Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN MINI RISET

AGAMA KRISTEN PROTESTAN

“DAMPAK COVID-19 BAGI GEREJA MISI INJILI INDONESIA (GMII)”

DOSEN PENGAMPU: SELFI SIHOMBING M.Si, M.Pd.K

DISUSUN OLEH:

Ezra Janshua Nuary Marpaung

3193131013

Kelas B 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
PENDAHULUAN

Dampak wabah Covid-19 kepada perekonomian dunia sangat dahsyat. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pada tahun 2021 angka pengangguran bisa
menyentuh 12,7 juta orang. Situasi sulit ini juga berimbas kepada orang Kristen di mana saja.
Banyak dari kita mengalami pemotongan gaji hingga dirumahkan. Tentu semua ini tidak
mudah. Menurut Armand Larive, penulis buku After Sunday: A Theology of Work, kehilangan
pekerjaan tidak saja mengakibatkan krisis spiritual yang berat pada diri seseorang yang merasa
tujuan hidupnya terenggut, tetapi juga ia merasa terputus dari hubungan yang wajar dengan
sesama dan merasa tidak dibutuhkan serta kurang dihargai. Tidak heran, banyak dari kita
bertanya-tanya: Kapan keadaan akan segera membaik? Bagaimana seharusnya kita merespons
guncangan ekonomi ini?

Gereja GMII ini terletak di kotamadya Subulussalam propinsi Aceh. Di daerah ini
diberlakukan syariah Islam. Di kota ini zona untuk pandemic covid19 sudah zona kuning. Yang
terinfeksi sudah 38 orang, yang meninggal 5 orang dan yang dirawat sekarang 7 orang. Di kota
ini ada pelarangan kegiatan pesta, ibadah rumah-rumah atau kegiatan mengumpulkan massa.
Ibadah minggu di Gereja dan sholat jumat di Masjid masih diijinkan dengan syarat protocol
kesehatan.
PEMBAHASAN

A. MENGENAL GMII
1. PARA PELAYAN

Para pelayan di gerja ini sangat minim. Majelis jemaat hanya berjumlah 6 orang dengan
jemaat sekitar 530 jiwa. Para pelayan bekerja ada yang sebagai Tentara, pedagang, dan pegawai
di PT. Majelis Jemaat ini bahkan ada yang bekerja dari senin sampai sabtu tidak di kota
Subulussalam, hanya sabtu minggu di kota ini. Ada juga pelayan yang jadi begitu banyak
kerjaan karena tugas-tugas dari kantornya, sehingga ibadah pun tidak bisa atau terkendala.
Kondisi ini membuat kesulitan pelayanan dan juga pengembangan pelayanan itu sendiri. Para
pelayan juga bukan pelayan yang disiapkan sebelumnya sebelum diangkat jadi Majelis Jemaat.
Sehingga kesulitan control dan SDM yang kuat. Dalam pandemic ini semua jadi serba salah,
saya ingin menguatkan SDM majelis Jemaat tetapi terkendala tidak boleh ada kegiatan di luar
hari minggu.

2. KONDISI JEMAAT

Kondisi jemaat sekarang lagi sulit. Yang kerja sebagai pedagang dagangan mereka tidak laku
seperti biasanya. Yang kerja di PT mereka tidak dapat buah maksimal ketika memanen sawit.
Jemaat yang pegawai masih tertahan ekonomi mereka karena mereka dapat bulanan yang stabil
dari tempat mereka kerja masing-masing.

Kondisi anak-anak sekolah menjadi miris sekali. Ini karena umumnya orang tua tidak pada
sekolahan. Umumnya jemaat tidak tamat SD. Sepersepuluh yang tamat SMU. Kondisi ini
membuat kesulitan belajar anak, karena SDM orang tua yang tidak mendukung untuk mengajar
di rumah masing-masing.

B. DAMPAK COVID19 BAGI PELAYANAN


a. BAGI IBADAH MINGGU

Ibadah minggu diadakan 2 kali dalam hari minggu tersebut. Ada masuk pagi jam 8 dan
ada masuk malam jam 7 malam. Tetapi itupun jemaat digilir ibadah karena pandemic corona ini.
Maksudnya adanya protocol kesehatan membuat tidak semua jemaat bisa beribadah. Jumlah
yang banyak dari jemaat tidak memungkinkan ibadah tiap minggu. Gedung gereja hanya bisa
menampung 50 orang jika menggunakan protocol kesehatan.

Ibadah juga dibuat singkat, mengingat tidak boleh terlalu lama. Maka nikmat ibadah
minggu biasa sebelum pandemic corona ini tidak juga tercapai karena singkatnya ibadah. Juga
kebersamaan ibadah ini tidak tercapai, oleh karena kita tidak salaman dan juga memakai masker.
Jadilah kita hanya melihat mata jemaat atau jemaat hanya lihat mata pendetanya.
Jemaat digilir ibadah minggu di gereja dan yang tidak ibadah di gereja, mereka ibadah di
rumah-rumah masing-masing. Maka gereja mengedarkan tata ibadah, khotbah minggu dan warta
dalam bentuk foto copy an.

b. BAGI PARA PELAYAN

Bagi para pelayan gereja ini menjadi kesulitan tersendiri. Selain juga kena dampak
ekonomi karena pandemic ini, mereka juga jadi kesulitan berbagi waktu dengan jemaat.

c. BAGI KEHIDUPAN ROHANI JEMAAT

Kondisi pandemic covid19 ini menjadikan kerohanian jemaat umumnya tidak stabil.
Jarang beribadah, karena hanya sekali sebulan. Ada yang tetap ngotot ibadah tetapi juga mereka
tidak menikmati ibadah dengan puas/maksimal.

Bagi sekolah minggu ini sangat terasa, kerena selama pandemic ini sekolah minggu ditiadakan.
Ini menjadi miris kelak bagi masa depan gereja dan bangsa.

Disisi lain memang ada yang terjangkau dengan stabil. Yaitu jemaat yang mau dibina secara
teratur dan rutinitas tiap minggu. Ini disebut dimuridkan. Umumnya jemaat yang mau hal ini
kerohanian mereka terjaga selama pandemic ini.

d. BAGI PROGRAM NATAL TAHUN INI

Hampir dipastikan tahun ini tidak ada perayaan besar untuk natal. Kemungkinan hanya ibadah
natal keluarga saja. Protocol kesehatan hanya menginjinkan ibadah minggu dan tidak ada
kegiatan mengumpulkan orang pada hari lain, apalagi pesta natal.

C. DAMPAK COVID19 BAGI EKONOMI GEREJA


1. EKONOMI JEMAAT YANG MENUNJANG EKONOMI GEREJA

GMII meletakkan aturan peraturan dengan sistim local. Yaitu gereja local yang
membiayai seluruh program pelayanan dan juga biaya hidup para pelayan full time nya. Maka
ketika kondisi pandemic ini melanda kota Subulussalam maka ekonomi jemaat yang terganggu
juga mengganggu ekonomi gereja. Pemberian perpuluhan dan ucapan syukur berkurang secara
umum.

2. KEADAAN KEUANGAN GEREJA

Dari sudut pemasukan di hari minggu memang ekonomi gereja berkurang. Tetapi dari
kegiatan ibadah-ibadah minggu di rumah-rumah jemaat ada pemasukan yang cukup berarti. Dari
sudut perkunjungan karena adanya kegiatan membagi-bagikan tata ibadah, khotbah dan warta
jemaat, ada kesempatan melayani jemaat kerumah-rumah yang lebih sering dari pada sebelum
pandemic.

D. DAMPAK COVID19 BAGI SOSIAL


a. KESULITAN PENJANGKAUAN KESAKSIAN

Dengan ibadah yang sekali sebulan menjadikan jemaat tidak bersaksi lagi tentang
imannya, karena tidak ibadah di gereja lagi secara rutin tiap minggu. Juga dengan kegiatan-
kegiatan ibadah pemuda, ibadah kaum ibu, ibadah kaum bapak. Jemaat juga tidak ada lagi
kesaksian saat ibadah minggu, seperti bersaksi tentang pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya
maupun bernyanyi/koor.

b. SOSIAL GEREJA BAGI KONDISI MASYARAKAT SEKITAR

Dengan kesulitan ekonomi sekarang ini, juga jemaat tidak dapat berbuat banyak untuk berbagi
dengan sesama. Ada pun bantuan orang per orang tetapi tidak menyentuh banyak orang. Ada
beberapa jemaat yang berbagi hanya disekitar lingkungan atau hanya bagi keluarga terdekat saja.
KESIMPULAN

Sebagai umat Allah, kita tidak terlepas dari berbagai krisis dan masalah di dunia ini. Sebagai
umat Allah kita manusia harus selalu berserah kepada-Nya, sebab Allah tidak akan memberikan
cobaan diatas kemampuan umatnya. Covid-19 yang sudah begitu banyak tersebar di seluruh
dunia jangan menjadi alasan untuk kita jauh dari Dia, melainkan kita harus lebih dekat dengan
Dia karena hanya Dia lah yang dapat membantu kita keluar dari berbagai permasalahan,
termasuk covid-19 ini. Jadi mari kita lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan Allah kita.

Anda mungkin juga menyukai