Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LEADERSHIP TRANING COURSE (LTC)

Tema :
GMKI DALAM GERAKAN OIKUMENIS DAN NASIONALIS
“PERAN PEMUDA DALAM GEREJA DAN MASYARAKAT”

NAMA : NUNKY JUNIOR SEAMAN MANGIRI


KOMISARIAT : EKONOMI UKI PAULUS MAKASSAR

GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA


CABANG MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih Saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
atas kasih dan perkenaannya dalam pembuatan makalah ini, hingga dapat
terselesaikan. Tanpa bantuan dari Tuhan, Saya bukanlah siapa-siapa. Selain itu,
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, serta
teman – teman yang sudah mendukung hingga titik terakhir ini.

Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Pemuda


Dalam Gereja dan Masyarakat”. Dalam hal ini, Saya ingin membahas tentang
bagaimana Menumbuhkan semangat pemuda dalam masyarakat sehingga
terciptanya Indonesia yang di inginkan serta dapat dapat mengambil peranan
dalam pembentukan karakter di era Milenial.

Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan,
seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan
pengetahuan pembaca lain. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali
Tuhan.

Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil
karya ilmiah Saya.

Makassar, 26 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………............ i

DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

A. Latar Belakang……………………………………..…….............. 1

B. Rumusan Masalah………………………..………………………. 3

C. Maksud Penulisan………………………………………………… 3

D. Tujuan Penulisan…………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN.…………………………………………………. 4

A. Peran Pemuda Di Awal Kemerdekaan…………………………... 4


B. Karakter Pemuda Indonesia Saat Ini …………………………… 6
C. Peran Gereja Dalam Pembinaan Karakter Pemuda Saat Ini Di
Indonesia…………………………………………………………… 10
D. Pemuda Dalam Gereja Dan Masyarakat ………………………. 12

BAB III PENUTUP………………………………….……………………14

A. Kesimpulan……………………………………………............... 14

B. Saran…………………………………….………….................... 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk


mewujudkan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan
didalam suatu bangsa. Pemuda digenerasi sekarang sangat berbeda dengan
generasi terdahulu dari segi pergaulan atau sosialisasi cara berfikir dan cara
menyelesaikan masalah. Pemuda-pemuda pada zaman dahulu lebih berfikir secara
rasional dan jauh kedepan. Dalam arti mereka tidak asal berfikir maupun
bertindak, tetapi mereka merumuskannya secara matang dan mengkajinya kembali
dengan melihat dampak-dampak yang akan muncul dari berbagai aspek. Bung
Tomo, Bung Hatta, Ir. Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain rela mengorbankan
harta bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama yaitu
kemerdekaan Indonesia.

Peran pemuda saat ini didalam sosialisasi bermasyarakat maupun terhadap


gereja sangat menurun derastis. Mereka lebih mengutamakan kesenangan untuk
dirinya sendiri dan lebih sering bermain game bahkan melakukan hal-hal yang
tidak meyehatkan. Padahal, dulu biasanya pemudalah yang berperan aktif dalam
menyukseskan kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti keagamaan, peringatan
Hari Kemerdekaan, kerja bakti dan lain-lain. Generasi yang menjadi harapan
founting father tidak punya lagi semangat nasionalisme dan oukimenisme.

Pemuda Kristen harus berusaha keras menjadi garam dan terang. Mereka
bertanggung jawab terhadap maju dan mundurnya negara Indonesia. Mereka tidak
hanya berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik tetapi juga melaksanakan
terjadinya revolusi intelektual agar seluruh masyarakat Indonesia bisa memiliki
kemampuan intelektual dalam semua disiplin ilmu. Dengan ini, mereka berperan
serta dalam membangun masyarakat baru, sebagai wujud Kerajaan Allah di bumi
yang berasaskan kebenaran, keadilan, kekudusan dan pengampunan.

4
Kita seringkali mendengar ungkapan bahwa sangat sulit untuk mencari
orang yang jujur di jaman sekarang ini. Seiring berjalannya waktu yang semakin
hari semakin berkembang, kita pun sering mendengar kabar mengenai tindakan
kekerasan, tawuran antara pelajar, narkoba, seks bebas, dan bahkan yang miris
lagi adalah aborsi dan pembunuhan yang di lakukan anak muda jaman sekarang
ini. Saya coba mencari tahu , apa sebenarnya yang salah dari manusia jaman
sekarang ini, bahkan ada pula orang-orang yang berkualitas secara akademis tapi
tidak memiliki moral.

Dan saya pribadi mengakui bahwa karakter pemuda saat ini sangat menurun
kualitasnya. Ini bukan lagi menjadi pembahasan yang baru tetapi akan
berkepanjangan, pada saat ini meningkatnya tindakan kekerasan terhadap sesame
manusia, penggunaan bahasa dan kata-kata yang menyakiti hati orang lewat
fitnaan atau pencemaran nama baik dalam media sosial, meningkatkan perilaku
merusak diri. Semakin tidak ada gunanya pedoman moral baik dan buruk.
Semakin rendahnya rasa tanggung jawab individu dengan membudayakan rasa
ketidakjujuran, dan menyimpan rasa curiga, dendam, dan kebencian antar sesama.

Menurut pandangan saya pribadi sistem pendidikan yang di ikuti sekarang


ini lebih mementingkan pengetahuan akademik dan gelar dengan mengabaikan
pendidikan karakter.

Maka dengan keadaan saat ini, seharusnya kita lebih menyadari bahwa
Peran pemuda dalam gereja dan masyarakat adalah manifestasi dari pembentukan
moral sehingga mampu mewujudkan karakter religious dan nasionalis , karena itu
saya berkeinginan untuk menjelaskan pembentukan karakter melalui fungsi agama
dan social yang mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan.

5
B. RUMUSAN MASALAH

Untuk memecahkan masalah moral agar para pemuda dapat megetahui dan
memahami perannya dalam Gereja dan Masyarakat :

1. Bagaimana pemuda di awal kemerdekaan?


2. Bagaimana karakter pemuda muda Indonesia saat ini ?
3. Bagaimana peran gereja dalam pembinaan karakter pemuda saat ini ?
4. Bagaimana pemuda mengetahui perannya dalam gereja dan masyarakat ?
C. MAKSUD PENULISAN

Berdasarkan pertanyaan – petanyaan yang muncul dalam rumusan masalah


ini, maka penulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap Peran Pemuda Dalam
Gereja dan Masyarakat.

D. TUJUAN PENULISAN
Dengan melihat maksud penulisan maka muncul beberapa tujuan penulisan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran Pemuda di awal kemerdekaan Indonesia.
2. Untuk mengetahui karakter anak muda Indonesia saat ini.
3. Untuk mengetahui peran gereja dalam pembinaan karakter pemuda
Indonesia saat ini.
4. Untuk mengetahui peran/stategi pemuda dalam gereja dan masyarakat
Indonesia.

6
BAB II

PEMBAHASAN

E. PERAN PEMUDA DI AWAL KEMERDEKAAN


Kemerdekaan yang kita raih dan kita rasakan saat ini bukanlah
semata-mata tanpa perjuangan dan pengorbanan. Banyak pahlawan yang
telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, dan kemerdekaan Indonesia
ini pun juga tak terlepas dari peran para pemuda pada masanya. Seperti
peran pemuda Angkatan 28 yang memelopori persatuan nasional melalui
Sumpah Pemuda, Angkatan 45 yang memelopori Perjuangan
Kemerdekaan, Angkatan 66 yang berhasil mengakhiri Orde Lama dan
Angkatan 98 yang pada saat itu mampu menumbangkan Orde Baru. Pada
saat pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada saat itu peran
pemuda adalah mengamankan Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia dengan tujuan agar tidak diperalat atau dipengaruhi oleh pihak
Jepang dan Sekutu dalam memproklamasikan Indonesia. Selain itu, ada
juga peristiwa Rengasdengklok yang terjadi karena adanya perbedaan
pendapat antara golongan tua dan golongan muda.
Golongan tua yang diantaranya adalah Ir. Soekarno, Moh. Hatta
dan Ahmad Soebardjo berpendapat bahwa pelaksanaan proklamasi tetap
dilaksanakan dengan PPKI agar tidak memancing konflik dengan Jepang.
Tetapi golongan muda tidak setuju, karena tidak ingin proklamasi
dipengaruhi oleh pihak-pihak yang tidak menghendaki kemerdekaan
Indonesia. Walaupun dikatakan Indonesia telah merdeka, bukan berarti
kita sebagai generasi muda tidak memiliki tanggungjawab. Justru sebagai
generasi muda banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengisi
kemerdekaan Indonesia. Lantas sebagai generasi muda pada saat ini, peran
apa yang harus kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia? Nah,
sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita menghargai dan mengenang
para pahlawan dan juga sejarah kemerdekaan itu sendiri.
Selain daripada itu, mengikuti unit kegiatan ekstrakurikuler seperti:

7
paskibra, pramuka, PMR dan unit kegiatan ekstrakulikuler lainnya juga
merupakan salah satu cara peran generasi muda untuk mengisi
kemerdekaan Indonesia itu sendiri.
Selain itu, ada juga beberapa hal penting yang perlu kita lakukan
sebagai generasi muda untuk mengisi Kemerdekaan Indonesia, yaitu:
1.Melestarikan Kebudayaan Indonesia
Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam suku dan
budaya dari sabang sampai merauke. Tepatnya terdapat lebih dari 300
kelompok etnik atu suku bangsa di Indonesia, atau tepatnya 1.340 suku
bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Sudah sepatutnya kita sebagai
generasi muda harus melestarikan dan menjaganya dengan baik. Caranya
adalah dengan menampilkan tarian daerah pada setiap kegiatan-kegiatan
yang diadakan.
2.Menjaga Kebhinekaan Tunggal Ika
Bhineka Tunggal Ika merupakan motto atau semboyan bangsa
Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia yaitu Garuda
Pancasila. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah
Berbeda-beda tetapi tetap satu. Jadi, walaupun kita berbeda suku, budaya
maupun agama kita tetap satu, kita harus tetap saling menghargai sesama.

3.Menjaga Keutuhan NKRI


Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang dibentuk
berdasarkan semangat kebangsaan (nasionalisme) oleh bangsa Indonesia
yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanaakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Menghormati
lambang negara dan menyayikan lagu kebangsaan dengan penuh hikmat
juga merupaka salah satu cara untuk menjaga keutuhan NKRI.

8
4.Menjaga Wilayah Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari 13.487 pulau,


memiliki keanekaragaman hayati, non-hayati maupun wisata. Merupakan
negara yang kaya akan sumber daya alam, untuk itu kita harus menjaganya
dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai dihabiskan secara liar oleh negara.

5.Menggunakan Produk-Produk Buatan Indonesia

Saat ini banyak produk buatan negara lain masuk ke Indonesia.


Sebagai generasi muda yang ingin mengisi kemerdekaan Indonesia, kita
harus tetap mencintai dan menggunakan produk-produk buatan negara
Indonesia. Dengan begitu kita tetap akan melestarikan produk negeri
sendiri. Seperti dalam salah satu iklan yang mengatakan Cintailah produk-
produk Indonesia.

6.Membuat Penciptaan Yang Baru

Sebagai generasi muda kita harus bisa menciptakan hal baru yang
bersifat positif yang berguna bagi Indonesia, misalkan menciptakan
kendaraan yang ramah lingkungan, membuat sumber bahan bakar
terbarukan, dan lainnya.

F. KARAKTER PEMUDA INDONESIA SAAT INI

Kata Bung Karno “perjuanganku lebih mudah karna mengusir penjajah, tapi
perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Dan kata –
kata itu terjadi hingga saat ini kita di perhadapkan dengan muncul tindakan
kekerasan, tawuran antara pelajar, narkoba, seks bebas, dan bahkan yang miris
lagi adalah aborsi dan pembunuhan yang di lakukan anak muda jaman sekarang
ini. Hingga saat ini, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan untuk
memperbaiki karakter anak muda saat ini.

9
UU tentang Sistem pendidikan nasional menegasakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Selanjutnya, Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 tahun


2017 juga telah melaunching kebijakan di bidang pendidikan yang disebut dengan
nama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tujuan PPK itu antara lain adalah
membangun dan membekali Peserta Didik dengan jiwa Pancasila dan
mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan
karakter sebagai jiwa utama dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan
melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia.

Kunci dari pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan watak atau


karakter peserta didik untuk menggali potensi diri dan membangun kesadaran
sebagai warga Negara yang didasarkan Pancasila pada masyarakat Indonesia yang
penuh keragaman. Namun demikian, perkembangan saat ini usaha-usaha
pencapaian tersebut menghadapi tantangan-tantangan yang serius dan tidak
ringan, antara lain:

 Perkembangan Teknologi Yang Tidak Tepat Sasaran


Awal tahun 2015 lalu, para remaja dan anak muda diberbagai
pelosok sedang dihebohkan dengan game on line Clash of Clans (COC).
Game tersebut begitu membuminya, membuat sejumlah warkop di Kota
Makassar dipenuhi oleh gamers COC. Ada istilah yang sering saya dengar
dari para gamers itu adalah war, war dan war. Pada awalnya saya tidak
begitu mengerti arti dari kata itu. Tapi, sejumlah teman menjelaskan
bahwa yang dimaksud war adalah berperang melawan kelompok lain

10
dalam game COC tersebut. Saya sedikit tergelitik ketika mendengarnya,
sebab hal itu seperti mengajarkan para gamers untuk saling memusuhi.
Setelah COC muncullah Mobile Legend (ML). Game on line ini
hampir sama dengan game on line generasi sebelumnya. Membuat candu
dan menjadikan para gamers heboh dengan dunianya. Baiknya, akibat dari
game ini belum pernah saya dapatkan hingga terjadi kecelakaan dan lain-
lain. Entahlah jika saya kurang up to date dengan hal ini. Terus terang,
ketiga game on line tersebut tidak pernah saya mainkan hingga saat ini.
Alasannya, cukup sederhana saja yakni tidak produktif. Bayangkan saja,
jika memainkan game tersebut dengan waktu yang cukup lama, misalnya
satu jam, dua jam, atau bahkan bisa sampai sepuluh jam dalam sehari-
semalam. Jika waktu sedemikian banyak itu digunakan untuk membaca,
menulis, berinteraksi dengan tetangga, berdiskusi, olahraga, atau bahkan
menanyakan kabar keluarga terutama orang tua bagi para pelancong
kehidupan itu akan sangat menyenangkan, bahkan sangat membahagiakan.
Bagi saya, game online ini secara filosofis telah keluar dari esensinya
sebagai hiburan. Karena, game ini selain karena menghabiskan waktu yang
kurang penting, juga dapat merontokkan kantong untuk membeli kuota..
Entahlah, saya kira ini adalah logika pikiran sederhana, dan semua orang
berhak mengekspresikan opininya.
 Munculnya Benih Paham Radikalisme dan Krisis Nasionalisme

Mungkin tidak terlalu tepat jika disimpulkan bahwa banyak anak


didik kita usia sekolah sudah terpapar ideologi radikal. Namun jika
mengikuti banyak survey menunjukkan terdapat benih-benih radikalisme
dan saat yang sama meningkatnya krisis nasionalisme. Dua isu baru inilah
yang mesti mendapatkan perhatian dari penataan dan perbaikan
penyelenggaraan pendidikan kita, karena jika elemen tersebut menguat akan
menjadi batu sandungan bagi pencapaian tujuan-tujuan pendidikan kita.
Survei terbaru (2017) yang dilakukan oleh Alvara Research Center pada
SMA Negeri di Jawa dan beberapa kota luar Jawa misalnya menunjukkan

11
bahwa terhadap para pelajar dan mahasiswa antara lain menyebutkan 23,5
persen mahasiswa dan 16,3 persen pelajar SMA setuju dengan terbentuknya
negara Islam. Tak hanya itu, sebanyak 23,4 persen mahasiswa dan 23,3
persen pelajar menyatakan rela berjihad demi tegaknya negara Islam atau
khilafah. Hasil survei juga mencatat 18,6 persen mahasiswa dan 16,8 persen
pelajar memilih ideologi Islam lebih tepat untuk Indonesia.

Selanjutnya, sebanyak 17,8 persen mahasiswa dan 18,3 persen pelajar


menyatakan setuju khilafah sebagai bentuk negara. Adapun mahasiswa yang
menyatakan siap berjihad untuk tegaknya negara Islam atau khilafah sebesar 23,4
persen dan pelajar sebesar 23,3 persen. Survey itu telah melengkapi survey-survei
lain sebelumnya yang menunjukkan kecenderungan yang sama, seperti survei
SETARA Institute for Democracy and Peace (SIDP) yang dilakukan pada siswa
SMA negeri di Bandung dan Jakarta tahun 2015 menunjukkan, sekitar 8,5 persen
siswa setuju dasar negara diganti dengan agama dan 9,8 persen siswa mendukung
gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Meski relatif sedikit, fakta ini
mengkhawatirkan karena sekolah negeri selama ini cukup menekankan
kebangsaan.

Kemudian Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), yang


dipimpin oleh Prof Dr Bambang Pranowo, pada Oktober 2010 hingga Januari
2011, mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju tindakan radikal. Data itu
menyebutkan 25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi.
Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan Syariat Islam di
Indonesia. Jumlah yang menyatakan setuju dengan kekerasan untuk solidaritas
agama mencapai 52,3% siswa dan 14,2% membenarkan serangan bom.

Benih-benih ini jika berkembang akan mengikis nasionalisme dan integrasi


kita sebagai bangsa yang beragam. Oleh karena itu pendidikan kita harus dapat
membangun kepercayaan pada anak didik bahwa Indonesia adalah tempat yang
dapat menjamin kehidupan yang damai, bebas menjalankan syariat agama dan
keyakinanya masing-masing tanpa harus meniadakan satu dengan yang lainnya.

12
G. PERAN GEREJA DALAM PEMBINAAN KARAKTER PEMUDA
SAAT INI DI INDONESIA

Pembinaan dan pendampingan terhadap pemudamuda sangatlah penting,


mengingat bahwa pemuda/kaum muda masih membutuhkan akan hal tersebut.
Belum banyak kaum muda yang secara mandiri melibatkan diri dan membangun
suatu tanggung jawab tertentu. Pembinaan dan pendampingan sifatnya membantu,
artinya melalui pembinaan dan pendampingan yang berdaya guna diharapkan
kaum muda mampu memiliki pribadi yang matang di tengah-tengah pengaruh Era
Globalisasi.

Tanpa adanya pembinaan kecil yang dilakukan oleh gereja, kemungkinan


besar kaum muda sulit untuk menemukan jati diri mereka yang seungguhnya.
Yang pada akhirnya akan menjadi landasan bagi dirinya untuk membangun masa
depan gereja. Tujuan pembinaan kaum muda ialah untuk mengembangkan diri
mereka agar berperan aktif, tanggap, bertanggung jawab serta mampu memahami
kondisi saat yang ada saat ini.

Pembinaan kaum muda haruslah meliputi seluruh aspek kehidupan. Artinya,


seluruh aspek kehidupan dalam diri kaum muda, haruslah didasarkan atas iman
dan kematangan kepribadian sebagai suatu pribadi yang utuh dan bertumbuh.
Pembinaan ini merupakan suatu wadah bagi gereja sekaligus langkah awal bagi
pelayanan yang dilakukan oleh gereja dalam mengarahkan kaum muda untuk
terhindar dari pengaruh Era Globalisasi yang berlandaskan atas dasar Iman.
Berlandaskan Iman, berarti menempatkan iman sebagai pusat dan dasar, serta
sumber motivasi dan inspirasi dalam seluruh karya pelayanan pastoral terhadap
kaum muda. Selain itu, dapat dipahami pelayanan ini juga menyangkut seluruh
aspek kepribadian yang berarti menyentuh seluruh kematangan diri, yang meliputi
aspek psikologis, intelektual dan spiritual.

Sasaran yang akan dicapai melalui pembinaan kaum muda ialah meliputi
terciptanya kepribadian yang kuat, beriman teguh dan tangguh, memiliki

13
kepekaan dan kepedulian sosial, terhadap sesama dalam mengarahkan kaum muda
lainnya terhadap perubahan pola pikir yang dilatarbelakangi akibat pengaruh
Globalisasi.

Untuk itu, sangatlah perlu dipahami secara mendasar akan dampak dan
akibat apabila pewaris gereja dalam hal ini kaum muda belum mampu diarahkan
oleh gereja sesuai dengan komitmen yang ada dalam pandagan gereja. Setelah
melihat bagaimana pengaruh globalisasi dalam diri kaum muda, pada bagian ini
berikutnya sangatlah perlu dipahami bagaimana peran gereja dalam membangun
kaum muda dari segala realitas hidup yang mereka alami di tengah dunia modern.

Pemahaman dasar terhadap gereja sebagai lembaga penanaman iman


terhadap umat manusia (kaum muda) haruslah di dipahami secara baik. Dimana
dalam hal ini gereja berperan untuk mengarahkan manusia (kaum muda) dalam
menghayati nilai-nilai iman akan ajaran Tuhan terlebih agar mereka mampu
memahami efek globalisasi dengan baik. Dengan kata lain, peran gereja sangatlah
dibutuhkan sebagai penghubung kepada Allah demi terciptanya sebuah persatuan
melalui firman yang disampaikan kepada umat terkhusus bagi kaum muda agar
mampu menghadapi pengaruh era globalisasi yang semakin jelas terlihat.

Sebaliknya, jika pelayanan gereja bersikap acuh tak acuh terhadap kaum
muda dalam mengarahkan mereka, maka kemungkinan kaum muda itu sendiri
akan meninggalkan gereja dan mencari tempat yang sesuai dengan keinginan
mereka. Namun, perlu untuk disadari bahwa dalam mengupayakan usaha untuk
menemukan identitas kaum muda, gereja tidak dapat melakukannya dengan
sendiri. Gereja membutuhkan kerja sama dengan orang tua dalam mengarahkan
kaum muda.

Dalam hal ini, gereja dan keluarga diposisikan sebagai pionir utama dalam
membentengi kaum muda terhadap pengaruh globalisasi yang terus masuk tanpa
kita sadari. Oleh karena itu, gereja, orang tua, serta kaum muda diharapkan
mampu untuk membuka diri dan membentengi diri terhadap setiap perubahan
yang akan datang.

14
H. PEMUDA DALAM GEREJA DAN MASYARAKAT

Pemuda dan masa depan ibarat “manusia dan udara”, adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan karena telah menjadi kodrat bagi pemuda itu sendiri yang
sering disebut-sebut sebagai masa depan, tunas bangsa, pelanjut generasi. Sejarah
telah membuktikan bahwa pemuda turut dalam rangkaian pembangunan bangsa,
bahkan ketika kita berbicara sejarah Bangsa Indonesia maka tidak bisa terlepas
dari konteks kepemudaan.Namun yang menjadi pertanyaan, apa peran pemuda
dalam pembangunan bangsa dewasa ini? Apakah istilah-istilah indah yang
disematkan kepada pemuda hanya sebatas kata-kata tanpa implementasi?.
Ada banyak pendapat yang berkembang di tengah-tengah kehidupan
masyarakat Indonesia yang mengatakan bahwa sebagian besar generasi muda
Indonesia berada dalam keadaan acuh-tak-acuh, hidup santai, miskin dalam cita-
cita, erosi idealisme, patriotisme, dan lain sebagainya. Apabila kita telusuri secara
mendalam tentang kehidupan generasi muda Indonesia saat ini, pendapat-
pendapat ini ada benarnya juga. Melihat kenyataan saat ini, bisa dikatakan
sebagian besar generasi muda di Indonesia tengah dilanda “krisis identitas. Realita
kondisi generasi muda bangsa saat ini khususnya kaum muda Kristen telah
mengalami pergeseran pola pikir dan budaya.Berbicara dalam konteks Gereja,
kondisi pemuda juga mengalami hal yang sama. Bisa dilihat minimnya peran serta
pemuda untuk dapat melayani di Gereja menjadi cerminan bagaimana usaha
sebuah Gereja mengakomodir potensi yang dimiliki oleh kaum mudanya.
Keaktifan organisasi kategorial pemuda gereja juga bisa menjadi indikator
penilaian terhadap kepedulian gereja kepada kaum mudanya. Minimnya Pendeta
pemuda, kurangnya perhatian dan berbagai hal lain menjadi realita yang dihadapi
pemuda dalam gereja saat ini.
Dalam konteks berbangsa, peran dan tanggung jawab Pemuda Kristen
sangat besar. Pemuda Kristen harus berani menempatkan dirinya di garda
terdepan dalam mewujudnyatakan kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran,
keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia yang berdasarkan kasih. Dengan

15
kata lain pemuda Kristen harus menjadi pelopor terwujudnya “Syalom Allah” di
muka bumi ini. Hal ini akan menunjukkan bagaimana pemuda kristen
merelevansikan Imannya di tengah-tengah kehidupan dunia. Oleh karena itu,
konsep Persekutuan dan Nasionalisme merupakan dua hal yang saling berkaitan
satu sama lain dan dua hal tersebut sepatutnya dimiliki oleh pribadi-pribadi
pemuda Kristen. Untuk mengimplementasikan Iman Kristen di tengah-tengah
kehidupan Bangsa Indonesia berarti pemuda Kristen dituntut meningkatkan
ketekunan dalam kejujuran, mengasah setiap potensi yang dimiliki, dan
menyalurkan kreativitas yang mengarah kepada pembangunan Bangsa Indonesia.
Dalam mengimplementasikan Iman Kristen di tengah-tengah kehidupan
bangsa, Pemuda Kristen juga dituntut mempunyai idealisme yang tinggi,
semangat juang yang kokoh, dan tidak larut dalam alam berpikir yang pragmatis
sehingga menjadi acuh tak acuh, masa bodoh, sinis dan akhirnya frustrasi. Oleh
karena itu seyogyanya, setiap Pemuda Kristen semakin menggalakkan usaha-
usaha di bidang studi masing-masing dan juga memperjelas arti serta peranan
pemuda dalam kehidupan sosial politik di berbangsa ini. Jika ditelusuri di Alkitab,
dapat dilihat jalan Tuhan sering memakai kaum muda untuk menyuarakan
kebenaran. Yusuf yang dipakai Tuhan melalui suatu maksud jahat dan ironis dari
saudara-saudaranya Dalam usianya yang masih muda menjadi orang pertama yang
dipakai Allah untuk menjadi pemimpin bangsa bahkan di luar bangsanya sendiri.
Ketika Bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian, justru Yosua yang muda yang
harus memimpin mereka. Kedua belas murid Yesus pun adalah orang-orang
muda, mereka sebagian besar hanya nelayan bukan tokoh yang mumpuni tapi
masih saja dipakai untuk mengabarkan Injil. Tidak tanggung-tanggung bahkan
Yesus sendiri hidup selama 33 Tahun di dunia. Dia mengerjakan tugas-Nya dalam
usia muda.
.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal
mencakup “Pemuda dalam Gereja dan Masyarakat”. Dimana pemuda sangat di
harapkan ambil andil untuk menghasilkan sikap positif demi masa depan bangsa
yang bertujuan untuk tercapainya nilai-nilai pancasila. Di era Milenial saat ini
sudah banyak pemuda yang hilang akan tanggung jawabnya sehingga tugas dan
fungsinya sebagai garda terdepan dalam gereja dan masyarakat jadi hilang, ini di
karenakan karena kurangnya kesadaran dan terlenaknya pemuda dalam era
modernisasi dan teknologi mereka lebih memilih sibuk menghabiskan waktu
dengan kegiatan yang tidak penting seperti bermain game, nongkrong dan lain-
lain.
Untuk itu, melalui tulisan ini, saya mengajak segenap kaum muda Kristen,
khususnya yang ada di Indonesia, agar menyadari tanggung jawabnya sebagai
pemuda, menyadari tugas panggilannya di tengah-tengah bangsa dan gereja.
Sebelum terlambat, mari kita sadari dan lakukan tanggung jawab itu. Kiranya
Tuhan memberikan kekuatan kepada pemuda Kristen untuk memasuki masa
depan yang penuh tantangan dan harapan.

B. SARAN

Pemerintah, masyarakat dan geraja harus bekerja sama agar melahirkan


kaum – kaum muda yang berkarakter. Hal ini sangat perlu bagi kaum muda di era
globalisasi sekarang ini agar dapat menjawab segala tantangan – tantangan zaman.

Pemuda harus bisa karakter dan bertanggung jawab sebagai pewaris


tongkat estafet gereja dan masyarakat di masa – masa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Malaka, Tan. 2018. “MADILOG”. Narasi. Yogyakarta


Ngelow, Zakaria J. 2018. “Kekristenan dan Nasionalisme: Perjumpaan Umat
Kristen Protestan dengan Pergerakan Nasional Indonesia 1900-1950”.
https://leimena.org/blog/2018/08/10/kekristenan-dan-nasionalisme
[di akses tanggal 13 november 2020]
“Peran Pemuda Kristen di tengah Bangsa dan Gereja”.
https://remaja.sabda.org/peran-pemuda-kristen-di-tengah-bangsa-dan-gereja
[di akses tanggal 13 september 2020]
Shantycr7. 2013. “Peran Agama Kristen Dalam Pembentukan Karakter”
http://shantycr7.blogspot.com/2013/08/peran-agama-kristen-dalam-
pembentukan.html [di akses tanggal 13 september 2020]

18

Anda mungkin juga menyukai