D. Dinamika Paradigma.…..
…………………………………. 4
E. Tantangan yang Harus Dihadapi Para Generasi
Muda…………………………………………... 5
F. Upaya yang dilakukan Generasi Muda dalam
Menghadapi Berbagai Tantangan dengan
Paradigma.……………………………………... 5
1. Definisi Pemuda
2. Pemuda Sebagai Wajah Bangsa
3. Peranan Pemuda Dalam Masyarakat
4. Generasi Muda & Permasalahannya
5. Faktor Penyebab Permasalahan
Generasi Muda
6. Dekadensi Moral bagi Generasi
Muda dan Cara Menanggulanginya.
7. Potensi dan Sasaran Generasi Muda
8. Peran Pemuda Indonesia Dalam
membangun kehidupan bangsa
A. DEFINISI PEMUDA
Pemuda mengacu pada individu yang
menjalani periode perkembangan fisik dan
emosional yang biasanya dikaitkan dengan masa
remaja. Bahasa Indonesia (KBBI), "pemuda"
didefinisikan sebagai kelompok dalam rentang
usia 15 hingga 30 tahun. Namun, definisi
"pemuda" dapat berbeda-beda tergantung pada
konteks sosial, budaya, dan politik suatu negara
atau komunitas tertentu.
Upaya/Pemecahan Masalah
Melalui Sosialsasi:
Sosialisasi adalah suatu proses
yang membantu individu
dalam mempelajari dan
beradaptasi. Upaya pemecahan
masalah melalui sosialisasi
harus mempertimbangkan
keragaman masyarakat
majemuk dan melibatkan
berbagai lembaga sosialisasi
untuk menciptakan
pemahaman dan nilai bersama
di antara individu dalam
Masyarakat.
E. Hak dan kewajiban pemuda sebagai
generasi penerus bangsa
Hak dan kewajiban pemuda
sebagai generasi penerus bangsa
memiliki peran penting dalam
membangun masa depan suatu negara.
Berikut adalah beberapa hak dan
kewajiban yang umumnya dihadapi
oleh pemuda:
Hak Pemuda:
Hak Pendidikan:
Mendapatkan akses
pendidikan yang layak dan
berkualitas.
Kesempatan untuk
mengembangkan potensi diri
melalui pendidikan formal dan
non-formal.
Hak Partisipasi:
Berpartisipasi dalam kegiatan
politik dan sosial.
Hak untuk menyuarakan
pendapat dan berkomunikasi.
Hak Pekerjaan dan
Pengembangan Karir:
Mendapatkan kesempatan
untuk bekerja dan berkembang
dalam karir.
Dapat berpartisipasi dalam
pelatihan dan program
pengembangan keterampilan.
Hak Kesehatan:
Mendapatkan akses layanan
kesehatan yang baik.
Hak untuk hidup sehat dan
berpartisipasi dalam upaya
promosi kesehatan.
Hak Rekreasi dan Budaya:
Memiliki waktu luang untuk
rekreasi dan kegiatan budaya.
Partisipasi dalam kegiatan
seni, olahraga, dan budaya.
Kewajiban Pemuda:
Kewajiban Pendidikan:
Menyelesaikan pendidikan
dengan tekun.
Mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan untuk
kontribusi yang lebih baik.
Kewajiban Partisipasi:
Berpartisipasi dalam proses
demokrasi dan pemilihan
umum.
Aktif dalam kegiatan sosial
yang membangun masyarakat.
Kewajiban Kontribusi Positif:
Berkontribusi pada
pembangunan sosial dan
ekonomi.
Mengembangkan inovasi dan
kreativitas untuk kemajuan
bangsa.
Kewajiban Kesehatan:
Menjaga kesehatan pribadi
dan berpartisipasi dalam upaya
kesehatan masyarakat.
Mendukung kampanye
kesehatan dan gaya hidup
sehat.
Kewajiban Menghormati
Nilai-Nilai Kebangsaan:
Memahami, menghormati, dan
mempromosikan nilai-nilai
kebangsaan.
Menjaga keutuhan dan
keberagaman budaya bangsa.
BAB 3. MEWUJUDKAN SIKAP
NASIONALISME DAN PATRIOTISME DI
KALANGAN PEMUDA
A. Pengertian Paradigma
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), paradigma
memiliki beberapa pengertian,
salah satunya adalah suatu pola
pikir atau model dasar yang
menjadi pandangan atau landasan
seseorang terhadap sesuatu.
Paradigma adalah kerangka
berpikir atau model dasar yang
memandu cara seseorang
memahami dan menginterpretasi
dunia. Ini mencakup keyakinan,
nilai, dan asumsi yang membentuk
perspektif seseorang terhadap
suatu topik atau fenomena.
Paradigma dapat memengaruhi
cara seseorang merumuskan
pertanyaan, mengumpulkan data,
dan menyusun penjelasan tentang
suatu masalah.
1. Keterbukaan terhadap
keberagaman: Menghargai
perbedaan budaya, pendapat,
dan latar belakang, serta
mendorong inklusivitas.
3. Pentingnya Keseimbangan:
Memahami arti keseimbangan
antara pekerjaan, kehidupan
pribadi, dan kesejahteraan
mental.
1. Teknologi:
- Model inovasi terobosan
- Perwujudan: Perkembangan
teknologi baru mengubah cara
tradisional dalam melakukan
sesuatu. – Contoh: kesuksesan
startup teknologi yang berpotensi
mengubah industri, seperti Uber di
bidang transportasi.
2. Pendidikan:
- Paradigma Pembelajaran Seumur
Hidup:
- Perwujudan: Fokus pada
pendidikan yang berkelanjutan
sepanjang hidup, bukan hanya
selama masa sekolah.
– Contoh: Platform daring untuk
kursus daring dan inisiatif
pembelajaran komunitas.
3. Bisnis:
- Paradigma Berkelanjutan:
- Perwujudan: Memasukkan
keberlanjutan sebagai elemen inti
dalam strategi bisnis.
– Contoh: Perusahaan yang
mengadopsi praktik ramah
lingkungan dan memperhatikan
dampak sosialnya.
5. Kesehatan:
- Model kesehatan yang
komprehensif:
- Perwujudan: Melibatkan aspek
fisik, mental dan sosial dari
pendekatan terhadap kesehatan.
– Contoh: Merupakan metode
pengobatan yang memadukan
pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif.
6. Lingkungan:
- Model konservasi alam:
- Prestasi : Mengutamakan
kelestarian alam dan sumber daya
alam.
– Contoh: program konservasi,
pengembangan energi terbarukan
dan gerakan melawan sampah
plastik.
7. Kebijakan:
- Model partisipatif:
- Perwujudan: Mendorong
partisipasi aktif warga negara
dalam pengambilan keputusan
politik
. – Contoh: Proses pengembangan
kebijakan melibatkan partisipasi
masyarakat dan partisipasi
masyarakat.
8. Hukum:
- Model hukum pidana restoratif:
- Perwujudan: berfokus pada
rekonsiliasi dan penyembuhan
dalam menangani kejahatan.
– Contoh: Program mediasi
antara pelaku dan korban untuk
mencapai kesepakatan rehabilitasi.
Perwujudan model ini
mencerminkan perubahan nilai,
pandangan dunia, dan cara
berpikir yang membentuk
berbagai aspek masyarakat.
3. Keseimbangan kehidupan
kerja: Ada peningkatan kesadaran
akan pentingnya keseimbangan
karir dan kehidupan.
4. Kesadaran lingkungan:
Perhatian terhadap permasalahan
lingkungan hidup, keberlanjutan
dan tanggung jawab sosial
semakin menjadi prioritas.
5. Pendidikan non-tradisional:
Munculnya metode pendidikan
yang lebih fleksibel seperti
pembelajaran online dan pelatihan
mandiri.
6. Kesadaran akan kesehatan
mental: Generasi muda semakin
sadar akan kesehatan mental dan
mendukung pentingnya perawatan
kesehatan mental.
7. Keteladanan gender:
Mengubah sikap mengenai peran
gender dan meningkatkan
dukungan terhadap kesetaraan
gender.
1. Teknologi: Perkembangan
teknologi yang pesat dapat
menyebabkan perubahan
dalam cara kita berpikir
dan berinteraksi dengan
dunia.
2. Budaya: Nilai, norma, dan
tradisi suatu budaya dapat
menjadi paradigma
dominan di kalangan
generasi muda.
3. Pendidikan: Sistem
pendidikan dan nilai-nilai
yang diterapkan selama
proses pembelajaran dapat
berperan penting dalam
membentuk pandangan
dunia generasi muda.
6. Lingkungan sosial :
Interaksi dengan rekan
kerja, keluarga dan
masyarakat sekitar
berperan dalam membentuk
pandangan dan nilai-nilai
generasi muda.
1. Kesenjangan generasi:
Perbedaan cara pandang antara
generasi muda dan generasi
tua dapat menimbulkan
perselisihan dan konflik antar
generasi.
2. Tantangan Ketenagakerjaan:
Generasi muda mungkin
mengalami kesulitan dalam
mencari pekerjaan atau
beradaptasi dengan perubahan
dinamika pasar tenaga kerja
yang terus berkembang.
4.Ketergantungan pada
Teknologi: Generasi muda
yang terlalu tergantung pada
teknologi mungkin
menghadapi masalah terkait
kesehatan mental, kurangnya
interaksi sosial langsung, dan
masalah ketergantungan.
5. Kesenjangan Ekonomi:
Tantangan ekonomi dapat
mempengaruhi generasi muda,
termasuk kesulitan dalam
kepemilikan rumah,
membayar utang pendidikan,
dan mencapai stabilitas
keuangan.
6. Konsumisme: Paradigma
konsumsi yang kuat dapat
menyebabkan perilaku
konsumtif, utang, dan
kurangnya kesadaran terhadap
keberlanjutan lingkungan.
7. Kurangnya Keseimbangan
Hidup: Fokus pada karir dan
keberhasilan dapat
menyebabkan kurangnya
keseimbangan antara
kehidupan profesional dan
pribadi.
8. Ketidakpastian mengenai
masa depan: Faktor-faktor
seperti perubahan iklim,
permasalahan ekonomi global
dan krisis kesehatan dapat
menimbulkan rasa
ketidakpastian mengenai masa
depan bagi generasi muda.
7. Mengembangkan jaringan
sosial dan profesional:
Menciptakan jaringan sosial dan
profesional membantu kaum muda
mendapatkan dukungan, peluang
untuk berkolaborasi, dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk
mengatasi tantangan.
BAB 5
PERAN PEMUDA SEBAGAI WAJAH MASA
DEPAN BANGSA
1. Identifikasi Pemuda
2. Misi Pemuda
1. Kesejahteraan Masyarakat:
Masyarakat yang inklusif dan
menghargai keberagaman
cenderung lebih harmonis dan
stabil.
2. Inovasi dan Pertumbuhan:
Keberagaman memunculkan ide-
ide baru dan inovasi yang
beragam, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan sosial.
3. Kesetaraan dan Keadilan:
Memastikan kesetaraan hak dan
kesempatan bagi semua individu,
yang merupakan prinsip dasar
dari sebuah masyarakat yang
adil.
Menurut Nazaruddin
Sjamsuddin, integrasi nasional
adalah proses menyatukan
suatu negara melalui aspek
kehidupan sosial, budaya,
politik, dan ekonomi.
J. Soedjati Djiwandono
berpendapat bahwa
menjunjung tinggi hak
menentukan nasib sendiri
melalui integrasi nasional
merupakan salah satu upaya
menjaga persatuan bangsa
yang luas.
A. FAKTOR-FAKTOR DALAM
INTEGRASI NASIONAL
Terwujudnya integrasi nasional dapat
diatributkan kepada faktor-faktor
pendorong dan pendukung bagi
bangsa. Sebaliknya, ada pula faktor-
faktor penghambat yang bertujuan
untuk menggagalkan usaha mencapai
integrasi nasional.
d. Bahaya Eksternal
Meskipun Indonesia telah
menikmati kemerdekaan
selama 78 tahun,
munculnya ancaman
eksternal dapat menjadi
katalis bagi integrasi
nasional. Ancaman dari
luar dapat memacu
masyarakat Indonesia
untuk bersatu dan
solidaritas.
B. INTEGRASI NASIONAL
BERPERAN PENTING BAGI
INDONESIA
Integrasi nasional merupakan usaha
untuk menyatukan perbedaan yang
ada di suatu negara, sehingga tercipta
keselarasan secara nasional. Integrasi
memainkan peran yang signifikan
dalam mengatasi perpecahan dan
membentuk kesatuan yang utuh,
seperti contohnya dalam menyatukan
berbagai suku, budaya, dan agama di
Indonesia.
4) Setelah proklamasi
kemerdekaan, bangsa
Indonesia menghadapi
perjalanan yang tidak mudah.
Mereka harus melewati
berbagai cobaan yang
mengguncang keutuhan
bangsa.
D. DINAMIKA INTEGRASI
NASIONAL
Terdapat banyak dinamika dari
integrasi yang terjadi pada indonesia
setelah tahun 1945. Dinamika dapat di
artikan sebagai peristiwa integrasi
berdasarkan masing-masing jenis
integrasi yang ada. Diantaranya ialah:
a. Pemerintah Indonesia
menandatangani perjanjian di
Vantaa, Helsinki, Finlandia,
pada tanggal 15 Agustus 2005,
untuk mengupayakan integrasi
damai (GAM). Situasi
disintegrasi yang terjadi di
Aceh antara tahun 1975
hingga 2005 berhasil
diselesaikan dengan
menerapkan prosedur ini.
Melalui prosedur ini, GAM
dengan setia meneguhkan
kedaulatan bersama NKRI dan
bersatu kembali dengan
negara.
c. Melalui perkuliahan di
perguruan tinggi dan
pengajaran di tingkat sekolah,
kegiatan pendidikan Pancasila
terus mengembangkan nilai-
nilai Pancasila sebagai
landasan integrasi. Mata
pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) dimasukkan
ke dalam kurikulum tahun
1975 dan diajarkan di ruang
kelas. Materi tersebut saat ini
diajarkan melalui kelas
Pendidikan Kewarganegaraan
(PPKn) pada kurikulum 2013.
Melalui mata kuliah ini,
generasi muda diajarkan
prinsip-prinsip dasar bangsa
dan nilai-nilai Pancasila
sebagai landasan bersama.
e. Pembentukan organisasi
politik dan pemerintahan,
seperti struktur birokrasi,
mungkin merupakan tanda
perilaku yang mendorong
integrasi. Kehadiran birokrasi
dan lembaga yang terstruktur
memungkinkan masyarakat
berpartisipasi secara terpadu,
patuh pada aturan, dan
mengikuti alur kerja yang
metodis, berorientasi pada
tujuan, dan teratur. Pada
sidang I PPKI tanggal 18
Agustus 1945, diambil
keputusan yang mengatur tata
cara pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden, menandai
dimulainya berdirinya
lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia.
Selanjutnya pembentukan dua
belas lembaga tersebut
diputuskan dalam sidang PPKI
yang kedua pada tanggal 19
Agustus 1945.
E. TANTANGAN DALAM
MEMBANGUN INTEGRASI
Tantangan dalam mencapai integrasi
nasional muncul dari berbagai
dimensi, termasuk dimensi horizontal
dan vertikal. Dalam dimensi
horizontal, tantangan melibatkan
perbedaan suku, agama, ras, dan
geografi. Di sisi lain, dalam dimensi
vertikal, tantangan mencakup
kesenjangan antara elite dan massa,
terutama terkait dengan pendidikan
dan pandangan tradisional.
2) Menghargai keberagaman
budaya dan adat istiadat.
Indonesia merupakan negara
yang kaya akan budaya dan
adat istiadat. Generasi muda
perlu menghargai
keberagaman ini dan menjaga
kelestariannya. Dengan
menghargai kebiudayaan dan
juga adatnya, generasi muda
dapat memperkuat integrasi
nasional dan menjaga
keutuhan bangsa.
4) Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi yang baik.
Generasi muda perlu
mengembangkan kemampuan
berkomunikasi yang baik, baik
dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa daerah.
Dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik,
generasi muda dapat
mempererat hubungan
antarbangsa dan memperkuat
integrasi nasional.
5) Menegakkan prinsip-prinsip
Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
6) Mengimplementasikan dan
memahami nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan
sebagai warga negara.
7) Meningkatkan rasa
nasionalisme dan cinta
terhadap tanah air.
8) Menghormati perbedaan
budaya, ras, dan agama tanpa
adanya sikap diskriminatif.
a. Kurangnya toleransi
Toleransi biasanya menjadi masalah
yang sering muncul dalam
keberagaman atau terlalu banyaknya
entitas yang berbeda di masyarakat.
Secara tidak langsung, kurangnya
sikap toleransi ini bisa menjadi
penyebab terhambatnya proses
integrasi nasional. Konflik yang
muncul akibat faktor ini bisa
berujung pada lunturnya rasa
persatuan dan kesatuan bangsa.
Sehingga bisa berpotensi
menghambat laju integrasi nasional.
Bahkan, apabila hal ini menjadi
masalah berkepanjangan, bukan tidak
mungkin suatu bangsa akan hancur
dengan sendirinya.
b. Masih kurangnya kesadaran
masyarakat
Terkadang, seseorang merasa dirinya
berbuat benar dan baik, padahal
faktanya berkebalikan. Salah satunya
adalah sikap individualis. Munculnya
sikap individualis ini membuat orang
enggan untuk peduli terhadap kondisi
sekitarnya. Sikap ini tentu akan
mempersulit proses integrasi
nasional, karena tidak adanya
kesadaran akan pentingnya
memperhatikan kondisi sekitar.
Selain itu, akan semakin sulit juga
untuk menyatukan berbagai entitas
atau kelompok yang beraneka ragam
di Indonesia, apabila mereka ini tak
kunjung sadar dengan perbuatannya.
c. Masih terdapat kesenjangan sosial
Kesenjangan sosial acap kali
menimbulkan rasa cemburu atas
nasib yang diterima orang lain. Hal
tersebut dapat membawa seseorang
atau kelompok ke arah tindakan yang
menyimpang. Orang yang megalami
kecemburuan sosial dapat bertindak
kriminal seperti merampok dan
mencuri dari orang yang memiliki
kelebihan ekonomi. Peristiwa
perampokan dan pencurian itu akan
berdampak bagi korban maupun
pelaku. Bagi orang yang mempunyai
pengalaman dengan perampokan dan
pencurian akan cenderung menaruh
curiga pada orang lain. Terlebih jika
orang yang ditemui memiliki
kesamaan karakteristik. Hal tersebut
dapat menghambat proses integrasi
nasional.
BAB 8. PENGUATAN KARAKTER DAN
KEPEMIMPINAN PEMUDA UNTUK
MEMBANGUN BANGSA MENJADI LEBIH
BAIK
1) Faktor internal:
a) Insting, Insting merupakan sifat
bawaan genetik yang mempengaruhi
kemampuan dan potensi seorang
remaja. Insting yang positif, seperti
keinginan untuk menjadi individu
yang baik dan jujur, dapat berperan
penting dalam membentuk karakter
yang baik.
b) Kebiasaan, Kebiasaan merupakan
pola perilaku yang menjadi rutinitas
dalam kehidupan seorang remaja,
yang membentuk dan mempengaruhi
tindakan mereka. Kebiasaan yang
positif, seperti kebiasaan untuk
menjadi individu yang baik dan jujur,
dapat berperan penting dalam
membentuk karakter yang baik.
c) Kemauan, Kemauan merupakan
atribut yang mempengaruhi
kemampuan dan potensi seorang
remaja. Kemauan yang positif, seperti
keinginan untuk menjadi individu
yang baik dan jujur, dapat berperan
penting dalam membentuk karakter
yang baik.
2) Faktor eksternal:
a) Pendidikan. Pendidikan merupakan
proses di mana seorang remaja
memperoleh pengetahuan dan belajar.
Pendidikan yang berkualitas dapat
berperan penting dalam membentuk
karakter yang baik dan jujur.
b) Lingkungan. Lingkungan merujuk
pada situasi dan kondisi di sekitar
seorang remaja. Lingkungan yang
positif dapat berperan penting dalam
membentuk karakter yang baik dan
jujur.
3. pengertian kepimpinan
kepemimpinan adalah sebuah kemampuan yang
menempel pada diri seorang yang menjadi
pemimpin, Secara etimologi, kepemimpinan
dapat dijelaskan sebagai berikut: berasal dari kata
dasar "pimpin" yang berarti bimbing atau tuntun.
Dengan penambahan awalan "pe", menjadi
pemimpin yang mengacu pada seseorang yang
mempengaruhi orang lain. Jika ditambahkan
akhiran "an", menjadi pimpinan yang merujuk
pada seseorang yang mengepalai.
Definisi kepemimpinan menurut William G. Scott
(1962) adalah suatu proses yang memiliki
pengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan
dalam suatu kelompok, dengan tujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
konteks ini, seorang pemimpin memiliki peran
penting dalam mengarahkan dan memotivasi
anggota kelompok untuk bekerja sama secara
efektif guna mencapai hasil yang diinginkan.
Kepemimpinan juga melibatkan kemampuan
untuk mengambil keputusan yang tepat,
mengelola konflik, dan membangun hubungan
yang baik antara anggota kelompok.
Menurut Weschler dan Massarik (1961),
Dalam konteks ini, kepemimpinan juga
melibatkan kemampuan untuk memahami
kebutuhan dan harapan anggota kelompok, serta
mampu mengarahkan mereka menuju tujuan yang
telah ditetapkan. Proses komunikasi yang efektif
menjadi kunci dalam menjalankan peran
kepemimpinan, karena melalui komunikasi yang
baik, pemimpin dapat menginspirasi, memotivasi,
dan mempengaruhi anggota kelompok untuk
bekerja sama secara efektif. Dengan demikian,
kepemimpinan bukan hanya tentang memegang
kekuasaan, tetapi juga tentang membangun
hubungan yang baik dengan anggota kelompok
dan menciptakan lingkungan kerja yang
harmonis.
Definisi kepemimpinan menurut Rauch
dan Behling (1984) adalah suatu proses yang
melibatkan pengaruh terhadap aktivitas kelompok
yang terorganisir dengan tujuan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin
memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan
mengarahkan anggota kelompok agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien. Dalam konteks
ini, kepemimpinan juga melibatkan kemampuan
untuk memotivasi anggota kelompok, mengambil
keputusan yang tepat, dan mengelola konflik
yang mungkin timbul. Dengan demikian,
kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam
mencapai keberhasilan kelompok dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Definisi
kepemimpinan menurut P. Pigors (1935) adalah
suatu proses yang melibatkan interaksi yang
berhasil antara individu yang berbeda, dengan
tujuan untuk mendorong dan mengarahkan
kekuatan seseorang dalam mencapai tujuan
bersama.
Menurut F. A. Nigro (1965). Pengertian
kepemimpinan adalah cara khusus untuk
memengaruhi aktivitas orang lain.
Menurut pendapat Ordway Tead (1929),
kepemimpinan dapat diartikan sebagai sifat
kepribadian yang memungkinkan seseorang
untuk memotivasi orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Menurut Hemhill dan Coon (1995),
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai sikap
individu yang memimpin berbagai kegiatan
kelompok dengan tujuan mencapai hasil bersama.
Dalam pandangan Suradinata, seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan
mengendalikan kelompok yang dipimpinnya.
Selain itu, kepemimpinan juga melibatkan
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Oleh karena itu, kepemimpinan
merupakan aspek penting dalam keberhasilan
sebuah organisasi atau kelompok, dan pemimpin
yang efektif harus memiliki kemampuan untuk
memimpin dan mempengaruhi orang lain dengan
baik.
4. Tujuan kepimpinan
Salah satu tujuan utama kepemimpinan adalah
menginspirasi anggota tim dengan memberikan
contoh yang baik dan memotivasi mereka untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pemimpin yang efektif harus memiliki
kemampuan untuk memberikan arahan yang
jelas dan memastikan bahwa setiap anggota tim
memahami peran dan tanggung jawab mereka
dalam mencapai tujuan tersebut.
1) Faktor internal:
a) pengasahan kepribadian, Setiap
individu mengalami tahapan
perkembangan yang berawal dari
masa kanak-kanak, ke masa remaja,
hingga dewasa.
b) Disiplin, Disiplin merupakan sikap
atau perilaku yang yang membuat
patuh terhadap peraturan, menjaga
ketertiban, dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan tugas atau
aktivitas.
c) Bertanggung jawab, untuk
membiasakan mereka bertanggung
jawab terhadap kebutuhan pribadi
mereka sendiri.
d) Percaya diri, keyakinan bahwa kita
memiliki kemampuan untuk
menghadapi situasi tertentu atau yakin
akan eksistensi dan keberhasilan diri
sendiri.
2) Faktor eksternal:
a) Lingkungan keluarga, pada usia
kanak-kanak mereka belajar meniru
perilaku orang-orang di sekitarnya.
b) Lingkungan sekolah, Sekolah adalah
tempat untuk menambah ilmu atau
belajar dari berbagai aspek, termasuk
pembelajaran kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
c) Lingkungan Masyarakat, tempat di
mana anak-anak dapat belajar tentang
berbagai hal yang jarang mereka
temui, termasuk perilaku yang
menyimpang, kekerasan, dan berbagai
hal negatif lainnya yang dapat mereka
saksikan di sekitar lingkungan
masyarakat.
C. PENGEMBANGAN KARAKTER
PEMUDA
1. Pengembangan karakter pemuda melalui
pendidikan moral
Menurut kamus Umum bahasa Indonesia, moral
adalah penilaian terhadap kebaikan atau
keburukan suatu perbuatan atau perilaku. Asal
kata "moral" berasal dari bahasa Latin "mores"
yang mengacu pada tata cara hidup atau adat
istiadat.
Fathurrohmah (2019) menyatakan bahwa
pengembangan karakter pemuda dapat dilakukan
dengan cara menanamkan moral, memberikan
teladan, dan mempersiapkan generasi muda agar
dapat mandiri dengan mengajarkan dan
memfasilitasi pengambilan keputusan moral yang
bertanggung jawab serta keterampilan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Menurutnya,
remaja tidak mengalami perubahan tiba-tiba
menjadi nakal atau kehilangan moralitas,
melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dari dalam diri maupun lingkungan eksternal.
1) Faktor internal:
a) Motivasi, Motivasi adalah suasana
dalam diri seorang remaja yang
memicu dan menjaga diri untuk
melakukan sesuatu. Motivasi positif
seperti motivasi untuk menjadi orang
yang baik dan jujur dapat membantu
menciptakan karakter yang baik.
b) Kepemimpinan, kepimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk
mengarah dan memimpin orang lain.
Kepemimpinan yang baik dapat
membantu menciptakan karakter yang
jujur dan mampu mengarah orang
lain.
c) Kepersiduan, Kepersiduan adalah
suasana dalam diri seseorang yang
menghasut dan menjadikan diri
menjadi kurang baik. Kepersiduan
dapat menghalangi karakter yang baik
dan jujur.
2) Faktor eksternal:
a) Media: Media seperti televisi, radio,
dan internet dapat mempengaruhi
karakter pemuda dengan
menunjukkan kejahatan dan
kehilangan moralitas. Media yang
bersifat negatif dapat menghalangi
karakter yang baik dan jujur.
b) Kesempatan: Kesempatan adalah
situasi yang menghasut dan
menjadikan diri menjadi kurang baik.
Kesempatan dapat menghalangi
karakter yang baik dan jujur.
c) Tekanan teman : tekanan teman
adalah tekanan yang diberikan oleh
teman atau sekumpulan orang untuk
melakukan sesuatu yang tidak baik.
Tekanan teman dapat menghalangi
karakter yang baik dan jujur.