalkan pengalaman-pengalaman yang akan
kita alami di masa sekarang ini, yaitu para
pemuda. Namun, ada kutipan lain yang menyoroti
pengaruh generasi muda sebagai agen perubahan.
"Beri aku 10 orang muda, dan aku pasti akan
mengguncang dunia. Beri aku 1.000 orang tua,
dan aku pasti akan mencabut Semeru dari
akarnya." Ir. Soekarno dengan berani menyatakan
isi hatinya dalam berkomitmen masa depan
negara Indonesia kepada generasi muda. Di era
reformasi kontemporer, kontribusi pemuda
terhadap gerakan kemerdekaan terus berlanjut
bahkan setelah mereka menandatangani sumpah
pemuda. dan politik karena merekalah yang akan
terus memimpin negara dan negara. Namun
sebagai generasi muda, kita juga kerap
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang tidak
biasa dialami oleh generasi muda saat ini, seperti
arus materialisme dan hedonisme,
ketidakmampuan generasi muda dalam
menyesuaikan diri dengan semakin terbukanya
peluang partisipasi politik di era reformasi dan
banyaknya hambatan untuk menjadi aktor.
Persoalan-persoalan ini khususnya dapat muncul
dalam konteks pembangunan karakter. sistem
perekonomian tersendiri. Hal-hal tersebut
mempunyai dampak, seperti: bangkitnya anarki,
tindakan kekerasan, dan liberalisme; memudarnya
nasionalisme generasi muda yang memudarkan
rasa persaudaraan dan semakin akutnya
individualitas. Oleh karena itu, pemerintah
memberikan saran untuk meningkatkan
keterampilan hidup. Mengembangkan kecakapan
hidup sebagai salah satu unsurnya Hilangnya
identitas mungkin disebabkan oleh kemajuan
teknologi yang semakin cepat. Padahal generasi
muda perlu mempunyai jati diri. Globalisasi di
zaman sekarang ini mungkin menyebabkan
Indonesia semakin kehilangan keunikannya dan
kesatuan antara para pemuda di Indonesia
dikarenakan banyaknya factor yang
mempengaruhi dari luar mauitu dari segi budaya
atau moderilisasi masyarakat. Oleh karena itu,
generasi muda di Indonesia mempunyai tantangan
untuk menjaga jati diri bangsa. Generasi muda di
era digital ini dituntut untuk menjunjung tinggi
identitas keindonesiaannya ketika berinteraksi
dengan orang lain di seluruh dunia. Selain itu,
sebagai generasi muda, Anda perlu memiliki pola
pikir yang optimis dan mengisi kemandirian yang
telah diperjuangkan dengan kegiatan-kegiatan
konstruktif. Remaja mempunyai keberanian untuk
membela apa yang mereka yakini dan membela
apa yang benar. Komposisi demografi penduduk
Indonesia lebih banyak pada kelompok usia muda
atau remaja dibandingkan kelompok dewasa atau
orang dewasa karna dari merekalah kekuatan
bangsa bisa tercapai untuk mewujudkan bangsa
yang lebih baik.

Hubungan kooperatif di mana orang


dapat mengandalkan satu sama lain dan
berkolaborasi dalam lingkungan yang penuh
aturan, nilai, dan kesukarelaan dikenal sebagai
modal sosial, dimana dalam membangun bangsa
yang lebih baik dapat dilakukan dengan modal
sosial ini. Hasilnya, masyarakat akan tumbuh
lebih kuat dan lebih halus, tidak dalam
kesenjangan sosial dalam bermasyarakat.
Masyarakat yang memiliki modal sosial akan
mampu merangkul keberagaman dan
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan universal
dalam upaya mencapai kesejahteraan bersama
dan juga tujuan dalam berbangsa dan bernegara,
ini akan membuktikan kita sebagai negara yang
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan.
Pemberantasan kejahatan dan kegiatan ekonomi
merugikan lainnya akan menjadi lebih murah
berkat adanya modal sosial yang secara signifikan
meningkatkan perekonomian. Salah satu faktor
yang berkontribusi terhadap kejahatan adalah
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi sebagai akibat dari keadaan
individu atau norma budaya individualistis yang
meremehkan pentingnya komunitas. Namun,
karena modal sosial masih berkembang, tindakan
ekonomi negatif bisa terjadi, dan aktivitas buruk
ini bisa saja terjadi.
Poin-poin yang bisa diutarakan di sini
sehubungan dengan peran modal sosial di
antaranya adalah: (1) Sumber daya lebih sedikit
digunakan untuk mencegah penipuan dalam
transaksi ekonomi; (2) Kepercayaan yang lebih
besar dalam kebijakan pemerintah akan
berdampak baik terhadap iklim investasi; (3) Aksi
komunitas atau kerja sama oleh kelompok lokal
dapat mengurangi eksploitasi berlebihan; (4)
Hubungan yang lebih besar di antara individu
memperlancar arus informasi yang lebih baik; (5)
Modal sosial dapat berfungsi sebagai sebuah
jaminan informal seperti pembagian risiko oleh
banyak rumah tangga yang dapat berfungsi
sebagai jaring pengaman sosial (Bank Dunia,
2000). Dalam publikasi Bank Dunia tersebut
dinyatakan bahwa selain pemerintah, kekuatan
yang dapat memainkan peran positif dalam
mendorong pertumbuhan yang berkualitas adalah
kuatnya institusi informal di sebuah negara yang
sering disebut sebagai modal sosial.
Mengarah pada perbaikan kondisi
demokrasi karena semakin banyak modal sosial
yang ada di masyarakat, maka akan semakin
efektif tekanan terhadap pemerintahan yang
korup. Selama ini, karena kurangnya modal sosial
yang berkembang di masyarakat, pemerintahan
yang korup dapat melakukan berbagai hal negatif
yang menimbulkan ketimpangan dan juga
penindasan serta terbatasnya akses terhadap
pelayanan publik.

Modal sosial akan menjadi benteng pertahanan


ketika menghadapi krisis ekonomi. Hal ini terlihat
dari hubungan kekeluargaan masyarakat
Indonesia yang masih bersifat keluarga besar
(keluarga besar) dibandingkan keluarga kecil
(keluarga inti). Munculnya PHK (PHK) di
berbagai tempat masih memungkinkan korban
PHK mendapatkan bantuan dari keluarganya.
Namun hal tersebut masih belum cukup karena
modal sosial yang dibutuhkan Indonesia adalah
hubungan antar kelompok, antar suku, antar
agama, antar budaya yang memungkinkan
kegiatan perekonomian dapat berjalan dengan
baik. Pemerataan pendidikan bagi seluruh
kelompok, etnis, dan pemeluk agama akan
memberikan tingkat pengembalian sosial yang
lebih baik sehingga potensi terciptanya
keharmonisan dan stabilitas dapat lebih
terlaksana.

B. Peran Pemuda dalam Membangun Masa


Depan Bangsa

1. Kontribusi Pemuda dalam Pembangunan Sosial


Keberagaman dan inklusi sebagai fokus
utama mengacu pada upaya yang dilakukan untuk
mengakui, menghargai, dan memasukkan
beragam latar belakang, kepercayaan, keahlian,
dan identitas individu ke dalam berbagai aspek
kehidupan. Ini melibatkan membangun
lingkungan yang menerima, menghormati, dan
memperkuat keberagaman dalam segala
bentuknya serta memberikan akses yang setara
terhadap kesempatan dan sumber daya bagi
semua orang.
Keberagaman merujuk pada perbedaan dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti budaya,
bahasa, keyakinan agama, latar belakang etnis,
jenis kelamin, orientasi seksual, kemampuan, dan
lainnya. Pemahaman akan keberagaman
membawa manfaat besar, seperti:

1. Kekayaan Budaya: Beragamnya


budaya, tradisi, dan bahasa
membentuk identitas suatu
masyarakat dan menjadi sumber
kekayaan intelektual.
2. Pemecahan Masalah: Dengan
melibatkan perspektif yang
beragam, masyarakat dapat
menemukan solusi yang lebih
inovatif dan holistik terhadap
masalah yang kompleks.
3. Penghormatan terhadap
Individu: Memahami
keberagaman membantu orang
untuk lebih menghormati dan
menghargai keunikan setiap
individu.
Inklusi merujuk pada proses memastikan
bahwa semua individu memiliki akses yang sama
terhadap kesempatan, sumber daya, hak, dan
keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial,
ekonomi, dan politik tanpa adanya diskriminasi
atau pengucilan. Inklusi melibatkan:

1. Keterlibatan Aktif: Memastikan


partisipasi aktif dari berbagai
kelompok dalam pengambilan
keputusan dan kegiatan sosial
yang berdampak pada mereka.
2. Keadilan dan Kesetaraan:
Memberikan akses yang setara
terhadap pendidikan, pekerjaan,
layanan kesehatan, dan
kesempatan lainnya tanpa
memandang latar belakang.
3. Menciptakan Ruang Aman:
Menjamin bahwa setiap individu
merasa diterima dan aman dalam
lingkungan sosial mereka.

Mengapa Keberagaman dan Inklusi Penting?

1. Kesejahteraan Masyarakat:
Masyarakat yang inklusif dan
menghargai keberagaman
cenderung lebih harmonis dan
stabil.
2. Inovasi dan Pertumbuhan:
Keberagaman memunculkan ide-
ide baru dan inovasi yang
beragam, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan sosial.
3. Kesetaraan dan Keadilan:
Memastikan kesetaraan hak dan
kesempatan bagi semua individu,
yang merupakan prinsip dasar
dari sebuah masyarakat yang
adil.

Pemuda memiliki peran penting dalam


memperkuat keberagaman dan inklusi karena
mereka adalah agen perubahan yang dapat
membawa perspektif baru, menggerakkan
perubahan sosial, dan mempromosikan
kesetaraan. Dengan mendukung keberagaman dan
inklusi, pemuda dapat menjadi katalisator untuk
menciptakan masyarakat yang lebih adil,
berkelanjutan, dan inklusif bagi masa depan
bangsa.
Pemuda dalam mengatasi masalah sosial seperti
kemiskinan, pendidikan, dan lingkungan.
Kaum muda adalah harapan terbaik negara ini,
dan mereka berpartisipasi dalam setiap langkah di
setiap tahap. Setiap generasi muda dapat
mempertaruhkan jati dirinya dalam pembangunan
bangsa karena optimisme tersebut. Pemuda turut
serta aktif dalam membimbing bangsa dan negara
Indonesia agar mandiri, bersatu, dan berdaulat
sepanjang sejarah perjuangan negeri ini. Sangat
menarik untuk mengkaji generasi muda karena
mereka adalah komponen penting dan krusial
dalam gerakan perubahan karena mereka
memiliki api idealis yang menyala-nyala tanpa
memerlukan imbalan, baik materi maupun
spiritual. kaum muda juga memiliki kemauan
berkorban demi cita-cita mereka. Meskipun
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang
berlimpah, 28,59 juta penduduknya berada dalam
kemiskinan pada tahun 2015. 10,65 juta orang
tinggal di perkotaan dan 17,94 juta orang tinggal
di pedesaan, yang merupakan total populasi
masyarakat miskin. Keadaan ini cukup
memprihatinkan mengingat Indonesia adalah
negara yang kaya sumber daya. Lebih lanjut, data
BPS menunjukkan masih banyak masyarakat
miskin yang tinggal di perkotaan (BPS, 2015).
Masalah kemiskinan yang harus dihadapi oleh
negara-negara berkembang masih sangat rumit.
Kemiskinan merupakan permasalahan
pembangunan yang memiliki banyak aspek baik
dari aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya,
menurut Sumodiningrat (1998). Ketika
mempertimbangkan kemiskinan, biasanya
komponen emosional atau sentimen yang bersifat
moral dan moral diprioritaskan.

2. Peran Pemuda dalam Kemajuan Teknologi dan


Inovasi
Adopsi teknologi sebagai faktor kunci dalam
perkembangan bangsa.
Adopsi teknologi sebagai faktor kunci dalam
perkembangan bangsa adalah proses
mengintegrasikan inovasi teknologi ke dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi,
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini
mempercepat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan efisiensi, memungkinkan inovasi,
dan memperluas akses terhadap sumber daya
yang memajukan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan teknologi yang tepat, sebuah bangsa
dapat menciptakan lingkungan yang inklusif,
meningkatkan kualitas hidup, dan mempercepat
kemajuan menuju tujuan-tujuan pembangunan
yang berkelanjutan.

Inovasi, kreativitas, dan pemuda sebagai


pendorong utama.
Inovasi, kreativitas, dan peran pemuda
sebagai pendorong utama dalam membangun
bangsa saling terkait dalam membawa perubahan
positif. Pemuda memiliki energi, ide segar, dan
semangat untuk menciptakan solusi baru. Melalui
inovasi dan kreativitas, pemuda dapat
menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi
bangsa, menciptakan peluang baru, dan
memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, serta
lingkungan. Dengan memanfaatkan teknologi dan
pengetahuan, pemuda dapat menjadi kekuatan
yang mendorong perubahan yang inovatif dan
berkelanjutan untuk memajukan bangsa ke arah
yang lebih baik.

C. Tantangan dan Peluang bagi Pemuda

1. Tantangan yang Dihadapi Pemuda


Pengangguran, keterbatasan sumber daya, dan
tantangan ekonomi.
1. Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi di mana sebagian
besar angkatan kerja dalam suatu negara tidak
memiliki pekerjaan yang tetap. Ini bisa terjadi
karena kurangnya kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi yang lambat, atau
kurangnya keterampilan yang sesuai dengan
permintaan pasar. Pengangguran mengakibatkan
ketidakstabilan ekonomi dan sosial, serta dapat
memengaruhi pertumbuhan individu dan
masyarakat secara keseluruhan.
2. Keterbatasan Sumber Daya
Keterbatasan sumber daya mencakup berbagai
hal, mulai dari keterbatasan sumber daya alam
(seperti air, energi, atau lahan pertanian), hingga
keterbatasan akses terhadap pendidikan,
kesehatan, atau infrastruktur. Kondisi ini
seringkali membatasi kemampuan masyarakat
untuk berkembang dan meningkatkan kualitas
hidup mereka.
3. Tantangan Ekonomi
Tantangan ekonomi bisa berupa pertumbuhan
ekonomi yang rendah, inflasi yang tinggi, deflasi,
ketidakstabilan mata uang, atau
ketidakseimbangan dalam neraca perdagangan.
Semua ini dapat mengganggu stabilitas ekonomi
suatu negara, mempengaruhi daya beli
masyarakat, dan menyebabkan ketidakpastian
dalam investasi dan lapangan kerja.
>Upaya Penanggulangan
Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan:
Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan
pelatihan keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan pasar kerja dapat membantu
mengurangi pengangguran.
Pengelolaan Sumber Daya yang Bijaksana:
Menerapkan kebijakan yang mendukung
pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan untuk mengatasi keterbatasan
sumber daya.
Kebijakan Ekonomi yang Tepat: Mengadopsi
kebijakan ekonomi yang efektif untuk mengatasi
tantangan ekonomi, seperti kebijakan fiskal dan
moneter yang seimbang.
Tantangan ini tidak hanya membutuhkan
perhatian dari pemerintah, tetapi juga kolaborasi
antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-
profit, dan masyarakat secara luas untuk
mengembangkan solusi yang holistik dan
berkelanjutan.
>Tekanan sosial dan mental dalam era digital.
Tekanan Sosial
Pertumbuhan Kompetisi: Era digital
menampilkan kehidupan orang lain secara
terbuka, meningkatkan tekanan untuk mencapai
standar yang ditetapkan oleh media sosial.
Fenomena FOMO (Fear of Missing Out):
Dorongan untuk terus terhubung dengan
informasi dan aktivitas orang lain dapat
menciptakan kekhawatiran akan kehilangan
pengalaman atau informasi penting.
Tekanan Mental
Perbandingan Sosial: Melihat kehidupan orang
lain secara serba cepat bisa memicu perasaan
kurangnya pencapaian atau kebahagiaan dalam
kehidupan individu.
Overstimulasi dan Ketergantungan: Penggunaan
yang berlebihan terhadap teknologi dapat
menyebabkan kelelahan, kecemasan, dan
kesulitan fokus.
>Upaya Penanggulangan
Kesadaran dan Pendidikan: Mengedukasi tentang
dampak negatif dari penggunaan berlebihan
teknologi dan media sosial.
Pengaturan Waktu: Mengatur batas waktu dan
istirahat dari media sosial untuk menjaga
kesehatan mental.
Kesadaran Diri dan Keseimbangan: Membangun
kesadaran diri akan dampak teknologi serta
mencari keseimbangan antara koneksi digital dan
kehidupan nyata.
Tekanan sosial dan mental dalam era digital
memerlukan kesadaran akan pengaruhnya
terhadap kesejahteraan individu. Peran pemuda
dalam mendukung kesadaran dan adopsi praktik
sehat dalam penggunaan teknologi sangat penting
untuk menjaga kesehatan mental dalam
lingkungan digital yang terus berkembang.

2. Peluang dan Solusi

>Pendidikan sebagai fondasi perubahan.


Pendidikan sebagai dasar pondasi pada
pembangunan serta menjadi kunci utama
keberhasilan suatu negara. Arah dari pendidikan
tidak lain untuk menciptakan generasi muda
mempunyai pengetahuan intelektual, lifeskill, dan
karakter yang baik (Melati, dkk 2021).
Pendidikan tidak hanya sekedar istilah pedagogi,
melainkan semacam proses transfer ilmu maupun
nilai, serta pembentuk karakter yang bersumber
dari berbagai aspek (Nurkholis, 2013:131).
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I
Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Pendidikan adalah proses di mana orang
belajar tentang lingkungan mereka dan berupaya
menjadi manusia seutuhnya. Proses dari tidak
mengetahui atau tidak mengetahui menjadi
mengetahui dan memahami merupakan gagasan
dasar pendidikan. Filsafat Timur (India) karya J.
Krishnamurti (1979), sebagaimana tertuang
dalam bukunya Agus Salim (2008),
mengemukakan bahwa pendidikan merupakan
transformasi batin yang diperlukan untuk
menciptakan peradaban baru.
Terdapat beragam peluang dan solusi bagi
pemuda untuk berperan aktif dalam membangun
bangsa:
1. Pendidikan dan Keterampilan
-Akses Pendidikan yang Merata: Memberikan
akses pendidikan yang merata bagi semua lapisan
masyarakat, termasuk pendidikan yang terjangkau
dan berkualitas.
-Pelatihan Keterampilan: Mendorong program
pelatihan keterampilan yang relevan dengan
kebutuhan pasar kerja untuk meningkatkan daya
saing pemuda.
2. Kewirausahaan dan Inovasi
-Dukungan untuk Start-up: Memberikan
dukungan dalam bentuk dana, mentorship, dan
infrastruktur bagi pemuda yang ingin memulai
bisnis atau start-up inovatif.
-Pusat Inovasi: Membangun pusat inovasi dan
kolaborasi yang memfasilitasi pemuda untuk
mengembangkan ide dan solusi baru.
3. Keterlibatan Sosial dan Politik
-Pendidikan Politik: Mengedukasi pemuda
tentang peran politik mereka dan cara
berpartisipasi secara aktif dalam proses politik.
-Kegiatan Sosial: Mendorong keterlibatan dalam
kegiatan sosial seperti gerakan sukarelawan untuk
membangun komunitas yang lebih kuat.
4. Teknologi dan Kreativitas
-Pemanfaatan Teknologi: Mendorong pemuda
untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk
inovasi dan solusi bagi masalah sosial.
-Ekspresi Kreatif: Mendukung kreativitas pemuda
dalam seni, budaya, dan kreasi lainnya sebagai
sarana untuk menyuarakan ide-ide baru.
5. Kepemimpinan dan Pengembangan
Karakter
-Pembinaan Kepemimpinan: Menyediakan
program pengembangan kepemimpinan untuk
membentuk pemuda menjadi pemimpin yang
inklusif dan berintegritas.
-Pendidikan Karakter: Mendorong pengembangan
nilai-nilai moral dan etika yang kuat dalam
pendidikan.
6. Kolaborasi Antar-Generasi dan Antar-
Sektor
-Kolaborasi dengan Generasi Terdahulu:
Memfasilitasi pertukaran pengetahuan antara
generasi yang lebih muda dan lebih tua.
-Kerja Sama dengan Sektor Swasta dan
Pemerintah: Berkolaborasi dengan pemerintah
dan sektor swasta untuk menciptakan program-
program yang berkelanjutan.
D. Langkah-Langkah Menuju Masa Depan
yang Lebih Baik.
"Menuju masa depan yang lebih baik seperti
mendaki gunung. Kadang harus turun ke lembah
sebelum naik ke puncak, kadang jalan sangat licin
dan mudah terpeleset, kadang kelelahan dan harus
memulihkan tenaga, banyak resiko yang harus
dihadapi sebelum sampai di puncak tertinggi. Bila
Anda yakin, percaya diri, hati-hati, sabar, tegar,
belajar, kuat mental, kuat fisik, menyenangi
proses, ikhlas dengan kenyataan yang tidak
diinginkan, maka masa depan yang lebih baik
dapat Anda capai."~Djajendra
Ketakutan dan ketidakmampuan adalah
hambatan terbesar menuju masa depan terbaik.
Pandangan yang pesimistis membuat masa depan
menjadi buram dan suram. Kepercayaan diri dan
keahlian yang rendah menyebabkan rasa takut.
Rasa takut yang berlebihan akan menyebabkan
Anda menyerah pada masa depan. Oleh karena
itu, Anda harus menghilangkan segala hambatan
agar bisa memiliki masa depan yang lebih cerah.
Kedua, Anda harus menganggap diri Anda
sebagai satu-satunya dan unik.
Untuk menjadikan bangsa yang lebih
baik diperlukan Langkah awal yaitu Pendidikan
dan keterampilan, untuk membangun bangsa kita
sebagai pemuda mempunyai pondasi dalam hal
Pendidikan dan keterampilan sebab ini menjadi
factor ituma dalam berpikir strategis dalam
membangun bangsa. Selain itu kita harus
mempunyai motivasi yang kuat diman kita dapat
mencarinya dengan memperdalam pengetahuan
kita dalam berbagai aspek juga kita harus
melibatkan diri kemasyarakat dengan sering
mengikuti kegiatan social agar kita tau apa pokok
masalah dalam masyarkat sebenarnya.
Langkah-langkah ini membentuk dasar untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik,
berkelanjutan, dan inklusif bagi semua orang.
Kombinasi dari tindakan individu, kolaborasi
antar-lembaga, dan perubahan kebijakan dapat
membawa perubahan positif yang signifikan
untuk masa depan yang lebih baik bagi semua.
Maka dari itu kita sebagai pemuda harus
mempersiapkan diri untuk mencapai tujuan
tersebut, mulailah dengan kebiasaan kecil dan
sepelah itu akan membawa pengaruh yang sangat
baik bagi kehidupan kita kedepannya. Percaya
diri adalah kunci dari segala hal, bermimpi
setinggi-tingginya dan jangan putus asa dalam
kegagalan.
Akan tetapi kita lihat realita kehidupan
pemuda pemudi di bangsa kita pada saat ini,
terlena akan kesenangan dan lupa akan tanggung
jawab sebagai seorang pemuda pemaju bangsa.
tataran moral, sosial dan akademik , pemuda tidak
lagimemberi contoh dan keteladanan yang baik
pada masyarakat sebagai kaum terpelajar.
Jadi bisa kita Tarik kesimpulan bahwa " Begitu
besar peranan pemuda pemudi Indonesia terhadap
kemajuan bangsa kita, karena pemuda pemudi
adalah ujung tombak suatu negara".
strategi generasi muda demi mewujudkan
integrasi nasional terhadap bangsa

A. DEFINISI INTEGRASI NASIONAL


Ungkapan “Integrasi nasional”
memadukan gagasan integrasi dan
nasionalisme.

Ungkapan “integrasi” kini sudah tidak


asing lagi bagi masyarakat Indonesia
sejak negaranya merdeka. Kata kerja
Latin "mengintegrasikan" (yang
berarti menyatukan) adalah asal kata
"integrasi".
Dalam Sumpah Pemuda, gagasan
integrasi nasional pertama kali
diperkenalkan pada tanggal 28
Oktober 1928. Gagasan ini sampai
saat ini digunakan dalam upaya
menyatukan negara.

Integrasi nasional secara umum


dipahami sebagai upaya
mempertemukan kesenjangan yang
ada dalam suatu bangsa guna
menumbuhkan keharmonisan di
dalamnya.

Lebih tepatnya integrasi nasional


adalah proses penggabungan menjadi
satu kesatuan yang utuh, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI).
Terdapat beberapa pendapat para ahli
mengenai integrasi nasional,
diantaranya ialah:
 Integrasi nasional, dalam kata-
kata Saffroedin Bahar, adalah
upaya menyatukan seluruh
aspek suatu bangsa dengan
wilayah dan pemerintahannya.

 Menurut Nazaruddin
Sjamsuddin, integrasi nasional
adalah proses menyatukan
suatu negara melalui aspek
kehidupan sosial, budaya,
politik, dan ekonomi.

 J. Soedjati Djiwandono
berpendapat bahwa
menjunjung tinggi hak
menentukan nasib sendiri
melalui integrasi nasional
merupakan salah satu upaya
menjaga persatuan bangsa
yang luas.

 Menurut Sunyoto Usman,


proses integrasi nasional
melibatkan kelompok-
kelompok sosial untuk
menjaga keseimbangan guna
membina hubungan yang erat
di antara mereka.

 Heddy Shri Ahimsa Putra


berpendapat bahwa kerukunan
merupakan landasan dari
segala hubungan sosial yang
terbentuk dalam masyarakat,
dan keharmonisan merupakan
integrasi nasional.
 Menurut Howard Wriggins,
integrasi adalah proses
menyatukan berbagai
kebangsaan dalam suatu
masyarakat untuk membentuk

A. FAKTOR-FAKTOR DALAM
INTEGRASI NASIONAL
Terwujudnya integrasi nasional dapat
diatributkan kepada faktor-faktor
pendorong dan pendukung bagi
bangsa. Sebaliknya, ada pula faktor-
faktor penghambat yang bertujuan
untuk menggagalkan usaha mencapai
integrasi nasional.

1. Faktor pendorong integrasi


nasional
Terdapat beberapa faktor
pendorong terwujudnya integrasi
nasional diantaranya ialah:
a. Perjuangan perasaan yang
disebabkan oleh masa lalu
yang bermasalah. Unsur-
unsur sejarah yang tidak
jelas dari masa lalu,
khususnya dari masa
penjajahan Indonesia yang
berkepanjangan,
berkontribusi terhadap
munculnya rasa persatuan.
Kengerian kolonialisme di
masa lalu memberi bangsa
Indonesia rasa persatuan
yang membantu
tercapainya integrasi
nasional.
b. Ideologi Nasional
Pancasila
Integrasi nasional
dipengaruhi secara positif
oleh Pancasila, ideologi
nasional Indonesia.
Pancasila telah
berkembang menjadi
landasan yang sangat
diperlukan dan terus
menjadi ideologi nasional
yang tegas, membentuk
pola hidup masyarakat
Indonesia sehari-hari.

c. Tujuan untuk Menyatukan


Perbedaan
Ada keinginan dan niat
untuk menebus perbedaan
pendapat yang ada saat ini.
Meski setiap provinsi di
Indonesia mempunyai
keindahan alam yang
melimpah, namun
perbedaan pendapat
seringkali berujung pada
perpecahan. Meskipun
demikian, upaya untuk
memperbaiki perbedaan-
perbedaan ini terus
menjadi kekuatan
pendorong di balik
integrasi nasional.

d. Bahaya Eksternal
Meskipun Indonesia telah
menikmati kemerdekaan
selama 78 tahun,
munculnya ancaman
eksternal dapat menjadi
katalis bagi integrasi
nasional. Ancaman dari
luar dapat memacu
masyarakat Indonesia
untuk bersatu dan
solidaritas.

2. Faktor pendukung Integrasi


Nasional
Selain faktor pendorong, terdapat
pula faktor pendukung dalam
upaya integrasi bangsa, dan
berikut adalah faktor-faktor
pendukung integrasi tersebut:

a. Bahasa Indonesia sebagai


Pemersatu
Bahasa Indonesia memainkan
peran kunci sebagai bahasa
pemersatu bangsa. Penggunaan
bahasa Indonesia menjadi faktor
pendorong yang signifikan dalam
konteks integrasi nasional. Sejarah
mencatat bahwa bahasa Indonesia
dipilih sebagai bahasa pemersatu
berdasarkan kesepakatan dalam
Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928, yang menegaskan,
"Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung tinggi bahasa
persatuan Bahasa Indonesia."

b. Kesadaran terhadap Persatuan


dan Kesatuan
Kesadaran akan pentingnya
persatuan dan kesatuan
memainkan peran krusial dalam
membangun hubungan keluarga,
persahabatan, dan kepedulian
antar bangsa. Kesatuan ini
menjadi elemen penting dalam
mendukung integrasi nasional.

c. Penerapan Pancasila sebagai


Pandangan Hidup
Pancasila diadopsi sebagai
pandangan hidup kebangsaan
yang bersama bagi setiap warga
negara. Posisi penting Pancasila
dalam kehidupan bangsa tidak
bisa diabaikan, karena Pancasila
berfungsi sebagai pedoman moral
bagi bangsa Indonesia.

d. Semangat Kerjasama untuk


Mencapai Tujuan Bersama
Adanya semangat bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama.
Contoh nyata dari semangat ini
adalah praktik gotong royong,
yang menciptakan rasa kerjasama
di antara warga negara untuk
mencapai tujuan bersama.

3. Faktor penghambat integrasi


nasional
Selain faktor pendorong dan
pendukung, terdapat pula faktor-
faktor penghambat dalam
mewujudkan integrasi nasional,
antara lain:

a. Menurunnya Rasa Kebanggaan


terhadap Indonesia
Berkurangnya kebanggaan
terhadap Indonesia meskipun
negara ini memiliki kekayaan
alam yang melimpah, beragamnya
jumlah suku, dan merupakan
pemegang warisan budaya
terbanyak di dunia.

b. Berkurangnya Toleransi antar


Golongan
Berkurangnya rasa toleransi di
antara berbagai golongan
masyarakat. Ketidakmampuan
untuk saling menerima perbedaan
dapat menjadi penghalang dalam
upaya mencapai integrasi
nasional.

c. Kurangnya Kesadaran Diri


terhadap Persatuan dan Kesatuan
Ketidakadaan kesadaran diri
dalam masyarakat, khususnya
kesadaran akan pentingnya
persatuan dan kesatuan.
Kesadaran ini mencakup
pemahaman akan arti pentingnya
bersatu dalam mencapai tujuan
bersama.

d. Sikap Ketidakpuasan terhadap


Ketidakseimbangan Pembangunan
Timbulnya sikap ketidakpuasan
terhadap ketidakseimbangan dan
ketidakmerataan pembangunan.
Persepsi bahwa pembangunan
tidak merata dapat menciptakan
ketidakpuasan, yang pada
gilirannya dapat menghambat
integrasi nasional.

B. INTEGRASI NASIONAL
BERPERAN PENTING BAGI
INDONESIA
Integrasi nasional merupakan usaha
untuk menyatukan perbedaan yang
ada di suatu negara, sehingga tercipta
keselarasan secara nasional. Integrasi
memainkan peran yang signifikan
dalam mengatasi perpecahan dan
membentuk kesatuan yang utuh,
seperti contohnya dalam menyatukan
berbagai suku, budaya, dan agama di
Indonesia.

Pentingnya terwujudnya integrasi


nasional di Indonesia tak dapat
diabaikan karena negara ini masih
dalam proses mencari arah tujuan.
Integrasi memiliki peran penting
dalam mengatasi perbedaan yang ada
di Indonesia.

Indonesia dikenal sebagai negara


yang kaya akan keanekaragaman
suku, budaya, dan agama.
Keberagaman ini membuat pengaruh
integrasi internasional mudah
memengaruhi Indonesia,
menyebabkan bangsa ini cenderung
mengikuti tren tertentu, meskipun hal
itu mungkin menghambat upaya
integrasi nasional. Paradigma masing-
masing bangsa Indonesia juga turut
memengaruhi integrasi nasional, dan
kadang-kadang menimbulkan konflik
antar suku dan agama. Oleh karena
itu, integrasi nasional terus
diupayakan sebagai prinsip Bhinneka
Tungga Ika untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara kesatuan
yang utuh meskipun terdapat banyak
perbedaan.

Walaupun ada upaya untuk


mengintegrasikan Indonesia,
perbedaan yang muncul tetap diakui
dan dihargai, sehingga Indonesia bisa
mencapai tujuannya. Selain
menghargai perbedaan dalam negeri
Indonesia, setiap warga Indonesia
perlu memiliki toleransi terhadap
sesama untuk mencegah konflik yang
dapat merugikan negara ini.
C. PERKEMBANGAN INTEGRASI
NASIONAL DI INDONESIA
Demi mencapai suatu tujuan yang
diinginkan, tentunya memerlukan
proses yang panjang agar hal tersebut
memperoleh hasil yang sempurna.
Begitu pula pada integrasi nasional,
melakukan suati integrasi
memerlukan proses yang matang agar
kelak keintregasian tersebut tidak
terpecah belah oleh berbagai macam
ancaman,gangguan, maupun
hambatan yang berasal dari dalam dan
juga luar negeri.

Berikut uraian perkembangan


integrasi nasional di indonesia:
1) Awal mula terciptanya
integrasi nasional adalah
karena adanya rasa persamaan
nasib antar bangsa yang
timbul akibat sejarah
penjajahan di Indonesia yang
masih membekas dalam
pikiran setiap bangsa.
Kekejaman penjajah terhadap
bangsa Indonesia di masa lalu
telah menanamkan semangat
kebangsaan pada bangsa
Indonesia saat ini, sehingga
mereka melakukan upaya
integrasi untuk membentuk
kesatuan di Indonesia.

2) Pada abad ke-20, semangat


kebangsaan mulai muncul
seiring dengan terbentuknya
organisasi atau gerakan yang
menjadi titik awal bangkitnya
nasionalisme.

3) Pada dekade 1920-an, para


pemuda Indonesia memainkan
peran penting dalam sejarah
dengan mengusung tema
persatuan dan kesatuan untuk
mencapai kemerdekaan
Indonesia. Melalui peristiwa
Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928, para
pemuda Indonesia berhasil
membuktikan peran mereka
dalam membentuk integrasi
nasional.

4) Setelah proklamasi
kemerdekaan, bangsa
Indonesia menghadapi
perjalanan yang tidak mudah.
Mereka harus melewati
berbagai cobaan yang
mengguncang keutuhan
bangsa.

D. DINAMIKA INTEGRASI
NASIONAL
Terdapat banyak dinamika dari
integrasi yang terjadi pada indonesia
setelah tahun 1945. Dinamika dapat di
artikan sebagai peristiwa integrasi
berdasarkan masing-masing jenis
integrasi yang ada. Diantaranya ialah:
a. Pemerintah Indonesia
menandatangani perjanjian di
Vantaa, Helsinki, Finlandia,
pada tanggal 15 Agustus 2005,
untuk mengupayakan integrasi
damai (GAM). Situasi
disintegrasi yang terjadi di
Aceh antara tahun 1975
hingga 2005 berhasil
diselesaikan dengan
menerapkan prosedur ini.
Melalui prosedur ini, GAM
dengan setia meneguhkan
kedaulatan bersama NKRI dan
bersatu kembali dengan
negara.

b. Deklarasi Djuanda yang


dikeluarkan pemerintah
Indonesia pada tanggal 13
Desember 1957
memproklamirkan kedaulatan
wilayah Indonesia.
Berdasarkan deklarasi ini,
batas wilayah Indonesia
terbentang pada lebar laut
teritorial dua belas mil, diukur
dari garis yang
menghubungkan lokasi-lokasi
paling terpencil di negara ini.
Dengan deklarasi ini maka
wilayah Indonesia akan
bersatu meliputi pulau-pulau.

c. Melalui perkuliahan di
perguruan tinggi dan
pengajaran di tingkat sekolah,
kegiatan pendidikan Pancasila
terus mengembangkan nilai-
nilai Pancasila sebagai
landasan integrasi. Mata
pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) dimasukkan
ke dalam kurikulum tahun
1975 dan diajarkan di ruang
kelas. Materi tersebut saat ini
diajarkan melalui kelas
Pendidikan Kewarganegaraan
(PPKn) pada kurikulum 2013.
Melalui mata kuliah ini,
generasi muda diajarkan
prinsip-prinsip dasar bangsa
dan nilai-nilai Pancasila
sebagai landasan bersama.

d. Dinamika hubungan elit dan


massa pada masa proses
integrasi seringkali melibatkan
upaya para pemimpin untuk
melakukan berbagai kegiatan
yang mendekatkan mereka
dengan masyarakat, seperti
mengunjungi berbagai daerah,
menghadiri acara temu kader
PKK, dan mengikuti pemilu.
kotak pos kepresidenan.
Dimensi vertikal integrasi
nasional akan diperkuat oleh
inisiatif-inisiatif yang
berupaya meningkatkan
hubungan antara massa dan
elit.

e. Pembentukan organisasi
politik dan pemerintahan,
seperti struktur birokrasi,
mungkin merupakan tanda
perilaku yang mendorong
integrasi. Kehadiran birokrasi
dan lembaga yang terstruktur
memungkinkan masyarakat
berpartisipasi secara terpadu,
patuh pada aturan, dan
mengikuti alur kerja yang
metodis, berorientasi pada
tujuan, dan teratur. Pada
sidang I PPKI tanggal 18
Agustus 1945, diambil
keputusan yang mengatur tata
cara pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden, menandai
dimulainya berdirinya
lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia.
Selanjutnya pembentukan dua
belas lembaga tersebut
diputuskan dalam sidang PPKI
yang kedua pada tanggal 19
Agustus 1945.

E. TANTANGAN DALAM
MEMBANGUN INTEGRASI
Tantangan dalam mencapai integrasi
nasional muncul dari berbagai
dimensi, termasuk dimensi horizontal
dan vertikal. Dalam dimensi
horizontal, tantangan melibatkan
perbedaan suku, agama, ras, dan
geografi. Di sisi lain, dalam dimensi
vertikal, tantangan mencakup
kesenjangan antara elite dan massa,
terutama terkait dengan pendidikan
dan pandangan tradisional.

Isu-isu yang terkait dengan dimensi


vertikal umumnya muncul setelah
interaksi dengan dimensi horizontal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa permasalahan yang terkait
dengan dimensi horizontal lebih
menonjol daripada dimensi vertikal di
Indonesia.

Dalam konteks dimensi horizontal,


masalah yang kerap timbul di negara-
negara berkembang, termasuk
Indonesia, adalah bagaimana
mengatasi perbedaan-perbedaan
primordial. Primordialisme, menurut
KBBI, merujuk pada sikap
mempertahankan nilai-nilai yang
diperoleh sejak kecil, seperti tradisi,
adat istiadat, kepercayaan, dan hal-hal
lain yang menjadi bagian dari
lingkungan sekitar.

Sementara itu, dalam dimensi


vertikal, tantangan utamanya adalah
sejauh mana para pemimpin bersedia
untuk tetap terhubung dengan rakyat.
Tidak semua pemimpin bersedia
mendengarkan keluhan rakyat dan
menjalin hubungan dengan kelompok-
kelompok yang merasa terpinggirkan.
Tantangan dalam dimensi horizontal
dan vertikal ini menjadi lebih jelas
terlihat sejak era reformasi dimulai
pada tahun 1998. Konflik dalam
kedua dimensi ini meningkat seiring
dengan melemahnya otoritas
pemerintahan pusat.

F. STRATEGI GENERASI MUDA


DALAM MEMPERTAHANKAN
INTEGRASI NASIONAL PADA
ERA MODERN SAAT INI
Dalam era modern saat ini, generasi
muda memiliki peran penting dalam
menjaga keutuhan bangsa. Berikut
adalah beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh generasi muda untuk
menjaga keutuhan bangsa:
1) Meningkatkan rasa empati dan
toleransi antarbangsa.
Generasi muda perlu memiliki
sikap empati dan toleransi
terhadap perbedaan
antarbangsa. Dengan memiliki
sikap ini, generasi muda dapat
membangun hubungan yang
harmonis dengan bangsa lain
dan mencegah terjadinya
konflik yang dapat
mengancam keutuhan bangsa.

2) Menghargai keberagaman
budaya dan adat istiadat.
Indonesia merupakan negara
yang kaya akan budaya dan
adat istiadat. Generasi muda
perlu menghargai
keberagaman ini dan menjaga
kelestariannya. Dengan
menghargai kebiudayaan dan
juga adatnya, generasi muda
dapat memperkuat integrasi
nasional dan menjaga
keutuhan bangsa.

3) Aktif dalam kegiatan sosial


dan kebangsaan.
Generasi muda perlu aktif
dalam kegiatan sosial dan
kebangsaan yang dapat
memperkuat integrasi
nasional. Misalnya, generasi
muda dapat terlibat dalam
kegiatan gotong royong,
kegiatan kebersihan
lingkungan, atau kegiatan
yang mempromosikan
persatuan dan kesatuan
bangsa.

4) Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi yang baik.
Generasi muda perlu
mengembangkan kemampuan
berkomunikasi yang baik, baik
dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa daerah.
Dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik,
generasi muda dapat
mempererat hubungan
antarbangsa dan memperkuat
integrasi nasional.

5) Menegakkan prinsip-prinsip
Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
6) Mengimplementasikan dan
memahami nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan
sebagai warga negara.

7) Meningkatkan rasa
nasionalisme dan cinta
terhadap tanah air.

8) Menghormati perbedaan
budaya, ras, dan agama tanpa
adanya sikap diskriminatif.

9) Mengedepankan keadilan bagi


semua orang tanpa
memandang status sosial.

10) Melaksanakan kewajiban


sebagai anggota masyarakat,
baik di rumah, sekolah,
masyarakat, maupun negara.

11) Memiliki sikap saling


pengertian, empati, dan
toleransi terhadap sesama.

Dengan menerapkan strategi-strategi


ini, generasi muda dapat berperan
aktif dalam mempertahankan
keutuhan bangsa dan memperkuat
integrasi nasional di era modern saat
ini.
BAB 7: PERAN PEMUDA DALAM
MENGHADAPI ANCAMAN
DISINTEGRASI BANGSA YANG
SERING TERJADI

A. PENGERTIAN DAN PENTINGNYA


INTEGRASI
1. Pengertian Integrasi
Integrasi diperlukan bagi bangsa yang telah
memiliki identitas dan bernegara. Istilah integrasi
berasal dari bahasa inggris “intergration” dan
juga bahasa latin “intergrate” yang memiliki arti
kesempurnaan atau keseluruhan. Dikutip dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata integritas
memiliki makna pembaruan sampai menjadi satu
kesatuan yang bulat dan utuh.
Adapun pengertian integritas menurut
para ahli, seperti Nazaruddin Sjamsuddin yang
mengatakan bahwa integrasi adalah proses
penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua
aspek kehidupan, yaitu sosial, budaya, politik,
dan ekonomi. Meskipun Indonesia merupakan
negara yang berbentuk negara multikuktural dan
sangat beragam akan berbagai hal dan dari
berbagai macam aspek, namun Indonesia dapat
menyatu dari berbagai perbedaan tersebut melalui
integritas.
Menurut Myron Weiner, menjelaskan
bahwa integritas merupakan proses penyatuan
kelompok-kelompok dengan latar sosial dan
budaya berbeda ke dalam satu kesatuan wilayah
dan membentuk satu identitas nasional. Yang
memiliki makna walaupun memiliki latar sosial
dan budaya yang berbeda, namun masih
merupakan satu kesatuan dan berada dibawah
satu identitas nasional yang sama.
2. Membangun Integrasi di Indonesia
Fungsi paling utama dan yang paling penting
dari suatu integrasi yaitu menjamin kesuatuan
dalam suatu bangsa ditengah banyaknya
perbedaan yang kiranya dapat menimbulkan
konflik maupun pertikaian. Integrasi juga
berkontribusi dalam terciptanya keharmonisan
dalam masyarakat. Dengan saling menghormati
perbedaan dan menerima keberagaman, konflik
antar kelompok dapat diminimalisir. Tujuan akhir
dari integrasi nasional adalah untuk menciptakan
masyarakat yang lebih adil dan sejahtera bagi
seluruh warga negara.

Pengembangan integrasi bagi bangsa


Indonesia sangatlah penting. Selain untuk
menjaga bangsa Indonesia tetap utuh dalam satu
kesatuan, integrasi juga diperlukan guna
mengendalikan dan mengimbangi konflik atau
gejala disintegrasi yang selalu terjadi ditengah
tengah masyarakat Indonesia.
Dalam membangun integrasi bagi suatu
negara, warga Indonesia dapat melakukan
beberapa hal, yakni sebagai berikut.
a. Mengakui dan patuh terhadap
tuntutan tuntutan negara.
b. Meningkatkan perilaku terhadap
hukum normatif yang mampu
mengatur dan mengembangkan
perilaku politik setiap warga
masyarakat.
Terdapat beberapa bentuk-bentuk integrasi,
yaitu.
1. Integrasi Normatif
Bentuk integrasi yang satu ini dapat
diartikan sebagai integrasi yang
terjadi karena adanya norma dan nilai
yang berlaku di masyarakat
tersebut. Norma adalah suatu hal
yang bisa mempersatukan
masyarakat, meski mereka memiliki
latar belakang yang berbeda.
Misalnya, warga negara Indonesia
dipersatukan dengan sebuah prinsip
yang kita sebut sebagai “Bhineka
Tunggal Ika”.
2. Integrasi Fungsional
Bentuk integrasi yang kedua adalah
integrasi fungsional. Integrasi ini
muncul karena adanya fungsi-fungsi
tertentu yang ada di dalam
masyarakat. Kemudian, integrasi
tersebut dapat terjadi jika kita
mengedepankan fungsi tersebut yang
berasal dari masing-masing anggota
masyarakat. Misalnya, Indonesia
terdiri dari bermacam-macam ras dan
suku.
3. Integrasi Koersif
Integrasi Koersif merupakan bentuk
integrasi yang tercipta karena adanya
kekuasaan yang dimiliki penguasa. Itu
artinya, penguasa akan menerapkan
cara-cara kekerasan atau disebut juga
koersif. Misalnya, para pendemo
berhenti rusuh ketika polisi
menyemprotkan gas air mata kepada
kerumunan pendemo. Itulah salah satu
contoh bentuk integrasi koersif.

B. DISINTEGRASI YANG TERJADI DI


INDONESIA
1. Disintegrasi yang Terjadi di Indonesia
Jika integrasi merupakan upaya dalam
menyatukan suatu bangsa, berbeda dengan
disintegrasi yang merupakan kebalikan dari
integrasi. Kata disintegrasi sendiri memiliki arti
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah
belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; dan
perpecahan.
Disintegrasi merupakan suatu hal yang tidak
dapat dihindari dalam membangun suatu bangsa.
Terdapat banyak perbedaan dalam hal pemikiran
maupun tujuan dari masing masing individu
dalam satu bangsa yang dapat menyebabkan
terjadinya pertikaian antar masyarakat.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Disintegrasi
di Indonesia
Perubahan dalam masyarakat dapat
menyebabkan terjadinya sebuah disintegrasi,
sebab tidak terdapat kesepakatan oleh anggota
masyarakat mengenai tujuan sosial yang hendak
dicapai dan semula menjadi pegangan oleh
seluruh masyarakat Indonesia.
Integrasi sangat diperukan oleh bangsa
Indonesia karena dari integrasi nasional dapat
mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di
Indonesia, sehingga tidak adanya konflik
perpecahan yang terjadi dikarenakan adanya
perbedaan semata. Pasalnya, apabila terjadi
konflik secara sosial budaya dan tidak adanya
upaya dalam integrasi, maka masyarakat dapat
terpecah belah. Suatu bangsa akan runtuh apabila
integrasi bangsanya mengalami gangguan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya disintegrasi ditengah-
tengah masyarakat, diantaranya yaitu.
a. Sebab internal
Hal ini berhubungan dengan pribadi
dan pemikiran dari masyarakat.
Umumnya, penyebab internal
muncul karena adanya pemahaman
serta interpretasi nilai budaya yang
tidak tepat. Akibatnya muncul
perilaku intoleran, meninggikan
suku bangsa masing-masing, hingga
penggunaan bahasa yang tidak
sopan.
b. Sebab kultural
Kedua adalah penyebab kultural
yang berkaitan dengan pandangan
mengenai nilai, mental, serta
perilaku masyarakat. Pandangan ini
dapat muncul dari sistem nilai
budaya yang menghargai tanpa
adanya keharmonisan dan
kesenangan duniawi.
Kecenderungan kelompok ini adalah
melakukan kegiatan yang
meresahkan dan berujung pada
kesengsaraan masyarakat. Kelompok
ini juga tidak saling mengenal dan
tidak menghargai kebudayaan etnis
lain.
c. Sebab struktural
Penyebab struktural ini berasal dari
adanya kekuasaan yang memberikan
ruang untuk lahirnya disintegrasi,
seperti banyaknya oknum yang
mempermainkan politik untuk
kepentingannya sendiri, kekacauan
ekonomi, pelanggarann HAM yang
terus bertambah hingga
ketidakadilan dari pemerintahan
yang menjadi pemicu terjadinya
perpecahan.
3. Ciri Ciri Timbulnya Disintegrasi di
antara Masyarakat Indonesia
Disintegrasi merupakan keadaan dimana
masyarakat tidak dapat lagi hidup berdampingan
dalam kerukunan sehingga sering melakukan
pertikaian satu dengan yang lain dan
menimbulkan terjadinya perpecahan.
Disintegrasi timbul karena adanya konflik
dalam masyarakat yang dapat disebabkan oleh
pengaruh dari negara luar maupun dari dalam
negara sendiri. Kemunculan konflik tersebut
disebabkan oleh perbedaan etnis, agama, bahasa,
budaya, ekonomi, bahkan ideologi yang tidak
dikelola dengan baik. Jika tidak ditangani, akan
mengganggu stabilitas nasional suatu negara.
Disintegrasi dapat ditandai dengan terjadinya
perpecahan, hilangnya kesatuan, dan munculnya
ketidakharmonisan dalam hidup berdampingan
dengan orang lain. Adapun hal-hal yang menjadi
penyebab dari terjadinya suatu disintegrasi, antara
lain.
a. Ketidaksamaan tujuan
Ketidaksamaan tujuan dalam
bermasyarakan dapat memicu
terjadinya perbedaan pendapat
diantara masyarakat sehingga
kembali lagi hal ini dapat
menimbulkan terjadinya suatu
konflik. Terdapat berbagai kelompok
maupun individu yang ingin
mempertahankan pendiriannya
masing-masing.
b. Ketidakpatuhan terhadap norma
yang berlaku
Norma merupakan bentuk hukum
tertulis yang digunakan untuk
menjadi patokan masyarakan dalam
bertingkah laku. Norma merupakan
hal yang penting dan diperlukan
dalam masyarakat sebagai alat untuk
mewujudkan nilai sosial dan
menciptakan suasana lingkungan
yang aman dan tenang.
c. Menurunnya wibawa tokoh
pemimpin
Perpecahan juga dapat disebabkan
oleh sikap para pemimpin yang tidak
mencerminkan sikap yang
berwibawa dan tidak dapat ditiru.
Sering ditemui banyaknya pemimpin
yang memiliki sifat egoisme dan
juga tidak mematuhi peraturan dan
norma yang berlaku.
d. Kurang berfungsinya sanksi
Sanksi merupakan hal yang sangat
penting dalam hal untuk
mendisiplinkan masyarakan, namun
pemberian sanksi ditengan
masyarakat masih kurang dijalani
sehingga angka kriminalitas
bukannya semakin menurun dan
teratasi, melainkan semikin
meningkat seiring berjalannya
waktu.

4. Ancaman Disintegrasi yang Terjadi di


Indonesia
Ancaman disintegrasi telah membuat bangsa
Indonesia menjadi terpecah belah oleh karena
adanya konflik diantara masyarakat. Ancaman
disintegrasi dapat disebabkan oleh berbagai
alasan, baik dari segi sosial, budaya, ekonomi,
maupun politik.
Beberapa yang menjadi contoh terjadinya
ancaman disintegrasi, sebagai berikut.
a. Terjadinya pemberontakan
b. Banyak terjadinya kenakalan remaja
c. Munculnya sikap diskriminatif
d. Norma hukum yang tidak tegas
Dengan demikian, gejala-gejala disorganisasi dan
disintegrasi pada
awalnya dimulai dari hal-hal sebagai berikut :
a. Tidak ada lagi kesepakatan anggota
kelompok mengenai tujuan sosial
yang hendak dicapai yang semula
menjadi pegangan kelompok tersebut.
b. Norma-norma sosial tdak lagi
membantu anggota masyarakat dalam
mencapai tujuan yang disepakati.
c. Norma-norma dalam kelompok yang
dihayati oleh setiap anggota dianggap
tidak sesuai lagi. Sehingga setiap
anggota kelompok mengabaikan
norma-norma yang ada.
d. Sudah lemah, bahkan sudah tidak
dilaksanakan secara konsekuen.
Sanksi yang dikenakan pada orang
yang melanggar norma diangggap
sudah tidak berlaku
e. Tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh setiap warga masyarakat sudah
bertentangan dengan norma
C. PERAN GENERASI MUDA
INDONESIA DALAM MENGATASI
ANCAMAN DISINTEGRASI DI
INDONESIA

1. Peran Pemuda dalam Mengatasi


Disintegrasi Bangsa
Pemuda Indonesia memiliki peran penting
dalam memperjuangkan integrasi nasional dengan
menjadi pelopot dalam membangun kebersamaan
dan menghargai perbedaan, serta melalui peran
aktif dalam berbagai organisasi dapat menjadi
media dalam memfasilitasu dialog antara pihak-
pihak masyarakat yang berbeda pandangan.
Oleh karena itu, tindakan yang dapat
dilakukan pemuda Indonesia dalam mengatasi
ancaman disintegrasi, sebagai berikut.
a. Bertindak adil kepada sesama
Memiliki sikap adil, penuh empati,
tenggang rasa, dan toleransi dapat
semakin menjauhkan kita dari
terjadinya bentuk perpecahan dan
pertikaian antar masyarakat.
Memiliki rasa ingin berbaur dapat
semakin mendekatkan kita terhadap
sesama serta mencegah menciptakan
kelompok-kelompok kecil dalam
lingkungan tertentu yang sekiranya
daat semakin mengancam integritas
bangsa Indonesia.
b. Memiliki semangat persatuan dan
kesatuan
Adanya semangat dalam
mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia serta
mencerminkan simbol negara yaitu
Bhinneka Tunggal Ika dan pandangan
hidup negara yaitu Pancasila. Juga
memperkuat kesadaran dalam
persatuan dan kesatuan terhadap diri
masyarakat masing-masing dalam
menghadapi ancaman dan gangguan
yanmg datang dari luar yang dapat
meruntuhkan integritas dari bangsa
Indonesia.
c. Bertindak sesuai peraturan
Selalu mengikuti peraturan yang
berlaku dimanapun kita berada baik
di lingkungan rumah, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat,
maupun di lingkungan berbangsa dan
bernegara. Mengikuti peraturan dan
norma hukum yang berlaku dapat
menghindarkan kita dari melakukan
tindakan-tindakan kriminalitas yang
dapat menjerumuskan kita kedalam
konflik.

2. Usaha Generasi Muda Indonesia Dalam


Mewujudkan Integrasi Dalam Bangsa
Indonesia
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
dapat terwujud melalui integrasi nasional. Tanpa
adanya integrasi nasional, bangsa Indonesia daat
terpecah belah. Oleh karena itu, sudah menjadi
tugas kita sebagai generasi muda dalam hal
mewujudakan dam mempertahankan integrasi
nasional.
Namun, pada kenyaataannya, saat ini bangsa
Indonesia tengah mengalami terkikisnya
integritas nasional. Sudah terdapat banyak kasus
yang diakibatkan oleh berkurangnya integrasi
nasional di bangsa Indonesia.
Untuk mencegah lebih banyak terjadinya hal
seperti itu, kita sebagai warga negara dan
generasi pemuda bangsa Indonesia memiliki
kewajiban dalam menciptakan dan
mempertahankan integrasi nasional di
Indonesia.
Banyak harapan dan ekspektasi yang
diberikan kepada para generasi muda penerus
bangsa Indonesia untuk dapat mencegah
terjadinya pertikaian dan perselisihan antar
masyarakat yang dapat memicu bangsa
Indonesia menjadi terpecah belah.
Terdapat sangat banyak hal yang dapat
dilakukan oleh pemuda Indonesia dalam rangka
untuk mewujudkan integrasi nasional, beberapa
contohnya diantaranya yaitu.
a. Menerapkan Pancasila dalam
kehidupan sehari hari
Memahami dan
mengimplementasikan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dapat
menciptakan masyarakat yang saling
menghormati, salng menghargai, dan
berlaku adil terhadap sesama.
Dengan menerapkan nilai pancasila,
dapat membangun hubungan sosial
yang harmonis antar sesama
masyarakat sehingga dapat menekan
angka disintegrasi.
b. Meningkatkan rasa nasionalisme dan
partriotisme
Menanamkan rasa nasionalisme dan
cinta tanah air setiap hari dalam diri
masing-masing untuk bertindak dan
berperilaku sesuai norma-norma
yang berkembang di Indonesia. Serta
sebagai generasi muda dapat
menerapkan pemikiran yang kuat
dalam keinginan untuk mencapai dan
memajukan bangsa Indonesia.
c. Memperkuat ekonomi nasional
Mendukung dalam pemulihan
ekonomi nasional dan menjaga
stabilisasi ekonomi bangsa. Juga
meningkatkan kualitas Sumber Daya
manusia (SDM) untuk menekan
angka penggangguran dan
kemiskinan.
d. Menghargai dan meningkatkan
toleransi
Dengan memiliki sikap toleransi
yang tinggi, dapat menumbuhkan
rasa kemanusiaan terhaadap sesama.
Serta dapat lebih menghargai
berbagai banyaknya perbedaan
diantara masyarakat. Dengan
menanamkan sika toleransi, dapat
memperkecil dalam kesempatan
melakukan pertikaian di lingkungan
sekitar dam membuat kita daat hidup
dengan lebih damai dan tentram.

3. Peran Generasi Muda Indonesia dalam


Proses Reintegrasi
Reintegrasi dapat diartikan sebagai proses
dalam pembentukan norma- norma dan nilai-nilai
yang baru untuk menyesuaikan diri dengan
lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami
perubahan.

Reintegrasi sosial diperlukan ditengah


masyarakat sebagai proses penyatuan kembali
persatuan dan kesatuan setelah terjadinya konflik
ditengah-tengah masyarkat.
Di kutip dari Soerjono Soekanto (2013),
reintegrasi sosial merupakan proses pembentukan
norma atau nilai baru, sebagai bentuk
penyesuaian diri dengan lembaga atau organisasi
yang telah mengalami perubahan.

Sebagai generasi muda Indonesia, dapat


berpartisiasi dalam melaksanakan reintegrasi
sosial untuk memperbaiki beberapa hal yang
menjadi penyebab dalam terjadinya konflik dan
perpecahan ditengah lingkungan masyarakat
Indonesia.

Untuk menjalankan tugasnya sebagai pihak


yang membawa perubahan dalam masyarakat,
pemuda Indonesia harus memiliki kesadaran dan
semangat yang tinggi dalam memperjuangkan
integrasi bangsa Indonesia. Pemuda Indonesia
harus memahami nilai-nilai kebangsaan dan
menghargai Pancasila sebagai ideologi negara.
Juga pemuda Indonesia perlu memiliki
emahaman yang luas mengenai keanekaragaman
bangsa Indonesia.
Walaupun dalam melakukan reintegrasi
sosial atau penyatuan kembali dapat memakan
waktu yang cukup lama untuk terbentuk kembali,
namun terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan pemuda Indonesia untuk membangun
kembali persatuan dan mewujudkan reintegrasi,
diantaranya.

a. Menerapkan sistem musyawarah


Ketika terjadi sebuah konflik, para
generasi muda dapat diharapkan
untuk tetap dapat mengatasi konflik
yang terjadi dengan masih
menerapkan sikap yang saling
menghargai dan bermusyawarah
tanpa semakin memperparah konflik.
b. Menumbuhkan rasa bangga terhadap
bangsa Indonesia
Dengan menumbuhkan rasa bangga
terhadap bangsa Indonesia, pemuda
Indonesia akan semakin sadar akan
pentingnya berbangsa dan bertanah
air serta dapat memertahankan
kesatuan dan kesatuan ditengah-
tengah perpecahan yang sedang
terjadi.
c. Memiliki sikap terbuka
Se3makin berkembangnya zaman,
generasi muda Indonesia semakin
memiliki pemikiran yang terbuka.
Pemuda Indonesia mulai menyadari
betapa pentingnya dalam menghargai
perbedaan dari golongan lain dan
selalu menunjukkan sikap toleransi.
Namun, dibalik semua usaha tersebut tentu
terdapat hambatan dalam mewujudkan terjadinya
reintegrasi. Hal yang dapat menjadi penghambat
dalam melakukan reintegrasi, yaitu.

a. Kurangnya toleransi
Toleransi biasanya menjadi masalah
yang sering muncul dalam
keberagaman atau terlalu banyaknya
entitas yang berbeda di masyarakat.
Secara tidak langsung, kurangnya
sikap toleransi ini bisa menjadi
penyebab terhambatnya proses
integrasi nasional. Konflik yang
muncul akibat faktor ini bisa
berujung pada lunturnya rasa
persatuan dan kesatuan bangsa.
Sehingga bisa berpotensi
menghambat laju integrasi nasional.
Bahkan, apabila hal ini menjadi
masalah berkepanjangan, bukan tidak
mungkin suatu bangsa akan hancur
dengan sendirinya.
b. Masih kurangnya kesadaran
masyarakat
Terkadang, seseorang merasa dirinya
berbuat benar dan baik, padahal
faktanya berkebalikan. Salah satunya
adalah sikap individualis. Munculnya
sikap individualis ini membuat orang
enggan untuk peduli terhadap kondisi
sekitarnya. Sikap ini tentu akan
mempersulit proses integrasi
nasional, karena tidak adanya
kesadaran akan pentingnya
memperhatikan kondisi sekitar.
Selain itu, akan semakin sulit juga
untuk menyatukan berbagai entitas
atau kelompok yang beraneka ragam
di Indonesia, apabila mereka ini tak
kunjung sadar dengan perbuatannya.
c. Masih terdapat kesenjangan sosial
Kesenjangan sosial acap kali
menimbulkan rasa cemburu atas
nasib yang diterima orang lain. Hal
tersebut dapat membawa seseorang
atau kelompok ke arah tindakan yang
menyimpang. Orang yang megalami
kecemburuan sosial dapat bertindak
kriminal seperti merampok dan
mencuri dari orang yang memiliki
kelebihan ekonomi. Peristiwa
perampokan dan pencurian itu akan
berdampak bagi korban maupun
pelaku. Bagi orang yang mempunyai
pengalaman dengan perampokan dan
pencurian akan cenderung menaruh
curiga pada orang lain. Terlebih jika
orang yang ditemui memiliki
kesamaan karakteristik. Hal tersebut
dapat menghambat proses integrasi
nasional.
BAB 8. PENGUATAN KARAKTER DAN
KEPEMIMPINAN PEMUDA UNTUK
MEMBANGUN BANGSA MENJADI LEBIH
BAIK

Karakter yang kuat merupakan landasan yang


penting dalam membentuk individu yang
berkualitas. Pemuda yang memiliki karakter yang
baik, seperti integritas, disiplin, tanggung jawab,
dan kerja keras, akan mampu menghadapi
berbagai rintangan dan mengambil keputusan
yang tepat.
Kepemimpinan yang efektif sangat diperlukan
dalam membangun bangsa yang lebih baik.
Pemuda memiliki kemampuan yang baik dalam
hal kepemimpinan dan mampu menginspirasi dan
memotivasi orang lain untuk berkontribusi dalam
pembangunan bangsa.
Pemuda memiliki potensi besar untuk berperan
aktif dalam pembangunan bangsa, baik melalui
partisipasi dalam organisasi kemasyarakatan,
kegiatan sosial, maupun melalui keterlibatan
dalam bidang politik dan pemerintahan.
Adapun uraian materi dalam bab ini mencakup:

A. Definisi serta bentuk dan tujuan


penguatan karakter dan kepemimpinan
pengembangan karakter pemuda
B. Pentingnya kepimpinan pemuda dalam
membangun bangsa
C. Upaya penguatan karakter dan
kepimpinan pemuda dalam membangun
bangsa

A. DEFINISI SERTA BENTUK DAN


TUJUAN PENGUATAN KARAKTER DAN
KEPEMIMPINAN
1. Pengertian karakter
Karakter merujuk pada kepribadian, watak, budi
pekerti, dan sifat-sifat yang ada dalam diri
manusia yang membedakan satu individu dengan
individu lainnya. Secara etimologi, istilah
karakter berasal dari bahasa Latin character, yang
mengacu pada tabiat, sifat, budi pekerti, akhlak
dan kepribadian.
Wardani (2008) berpendapat bahwa karakter
merupakan identitas yang unik bagi setiap
individu, dan tidak dapat dipisahkan dari
pengaruh sosial budaya yang ada di sekitarnya.
Karakter seseorang terbentuk melalui proses
interaksi dengan lingkungan sosial budaya
tertentu, yang melibatkan nilai-nilai, norma, dan
perilaku yang ada dalam masyarakat..
Hamid, M (2008), mengemukakan bahwa
karakter adalah manifestasi dari hubungan timbal
balik antara keahlian terbaik individu dengan
pekerjaan atau situasi tertentu. Dalam konteks ini,
karakter bukan hanya mencerminkan sifat-sifat
pribadi, tetapi juga melibatkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki individu dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada.
Dengan demikian, karakter seseorang dapat
berubah dan berkembang seiring dengan
pengalaman dan pembelajaran yang dialami
individu dalam menjalani pekerjaan atau situasi
tertentu.

Abdullah Munir (2010) menyatakan bahwa


karakter adalah pola yang melekat pada diri
seseorang dengan kuat dan sulit dihilangkan, baik
dalam pikiran, sikap, maupun tindakan.
Menurut Maksudin (2013:03), karakter
merupakan identitas unik yang dimiliki setiap
individu terkait dengan esensi dirinya (daya
qalbu). Karakter ini mencakup inti dari kualitas
batiniah/rohaniah, pola pikir, serta perilaku (sikap
dan tindakan nyata) seseorang dalam kehidupan
dan kerjasama yang baik di dalam keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun negara.
2. Tujuan penguatan karakter
Penguatan karakter bertujuan untuk membentuk
bangsa yang tangguh dan berkualitas. Dengan
membangun akhlak yang baik, individu-individu
dalam masyarakat akan memiliki nilai-nilai moral
yang tinggi, seperti kejujuran, integritas, dan
empati. Selain itu, pendidikan karakter juga
bertujuan untuk mengembangkan sikap toleransi,
di mana setiap individu dapat menghargai
perbedaan dan bekerja sama dalam keragaman.
Semangat gotong-royong juga menjadi fokus
dalam pendidikan karakter, karena dengan
bekerja sama dan saling membantu, masyarakat
dapat mencapai tujuan bersama dan mengatasi
tantangan yang dihadapi. Dengan demikian,
pendidikan karakter berperan penting dalam
membentuk bangsa yang kuat, berakhlak mulia,
bermoral, toleran, dan bergotong-royong.
Berikut adalah faktor-faktor yang dapat
memperkuat karakter pemuda, yang dapat
membantu mereka tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang tangguh dan berkualitas.

1) Faktor internal:
a) Insting, Insting merupakan sifat
bawaan genetik yang mempengaruhi
kemampuan dan potensi seorang
remaja. Insting yang positif, seperti
keinginan untuk menjadi individu
yang baik dan jujur, dapat berperan
penting dalam membentuk karakter
yang baik.
b) Kebiasaan, Kebiasaan merupakan
pola perilaku yang menjadi rutinitas
dalam kehidupan seorang remaja,
yang membentuk dan mempengaruhi
tindakan mereka. Kebiasaan yang
positif, seperti kebiasaan untuk
menjadi individu yang baik dan jujur,
dapat berperan penting dalam
membentuk karakter yang baik.
c) Kemauan, Kemauan merupakan
atribut yang mempengaruhi
kemampuan dan potensi seorang
remaja. Kemauan yang positif, seperti
keinginan untuk menjadi individu
yang baik dan jujur, dapat berperan
penting dalam membentuk karakter
yang baik.

2) Faktor eksternal:
a) Pendidikan. Pendidikan merupakan
proses di mana seorang remaja
memperoleh pengetahuan dan belajar.
Pendidikan yang berkualitas dapat
berperan penting dalam membentuk
karakter yang baik dan jujur.
b) Lingkungan. Lingkungan merujuk
pada situasi dan kondisi di sekitar
seorang remaja. Lingkungan yang
positif dapat berperan penting dalam
membentuk karakter yang baik dan
jujur.

3. pengertian kepimpinan
kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang
menempel pada diri seorang yang menjadi
pemimpin, Secara etimologi, kepemimpinan
dapat dijelaskan sebagai berikut: berasal dari kata
dasar "pimpin" yang berarti bimbing atau tuntun.
Dengan penambahan awalan "pe", menjadi
pemimpin yang mengacu pada seseorang yang
mempengaruhi orang lain. Jika ditambahkan
akhiran "an", menjadi pimpinan yang merujuk
pada seseorang yang mengepalai.
Definisi kepemimpinan menurut William G. Scott
(1962) adalah suatu proses yang memiliki
pengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
dalam suatu kelompok, dengan tujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
konteks ini, seorang pemimpin memiliki peran
penting dalam mengarahkan dan memotivasi
anggota kelompok untuk bekerja sama secara
efektif guna mencapai hasil yang diinginkan.
Kepemimpinan juga melibatkan kemampuan
untuk mengambil keputusan yang tepat,
mengelola konflik, dan membangun hubungan
yang baik antara anggota kelompok.
Menurut Weschler dan Massarik (1961),
Dalam konteks ini, kepemimpinan juga
melibatkan kemampuan untuk memahami
kebutuhan dan harapan anggota kelompok, serta
mampu mengarahkan mereka menuju tujuan yang
telah ditetapkan. Proses komunikasi yang efektif
menjadi kunci dalam menjalankan peran
kepemimpinan, karena melalui komunikasi yang
baik, pemimpin dapat menginspirasi, memotivasi,
dan mempengaruhi anggota kelompok untuk
bekerja sama secara efektif. Dengan demikian,
kepemimpinan bukan hanya tentang memegang
kekuasaan, tetapi juga tentang membangun
hubungan yang baik dengan anggota kelompok
dan menciptakan lingkungan kerja yang
harmonis.
Definisi kepemimpinan menurut Rauch
dan Behling (1984) adalah suatu proses yang
melibatkan pengaruh terhadap aktivitas kelompok
yang terorganisir dengan tujuan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin
memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan
mengarahkan anggota kelompok agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien. Dalam konteks
ini, kepemimpinan juga melibatkan kemampuan
untuk memotivasi anggota kelompok, mengambil
keputusan yang tepat, dan mengelola konflik
yang mungkin timbul. Dengan demikian,
kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam
mencapai keberhasilan kelompok dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Definisi
kepemimpinan menurut P. Pigors (1935) adalah
suatu proses yang melibatkan interaksi yang
berhasil antara individu yang berbeda, dengan
tujuan untuk mendorong dan mengarahkan
kekuatan seseorang dalam mencapai tujuan
bersama.
Menurut F. A. Nigro (1965). Pengertian
kepemimpinan adalah cara khusus untuk
memengaruhi aktivitas orang lain.
Menurut pendapat Ordway Tead (1929),
kepemimpinan dapat diartikan sebagai sifat
kepribadian yang memungkinkan seseorang
untuk memotivasi orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Menurut Hemhill dan Coon (1995),
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai sikap
individu yang memimpin berbagai kegiatan
kelompok dengan tujuan mencapai hasil bersama.
Dalam pandangan Suradinata, seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan
mengendalikan kelompok yang dipimpinnya.
Selain itu, kepemimpinan juga melibatkan
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Oleh karena itu, kepemimpinan
merupakan aspek penting dalam keberhasilan
sebuah organisasi atau kelompok, dan pemimpin
yang efektif harus memiliki kemampuan untuk
memimpin dan mempengaruhi orang lain dengan
baik.

4. Tujuan kepimpinan
Salah satu tujuan utama kepemimpinan adalah
menginspirasi anggota tim dengan memberikan
contoh yang baik dan memotivasi mereka untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pemimpin yang efektif harus memiliki
kemampuan untuk memberikan arahan yang
jelas dan memastikan bahwa setiap anggota tim
memahami peran dan tanggung jawab mereka
dalam mencapai tujuan tersebut.

Selain itu, seorang pemimpin juga harus mampu


memberikan motivasi yang diperlukan untuk
menjaga semangat dan dedikasi anggota tim. Ini
dapat dilakukan melalui pemberian umpan balik
positif, pengakuan atas prestasi yang baik, dan
memberikan dukungan ketika anggota tim
menghadapi tantangan atau kesulitan.

Dengan memberikan inspirasi, arahan, dan


motivasi yang tepat, seorang pemimpin dapat
membantu membangun kepercayaan dan
kerjasama dalam tim, serta mendorong anggota
tim untuk mencapai hasil yang lebih baik secara
kolektif.

kepemimpinan pemuda dalam membangun


bangsa dapat dibagi menjadi dua factor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjunyat:
1). Faktor internal:
a) Kualitas Pribadi: Kualitas ini menjadi
pondasi yang kuat dalam
kepemimpinan dan memiliki
pengaruh terhadap cara seorang
pemimpin memengaruhi orang lain.
b) Kemampuan Kepemimpinan, Pemuda
yang memiliki kemampuan
kepemimpinan yang solid dapat
memengaruhi dan membimbing
anggota tim atau masyarakat untuk
mencapai tujuan bersama.
c) Komitmen. Pemimpin yang memiliki
dedikasi yang tinggi terhadap
kepentingan bangsa dan masyarakat
akan bekerja keras untuk mencapai
tujuan tersebut.

2). Faktor eksternal:


a) Dukungan keluarga, Dukungan,
dorongan, dan nilai-nilai positif yang
diberikan oleh keluarga dapat
membantu pemuda dalam
mengembangkan kepemimpinan yang
positif.
b) Pelatihan, Pelatihan kepemimpinan
yang sesuai dapat membantu pemuda
dalam mengembangkan keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan
untuk menjadi pemimpin yang efektif.
c) Lingkungan, Lingkungan yang
memberikan dukungan dan peluang
untuk terlibat dalam kegiatan
kepemimpinan dapat mendukung
pemuda dalam mengembangkan
potensi kepemimpinan mereka.
B. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN
SIKAP KEPEMIMPINAN PEMUDA
Membentuk sikap kepemimpinan pada pemuda
merupakan kewajiban utama untuk
mengembangkan generasi muda yang berkualitas
dan berlembaga. Pemuda adalah generasi yang
akan menjadi pemimpin dan pengurus di masa
mendatang. Membentuk sikap kepemimpinan
pada pemuda akan membangun karakter dan
kompetensi Hal-hal yang diperlukan untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektif. Pemuda
yang memiliki sikap kepemimpinan akan
memiliki keterampilan dan ketahatan untuk
menghandle situasi yang sulit, seperti ketahatan
dalam mengatasi krisis, ketahatan dalam
mengelola sumber daya manusia, dan ketahatan
dalam mengelola sumber daya alam.
Pembentukan sikap kepemimpinan pada pemuda
dipengaruhi oleh beragam faktor, baik dari dalam
maupun luar, yang memiliki peran krusial dalam
membentuk kepribadian mereka.

1) Faktor internal:
a) pengasahan kepribadian, Setiap
individu mengalami tahapan
perkembangan yang berawal dari
masa kanak-kanak, ke masa remaja,
hingga dewasa.
b) Disiplin, Disiplin merupakan sikap
atau perilaku yang yang membuat
patuh terhadap peraturan, menjaga
ketertiban, dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas atau
aktivitas.
c) Bertanggung jawab, untuk
membiasakan mereka bertanggung
jawab terhadap kebutuhan pribadi
mereka sendiri.
d) Percaya diri, keyakinan bahwa kita
memiliki kemampuan untuk
menghadapi situasi tertentu atau yakin
akan eksistensi dan keberhasilan diri
sendiri.

2) Faktor eksternal:
a) Lingkungan keluarga, pada usia
kanak-kanak mereka belajar meniru
perilaku orang-orang di sekitarnya.
b) Lingkungan sekolah, Sekolah adalah
tempat untuk menambah ilmu atau
belajar dari berbagai aspek, termasuk
pembelajaran kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
c) Lingkungan Masyarakat, tempat di
mana anak-anak dapat belajar tentang
berbagai hal yang jarang mereka
temui, termasuk perilaku yang
menyimpang, kekerasan, dan berbagai
hal negatif lainnya yang dapat mereka
saksikan di sekitar lingkungan
masyarakat.

C. PENGEMBANGAN KARAKTER
PEMUDA
1. Pengembangan karakter pemuda melalui
pendidikan moral
Menurut kamus Umum bahasa Indonesia, moral
adalah penilaian terhadap kebaikan atau
keburukan suatu perbuatan atau perilaku. Asal
kata "moral" berasal dari bahasa Latin "mores"
yang mengacu pada tata cara hidup atau adat
istiadat.
Fathurrohmah (2019) menyatakan bahwa
pengembangan karakter pemuda dapat dilakukan
dengan cara menanamkan moral, memberikan
teladan, dan mempersiapkan generasi muda agar
dapat mandiri dengan mengajarkan dan
memfasilitasi pengambilan keputusan moral yang
bertanggung jawab serta keterampilan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Menurutnya,
remaja tidak mengalami perubahan tiba-tiba
menjadi nakal atau kehilangan moralitas,
melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dari dalam diri maupun lingkungan eksternal.
1) Faktor internal:
a) Motivasi, Motivasi adalah suasana
dalam diri seorang remaja yang
memicu dan menjaga diri untuk
melakukan sesuatu. Motivasi positif
seperti motivasi untuk menjadi orang
yang baik dan jujur dapat membantu
menciptakan karakter yang baik.
b) Kepemimpinan, kepimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk
mengarah dan memimpin orang lain.
Kepemimpinan yang baik dapat
membantu menciptakan karakter yang
jujur dan mampu mengarah orang
lain.
c) Kepersiduan, Kepersiduan adalah
suasana dalam diri seseorang yang
menghasut dan menjadikan diri
menjadi kurang baik. Kepersiduan
dapat menghalangi karakter yang baik
dan jujur.

2) Faktor eksternal:
a) Media: Media seperti televisi, radio,
dan internet dapat mempengaruhi
karakter pemuda dengan
menunjukkan kejahatan dan
kehilangan moralitas. Media yang
bersifat negatif dapat menghalangi
karakter yang baik dan jujur.
b) Kesempatan: Kesempatan adalah
situasi yang menghasut dan
menjadikan diri menjadi kurang baik.
Kesempatan dapat menghalangi
karakter yang baik dan jujur.
c) Tekanan teman : tekanan teman
adalah tekanan yang diberikan oleh
teman atau sekumpulan orang untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik.
Tekanan teman dapat menghalangi
karakter yang baik dan jujur.

Pengembangan karakter pemuda harus


mencerminkan peranan faktor internal dan
eksternal, dan perlu dioptimalkan melalui
penanaman moral dalam pemberian teladan dan
penyiapan generasi muda untuk memiliki
kemampuan mandiri dan memfasilitasi perbuatan
keputusan moral secara bertanggung jawab dan
ketrampilan terhadap hidup orang lain.

2. Pengembangan karakter pemuda melalui


kegiatan olaraga
Olahraga memiliki peran penting karena
memberikan banyak manfaat yang dapat
diperoleh melalui partisipasi dalam kegiatan
tersebut. Selain meningkatkan kondisi fisik,
olahraga juga memiliki kemampuan untuk
membentuk jiwa sportivitas, kerja sama tim, dan
rasa nasionalisme. dari olahraga, kita dapat
meraih banyak hal positif dan juga melatih sikap
serta mental kita.
Menurut (Selleck, 2003: 36), ada tujuh
cara untuk membimbing atlet menjadi
olahragawan yang berkarakter baik. Tujuh aksi
yang dimaksud meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Seorang guru pendidikan jasmani atau


pelatih harus menjelaskan pada siswa
atau atletnya bahwa dalam sebuah
pertandingan harus ada yang menang
dan ada yang kalah, sehingga mereka
dapat memahami bahwa kekalahan
bukanlah akhir segalanya.
2. Sukses dalam olahraga meliputi
usaha, perasaan yang baik,
persahabatan, memberi kontribusi,
menambah keterampilan, dan
memiliki kegembiraan, sedangkan
kemenangan atau kegagalan dapat
dilihat melalui hasil pertandingan.
3. Setiap orang yang terlibat dalam
olahraga harus saling menghormati
dan menghargai, termasuk wasit, atlet,
dan pelatih, sesuai dengan keputusan
dan aturan yang ada.
4. Meskipun olahraga sering dianggap
sebagai persaingan, namun ada
banyak kesempatan bagi individu
untuk bekerja sama satu sama lain.
5. Integritas pribadi lebih penting
daripada kemenangan dalam olahraga,
seperti yang ditunjukkan oleh pegolf
amatir AS bernama Howard yang
mendiskualifikasi dirinya sendiri
karena melanggar aturan.
6. Atlet yang memiliki rasa percaya diri
yang baik percaya bahwa dirinya
mampu menampilkan kinerja olahraga
seperti yang diharapkan.
7. Olahragawan yang sudah pensiun dari
karir atletiknya seharusnya tetap
melayani masyarakat sebagai bentuk
pengembalian kepada masyarakat.
D. PENTINGNYA KEPIMPINAN
PEMUDA DALAM MEMBANGUN
BANGSA

Kepemimpinan pemuda sangat penting


karena sejumlah alasan. Kaum muda adalah
pemimpin masa depan masyarakat, dan
berinvestasi dalam Mengembangkan
kepemimpinan mereka dapat memastikan bahwa
para pemimpin masa depan memiliki
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang
diperlukan untuk efektif dalam mengatur dan
menciptakan perubahan positif untuk bangsa.
Dalam sejarah peradaban Negara indonesia,
pemuda memiliki nilai yang sangat berharga dan
tak ternilai. Pemuda menjadi pilar utama dalam
kemajuan dan pembangunan bangsa. Generasi
muda menjadi elemen yang krusial yang harus
terlibat dalam proses pembangunan suatu bangsa.
Hal ini disebabkan oleh kekuatan fisik yang
dimiliki oleh generasi muda, pengetahuan yang
segar, inovasi, dan tingkat kreativitas yang tinggi.
Tanpa kontribusi dari pemuda, suatu bangsa akan
mengalami kesulitan dalam mengalami
perubahan.
Secara keseluruhan, pemimpin pemuda yang
efektif harus memiliki keterampilan komunikasi
yang kuat, pemahaman mendalam tentang
permasalahan dan tantangan yang dihadapi kaum
muda, serta kemampuan untuk menginspirasi dan
memberdayakan orang lain untuk mengambil
tindakan. Dengan pola pikir tersebut, mereka
dapat menciptakan dampak positif bagi
komunitasnya dan masyarakat luas.

D. UPAYA PENGUATAN KARAKTER


PEMUDA

Meningkatkan kualitas karakter pemuda dapat


dilakukan melalui strategi pengembangan sasaran
dan pengelolaan yang bertujuan untuk
memperkuat karakter mereka. Pengembangan
sasaran dan pengelolaan merupakan dua aspek
krusial dalam proses ini.
Sasaran merujuk pada target spesifik yang dapat
dikejar dan dicapai dalam jangka waktu yang
relatif singkat, seperti satu tahun atau beberapa
bulan, dengan tujuan mencapai objektif tertentu.
Sasaran ini mencerminkan tindakan atau kegiatan
yang terlibat dalam mencapai tujuan tersebut.
Pengelolaan adalah suatu proses yang melibatkan
pengawasan terhadap semua elemen yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian
tujuan. Secara umum, pengelolaan merupakan
kegiatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih
baik dan memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi
dari sebelumnya. Pengelolaan juga dapat
diartikan sebagai upaya untuk membuat sesuatu
menjadi lebih sesuai dan cocok dengan
kebutuhan, sehingga lebih bermanfaat. Dalam
konteks ini, pengelolaan berperan penting dalam
mengoptimalkan sumber daya yang ada,
mengatur proses kerja, dan memastikan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, pengelolaan menjadi kunci dalam
mencapai keberhasilan organisasi atau
perusahaan.
Upaya penguatan karakter pemuda
melalui pengembangan sasaran dan pengelolaan
bertujuan untuk mempercepat pengembangan
karakter pemuda. Dalam konteks ini,
pengembangan sasaran merujuk pada menetapkan
target spesifik yang ingin dicapai dalam jangka
waktu tertentu. Sasaran ini dapat berupa
keterampilan, sikap, atau nilai-nilai yang
diinginkan untuk dikembangkan oleh pemuda.
Pengelolaan, di sisi lain, melibatkan
pengawasan dan pengaturan semua aspek yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan
pencapaian tujuan. Dalam konteks penguatan
karakter pemuda, pengelolaan melibatkan
pengaturan dan pengawasan terhadap proses
pengembangan karakter, termasuk pemilihan
metode, pelatihan, dan evaluasi.
Dengan adanya pengembangan sasaran dan
pengelolaan yang efektif, pemuda dapat
memahami dan mengembangkan karakter yang
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Misalnya,
jika sasaran adalah mengembangkan
kepemimpinan, pemuda akan diberikan pelatihan
dan dukungan yang relevan untuk
mengembangkan keterampilan kepemimpinan
mereka. Selain itu, pengelolaan yang baik akan
memastikan bahwa pemuda mendapatkan
bimbingan dan pengawasan yang tepat dalam
proses pengembangan karakter mereka.
Secara keseluruhan, pengembangan sasaran dan
pengelolaan yang baik dalam penguatan karakter
pemuda membantu mempercepat pengembangan
karakter mereka dengan memberikan arah yang
jelas, dukungan yang tepat, dan pengawasan yang
efektif.
Daftar Pustaka
https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/
informasi/detail/artikel/pemuda-potensi-
masalah-peran-dan-harapan-untuk-
bangsa-25
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-
banjarmasin/baca-artikel/14361/Peran-
Pemuda-Masa-Kini.html
https://purejournal.ub.ac.id/index.php/
pure/article/viewFile/92/62
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/
informasi/detail/artikel/generasi-muda-
masa-depan-bangsa-38
https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/
informasi/detail/artikel/peran-pemuda-
dalam-pembangunan-38
https://id.linkedin.com/pulse/peran-
pemuda-sebagai-generasi-pembangunan-
bangsa-melalui
http://ademujhiyat.blogspot.com/
https://repo.undiksha.ac.id/
Beyond Blogging - Kompasiana.com
https://ahrefs.com/writing-tools/
paraphrasing-tool
https://hukum.uma.ac.id/2021/12/03/apa-
itu-pengertian-karakter/
https://eprints.ums.ac.id/58142/4/BAB
%20II.pdf
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/
artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-
Kepemimpinan-
Kita.html#:~:text=Sedangkan
%20kepemimpinan%20adalah
%20kemampuan%20seorang,tujuan
%20yang%20telah%20ditentukan
%20sebelumnya.
https://panjatan.kulonprogokab.go.id/
detil/223/apa-itu-kepemimpinan-oleh-
kirmadi-sip
https://www.politeknikmbp.ac.id/karya-
ilmiah/category/56-volume-9-1.html?
download=529:manner-tampubolon
https://www.liputan6.com/hot/read/
4734432/pengertian-kepemimpinan-
menurut-para-ahli-dan-macam-macam-
gaya-memimpin
https://www.kemenpora.go.id/detail/
3753/kemenpora-gelar-capacity-building-
penguatan-karakter-pemuda-dan-
peningkatan-indeks-pembangunan-
pemuda
http://repository.ut.ac.id/2532/1/
fkip201020.pdf
https://journal.uin-alauddin.ac.id/
index.php/aqidah-ta/article/view/
3408/3210
https://staffnew.uny.ac.id/upload/
131873957/pengabdian/9-pembentukan-
karakter-melalui-olahraga.pdf
https://www.kompasiana.com/
restuwahid/
5517fbe481331103699de515/
pengembangan-karakter-melalui-
olahraga?page=all&page_images=1
https://jurnal.semnaspssh.com/
index.php/pssh/article/download/23/11

Anda mungkin juga menyukai