Anda di halaman 1dari 21

“BUDAYA”

Dosen Pengampu : Pdt.Selfi Sihombing,S.Th.,M.Si.,M.Pdk

Disusun Oleh :
Kelompok 6 :
ALEX SUHENDRA MANOGI MUNTE (4181210008)
ANDREAS NABABAN (4183510009)
LELITA R BANJARNAHOR (4162210009)
PUTRI MANDAONI PAKPAHAN (4183510007)
SENARI CHRISTIN br GINTING (4183331001)
SRUNIKA BOANGMANALU (4183510010)
SUCI SETIA CRISE MANULLANG (4181131025)

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Kristen Protestan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia kepada kami sebagai penulis, sehingga dapat menyelesaikan TUGAS MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN tentang “BUDAYA” ini. TUGAS
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN tentang “BUDAYA” ini dibuat
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN.
TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN tentang “BUDAYA”
ini di susun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai “BUDAYA”.
Apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isi dan
penulisan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan tugas ini.

Medan, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pendahuluan..........................................................................................................................2
B. Kebudayaan Dipandang dari Sudut Alkitab.........................................................................4
C. Dosa Dan Pemberontakan Kebudayaan Terhadap Kuasa Allah...........................................6
D. Budaya yang harus dikembangkan jaman modern ini........................................................11
BAB III..........................................................................................................................................17
REKAYASA IDE..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ada pertanyaan, mana yang lebih dahulu ada kebudayaan atau agama? Pertanyaan
ini tidak dapat disamakan dengan mana terlebih dahulu ada telur atau ayamnya. Pastinya
jawabannya adalah kebudayaan. Kebudayaanlah yang lebih dahulu ada daripada agama.
Bukti-bukti mendukung pendapat ini, hingga saat ini masih ditemukan yaitu masih ada
masyarakat yang belum beragama, namun mempunyai kebudayaan.Kebudayaan adalah
prestasi atau hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam alam ini. Kemampuan untuk
berprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya ada pada manusia yang
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu sejak penciptaan, manusia telah
diberi amanat kebudayaan (Kej 1:26-30). Namun kejatuhan manusia dalam dosa telah
menyebabkan manusia hanya mampu menghasilkan kebudayaan yang menyimpang dari
rencana Allah dan hanya demi kemuliaan diri manusia sendiri.Manusia lalu berusaha
untuk mengisi keadaan kosong dalam hatinya dengan kebudayaan(agama, ilmu dan
teknologi, seks, hiburan, harta, kesalehan, kedudukan tinggi, dll.) Namun kebudayaan
manusia tidak akan pernah dapat memulihkan keadaan manusia yang sudah jatuhdalam
dosa. Pemulihan keadaan manusia dan kebudayaannya terjadi ketika Anak Allah yang
Tunggal turun ke dalam dunia untuk menebus dosa manusia.
1.2 Rumusan masalah

 Bagaimana definisi budaya ?


 Bagaimana definisi kebudayaan?
 Bagaimana ciri-ciri kebudayaan?
 Bagaimana hubungan iman kristen dan kebudayaan?1.2.5 Bagaimana pandangan
Alkitab terhadap kebudayaan?
1.3 Tujuan

 Mengetahui definisi budaya


 Mengetahui definisi kebudayaan
 Mengetahui ciri-ciri kebudayaan
 Mengetahui hubungan iman kristen dan kebudayaan
 Mengetahui pandangan Alkitab terhadap kebudayaan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan

Budaya, selalu berkembang. Ada sejarah pertumbuhan dan perkembangannya. Manusia


selalu sedang berjalan di dalam sejarah kebudayaannya. Meskipun pertumbuhan dan
perkembangan kebudayaan itu tidak selalu sama bagi setiap manusia. Ada kalanya berjalan
lambat sekali (culturtal-lag) tetapi ada kalanya sangat cepat sekali, inilah yang disebut dengan
sosial rapid change. Tidak ada manusia yang tidak memiliki kebudayaan. Oleh karena itu selalu
disebut: Homo sapiens itu selalu Homo faber artinya: tiap-tiap manusia yang berakal budi selalu
berbuat dan sanggup bekerja.

1. Pengertian Kebudayaan

Defenisi kebudayaan secara etimologi (asal kata): berasal dari bahasa Sansekerta
“buddhayah”. Kata ini adalah kata jamak dari “buddhi” yang berarti “budi” atau akal dan
“dayah” berarti kemampuan. Dengan demikian kata kebudayaan dapat diartikan menjadi “hal-hal
yang bersangkutan dengan hasil berakal”.8 Ada ahli juga mengatakan kata budaya itu berasal
dari kata budi – daya, yang berarti daya dari budi atau kemampuan dari akal. Dengan pengertian
ini, mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya itu adalah daya dari budi, yaitu
berupa cipta, karsa dan rasa sementara itu kebudayaan itu, mereka katakan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa itu sendiri

2. Wujud Kebudayaan

Menurut ahli Antropologi kebudayaan itu memiliki tiga wujud, yaitu: sistem budaya,
sistem sosial dan benda-benda budaya.

a. Wujud yang pertama adalah sebagai satu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, adat istiadat dan lain sebagainya yang hidup dan
diberlakukan di tengah-tengah masyarakat di mana kebudayaan itu berada.
b. Wujud yang ke dua: wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas dan tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakatnya. Kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari

2
manusia di dalam masyarakatnya itu berdasar dari wujud budaya yang pertama yang
sudah disebutkan di atas.
c. Wujud yang ke tiga: wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya, rasa dan cipta
manusia. Wujud yang ke tiga ini konkrit, sehingga bisa diraba, dipegang, dilihat dan
difoto.. Wujud yang ke tiga ini, biasa disebut oleh ahli Antropologi sebagai benda-benda
budaya, hasil karya manusia dan kebudayaan fisik.
3. Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut ahli Antropologi, kebudayaan itu memiliki 7 unsur yang bersifat universal atau
ada pada setiap kebudyaan suku-bangsa yang ada di dunia ini, yaitu:1) bahasa, 2) sistem
pengetahuan, 3) organisasi sosial, 4) sistem peralatan hidup dan teknologi, 5) sistem mata
pencaharian, 6) Sistem religi dan 7) kesenian.17 Unsur-unsur kebudayaan yang sudah disebutkan
di atas, dapat diuraikan dalam beberapa bentuk

a. Bahasa, baik dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa tubuh dan isyarat lainnya merupakan
karya manusia dan sangat dibutuhkan dalam rangka kehidupan manusia, supaya manusia
dapat bertahan hidup dilingkungan sosial, budaya dan alamnya.
b. Sistem pengetahuan adalah karya manusia dan ada pada manusia dalam rangka
kehidupan manusia dalam masyarakatnya, supaya manusia bisa bertahan hidup
dilingkungan sosial, budaya dan alamnya.
c. Organisasi sosial adalah karya manusia dan ada pada manusia dalam rangka kehidupan
manusia, supaya manusia bisa bertahan hidup dilingkungan sosial, budaya dan alamnya.
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi adalah karya manusia dan ada pada manusia dalam
rangka kehidupan manusia, supaya manusia bisa bertahan hidup di lingkungan sosial dan
lamanya.
e. Sistem mata pencaharian hidup adalah karya manusia dan ada pada manusia dalam
rangka kehidupan manusia, supaya manusia bisa bertahan hidup dilingkungan sosial,
budaya dan alamnya.
f. Sistem religi adalah karya manusia dan ada pada manusia dalam rangka kehidupan
manusia, supaya manusia bisa bertahan hidup dilingkungan sosial dan lamanya.
g. Kesenian adalah karya manusia dan ada pada manusia dalam rangka kehidupan manusia,
supaya manusia bisa bertahan hidup dilingkungan sosial dan lamanya.

3
Ketujuh unsur kebudayaan itu adalah karya manusia dan ada di dalam masyarakat, di
mana hal itu dibutuhkan dalam rangka kehidupan manusia di dalam lingkungan sosial, budaya
dan alamnya. Misalnya seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa bahasa atau unsur-unsur
yang lainnya, sangat dibutuhkan dalam rangka kehidupan manusia dalam lingkungan sosial dan
alamnya. Ketujuh unsur kebudayaan yang sudah disebutkan di atas hanya bisa menjadi milik
atau dikuasai oleh manusia, melalui proses belajar (Bukit,2019).

B. Kebudayaan Dipandang dari Sudut Alkitab

1. Mandat Berbudaya

Pertanyaan kita kembali, adalah: Kok hanya manusia yang memiliki kemampuan
berbudaya!. Tentu jawabannya juga harus kembali pada Alkitab, sebab semua pertanyaan dan
kebingungan kita dapat dijawab oleh Alkitab

Segera setelah Allah menciptakan Manusia, laki-laki dan perempuan (Kejadian 1:27),
kepada mereka langsung dikaruniakan berbagai mandat atau kuasa. Salah satu dari antara
mandat-mandat itu adalah mandat berbudaya. Tujuannya agar manusia itu mengembangkan
segala kemungkinan ataupotensi yang dimilikinya untuk kepentingan manusia dan
lingkungannya. Yang tertulis pada Kejadian 1:28 dan 2:15. Pada Kejadian 1:28 Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranak cuculah dan bertambah
banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-
burung di udara dan atas binatang yang merayap di bumi. Baca juga, Kejadian 2:15 isinya
adalah: Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memeliharataman itu.

Dari kedua nats di atas, kita menemukan beberapa mandat budaya yang diterima oleh
manusia antara lain:

1. Mengatur Kelahiran.

Dalam, nats ini disebut Beranak cuculah dan bertambah banyak. Tuhan mengaruniakan
kemampuan dan potensi untuk menggandakan kehidupan manusia itu melalui prokreasi. Disana
tidak ada ketentuan jumlah anak cucu yang harus dilahirkan manusia, kecuali bahwa manusia
diberi Tuhan kebebasan untuk menggunakan berkatNya dalam rangka melahirkan anak- anak.

4
Disinilah terletak mandat berbudaya itu, yakni budaya mengatur kelahiran dan kelangsungan
kehidupan manusia di atas bumi ini.

2. Memenuhi Bumi

Prokreasi atau pelanjutan kelahiran bertujuan untuk memenuhi bumi. Mandat memenuhi
bumi yang telah diterima oleh manusia sejak penciptaannya dan telah berlangsung ribuan bahkan
jutaan tahun hingga sekarang. Dari satu pasang manusia pertama telah berkembang jutaan
bahkan milliaran manusia di atas bumi ini dan telah mendiami hampir semua dari alam semesta.
Dari luas bumi yang terdiri dari 510.065.000 km itu hanya 29% saja atau 153.000.000 km
daratan. Menurut perhitungan para ahli kependudukan usia di atas bumi ini telah dipenuhi
penyebaran manusia sekitar 6 hingga 7 millyard orang dengan assumsi pertambahan penduduk
dudukan sekitar 75-100 juta pertahun sehingga dikhawatirkan akan segera bumi kita ini makin
sesak oleh pertambahan penduduk sehingga semakin perlu usaha memperkecil angka
pertambahan penduduk. Ini juga termasuk mandat budaya.

3. Menaklukkan Bumi

Di dalam bumi terdapat berbagai dinamika atau kekuatan kekuatan alam, baik

yang bersifat natural maupun yang supranatural. Yang tergolong kepada daya-daya alam natural
antara lain: ombak-ombak besar, angin, taufan, hujan, arus sungai, petir, cuaca, dan lain lain.
Sedangkan yang bersifat supernatural adalah kekuatan kekuatan ghaib, dan daya daya yang di
luar wewenang manusia. Manusia diberi Tuhan mandat menaklukkan daya daya alam, baik yang
bersifat natural maupun supranatural. Untuk menaklukkan daya-daya alam bersifat natural
manusia harus menciptakan berbagai bentuk alat-alat yang sangat dibutuhkan. Untuk
menaklukkan alam perairan manusia menciptakan alat-alat mulai dari perahu kecil hingga kapal-
kapal raksasa; ruang angkasa ditaklukkan dengan pesawat-pesawat super model, menaklukkan
hujan, petir, cuaca dan lain-lain manusia menciptakan teknologi tepat guna. Semuanya itu adalah
merupakan bagian budaya manusia.

4. Berkuasa Atas Burung-burung Di Udara, Ikan-ikan Di Laut Dan Binatang Yang


Merayap Di Bumi.

5
Sama halnya dengan mandat-mandat sebelumnya, maka mandat ke empat ini juga
menyangkut pengembangan budaya manusia. Untuk menguasai segala jenis burung-burung di
udara, ikan-ikan di laut dan binatang yang merayap di bumi manusia harus mengembangkan
berbagai jenis teknologi. Dalam hal ini termasuk juga teknologi rekayasa genetika dalam
kehidupan perunggasan, perikanaan dan pengembangan spesies binatang-binatang yang merayap
di atas bumi ini. Atas dasar mandat ini seharusnya manusia mampu mengatasi semua jenis
penyakit yang timbul. Dan semuahal ini berkenaan dengan pengembangan budaya.

5. Mengusahai

Kata mengusahai di sini lebih tepat berkonotasi mengubah, mengerjakan, mengusahakan


atau memelihara kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam alam semesta. Dalam hal ini
manusia berusaha mengembangkan kemampuannya mengolah dan mengusahai segala milik
kepunyaan Tuhan yang ada dalam seluruh alam semesta dan jagat raga Pengusahaan terhadap
alam semesta yang sudah dilaksanakan mulai dari Adam dan Hawa di Taman Eden (Firdaus)
hingga keturunannya yang kita maksudkan dengan mandat berbudaya.

Alkitab mencatat bahwa Kain dan Habil merupakan orang-orang pertama yang merintis
pengembangan pertanian dan peternakan (Kejadian 4:1-16); di samping itu Kain yang dicatat
Alkitab orang yang pertama mendirikan sebuah kota bernama kota Henok, menurut nama
anaknya (Kej 4:17). Selanjutnya Kain melahirkan Henok; Henok melahirkan Irad, Irad
memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael memperanakkan Metusael dan Metusael
memperanakkan Lamech. Dari istri pertamanya bernama Ada, Lamech memperanakkan Yabal,
dialah yang menjadi bapak orang yang mendiami kemah (perumahan dan pemeliharaan ternak,
sedangkan adiknya bernama Yabal, dialah yang menjadi bapak semua orang yang memainkan
kecapi dan suling. Dari istri kedua Zila lahir Tubal-Kain bapak semua tukang tembaga dan
tukang besi.

C. Dosa Dan Pemberontakan Kebudayaan Terhadap Kuasa Allah.

Bahwa dalam sejarah manusia sebagaimana dicatat oleh Alkitab, sering terjadi
pergumulan dan ketegangan antara Kristen dengan Kebudayaan, yakni ketika unsur-unsur
kebudayaan itu dipengaruhi iblis dan jatuh ke dalam dosa. Di sini, manusia yang menjadi motor
penggerak budaya itu sendiri memberontak terhadap kuasa Allah. Kenapa hal sedemikian bisa

6
terjadi? Karena di dalam kebudayaan itu unsur manusiawi yang menjadi dominan, ingin
berkuasa atas sesamanya dan bahkan atas diri Allah sendiri. Kita lihat contoh-contohnya sebagai
berikut:

1. Dalam Ceritera Kain Dan Habel (Kejadian 4)

Kain adalah petani dan Habil adalah penggembala dan peternak. Habel orang yang
beribadah kepada Tuhan, dengan anak kambingnya dia memuji Tuhan melalui upacara korban
sehingga budaya dan ibadah (kultur dan kultus) berjalan bersama-sama (jangan dipertentangkan).
Sedangkan Kain tidak hidup di dalam kultus walaupun ia mempunyai kultus yang baik,
melainkan di dalam kebudayaannya dia memberontak kepada Allah dan kepada sesama
manusia. Bermula dari penolakan Allah terhadap persembahannya (karena tidak berkenan pada
Allah) timbullah pemberontakan dalam hatinya yang berpuncak pada ketegaan hatinya
membunuh adiknya Habel. Dalam hal ini budaya menguasai ibadah atau kultur mendominas
kultur. Akhirnya pemberontakan kepada Allah dan sesama manusia pun terjadi.

2. Menara Babel (Kejadian 11)

Ini merupakan hasil perkembangan budaya dan peradaban manusia yang sangat
spektakuler, manusia berusaha mendirikan tugu yang menjulang tinggi hingga mencapai langit.
Inilah hasil teknologi budaya manusia tertinggi yang dapat dicapai manusia saat itu. Tetapi
sayang, motif dan tujuan pendirian menara yang sangat tinggi ini mau mengimbangi dan
menyamai kehebatan Allah sehingga menjadi alat pemberontakan melawan kewibawaan Allah.
Ketika Allah mengetahui hal ini, ia mengacaukan alat komunikasi (bahasa)manusia sehingga
teknologi pembuatan menara yang tinggi pun batal. Akibat penyalahgunaan budaya manusia
maka Babel yang seharusnya menjadi kota Allah akhirnya menjadi kota iblis.

Perkembangan budaya manusia bisa saja merupakan tanda pemeliharaan dan


penyelamatan manusia, tetapi bisa juga jatuh menjadi tanda kefasikan dan pendurhakaan
manusia.

7
3. Sikap Kristen terhadap kebudayaan

Ini merupakan permulaan yang serius dari orang percaya sepanjang masa. Untuk
membantu kita sikap Kristen terhadap budaya maka gagasan Richard Niebuhr memahami isi
dalam bukunya Christ and Culture sangat bermanfaat kita telaah kembali.

Niebuhr menguraikan bahwa sepanjang sejarah telah diberikan berbagai jawab yang
sangat berlainan terhadap soal perhubungan antara agama Kristen atau gereja dengan
kebudayaan. Pendekatan Niebuhr ini sangat bermanfaat bagi gereja-gereja dan orang Kristen di
Indonesia. Dr. L. Verkuy membahas pandangan Niebuhr ini dalam bukunya Etika Kristen Dan
Kebudayaan. Menurut Niebuhr ada lima macam, sikap umat Kristen terhadap kebudayaan antara
lain:

1. Sikap Antagonistis (Sikap Menentang Atau Menolak)

Sikap Kristen yang antagonistis adalah sikap yang melihat pertentangan yang tak
terdamaikan antara agama dengan kebudayaan. Akibatnya orang Kristen harus menolak dan
menyingkirkan kebudayaan dari dalam hidupnya. Sikap seperti ini misalnya kita temukan dalam
pengajaran: Tertulianus. Dia menyerukan: Apakah sangkut-pautnya Yerusalem dengan Athena?.
Ini berarti bahwa antara Iman Kristen dan Kebudayaan (khususnya Yunani-Romawi ketika itu)
sama sekali tidak ada hubungannya. Kebudayaan adalah bersangkut-paut dengan berhala-berhala
seperti permainan, tari-tarian, sandiwara, kemiliteran, dan lain-lain. Dan semua itu harus
disingkirkan dari kehidupan Kristen. Aliran Pietis. Aliran ini cenderung menganggap bahwa
kebudayaan semata-mata sebagai kekuasaan iblis. Akibatnya banyak orang Kristen melihat
bahwa segala ungkapan yang berbau budaya merupakan dosa. Mereka menyerukan
Singkirkanlah kebudayaan, pantangilah kebudayaan. Mazhab-mazhab, Sekte Dan Bidat Kristen.
Hal ini misalnya dengan jelas kita temukan dalam aliran saksi Jahowa dan juga Kharismatik pada
jaman sekarang ini). Mereka sangat bermusuhan dengan kebudayaan serta menyerukan para
pengikutnya supaya menolak serta menentang segala yang berbau adat dan unsur-unsur budaya.
Bagi mereka semua itu merupakan kerajaan iblis yang harus ditumpas.

2. Sikap Akomodasi Dan Kapitulasi.

Sikap akomodasi dan kapitulasi berarti menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada.
Dengan demikian maka pada hakekatnya agama Kristen sering sekali dikorbankan untuk
8
kepentingan budaya. Beberapa contoh dan tokoh yang mempopulerkannya, antara lain :
Klemens Dari Alexandria Dan Origenes. Mereka pernah menyesuaikan Injil dengan Filsafat
Plato. Mereka menganjurkan supaya: Yerusalem menyesuaikan diri dengan Athena. Ini
berarti agar orang Kristen menyesuaikan diri dengan filsafat kafir.

a. Pada Abad-abad Pencerahan Di Eropah (AufK-lerung)

Pada jaman ini dan berikutnya yakni abad ke-I, 8, 19 banyak orang Eropah, Amerika
yang menyamakan agama Kristen dengan rationalisme, humanisme dan liberalisme. Mereka
kurang melihat dosa dalam kebudayaan yang pada waktu itu sangat pesat perkembangannya;
mereka kurang memperhatikan bahwa dalam kebudayaan tidak hanya terdapat tendensi yang
menunjuk kepada Yerusalem Baru, tetapi juga menunjuk pada Babel. Mereka tidak bersifat kritis
kepada kebudayaan. Mereka tidak tahu bahwa pada saat itu kebudayaan Barat telah rusak oleh
sifat coraknya yang rationalistas, materialistis, mantinonistis dan imperialistis.

3. Sikap Dominasi

Dalam perjalanan sejarah kehidupan Kristen ditemukan juga adanya sikap dominasi
(penguasaan) gereja terhadap kebudayaan ini. Contoh yang paling jelas kita temukan pada agama
Roma Katolik dan sejarah kebudayaan gereja Roma Katolik. Pandangan gereja Katolik Roma ini
dibentuk oleh pemikiran Thomas dari Aquino. Yang terpenting dari pandangan mereka adalah
adanya pembedaan antara ordo naturalis (tata tertib alamiah atau tata tertib kodrati dan ordo
supranaturalis (tata tertib supra-alamiah atau tata tertib adi kodratil. Karena dosa turunan, maka
manusia kehilangan anugerah supra-alamiah (anugerahadi-kodrati). Akibatnya keselarasan di
dalam tabiatnya (kodratnya) terganggu. Tetapi hakekat tabiat (kodrat) manusiawinya tidak
menjadi rusak oleh dosa. Menurut Thomas, manusia telah dapat memelihara kebajikan dan
kecakapan-kecakapannya di bidang kodrati. Tetapi tujuan hidup manusia itu tidak terletak pada
ordo naturalis kebudayaan, melainkan pada supranaturalis anugerah. Tujuan itu baru dapat
dicapai, apabila manus dapat memandang Allah untuk selama-lamanya. Jalan yang menui tujuan
ini adalah melalui sakramen-sakramen gerejani. Dari sakrame Sakramen itu manusia beroleh
anugerah supra alamiah.

9
Kebudayaan haruslah di bawah hierarchis (tingkat) gereja. Ordo kebudayaan haruslah
disucikan oleh gereja dan dibawahi oleh supranaturalis gereja. Dalam pegalanan hidup gereja
Roma Katolik kita persaksikan bagaimana unsur-unsur budaya ini betul-betul dipakai
sepenuhnya oleh gereja. Katedral-katedral menggunakan gaya bangunan gothis abad
pertengahan; gereja Roma Katolik menguasai seluruh unsur-unsur budaya musik, seni lukis, seni
pahat, seni bangunan, seni sastera, lakon-lakon, sandiwara dan lain lain semuanya bersifat
gerejani. Kebudayaan digunakanmenyatakan Kerajaan Allahdi dunia ini.

4. Sikap Dualistic

Yakni sikap orang Kristen yang serba-dua terhadap kebudayaan. Ada orang Kristen yang
hendak memisahkan antara iman dan kebudayaan. Menurut aliran ini: Kebudayaan adalah hasil
usaha manusia yang berdosa. Tetapi kebudayaan itu tidak dapat dan tidak boleh dihindari. Kita
harus menuntut kebudayaan dan di dalam usahadi bidang kebudayaan itu kita hanya dapat
menyumbangkan kefasikan kita. Tetapi kepercayaan kepada Kerajaan Allah di dalam Tuhan
Yesus Kristus adalah lepas dari pada kebudayaan.

Sikap dualistis ini kerap kali kita jumpai dalam kenyataan hidup. Juga dalam kehidupan
masyarakat Kristen di Indonesia, terutama di kalangan mereka yang berkecimpung dalam
pekerjaan yang ada hubungannya dengan budaya, dan pada mereka Para cerdik pandai. Pada
mereka tampaklah pemisahan yang jelas antara iman dan kebudayaan. Di satu pihak mereka
menerima seluruh kebudayaan modern serta seluruh perwujudannya. Tetapi dipihak lain, mereka
tidak ingin melepaskan kepercayaannya kepada Kristus. Tetapi iman dan kebudayaan itu dalam
hidupnva merupakan dua lapangan yang terpisah dan yang tidak saling mempengaruhi.

5. Pengudusan

Ada golongan Kristen yang tidak menyetujui keempat-empat pendirian di atas. Mereka
tidak menganjurkan menyingkirkan atau menyerah terhadap kebudayaan, mereka tidak maut
unduk kepada kebudayaan yang dipaksakan oleh gereja, atau tidak mau menolak kebudayaan
yang memang sudah hidup di tengah-tengah kehidupan sehari-hari. Selain itu mereka juga tidak
mau memisahkan secara tajam antara Iman dan Kebudayaan. Tetapi mereka mempertahankan
paham Pengudusan kebudayaan. Oleh iman dan rahmat Allah mereka menerima budaya dan
segala unsur-unsurnya di bawah pengudusan Roh Allah.

10
D. Budaya yang harus dikembangkan jaman modern ini

Era Globalisasi dan modernisasi mempengaruhi paradigma kehidupan manusia. Tidak


boleh tidak manusia harus memperbaiki dan meningkatkan berbagai potensi (kesanggupan)
kemanusiaannya, antara lain:

1. Budaya Berfikir Dan Bertindak Kritis

Berfikir dan bertindak kritis membawa manusia mampu mengembangkan diri,potensi,


dan kemanusiaannya. Orang yang berpikiran sendiri dan mampu bertindak kritis tidak akan
membeo, bungkam serta mati rasa sebaliknya akan mampu menyatakan isi hatinya dengan bebas
tanpa diliputi rasa takut, cemas atau kuatir meskipun bertentangan dengan opini publik. Budaya
berfikir dan bertindak kritis ini sungguhamat perlu dikembangkan pada jaman reformasi dan
demokrasi ini. Kita baru saja keluar dari keterkungkungan berfikir dan pemasungan bertindak
kritis pada jaman yang lalu. Pada jaman itu hampir di semua lapisan kehidupan masyarakat
dikungkung dan dipasung khususnya dalam mengeluarkan pendapat dan mengexpressikan
tindakan demokrasi,termasuk dalam hal berserikat, berorganisasi, berkumpul, beragama, hingga
kebebasan beribadah.

Ketahuilah, budaya berfikir dan bertindak kritis, adalah bahagian dari iman Kristen. Kenapa
demikian? Sebab Tuhan Yesus juga mengaiarkan hal itu kepada kita, bukan?. Lihat saja sikap
Yesus kepada orang-orang Farisi, Ahli Taurat dan Saduki yang kerap kali datang mencobai
Yesus dalam diskusi teologis. Yesus menyatakan bagaimana sikapNya menghadapi para
pendemo tersebut dengan menghadirkan sikap berfikir dan bertindak kritis. Ketika orang-orang
Jahudi membawa seorang wanita yang kedapatan berbuat tidak senonoh melanggar susila kepada
Yesus, bagaimana sikap Yesus terhadap orang Yahudi dan perempuan jalang itu? Yesus
mengajak mereka berfikir dan bertanya kepada suara hati masing-masing. Sambil membunglkuk
dan menulis di atas tanah, Yesus mengatakan: Barang siapa di antara kamu tidak berdosa
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu (Yohanes 8:7b).

Setiap orang diajak berfikir dan mendengar suara hatinya, lalu satu persatu dariantara
mereka pergi meninggalkan Yesus dan perempuan itu. Lalu Yesus berkata lagi kepada wanita
itu: Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari

11
sekarang (Yohanes 8:11 b). Kepada wanita itu Yesus memberi pelajaran baru, yakni memikirkan
perbuatannya yang jahat dan merobah dirinya untuk bertobat.

Simak apa yang, diangkat Yesus dalam perumpamaan tentang dua orang anak pada
Matius 21:28-32. Pada ayat yang pertama jelas sekali Yesus betul-betul menghidupkan budaya
berfikir dari para pendengarNya: Tetapi apalkah pendapatmu tentang ini, dst. Yesus sama sekali
tidak pernah memaksakan kehendakNya kepada para pendengarNya. Yesus tahu bahwa berfikir
adalah sebahagian dari hak-hak azasi manusia yang harus dijungjung tinggi. Ketika Yesus
diperhadapkan di depan Makamah Agama Yahudi. Kepada Imam Besar Kayafas Yesus
menjawab demikian: Aku berbicara tentang terang kepada dunia: Aku selalu mengaiar di rumah-
rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah
berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyalah mereka, yang
telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah
Kukatakan (Yohanes 18:20-21).

Yesus begitu kritis, tidak memberi dan tidak narima saja perlakuan para interrogator, Selanjutnya
apa yang teriadi? Setelah Yesus mengknitisi para interrogatorNya, seorang pengawal
mengepalkan tinjunya melayang di wajah Yesus sambil berkata: Begitukah jawabMu kepada
Imam Besar?. Menyikapi tamparan ini Yesus lagilagi menggunakan hak jawabNya: Jikalau kata-
Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-ku itu bena, mengapakah engkau
menampar Aku?, Budaya berfikr dan bertindak knitis ini adalah merupakan sebahagian dari
ekspresi iman Kristen.

2. Budaya Kerja Keras

Alkitab mengajarkan orang Kristen supaya hidup dalam budaya keria keras. Inilah
perbedaan prinsipil antara manusia dengan hewan, makhluk atau benda lainnya. Hewan hidup
berdasarkan insting atau naluri; mesin. mesin bekerja digerakkan atas perintah manusia tanpa
kesadaran apa-apapun. Manusia bekerja dengan menggunakan semua daya-daya dan
kemampuannya untuk kesejahteraannya dan sesamanya.

a. Kerja Sebagai Hakekat Manusia

Banyak orang yang mendasarkan budaya kerja manusia itu pada Kejadian 3:17-19 di
mana ketika manusia itu jatuh dalam dosa, Allah menghukum mereka dengan bersusah payah

12
mencari rezeki dan makanan seumur hidupnya. Hal ini keliru dan tidak Alkitabiah. Sebab budaya
kerja itu bukan lahir akibat hukuman, apalagi kutukan Allah atas dosa-dosanya. Budaya kerja itu
sudah muncul sejak awal dalam Keiadian 1:28 dan Kej 2:2. Manusia telah diberi mandat untuk
bekerja, meniru Allah yang juga tetap kerja. Tuhan Allah telah menciptakan manusia menurut
gambar dan rupa Allah (imaginem et similitudinem Deil). Allah bekerja selama enam hari penuh
saat menciptakan segala sesuatu dalam alam semesta dan isinya termasuk manusia. Barulah
setelah Allah menyelesaikan dan menyempurnakan pekerjaanNya maka pada hari yang ketujuh
Ia berhenti dari segala pekerjaan yang telah dibuatlya itu. Selain it, Yesus Kristus juga
mengatakain dalam dalam Yohanes 5:17.

b. Kerja Sebagai Berkat

Pada Kejadian 3:17-19 Allah menghukum pemberontakan manusia: dengan bersusah


payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu (ay.17d). Inilah akibat
ketamakan manusia yang menginginkan kesamaan dengan Penciptanya. Tanpa memandang
sepele hukuman ini, manusia tidak boleh berputus asa sebab kasih Allah masih lebih besar
dibandingkan dengan hukuman ini. Penghiburan Allah untuk membebaskan manusia dari laknat
ini telah kita temukan dalam Kejadian 5:29. Kelahiran Nuh memberi penghiburan dalam
pekerjaan yang penuh susah payah di tanah yang telah terkutuk oleh Tuhan. Oleh Yesus Kristus,
laknat dan hukuman untuk kerja dengan susah payah diubah menjadi berkat.

Apa artinya ini bagi kita? Bukan berarti kesakitan, kesusahan dan penderitaan akibat
bekeria mencan nafkah hilang atau ditiadakan. Bukan! Pekerjaan tetap membuat manusia
berkeringat dan bersusah payah. Hanya saja, susah payah oleh karena bekerja bukan lagi
hukuman, kutuk atau laknat. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus melakukan pekerjaannya
dipercayai sebagai anugerah dan berkat kepadanya. Dari dan oleh pekeriaan itulah kita
memperoleh hidup, nafkah, rezeki dan kebutuhan sehar-hari bahkan kekayaan atau
kesejahteraan.

c. Meningkatkan Budaya Kerja Keras

Firman Tuhan banyak sekali memotivasi kita untuk berusaha bekeria keras. Apa artinya
bekerja keras? Bekerja keras, artinya bekerja dengan menggunakan semaksimal mungkin segala
potensi, kekuatan, kemampuan yang dimiliki untuk sesuatu jenis pekeriaan yang menjadi

13
tanggung jawab kita dengan sungguh-sungguh. Potensi dan kekutan atau kemampuan yang
dimilki oleh manusia itu beraneka jenis, mulai dari tenaga, pikiran, keterampilan, pendidikan,
waktu (kesempatan] yang ada, dana dan daya. Semua potensi dan kemampuan ini digerakkan
semaksimal mungkin untuk tujuan memperoleh hasil yang juga semaksimal mungkin. Jika hal
sedemikian teriadi, maka dapat dikatakan bahwa seseorang telah bekerja keras.

Jelaslah bahwa budaya kerja keras adalah budaya Kristen atau budaya Alkitab sendiri
yang juga harus menjadi budaya mahasiswa Kristen. Lebih jelasnya, kita perlu belajar dari Rasul
Paulus sendiri. Paulus adalah profil manusia berbudaya kerja keras, sebagai scorang pekabar Injil
yang super sibuk Paulus hidup dengan bekeria sebagai tukang kemah (Kisah Rasul 18:3). Sangat
mudah kita bayangkan bagaimana Paulus harus banting tulang bekerja keras untuk menjalankan
kedua bidang tugas ini; menginjil dan mencari makan dengan membuat kemah. Demikian
pekerjaannya berhasil, buktinya banyak jemaat yang tumbuh dari hasil pelayanannya. Kerja
keras Paulus ini diakuinya juga dalam 1 Kor15:10 dan 2 Korintus 11:27. Itu sebabnya Paulus
kerap kali mensemangati orang-orang Kristen untuk berbudaya kerja keras.

3. Budaya Bijaksana

Kata bijaksana sering dipadankan dengan kata hikmat; schingga menjadi hikmat
kebijaksanaan. Buku yang paling banyak menggunakan kata hikmat dan kebijaksanaan ini dalam
Alktab adalah Kitab Amsal Salomo.

a. Berhikmat berarti berTuhan

Dari uraian di atas cukup jelas bagi kita bahwa perkataan hokmah atau hikmat atau
bjaksana (Batak: bisuk, hapistaran, parbinotoan, hapantason) bukan hanya menunjuk kepada
orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Kecerdasan dan akal budi manusia tetapi juga
kerohanian (sipiritualitas) yang baik, kejujuran, kerendahan hati dan hubungan yang baik dengan
Allah. Dengan demikian orang yang berhikmat (Batak: nabisuk.) tidak hanya sekedar
berilmupengetahuan, cerdas, cakap, pintar dan menguasai keahlian, tetapi Tuhan yang juga
dianugerahi oleh Tuhan sipiritualitas yang baik, rendah hati, taat, takut akan Tuhan, jujur dan
teladan dalam hal iman.

Ini sangat penting bagi kita, sebab ukuran orang yang berhikmat itu bukanlah ilmu
pengetahuan atau kecerdasan berfikir semata-mata, tetapi juga mencakup hidup kerohanian

14
(sipiritualitas) yang baik di hadapan Tuhan dan masyarakat, Tanpa sipiritualias yang baik dan
benar, maka semua ilmu, kepintaran, kecakapan, dan segala bentuk kecerdasan yang dimilikinya
akan berijalan timpang, berat sebelah dan menyimpang dari kehendak Allah. Itu sebabnya tidak
jarang, dan bahkan banyak orang yang pintar dan cerdas tetapi koruptor, penipu, penjahat,
berbuat mesum dan terlibat tindakan kiminal,bBerhikmat berarti hidup dan berfikir sesuai
dengan kebenaran, jalan dan pola Allah. Berhikmat artinya, mendekati seluruh kehidupan dari
Sudut pandangan Alah, percaya bahwa segala scsuatu yang dikatakan Alah itu benar, dan
merupakan satu-satunya standard hidup yang layak.

b. Sumber Hikmat Dan Kebijaksanaan

Semua Hikmat adalah dari Tuhan Allah sendiri.. Alkitab sunguh-sunguh kaya akan
informasi ini, misalnya kita temukan informasi tentang hal ini, misalnya kita temukan dalam
Keluaran 36:1, 2; 1 Raja 4:29, 5:12; Ayub 11:6;12:13;28:20, Amsal 2:6;3:19, Yeremia 10:12.
Amsal 1:7 tegas merumuskan demikian: Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi
orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Hikmat sebagaimana dimaksudkan oleh Raja
Salomo dalam kitab Amsal ini hanya dimiliki olch orang-orang yang dekat dengan Tuhan Alah,
yakni orang saleh, rendah hati dan berbadah kepada Tuhan. Orang atheis, dan yang tidak
mengenal Allah pasti tidak memiliki hikmat dalam arti yang sesungguhnya. Mungkin mereka
hanya sampai kepada tingkat ilmu pengetahuan biasa yang dengan usaha manusia, melalui
pendidikan formal atau non-formal atau dengan cara-cara lainnya.

c. Mengembangkan Budaya Hikmat, Kebijaksanaan

Bagaimana agar kita sampai kepada budaya hikmat dan kebijaksanaan?. Tidak ada cara
lain, kecuali kita harus hidup di dalam Firman Allah, percaya sungguh-sunguh kepada Tuhan
Yesus Kristus. Di luar itu tidak ada dengan mempedomani ketegasan ini, tentulah akan kita tolak
ungkapan klasik yang mengatakan bahwa hidup ini perlu bijaksana-bijaksini. Apa pun kata orang
tentang arti dan makna ungkapan ini, maka pada hakekatnya istilah ini dimunculkan orang dalam
konteks pengertian yang sangat negatif. Istilah ini melegalisir segala perbuatan akal-akalan yang
senafas dengan penipuan untuk mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Tentu hikmat yang
sejati tidak akan melegalisir perbuatan sedemikian sebab hal itu bertentangan dengan kehendak
Pembeni Hikmat itu sendiri yakni Tuhan Allah didalam Yesus Kristus.

15
Untuk menjadikan Hikmat dan Kebijaksanaan ini menjadi budaya kita haruslah kita
resapi kembali pribadi Tuhan Yesus sendiri. Dialah profi ldan tokoh Alkiab yang hidup dengan
kerja keas, berfikir dan berindak krits serta bijaksana. Orang Kristen harus senantiasa kreatif dan
mcmiliki inisiatif serta bertanggung jawab dalam segala perbuatannya meneladani Tuhan Yesus
Kristus.

BAB III
16
REKAYASA IDE

REKAYASA IDE
Cara mengatasi konflik budaya yang ada :
1. Saling menekan ego dari masing-masing suku antar budaya, karena ada di Firman Tuhan
tertulis Yakobus 4:1 bahwa pertengkaran itu dating dari nafsu yang saling berjuang.
2. Saling mendengar antar budaya atau saling menerima, jangan langsung membuat asumsi
yang menyebabkan pertengkaran sebab ada tertulis di Yakobus 1:19 bahwa setiap orang
hendaklah cepat mendengar dan lambat berkata-kata.
3. Menerapkan sikap saling menghargai perbedaan yang ada, karena Indonesua adalah
negara yang majemuk.
4. Membuat sosialisasi terhadap masyarakaat tentang budaya-budaya yang ada di Indonesia,
sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa Indonesia memiliki banyak sekali budaya.
5. Lebih menekankan pembelajaran tentang budaya dari sejaak dini di dunia edukasi
terhadap anak-anak yang akan menjadi cikal bakal pemimpin dibaangsa ini, sehingga
menumbuhkan rasa mengharga pentingnya perbedaan.
6. Membuat suatu acara tentang perkumpulan dari sluruh budaya di Indonesia yang dimana
memiliki makna untuk menyatukan rasa perstuan sesame budaya.
7. Menghilangkan sikap ingin meno jolkan budaya sendiri sebperto ada tertulis di dalam
Yakobus 4:2
8. Merenungkan Firman Tuhan dan melakukannya (Yosua 1:8; Mazmur 1:2; Mazmur
19:14; Mzamur 119:48, mazmur 119:99)

DAFTAR PUSTAKA
Bukit,P.,(2019),Pandangan Kristen tentang Kebudayaan dan Adat Istiadat di dalamnya,Jurnal

17
Teologi dan Pelayanan Kristiani,2(1).
Habeahan,S.,(2019),Pendidikan Agama Kristen,Pratama Mitra Sari,Medan.

18

Anda mungkin juga menyukai