Anda di halaman 1dari 37

5.

ABCD DAN
KARYA
PASTORAL
GEREJA
PRINSIP/PEGANGAN DASAR:

● Setiap Paroki Unik: kultur, sikon masyarakat


sekitar, pemerintahan, budaya, dll.
● Pendekatan Pastoral: perlu/hendaknya berbasis
pada situasi real umat dan masyarakat setempat
● Dibutuhkan Data Real: umat dan masyarakat
setempat
● Data Umat (PBD = Pastoral Berbasis Data): jumlah
(orang tua, lansia, OMK, remaja, sekami, KIK, kaum
bapak, kelompok kategorial, keluarga kurang mampu);
profesi, keunggulan, peluang, tantangan, dll.
● Data Masyarakat Setempat: peluang utk pastoral,
peluang utk kembangkan usaha atau kegiatan, dll
● Tidak copy paste kegiatan2 dari tempat lain  sekedar
ada kegiatan tetapi tidak berdampak dan atau tidak
berkelanjutan.
• Pastoral bukan hanya tentang Doa, sebab:
 Terkait praksis hidup harian yang nyata
 “Orang sulit berdoa kalau perut lapar” –
tapi juga “Orang ternyata susah berdoa
kalau kenyang”
 Memberi makan”  Mat. 14: 13-21: dari
apa yang ada  5 roti dan 2 ikan
 Tuhan sudah memberikan segalanya bagi kita,
namun manusia tidak pasif menerima saja: “Ora
et Labora”  Luk. 10: 38-42 . . . karakter Marta
& karakter Maria sejajar.
 Ada aset kita (Marta): Pengetahuan,
Keterampilan, Sikap, Perilaku, Sosial, Budaya,
Alam, dst.
 Rahmat Allah selalu tercurah (Maria): Luk. 11:1-
13
Perlu Gerakan Perubahan

Gerakan Perubahan Dalam Komunitas


Beriman itu sangat ABCD:
berangkat dari diri sendiri
dan pihak luar sebagai
pendukung, pedorong,
pengungkit apa yang sudah
ada dalam diri.
SECARA SINGKAT:
Karya pastoral merupakan setiap perwujudan iman
dalam bentuk pelayanan Gereja, baik yang terkait
dengan sakramen dan sakramentali maupun
pelayanan yang berasal dari ikatan-ikatan khusus
seperti kaul resmi.
Jadi karya pastoral meliputi kegiatan awam (umat),
kegiatan biarawan-biarawati, kegiatan klerus (hirarki),
sejauh untuk membentuk dan membangun Gereja
(Paroki) dan Hidup Bersama (Dunia)
Paham ABCD terkait dengan Empat
Langkah Kunci dalam proses analisis
Appreciative Inquiry (AI), yang
selanjutnya dapat disejalankan dengan
dan atau dikembangkan dalam langkah-
langkah dari proses sebuah Karya
Pastoral Gereja (KPG).
PERTAMA: Discovery (Menemukan)
Menemukan kembali “sesuatu” yang sudah
dimiliki oleh pribadi atau komunitas (misal
sukses, capaian, person dalam paroki, dll).
Pada tahap discovery ini, proses dimulai dengan
menggeser tanggung jawab KPG kepada para
individu (komunitas) lokal yang terkait /
berkepentingan dengan KPG tsb.
KEDUA: Dream (Impian)
Menatap, membayangkan, melihat masa depan: KPG
yang mungkin terwujud; KPG yang sangat dihargai;
KPGyang paling diinginkan, dll.
Pada tahap ini, komunitas (paroki) mengeksplorasi
harapan dan impian untuk pengembangan karya
pastoral bersama.
Sebuah mimpi atau visi bersama akan KPG dapat
dilukiskan dalam rupa gambar, kata-kata, atau pun
foto.
KETIGA: Design (Merancang)
Merancang suatu perencanaan KPG yang
terkait “sesuatu” (modal atau asset) yang
telah dimiliki, agar dapat mulai digarap
(digerakkan) upaya-upaya perwujudan atau
pencapaian impian KPG, sebagaimana
sudah dilukiskan (digambarkan atau
dibayangkan dalam tahap kedua).
KEEMPAT: Destiny (Mewujudkan dan Mencapai)
Mewujudkan impian KPG menjadi suatu pencapaian
KPG yang nyata.
Tahap ini merupakan langkah melaksanakan atau
melakukan kegiatan yang sudah disepakati untuk
memenuhi impian KPG di paroki dengan
memanfaatkan aset.
Tahap ini merupakan fase terakhir dari pelaksanaan
KPG dan sekaligus sebagai fase awal untuk melangkah
proses KPG baru atau selanjutnya.
Proses ABCD:
PROSES ABCD DALAM KARYA
PASTORAL
LIMA LANGKAH:
Satu: Motivasi
Membangun Motivasi merupakan langkah
awal dari suatu KPG yang konkret.
Tanpa motivasi, KPG menjadi tanpa arah,
tanpa bentuk, dan akhirnya tanpa hasil
Dua: Inventarisasi dan Pemetaan Aset
Mengiventarisasi semua aset yang
dimiliki oleh Gereja (Paroki).
Memetakan semua aset itu demi suatu
KPG yang konkret.
Tiga: Visi dan Perencanaan
Mengimpikan suatu KPG yang konkret.
Merencanakan KPG tersebut dalam
kerangka aset yang dimiliki.
Dalam langkah ini daya imajinasi dan
kreativitas sangat berperan.
Empat: Mobilisasi Aset
Mengerakkan dan memberdayakan semua aset
(paroki), khususnya yang terkait langsung
dengan KPG yang telah direncanakan, demi
terwujudnya KPG tersebut.
Mobilisasi aset tertuju pada pencapaian KPG yang
telah diproses dalam langkah-langkah
sebelumnya.
Lima: Daya Tawat
Capaian KPG (Paroki) dengan
pemberdayaan asset menjadi
modal KPG selanjutnya.
Capaian menjadi Daya Tawar
(Leverage) bagi program kegiatan
KPG berikutnya.
Dalam menetapkan VISI, kita perlu BERMIMPI dan
membayangkan IMPIAN (cita-cita dan tujuan yang
mau dicapai): Bayangkan Satu Gambaran Ideal
dari Gereja/Paroki kita 5-15 tahun yad?
Pertanyaan bantuan:
1. Apa yang kita lihat? Tampilkan dalam bentuk gambar atau
lukisan/foto/kata-kata?
2. Seperti apa hubungan, yang kita inginkan, antar orang-
orang dalam paroki?
3. Seperti apa Pastor Paroki dan Vikaris, DePas, Dewan
Keuangan, PGPM, Pengurus Stasi/Rukun/Kategorial yang
terbentuk dan berperan? Seperti apa kualitas mereka?
4. Bagaimana kondisi kesejahteraan umat dan masyarakat?
Ekonomi sosial sepert apa yang akan menopang kita?
5. Bagaimana aset paroki, umat dan masyarakat tumbuh?
Bagaimana pertumbuhan ini dikelola, berkelanjutan dan
dibagi? Adakah aset-aset yang baru?
6. Bagaimana kondisi alam lingkungan umat dan masyarakat?
7. Bagaimana kondisi keuangan/kemandirian paroki kita?
8. Bagaimana kemajuan dari komunitas atau lembaga yang
lahir dari Gereja?
9. Bagaimana kehadiran Gereja dirasakan oleh masyarakat
luas?
Empat pertanyaan kunci-refleksi
terkait Karya Pastoral dengan
Pendekatan Berbasis Aset:
1. Apakah paroki, dalam hal ini
Perangkat Pastoral, sudah dapat
menghargai dan menggunakan
keberhasilan karya pastoral dari
masa lampau?
2. Apakah paroki (perangkat pastoral) sudah mampu
menemukan dan mengenali serta secara efektif
memobilisasi aset yang ada dan yang potensial
dalam paroki?
3. Apakah paroki (perangkat pastoral) sudah mampu
mengartikulasi dan berkarya menuju pada masa
depan Gereja dan masyarakt yang diimpikan?
4. Apakah optimalisasi penggunaan aset internal
paroki dengan dukungan aset eksternal sudah
tepat dalam menghasilkan dan mengembangkan
KPG serta menjadikannya semakin baik bagi
Gereja dan dunia sekitar?
Beriman itu sangat ABCD:
berangkat dari diri sendiri
dan pihak luar sebagai
pendukung, pedorong,
pengungkit apa yang sudah
ada dalam diri.
Pastoral bukan sekedar urusan
doa-berdoa saja
6.
LATIHAN
MENGAMATI KEMISKINAN DIRI
DAN
MENEMUKAN ASET DIRI
Latihan - Mengamati Kemiskinan Diri
(Isi Bagan di bawah ini)
K-PIKIRAN K-JIWA K-PERUT
Latihan - Menemukan Aset Diri
(Isi Bagan di bawah ini)
A-MANUSIA A-SOSIAL A-BUDAYA
Latihan - INVENTARISASI ASSET MANUSIA

Tangan / Hasil
Karya

Kepala /
Pikiran

Hati / Sikap
Latihan - INVENTARISASI ASET SOSIAL

Relasi /
Jaringan

Lembaga /
Institusi

Orang Lain
Latihan - Pemetaan Aset Budaya
1. Kepercayaan, Tingkah Laku dan Nilai 2. Budaya dan Tradisi yang positif

3. Industri Budaya dan Teknologi 4. Kelompok dan Organisasi Budaya


Latihan - Menemukan Aset Diri
(Isi Bagan di bawah ini)
Aset - Aset - Aset -
Aset - Sosial Aset - Budaya Aset - Alam
Manusia Keuangan Lembaga
7.
PENUTUP
1. Apa selanjutnya?
2. Adakah RTL dalam Paroki kita ini?
3. Kapan akan dilakukan PELATIHAN
METODE ABCD?
Kisah Petani Jagung Yang Murah
Hati
Di satu desa di Osaka, Jepang, terdapat petani yang menanam
jagung unggulan dan seringkali memenangkan penghargaan
petani dengan jagung terbaik sepanjang musim.
Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal melakukan
wawancara untuk menggali rahasia kesuksesan petani tersebut.
Wartawan itu menemukan bahwa ternyata petani itu selalu
membagikan benih jagungnya kepada para tetangganya.
"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga
Anda, lalu bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap
tahunnya?" tanya wartawan, dengan penuh rasa heran dan
takjub.
"Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari
jagung yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang
yang lain. Jika tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas
jagung saya akan menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin
menghasilkan jagung kualitas unggul, maka saya harus membantu
tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus”, jawab si Petani itu.
Petani ini sangat menyadari hukum "keterhubungan" (law of
attraction) dalam kehidupan. Dia tidak dapat meningkatkan kualitas
jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya untuk melakukan hal
yang sama.
Dalam kehidupan ini:
Jika kita ingin menikmati kebaikan, kita harus memulai dengan menabur
kebaikan kepada orang-orang di sekitar kita.
Jika kita ingin bahagia, maka kita harus menabur kebahagiaan untuk
Jika kita ingin hidup dengan kemakmuran, maka kita harus berupaya pula untuk
meningkatkan taraf hidup orang orang di sekitar kita.
Sebaliknya, jika kita menebar keburukan dan kejelekan kepada orang orang
di sekitar kita, maka percayalah, keburukan dan kejelekan itu niscaya akan
menyelimuti hidup kita.
Kita tidak akan mungkin menjadi pribadi yang sukses, jika kita tidak berhasil
menabur dan menebar kebaikan pada orang orang di sekitar kita.
Kualitas kita ditentukan oleh orang-orang di sekitar kita.
Orang yang cerdas itu sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain,
begitu pula orang yang baik adalah orang yang mau membaikkan orang lain.
Menjadi orang penting itu baik, tapi menjadi orang baik itu lebih penting.
Semoga Tuhan selalu membimbing kita agar: berhati bersih, berfikiran jernih,
berkata baik, dan berperilaku positif.
Tuhan yang akan memampukan kita untuk melakukan hal-hal
TUHAN
MEMBERKATI

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai